laporan emulsi fix

Upload: ekwan-prasetyo-azlin

Post on 09-Oct-2015

147 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Farmasi Fisika Pengujian Stabilitas Emulsi

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    1/24

    PERCOBAAN IV

    EMULSIFIKASI

    A. Tujuan

    1. Menghitung jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam

    pembuatan emulsi

    2. Membuat emulsi dengan menggunakan emulgator golongan surfaktan

    3. Mengevaluasi ketidakstabilan emulsi

    4. Menentukan HLB butuh minyak yang digunakan dalam pembuatan

    emulsi

    B. Dasar Teori

    Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan

    obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi

    atau surfaktan yang cocok(Ditjen POM, 1979).

    Emulsi merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi

    dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil (globul) yang stabil dengan

    adanya penambahan emulgator. Sebagai emulgator, gelatin mengelilingi

    tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang diad-sorpsi pada

    permukaan dari tetesan fase terdis-persi. Lapisan tersebut mencegah

    terjadinya kontak atau berkumpulnya kembali globul atau fase terdispersi,

    sehingga kestabilan emulsi terjaga (Marzuki, 2011).

    Tujuan emulsi adalah untuk membuat suatu sediaan yang stabil dan rata

    dari dua cairan yang tidak dapat bercampur, untuk pemberian obat yang

    mempunyai rasa lebih enak, serta memudahkan absorpsi obat (Ansel, 1989).

    Salah satu cara yang diterapkan oleh industri farmasi saat ini untuk

    meningkatkan kelarutan suatu obat yang bersifat lipofilik atau hidrofobik

    adalah dengan membuat sediaan emulsi. Penerimaan oleh pasien menjadi

    alasan yang paling penting mengapa emulsi menjadi bentuk sediaan farmasi

    yang terkenal. Untuk obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan dapat

    dibuat lebih enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi.

    Sebagai contoh minyak mineral yang mempunyai efek sebagai laksatif,

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    2/24

    vitamin yang larut dalam minyak, dan preparat- preparat makanan yang

    berkadar lemak tinggi dapat diberikan dalam bentuk emulsi m/a. Penggunaan

    sediaan emulsi dapat meningkatkan absorpsi dari obat tersebut (Jufri, 2004).

    Cairan yang terkandung dalam emulsi umumnya tidak terlarut. Sepertiga

    dari bahan ditambahkan untuk memastikan keseragaman dispersi dan untuk

    memberikan kestabilan pada campuran bahan. Ketiga bahan tersebut

    diketahui sebagai agen pengemulsi. Emulsi sendiri mempunyai tiga bagian

    yaitu fase internal, fase kontinu atau fase luar dan agen pengemulsi.

    (Jeanskins, 1956)

    Agen pengemulsi adalah sebuah agen pengaktif permukaan yang secara

    nyata menurunkan tegangan permukaan dan secara bersamaan

    meempertahankan bentuk lapisan tipis dari globul terdispersi. Pengawet

    dalam farmasi digunakan untuk melawan pertumbuhan mikroorganisme.

    Efektifitas pengawet bergantung pada unsur dari produk tersebut serta

    kehadiran berbagai jenis mikroorganisme (Parrot, 1971)

    Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang

    disebut emulgator (emulsyifing agent) atau surfaktan yang dapat mencegah

    koalesensi, yaitu penyatuan globul kecil menjadi globul besar dan akhirnya

    menjadi satu fase tunggal yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi

    dengan cara menempati antar-permukaan globul dan fase eksternal, dan

    dengan membuat batas fisik disekeliling globul yang akan berkoalesensi.

    Surfaktan juga mengurangi tegangan permukaan antarfase sehingga

    meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.

