laporan tutorial blok 19c (kelompok 7)
TRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO C BLOK 19
Disusun oleh: Kelompok 7
Nurul Hayatun Nupus 04111001008
Rike Lestari 04111001027
Lidya Kartika 04111001051
Rahman Ardiansyah 04111001055
Zhazha Savira 04111001081
Lianita 04111001083
Fadhli Aufar Kasyfi 04111001091
Aini Nur Syafa’ah 04111001092
Rio Yus Ramadhani 04111001103
Nyimas Nursyarifah 04111001113
Aulia Putri Mentari 04111001114
Utari Mudhia 04111001117
Ramadan A.D. 04111001129
Tutor : dr. Sully Aulin Rusminan, SpPA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2012-2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan Tutorial
Skenario B Blok 19 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian
dari skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim Penyusun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat
dalam pembuatan laporan ini.
Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan sangat bermanfaat
bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul...................................................................................................................1
Kata Pengantar..................................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................................3
Skenario............................................................................................................................4
Klarifikasi Istilah...............................................................................................................4
Identifikasi Masalah..........................................................................................................5
Analisis Masalah...............................................................................................................5
Hipotesis............................................................................................................................23
Sintesis..............................................................................................................................24
Kerangka Konsep..............................................................................................................38
Kesimpulan.......................................................................................................................38
Daftar Pustaka...................................................................................................................39
3
SKENARIO C BLOK 19 TAHUN 2013
Tn. A, 47 tahun dating berobat ke klinik Neurologi RSMH dengan keluhan nyeri
pinggang yang menjalar ke kaki kiri. Nyeri ini dialami sejak 2 hari yang lalu. Nyeri mula-
mula terjadi setelah menurunkan koper dari kabin pesawat. Nyeri pinggang ini sering dialami
tapi bersifat hilang timbul, nyeri terasa ketika bersin, atau batuk. Riwayat jatuh terduduk
dialami 2 tahun. Tn. A bekerja sebagai karyawan bank swasta.
Pemeriksaan fisik:
Vital sign: TD = 120/80 mmHg, Nadi = 80x/menit, pernapasan: 24x/menit, Suhu = 37oC,
VAS = 7
Pemeriksaan neurologi:
Laseq dan Kernig sign (+) pada kaki kiri
Refleks fisiologis KPR & APR menurun pada kaki kiri.
Gangguan sensibilitas berupa hipestesi dari ibu jari kaki ke lutut.
I. KLARIFIKASI ISTILAH
VAS : Visual Analog Scale; alat ukur yang valid dan reliable pada
pengukuran intensitas nyeri baik akut maupun kronik.
Laseq : Skiatika; fleksi sendi panggul bersifat nyeri bila lutut diekstensikan,
tetapi tidak nyeri bila lutut difleksikan.
Kernig sign : Ketidakmampuan mengekstensikan kaki secara lengkap pada posisi
duduk atau berbaring dengan paha difleksikan kearah abdomen; pada
posisi dekubitus dorsal, tungkai dapat diekstensikan secara lengkap dan
mudah.
KPR : Knee Pess Reflex; pemeriksaan refleks patella
APR : Achilles Pess Reflex; pemeriksaan reflex tendo Achilles
Hipestesi : Kepekaan yang munurun abnormal terutama pada sentuhan
4
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Tn. A, 47 tahun, seorang karyawan bank swasta mengeluh nyeri pinggang menjalar ke
kaki kiri sejak 2 hari yang lalu yang mula-mula dirasakan saat menurunkan koper dari
kabin pesawat.
2. Nyeri pinggang yang dialami bersifat hilang timbul dan diperparah oleh batuk dan
bersin.
3. Tn. A pernah mengalami jatuh terduduk 2 tahun yang lalu
4. Pemeriksaan fisik dan neurologi
III. ANALISIS MASALAH
1. Tn. A, 47 tahun, seorang karyawan bank swasta mengeluh nyeri pinggang
menjalar ke kaki kiri sejak 2 hari yang lalu yang mula-mula dirasakan saat
menurunkan koper dari kabin pesawat.
a. Bagaimana anatomi dan persarafan tulang belakang?
(Lihat di sintesis)
b. Apa etiologi dari nyeri pinggang?
- Kelelahan otot
- Beban punggung dan
pinggang yang terlalu berat
- kesalahan posisi duduk,
berdiri, atau mengangkat
barang
- adanya herniasi pada diskus
intervertebralis
- spinal stenosis
- spondylolisthesis
- penegangan dan peradangan nervus
ischiadicus
- piriformis syndrome
- penyakit-penyakit penuaan seperti
osteoartritis
- pasca melahirkan
Nyeri pada kasus ini adalah nyeri radikular. Nyeri radikular yang merupakan
manifestasi iritasi terhadap radiks dorsalis atau ganglion spinal berikut suatu saraf
spinal tertentu adalah nyeri yang beradiasi ke kawasan dermatomal bangunan
tersebut. Apabila terdapat defisit radikular, maka daerah yang hipesterik atau
parestetik itu ialah kawasan dermatomal bangunan tersebut diatas itu juga.
5
c. Bagaimana mekanisme nyeri pinggang yang menjalar ke kaki kiri?
Nyeri pinggang yang menjalar ke kaki kiri adalah suatu nyeri radikuler. Nyeri
radikuler ini memiliki karakteristik antara lain mirip dengan nyeri alih tetapi
intensitas nyeri lebih hebat, radiasi distal sesuai inervasi dari radix saraf, dan
dipengaruhi oleh faktor pemicunya.
Nyeri diawali ketika terjadi perpindahan lokasi dari material nucleus ke kanalis
spinalis maka akan muncul respon inflamasi. Secara signifikan telah dibuktikan,
adanya rusakan dari diskus intervertebralis akan meningkatkan molekul
proinflamasi IL-1, IL-8 dan TNF α. Kemudian makrofag merespon dalam upaya
untuk membersihkan kanalis spinalis dari benda asing. Hal ini diikuti terbentuknya
skar yang berkaitan dengan nyeri. Suatu kompresi saraf akut yang bertanggung
jawab terhadap disfungsi saraf, kompresi saraf motoris menyebabkan kelemahan
dan kompresi saraf sensoris menyebabkan kesemutan. Nyeri radikuler ini
disebabkan dari inflamasi saraf yang menghubungkan antara kompresi saraf,
herniasi diskus intervertebralis dengan gejala klinis.
