hplc word
DESCRIPTION
makalah HPLCTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekarang ini, kromatografi sangat diperlukan dalam kefarmasian dalam memisahkan
suatu campuran senyawa. Dalam kromatografi, koponen-komponen terdistribusi dala dua fase.
Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila
molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel atau terserap di dalam pori-
pori partikel atau terbagi kedalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau didalam
pori.
Kromatografi cairan kolom klasik merupakan prosedur pemisahan yang sudah mapan
dalam mana fase cair yang mobil mengalir lambat-lambat lewat kolom karena gravitasi.
Umumnya metode itu dicirikan oleh efisiensi kolom yang rendah dan waktu pemisahan yang
lama. Namun sejak kira-kira tahun 1969, perhatian dalam teknik kolom cairan hidup kembali
dengan sangat menyolok karena dikembangkannya sistem tekanan tinggi oleh Kirchland dan
Huber, yang bekerja pada tekanan sampai 2,07 x 107 Nm-2 (3000 p.s.i). Dalam metode ini
digunakan kolom berdiameter kecil (1-3 mm) dengan partikel pendukung berukuran sekitar 30
μm dan eluen dipompakan ke dalamnya dengan laju alir yang tinggi (sekitar 1-5 cm3m-1).
Pemisahan dengan metode ini dilakukan jauh lebih cepat (sekitar 100 kali lebih cepat) daripada
dengan kromatografi cairan yang biasa. Meskipun peralatan yang tersedia di pasar dewasa ini
agak mahal.
Kromatografi merupakan salah satu teknik pemisahan yang dapat memisahkan setiap
komponen dalam suatu campuran. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan migrasi setiap
komponen yang disebabkan karena perbedaan sifat interaksi dari setiap komponen pada fase
diam dan fase gerak. Berdasarkan fase geraknya metodee kromatografi terbagi menjadi
kromatografi cair dan kromatografi gas. Salah satu contoh dari pengembangan metode
kromatografi cair adalah HPLC (High Performance Liquid Chromatografi) atau kromatografi
Cair Kinerja Tinggi.
1
HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi
kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah grafitasi, didukung melalui
tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini membuatnya lebih cepat. HPLC memperbolehkan
penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil untuk material terpadatkan dalam kolom yang
mana akan memberi luas permukaan yang lebih besar berinteraksi antara fase diam dan molekul-
molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan yang lebih baik dari komponen-
komponen dalam campuran. Perkembangan yang lebih luas melalui kromatografi kolom
mempertimbangkan metode pendeteksian yang dapat digunakan. Metode-metode ini sangat
otomatis dan sangat peka.
Kromatografi Cair Tekanan Tinggi, HPLC merupakan bentuk kromatografi kolom yang
sering digunakan dalam biokimia dan analisis kimia untuk memisahkan, mengidentifikasi,
mengukur dan memanjang. HPLC memanfaatkan kolom yang memegang chromatographic
bahan kemasan (tahap tak berubah), sebuah pompa yang bergerak selular fase (s) melalui kolom,
dan detektor yang menunjukkan ingatan waktu Molecules. Retensi waktu bervariasi tergantung
pada interaksi antara keadilan tahap, yang Molecules yang dianalisis, dan larutan (s) yang
digunakan. Kromatografi jenis ini menggunakan fase gerak berupa cairan yang dialirkan dengan
tekanan sangat tinggi sedangkan fase diamnya dapat berbagai macam, tergantung mode
kromatografi yang dipilih dalam proses pemisahan.
HPLC yang dilakukan dengan memakai fase diam yang terikat secara kimia pada
penyangga halus yang distribusi ukurannya sempit (kolom) dan fase gerak yang dipaksa
mengalir dengan laju alir yang terkendali dengan memakai tekanan tinggi sehingga
menghasilkan pemisahan dengan resolusi tinggi dan waktu yang relatif singkat. Resolusi adalah
pengukuran secara fisik suatu pemisahan. Resolusi dapat ditingkatkan dengan mengoptimasi
parameter-parameter HPLC yaitu retensi,selektifitas, dan efisiensi. Secara praktis parameter-
parameter HPLC tersebt dapat dioptimalkan dengan mengubah:
Komposisi dari fase gerak
Laju alir
Sifat kimia dari fase gerak
Jenis kolom
2
Metode HPLC dapat digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif. Untuk analisa kualitatif
dengan membandingkan kromatogram sampel dengan kromatogram baku pembanding
berdasarkan waktu retensinya. Sedangkan untuk analisa kuantitatif dapat ditentukan ddengan
menggunakan persamaan:
Cx = Ax/(Ap ×Cp)
Keterangan :
A = Peak Area = luas puncak
C = Konsentrasi
X = Sampel
P = Pembanding
Atau jika ingin memperoleh data yang lebih valid dapat pula ditentukan dengan menggunakan
kurva kalibrasi larutan standar.
Bila dibandingkan terhadap kromatografi gas-cair/gas-liquid chromatography (GLC), maka
HPLC lebih bermanfaat untuk isolasi zat tidak mudah menguap, demikian juga zat yang secara
termal tidak stabil.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari HPLC?
2. Bagaimana rangkaian alat HPLC dan fungsi dari masing-masing alat tersebut?
3. Apa yang menjadi prinsip dasar HPLC?
4. Apa saja Fase yang digunakan dalam HPLC?A
5. pa saja keunggulan dan Kelemahan dari HPLC?
6. Apa saja manfaat dari HPLC?
7. Bagaimana aplikasi penggunaan HPLC dalam kehidupan Sehari-hari?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah adalah untuk:
1. Memenuhi Tugas mata kuliah kimia analisis instrument
3
2. Menjelaskan pengertian,prinsip dasar,Fase,keunggulan,kelemahan,manfaat,serta aplikasi
dari HPLC
3. Menggambarkan Rangkaian alat HPLC dan menjelaskan bagian-bagian alat beserta
fungsinya
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Dapat mengetahui dan memperdalam segala hal yang berhubungan dalam HPLC
1.5 Metodologi Penulisan
Penulisan makalah ini disusun berdasarkan telaah pustaka dari literatur-literatur yang
sesuai dengan topik penulisan. Literatur-literatur yang digunakan merupakan literatur-literatur
yang bersifat primer (journal) dan sekunder (text book). Berdasarkan penelusuran literatur ini
kemudian diperoleh data yang bersifat primer dan sekunder.
Tulisan ini juga menggunakan metode kualitatif dengan menghasilkan data yang deskriptif
yang berupa kata-kata yang secara rasional. Prosedur pemecahan masalah dilakukan berdasarkan
pada permasalahan yang ada di dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang menjadi dasar
dalam penulisan karya tulis ini timbul setelah diketahui bahwa sebagian mahasiswa kurang
memahami tentang HPLC (High Performance Liquid Chromatografi)
Meskipun didalam buku – buku telah banyak ditulis berkenaan dengan tentang HPLC
(High Performance Liquid Chromatografi) tetapi mahasiswa masih banyak yang belum
memahami materi tersebut, maka dari itu melalui makalah ini diharapkan dapat membantu
pemahaman mahasiswa tentang materi HPLC (High Performance Liquid Chromatografi)
Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang
berhubungan dengan pokok permasalahan. Melalui telaah pustaka kemudian setelah itu
dijabarkan dalam bentuk makalah yang logis, dinamis, objektif dan realistis yang merupakan
pemikiran kritis mahasiswa berdasarkan pandangan kritis terhadap situasi dan kondisi yang
berkembang saat ini sehingga diperoleh kesimpulan tentang pemecahan masalah yang terjadi
secara keseluruhan.