    Surfaktan dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu kationik,

    anionik, nonionik dan amfoter. Surfaktan anionik memiliki kepala yang

    bermuatan negatif. Surfaktan kationik memiliki kepala yang bermuatan

    positif di dalam air. Surfaktan nonionik tidak memiliki muatan, sehingga

    menjadi penghambat bagi dekativasi kesadahan air. Kebanyakan surfaktan

    nonionik berasal dari ester alkohol lemak. Contoh surfaktan ini adalah ester

    gliserin asam lemak dan ester sorbitan asam lemak atau Tween dan Span.

    Surfaktan ini memiliki muatan positif dan negatif. Ia dapat berupa anionik,

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    3/24

    kationik atau nonionik dalam suatu larutan tergantung pada pH air yang

    digunakan. Surfaktan amfoter bisa terdiri dari dua gugus muatan dengan

    tanda yang berbeda. Contoh dari surfaktan amfoter adalah alkil betain.

    Surfaktan ionik banyak digunakan karena surfaktan ini stabil, baik dalam

    kondisi basa, asam, pH tinggi maupun pada kondisi netral. Surfaktan

    nonionik juga dapat menurunkan tegangan antar muka yang kaku dan sebagai

    penghambat mekanisme terjadinya koalesensi yaitu penggabungan partikel.

    Selain itu, surfaktan nonionik stabil pada pembekuan, tidak toksik serta cocok

    dengan banyak bahan. sedangkan surfaktan anionik kurang stabil pada

    kondisi basa dan surfaktan kationik hanya stabil pada kondisi asam. Selain itu

    surfaktan kationik adalah emulgator yang lemah dan umumnya digunakan

    sebagai emulgator pembantu.

    (Syamsuni, 2006)

    Berdasarkan jenisnya, emulsi dibagi dalam 2 golongan, yaitu:

    1. Emulsi jenis m/a

    Emulsi yang terbentuk jika fase dalam berupa minyak dan fase luarnya

    air, disebut emulsi minyak dalam air (m/a).

    2. Emulsi jenis a/m

    Emulsi yang terbentuk jika fase dalamnya air dan fase luar berupa

    minyak, disebut emulsi air dalam minyak (a/m).

    (Anonim, 1978)

    Pembuatan emulsi minyak lemak biasanya dibuat dengan emulgator gom

    arab, dengan perbandingan untuk 10 bagian minyak lemak dibuat 100 bagian

    emulsi. Gom arab yang digunakan adalah separo jumlah minyak lemak.

    Sedangkan air yang digunakan adalah 1,5 x berat PGA. (Anief., 2005).

    Pemberian lemak-lemak atau minyak-minyak secara peroral, baik

    sebagai obat yang diberikan tersendiri atau sebagai pembawa untuk obat-obat

    yang larut dalam minyak dapat diformulasikan sebagai emulsi minyak dalam

    air (m/a). Emulsi untuk pemberian intravena dapat dalam bentuk m/a,

    sedangkan untuk pemberian intramuskular dapat diformulasikan dalam

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    4/24

    bentuk a/m jika obat yang larut air dibutuhkan untuk depot terapi. Untuk

    penggunaan luar dapat digunakan tipe m/a atau a/m (Aulton, 1988).

    Beberapa teori emulsifikasi berikut menjelaskan bagaimana zat

    pengemulsi bekerja dalam menjaga stabilitas dari dua zat yang tidak saling

    bercampur:

    1. Teori tegangan permukaan

    Emulsi terjadi bila ditambahkan suatu zat yang dapat menurunkan

    tegangan antarmuka di antara dua cairan yang tidak tercampurkan,

    sehingga mengurangi tolak-menolak antara kedua cairan tersebut dan

    mengurangi tarik-menarik antarmolekul dari masing-masing cairan, atau

    menyebabkan cairan menjadi tetesan-tetesan yang lebih kecil.

    2. Teori orientasi bentuk baji

    Emulsi terjadi bila ditambahkan suatu zat yang terdiri dari bagian polar

    dan non polar. Karena kedua cairan yang akan dibuat emulsi berbeda

    pula muatannya, maka zat ini akan menempatkan dirinya sesuai dengan

    kepolarannya.