Lebih lanjut robekan radial dari diskus intervertebralis dan keluarnya materi
nuclear berpotensi menyebabkan toksisitas dari saraf. Hal ini diikuti respon
inflamasi yang sering berakibat pada iritasi saraf yang menyebakan nyeri radikuler
tanpa kesemutan, kelemahan atau hilangnya reflex saraf.
Berdasarkan penjalarannya herniasi terjadi di L5-S1 di mana nyeri biasanya
menjalar ke Midgluteal sciatica, posterior dari femoris, posterolateral ext. Inf.,
lateral dari dorsum pedis, tumit/calx, atau lateral dari pes/jari kaki.
d. Apa hubungan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan terhadap keluhan Tn.A?
- Umur
Kandungan air dalam diskus intervertebralis akan berkurang secara alamiah
akibat bertambahnya usia sekitar 50-60 tahun. Akan tetapi, beberapa penelitian
juga menunjukkan bahwa HNP dapat terajadi di usia produktif yaitu antara
umur 30-55 tahun. Dengan bertambahnya umur kandungan air di dalam
nucleus pulposus berkurang dan digantikan dengan fibrokartilago.
6
- Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri
pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin
seseorang dapat memperngaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena
pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami
siklus mesntuasi, selain itu monopause juga dapat menyebabakan kepadatan
tulang berkurang akibat penurunan hormon esterogen sehingga memungkinkan
terjadinya nyeri pinggang. Bagaimanapun juga, interpretasi dari perbedaan
jenis kelamin terletak juga pada perbedaan pekerjaan dan tugas-tugas atau
aktivitas kesehariannya.
- Pekerjaan:
Hubungan pekerjaan dan aktivitas dengan keluhan utama (nyeri punggung
bawah) adalah pada seorang pegawai bank kemungkinan sering duduk yang
merupakan factor resiko dari peningkatan tekanan diskus intervertebralis dan
aktivitas mengangkat beban dengan membungkuk ke depan akan menambah
tekanan pada diskus intervertebralis dimana pada usia lanjut terjadi perubahan
kadar air dan perubahan menjadi jaringan fibrokartilago pada nucleus pulposus
sehingga dengan adanya tekanan yang besar pada diskus intervetebralis, dapat
dengan mudah menyebabkan robeknya annulus fibrosus dan keluarnya nucleus
pulposus yang menekan radiks saraf L5 dengan dermatom area punggung
bawah sehingga terjadi nyeri punggung bawah.
2. Nyeri pinggang yang dialami bersifat hilang timbul dan diperparah oleh batuk
dan bersin.
a. Mengapa nyeri pinggang bersifat hilang timbul?
Nyeri bersifat hilang timbul karena adanya discus yang degenerasi oleh faktor
usia dan mengalami trauma sehingga nucleus prolapse atau protrusio. Kerusakan
yang masih reversible menyebabkan suatu gejala hilang timbul ketika di trigger
dengan aktivitas dan hilang ketika beristirahat.
7
b. Mengapa nyeri pinggang dapat diperparah oleh batuk dan bersin?
Peninggian tekanan cairan serebrospinal akibat batuk atau bersin mengakibatkan
eksaserbasi nyeri radikuler pada penderita HNP
3. Tn. A pernah mengalami jatuh terduduk 2 tahun yang lalu.
a. Apa hubungan nyeri pinggang yang dialami Tn. A sekarang dengan riwayat
jatuh terduduk 2 tahun yang lalu?
Trauma yang terjadi pada pada diskus intervertebralis (seperti
jatuh terduduk) walaupun ringan dapat menyebabkan penonjolan
annulus fibrosus sampai terjadi robekan annulus fibrosus.
Herniasi pembungkus bantalan menyebabkan penekanan pembuluh
darah balik, kantung saraf maupun saraf itu sendiri. Iritasi akibat
penekanan dari bantalan tulang tersebut dapat menyebabkan rasa nyeri
sampai kelumpuhan dari saraf yang tertekan.
Pada trauma berulang
berikutnya robeknya tersebut dapat menjadi lebih lebar atau meluas dan di
samping itu terjadi pula robekan - robekan bersifat radial. Bila hal ini terjadi
maka menjebolnya nukleus pulposus hanya menunggu waktu saja. Tergantung
triger sehingga dapat menyebabkan daya mekanik yang berat pada diskus seperti
mengangkat beban berat dengan posisi yang tidak benar, menarik beban yang
berat maka hernia nukleus pulposus dapat terjadi ke berbagai arah. Faktor trauma
ini dapat terjadi dalam 1 kejadian, seperti jatuh terduduk cukup keras dan
langsung dapat menyebabkan pecahnya Nucleus Pulposus (gel pada
disc/bantalan ruastulang belakang) akibat tekanan berat/shock di sepanjang
tulang belakang pada saat jatuh terduduk. Pada anak muda yang mengalami jatuh
seperti ini, biasanya mereka tidak akan merasakan sakit pada saat itu juga,
malah cenderung mereka bisa langsung berdiri dan melakukan aktivitas
seperti biasa. Namun kebanyakan kasus yang terjadi, mereka akan
merasakan gejala sakit pinggang bertahun - tahun kemudian. Berbeda
halnya bila cedera i n i t e r j a d i p a d a o r a n g y a n g s u d a h
b e r u m u r . M e r e k a a k a n m e r a s a k a n n y e r i p i n g g a n g s e c a r a
l a n g s u n g . Ha l i n i d i
8
ka re nakan ka rena pe rbedaan e l a s t i s i t a s da r i Nucleus Pulposus
(gel pada disc / bantalan ruas tulang belakang) itu sendiri. Nucleus
Pulposus terdiri dari air dan kolagen yang mempunyai kekuatan dan
elastisitas untuk menahan beban dalam ruas tulang belakang, pada saat kita
berdiri dan duduk. Pada usia yang lebih muda, kandungan air dalam Nucleus
Pulposus masih tinggi, sehingga dapat menahan shock / tekanan yang
lebih tinggi, dibandingkan pada usia yang lebih tua, yang Nucleus
Pulposusnya t e l ah men ga l ami degene ra s i a t au pe nu runan
ka rena kandung an a i r t e l ah men urun ak iba t p ro se s penuaan
( ag ing process), mungkin itu juga yang menyebabkan Tn.A baru merasakan
nyeri setelah 2 tahun sejak terjadinya trauma.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan vital