4
BAB II
ISI
2.1 Pengertian HPLC
Kromatografi Cair Berperforma Tinggi (high performance liquid chromatography,
HPLC) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya disertai dengan
tekanan tinggi. Seperti teknik kromatografi pada umumnya, HPLC berupaya untuk memisahkan
molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan yang akan
dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam (stasioner). Teknik ini
sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa sekaligus karena setiap senyawa
mempunyai afinitas selektif antara fasa diam tertentu dan fasa gerak tertentu. Dengan bantuan
detektor serta integrator kita akan mendapatkan kromatogram. Kromatorgram memuat waktu
tambat serta tinggi puncak suatu senyawa.
Menurut JULIA K., 1996 dalam ISMAIL HENDRA, 2007, HPLC adalah alat untuk
mengalisa kandungan bahan kimia, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. HPLC
sendiri singkatan dari High Performance Liquid Chromatography. Mulanya HPLC digunakan
untuk mengidentifikasi kandungan antibiotik pada susu dan daging udang, terutama
kroramfenikol. Tetapi HPLC kini digunakan pula untuk kegiatan perikanan lainnya.
Kromatografi cair kinerja tinggi (High Performance Liquid Chromatography, HPLC)
Metode pemisahannya didasarkan pada perbedaan keseimbangan distribusi komponen sampel
antara dua fasa: diam (kolom) dan gerak (sistem pelarut yang mengalir). Tekanan tinggi
diperoleh dari pompa, meningkatkan mobilitas eluant. Tipe-tipenya adalah absorpsi, partisi,
pertukaran ion dan permeasi gel. Deteksi yang digunakan al. spektrofotometrik (absorpsi sinar
UV atau "tampak", fluorometri, penggunaan senyawa pendar/fluoresen, senyawa elektrokhemis
yang dapat teroksidasi atau tereduksi).
5
2.2 Rangkaian Alat HPLC
A. Kolom
Sebuah kolom sederhana memiliki
diameter internal 4.6 mm (dan
mungkin kurang dari nilai ini)
dengan panjang 150 sampai 250
mm. Kolom yang biasa digunakan
untuk analisa adalah bentuk kolom
fase balik. Kolom diisi dengan
partikel silika yang dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon
panjang pada permukaannya secara sederhana baik berupa atom karbon 8 atau 18. Sebagai
contoh, pelarut polar digunakan berupa campuran air dan alkohol seperti metanol.
Dalam kasus ini, akan terdapat atraksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar
dalam campuran yang melalui kolom. Atraksi yang terjadi tidak akan sekuat atraksi antara rantai-
rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fase diam) dan molekul-molekul polar dalam
larutan. Oleh karena itu, molekul-molekul polar dalam campuran akan menghabiskan waktunya
untuk bergerak bersama dengan pelarut.
Senyawa-senyawa non polar dalam campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan
gugus hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan
kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hydrogen sebagaimana
halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol misalnya.
Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan
bergerak lambat dalam kolom.Ini berarti bahwa molekul-molekul polar akan bergerak lebih cepat
melalui kolom.
6
Ada kolom yang digunakan untuk beberapa jenis analisa, misalnya kolom C18 yang
dapat digunakan untuk analisa carotenoid, protein, lovastatin, dan sebagainya. Namun ada juga
kolom yang khusus dibuat untuk tujuan analisa tertentu, seperti kolom Zorbax carbohydrat
(Agilent) yang khusus digunakan untuk analisa karbohidrat (mono-, di-, polysakarida).
Keberhasilan proses separasi sangat dipengaruhi oleh pemilihan jenis kolom dan juga fasa mobil.
Kolom Yang Baik :
Kolom kuat dan tidak mudah berkarat
Pertikel isi kolom berdiameter Cecil dan seragam, bulat dan berpori
Efisiensi tinggi
Tahan terhadap tekanan tinggi
Menghasilkan puncak simetri dan sempit
Jenis Kolom :
Kolom polar
Kolom non polar
Pemeliharan Kolom :
Saring eluen dengan saringan membrane
Hindari pengaliran eluen dari arah sebaliknya
Gunakan kolom penagman
Simpan kolom pada pelarut yang sesuai
Cuci kolom sesudah digunakan
B. Komposisi Eluen
Komposisi eluen meliputi jenis dan perbandingan eluen yang digunakan. Ada 2 macam
eluen, yakni pelarut nonpolar untuk fase normal, seperti heksan, dan pelarut polar untuk fase
balik, seperti campuran air dan alkohol, yakni metanol.
7
Tempat Eluen. Botol yang tidak bereaksi dengan pelarut, dilengkapi penyaring. Eluen
harus disaring dengan saringan membran
C. Volume Injeksi
Sampel yang akan dipisahkan dimasukkan ke dalam kolom secara otomatis atau manual
melalui injeksi. Volume injeksi sangat tepat karena mempunyai sampel loop dengan variabel
volume (misalnya 20 – 500 μL). Injeksi sampel dapat dilakukan melalui manual (menggunakan
jarum suntik), step-flow injection, dan sampling value.
Injektor :
Dapat memasukkan sampel ke dalam kolom dalam bentuk sesempit mungkin
Mudah digunakan
Keberulangn tinggi
Dapat bekerja walaupun ada tekanan balik
D. Detektor
Detektor merupakan suatu bagian integral dari sebuah peralatan analitik kromatografi cair
yang modern. HPLC mempunyai keunggulan dibanding kromatografi lain, yaitu mempunyai
banyak pilihan detektor yang dapat digunakan.
Secara garis besar , detektor dalam HPLC dapat dikelompokan :
a. Berdasarkan pengukuran diferensial suatu sifat yang dimiliki baik oleh molekul sampel
maupun fase gerak (bulk property detector).
Detektor dapat dibedakan menjadi :
Detektor Indeks Bias
Detektor indeks bias merupakan detektor yang juga luas penggunaannya setelah
detektor ultraviolet. Dasarnya ialah pengukuran perbedaan indeks bias fase gerak
murni dengan indeks bias fase gerak yang berisi komponen sampel, sehingga
dapat dianggap sebagai detektor yang universal pada HPLC. Detektor ini kurang
8
sensitif dibanding dengan detektor ultraviolet dan sangat peka terhadap perubahan
suhu.
Detektor konduktivitas
Detektor tetapan dielektrika
b. Berdasar pengukuran suatu sifat yang spesifik dari molekul sampel (disebut solute
property detector). Jenis yang kedua ini dibedakan lagi menjadi :
Tidak memerlukan adanya pemisahan fase gerak,
Detektor-detektor fotometer (uv-vis dan inframerah)
Pada detektor ultraviolet/visibel, deteksi komponen sample didasarkan pada
absorpsi sinar ultraviolet (untuk detektor ultraviolet) dan sinar tampak (untuk
detektor visibel). Detektor ultraviolet merupakan detektor yang paling luas
digunakan karena sensitivitas dan reprodusibelitasnya yang tinggi serta mudah
operasinya. Detektor UV terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa-
senyawa organic. Detektor UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang
sehingga panjang gelombang UV yang digunakan dapat dipilih disesuaikan
dengan jenis cuplikan yang diukur. Walaupun demikian, biasanya panjang
gelombang UV yang digunakan adalah pada 254 nm karena kebanyakan senyawa
organic menyerap sinar UV pada sekitar panjang gelombang tersebut.
Detektor fotometer inframerah juga dapat digunakan pada HPLC. Dengan
detektor ini dapat dibuat pola spektrum infra merah dari komponen sampel
sehingga gugus-gugus fungsionalnya dapat diketahui.