    3.

    Teori film plastik

    Emulsi terjadi bila ditambahkan zat yang dapat mengelilingi antarmuka

    kedua cairan, mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis

    atau film yang diadsorpsi pada permukaan dari tetesan tersebut. Semakin

    kuat dan semakin lunak lapisan tersebut maka emulsi yang terbentuk

    akan semakin stabil.

    (Anief, 1999; Ansel, 1989)

    Emulsi dapat dibuat dengan berbagai macam metode, diantaranya adalah

    1.

    Metode Gom Kering (metode kontinental /metode 4:2:1)

    Metode ini khusus untuk emulsi dengan zat pengemulsi gom kering.

    Basis emulsi (corpus emuls) dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air

    dan 1 bagian gom, lalu sisa air dan bahan lain ditambahkan kemudian.

    Caranya, minyak dan gom dicampur, dua bagian air kemudian

    ditambahkan sekaligus dan campuran tersebut digerus dengan segera dan

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    5/24

    dengan cepat serta terus-menerus hingga terdengar bunyi lengket,

    bahan lainnya ditambahkan kemudian dengan pengadukan.

    2. Metode Gom Basah (metode inggris)

    Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dengan musilago atau gom

    yang dilarutkan sebagai zat pengemulsi. Dalam metode ini digunakan

    proporsi minyak, air dan gom yang sama seperti pada metode gom

    kering. Caranya, dibuat musilago kental dengan sedikit air, minyak

    ditambahkan sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi

    terlalu kental, air ditambahkan lagi sedikit agar mudah diaduk dan bila

    semua minyak sudah masuk, ditambahkan air sampai volume yang

    dikehendaki.

    3. Metode Botol

    Metode ini digunakan untuk membuat emulsi dari minyak-minyak

    menguap yang juga mempunyai viskositas rendah. Caranya, serbuk gom

    arab dimasukkan ke dalam suatu botol kering, ditambahkan dua bagian

    air kemudian campuran tersebut dikocok dengan kuat dalam wadah

    tertutup. Minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus

    mengocok campuran tersebut setiap kali ditambahkan air. Jika semua air

    telah ditambahkan, basis emulsi yang terbentuk bisa diencerkan sampai

    mencapai volumeyang dikehendaki

    (Anief, 1999; Ansel, 1989)

    Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari

    suatu sediaan emulsi pada penyimpanan. Evaluasi ini dapat dilakukan melalui

    pengamatan secara organoleptis (rasa, bau, warna, konsistensi), pengamatan

    secara fisika (rasio pemisahan fase, viskositas, redispersibilitas, uji tipe

    emulsi, ukuran globul fase dalam, sifat aliran), pengamatan secara kimia

    (pengukuran pH), secara biologi (angka cemaran mikroba).

    Beberapa hal yang dapat menyebabkan ketidakstabilan emulsi secara

    fisika diantaranya:

    a. Creaming adalah terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana lapisan

    yang satu mengandung butir-butir tetesan (fase terdispersi) lebih banyak

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    6/24

    daripada lapisan yang lain dibandingkan keadaan emulsi awal. Walaupun

    masih boleh, terbentuknya cream tidak baik dilihat dari nilai estetika

    sediaan, sehingga sebisa mungkin harus dicegah.

    b.

    Koalesensi (breaking)

    Koalesensi adalah peristiwa penggabungan globul-globul minyak sebagai

    fase dalam menjadi lebih besar yang menyebabkan emulsi tidak

    terbentuk kembali (pecah). Hal ini dikarenakan koalesensi bersifat

    ireversibel

    c. Inversi

    Inversi adalah peristiwa berubahnya jenis emulsi dari m/a menjadi a/m atau

    sebaliknya

    (Aulton, 1988; Gennaro, 1990)

    Mikroemulsi merupakan suatu sistem dispersi yang dikembangkan dari

    sediaan emulsi. Tetapi karakteristik sediaan mikroemulsi memiliki banyak

    kelebihan dibandingkan dengan emulsi biasa. Karakteristik tersebut antara

    lain bersifat stabil secara termodinamika, jernih, transparan atau translucent,

    viskositasnya rendah, serta mempunyai tingkat solubilisasi yang tinggi

    sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas obat tersebut di dalam tubuh.