sign dan pemeriksaan neurologi
i. Vital sign: Normal
ii. Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Interpretasi
Laseq (+) pada kaki kiri Adanya nyeri pada saat ekstensi
disebabkan oleh neuritis dari
serabut radiks sensoris atau pada
n.ischiadicus
Kernig sign (+) pada kaki kiri Terdapat tahanan dan nyeri pada
kaki kiri disebabkan oleh neuritis
dari serabut radiks sensoris atau
pada n.ischiadicus
KPR (Knee Pess
Reflex)
Menurun pada
kaki kiri
Terdapat penurunan refleks
ekstensi lutut oleh m. quadriceps
femoris karena terjepitnya radiks
saraf motorik di L4
APR (Achilles
Pess Reflex)
Menurun pada
kaki kiri
Terdapat penurunan refleks plantar
fleksi oleh m.gastrocnemius karena
9
terjepitnya radiks motorik di S1
Sensibilitas Hipestesia dari ibu
jari kaki ke lutut
Berdasarkan dermatom, lesi radiks
sensorik yang mengakibatkan
penurunan jari kaki ke lutut adalah
L4,L5, dan S1
b. Bagaimana cara pemeriksaan :
i. VAS
VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri
dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai
dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan
diberi tanda “bad pain” (nyeri hebat). Pasien diminta untuk menandai
disepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan
pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi
oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skorenya yang menunjukkan level
intensitas nyeri. Kemudian skore tersebut dicatat untuk melihat kemajuan
pengobatan/terapi selanjutnya. VAS lebih sensitif terhadap perubahan pada
nyeri kronik daripada nyeri akut:
Keterangan :
0 1-3 4-6 7-9 10
Tidak
nyeri
Nyeri ringan;
secara
obyektif
pasien dapat
berkomunikasi
dengan baik.
Nyeri sedang;
secara obyektif
pasien mendesis,
menyeringai,
dapat
menunjukkan
lokasi nyeri,
dapat
mendeskripsikan
nya, dapat
mengikuti
perintah dengan
baik.
Nyeri berat;
secara obyektif
klien terkadang
tidak dapat
mengikuti
perintah tapi
masih respon
terhadap tindakan,
dapat
menunjukkan
lokasi nyeri, tidak
dapat
mendeskripsikann
Nyeri sangat
berat : Pasien
sudah tidak
mampu lagi
berkomunikasi,
memukul.
10
ya, tidak dapat
diatasi dengan
alih posisi nafas
panjang dan
distraksi
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau
intensitas nyeri tersebut. Pasien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri
sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini
berbeda bagi perawat dan pasien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga
sulit untuk dipastikan.
ii. Laseq
Caranya: Pasien yang sedang baring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya.
Kemudian satu tungkai diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan
lurus (tidak bergerak)
- Interpretasi: Tanda lasegue (+) bila sakit / tahanan timbul pada sudut < 70°
(dewasa) dan < 60° (lansia)
- Tanda Lasegue (+) dijumpai pada meningitis, isialgia, iritasi pleksus
lumbosakral (ex.HNP lumbosakralis)
iii. Kernig sign
Caranya: Penderita baring, salah satu pahanya difleksikan sampai membuat
sudut 90°. Lalu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya
ekstensi dilakukan sampai membentuk sudut 135°
11
- Interpretasi: Tanda Kernig Sign (KS) (+) bila terdapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum mencaai sudut 135°
- Kernig Sign (+) dijumpai pada penyakit – penyakit seperti yang terdapat
pada tanda lasegue (+) seperti meningitis, isialgia, iritasi pleksus
lumbosakral (ex.HNP lumbosakralis).
iv. Refleks fisiologi KPR & APR
KPR atau Refleks Patella
Mintalah pasien untuk duduk dengan tungkai bergantung di tempat tidur atau kursi
Untuk memperkuat tindakan refleks patella, mintalah pasien untuk mengganggam kedua tangannya dan menariknya ketika pemeriksa mengetuk tendo tersebut
Raba daerah tendo patella, di bagian tersebut pemeriksa memukulkan refleks hammer
Respon (+) : ekstensi lutut karena kontraksi m. quadrisep femoris. Refleks ini berjalan melalui lumbal kedua, ketiga, dan keempat.
APR atau Refleks achilles
Mintalah pasien untuk memposisikan tubuhnya seperti merangkak dengan bagian plantar menggantung di ujung tempat tidur
Pemeriksa memegang telapak kaki ke arah dorsofleksi
Dengan refleks hammer, pemeriksa mengetuk bagian tendo Achilles
12
Respon (+): plantar fleksi karena kontraksi m. gastrocnemius dan m. soleus. Refleks ini berjalan melalui segmen sakral pertama dan kedua.
v. Pemeriksaan sensibilitas
Pemeriksaan sensibilitas ada 3, yaitu :
1. Pemeriksaan Sensasi taktil (sensasi rabaan)
Alat yang digunakan: (pilih salah satu)
- Kuas halus
- Kapas
- Bulu
- Tissue
- Ujung jari tangan
Cara pelaksanaan:
- Ucapkan salam dan perkenalan
- Menjelaskan apa yang akan dilakukan
- Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dan mata tertutup
- Pasien dimohon santai dan jangan tegang
- Daerah yang dirangsang harus bebas dari pakaian, bulu atau rambut.
- Sentuhkan alat pada daerah tertentu seringan mungkin.
- Pasien dimohon untuk mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’ terhadap yang
dirasakan, mengatakan tempatnya dimana, dan lebih terasa yang kanan
atau kiri.
- Bandingkan bagian tubuh kiri dan kanan.
Hasil:
Thigmestesia berarti rasa raba halus. Thigmanesthesia berarti kehilangan
rasa raba halus
2. Pemeriksaan Sensasi Nyeri
Alat yang digunakan: jarum
Cara pelaksanaan:
- Ucapkan salam dan perkenalan
- Menjelaskan apa yang akan dilakukan
13
- Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dan mata tertutup
- Pasien dimohon santai dan jangan tegang
- Daerah yang dirangsang harus bebas dari pakaian, bulu/rambut.
