laporan kelompok 7 blok 28b
DESCRIPTION
Skenario Need AsessmentTRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO B BLOK 28
Disusun Oleh: KELOMPOK 7
Bima Ryanda Putra 04111401001
Dwi Andari Maharani 04121401014
KMS. M Temidtya Kurnia R 04121401017
Rima Fairuuz Putri 04121401020
Rafenia Nayani 04121401024
Octavia Ukhti P 04121401052
Elsa Tamara Saragih 04121401075
Stefen Agustinus 04121401081
Inthan Atika 04121401085
Dina Fatma Dwimarta 04121401086
Aji Muhammad Iqbal 04121401094
Sangeethaa 04121401101
Anish Kumar 04121401105
Tutor: dr. Reagen Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………................….……………………….…..3
KEGIATAN TUTORIAL..………................……………………….…..…..4
1. SKENARIO ……………………..........………….....................................5
2. KLARIFIKASI ISTILAH ………...............…………………………......6
3. IDENTIFIKASI MASALAH……….……………………................….. 6
4. ANALISIS MASALAH ..………………………….................………… 7
5. HIPOTESIS ………………………………...................……………….. 21
6. LEARNING ISSUE ……………...…………..................……………...21
7. KERANGKA KONSEP ………………….………................……..…...58
8.KESIMPULAN ………………………………..............………………..59
9.DAFTAR PUSTAKA ..……..……………............…………………….. 60
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas kompetensi kelompok “Laporan Tutorial Skenario B Blok
28”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini masih memiliki banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan di masa mendatang.Dalam penyelesaian laporan
tutorial ini, kamibanyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran. Pada kesempatan
ini, kami ingin menyampaikan syukur, hormat, dan terimakasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah merahmati kami dengan kelancaran diskusi tutorial,
2. dr. Reagen, Sp.PD selaku tutor kelompok 7,
3. Teman-teman sejawat FK Unsri,
4. Semua pihak yang telah membantu kami.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan atas segala amal yang diberikan
kepada semua pihak yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita semua.
Palembang, 26 November 2015
Kelompok 7
3
KEGIATAN TUTORIAL
Tutor : dr. Regaen, Sp.PD
Moderator : Elsa Tamara Saragih
Sekretaris Meja I : Rafenia Nayani
Sekretaris Meja II : Sangeethaa
Pelaksanaan : 23 dan 25 November 2015
13.00-15.00 WIB
Peraturan selama tutorial :
1. Angkat tangan sebelum berbicara. Lalu berbicara setelah dipersilakan.
2. Dilarang makan dan minum.
3. Penggunaan gadget tidak diperbolehkan selama diskusi tutorial.
4
I. SKENARIO
Dokter Rita bekerja di Unit Kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya yang berfungsi untuk menangani keluhan klinis mahasiswa,
dosen dan karyawan dan meningkatkan kualitas kesehatan di Lingkungan
FK Unsri. Seminggu terakhir terdapat 6 orang karyawan dan 4 orang
mahasiswa yang datang berobat dengan keluhan buang air besar cair dan
perutnya mulas saat jam kerja/kuliah, 1 orang dosen berobat karena sesak
napas, 1 orang mahasiswa koass terjatuh dari tangga, dan 2 orang
mahasiswa berobat karena kakinya terinjak bahan bangunan.
Dari hasil assessment rutin yang dilakukan dokter Rita, didapatkan bahwa
dalam minggu terakhir WC di FK Unsri airnya tidak menyala, sedang
dilakukan renovasi gedung sehingga beberapa kantor dipindahkan ke
ruangan yang sempit dan kurang ventilasi, beberapa karyawan tertangkap
tangan sedang merokok di bagian belakang gedung FK Unsri, di kantin
dibuka tempat makanan baru yaitu “sushimura” yang menggunakan
sumber air yang sama memiliki tren baru membeli dan memesan makanan
online, dan beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan hujan
mengakibatkan terjadinya banyak genangan air.
Dokter Rika mengetahui bahwa meminta bantuan fakultas untuk
memperbaiki fasilitas secara cepat dan menggunakan biaya yang tinggi
akan memakan waktu, sehingga beliau berusaha untuk menangani masalah
kesehatan yang ada sesuai dengan yang lebih mudah dan lebih murah
dilakukan dengan meminta bantuan dan dukungan dari pihak dekanat
II. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Buang air besar cair ;diare: bertambahnya defekasi/BAB lebih dari
biasanya/lebih dari 3 kali dalam sehari disertai dengan perubahan
konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa darah
2. Mulas : melilit; sakit perut (gastroesofageal reflux)
rasa sakit seperti di remas-remas pada bagian perut
5
3. Sesak Napas : pernapasan yang sukar atau berat (Dorland)
4. Koas ;dokter muda : mahasiswa kedokteran yang
sudah menyelesaikan jenjang sarjana S1 (S.Ked) dan magang di Rumah
Sakit untuk mendapat gelar dokter
5. Assessment : Penilaian
6. Dekanat : Pemimpin tingkat fakultas
III. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Dr Rita bekerja di Unit Kesehatan FK UNSRI mendapat keluhan berupa :
a. 6 karyawan dan 4 mahasiswa dengan keluhan buang air besar cair dan
perut mulas saat jam kerja/kuliah
b. 1 orang dosen dengan keluhan sesak nafas
c. 1 mahasiswa koass terjatuh dari tangga
d. 2 orang mahasiswa kakinya terinjak bahan bangunan
2. Hasil assessment rutin yang dilakukan dr. Rita, didapatkan :
a. Air di WC FK Unsri tidak menyala didalam beberapa minggu terakhir
b. Renovasi gedung yang berlangsung mengakibatkan beberapa kantor
dipindahkan ke ruangan yang sempit
c. Beberapa karyawan merokok dibagian belakang gedung FK Unsri
d. “Sushimura” , tempat makanan baru di kantin menggunakan sumber air
yang sama dengan penjual lainnya.
e. Jumlah mahasiswa yang makan di kantin FK meningkat, dan memiliki
tren baru membeli dan memesan makanan online
f. Beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan yang mengakibatkan
terjadinya banyak genangan air
3. Dokter Rita mengetahui bahwa meminta bantuan fakultas untuk memperbaiki
fasilitas secara cepat dan menggunakan biaya yang tinggi akan memakan
6
waktu, sehingga beliau berusaha untuk menangani masalah kesehatan yang
ada sesuai dengan yang lebih mudah dan lebih murah dilakukan dengan
meminta bantuan dan dukungan dari pihak dekanat.
IV. ANALISIS MASALAH
1. Apa saja masalah klinis terkait perilaku dan lingkungan dari assessment yang
dilakukan dr. Rita?
=
- Air di WC FK Unsri tidak menyala didalam beberapa minggu terakhir
Menyebabkan banyak mahasiswa/ pengguna WC tidak dapat menggunakan
WC untuk buang air kecil/ besar sehingga dapat menyebabkan ISK,
- Renovasi gedung yang berlangsung mengakibatkan beberapa kantor
dipindahkan ke ruangan yang sempit, berpotensi menyebabkan gangguan
pernapasan akibat debu yang didapat dari renovasi gedung, kecelakaan kerja.
- Beberapa karyawan merokok dibagian belakang gedung FK Unsri, dapat
menyebabkan berbagai penyakit terutama bagi perokok pasif antara lain
gangguan pernapasan
- “Sushimura” , tempat makanan baru di kantin menggunakan sumber air yang
sama dengan penjual lainnya, dapat menyebabkan diare, perut mulas akibat
penggunaan air yang tidak bersih.
- Beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan yang mengakibatkan terjadinya
banyak genangan air, yang dapat memicu jentik-jentik nyamuk sehingga bisa
terjadi DBD atau malaria.
Seminggu terakhir terdapat 6 orang karyawan dan 4 orang mahasiswa yang
datang berobat dengan keluhan buang air besar cair dan perutnya mulas saat jam
kerja/kuliah kemungkinan diakibatkan di kantin dibuka tempat makanan baru
yaitu “sushimura” yang menggunakan sumber air yang sama memiliki tren baru
membeli dan memesan makanan online, 1 orang dosen berobat karena sesak
napas kemungkinan diakibatkan renovasi gedung hingga debu dan paparan
7
lingkungan kerja yang kotor, lalu 1 orang mahasiswa koass terjatuh dari tangga,
dan 2 orang mahasiswa berobat karena kakinya terinjak bahan bangunan.
Masalah yang ditemukan berupa
- keluhan buang air besar cair dan perutnya mulas saat jam kerja/kuliah, yang
mengganggu aktivitas belajar mengajar di FK Unsri
- keluhan sesak napas, yang dapat mengurangi quality of life dan mengancam
jiwa jika tidak segera ditangani
- terjatuh dari tangga, dapat mengakibatkan berbagai komplikasi seperti trauma
kapitits, fraktur extremitas, dan lain lain yang dapat mengganggu aktivitas
sehari – hari sehingga kurang produktif.
- terinjak bahan bangunan, dapat mengakibatkan gangguan dalam mobilitas dan
rasa sakit yang terus menerus dapat mengganggu aktivitas sehari – hari.