    Selain bermanfaat sebagai pembawa dalam penghantaran obat,

    mikroemulsi juga bermanfaat sebagai lubrikan, cutting oils, penghambat

    korosi, textile finishing, pembawa bahan bakar, membran liquid, dan berbagai

    manfaat lainnya. Sebagai sistem penghantaran obat, mikroemulsi dapat

    digunakan untuk pemberian secara oral, intradermal, intramuskular, okular,

    maupun pulmonal (Jufri, 2006).

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    7/24

    C. Alat dan Bahan

    1. Alat

    a. Batang pengaduk

    b.

    Cawan porselin

    c. Gelas kimia 50 mL; 100 mL

    d. Gelas ukur 50 mL

    e. Mortir dan stamper

    f. Penangas air

    g. Timbangan analitik

    2.

    Bahan

    a. Aquades

    b. Alumunium foil

    c.

    Lap kasar

    d. Lap halus

    e. Paraffin cair

    f.

    Span 80

    g.

    Tween 80

    D. Prosedur Kerja

    1. Dihitung jumlah Tween dan Span yang diperlukan untuk setiap nilai

    HLB butuh.

    2.

    Ditimbang masing-masing minyak, air, Tween dan Span sejumlah yang

    dibutuhkan.

    3.

    Dicampurkan minyakdengan Span dan air dengan Tween, dipanaskan

    keduanya diatas penangas air bersuhu 60o.

    4. Ditambahkancampuran minyak ke dalam campuran air dan segera diaduk

    menggunakan batang pengaduk selama 5 menit.

    5. Dimasukkan emulsi ke dalam tabung sedimentasi dan diberi tanda sesuai

    dengan nilai HLB masing-masing.

    6. Diusahakan tinggi emulsi dalam tabung sama dan dicatat waktu mulai

    memasukkan emulsi ke dalam tabung,

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    8/24

    7.

    Diamati jenis ketidakstabilan emulsi yang terjadi selama 6 hari. Bila

    terjadi creaming, diukur tinggi emulsi yang membentuk cream.

    8. Ditentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relatif paling stabil.

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    9/24

    E. Hasil Pengamatan

    1. Tabel hasil pengamatan

    a. HLB Lebar

    b. HLB Sempit

    Konsentrasi

    (% b/b)

    Parafin

    liquid

    (%

    b/b)

    HLB

    butuh

    Hv/Ho hari ke-

    Tween

    80

    Span

    800 1 2 3 4 5 6

    0,84 0,41 20 11,5 0,73 0,73 0,73 0,73 0,73 - 0,730,87 0,37 20 11,75 0,84 0,82 0,82 0,82 0,82 - 0,82

    0,89 0,35 20 12 0,73 0,73 0,73 0,73 0,73 - 0,73

    0,92 0,32 20 12,25 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 - 0,75

    0,95 0,29 20 12,5 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 - 0,72

    2. Perhitungan (HLB Butuh parafin cair jarak lebar )

    a. Perhitungan Span 80 dan Tween 80

    Emulgator

    (% b/b)Parafin

    cair

    (%

    b/b)

    HLB

    butuh

    Hv/ Ho Hari ke

    Twee

    n 80

    (g)

    Span

    80

    (g)