- Pemeriksa harus lebih dulu mencoba jarum terhadap dirinya.
- Sentuhkan alat pada daerah tertentu seringan mungkin.
- Pasien dimohon untuk mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’ terhadap yang
dirasakan, mengatakan tempatnya dimana, dan lebih terasa yang kanan
atau kiri.
- Pasien dimohon membedakan 2 titik rangasangan ( normalnya, orang
bisa ngebedain 2 titik yang jaraknya lebih dari 1 cm)
- Bandingkan bagian tubuh kiri dan kanan.
3. Pemeriksaan Sensasi Thermal
Yaitu sensasi suhu (dingin / panas)
Alat yang digunakan: Tabung berisi air dingin(5-10’C) / panas(40-45’C)
Cara pelaksanaan:
- Ucapkan salam dan perkenalan
- Menjelaskan apa yang akan dilakukan
- Posisikan pasien dalam keadaan berbaring dan mata tertutup
- Pasien dimohon santai dan jangan tegang
- Daerah yang dirangsang harus bebas dari pakaian, bulu/rambut.
- Pemeriksa harus lebih dulu mencoba tabung dingin/panas terhadap
dirinya.
- Tempelkan tabung dingin/panas pada kulit pasien di daerah tertentu.
- Pasien dimohon mengatakan apakah terasa dingin /panas.
- Bandingkan bagian tubuh kanan dan kiri.
5. Bagaimana cara penegakkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang lain pada
kasus ini?
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum, pemeriksaan
neurologik dan pemeriksaan penunjang
Anamnesis
14
Hal-hal yang perlu ditanyakan adalah seputar keluhan utama yang membawa
pasien datang ke rumah sakit.
- Keluhan utama : Nyeri pinggang
- Mulai timbul : dua hari yang lalu setelah menurunkan koper dari
kabin pesawat
- Lokasi nyeri : Pinggang dan menjalar ke kaki kiri
- Sifat nyeri : Hilang timbul, diperburuk jika bersin atau batuk
- Riwayat trauma : Pernah jatuh terduduk 2 tahun yang lalu
Inspeksi
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada pasien:
- Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
- Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
- Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang terinflamasi
diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan pada saraf spinal
tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen yang tertekan di
sebelahnya (jackhammer effect).
- Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh membungkuk
ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu sisi atau ke lateral
yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral menandakan adanya
HNP pada sisi yang sama.
Palpasi
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis atau dengan jalan menggerakkan ke kanan
ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons pasien. Penekanan dengan jari
jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada
vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain memfokuskan pada kelainan neurologis.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan kurang
dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada hiperefleksia
yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN). Dari
15
pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau
LMN.
Pemeriksaan motoris : harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan
kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan
memperhatikan miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik : Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena
membutuhkan perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti
diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom
yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam menunjukkan informasi
lokalisasi dibanding motoris.
Dapat juga dikenali dengan tanda dan gejala yang timbul, yaitu :
- Nyeri Tekan = Door Bell’s Sign
- Nyeri Radikuler
- Lasseque Sign (+)
- Naffziger Sign (+)
- Chin – Chest (+)
- Nyeri Pada : gerakan pinggang, batuk, bersin
- Defisit Sensorik Pada Tungkai Bawah Bagian Lateral / Tumit
- APR dan KPR melemah
Gambaran klinisnya berdasarkan lokasi terjadinya herniasi :
nyeri punggung bawah yang berat
nyeri yang menyebar ke bokong dan ektremitas inferior
nyeri bertambah berat dengan batuk, tertawa ataupun straining.
numbness pada ektremitas inferior
Kelemahan otot yang selanjutnya dapat menjadi atrofi
Spasme otot
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
Darah : mencari penyebab lain
LP : peningkatan protein, blok LCS
16
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang
terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu
skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
Radiologis Tulang Belakang ; penipisan diskus, hilangnya disc space
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang. dapat memperlihatkan adanya
kompresi pada spinal canal oleh herniasi dari diskus
Mielografi : melihat level ukuran & jauh lokasi herniasi
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap
memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena dan
EMG / ENG : melihat hantar saraf & otot
MRI sangat berguna bila:
- vertebra dan level neurologis belum jelas
- kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
- untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
- kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
6. Apa DD dan WD pada kasus ini?
Diagnosis
banding
HNP L4-L5 Spondilosis Spondilitis
Nyeri Radikular Radikular Radikular
Hipestesia Hilang
sensibilitas
Hilang
sensibilitas
Hilang
sensibilitas
Berdasarkan penegakkan diagnosis dan DD yang ada, pada kasus ini terjadi
radikulopati et causa HNP pada L4-L5 dan L5-S1
17
7. Apa etiologi dari kasus ini?
- Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra
- Spinal stenosis
- Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll
- Pembentukan osteofit
- Degenerasi dan degradasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nukleus
mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga menyebabkan herniasi dari
nukleus hingga anulus.
8. Bagaimana epidemiologi dari kasus ini?
Herniasi diskus intervertebralis atau hernia nukleus pulposus sering terjadi pada pria
dan wanita dewasa dengan insiden puncak pada dekade ke 4 dan ke 5. Kelainan ini
banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan
mengangkat. HNP pada daerah lumbal lebih sering terjadi pada usia sekitar 40 tahun
dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. HNP servikal lebih sering terjadi pada
usia 20-40 tahun. HNP torakal lebih sering pada usia 50-60 tahun dan angka kejadian
pada wanita dan pria sama. Hampir 80% dari HNP terjadi di daerah lumbal. Sebagian
besar HNP terjadi pada diskus L4-L5 dan L5-S1. Sedangkan HNP servikal hanya
sekitar 20% dari insiden HNP.
9. Apa faktor risiko dari kasus ini?
Lifestyle seperti pengguna tembakau (mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah), kurangnya latihan atau
olahraga, dan juga inadekuat nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan diskus.
Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus menjadi lebih kering
yang akhirnya menyebabkan kekakuan atau elastisitas dari diskus menurun.