Detektor Polarografi dan radioaktif
Kedua detector ini dipengaruhi oleh variasi laju aliran. Memerlukan pemisahan
Fase ferak terlebih dahulu. Termasuk didalamnya FID dan ECD.
Detektor yang digunakan dalam HPLC dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Detektor spektrofotometrik
Detektor spektrofotometri , biasanya dalam daerah ultraviolet, digunakan secara luas. Idealnya,
spektrofotometri yang nyata dengan pemilihan panjang gelombang yang sempurna akan
memberikan fleksibilitas yang maksimal untuk mendeteksi berbagai macam zat terlarut dengan
9
sensitivitas yang sangat baik, sel sample yang biasa akan digantikan dengan suatu alir untuk
melewatkan larutan eluen kolom guna menembus berkas sample dari peralatan tersebut.
Spektrofotometer ultraviolet yang modern merupakan salah satu detector yang sangat mahal,
sehingga dibutuhkan suatu kompromi. Dibandingkan dengan ribuan dollar yang harus
dikeluarkan untuk spektrofotometer yang hanya bahkan tergolong kelas dua saja, maka $2500
atau sekitar itu akan mendapatkan sebuah detector untuk memonitor larutan eluen kolom pada
254 atau 280 nm (harga-harga tahun 1989). Biaya yang lebih rendah mencerminkan penggunaan
spektrum garis lampu uap merkuri dan bukan suatu sumber kontinyu dan monokromator,
penyaring-penyaring yang sederhana mengisolasi garis yang diinginkan di dalam spektrum
merkuri.
Pemilihan panjang gelombang yang terbatas itu tampaknya membatasi, tetapi detektor-detektor
sederhana ini bekerja dengan baik pada banyak kasus. Contohnya, protein yang menyerap semua
pada 280 nm akibat adanya rantai samping asam amino aromatik, dan hampir semua senyawa
aromatik termasuk yang banyak diminati di bidang biologi (yakni: purin, pirimidin, nukleosida,
nukleotida, dan asam nukleat) dapat dideteksi pada 254 nm.
Sensitivitas bervariasi berdasarkan kecocokan antara lain pita absorpsi zat terlarut dan panjang
gelombang detektor yang tersedia dan intensitas pita dan panjang jalan yang melewati sel
detektor, tetapi sebagai pedoman kasar, detektor ultraviolet akan dapat “melihat” kuantitas
nanogram, bisa kita katakan bahwa susunannya 1000 kali lebih sensitiv daripada detektor indeks
bias. Sebagai tambahan, detektor ini relatif tidak sensitif terhadap temperatur.
2. Detektor Fluorometrik
Detektor-detektor yang didasarkan pada fluroresens sudah semakin biasa. Jenis yang paling
serbaguna mampu menghasilkan eksitasi variable yang terus menerus di sepanjang suatu
jangkauan panjang gelombang yang lebar dengan memanfaatkan sebuah sumber kontinyu dan
monokromator, biasanya penyaring-penyaring yang sederhana digunakan untuk mentransmisikan
emisi pendaran pada foto detektor sambil menahan radiasi eksitasinya. Versi yang lebih murah
menggunakan penyaring pada sisi eksitasi maupun sisi emisi dan memanfatkan sumber dengan
panjang gelombang eksitasi yang lebih terbatas. Banyak senyawa dapat dideteksi dengan
fluoresens, termasuk diantaranya banyak pencemar lingkungan, seperti hidrokarbon aromatik
polisiklik, dan yang diminati dalam bidang biologi, seperti vitamin, obat-obatan dan
10
neurotransmitter. Kadang-kadang fasa bergerak melewati suatu reaktor pasca kolom dimana
komponen-komponen sample nonfluoresensnya dikonversikan menjadi turunan berpendar. Suatu
contoh yang paling terkenal adalah pendeteksian asam-asam amino pada tingkat subnanogram
setelah reaksi dengan reagen fluoresamin (fluorescamin).
3. Detektor Elektrokimia
Detektor elektrokimia biasanya didasarkan pada daya hantar listrik (konduktometri) dan
polarografi. Detektor jenis konduktometri biasanya digunakan untuk mendeteksi solute-solut
yang dapat mengalami reaksi redoks baik senyawa organic maupun anorganik.
Pada detektor ini, larutan eluen dari kolom memasuki sebuah sel di mana larutan tersebut
mengalir di atas permukaan sebuah elektroda yang diberi potensial pada suatu harga, dimana
komponen-komponen smpel mengalami reaksi transfer electron. Pendeteksian jenis ini telah
digunakan, misalnya untuk neurotransmitter dan metabolisme mereka di dalam ekstra selular dari
jaringan otak hewan percobaan, senyawa-senyawa seperti dopamin, norepinefrin, serotonin dan
asam homovanilik menghasilkan arus oksidasi pada elektroda karbon mirip yang diberi potensial
+0,60 V vs. Sebuah elektroda referensi perak-perak klorida. Elektroda referensi pada umumnya
melewati semacam jembatan garam.
4. Desain detector
Desain detektor sangat penting. Apabila volumenya mati, termasuk hubungannya dengan kolom,
harus sangat kecil, dan larutan harus mengalir dengan lancar melewati alat itu tanpa
pencampuran yang turbulen. Pada umumnya, volume detektor hanya sebesar beberapa
mikroliter.
5. Pemilihan detektor
Ada beberapa jenis detektor yang digunakan, dengan pemilihan yang umumnya didasarkan pada
persyaratan sebagai berikut :
cukup sensitive
stabilitas dan keterulangan tinggi
respon linear terhadap solute
11
waktu respon pendek sehingga tidak bergantung kecepatan alir
relibilitas tinggi dan mudah digunakan
tidak merusak cuplikan
Dari berbagai macam detector yang ada detektor indeks bias merupakan
Satu-satunya detektor pada HPLC yang universal, tetapi kurang sensitiv dan sangat peka tehadap
perubahan suhu. Detektor ultraviolet dengan panjang gelombang yang variabel merupakan
pilihan yang paling baik bagi sekelompok besar obat-obatan. Dalam hal-hal yang sangat spesifik
dapat digunakan detektor-detektor fluorometer dan elektrokimia.
6. Analisis Kuantitatif
Detektor yang ideal pada HPLC ialah yang mampu menghasilkan sinyal yang mempunyai
korelasi linier dengan konsentrasi komponen sampel. Dengan asumsi seperti tersebut,
konsentrasi komponen sampel dapat diturunkan dari intensitas sinyal yang ditunjukkan dalam
kromatogram.
Dikenal dua cara pengukuran secara kuantitatif, yaitu dengan mengukur peak height dan peak
area. Dikenal beberapa metode untuk merubah data peak height atau peak area dari suatu
kromatogram menjadi konsentrasi dari komponen sampel yang sesuai, yaitu dengan membuat
kurva baku dengan cara-cara external standard, internal standard dan standard addition.
Kromatografi Cair Tekanan Tinggi, HPLC merupakan bentuk kromatografi kolom yang sering
digunakan dalam biokimia dan analisis kimia untuk memisahkan, mengidentifikasi, mengukur
dan memanjang. Ada dua tahap dalam analisis dengan menggunakan HPLC yaitu proses
separasi/pemisahan dan identifikasi. Aplikasi analisis HPLC adalah untuk penentuan kuantitatif
dan penentuan kualitatif. Beberapa parameter penting yang perlu diperhatikan di dalam analisis
HPLC adalah jenis kolom, komposisi eluen (jenis dan perbandingan), volume injeksi (volume
sampel loop), detektor, dan chart speed (bila manual).