Masalah tersebut setelah dilakukan assesment disebabkan oleh
- renovasi gedung, hal ini menimbulkan berbagai masalah diantaranya debu –
debu yang bertebaran selama proses renovasi dapat mengakibatkan penyakit
pada sistem respirasi, pemindahan kantor ke ruangan sempit dan kurang
ventilasi semakin memperburuk keadaan tersebut.
- Renovasi gedung juga tidak sesuai dengan standar operasi, dimana barier atau
batas daerah yang bisa dilewati penghuni fk unsri tidak begitu jelas sehingga
mudah sekali terjadi kecelakaan selama proses renovasi seperti terinjak bahan
bangunan
- Seringnya terjadi hujan mengakibatkan timbulnya banjir dan genangan air di
lingkungan FK Unsri, para karyawan kesulitan untuk membersihkan semua
genangan air terutama di daerah – daerah yang sering terabaikan misal tangga,
sehingga mudah sekali orang tergelincir di tangga.
- Kantin yang baru buka dengan sumber sanitasi yang tidak begitu baik
mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaan misalnya diare\
8
2. Bagaimana hubungan perilaku dan situasi lingkungan terkait masalah
kesehatan dan lingkungan di FK Unsri ?
Masalah kesehatan yang terjadi di lingkungan FK Unsri:
- 6 orang karyawan dan 4 orang mahasiswa yang datang berobat dengan
keluhan buang air besar cair dan perutnya mulas saat jam kerja/kuliah
- 1 orang dosen berobat karena sesak napas
- 1 orang mahasiswa koas terjatuh tangga
- 2 orang mahasiswa berobat karena kakinya terinjak bahan bangunan
Berdasarkan skenario dari hasil assessment rutin yang dilakukan oleh dokter Rita,
didapatkan bahwa dalam minggu terakhir WC di FK Unsri keran airnya tidak
menyala, sehingga sumber air yang digunakan oleh penjual makanan/minuman di
kantin tidak diketahui asalnya dan kebersihannya.
Gedung FK Unsri sedang direnovasi, sehingga beberapa kantor dipindahkan
keruangan yang sempit dan kurang ventilasi. Ventilasi yang buruk dengan
pencemaran udara berdebu akibat renovasi gedung dapat menimbulkan penyakit
infeksi saluran nafas atas. Selain itu, material bangunan yang diletakan
sembarangan dapat terinjak dan menyebabkan luka tertusuk paku.
Cuaca yang beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan, mengakibatkan
terjadinya banyak genangan air. Di mushola FK Unsri terdapat tangga yang cukup
curam sehingga jika terpeleset akibat genangan air ditangga akan berisiko terjatuh
dari tangga dan menimbulkan beberapa trauma ringan sampai berat.
a. Dari hasil pengamatan dr Rita ditemukan bahwa dalam beberapa hari terakhir
sering hujan yang menyebabkan genangan air di lingkungan FK Unsri, serta
ditemukan juga adanya kedai baru di kantin yang sumber airnya masih terbilang
terbatas, sementara jumlah pelanggan di kantin semakin meningkat. Dari faktor-
faktor tersebut bisa jadi menjadi faktor predisposisi terjadinya 6 karyawan dan 4
mahasiswa dengan keluhan buang air besar cair dan perut mulas saat jam
kerja/kuliah. Keadaan lingkungan yang kotor akibat genangan serta sumber air
9
yang terbatas membuat kurang terjaganya higienitas masyarakat di sekitar FK
Unsri yang menyebabkan hal tersebut.
b. dr. Rita juga menemukan bahwa dilakukan renovasi gedung di tempat yang
sempit dan terdapat beberapa karyawan FK Unsri yang merokok di bagian
belakang gedung. Hal ini kemungkinan menyebabkan terjadinya sesak nafas
yang dialami oleh seorang dosen.
c. Genangan air yang ditimbulkan akibat hujan beberapa hari terakhir
kemunbgkinan menjadi penyebab lantai licin dan menyebabkan seorang koass
jatuh.
d. Renovasi gedung di tempat yang sempit, kurangnya pembatas, dan tidak adanya
penanda hazard bagi mahasiswa ataupun staf terhadap daerah renovasi tersebut
membuat prosedur menjadi kurang jelas dan menimbulkan cedera yang terjadi
pada dua orang mahasiswa yang kakinya terinjak bahan bangunan.
3. Apa penyebab dari masalah-masalah kesehatan yang terjadi ?
Tidak adanya upaya maksimal baik dari ukw ukm maupun ukp untuk mencapai
suatu lingkungan yang optimal, dokter rita selaku dokter fk unsri dituntut untuk
menyelaraskan ketiga hal tersebut
10
Semua permasalahan bermula dari sanitasi lingkungan, karena air tidak mengalir
sehingga membuat banyak masalah, dimulai dari mahasiswa ataupun pegawai yang
ingin menggunakan toilet terganggu, menyebabkan pengguna toilet menahan untuk
BAK, karena air yang tidak mengalir juga menyebabkan pengguna air tidak dapat
menyuci tangan, ditambah debu yang diakibatkan karena renovasi gedung membuat
komunitas kampus makan di kantin dengan tangan yang kotor sehingga kemungkinan
untuk diare meningkat.
Makan sushimura karena air tidak ada dan bisa juga makanan yang tidak matang
dapat menyebabkan sakit perut (mulas) dan kemungkinan diare meningkat juga.
Kalau gedung karena renovasi membuat debu dan barang-barang akibat renovasi
dapat mengganggu dan bisa jadi menyebabkan cidera jika komunitas kampus tidak
berhati-hati. Pindahnya gedung ke tempat yang lebih sempit dan tidak ada ventilasi
menyebabkan karyawan kemungkinan sesak nafas dan kemungkinan ISPA
meningkat, apalagi karyawan yang memiliki riwayat asma. Banyak karyawan yang
merokok di belakang gedung menyebabkan pencemaran udara dilingkungan kampus,
11
selain debu yan bertebaran dan asap rokok dapat menyebabkan gangguan pernafasan
bagi komunitas kampus.
4. Bagaimana cara memprioritaskan masalah di dalam kasus?
Masalah diprioritaskan berdasarkan yang paling banyak menyebabkan penyakit,
dalam scenario ini terdapat
1. 4 mahasiswa berobat dengan keluhan buang air besar cair dan perutnya mulas
saat jam kerja/kerja.
2. 2 orang mahasiswa berobat karena kakinya terinjak bahan bangunan
3. 1 dosen berobat karena sesak nafas
4. 1 orang mahasiswa koas terjatuh dari tangga
Masalah 1:
Di kantin dibuka makanan baru yaitu “sushimura” yang menggunakan sumber
air yang sama dengan penjual yang sama dengan penjual makanan/minuman
lain di kantin,
Jumlah mahasiswa yang makan di kantin FK unsri meningkat, pada saat yang
sama memiliki tren baru membeli dan memesan makanan online
Didapatkan bahwa dalam minggu terakhir WC di FK Unsri airnya tidak
menyala.
Masalah 2:
Sedang dilakukan renovasi gedung.
Masalah 3:
Sehingga beberapa kantor dipindahkan ke ruangan yang sempit dan kurang
ventilasi, beberapa karyawan tertangkap tangan sedang merokok di bagian
belakang gedung FK Unsri.
12
Masalah 4:
Beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan yang mengakibatkan terjadinya
banyak genangan air.
Keempat faktor yang merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan
terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial,
ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan
kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan). Keempat faktor tersebut saling
berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan
masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor
determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan
faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih
dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup
manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.
Adapun masalah yang terjadi pada FK Unsri yaitu:
Didapatkan bahwa dalam minggu terakhir WC di FK Unsri airnya tidak
menyala (Lingkungan)
Sedang dilakukan renovasi gedung sehingga beberapa kantor dipindahkan ke
ruangan yang sempit dan kurang ventilasi (Lingkungan)
Beberapa karyawan tertangkap tangan sedang merokok di bagian belakang
gedung FK Unsri (Perilaku)
Di kantin dibuka tempat makan baru yaitu “sushimura” yang menggunakan
sumber air yang sama dengan penjual makanan/minuman lain di kantin
Jumlah mahasiswa yang makan di kantin FK meningkat (Perilaku)
Pada saat yang sama memiliki tren baru membeli dan memesan makanan online
(Perilaku)
Beberapa hari ini mulai sering terjadi hujan yang mengakibatkan terjadinya
banyak genangan air. (Lingkungan)
13
5. Apa yang harusnya dilakukan dr.Rita setelah mendapatkan keluhan yang
dialami mahasiswa, pegawai dan dosen ?
Keluhan yang dialami oleh mahasiswa, pegawai, dan dosen serta penyebab-
penyebab yang mungkin mempengaruhi keluhan tersebut terkait perilaku dan
keadaan lingkungan di FK Unsri, merupakan hasil dari pengumpulan data awal.