Postur tubuh yang tidak proposional yang dikombinasi dengan mekanisme gerak
tubuh yang tidak benar dapat menyebabkan stres dari lumbar spine.
faktor indeks massa tubuh yang meliputi berat badan, tinggi badan, yang
berhubungan dengan tumpuan terhadap tubuh jadi berlebih.
18
Jenis kelamin, laki-laki lebih banyak dikaitkan dengan aktivitas yang lebih berat
pada laki-laki.
Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik
barang-barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung,
latihan fisik yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
trauma.
10. Bagaimana patogenesis dari kasus ini?
Proses degenerative
Kehilangan protein polisakarida & kandungan air menurun
HNP
Nukleus pulposus terdorong
Menekan ujung saraf spinal
Nyeri, penurunan reflex, hipestesi
Discus yang paling sering terkena adalah vertebra L4-L5, dan antara L5-S1 karena
herniasi paling besar kemungkinan terjadi pada bagian kolumna yang lebih mobile ke
kolumna yang kurang mobile. Perubahan degenerative akibat penurunan fisiologis
(faktor resiko: umur dan jenis kelamin) akan mengurangi kadar protein dan air nucleus
pulposus sehingga annulus fibrosus mudah ruptur. Proses herniasinya dapat dijelaskan
menjadi 4 tahap:
1. Degenerasi diskus : Perubahan struktur kimia
yang berhubungan dengan usia sehingga
menyebabkan diskus mudah ruptur namun belum
terjadi herniasi
2. Prolaps : Bentuk dan posisi diskus berubah
dengan sedikit ke arah ujung saraf spinal
3. Extrusion : nucleus pulposus yang berbentuk
seperti gel akan merobek annulus fibrosus namun
4. Sequestration : nucleus pulposus merobek
annulus fibrosus dan menjepit ujung saraf spinal
19
Radix yang cedera akibat terjepit dari nucleus pulposus akan menghasilkan sensasi
nyeri. Nyeri menjalar ke arah tungkai dan kaki sesuai dengan distribusi saraf yang
bersangkutan. Karena radix posterior (sensoris) yang paling sering tertekan adalah
L5 dan S1, perasaan nyeri biasanya menjalar ke lateral tungkai dan menjalar ke
telapak kaki. Tekanan pada radix anterior mengakibatkan kelemahan otot. Jika
yang terkena radix motorik L4, ekstensio lutut akan melemah (KPR menurun).
Jika L5, dorsofleksi pergelangan kaki akan melemah. Sedangkan bila mengenai
radix motorik S1, plantarfleksi akan melemah (APR menurun)
20
11. Apa manifestasi klinis dari kasus ini?
Manifestasi klinis HNP tergantung dari radiks saraf yang lesi. Gejala klinis yang
paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus
iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut menjalar
sampai di bawah lutut. Itulah sebabnya pada pasien ini nyeri dirasakan sampai ke kaki
kiri. Bila saraf sensorik yang besar (A beta) terkena akan timbul gejala kesemutan atau
rasa tebal sesuai dengan dermatomnya.Pada kasus berat dapat terjadi kelemahan otot
dan hilangnya refleks tendon patela (KPR) dan Achills (APR). Bila mengenai konus
atau kauda ekuina dapat menekan ujung saraf di kauda equina, menyebabkan sindrom
kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga menyebabkan nyeri kaki
21
bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis kandung kemih, dan kelemahan
sfingter ani. Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda berat,
membungkuk akibat bertambahnya tekanan intratekal. Kebiasaan penderita perlu
diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk pada sisi yang sehat.
12. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini?
(Lihat sintesis)
13. Bagaimana pencegahan pada kasus ini?
- Menjaga postur tubuh yang baik ( duduk, berdiri , berjalan dan beraktivitas dengan
posisi yang benar dan aman)
- Menghindari trauma tulang belakang (terlalu sering mengangkat beban berat
dengan posisi yang salah)
- Menghindari menyetir terlalu lama
- Mengontrol Berat Badan
14. Apa komplikasi dari kasus ini?
- Kelemahan dan atropi otot
- Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
- Kehilangan kontrol otot sphinter
- Paralis / ketidakmampuan pergerakan
- Perdarahan
- Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
15. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Kebanyakan pasien penderita HNP 80-90% akan membaik keadaannya kepada
aktivitas normal tanpa terapi yang agresif, dan dapat sembuh sempurna dalam
hitungan kira-kira 1-2 bulan. Tetapi sebagian kecil akan berlanjut menjadi kronik
nyeri punggung bawah walaupun telah menjalani terapi. Dan bila berlanjut dengan
22
adanya keluhan pada kontrol bowel dan bladder maka perlu dipikirkan kembali untuk
dilakukan tindakan bedah.
Perawatan dan pengobatan konservatif yang baik umumnya dapat memberikan
penyembuhan ( tergantung berat-ringan prolaps)
Keluhan dapat berulang pada gerakan yg berlebihan atau salah
Gejala sisa berupa nyeri neuropatik, parestesia sering ditemukan
16. Apa KDU dari kasus ini?
3A: Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan
IV. HIPOTESIS
Tn. A, 47 tahun seorang karyawan bank swasta mengalami low back pain akibat HNP
(Hernia Nucleous Pulposus)
23
V. SINTESIS
ANATOMI DAN FISOLOGI TULANG BELAKANG
a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher yang membentuk daerah
tengkuk.
b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk bagian
belakang torax atau dada.
c. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang yang membentuk daerah lumbal
atau pinggang.
d. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang yang membentuk sakrum atau
tulang kelangkang.
e. Empat vertebra coccygeus atau ruas tulang tungging atau ekor yang membentuk tulang
ekor.
Lengkung ruas tulang bagian leher melengkung ke depan, lengkung ruas tulang dada ke
arah belakang, daerah pinggang melengkung ke depan dan pelvis atau kelangkang
lengkungannya kearah belakang.
24
vertebra servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil dibandingkan
dengan ruas tulang lainnya, ciri dari ruas tulang punggung adalah semakin ke bawah
semakin membesar dilihat dari segi ukurannya yang memuat persendian untuk tulang iga.
Ruas tulang pinggang adalah yang terbesar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya.
Sakrum atau tulang kelangkang terletak di bagian bawah tulang belakang dengan bentuk
segitiga, dan ruas tulang ekor terdiri dari 4 atau 5 vertebra yang bergabung menjadi satu
dan letaknya berada di bagian paling bawah dari tulang belakang atau spine. Ruas-ruas
tulang belakang diikat oleh serabut yang dinamakan dengan ligamen.