HPLC memberikan peranan yang besar dalam kehidupan, antara lain: banyak digunakan pada
industri farmasi dan pestisida ; zat- zat dengan kepolaran berbeda yaitu antara sedikit polar
sampai polar dapat dipisahkan dengan HPLC berdasarkan partisi cair-cair ; asam-asam nukleat
dapat dipisahkan dengan kolom penukar ion yang dikombinasikan dengan kolom butiran berlapis
12
zat berpori; morfin, heroin dan semacamnya telah dapat dipisahkan dengan rezin Zipax-SAX ;
dapat memisahkan vitamin-vitamin yang larut dalam air ; digunakan untuk menentukan berat
molekul polimer dan masalah-masalah biokimia.
Aplikasi analisis dari HPLC dalam kehidupan antara lain : analisis anion nitrat (NO3-),
analisis vitamin C, analisis ekstrak etanol rimpang tanaman Zingiberaceae, pengukuran tingkat
kematangan buah manggis, dan pendugaan kandungan senyawa bioaktif atau senyawa penciri
beberapa tanaman obat.
Syarat Detektor :
Tahan noise dan drift rendah
Sensitivitas tinggi
Respon cepat
Tidak sensitif terhadap perubahan pelarut
Mudah pengoperasiannya dan tahan lama
E. Chart Speed
Diagram kecepatan dapat diketahui bila sampel diinjeksikan secara manual.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ( High Performance Liquid Chromatography) (HPLC)
13
2.3 Prinsip Dasar HPLC
HPLC adalah alat yang sangat bermanfaat dalam analisis. Prinsip dasar dari HPLC adalah
memisahkan setiap komponen dalam sample untuk selanjutnya diidentifikasi (kualitatif) dan
dihitung berapa konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut (kuantitatif). Sebetulnya
hanya ada dua hal utama yang menjadi krusial point dalam metode HPLC. Yang pertama adalah
proses separasi/pemisahan dan yang kedua adalah proses identifikasi. Dua hal ini mejadi faktor
yang sangat penting dalam keberhasilan proses analisa.
Menurut JULIA K., 1996 dalam ISMAIL HENDRA, 2007, prinsip kerja dari HPLC
adalah pemisahan absoprsi dan desorpsi yang berulang kali dari komponen yang dipisahkan.
Pada saat komponen tersebut dibawa oleh fase gerak mengalir sepanjang kolom. Pemisahan ini
terjadi karena adanya perbedaan kecepatan migrasi dari masing-masing komponen yang
didasarkan oleh adanya perbedaan koofisien distribusi dari komponen tersebut antara kedua fasa.
Prinsip dari HPLC ini adalah dinamika dan migrasi dengan meggunakan dua fasa. HPLC
biasanya digunakan untuk senyawa untuk yang berberat molekul tinggi dan tidak
menguap,dimana penyerapan semakin baik jika molekul berada pada bentuk terkecil sehingga
pemisahan semakin baik.
HPLC secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi
kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom dibawah grafitasi, didukung melalui
tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Ini membuatnya lebih cepat.
HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil untuk material
terpadatkan dalam kolom yang mana akan memberi luas permukaan yang lebih besar
berinteraksi antara fase diam dan molekul-molekul yang melintasinya. Hal ini memungkinkan
pemisahan yang lebih baik dari komponen-komponen dalam campuran.
Perkembangan yang lebih luas melalui kromatografi kolom mempertimbangkan metode
pendeteksian yang dapat digunakan. Metode-metode ini sangat otomatis dan sangat peka.
HPLC berbeda dari kromatografi cair klasik. HPLC menggunakan kolom dengan
diameter umumnya kecil, 2-8 mm dengan ukuran partikel penunjang 50µm sedangkan laju aliran
14
dipertinggi dengan tekanan yang tinggi. Aplikasi analisis HPLC adalah untuk penentuan
kualitatif dan penentuan kuantitatif.
Penentuan Kualitatif
HPLC digunakan untuk analisa kualitatif didasarkan pada waktu retensi untuk identifikasi.
Identifikasi dapat diandalkan apabila waktu retensi sampel dibandingkan dengan larutan standar.
Penentuan Kuantitatif
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar HPLC dapat dipergunakan untuk penentuan secara
kuantitatif adalah:
o Parameter percobaan sama antara standar dan sampel
o Penentuan berdasarkan waktu retensi sampel dan standar yang sama
o Penentuan kadar dilakukan berdasarkan hubungan (korelasi) dengan menggunakan larutan
standar seri pada waktu retensi tertentu.
- Berdasarkan area kromatogram
- Berdasarkan tinggi puncak kromatogram
Hasil analisa HPLC diperoleh dalam bentuk signal kromatogram. Dalam kromatogram
akan terdapat peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis komponen dalam sample.
Sample yang mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai kromatogram
dengan banyak peak. Bahkan tak jarang antar peak saling bertumpuk (overlap). Hal ini akan
menyulitkan dalam identifikasi dan perhitungan konsentrasi. Oleh karena itu biasanya untuk
sample jenis ini dilakukan tahapan preparasi sample yang lebih rumit agar sample yang siap
diinjeksikan ke HPLC sudah cukup bersih dari impuritis. Sample farmasi biasanya jauh lebih
mudah karena sedikit mengandung komponen selain zat aktif. Sample ini umumnya hanya
melalui proses pelarutan saja.
15
2.4 Fase HPLC
HPLC adalah suatu teknik kromatografi yang menggunakan fasa gerak cair, dapat
digunakan untuk pemisahan sekaligus untuk analisis.
Berdasarkan kekuatan / kepolaran fasa geraknya KCKT dibagi menjadi:
Fasa normal : Fasa gerak kurang polar dibandingkan fasa diam
Fasa Terbalik : Fasa gerak lebih polar dibandingkan fasa diam
Fase normal HPLC
Kolom diisi dengan partikel silika yang sangat kecil dan pelarut non polar misalnya
heksan. Sebuah kolom sederhana memiliki diameter internal 4.6 mm (dan mungkin kurang dari
nilai ini) dengan panjang 150 sampai 250 mm.
Senyawa-senyawa polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada
silika yang polar dibanding degan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang
non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom.
Fase balik HPLC
Dalam kasus ini, ukuran kolom sama, tetapi silika dimodifikasi menjadi non polar
melalui pelekatan rantai-rantai hidrokarbon panjang pada permukaannya secara sederhana baik
berupa atom karbon 8 atau 18. Sebagai contoh, pelarut polar digunakan berupa campuran air dan
alkohol seperti metanol.
Dalam kasus ini, akan terdapat atraksi yang kuat antara pelarut polar dan molekul polar
dalam campuran yang melalui kolom. Atraksi yang terjadi tidak akan sekuat atraksi antara rantai-
rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika (fase diam) dan molekul-molekul polar dalam
larutan. Oleh karena itu, molekul-molekul polar dalam campuran akan menghabiskan waktunya
untuk bergerak bersama dengan pelarut.
16
Senyawa-senyawa non polar dalam campuran akan cenderung membentuk atraksi dengan
gugus hidrokarbon karena adanya dispersi gaya van der Waals. Senyawa-senyawa ini juga akan
kurang larut dalam pelarut karena membutuhkan pemutusan ikatan hydrogen sebagaimana
halnya senyawa-senyawa tersebut berada dalam molekul-molekul air atau metanol misalnya.
Oleh karenanya, senyawa-senyawa ini akan menghabiskan waktu dalam larutan dan akan
bergerak lambat dalam kolom.
Ini berarti bahwa molekul-molekul polar akan bergerak lebih cepat melalui kolom.