    0 1 2 3 4

    , , 20 4 1 0,97 0,95 0,95 0,95

    , , 20 5 1 0,76 0,79 0,76 0,79

    , , 20 6 1 0,83 0,83 0,83 0,80

    0,315 0,934 20 7 1 0,82 0,82 0,82 0,88

    0,432 0,817 20 8 1 0,83 0,83 0,83 0,86

    , , 20 9 1 0,8 0,8 0,83

    , , 20 10 1 0,88 0,88 0,88 0,88

    , , 20 11 1 0,80 0,80 0,80 0,80

    , ,20 12 1 0,87 0,87 0,9 0,9

    0,016 0,233 20 13 1 , , , 0,85

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    10/24

    Diketahui : HLB Span 80 = 4,3

    HLB Tween 80 = 15

    R/ Emulgator = 5 % = 5 % x 25 gram = 1,25 gram

    Parafin cair = 20% = 20 % x 5 gram = 5 gram

    Air suling ad 100 % (25 gram)

    umlah emulgator

    g

    , gram

    b. Perhitungan HLB Jarak Lebar

    1)

    HLB Butuh 4

    Tween 80 (15) 0,3

    4

    Span 80 (4,3) 11

    11,3

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,033 gram dan Span 80

    adalah 1,216 gram.

    2) HLB Butuh 5

    Tween 80 (15) 0,7

    5

    Span 80 (4,3) 10

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,081 gram dan Span 80

    adalah 1,168 gram.

    3)

    HLB Butuh 6

    Tween 80 (15) 1,7

    +

    +

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    11/24

    6

    Span 80 (4,3) 9

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,198 gram dan Span 80

    adalah 1,051 gram.

    4)

    HLB Butuh 7

    Tween 80 (15) 2,7

    7

    Span 80 (4,3) 8

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,315 gram dan Span 80

    adalah 0,934 gram.

    5) HLB Butuh 8

    Tween 80 (15) 3,7

    8

    Span 80 (4,3) 7

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,432 gram dan Span 80

    adalah 0,817 gram.

    6) HLB Butuh 9

    Tween 80 (15) 5,7

    9

    +

    +

    +

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    12/24

    Span 80 (4,3) 6

    11,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,549 gram dan Span 80

    adalah 0,700 gram.

    7) HLB Butuh 10

    Tween 80 (15) 5,7

    10

    Span 80 (4,3) 5

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,665 gram dan Span 80

    adalah 0,584 gram.

    8) HLB Butuh 11

    Tween 80 (15) 6,7

    11

    Span 80 (4,3) 4

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,

    x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,782 gram dan Span 80

    adalah 0,467 gram.

    9) HLB Butuh 12

    Tween 80 (15) 7,7

    12

    +

    +

    +

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    13/24

    Span 80 (4,3) 3

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,889 gram dan Span 80

    adalah 0,350 gram.

    10) HLB Butuh 13

    Tween 80 (15) 8,7

    13

    Span 80 (,3) 2

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,016 gram dan Span 80

    adalah 0,233 gram.

    c. Perhitungan HLB Sempit

    1) HLB Butuh 11,5

    Tween 80 (15) 7,2

    11,5

    Span 80 (,3) 3,5

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    +

    +

    +

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    14/24

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,841 gram dan Span 80

    adalah 0,408 gram.

    2) HLB Butuh 11,75

    Tween 80 (15) 7,45

    11,75

    Span 80 (,3) 3,2

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang ,,

    x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,870 gram dan Span 80

    adalah 0,379 gram.

    3) HLB Butuh 12

    Tween 80 (15) 7,7

    12

    Span 80 (,3) 3

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,889 gram dan Span 80

    adalah 0,350 gram.

    4)

    HLB Butuh 12,25

    Tween 80 (15) 7,95

    12,25

    Span 80 (,3) 2,7

    10,7

    ween yang ditimbang ,,

    x , gram , gram

    pan yang ditimbang

    ,

    , x , gram , gram

    +

    +

    +

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    15/24

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,928 gram dan Span 80

    adalah 0,321 gram.