Tulang belakang dapat patah akibat dari pukulan keras atau rusak karena faktor
kecelakaan atau faktor usia, selain itu tulang belakang juga dapat mengalami kelainan
seperti lengkungan tulang dada yang berlebihan mengakibatkan bongkok atau kifosis,
lengkung lumbal atau pinggang yang belebihan mengakibatkan lordosis, dan bengkoknya
ruas tulang punggung dan pinggang yang mengarah ke arah samping kiri atau kanan yang
disebut dengan Scoliosis (Evelyn C. Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis).
Fungsi Tulang Belakang
1. Tulang belakang memiliki fungsi sebagai pendukung tubuh yang kokoh untuk dapat
melakukan duduk, berdiri maupun berjalan.
2. Sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram (di antara 2 ruas tulang)
yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan membongkok tanpa
patah. Cakram juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi pada saat
menggerakan badan seperti pada saat berlari dan meloncat.
25
3. Tulang belakang juga memikul berat badan
4. Sebagai permukaan untuk kaitan otot dan tulang iga dimana fungsi tulang iga atau
rusuk adalah sebagai pelindung organ tubuh vital seperti jantung dan paru-paru.
Saraf-saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves)
Saraf tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik; dimulai dari
ujung saraf dorsal dan ventral dari sumsum tulang belakang (bagian di luar sumsum tulang
belakang). Saraf-saraf tersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang di sepanjang
perjalanannya menuju otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang
saraf tulang belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama cabang-
cabang yang menuju otot-otot kepala (skeletal muscles).Mekanisme input (masuknya
informasi-informasi sensoris ke sumsum tulang belakang) dan output dari proses tersebut
yang menghasilkan informasi-informasi motorik dapat dijelaskan sebagai berikut: Soma sel
dari axon-axon saraf tulang belakang yang membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum
tulang belakang terletak di luar sistem saraf pusat (kecuali untuk sistem visual karena retina
mata adalah bagian dari otak). Axon-axon yang datang membawa informasi sensoris ke
susunan saraf pusat ini adalah saraf-saraf afferent. Soma-soma sel dari axon yang membawa
informasi sensoris tersebut berkumpul di dorsal root ganglia. Neuronneuron ini merupakan
neuron-neuron unipolar. Batang axon yang bercabang di dekat soma sel, mengirim informasi
ke sumsum tulang belakang dan ke organ-organ sensoris. Semua axon di dorsal root
menyampaikan informasi sensori motorik.
26
Diskus Intervertebralis
Nukleus pulposus adalah gel viskus yang terdiri dari proteoglikan yang mengandung
kadar air yang tinggi. Nukleus pulposus memiliki fungsi menahan beban sekaligus sebagai
bantalan. Dengan bertambahnya usia kemampuan nukleus pulposus menahan air sangat
berkurang sehingga diskus mengerut, terjadi penurunan vaskularisasi sehingga diskus menjadi
kurang elastis. Pada diskus yang sehat, nukleus pulposus akan mendistribusikan beban secara
merata ke segala arah, namun nukleus pulposus yang mengerut akan mendistribusikan beban
secara asimetris, akibatnya dapat terjadi cedera atau robekan pada anulus.
27
HERNIA NUCLEOUS PULPOSUS (HNP) PADA LOW BACK PAIN
DEFINISI
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh trauma atau
perubahan degeneratif yang menyerang massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1,
atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang atau
kambuh.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nukleus dari diskus ke dalam
anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah herniasi atau penonjolan keluar dari nukleus pulposus
yang terjadi karena adanya degenerasi atau trauma pada anulus fibrosus.
Herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan
penekanan akar syaraf yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik.
Nukleus Pulposus adalah bantalan seperti bola dibagian tengah diskus (lempengan
kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra).
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan
diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul.
Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan
rupturnya nukleus pulposus.
Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga
langsung ke kanalis vertebralis.
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh proses
degeneratif atau trauma yang ditandai dengan menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke
dalam anulus yang menimbulkan kompresi saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah yang
berat, kronik dan berulang (kambuh). HNP yang sering disebut pula sebagai slipped
disc adalah terjebol atau menonjolnya nukleus pulposus dari tempatnya semula melalui
bagian terlemah dari discus.
Kelainan Mekanik Berkaitan Dengan LBP Kronis
Hernia Nukleus
Pulposus
Osteoarthritis Spinal Stenosis
Umur 30 – 50 tahun >50 tahun >60 tahun
Pola nyeri
28
Lokasi Pinggang Pinggang Tungkai
Onset Akut Akut Buruk
Berdiri Menurun Meningkat Meningkat
Duduk Meningkat Menurun Menurun
Membungkuk Meningkat Menurun Menurun
Straight leg raising + - + dengan tekanan
X- ray - + +
CT Hernia diskus Artritis sendi Penyempitan kanal
MR scan Hernia diskus Penyempitan kanal
ETIOLOGI
Radiculopathy merujuk pada setiap penyakit yang mengenai pusat syaraf tulang
belakang. Herniated disk adalah salah satu penyebab radiculopathy (sciatica). Kebanyakan
hernia terjadi di bagian punggung bawah (daerah lumbar) pada punggung. Lebih dari 80%
piringan yang hernia terjadi di punggung bagian bawah. Paling sering terjadi pada orang
berusia 30 sampai 50 tahun. diantara usia ini, pelindung tersebut melemah. Bagian dalam,
yang dibawah tekanan tinggi, bisa menekan melalui sebuah sobekan atau bintik yang
melemahkan pada penutup dan menonjol keluar. Setelah usia 50 tahun, bagian dalam piringan
tersebut mulai mengeras, membuat hernia sedikit mungkin. Sebuah piringan bisa sobek secara
tiba-tiba, luka trauma atau luka berulang. Obesitas ataupun mengangkat benda berat, terutama
mengangkat beban dengan posisi yang tidak semestinya dapat meningkatkan resiko tersebut.