Proses Fase balik HPLC
Diagram alir HPLC
Injeksi sampel
Injeksi sample seluruhnya otomatis dan anda tidak akan mengharapkan bagaimana mengetahui
apa yang terjadi pada tingkat dasar. Karena proses ini meliputi tekanan, tidak sama halnya
dengan kromatografi gas (jika anda telah mempelajarinya).
Waktu retensi
Waktu yang dibutuhkan oleh senyawa untuk bergerak melalui kolom menuju detektor disebut
sebagai waktu retensi. Waktu retensi diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan
sampai sampel menunjukkan ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu.
17
Senyawa-senyawa yang berbeda memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk beberapa senyawa,
waktu retensi akan sangat bervariasi dan bergantung pada:
tekanan yang digunakan (karena itu akan berpengaruh pada laju alir dari pelarut)
kondisi dari fase diam (tidak hanya terbuat dari material apa, tetapi juga pada ukuran
partikel)
komposisi yang tepat dari pelarut
temperatur pada kolom
Itu berarti bahwa kondisi harus dikontrol secara hati-hati, jika anda menggunakan waktu retensi
sebagai sarana untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa.
Detektor
Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang
mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet.
Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika
anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada
sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang
diserap.
Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati
melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak
mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan
menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV.
18
Misalnya, metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang
dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya
menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan
yang salah dari pelarut.
Interpretasi output dari detektor
Output akan direkam sebagai rangkaian puncak-puncak, dimana masing-masing puncak
mewakili satu senyawa dalam campuran yang melalui detektor dan menerap sinar UV.
Sepanjang anda mengontrol kondisi kolom, anda dapat menggunakan waktu retensi untuk
membantu mengidentifikasi senyawa yang diperoleh, tentunya, anda (atau orang lain) sudah
mengukur senyawa-senyawa murninya dari berbagai senyawa pada kondisi yang sama.
Anda juga dapat menggunakan puncak sebagai jalan untuk mengukur kuanti?tas dari senyawa
yang dihasilkan. Mari beranggapan bahwa tertarik dalam senyawa tertentu, X.
Jika anda menginjeksi suatu larutan yang mengandung senyawa murni X yang telah diketahui
jumlahnya pada instrumen, anda tidak hanya dapat merekam waktu retensi dari senyawa
tersebut, tetapi anda juga dapat menghubungkan jumlah dari senyawa X dengan puncak dari
senyawa yang dihasilkan.
Area yang berada dibawah puncak sebanding dengan jumlah X yang melalui detektor, dan area
ini dapat dihitung secara otomatis melalui layar komputer. Area dihitung sebagai bagian yang
berwarna hijau dalam gambar (sangat sederhana).
Jika larutan X kurang pekat, area dibawah puncak akan berkurang meskipun waktu retensi akan
sama. Misalnya,
19
Ini berarti dimungkinkan mengkalibrasi instrumen sehingga dapat digunakan untuk mengetahu
berapa jumlah substansi yang dihasilkan meskipun dalam jumlah kecil.
Meskipun demikian, harus berhati-hati. Jika anda mempunyai dua substansi yang berbeda dalam
sebuah campuran (X dan Y), dapatkah anda mengatakan jumlah relatifnya? Anda tidak dapat
mengatakannya jika anda menggunakan serapan UV sebagai metode pendeteksinya.
Dalam gambar, area di bawah puncak Y lebih kecil dibanding dengan area dibawah puncak X.
Ini mungkin disebabkan oleh karena Y lebih sedikit dari X, tetapi dapat sama karena Y
mengabsorbsi sinar UV pada panjang gelombang lebih sedikit dibanding dengan X. Ini mungkin
ada jumlah besar Y yang tampak, tetapi jika diserap lemah, ini akan hanya memberikan puncak
yang kecil.
2.5 Keunggulan dan Kerugian HPLC
KCKT adalah suatu metode yang menggabungkan koefisien kolom dan kecepatan analisis.
KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik kromatografi dengan fasa gerak
cairan dan fasa diam cairan atau padat. Kelebihan KCKT antara lain adalah :
1. Dapat dilaksanakan pada suhu kamar
2. Cepat dan mudah melaksanakannya.
3. Peka, detector KCKT dapat divariasi dan unik
4. Pelarut pengembang bisa dipakai berulang kali demikian juga dengan kolomnya.
5. Ideal untuk molekul besar dan ion
6. Mudah memperoleh cuplikan
7. Daya pisahnya baik
20
8. Waktu analisa cukup singkat
9. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/ kerusakan bahan yang dianalisis
10. Kemampuan pemisahan cukup tinggi
Beberapa keunggulan HPLC dibanding alat lain:
• HPLC dilengkapi dengan adanya pompa. Pompa ini menghasilkan tekanan sekitar 400 atm
untuk mengalirkan eluen dengan tekanan tinggi dan konstan sehingga memperingan kerja kolom
dan juga pemisahansehingga waktu lebih sedikit. pada pompa dikenal dua system dalam teknik
pemisahan yaitu isokratik dan gradient,namun gradient lebih berisifat akurat karena masing-
masing pompa mengatur laju alir larutan yang berbeda.
• HPLC memiliki keunggulan kolom. Dimana kolom HPLC ini lebih pendek dan lebih kecil
dibanding GC misalnya. Diameter untuk internal kolom HPLC ≤ 4.6 mm sehingga dapat
memberikan permukaan kontak yang lebih luas diman mempengaruhi sempurnanya pemisahan
yang semakin baik. Dan panjang kolom HPLC adalah 150-250 mm. dan yang perlu diingat
adalah kolom HPLC dapat digunakan kembali dengan cara direnerasi dengan mencucinya hingga
bersih dengan pelarut yang sesuai.
• HPLC mempunyai detector yang amat sangat sensitive dan peka. HPLC memiliki beberapa
detector misalnya:
Detector ultraviolet
Detector fluorometrik
Detector elektrokimia
• Waktu retensi
Waktu yang dibutuhkan senyawa untuk melalui kolom hingga ke detector disebut waktu retensi
yang diukur berdasarkan waktu dimana sampel diinjeksikan sampai sampel menunjukkan
ketinggian puncak yang maksimum dari senyawa itu.biasanya dipengaruhi oleh :
21
Tekanan yang digunakan
Kondisi dari fase diam
Komposisi pelarut yang tepat
Temperature kolom
• Kromatogram
Kromatogram menunjukkan hasil yang didapat. Kromatogram yang diinginkan adalah
kromatogram yang lurus tinggi dengan lebar sekecil mungkin. Bukan dengan bentuk
lainnya,karena bentuk tersebut menandakan pemisahan dilakukan dengan sangat baik. Namun
dalam kromatogram kita menemukan beberapa puncak kecil atau yang mengganggu dan disebut
denga noise. Noise muncul jika sampel kita ataupun pelarut yang kita gunakan belum pure,belum
murni dari pengotor-pengotor yang mungkin tidak sengaja masuk kedalamnya.