Setelah mendapatkan data awal, yang seharusnya dilakukan oleh dr.Rita adalah
pengumpulan data lanjutan, penetapan prioritas masalah, penentuan alternatif
pemecahan masalah, implementasi, dan evaluasi.
Pengumpulan data lanjutan
Dalam pengumpulan data lanjutan ini, sumber informasi dan cara pengumpulan
informasi menjadi sangat penting, karena sangat berpengaruh terhadap hasil yang
didapatkan. Cara beradaptasi dan berkomunikasi pada masyarakat juga
berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan. Cara pengumpulan informasi
diantaranya adalah:
Wawancara mendalam
Wawancara mendalam dapat dilakukan kepada mahasiswa, karyawan, dan dosen
mengenai keadaan lingkungan, kebiasaan, dan perilaku yang menjadi tren dalam
waktu dekat yang kemungkinan menjadi penyebab timbulnya masalah. Misalnya,
mengenai renovasi gedung yang berlangsung di FK Unsri dan menyebabkan
karyawan harus dipindah ke ruangan baru yang lebih sempit dan kurang ventilasi
serta mengenai tren baru membeli dan memesan makan online. Wawancara
mendalam juga dapat dilakukan terhadap pekerja kantin mengenai jenis makanan
yang dijual, terutama bagi karyawan kantin yang baru membuka tempat makanan
baru yaitu “sushimura”.
FGD
FGD (Focus Group Discussion) dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan
responden dan melakukan diskusi mengenai permasalahan yang timbul. Salah satu
masalah yang dapat diangkat pada FGD adalah mengenai kebersihan makanan dan
14
sumber air di kantin FK Unsri serta mengenai tren kebiasaan dalam waktu dekat.
Diharapkan responden yang ikut berpartisipasi bukan hanya dari satu kalangan
mahasiswa melainkan dari berbagai kalangan. Misalnya, dari mahasiswa yang
berbeda angkatan, karyawan, jika perlu dosen yang termasuk konsumen pada
kantin FK Unsri. Sehingga hasil diskusi yang didapat dapat mewakili berbagai
pihak terkait permasalahan yang terjadi di FK Unsri.
Observasi
Observasi pada kasus ini dapat dilakukan terhadap keadaan lingkungan atau
perilaku masyarakat kampus yang mugkin berpengaruh pada masalah yang terjadi
secara langsung di lapangan. Misalnya, observasi dapat dilakukan di secara
langsung untuk meilhat kebersihan WC FK Unsri, proses renovasi gedung dan
kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan, keadaan ruangan karyawan FK
Unsri pada saat ini, keadaan kantin, serta tempat-tempat tertentu memiliki potensi
penyakit.
Observasi partisipasi
Observasi partisipasi pada kasus dapat dilakukan untuk mngetahui kemungkinan
pnyebab masalah yang terjadi secara langsung dengan melakukan partisipasi
terhadap kebiasaan masyarakat kampus. Sebagai contoh, pada kasus dapat
dialakukan observasi partisipasi bersama konsumen kantin FK Unsri, untuk
mngetahui kebersihan makanan di kantin, tren kebiasaan makan masyarakat FK
Unsri, serta perilaku petugas kantin.
Survey
Survey dapat dilakukan pada kasus ini untuk mngetahui tren perilaku pada
masyarakat FK Unsri, salah satu tujuannya adalah untuk melihat kemungkinan
keparahan dari dampak yang dapat ditimbulkan dari perilaku tersebut.
15
Analisis data sekunder
Pengumpulan informasi lain yang dapat dilakukan adalah dengan mnganalisis data
awal yang didapatkan. Data sekunder yang mungkin dapat dianalisis diantaranya
adalah laporan beberapa keluhan dari mahasiswa, dosen, dan karyawan.
Penetapan prioritas masalah
Setelah mendapatkan berbagai masalah, anda diminta memilih prioritas
masalah yang dirasa dapat di-intervensi. Karena tidak semua permasalahan bisa
dilakukan intervensi, juga disebabkan karena keterbatasan sumber daya.
Penetapan prioritas masalah dapat menggunakan berbagai metode, seperti
scoring dan non-scoring method.
Pada kasus di atas, penetapan prioritas masalah yang dapat dilakukan misalnya
sebagai berikut:
Pendataan seluruh masalah kesehatan yang ada di FK Unsri, seperti:
6 karyawan dan 4 mahasiswa dengan keluhan buang air besar cair dan perut
mulas saat jam kerja/kuliah
1 orang dosen dengan keluhan sesak nafas
1 mahasiswa koass terjatuh dari tangga
2 orang mahasiswa kakinya terinjak bahan bangunan
Penentuan prioritas masalah
Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan
urutan masalah dari yang paling penting sampai dengan kurang penting. Penetapan
prioritas memerlukan perumusan masalah yang baik, yakni spesifik, jelas ada
kesenjangan yang dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif, serta dirumuskan
secara sistematis.
Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan, yakni:
1. Besarnya masalah yang terjadi
16
2. Pertimbangan politik
3. Persepsi masyarakat
4. Bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan.
Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan.
Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah
kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan
mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai
informasi dan data yang tersedia.
Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:
1. Menetapkan kriteria
2. Memberikan bobot masalah
3. Menentukan skoring tiap masalah
Berbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan beberapa
teknik, yaitu:
Teknik Non Skoring
Memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter dilakukan
bila tersedia data yang lengkap. Bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan
prioritas masalah yang lazim digunakan adalah dengan teknik non skoring.
Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh
sebab itu juga disebut “Nominal Group Technique” (NGT).
Teknik Skoring
Salah satu teknik penentuan prioritas masalah yang dikembangkan oleh PAOC
(Pan American Health Organization). Priorias msalah ditentuan oleh indikator:
1) Magnitude (M)
Menunjukan berapa banyak penduduk yang terkena masalah tersebut. Ini bisa
ditunjukan oleh prevalens penyakit tersebut di masyarakat.
2) Severity (S)
Menunjukan tingkat keparahanan dampak yang diakibatkan oleh masalah
kesehatan tersebut. Ini bisa ditunjukan misalnya oleh CFR (case fatality rate)
17
penyakit yang bersangkutan atau oleh besarnya biaya yang diperlukan untuk
menanggulangi atau mengobatinya.
3) Vulnerability (V)
Menunjukkan apakah kita memiliki cara atau teknologi yang murah dan efektif
untuk mengatasi masalah tersebut.
4) Community concern (C)
Menunjukkan tingkat kehebohan yang ditimbulkan oleh masalah tersebut di
Tengah masyarakat.
Pada kasus yang terjadi di FK Unsri, dapat dilakukan penentuan priotritas masalah
dengan teknik skoring sebagai berikut:
Penyakit M S V C Total
BAB cair dan perut mulas
Sesak
Kecelakaan akibat
pembangunan
Penentuan alternatif pemecahan masalah
Setelah mendapatkan prioritas masalah yang akan dilakukan intervensi, yang
haarus dilakukanadalah menentukan alternatif dari pemecahan masalah. Penentuan
Pemecahan Masalah bisa dilakukan secara langsung dengan berdiskusi secara
langsung, juga bisa dengan menggunakan analisis akar masalah, yang biasanya
lebih popular disebut dengan diagram tulang ikan atau diagram pohon, dimana
setelah terlihat akar masalahnya, lebih mudah untuk memutuskan apa intervensi
yang akan dilakukan.
Implementasi
Pemberlakuan implementasi sangat tergantung dengan hasil yang didapatkan
sebelumnya, juga dengan sasaran yang akan dilakukan intervensi. Ada berbagai
18
macam jenis intervensi yang dapat dilakukan, seperti penyuluhan dan ceramah
dengan menggunakan slide, serta pembuatan poster atau banner.
Pemilihan media menjadi sangat penting, hal ini bergantung dari sasaran
masyarakat pada yang akan dilakukan intervensi. Sehingga, intervensi yang
dilakukan dalam mengenai seluruh lapisan masyarakat FK Unsri, baik mahasiswa,
karyawan, maupun dosen FK Unsri.
Evaluasi
Setelah selesai melakukan implementasi pada usaha promosi kesehatan, yang
harus dilakukan seanjutnya adalah evaluasi terkait efektivitas intervensi tersebut.
6. Apa saja rencana yang perlu dilakukan untuk memperbaiki masalah yang ada?
= Melakukan promosi kesehatan konsep promosi kesehatan adalah semua upaya
yang menekankan pada perubahan sosial, pengembangan lingkungan,
pengembangan kemampuan individu dan kesempatan dalam masyarakat, dan
merubah perilaku individu, organisasi dan sosial untuk meningkatkan status
kesehatan individu dan masyarakat.(Keleher,et.al,2007).
Berlandaskan konsep dasar tersebut, maka area promosi kesehatan pun tidaklah
sempit, menurut Keleher,et.al, (2007) terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi
kesehatan, yaitu :
1. membangun kebijakan kesehatan publik
2. menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
3. memberdayakan masyarakat
4. mengembangkan kemampuan personal
5. berorientasi pada layanan kesehatan
6. promote social responbility of health
7. meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social
8. meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan
19
9. memberdayakan masayarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat.
10. infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan
Rencana yang perlu dilakukan untuk menangani masalah yang ada pada kasus,
dimulai dari yang paling mudah dilakukan dan paling sedikit menghabiskan biaya
dengan meminta bantuan pihak dekanat sebagai pemegang kebijakan. Diantara
masalah yang dapat diselesaikan adalah:
- Program promosi kesehatan terkait perilaku masyarakat kampus seperti
kebiasaan merokok pada karyawan, kebiasaan menjaga kebersihan pada petugas
kantin, dan kebiasaan makan masyarakat kampus.
- Meminimalisasi jalur yang sering dilalui masyarakat kampus di sekitar proses
renovasi pembangunan.
- Negosiasi kepada pihak dekanat, perihal penambahan sumber air bagi petugas
kantin dan penjagaan pengadaan air untuk WC FK Unsri.
7. Bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan penyakit?
=
- Menyusun masalah / penyakit apa saja yang terjadi di lingkungan FK Unsri
saat ini
- Melakukan assesment terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab / sumber
dari penyakit yang timbul
- Menentukan prioritas masalah, dimana penyakit yang lebih banyak dan
mengancam jiwa dianggap sebagai prioritas.
- Menentukan solusi yang tepat untuk menghilangkan penyebab penyakit yang
timbul sesuai dengan penyebab masing – masing
o diare yang disebabkan oleh sanitasi yang kurang baik dapat diperbaiki dengan
penggunaan air mengalir, sabun cuci dan higenitas penjual yang baik atau bisa
menggunakan tempat makan sekali pakai.
20
o Masalah debu yang disebabkan oleh renovasi gedung baru dapat dikurangi
dengan penggunaan masker saat berada di lingkungan yang sedang dilakukan
renovasi.
o Pembatasan / larangan di wilayah sekitar renovasi gedung untuk mengurangi
kecelakaan selama kegiatan renovasi berlangsung
V. HIPOTESIS
Dr. Rita yang bekerja di Unit Kesehatan FK Unsri berusaha menanggulangi
masalah kesehatan yang terjadi di lingkungan FK Unsri.
VI. LEARNING ISSUE
1. Promosi Kesehatan a. Sejarah Singkat Promosi Kesehatan
Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi
Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada pada tahun
1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang didalamnya
memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah
tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada
masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan
disamping itu pula muncul dan populer istilah-istilah lain seperti KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing (Pemasaran Sosial),
Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.1
Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu
sebagai Direktur Health Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan
kunjungan ke Indonesia. Sebagai seorang direktur baru ia telah berkunjung
kebeberapa negara termasuk Indonesia salah satunya. Pada waktu itu pula Kepala
Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs. Dachroni,
MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti
21
(pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan
pertemuan dengan pimpinan Depkes pada waktu itu baik pertemuan internal
penyuluhan kesehatan maupun eksternal dengan lintas program dan lintas sektor,
termasuk FKM UI, bahkan sempat pula Kickbush mengadakan kunjungan
lapangan ke Bandung.
Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan
selama kunjungan lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health
Promotion (Promosi Kesehatan). Barangkali karena sangat terkesan dengan
kunjungannya ke Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan. Usulan itu
diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr.
Ilona Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health
Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa
kali, untuk mematangkan persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat
Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi
kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia.
Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia
tersebut dipicu oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health
Education di WHO baik di Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga
sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama organisasi profesi
Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For Health
Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga
ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia
sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.2
b. Definisi
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan
dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan
Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi).
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan
yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian
22
dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di
dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik
fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya.1
Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam
masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Menurut Green,
promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan
intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang
untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.2
Sedangkan istilah promosi kesehatan gigi adalah usaha meningkatkan
status kesehatan gigi masyarakat melalui pendekatan sosial, dan lingkungan yang
sering berada diluar kontrol masyarakat.
c. Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan utama promosi kesehatan adalah :
Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
Peningkatan perilaku masyarakat
Peningkatan status kesehatan masyarakat.
Menurut Green (1990), tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan,
yaitu :
1. Tujuan program
Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam
periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.
2. Tujuan pendidikan
23
Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat
mengatasi masalah kesehatan yang ada.
3. Tujuan perilaku
Tujuan perilaku merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai
(perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan
pengetahuan dan sikap.
d. Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi
yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa
yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang
program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi
dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang
Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO (World
Health Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,
maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun
masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya
yang harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi
kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan
dalam pencapaian suatu visi.
24
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :2
1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan
kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan
yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk
mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat
mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu
mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor
yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu
kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang
memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak
hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga
perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi
kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau
kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan
memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan
dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka
meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan
ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan keluarga akan meningkat.
e. Sasaran Promosi Kesehatan
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi
dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :
25
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan
menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak
sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini
sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan
serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan
setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat
kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada
lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan
pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat
sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah
pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker).
Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki
efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer
dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy). 1
f. Strategi Promosi Kesehatan
Menurut WHO, 1984 terdapat 3 strategi dalam promosi kesehatan, yaitu :2
26
1. Advokasi (advocacy)
Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan
orang-orang di bidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk
pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada level
pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang bergerak di bidang kesehatan
bisa memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memerhatikan
kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi para pembuat
kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada
kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat
mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007).
Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah). Melalui advokasi,
promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan
mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah
suatu cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu
usaha sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan
terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara bertahap maju. Misalnya
kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public
dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias
tersampaikan dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi kesehatan
yang kita sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah
(miskin).
2. Dukungan sosial
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh
masyarakat. Dukungan social adalah ketersdiaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga kita dapat
melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan social ini adalah orang lain
yang berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan
prasarana ketika kita akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang
27
memudahkan kita, atau dukungan emosional dari masyarakat sehingga promosi
yang diberikan lebih diterima.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)
Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan
adalah pemberdayaan masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi sifatnya
bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah kegiatan
pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya
partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat
sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku
karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-
kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi, 2007).
Dengan pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif
atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa Canada pada
tahun 1986 menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter). Di dalam Piagam
Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang
mencakup 5 butir yaitu:2
a) Kebijakan berwawasan kebijakan (Healthy Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
para penentu atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan
kebijakan-kebijakan publik yang mendukung atau menguntungkan
kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundanagan, surat-surat keputusan, dan sebagainya selalu
berwawasan atau berorientasi kepada kesehatan publik.
28
b) Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,
termasuk pemerintahan kota, agar mereka menyediakan sarana prasarana
atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi
masyarakat , atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum
tersebut. Lingkungan yangg mendukung kesehatan bagi tempat-tempat
umum antara lain: tersedianya tempat sampah, tersedianya tempat buang
air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya bagi perokok dan non
perokok dan sebagainya.
c) Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Realisasi dari reorientasi pelayanan kesehatan pelayanan
kesehatan i ni adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan
masyarakatagar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai
penerima pelayanan kesehatan, tettapinjuga sekaligus sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat.
d) Ketrampilan individu (Personnel Skill)
Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihra
kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan
ke fasilitas kesehatan profrsional, meningkatkan kesehatan, dan
sebagainya. Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat
individual dari pada massa.
e) Gerakan Masyarakat (Community Action)
29
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi
promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada
gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh sebab itu, promosi
kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat
dalam mewujudkan kesehtaan mereka. Tanpa adanya kegiatan
masyarakat di bidang kesehatan, niscahaya terwujud perilaku yang
kondusif untuk kesehatan, atau masyarakat yang mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.
g. Ruang Lingkup Promosi Pesehatan
Ilmu-ilmu yang dicakup promosi kesehatan dapat dikelompokkan
menjadi 2 bidang yaitu:2
1. Ilmu perillaku, yakni ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam membentuk
perilaku manusia, terutama psikologi, antropologi dan sosiologi.
2. Ilmu-ilmu yang diperlukan untuk interaksi perilaku (pembentukan dan
perubahan perilaku), antara lain pendidikan, komunikasi, manajemen,
kepemimpinan dan sebagainya.
Ruang lingkup promosi kesehatan dapat didasarkan kepada 2 dimensi,
yaitu dimensi aspek sasaran pelayanan kesehatan, dan dimensi tempat
pelaksanaan promosi atau tatanan (setting)
1. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan
, secara garis besar terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan, yakni:
a. Pelayanan preventif dan promotif, adalah pelayanan bagi kelompok
masyarakat yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan
meningkat status kesehatannya.
30
b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif, adalah pelayanan kelompok
masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnyadan
menjadi pulih kesehatannya.