    5)HLB Butuh 12,5

    Tween 80 (15) 8,2

    12,5

    Span 80 (,3) 2,5

    10,7

    ween yang ditimbang ,

    ,x , gram , gram

    pan yang ditimbang ,,

    x , gram , gram

    Jadi, Tween 80 yang ditimbang adalah 0,957 gram dan Span 80

    adalah 0,292 gram.

    d. Volume Emulsi

    1)

    Hari pertama

    vo

    , m

    m 0,976

    vo

    m m

    0,764

    vo

    m m

    0,833

    vo

    m m

    0,823

    vo

    , m m

    0,833

    v

    o

    m

    m 0,8

    vo

    , m

    , m 0,885

    vo

    m

    m 0,805

    vo

    , m m

    0,875

    vo

    , m, m

    0,853

    2)

    Hari kedua

    +

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    16/24

    vo

    m m

    0,952

    vo

    m m

    0,794

    vo

    m m

    0,833

    vo

    m m

    0,823

    vo

    , m m

    0,833

    v

    o

    m m

    0,8

    vo

    , m, m

    0,885

    vo

    m m

    0,805

    vo

    , m m

    0,875

    vo

    , m, m

    0,853

    3)

    Hari ketiga

    vo

    m m

    0,952

    vo

    m

    m 0,794

    vo

    m m

    0,833

    vo

    m m

    0,823

    vo , m m 0,833

    vo

    m m

    0,833

    vo

    , m, m

    0,885

    vo

    m m

    0,805

    vo

    m m

    0,9

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    17/24

    vo

    , m, m

    0,853

    4)

    Hari keempat

    vo

    m m

    0,952

    vo

    m

    m 0,794

    vo

    m m

    0,809

    vo

    m m

    0,882

    vo

    m m

    0,866

    vo

    m m

    0,833

    vo

    , m, m

    0,885

    vo

    m

    m 0,805

    vo

    m

    m 0,9

    vo

    , m, m

    0,853

    e. Volume Emulsi HLB Jarak Sempit

    1) Hari ke-0

    , vo

    m m

    0,73

    , v

    o

    , m

    m

    0,84

    vo

    m

    , m 0,73

    , vo

    m

    , m 0,75

    , vo

    , m m

    0,72

    2) Hari ke-1

    , v

    o

    m

    m

    0,73

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    18/24

    , vo

    , m

    m 0,82

    vo

    m, m

    0,73

    , vo

    m

    , m 0,75

    , vo

    , m m

    0,72

    3) Hari ke-2

    , vo

    m m

    0,73

    , vo

    , m m

    0,82

    vo

    m

    , m 0,73

    , vo

    m

    , m 0,75

    , vo

    , m m

    0,72

    4) Hari ke-3

    , vo

    m m

    0,73

    , vo

    , m

    m 0,82

    vo

    m

    , m 0,73

    , vo

    m

    , m 0,75

    , vo

    , m m

    0,72

    5) Hari ke-4

    , vo

    m m

    0,73

    , vo

    , m

    m 0,82

    vo

    m

    , m 0,73

    , vo

    m

    , m 0,75

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    19/24

    , vo

    , m m

    0,72

    6)

    Hari ke-6

    , vo

    m m

    0,73

    , vo

    , m

    m 0,82

    vo

    m

    , m 0,73

    , vo

    m

    , m 0,75

    , vo

    , m m

    0,72

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    20/24

    F. Pembahasan

    Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil,

    terdiri dari paling sedikit dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair

    lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan emuulgator. Dalam bidang

    farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fasa

    terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu emulsi minyak dalam air, yaitu

    bila fasa minyak terdispersi di dalam fasa dan emulsi air dalam minyak, yaitu

    bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak.

    Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang

    mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan

    akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Ada beberapa mekanisme

    kerja zat pengemulsi yaitu dengan menurunkan tegangan permukaan air dan

    minyak, pembentukan filem untuk mencegah koalesensi, pembentukan

    lapisan rangkap elektrik yang berperan sebagai penghalang partikel agar tidak

    saling bergabung, dan melapisi minyak dengan partikel mineral. Zat

    pengemulsi yang umum digunakan dibagi menjadi empat kelompok yaitu

    elektrolit, surfaktan, koloid hidrofil dan partikel padat halus.

    Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor

    yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi

    banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator

    yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme

    kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak

    serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa

    terdispersinya. Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu (1) membentuk

    lapisan monomolekuler, surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi bekerja

    dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion

    pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs kehadiran

    kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan permukaan. Ini

    menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi

    bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh

    sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    21/24

    mendekat, (2) membentuk lapisan multimolekuler, koloid lifofilik

    membentuk lapisan multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak.

    Sementara koloid hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak

    menyebabkan penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya tergantung

    pada kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang

    koheren.

    HLB (Hidrofilic Lifofilic Balance) adalah nomor yang diberikan bagi

    tiap-tiap surfaktan. Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan

    makin lipofil surfaktan tersebut, sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan

    akan makin hidrofil.Secara kimia, molekul surfaktan terdiri atas gugus polar

    dan non polar. Apabila surfaktan dimasukkan ke dalam sistem yang dari air

    dan minyak, makaguugus polar akanterarahkefasa air sedangkan gugus non

    polar terarah ke fasa minyak. Surfaktan yang mempunyai gugus polar lebih

    kuat akan cenderung membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila

    gugus non polar yang lebih kuat maka akan cenderung membentuk emulsi air

    dalam minyak.

    Kestabilan suatu emulsi adalah kemampuan suatu emulsi untuk

    mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka

    waktu yang lama. Penurunan stabilitas dapat dilihat jika terjadi campuran (Bj

    fase terdispersi lebih kecil dari Bj fase pendispersi ). Hal ini menyebabkan

    pemisahan dari kedua fase emulsi.

    Pada percobaan ini mula-mula dilakukan adalah menentukan jumlah span

    dan tween yang akan digunakan dan bahan yang lainnya. Pencampuran bahan

    berdasarkan dari sifat bahan itu sendiri.Bahan yang berfase air dicampur

    dengan fase air itu dan untuk fase minyak juga pada fase minyak. Pada

    percobaan ini untuk fase air digunakan tween 80 dan air, sedangkan untuk

    fase minyak yaitu span 80 dan paraffin cair yang dicampurkan di dalam

    cawan porselen. Kemudian pencampuran dilakukan pada suhu 60oC.

    Alasannya, kedua fase tersebut memiliki suhu lebur yang sama yaitu pada

    suhu 60oC sehingga dapat diperoleh emulsi yang baik dan tidak pecah.

    Kemudian campuran ini diaduk dengan menggunakan batang pengaduk.

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    22/24

    Pengadukan ini dilakukan untuk memberikan kesempatan pada minyak untuk

    terdispersi ke dalam air dengan baik serta emulgator dapat membentuk

    lapisan film pada permukaan fase terdispersi.

    Pengamatan emulsi dilakukan selama 5 dari hari ke-0 sampai hari ke-

    4yang bertujuan untuk melihat pemisahan antara fase air dan fase minyak,

    perubahan warna dari kedua fase tersebut, dan volume dari emulsi setelah 5

    hari kemudian.Emulsi dapat dikatakan stabil apabila nilai perbandingan

    Hv/Ho emulsi yang diperoleh memiliki atau mendekati angka yang stabil atau

    mendekati nilai satu dari perbandingan yang diperoleh pada hari pertama,

    dimana Hv adalah tinggi emulsi pada awal pengamatan dan Ho adalah tinggi

    awal dari emulsi. Dari hasil pengamatan, maka diperoleh data bahwa

    pemisahan atau perubahan warna pada sediaan emulsi tidak jauh berbeda dan

    menunjukkan hasil yang sama mulai dari hari ke 0 hingga hari ke 5.