Lumbar disk herniation terjadi 15 kali lebih sering dibandingkancervical disk
herniation, dan ini adalah salah satu penyebab yang paling umum pada nyeri punggung
belakang. Cervical disk mengenai 8% setiap kali dan upper-to-mid-back disk (thoracic) hanya
1-2 % setiap kali.
Faktor Risiko
1. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah
- Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
- Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
- Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
2. Faktor risiko yang dapat dirubah
29
- Pekerjaan dan aktivitas : duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-
barang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
- Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
- Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
- Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
strain pada punggung bawah.
- Batuk lama dan berulang
KLASIFIKASI
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi,
tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang
berulang. Proses penyusutan nukleus pulposus pada ligamentum longitudinal posterior
dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan
ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh.
Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps,
mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat
penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan
melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari
nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya
(kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau
beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf
melawan apophysis artikuler.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma
vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-
otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini
melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6
dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal
syaraf. Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan
mengacu pada kerusakan kulit.
30
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya
terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan
melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang
serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut love dan
schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thoracal
paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit
atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
PATOGENESIS
HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan. Empat langkah terjadinya HNP adalah:
1. degenerasi discus: perubahan kimia yang terkait dengan usia menyebabkan discus
menjadi lemah.
2. Prolapse: bentuk ataupun posisi dari diskus dapat berubah yang ditunjukkan dengan
adanya penonjolan ke spinal canal. Hal ini sering pula disebut
dengan bulge atau protrusion.
3. Extrusion: nucleus pulposus keluar melalui robekan dari annulus fibrosus.
4. Sequestration atau Sequestered Disc: nucleus pulposus keluar dari annulus fibrosus dan
menempati sisi luar dari discus yaitu pad
Lokasi HNP dapat bermanifestasi pada keadaan klinis yang berbeda tergantung dari arah
ekstrusi dari nucleus pulposus:
1. Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak mengakibatkanya munculnya
gejala yang berat kecuali nyeri.
2. Bila menonjolnya nukleus ke arah dorsal medial maka dapat menimbulkan penekanan
medulla spinalis dengan akibatnya gangguan fungsi motorik maupun sensorik pada
ektremitas, begitu pula gangguan miksi dan defekasi yang bersifat UMN.
3. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat menyebabkan
tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan menyebabkan gejala neuralgia
radikuler.
4. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke dalam korpus
vertebral dan disebut dengan nodus Schmorl.
31
PATOFISIOLOGI
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dapat disebabkan oleh proses degeneratif dan trauma
yang diakibatkan oleh (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat
benda berat) yang berlangsung dalam waktu yang lama. Diskus intervertebralis merupakan
jaringan yang terletak antara kedua tulang vertebra, yang dilingkari oleh anulus fibrosus yang
terdiri atas jaringan konsentrik dan fibrikartilago dimana didalamnya terdapat substansi
setengah cair. Substansi inilah yang dinamakan dengan Nukleus Pulposus yang mengandung
berkas-berkas serat kolagenosa, sel jaringan ikat, dan sel tulang rawan. Bahan ini berfungsi
sebagai peredam-kejut (shock absorver) antara korpus vertebra yang berdekatan, dan juga
berperan penting dalam pertukaran cairan antara diskus dan kapiler. Diskus intervertebra ini
membentuk sekitar seperempat dari panjang keseluruhan kolumna vertebralis. Diskus paling
tipis terletak di regio lumbalis. Seiring dengan bertambahnya usia, kandungan air diskus
berkurang (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia) dan diskus menjadi lebih
tipis sehingga resiko terjadinya HNP menjadi lebih besar. Kehilangan protein polisakarida
dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus.
Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada
herniasi nukleus.Selain itu serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi,yang ikut
berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan HNP melalui anulus disertai penekanan
saraf spinalis. Dalam herniasi diskus intervertebralis, nukleus dari diskus menonjol kedalam
anulus (cincin fibrosa sekitar diskus) dengan akibat kompresi saraf. Kehilangan protein
polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan
pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setelah
trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat beban berat dalam
waktu yang lama) kartilago dapat cedera, kapsulnya mendorong kearah medulla spinalis atau
mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap saraf spinal saat
muncul dari kolumna spinal.
Sebagian besar herniasi diskus (proses bertahap yang ditandai serangan-serangan
penekanan akar saraf) terjadi di daerah lumbal di antara ruang lumbal IV ke V (L4 ke L5),
atau lumbal kelima (L5 ke S1), hal ini terjadi karena daerah inilah yang paling berat
menerima tumpuan berat badan kita pada saat beraktivitas. Arah tersering herniasi bahan
Nukleus pulposus adalah posterolateral. Karena akar saraf daerah lumbal miring kebawah
sewaktu keluar melalui foramen saraf, herniasi diskus antara L5 dan S1 lebih mempengaruhi
saraf S1 daripada L5.
Hernia Nukleus Pulposus yang menyerang vertebra lumbalis biasanya menyebabkan
nyeri punggung bawah yang hebat, mendesak, menetap beberapa jam sampai beberapa
32
minggu, rasa nyeri tersebut dapat bertambah hebat bila batuk, bersin atau membungkuk, dan
biasanya menjalar mulai dari punggung bawah ke bokong sampai tungkai bawah. Parastesia
yang hebat mugkin terjadi sesudah gejala nyeri menurun, deformitas berupa hilangnya
lordosis lumbal atau skoliosis, mobilitas gerakan tulang belakang berkurang (pada stadium
akut gerakan pada bagian lumbal sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi
tulang belakang), nyeri tekan pada daerah herniasi dan bokong (paravertebral), klien juga
biasanya berdiri dengan sedikit condong ke satu sisi.
Apabila kondisi ini berlangsung terus menerus dapat meninbulkan komplikasi antara
lain berupa radiklitis (iritasi akar saraf), cedera medulla spinalis, parestese, kelumpuhan pada
tungkai bawah.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang
perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan berdenyut
menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar (A beta) terkena akan timbul
gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya. Pada kasus berat dapat terjadi
kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patela (KPR) dan Achills (APR). Bila mengenai
konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan fungsi seksual.
Sindrom kauda equina dimana terjadi saddle anasthesia sehingga menyebabkan nyeri
kaki bilateral, hilangnya sensasi perianal (anus), paralisis kandung kemih, dan kelemahan
sfingter ani. Sakit pinggang yang diderita pun akan semakin parah jika duduk, membungkuk,
mengangkat beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak. Istirahat dan penggunaan
analgetik akan menghilangkan sakit yang diderita.