Maka, berdasarkan jenis aspek pelayanan kesehtana ini, promosi
kesehatan mencakup 4 pelayanan, yaitu:
a. Promosi kesehatan pada tingkat promotif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif
adalah pada kelompok orang yang sehat, dengan tujuan agar mereka
mampu meningkatkan kesehatannya. Apabila kelompok ini tidak
memperoleh promosi kesehatan bagaimana memelihara kesehata,
maka kelompok ini akan menurun jumlahnya, dan kelompok orang
yang sakit akan meningkat.
b. Promosi kesehatan pada tingkat preventif
Disamping kelompok orang yang sehat, sasaran promosi kesehatan
pada tingkat ini adalah kelompok yang beresiko tinggi. Tujuan utama
promosi kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah kelompok-
kelompok tersebut agar tidak jatuh atau menjadi terkena sakit (primary
prevention)
c. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita
penyakit (pasien). Tujuan promosi kesehatan pada tingkat ini agar
kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak menjadi lebih
parah (secondary prevention).
d. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif
Promosi kesehtana pada tingkat ini mempunyai sasaran pokok
kelompok penderita atau pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu
penyakit. Tujuan utama promosi kesehatan pada tingkat ini adalah agar
mereka segera pulih kembali kesehatnnya, dan atau mengurangi
31
kecacactan seminimal mungkin. Denganperkataan lain, promosi
kesehatan pada tahap ini adalah pemulihan dan mencegah kecacatan
akibat penyakitnya (tertiary prevention).
2. Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat
pelaksanaan)
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Untuk mencapai
perilaku sehat masyarakat, maka harus dimulai pada tatanan masing-
masing keluarga. Dari teori pendidikan dikatakan, bahwa keluarga
adlah tempat persemaian manusia sebgaai anggota masyarakat. Karena
itu, bila persemaian itu jelek maka akan jelas berpengaruh pada
masyarakat. Agar masing-masing keluarga menjadi tempat yang
kondusif untuk tumbuhnya perilaku sehat bagi anak-anak sebagai
calon anggota masyarakat, maka promosi kesehatan akan sangat
berperan. Dalam promosi kesehatan, keluarga ini, sasaran utamanya
adalah orang tua terutama ibu. Karena ibulah dalam keluarga itu yang
sangat berperan dalam meletakkan dasar perilaku sehat pada anak-
anak mereka sejak lahir.
b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya
sekolah merupakan tempat lanjutan unutk meletakkan dasar perilaku
bagi anak, termasuk perilaku kesehatan. Peran guru dalam promosi
kesehatan disekolah sanagt penting, karena guru pada umunya lebih
dipatuhi oleh anak-anak daripada orang tuanya.
c. Promosi kesehatan pada tempat kerja
Promosi kesehatan di tempat kerja inidapat dilakukan oleh
pimpinan perusahaan atau tempat kerja dengan memfasilitasi tempat
kerja yang kondusif bagi perilaku sehat bagi karyawan atau
pekerjaanya, misalnya tersedianya air bersih, tempat pembuangan
32
kotoran, tempat smapah, kantin, ruang tempat istirahat, dan
sebagainya.
d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)
Tempat-tempat umum adalah tempat dimana orng-orang
berkumpul pada waktu-waktu tertentu. Di tempat-tempat umum juga
perlu dilaksanakan promosi kesehatan dengan menyediakn fasilitas-
fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat bagi pengujungnya.
e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan, poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya
adalah tempat adalah tempat yang paling strategis untuk promosi
kesehatan. Pelaksanaan promosi kesehatan di institusi pelayanan
kesehatan ini dapata dilakukan baik secara individual oleh para
petugas kesehatan kepada para pasien atau kelurga pasien, atau dapat
dilakukan pada kelompok-kelompok.
h. Penyerapan materi dalam promosi kesehatan
Seseorang belajar melalui panca inderanya. Setiap indera ternyata berbeda
pengaruhnya terhadap hasil belajar seseorang, sebagai mana gambaran berikut:
33
Oleh karena itu seseorang dapat mempelajari sesuatu dengan baik apabila ia
menggunakan lebihdari satu indera
Apa yang bisa kita ingat :
10% dari yang kita baca
20% dari yang kita dengar
30% dari yang kita lihat
50% dari yang kita lihat dandengar
80% dari yang kita ucapkan
90% dari yang kita ucapkan danlakukan
i. Metode pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah siatu kegiatan atau usaha
untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, masyarakat,
kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang
lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap
perilakunya. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat
membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka
dengansasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan
diskusi (FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapansecara tatap
muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya denganperantara
34
(media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melaluipertunjukan film, dsb
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
1) Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
- Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
- Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.
- Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran,
penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
- Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
- Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka
perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2) Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok
itu besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun
akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah.
2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
35
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan
diskusi/penyuluh duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih
tinggi, tiap kelompok punya kebebasan mengeluarkan pendapat,
pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur
sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu
peserta.
2) Curah pendapat (Brain Storming) ;
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan
satu masalah, kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan,
tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak
boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya
mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya
terjadi diskusi.
3) Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang).
Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih
kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap
mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya.
Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya
akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4) Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian
dilontarkan suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok
lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut.
36
Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari
kesimpulannya.
5) Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan
tertentu untuk memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter
puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya
sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan bagaimana
interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6) Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan
disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan
dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi
pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.
3) Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung.
Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional,
misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan
kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau
radio adalah juga merupakan pendidikan kesehatan massa. Contoh :
”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.
37
d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk
pendekatan kesehatan massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari
Sabtu siang (th 2006)
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya
jawab /konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan
bentuk pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya
adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo
ke Posyandu”. Andalah yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang
Nyamuk).
3. Berdasarkan Indera Penerima
a. Metode MELIHAT/MEMPERHATIKAN
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melaluiindera penglihatan, seperti :
Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo,Pemasangan Koran dinding,
Pemutaran Film
b. Metode PENDENGARAN
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengar,
umpamanya: Penyuluhan lewat radio, Pidato, Ceramah, dll
c. Metode “KOMBINASI”
Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara (dilihat, didengar,dicium, diraba
dan dicoba)
j. Media Promosi Kesehatan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat
bantu untuk promosikesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau
dicium, untuk memperlancarkomunikasi dan penyebar-luasan informasi
Kegunaan:
38
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan
papan tulis denganphoto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga,
baik secara kombinasi maupuntunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan,
yaitu :
• Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
• Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima oleh
sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan :
• Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir. Dengan
contoh yang telahdisebutkan pada bagian atas dapat dilihat bahwa salah tafsir
atau salah pengertian tentangbentuk plengsengan dapat dihindari.
• Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
• Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
• Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
• Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
1) Jenis / Macam Media
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyaibentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu
mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
• Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
• Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botol pengawet, dll
• Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti
oralit, dll
39
b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi
kesehatan. Halini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan,
misal ukuran benda asli yangterlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan
dapat dibuat dari bermacam-macam bahanseperti tanah, kayu, semen, plastik
dan lain-lain.
c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll.
Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata.Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya
dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster
biasanya ditempelkan pada suatu tempat yangmudah dilihat dan banyak
dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan,
papanpengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa
lukisan, ilustrasi, kartun,gambar atau photo.Poster terutama dibuat untuk
mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat.Karena itu cara
pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide
atausatu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai
daya tinggal lamadalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat
mendorong untuk bertindak.
Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat
yang singkat,padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana.
Ada beberapa yang disajikansecara berlipat.Leaflet digunakan untuk
memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnyadeskripsi
pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare
danpenecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan
pada saat pertemuan-pertemuandilakukan seperti pertemuan FGD,
40
pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, danlain-lain. Leaflet dapat dibuat
sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy.
d. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll
Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,
menggambarkan suatu cerita,kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam
sebuah album. Album ini bisa dibawa danditunjukan kepada masyarakat
sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnyaalbum photo
yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan
BABnyamenjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan
resmi dari Bupati.
Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak
disimpan dalambentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan
atau titik perhatian. Photo inidigunakan biasanya untuk bahan brosur,
leaflet, dll
Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide
ini sangat efektifuntuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat
mencermati setiap materi dengancara seksama, karena slide sifatnya dapat
diulang-ulang
Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun
bernuansa edikatif.
k. Teori Perubahan Perilaku3
a. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)
41
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources ),
misalnya: kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada
hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku
tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organism dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus
itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti disini. Tetapi
bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif.
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari oragnisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organism mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesedian
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap)
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku).
Proses perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
42
Stimulus
- Perhatian- Pengertian- Penerimaan
Reaksi tertutup(Perubahan sikap)
Reaksi terbuka(Perubahan Praktek)
b. Teori Festinger (dissonance Theory)
Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi social. Teori
ini sebenarnya sama dengan konsep “imbalance” (tidak seimbang). Hal ini
berarti bahwa keadaan “cognitive dissonance” adalah merupakan keadaan
ketidak seimbangan psikologis yang diliputi oleh letegangan diri yang berusaha
untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam
diri individu, maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan
ini disebut “consonance” (keseimbangan).
Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu
terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen
kognisi adalah pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu
menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan
pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam individu sendiri,
maka terjadilah dissonance.
Contoh: seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu pihak,
dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya, yang akhirnya
dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anak-anaknya, termasuk
kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas ia tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak yang lain, apabila ia bekerja, ia
khawatir terhadap perawatan terhadap anak-anaknya yang menimbulkan
masalah. Kledus elemen (argumentasi) ini sama-sama pentingnya, yakni rasa
tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.
Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara
kognitif. Dengan penyesuaian diri ini maka terjadi keseimbangan kembali.
Keberhasilan tercapainya keseimbangan kembali ini menunjukkan adanya
perubahan sikap dan akhirnya akan terjadinya perubahan perilaku.
43
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu
tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat
dimngerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960)
perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz
berasumsi bahwa:
1. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya.
Sebaliknya bila objek tidak dapat memnuhi kebutuhannya maka ia akan
berperilaku negatif. Misalnya, orang mau membuat jamban apabila jamban
tersebut benar-benar sudah menjadi kebutuhannya.
2. Perilaku dapat berfungsi sebagai ‘defence mecanism’ atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan
perilakunya, dengan tindakan-tindakannya manusia dapat melindungi
ancaman-ancaman yang datang dari luar. Misalnya, orang dapat
menghindari penyakit demam berdarah, karena penyakit tersebut
merupakan ancaman bagi dirinya.
3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam
peranannya dengan tindakannya itu seseorang senantiasa menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Dengan tinadakan sehari-hari tersebut
seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek
atau stimulus yang dihadapi.
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam
menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri
seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu
perilaku dapat merupakan layar di mana segala ungkapan diri orang dapat
dilihat. Misalnya orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya
dapat dilihat dari perilaku atau tindakannya.
44
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar individu, dan senantisas menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu, di dalam kehidupan
manusia, perilaku itu tampak terus menerus dan berubah sevara relatif.
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces)
dan kekuatan-kekuatan penahan (reinstraining forces). Perilaku itu dapat
berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di
dalam diri seseorang.
Sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri
seseorang itu, yakni:
1. Kekuatan –kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulus-
stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku.
Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi
sehubungan dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya, seseorang yang
belum ikot KB (ada keseimbangan antara penting anak sedikit, dengan
kepercayaan banyak anak banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut
KB) kalau kekuatan pendorong yakni pentingnya ber- Kb di naikkan
dengan penyuluhan-penyluhan atau usaha-usaha lain.
2. Kekuatan –kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya
stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.
Misalnya contoh diatas, dengan pemberian pengertian kepada orang
tersebut bahwa anak banyak rezeki, adalah kepercayaan yang salah, maka
kekuatan penahan tersebut melemah, adan akan terjadi perubahan perilaku
pada orang tersebut.
3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun. Dengan
keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti
45
pada contoh diatas juga, penyuluhan KB yang berisikan memberikan
pengertian terhadap orang tesebut tentang pentingnya ber-KB dan tidak
benarnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki akan meningkat
kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.
l. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan
menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern.
Faktor intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi emosi,
motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.
Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisikmaupun non fisik
seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.3
Menurut Green, perilaku itu sendiri ditentukan oleh oleh 3 faktor utama,
yaitu:2
1. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)
Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang, antara lain adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai
tradisi, dan sebagainya. Seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu,
karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan anak untuk
mengetahui pertumbuhannya.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau
tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan
prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya
Puskesmas, Posyandu, tempat pembuangan sampah dan sebagainya.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
Kadang-kadang meskipun sesorang tahu dan mampu untuk berperilaku
sehat, tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa
kehamilan, dan di dekat rumahnya ada Polindes, dekat dengan bidan, tetapi
46
ia tidak mau memeriksa kehamilannya, karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh
lainnya tidak pernah periksa kehamilan, namun anaknya tetap sehat. Hal ini
berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh
masyrakat.
2. Community Need Assessment
Berdasarkan National Networks of Libraries of Medicine (NNLM),
Community assessment didefinisikan sebagai suatu deskripsi sebuah komunitas dan
orang-orangnya dengan tujuan mengidentifikasi kebutuhan komunitas dalam
menyediakan pelayanan yang memedai terhadap kebutuhan tersebut. Sumber lainnya
mendifinisikan community assessment sebagai suatu proses mengumpulkan,
menganalisis dan melaporkan informasi mengenai kebutuhan masyarakat dan
besarnya kapasitas atau kekuatan yang ada dimasyarakat untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Dalam suatu program perencanaan, community assessment merupakan
bagian terpenting karena fokusnya bersumber dari komunitas. Pengumpulan data
tidak harus luas tetapi harus cukup untuk mengidentifikasi kebutuhan dan prioritas
dalam mendukung perencanaan keputusan. Dalam hal ini harus dipertimbangkan
beberapa kondisi yaitu budaya, ekonomi dan fisik yang membentuk masyarakat.
Community assessment atau penilaian komunitas juga dapat didefinisikan
sebagai kegiatan menilai kekuatan dan kelemahan suatu komunitas sebagai langkah
awal pertama untuk merencanakan proyek pelayananan yang efektif. Dengan
mempelajari isu yang terdapat dalam suatu komunitas, penilai dapat menemukan
peluang baru untuk proyek pelayanan dan mencegah duplikasi aset komunitas yang
telah ada.
Menurut Outreach NNLM GMR Simposium terdapat dua macam konsep yang
dapat digunakan dalam community assessment. Konsep tersebut meliputi konsep
formal dan non formal. Berikut adalah konsep yang diajukan oleh
Outreach NNLM GMR Simposium.
1. Formal
47
a. Data demografis, Data demografis ini berasal dari sensus dan abstrak statistik.
b. Survei, Tidak selalu tersedia dana untuk melakukan survei. Namun, dalam
penyusunan dana atau budget dalam suatu community assessment dana untuk
survei bisa saja dianggarkan.
c. Key Informant Interviews, Metode ini dilakukan oleh orang yang
terpercaya. Mereka bisa saja berasal dari anggota dalam suatu kelompok
community assessment yang dihormati di masyarakat atau bisa jadi berasal dari
kelompok lain yang bisa diajak bekerja sama.
d. Focus group Discussion, Diskusi ini dapat memakan waktu yang lama tetapi
sangat efektif untuk mengetahui hal-hal yang selama ini belum jelas.
e. Fungsi Masyarakat dan / atau Rapat, Dalam hal ini, dapat ditentukan
kebutuhan masyarakat melalui pertemuan-pertemuan.
2. Informal
a. WindShield Survey
Melakukan pengamatan didaerah kelompok komunitas yang akan diteliti.
b. Berjalan berjalan di sekitar area komunitas yang akan direncanakan untuk
diamati.
Berhenti di warung-warung kopi dan berbicara dengan masyarakat tentang hal-
hal yang mereka butuhkan dapat menjadi cara yang cukup efektif.
c. Kotak Saran.
Biarkan masyarakat memberikan dan mengekspresikan apa yang menjadi
kebutuhan mereka secara tersembunyi dengan menuliskan saran tentang
kebutuhan mereka yang diletakkan di dalam kotak saran.
Tujuan utama Community Assessment adalah untuk membuat keputusan
tentang rancangan program dan layanan berbasis informasi dimana yang akan
dikumpulkan dan dianalisis. Analisa data masyarakat digunakan sebagai bahan :
1. Mengidentifikasi permasalahan yang ada dan dirasakan oleh masyarakat
2. Menetapkan kebutuhan masyarakat
3. Menetapkan kekuatan masyarakat
48
4. Mengidentifikasi pola respon sehat-sakit masyarakat
5. Mengidentifikasi pola kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Dengan melakukan community assessment dan perencanaan, kita dapat
mengidentifikasi daerah terbesar dari kebutuhan masyarakat dan membuat program
yang memenuhi kebutuhan tersebut. Dibandingkan dengan terus menghabiskan
banyak sumber daya pada reaksi terhadap suatu masalah, akan lebih bijak untuk
mencegah bagaimana masalah tersebut tidak terjadi. Berbekal hasil community
assessment kita dapat menjangkau masyarakat dan menawarkan solusi di muka.
dengan melakukan community assessment, kita mendapatkan kredibilitas,
meningkatkan dukungan publik dan yang paling penting, menyelamatkan lebih
banyak nyawa.
Setidaknya ada 7 manfaat dalam melakukan community assessment seperti
yang dilakukan di American Indian/Alaska Native Head Start/Early Head Start
programs. Namun dalam hal ini akan disajikan 6 manfaat saja untuk menyesuaikan
dengan keadaan di Indonesia. Manfaat tersebut adalah:
1. Dapat membuat keputusan dan perencanaan
Community assessment adalah dasar untuk mendesain sebuah perencanaan, memilih
partner komunitas, membuat kolaborasi dan mengimplementasikan pelayanan yang
komprehensif untuk menemukan kebutuhan masing-masing keluarga dalam suatu
komunitas. Dengan menggunakan data yang didapat dari community assessment,
pemerintah dapat memfasilitasi suatu proses pembuatan keputusan.
2. Pelatihan dan pengembangan sumber daya
Community Assessment yang komprehensif adalah cara yang efektif untuk
mengedukasi staff, orangtua, dan pemerintah tentang apa yang mereka butuhkan, dan
kekuatan mereka, karakteristik keluarga dalam sebuah komunitas. Semua ini dapat
digunakan untuk merencanakan suatu pelatihan yang memadai.