Fasa gerak dalam HPLC memegang peranan penting karena sangat akan mempengaruhi kepada
pemisahan,jadi ada beberapa criteria yang harus dipenuhi fasa gerak :
Murni,tidak ada pengotor
Sesuai dengan detector dan sampel
Tidak bereaksi dengan wadah
Harga murah dan mudah mendapatkannya
Sedangkan kerugian dari penggunaan HPLC yaitu :
1. Larutan harus dicari fase diamnya terlebih dulu
2. Hanya bisa digunakan untuk asam organic
3. Harus mengetahui kombinasi yang optimum antara pelarut, analit, dan gradien elusi
4. Harganya mahal sehingga penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas
5. Sering ada larutan yang tertinggal di injektor
2.6 Manfaat HPLC
HPLC adalah alat yang sangat bermanfaat dalam analisis, untuk pemurnian (misalnya untuk
keperluan sintesis.HPLC digunakan untuk analisis senyawa non-volatile termasuk sampel ionik
22
dan polimerik.HPLC dengan prinsip kromatografi adsorpsi banyak digunakan pada industri
farmasi dan pestisida. Zat-zat dengan kepolaran berbeda, yaitu antara sedikit polar sampai polar
dapat dipisahkan dengan HPLC berdasarkan partisi cair-cair. Asam-asam nukleat dapat
dipisahkan dengan kolom penukar ion yang dikombinasikan dengan kolom butiran berlapiskan
zat berpori.Penukar ion gel silica yang dimodifikasi secara kimia dan penukar ion klasik. Asam-
asam nukleat telah terpisahkan pada PLB, waktu analisisnya lebih pendek. Morfin, heroin dan
semacamnya telah dapat dipisahkan pada resin Zipax-SAX. Penukar ion gel silica yang
dimodifikasi secara kimia mempunyai kapsitas tukar tinggi, vitamin-vitamin yang larut dalam air
misalkan telah dapat dipisahkan.Pemakaian HPLC pada kromatografi eksklusi dilakukan dengan
kolom panjang, tujuan utama kerjanya tetap sama yaitu penentuan berat molekul polimer dan
masalah-masalah biokimia. Pada umumnya teknik ini dapat digunakan pada setiap metode kolom
kromatografi. Selain itu HPLC juga digunakan Untuk menentukan konsentrasi suatu sampel dan
Untuk menganalisa zat cair seperti glukosa, vitamin dan air limbah
HPLC digunakan untuk memisahkan golongan takatsiri, misalnya terpenoid tiggi, segala
jenis senyawa fenol, alkaloid, lipid dan gula. HPLC berhasil paling baik untuk senyawa yang
dapat dideteksi di daerah spectrum UV atau spectrum sinar tampak(Harbone, 1987 :19).
HPLC juga cocok digunakan untuk memisahkan minyak atsiri. Minyak atsiri terdiri atas
campuran yang sangat rumit dan oleh jarena itu HPLC berguna untuk memisahkan campuran
rumit menjadi golongan-golongan senyawa atau memisahkan golongan senyawa menjadi
komponen-komponennya (hostettmann, dkk, 1995:77).
HPLC juga digunakan untuk asam organik, seperti asam formiat dan asam asetat. Jika sampel
mula-mula berbentuk padatan harus di-distruksi dulu kemudian di-treatment sehingga berupa
larutan homogen yang tidak terdapat endapan lagi dan bening karena syarat sampel yang dapat
dianalisa menggunakan HPLC adalah harus tidak ada endapan dan harus bening.
23
2.7 Aplikasi HPLC dalam Kehidupan Sehari-hari
Beberapa aplikasi HPLC dalam kehidupan :
1. HPLC dengan prinsip kromatografi banyak digunakan pada industri farmasi dan
pestisida.
2. Zat- zat dengan kepolaran berbeda yaitu antara sedikit polar sampai polar dapat
dipisahkan dengan HPLC berdasarkan partisi cair-cair.
3. Asam-asam nukleat dapat dipisahkan dengan kolom penukar ion yang dikombinasikan
dengan kolom butiran berlapis zat berpori.
4. Morfin, heroin dan semacamnya telah dapat dipisahkan dengan rezin Zipax-SAX.
5. Dapat memisahkan vitamin-vitamin yang larut dalam air.
6. Digunakan untuk menentukan berat molekul polimer dan masalah-masalah biokimia.
Langkah-langkah menganalisa menggunakan HPLC yaitu mula-mula sampel diinjeksi dengan
syringe. Kemudian sampel masuk ke injection hall. Dari injection hall ini proses utama cara kerja
HPLC dimulai, yaitu dengan memompa sampel ke kolom oleh LC20AT dalam tekanan tinggi.
Dari kolom, sampel dijadikan fase bergerak dan diolah dengan fase diam yaitu biasanya H2SO4
0,05 N dan CH3OH berdasarkan afinitas elektron. Setelah terpisah, dengan berbagai perhitungan
matematis, HPLC yang sudah disambungkan dengan komputer ini memberikan pembacaan
berupa peak. Setelah itu kita mencari luasan di bawah peak untuk mengetahui kadar analit.
Rumus perhitungannya adalah y = ½ b.h yaitu persamaan yang diplotkan dengan least square.
Sesuai dengan pengerjaan least square, maka sebelum menggunakan HPLC untuk analit, kita
harus membuat kurva standar terlebih dahulu dengan menggunakan larutan standar.
Gradien elusi memisahkan analit bergantung pada afinitas elektron sesuai fungsi dari afinitas
elektron analit sebagai fase bergerak relatif terhadap fase diam. Hal ini sesuai dengan ekstraksi
liquid-liquid, namun berjalan secara kontinu. Sesuai dengan prinsip tersebut maka komponen
yang hidrofob dari analit akan keluar dari kolom pada kondisi metanol tinggi, sedangkan
komponen yang hidrofil dari analit akan keluar dari kolom pada kondisi metanol rendah.
Setelah itu sampel dikeluarkan dari HPLC dan ruangan pembuangan dari HPLC ini dicuci
dengan asam asetat.
24
2.7.1 Analisis Anion Nitrat (NO3-)
Nitrat sebagai hasil proses alami atau industri akan bisa memasuki bahan alam atau bahan
industri seperti air yang sangat dibutuhkan manusia atau untuk kebutuhan industri. Kandungan
dalam jumlah tertentu akan sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Untuk itu diperlukan
suatu metode analisis yang teruji untuk mengukur kandungan nitrtat tersebut. Dengan
menggunakan HPLC sebagai instrumen analisis dan dengan pengembangan metode dapat
diketahui validitas penggunaan HPLC untuk analisis anion nitrat. Dari beberapa model
pemutakhiran HPLC diketahui metode analisis HPLC dengan kolom IC Pak Anion serta eluen
campuran Na-Borat glukonat : Butanol : Asetonitril (1:1:10) dan detektor Konduktivitas dapat
menganalisis ion nitrat dalam air tangki reaktor, dengan batas deteksi 3,661 ppm dan sensitivitas
0,01 ppm serta uji recovery 110,41+ 1,59%.
2.7.2 Analisis Vitamin C
Metode HPLC juga dapat digunakan sebagai dasar dari analisis vitamin C, yakni dalam
menentukan susunan kimianya.Susunan kimia vitamin C ditemukan pada tahun 1933 oleh
ilmuwan Inggris dan Swiss. Isolasi asam askorbat mula-mula ditemukan oleh King dari USA dan
Szent-Gyorgy dari Hungaria. Vitamin ini mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk oksidasi (bentuk
dehydro) dan bentuk reduksi. Kedua bentuk ini mempunyai aktivitas biologi. Dalam makanan
bentuk reduksi yang terbanyak. Banyak dehydro dapat terus teroksidasi menjadi diketogulonic
acid yang inaktif.
2.7.3 Analisis Ekstrak Etanol Rimpang Tanaman Zingiberaceae
Rimpang tanaman Zingiberaceae pada umumnya mengandung metabolit sekunder golongan
minyak atsiri sebagai zat kandungan yang menguap dan golongan lain berupa zat yang tidak
menguap dan bahkan pada beberapa Curcuma spp. dan Kaempferia spp. terdapat komponen
utama yang terkristalkan dari ekstrak total yang diuapkan pelarutnya (etanol, heksan) sebagai
komponen utama. Banyaknya komponen kandungan dalam rimpang dengan berbagai polaritas
menuntut penggunaan metoda analisis kromatografi instrumental dengan selektifitas (resolusi)
yang tinggi, kromatografi cari kinerja tinggi (HPLC) untuk komponen yang termolabil, seperti
25
dilakukan untuk stabilitas kandungan gingerol dari rimpang Jahe dan andrografolid dari
Sambiloto.