Pada kasus ini Hernia Lumbosakralis, gejala pertama biasanya low back pain yang
mula-mula berlangsung dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh
posisi badan tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga
kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau
ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam gluteus
dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah
tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri
tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal.
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai atas dan
bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari muskulus ekstensor
kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
33
PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
- Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk
- Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya, lordosis, ada tidak jalur
spasme otot para vertebral? deformitas? kiphosis? gibus?
2. Palpasi
Palpasi sepanjang columna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada salah satu procesus
spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba pada palpasi atau adanya spasme otot
para vertebral)
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah adalah
benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu maka
biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya,
dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui.
2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana yang terganggu
akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus tibialis anterior
akan menurun kekuatannya.
3. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron bawah dan
meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan HNP maka
reflek tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang
4. Tes-tes
a. Tes lasegue (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf
ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka
nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai
ujung kaki.
b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai
yang sakit maka dikatakan crossed lasegue positif.Artinya ada lesi pada saraf
ischiadicus atau akar-akar saraf yang membentuk saraf ini.
34
c. Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxa
900 dicoba untuk meluruskan sendi lutut.
d. Patrick sign (FABERE sign)
FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes
ini penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada
tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi
rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non
neurologik misalnya coxitis.
e. Chin chest maneuver
Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini akan mengakibatkan
tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis spinalis. Akibatnya maka akar-akar
saraf akan ikut tertarik ke atas juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah
dan lumbal atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akat saraf tersebut.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Rontgen Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang dan ruang
invertebratalis dan dapat digunakan untuk mengesampingkan kecurigaan patologis lain
seperti tumor atau osteomielitis.
2. MRI : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal
lumbal, serta menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak yang dapat
memperkuat bukti adanya discus.
3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada MRI.
Mielogram menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus / melihat adanya
polineuropati. Pemeriksaan ini dapat melokolisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal utama
yang terkena.
5. Venogram epidura : dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram terbatas.
6. Pungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya darah.
7. Tanda LeSeque : dengan mengangkat kaki lurus keatas,dapat mendukung diagnosa awal
dari herniasi diskus intervetebra ketika muncul nyeri pada kaki posterior.
8. Pemeriksaan urine : menyingkirkan kelainan pada saluran kencing.
9. LED : menyingkirkan adanya diagnosa banding tumor ganas, infeksi, dan penyakit
Reumatik.
35
Komplikasi
1. kelumpuhan pada ekstremitas bawah
2. cedera medula spinalis
3. radiklitis (iritasi akar saraf)
4. parestese
5. disfungsi seksual
6. hilangnya fungsi pengosongan VU dan sisa pencernaan
Prognosa
Umumnya prognosa baik dengan pengobatan yang konservatif. Presentasi rekurensi dari
keadaan ini sangat kecil. Tetapi kadang-kadang pada sebagian orang memerlukan waktu
beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk memulai lagi aktivitasnya tanpa disertai rasa
nyeri dan tegang pada tulang belakang. Keadaan tertentu (misalnya dalam bekerja) yang
mengharuskan pengangkatan suatu benda maka sebaiknya dilakukan modifikasi untuk
menghindari rekurensi nyeri pada tulang belakang. Kebanyakan pasien penderita HNP 80-
90% akan membaik keadaannya kepada aktivitas normal tanpa terapi yang agresif, dan dapat
sembuh sempurna dalam hitungan kira-kira 1-2 bulan. Tetapi sebagian kecil akan berlanjut
menjadi kronik nyeri punggung bawah walaupun telah menjalani terapi. Dan bila berlanjut
dengan adanya keluhan pada kontrol bowel dan bladder maka perlu dipikirkan kembali untuk
dilakukan tindakan bedah.
PENCEGAHAN
Bekerja atau melakukan aktifitas dengan aman, menggunakan teknik yang aman. Mengontrol
berat badan bisa mencegah trauma punggung atau pinggang pada beberapa orang
36
TERAPI NON FARMAKOLOGI DAN FARMAKOLOGI PADA HNP
1. Konservatif Non farmakologis :
a. Bed rest mutlak 2- 3 minggu dgn bed yg padat tidak melengkung dgn posisi releks
atau bantal “comfort”
b. Pemanasan di daerah yg sakit
c. Latihan / mobilisasi bertahap dgn bantuan korset
d. Traksi hanya sedikit membantu
e. Menghindari “ over movement “ pasca sakit
2. Konservatif farmakologis :
a. Analgesik
b. NSAID
c. Muscle relaxan
d. Steroid
e. Penenang minor atau major bila perlu
Perawatan konservatif dianjurkan 3 - 4 minggu dan bila gagal dipertimbangkan
operasi.
3. Operatif
a. Tidak selalu diperlukan
b. Kegagalan perawatan konservatif ; keputusan operasi dipandu dokter.
c. HNP berulang dan semakin buruk
d. HNP dgn komplikasi ganguan motorik, otonom
e. HNP radikuler dgn kelumpuhan otot
37
VI. KERANGKA KONSEP
VII. KESIMPULAN
Tn. A, 47 tahun mengalami radikulopati et causa HNP pada radiks spinal L4-L5 dan L5-S1
38
Proses degenerative (usia)
Kehilangan protein polisakarida dan
kandungan air menurun
HNP Trauma Stres okupasi atau
pekerja
Nukleus pulposus terdorong
Kompresi radiks spinal L4-L5, L5-S1 sinistra
Perubahan sensasi Nyeri Penurunan reflex fisiologi
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Lubis, I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung Bawah,
Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
Ropper, Allan H., Robert H. Brown. 2005. Adam and Victor’s Principle of Neurology 8th
edition (Chapter 11). Boston: McGraw Hill Company.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta: EGC
Sidharta, Priguna, M.D., Ph.D. 2008. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Jakarta:
Dian Rakyat
Sidharta, Priguna, M.D., Ph.D. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Snell, Richard S. 2006. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Wheeler AH, Stubbart J. Pathophysology of chronic back pain. Up date April 13,
2006. www.emedicine.com/neuro/topic516.htm
39