3. Mengembangkan sumber daya komunitas
49
Community Assessment dapat membantu mengidentifikasi sumberdaya komunitas.
Pengumpulan informasi melalui community assessment dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang sumberdaya yang mereka punya.
4. Advokasi
Community Assessment menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk advokasi dan
menetapkan prioritas.
5. Respon terhadap perubahan kebijakan dan program
Perubahan prioritas seperti kesejahteraan merupakan tantangan reformasi staf
program. Community assessment dapat membantu program dan menjawab tantangan
tersebut dengan merumuskan tujuan dan sasaran yang tepat.
6. Dapat digunakan untuk mengajukan dana tambahan
Community assessement dapat digunakan untuk mengembangkan program baru,
membenarkan perlunya perluasan layanan, aplikasi dukungan untuk non-Kepala
pendanaan Start, dan mengidentifikasi khusus dana untuk program untuk mengatasi
kebutuhan.
Dengan kata lain, Community Assessment digunakan untuk membuat,
merencanakan dan mengevaluasi program baik di tingkat penerima maupun pada
tingkat federal. Keputusan tidak terbatas pada pilihan program, pusat lokasi, dan
bagaimana layanan akan diterima oleh anggota komunitas. Communtity assessment
memungkinkan untuk menentukan apakah telah terjadi perubahan kebutuhan
penduduk di suatu wilayah. Hasil program Community assessment dapat digunakan
untuk mengidentifikasi potensi masyarakat, menangkap kecenderungan data internal
dan eksternal, upaya advokasi dukungan, dan perencanaan program.
Indikator yang digunakan dalam suatu Community Assessment adalah:
a. Masalah Kesehatan
Rata-rata imunisasi untuk anak-anak yang masih muda
Persentase bayi dengan berat lahir rendah
Tingkat perawatan prenatal
Tingkat kelahiran untuk ibu tunggal di bawah 8 tahun
50
b. Kondisi Ekonomi
Tingkat kemiskinan
Jumlah siswa yang menerima makan siang dengan pengurangan/bebas harga
Dewasa muda di sekolah atau dipekerjakan
Tingkat mobilitas perumahan
c. Tingkat Sukses Sekolah
Pengukuran prestasi akademik dalam melewati materi pelajaran di kelas
Tingkat mobilitas pelajar
Putus sekolah dan tingkat retensi-kelas
d. Masalah Keluarga
Jumlah penempatan anak asuh
Jumlah keluarga di daftar tunggu tempat penitipan anak
Jumlah kasus Aid to Families with Dependent Children (AFDC)
e. Perkembangan Anak Usia Dini
Tingkat mulai awal dan partisipasi prasekolah
Persentase anak-anak dengan kebutuhan khusus
Tingkat pengasuhan remaja
Adapun beberapa prinsip community assessment adalah sebagai berikut:
1. Membangun kemitraan
Pada prinsipnya membangun hubungan kemitraan adalah dasar proses
Community Assessment. Landasan nyata dari suatu community assessment adalah
hubungan yang terjalin antara orang dan organisasi yang ada dalam masyarakat
tersebut serta saling mempercayai adalah kunci utama dalam melakukan community
assessment. Kemitraan sangat berguna dalam melakukan community assessment
karena banyak keuntungan yang dapat diambil dari masing-masing mitra. Sebuah
kemitraan umumnya terdiri dari warga masyarakat, lembaga-lembaga publik, dan
organisasi berbasis masyarakat. Setiap anggota memainkan peran penting dalam
membawa sumber daya untuk community assessment. Untuk melakukan community
asssessment, kita dapat membangun hubungan yang ada untuk membentuk kemitraan
51
atau mendirikan kemitraan yang baru. Terlepas dari apakah itu kemitraan baru atau
yang ada, di belakang masing-masing kemitraan yang sukses adalah hubungan saling
percaya antar para mitra. Sedangkan kemitraan yang sukses adalah di mana mitra:
a.memiliki kekuatan sama untuk pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
b. hubungan saling menguntungkan
c.terbuka untuk mendengarkan ide dan pendapat orang lain
d. sabar dan mau bekerja melalui perbedaan
e.saling percaya komitmen (waktu, sumber daya) untuk tujuan bersama
f. bertindak atas hasil bersama
g. menunjukkan tanggung jawab dan kepekaan terhadap mitra lain
h. berkomunikasi dengan baik satu sama lain
2. Pengembangan kapasitas komunitas
Community assessment harus mengembangkan kapasitas komunitas untuk
memecahkan masalah dan meningkatkan kekuatan dalam komunitas tersebut. Prinsip
ini didasarkan pada keyakinan bahwa masyarakat memiliki individu, organisasi, dan
institusi yang dapat bersama-sama memahami, membuat keputusan dan menjalankan
tindakan-tindakan untuk keuntungan komunitas mereka. Kapasitas komunitas
meliputi komitmen, sumber daya, dan kemampuan dalam komunitas tersebut yang
dapat dikembangkan dalam peningkatan kekuatan komunitas dan pemecahan
masalah. Dalam rangka melakukan perubahan masyarakat, penting untuk
membangun kapasitas warga masyarakat sehingga di masa depan mereka dapat
mengembangkan keterampilan mereka sendiri untuk melakukan penilaian. Peran
profesional adalah untuk bermitra dengan masyarakat, membantu memfasilitasi
pengembangan kapasitas komunitas dan mendorong perubahan dalam kondisi sosial
dan lingkungan yang mempengaruhi masyarakat.
Melalui Community assessment, suatu komunitas memperoleh keterampilan
untuk mengumpulkan informasi yang mereka butuhkan. Mereka akan mampu
menggunakan keterampilan di masa depan dengan sedikit bantuan dari Departemen
Kesehatan Masyarakat atau organisasi-organisasi mitra. Melakukan penilaian
52
lingkungan juga merupakan proses pembangunan kapasitas Departemen Kesehatan
Masyarakat dan organisasi-organisasi mitra lainnya. Pengetahuan dan keterampilan di
transfer dari masyarakat untuk staf Kesehatan Masyarakat dan organisasi mitra
lainnya.
3. Proses Community assessment dikendalikan oleh komunitas
Prinsip utama lainnya adalah bahwa proses community assessment perlu
dikendalikan oleh warga masyarakat. Ini berarti bahwa masyarakat memutuskan
apakah mereka ingin melakukan community assessment, apa yang mereka inginkan
untuk dinilai, bagaimana mereka ingin melakukannya, bagaimana mereka ingin
menyajikan hasil, dan bagaimana mereka ingin menggunakan hasil untuk tindakan
masyarakat. Intervensi berbasis masyarakat adalah yang paling berhasil bila
masyarakat memiliki peran sentral dalam mengidentifikasi masalah dan menentukan
intervensi. (Institute of Medicine,988). Di suatu komunitas, warga masyarakat adalah
pusat untuk merancang dan mengembangkan penilaian. Staf dari Departemen
Kesehatan Masyarakat hanya menyediakan sumberdaya, keterampilan teknis dan
bimbingan untuk menyelesaikan penilaian.
4. Penekanan pada aset komunitas
Penekanan pada aset masyarakat sejalan dengan prinsip peningkatan kapasitas
masyarakat. Aset masyarakat berasal dari individu, kelompok, organisasi, dan
institusi. Berikut adalah beberapa contoh aset masyarakat.
Kualitas Warga Aset
Warga yang suka membaca
Warga yang suka berkebun
Warga yang suka menjadi relawan
Bisa menjadi mentor anak-anak, membaca
untuk orang tua yang sudah rabun
Dapat berbagi informasi tentang berkebun
Dapat menjadi bagian dalam kegiatan
siskamling
Mungkin dapat menyumbangkan uang atau
53
Organisasi dan sumber daya lainnya jasa
Aset masyarakat harus diidentifikasi oleh warga yang tinggal di daerah
tersebut. Hal ini sering sulit bagi orang yang tidak tinggal di daerah tersebut untuk
mengetahui apa yang ada, atau yang di dapat dari aset tersebut. Aset komunitas
adalah sumber daya dalam masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas hidup. Menghubungkan aset individu dan kelompok dapat meningkatkan
kekuatan seluruh masyarakat. Selain itu, proses identifikasi aset masyarakat
membantu warga untuk lebih baik memanfaatkan sumber daya yang ada di komunitas
mereka dan mengembangkan keterampilan yang dapat mereka gunakan dalam
penilaian masa depan atau dalam memecahkan masalah.
Proses Community assessment
Langkah Awal Sebelum Dilakukan Community assessment
Terdapat beberapa langkah yang diperlukan sebelum dilakukan penilaian
masyarakat. Langkah-langkah tersebut yakni ruang lingkup penilaian, jumlah peneliti
yang terlibat dalam penilaian, waktu pembatasan baris, memastikan relevansi dan
ketersediaan data dan persetujuan formal dan informal diperlukan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan. Penjelasan dari pertimbangan ini akan
dijelaskan secara tersendiri.
1. Ruang Lingkup Penilaian
Lingkup Penilaian dapat ditentukan berdasarkan sumber dan survey terhadap daerah
yang akan diamati.