Untuk mendapatkan metoda HPLC dengan resolusi tinggi dibutuhkan cara eluasi gradient,
dengan program menurun polaritasnya, yaitu mulai dari 10% metanol sampai metanol 100% dan
pada umumnya ditambahkan asam fosfat sebagai cara untuk menekan ionisasi senyawa metabolit
sekunder tanaman yang umumnya bersifat asam, seperti prinsip pasangan ion.
Sampel analisis HPLC dibuat dari simplisia rimpang bentuk serbuk dimaserasi-perkolasi dengan
pelarut bahan sampai diperoleh perkolat 10 kali berat bahan. Perkolat diuapkan dengan rotavapor
sampai diperoleh kepekatan 1 ml ekstrak = 1 gram serbuk simplisia, diperoleh suatu ekstrak
total. Sebelum ekstrak dianalisis HPLC, dilarutkan kembali dalam metanol ( 10X), kemudian
dilakukan filtrasi melalui " Sepak " (SPE C18 1 X 1 cm) untuk selanjutnya diinjeksikan sejumlah
20 ul ke HPLC.
Kondisi HPLC dalam penelitian adalah sbb.: Eluasi dilakukan gradien pada kondisi awal
Solvent-A (As-fosfat 0,1 N dalam aquabidestillata) : Solvent B (Metanol pro HPLC) = 90 10;
kemudian program gradien linear selamn 35 menit menuju 100% Metanol, dilanjutkan 15 menit
Metanol 100%, dilanjutkan program pencucian kolom dengan 40% MetOH selama 10menit, dan
diakhiri kembali kekondisi awal (10% MetOH) dalam waktu 5 menit. Kromatogram direkam
selama total waktu 60 menit. Setiap kali injeksi bahan uji (ekstrak) memerlukan waktu 75 menit,
kemudian dapat langsung diinjeksikan bahan uji berikutnya. Analisis HPLC dilakukan pada
setiap sampel ekstrak dengan kondisi eluasi dan deteksi pada panjang gelombang 254 nm 365
nm. Analisis data : Sidik jari HPLC masing-masing ekstrak dianalisis dan dibedakan berdasarkan
jumlah puncak komponen dan waktu retensinya untuk dicari karakterisasinya jika ada dalam
campuran atau dalam produk.
Dari hasil pengamatan kromatogram, dapat disimpulkan bawah pada ekstrak
C.domestica, C.xanthorrhiza dan C.zedoaria, jumlah puncak pada 254nm sama dengan jumlah
puncak yang muncul pada 365nm juga dan jumlah puncak pada 365nm lebih besar dari pada
jumlah puncak 254nm, sehingga untuk membuat sidik jari kromatogram HPLC terbaik
digunakan deteksi pada 365nm. Pada ekstrak Alpinia galanga, Z.cassumunar, Z.zerumbet dan
26
K.galanga, jumlah puncak pada 365nm sama dengan jumlah puncak yang muncul pada 254nm
juga dan jumlah puncak pada 254nm lebih besar dari pada jumlah puncak 365nm, sehingga
untuk membuat sidik jari kromatogram HPLC terbaik digunakan deteksi pada 254nm. C
heyneana, C aeroginosa, Z offinalis, K pandurata, K angustifolia dan K rotunda jumlah puncak
yang muncul sama pada 254nm dan 365nm lebih kecil dari jumlah puncak pada 254nm dan pada
365nm, sehirigga untuk pembuatan sidik jari kromatogram HPLC harus digunakan kombinasi
deteksi pada 254nm clan 365nm.
2.7.4 Pengukuran Tingkat Kematangan Buah Manggis
Mutu buah-buahan segar saat ini umumnva masih dievalusi secara manual yang menggunakan
tanda-tanda visual seperti warna kulit. Hasil evaluasi visual yang hanya menilai sifat fisik bagian
luar ini tidak selalu mencerminkan tingkat kematangan dan kerusakan bagian dalam buah. Bila
ingin menentukan mutu bagian dalam buah harus digunakan cara kimia basah (HPLC) yang
bersifat merusak. Dalam menanggulangi masalah ini perlu dilakukan suatu penelitian mengenai
teknologi tertentu yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan mutu bagian dalam buah-buahan
secara tidak merusak.
Hasil penelitian tugas akhir yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode ultrasonik
dapat dipakai untuk menentukan tingkat kematangan buah manggis secara tidak merusak.
Berdasarkan basil kalibrasi 80 buah manggis, kecepatan gelombang ultrasonik yang merambat
melalui buah manggis untuk tiap tingkat kematangan mempunvai nilai yang berbeda-beda. Buah
manggis yang masih mentah mempunyai kecepatan gelombang ultrasonik rata-rata 337.4 m/s,
untuk buah setengah matang 369.1 m/s, buah matang 397.4 mis, serta untuk buah Iewat matang
mempunyai nilai kecepatan rata-rata 449.6 mis. Nilai kecepatan rata-rata gelombang ultrasonik
yang merambat pada tiap tingkat kematangan buah digunakan untuk membuat suatu persamaan
empiris. Persamaan ini menghubungkan tingkat kematangan terhadap kecepatan gelombang
ultrasonik untuk memperkirakan tingkat kematangan berdasarkan ultrasonik. diperoleh Tk =
0.0268 V 7.9258.
Persamaan empiris yang diperoleh diuji dengan pengukuran kecepatan pada berbagai
kondisi buah dengan warna visual yang beraneka ragam. Berdasarkan basil uji coba 100 buah
27
manggis diperoleh perbedaan perkiraan kematangan antara ultrasonik dan warna kulit. Perbedaan
tersebut mencapai 21%, hal ini menunjukkan bahwa warna kulit belum tentu mencerminkan
tingkat kematangan dan kerusakan bagian dalam buah.
2.7.5 Pendugaan Kandungan Senyawa Bioaktif Atau Senyawa Penciri Beberapa Tanaman
Obat
Secara kualitatif dan kuantitatif suatu senyawa aktif dapat diketahui antara lain melalui metode
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dan FTIR (Fourier Trasfrorm Infrared).
Penentuan kandungan senyawa aktif atau senyawa penciri dilakukan melalui proses yang
panjang meliputi penghancuran bahan, pelarutan, dan pengukuran dengan HPLC dan FTIR.
Proses ini memerlukan waktu dan biaya yang relatif mahal. Untuk itu sangat diperlukan metode
yang handal tetapi relatif mudah untuk dioperasikan. Alternatif cara penentuan lain yang
menyatakan hubungan antara kandungan senyawa aktif atau penciri hasil pengukuran HPLC
dengan data hasil pengukuran FTIR (absorban).
Ketersediaan model ini akan menghemat waktu dan biaya. Pada tahun pertama dilakukan
penentuan metode ekstraksi terbaik untuk senyawa aktif Gingerol dan Kurkumin yang berasal
dari hasil pengamatan contoh petani jahe dan temulawak daerah Kulonproggo dan Karanganyar.
Pada tahun pertama penyusunan model kalibrasi menggunakan dua sumber yaitu data simulasi
dan data pengamatan petani jahe dan temulawak daerah Kulonprogo dan Karanganyar.