    Perbedaan yang terjadi hanya ditunjukkan oleh emulsi dengan HLB 4 dan

    HLB 12. Pada HLB 4, pemisahan yang terbentuk di hari ke 1 adalah 0,97 dan

    pada hari ke 2 hingga hari ke 4 pemisahan yang terbentuk menunjukkan

    angka yang stabil yaitu 0,95. Selanjutnya adalah HLB 12 yang pada hari ke 1

    adalah 0,87 dan pada hari ke 3 dan ke-4 adalah 0,9. Menurut literatur, emulsi

    yang stabil seharusnya dapat mempertahankan nilai perbandingan Hv/Ho ,

    namun berbeda dengan HLB 4 dan HLB 12. Ada beberapa hal yang dapat

    mempengaruhi kestabilan, yaitu teknik pembuatan, penambahan garam atau

    elektrolit lemah dalam konsentrasi besar mempengaruhi kestabilan emulsi,

    pengocokan yang keras, apabila emulsi dikocok keras-keras maka partikel-

    partikel kecil akan mengadakan kontak menjadi partikel yang lebih besar

    sehingga emulsi akan pecah dan faktor penyimpanan.

    Berdasarkan hasil yang telah diperoleh bahwa pada emulsi dengan HLB

    4 dan HLB 12 memiliki nilai yang mendekati satu yang menandakan bahwa

    nilai HLB tersebut mampu menjaga tingkat kestabilannya dengan

    mempertahankan distribusi yang teratur dari fase terdispersi dalam jangka

    waktu yang lama. Hal ini menandakan bahwa nilai HLB butuh minyak adalah

    HLB 4.

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    23/24

    G. Kesimpulan

    Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

    bahwa:

    1.

    Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi

    dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.

    2. Zat pengemulsi yang umum digunakan dibagi menjadi empat kelompok

    yaitu elektrolit, surfaktan, koloid hidrofil dan partikel padat halus.

    3. HLB (Hidrophyl Liphopyl Balance) adalah angka yang menunjukkan

    perbandingan antar kelompok lipofil dan hidrofilik.

    4.

    Emulsi dikatakan stabil apabila nilai perbandingan Hv/Ho emulsi

    memiliki angka yang stabil dari perbandingan yang didapatkan konstan

    selama pengamatan.

    5.

    Nilai HLB butuh minyak yang diperoleh adalah HLB 4.

  • 5/19/2018 Laporan Emulsi Fix

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Anief, M..1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Gadjah Mada

    University Press. Yogyakarta.

    Anonim.1978. Formularium Nasional, Edisi Kedua. Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia. Jakarta.

    Ansel, H. C.1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat.

    Universitas Indonesia Press. Jakarta.

    Aulton, M. E. 1988. Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design.

    Churchill Livingstone. London.

    Dirjen POM. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes R. Jakarta.

    Gennaro, A. R. 1990. Remingtons Pharmaceutical Science, Volume 2 Easton.

    Mack Publishing Company. Pennsylvania.

    Jufri, Mahdi.,dkk. 2004. Formulasi Gameksan Dalam Bentuk Mikroemulsi.Jurnal

    Ilmu Kefarmasian Volume I Nomor III.

    Jufri, Mahdi., dkk. 2006. Uji Stabilitas Sediaan Mikroemulsi Menggunakan

    Hidrolisa Pati (DE 3540) Sebagai Stabilizer. Jurnal Ilmu Kefarmasian

    Volume III Nomor I.

    Marzuki, Asnah., dkk. 2011. Ekstraksi dan Penggunaan Gelatin Dari Limbah

    Tulang Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) Sebagai Emulgator Dalam

    Formulasi Sediaan Emulsi. Jurnal Farmasi dan Farmakologi Volume 15

    Nomor 2.

    Parrot, E.L. 1971.Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing. USA.

    Syamsuni, H. A., 2006.Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.