2. Jumlah Peneliti yang Terlibat dalam Penilaian
Meskipun informasi yang kumpulkan dari berbagai sumber, lembaga dan penyedia
layanan kesehatan, semua informasi dikumpulkan dan disusun akan dilakukan oleh
peneliti sendiri.
3. Kendala Waktu
Penyelesaian tepat waktu dari penilaian diperlukan untuk memungkinkan
dilakukannya umpan balik atau pun evaluasi.
54
4. Relevansi dan Ketersediaan Data Penilaian
Dalam menentukan penilaian masyarakat, relevansi dan ketersediaan data penilaian
harus diuji sebelumnya.
Langkah-langkah dalam melakukan community assessment bervariasi,
tergantung pada masalah perencanaan yang dihadapai masyarakat. Kelompok
perencanaan sebaiknya sudah memulai pekerjaan dalam mempersiapkan community
assessment yaitu dengan memasukkan pemangku kepentingan (stakeholders),
mengembangkan visi untuk masa depan komunitas, dan membuat daftar pertanyaan
yang perlu dijawab oleh penilaian masyarakat. Ada lima langkah dasar dalam proses
Community assessment:
a. Langkah 1: Merencanakan dan Mengatur
b. Langkah 2: Rancangan Pengumpulan Data
c. Langkah 3: Mengumpulkan Data
d. Langkah 4: Data Review dan Analisa Data
e. Langkah 5: Membuat Keputusan
Objek Community assessment
Mengenal karakter masyarakat yang akan diberi informasi akan menjadi
proses yang panjang. Idealnya, jika waktu dan sumber daya memadai, data dapat
dikumpulkan dari siapa saja (kerangka sampling) di suatu tempat yang mempunyai
karakter yang diminati, namun pengumpulan data dari tiap orang jarang terjadi.
Sering sampel acak dipilih. Sampel adalah kelompok kecil yang diminta untuk
ikut serta memberikan informasi. Sampel acak jika tiap orang yang berada dalam
kerangka sampel memiliki kesempatan yang sama untuk sebuah sampel. Jika
mengumpulkan informasi menggunakan sampel acak, daftar dari tiap orang dengan
mengenal karakter daerah yang dilakukan penilaian terkadang sulit untuk diperoleh.
Untuk bukan sampel acak seperti grup, penting untuk memperhatikan orang
yang akan memberikan informasi dalam suatu populasi. Tanpa memperdulikan
55
mekanisme sampel. Harus dipertimbangkan untuk memberikan pertanyaan, jumlah
pertanyaan, dan kuisoner yang dikirim, cara kuisoner dibuat.(ukuran, jarak tulisan,
menarik perhatian responden).
Contoh jenis data pada Community Health Assessment adalah :
1. Data Subjektif: data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yg diungkapkan secara
langsung melalui lisan.
2. Data Obyektif: Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan
dan pengukuran.
3. Pengkajian data dasar: pengkajian inti komunitas dilakukan dengan singkat
mengenai : data penduduk sebagai struktur inti
a. Riwayat kesehatan yang ada (bagaimana terjadinya resiko penyakit,
jenis penyakit yang sering ada, mengenai siapa saja, berapa lama,
didaerah mana, bagaimana upaya masyarakat, bagaimana program
yang ada).
b. Konsep diri (bagaimana persepsi anggota terhadap
kelompok/masyarakat itu sendiri)
c. Kultur, bagaimana perkembangan masyarakat itu sendiri, bagaimana
nilai/keyakinan masyarakat, adakah tradisi khusus, bagaimana
mengartikan sehat-sakit.
d. Support, adakah dukungan dari profesi masyarakat, bagaimana bentuk
dukungan yang ada
e. Statistik, distribusi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
penghasilan, pekerjaan, suku, mortalitas, morbiditas, dll
Pengumpulan data
Pada saat akan mengumpulkan data kita harus mengetahui siapa yang akan
mengumpulkan data, bagaimana mengumpulkan data, dan bagaimana
melaporkannya. Untuk itu dalam pengumpulan data diperlukan relawan dari grup kita
yang dapat menyalurkan kuisoner jika jumlah relawan memadai dan pelatihan
56
penyaluran relawan tersedia. Melakukan wawancara telepon, percakapan langsung,
fokus grup, dan beberapa metode lainnya membutuhkan pelatihan khusus dan
keterampilan. Sebuah kelompok harus mempertimbangkan seseorang yang memiliki
pengalaman diarea yang dipilih. Penelitian akan menghemat waktu untuk grup.
Grup sebaiknya mempunyai anggota yang berpengetahuan dalam membuat
dengan informasi yang telah dikumpulkan. Frekuensi dihitung untuk respon terhadap
pertanyaan. Kadang-kadang tambahan analisis yang melihat perbedaan respon antara
kelompok responden (misalnya, responden dengan tingkat pendidikan tinggi lebih
mungkin untuk menjawab pertanyaan dengan cara tertentu) dapat dilakukan oleh
orang dengan keterampilan dalam crosstabbing informasi.
Membuat pemindahan respon ke pertanyaan terbuka (untuk survei surat dan
telepon) dan komentar yang dikumpulkan menggunakan metode lain seperti fokus
grup, percakapan langsung sangat membantu. Namun, meringkas atau menganalisis
jenis informasi ini adalah proses subjektif. Seorang konsultan teknis dapat
memberikan ringkasan atau memandu Anda melalui langkah-langkah dalam
membuat ringkasan anda sendiri. Hasil analisa dari data dasar tersebut dijadikan
bahan untuk diskusi pada lokakarya mini atau musyawarah dengan masyarakat.
Menilai kekuatan dan kelemahan komunitas adalah sebuah langkah awal yang
penting dalam perencanaan proyek pelayanan yang efektif. Dengan mengambil waktu
untuk belajar tentang isu-isu masyarakat anda, kelompok dapat membuat suatu
kesempatan baru untuk proyek pelayanan dan mencegah duplikasi dari aset
masyarakat yang telah ada.
Communities in Action (605A-EN) memberikan petunjuk rinci untuk
melakukan penilaian masyarakat yang efektif. Alat berikut dapat digunakan bersama-
sama dengan penilaian untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan
masyarakat dan membuat penggunaan terbaik dari sumber daya yang tersedia.
Kelompok-kelompok bisa mengadaptasi assesment murah ini sesuai masyarakat
mereka. Alat-alat Community assessment terdiri dari: survey, inventarisasi asset,
pemetaan masyarakat, jadwal kegiatan harian, kalender musiman, cefe masyarakat,
57
focus group, diskusi panel. Cara dalam mengumpulkan data untuk melakukan
community assessment dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sebuah focus group adalah kelompok kecil yang datang bersama-sama untuk
menanggapi serangkaian tertentu pertanyaan. Hal ini digunakan untuk mendengarkan
orang-orang dan mempelajari pendapat mereka tentang suatu topik. Informasi yang
dikumpulkan melalui diskusi kelompok tentang topik tertentu adalah data. Hasilnya
dapat digunakan untuk menjadi acuan kegiatan kelompok selanjutnya. Sebuah
kelompok fokus dapat:
1. Membawa ide-ide baru dan berbeda
2. Mengumpulkan informasi dalam waktu singkat
3. Mengumpulkan informasi yang luas pada satu topik
4. Menangkap lebih mendalam dan intensitas respon dari survey
VII. Kerangka Konsep
58
dr. Rita selaku dokter
klinik FK Unsri
Berbagai masalah yang timbul dilingkungan FK
Unsri
Mencoba mengatasi masalah tersebut secara
holistik
Mengatasi keluhan klinis
pasien
Berkoordinasi dengan pihak
dekanat
Bergerak terutama dalam preventif dan
edukasi
VIII. Kesimpulan
Mahasiswa, dosen dan karyawan FK Unsri mengalami masalah kesehatan yang di
akibatkan dari faktor sanitasi lingkungan yang tidak sesuai di lingkungan FK
Unsri. Dr. Rita yang bekerja di Unit Kesehatan FK Unsri berusaha
menanggulangi masalah kesehatan yang terjadi di lingkungan FK Unsri.
59
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul (1995): Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, PT.
Binarupa Aksara, Jakarta.
Azwar, Azrul, Justam, Judil dan Bustami, Nilda S (1983): Bunga rampai, dokter
keluarga; Kelompok Studi Dokter Keluarga, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (1989): Sistem Kesehatan Nasional, DEPKES RI,
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi
Kesehatan, Jakarta 2004.
EURACT.2005. The European Definition Of General Practice / Family Medicine.
Gan GL, Azwar A, Wonodirekso S. 2004. A Primer on Family Medicine Practice.
Singapore International Foundation . Penang Road.
Heri D.J Maulana. Promosi Kesehatan. EGC, Jakarta, 2009.
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka cipta,
Jakarta, 2005.
WONCA. 1991.The Role of General Practitioner/ Family Physician in Health Care
Systems : A statement from WONCA
World Health Report. 2008. Primary Health Care: Now More Than Ever. WHO.
60