Pendekatan terbaik untuk kalibrasi yang diperoleh pada tahun pertama digunakan untuk
penyusunan model kalibrasi data persentase transmitan Gingerol dan Kurkumin tanaman hasil
percobaan pada tahun kedua. Model kalibrasi yang diperoleh pada tahun kedua merupakan
model terbaik berdasarkan data simulasi, data hasil pengamatan (Karanganyar dan Kulonprogo)
serta data hasil percobaan. Pada tahun ketiga dilakukan validasi model kalibrasi yang diperoleh
apda tahun sebelumnya dengan cara menerapkannya pada data konsentrasi dan persentase
transmitan Gingerol dan Kurkumin yang berasal dari hasil pengamatan jahe dan temulawak yang
diambil dari contoh Bogor, Cianjur, Kuningan, Majalengka dan Sukabumi.
28
2.7.6 Penetapan kadar Curcuminoid dengan metode HPLC-fluoresensi
Curcuminoid terdiri dari curcumin (C), demethoxycurcumin (DMC), dan
bisdemethoxycurcumin (BDMC). Nama lain curcumin adalah [(1E,6E)-1,7-
bis(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)hepta-1,6-diene]. Senyawa-senyawa ini
terdapat dalam tanaman kunyit (Curcuma longa L.). Senyawa mempunyai
pigmen kuning yang terdapat pada rizoma. Kunyit biasanya dipakai
sebagai bumbu dan pewarna alami di daerah Asia selatan dan Asia
tenggara. Ternyata curcumin dilaporkan memiliki banyak aktivitas seperti antiinflamasi,
antikanker, antioksidan, antiangiogenik dan imunomodulator. Penelitian juga menunjukkan
curcumin sebagai agen chemotherapeutic potensial sebagus untuk pengobatan dan pencegahan
Alzheimer’s.
Begitu luas manfaat curcuminoid, padahal kualitasnya ditentukan oleh kandungan curcuminoid,
so diperlukan metode analisa yang reliable untuk penetapan curcuminoid dalam produk kunyit.
Metode yang sudah digunakan antara lain dengan HPLC deteksi UV/VIS pada panjang
gelombang sekitar 260 or 450 nm. Kelebihan metode ini yaitu instrumennya simpel, cukup
sensitif untuk penentuan curcuminoid pada rhizoma Curcuma, produk kunyit atau sediaan herbal.
Namun ada kelemahannya yaitu metode tidak selektif, sehingga menyita waktu untuk preparasai
sampelnya, juga memerlukan elusi gradien yang ruwet. Sebenarnya ada metode yang selektif
yaitu HPLC-MS, tapi alatnya mahal.
Padahal ternyata curcuminoid itu sendiri berfluoresens, sehingga bisa digunkan detektor
fluoresens (FL) yang lebih sensitif dan selektif dibanding detektor UV (bisa mencapai 10 x lebih
sensitif).
2.7.7 Skala Scoville, Mengukur Kepedasan Cabai
Cabai sendiri ada berbagai macam, kalau di kita mungkin mengenal cabai rawit, cabai merah,
cabai hijau, ada juga cabai yang keriting dan kalau di belahan bumi lain ada paprika, ada
pimento, jalapeño, habañero dan lain sebagainya semuanya dengan kadar kepedasan yang
berbeda2.
29
Namun tahukah anda bahwa di dunia ini ada satuan guna mengukur kepedasan sebuah cabai??
Ya, satuan tersebut dinamakan satuan scoville yang diambil dari nama seorang farmakolog
Amerika Serikat bernama Wilbur L. Scoville (1865 – 1942).
Skala scoville ini mengukur konsenstrasi sebuah zat dalam sebuah cabai yang bernama
capsaicin, zat inilah yang bertanggungjawab memberikan rasa pedas pada sebuah cabai.
Sekarang kita mempunyai satuan scoville untuk mengukur kepedasan suatu cabai seperti halnya
kita mempunyai satuan kilometer untuk mengukur panjang atau kilogram untuk mengukur berat,
lantas bagaimana caranya mengukur kepedasan cabai? Apakah cabai dimakan begitu saja lalu
dinilai kepedasannya?? Tentu tidak sepenuhnya begitu, karena panca indera manusia adalah alat
pengukur yang buruk dan kurang presisi. Namun walaupun begitu pengukuran kepedasan cabai
pada awalnya masih melibatkan panca indera manusia.
Pada tahun 1912 ketika Wilbur Scoville menemukan skala ini, ia melakukan pengukuran
kepedasan suatu cabai dengan cara sebagai berikut:
Larutan ekstrak/sari cabai dilarutkan ke dalam air yang diberi gula sampai pedasnya tidak terasa
lagi, sudah pedas tidaknya sebuah cabai yang diuji ini biasanya dilakukan oleh lima orang
penguji. Jadi satuan scoville menunjukkan berapa kali sebuah cabai harus dilarutkan dalam air
gula (dalam jumlah tertentu yang standard) sampai zat capsaicin-nya semua larut yang membuat
cabai tersebut menjadi tidak pedas lagi.
Nah, karena dengan metode pengukuran seperti di atas masih melibatkan panca indera manusia,
tentu saja pengukuran masih dapat terjadi bias dan kurang obyektif (selain pengukuran cara di
atas kurang praktis) untuk itu pengukuran kepedasan cabai pada saat ini menggunakan metode
yang canggih yang dinamakan High Pressure Liquid Chromatography atau High Performance
Liquid Chromatography (HPLC) yang menihilkan keterlibatan panca indera manusia dalam
pengukuran kepedasan cabai. Metode ini cukup kompleks untuk dijabarkan sehingga tidak akan
dijelaskan secara detail dalam makalah ini.
Dari eksperiment menunjukan bahwa bell pepper (termasuk juga paprika) mempunyai skala
scoville 0 (nol), ini berarti bell pepper tidak pedas sama sekali karena tidak mempunyai zat
capsaicin.
30
Sedangkan cabai rawait (Thai pepper atau bird’s eye pepper) atau kalau di Malaysia sering
disebut ‘chili padi’ mempunyai skala scoville 50.000 hingga 100.000. Nah ternyata dari tabel di
atas cabai rawit hanyalah cabai ‘kelas menengah’ dalam dunia cabai.
Sedangkan cabai Amerika habañero mempunyai kepedasan sekitar 2 sampai 7 kali dari cabai
rawit. Bahkan salah satu jenis atau spesies habañero yaitu Red Savina habañero bisa 10 kali lebih
pedas dari cabai rawit.
Namun cabai alami yang memegang rekor dunia kepedasan datang dari daerah Assam di India
yaitu Naga Jolokia (semua gambar cabai2 tersebut ada di atas) yang skala scoville-nya sampai di
atas satu juta!
2.8 Penerapan Penelitian HPCL
Penelitian berjudul penentuan kadar glukosa dan fruktosa pada madu randu dan madu
kelengkeng dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: air deionisasi, larutan standar
glukosa 5% dan larutan standar fruktosa 5%. Sampel penelitian adalah madu randu dan madu
kelengkeng yang telah memenuhi standar SII dari merk yang sama. Tiap jenis madu digunakan
dua buah sampel dan tiap sampel dilakukan pengukuran sebanyak dua kali.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: seperangkat alat KCKT (buatan ICI
Instruments) yang dilengkapi dengan detektor indeks bias (Shodex RI SE-61) serta integrator
merek (Shimadzu CR6A Chromatopac; labu ukur 20 mL, 25 mL; pipet volume 1,0 mL, 2,5 mL,
5 mL, 10 mL, 25 mL; alat sentrifugasi; kertas saring 0,45 mikrometer.
Cara kerja pembuatan larutan standar. Larutan standar glukosa dan fruktosa dibuat dengan
konsentrasi masing-masing 5% b/v. Adapun cara pembuatannya adalah sebagai berikut:
1. masing-masing senyawa (glukosa dan fruktosa) ditimbang sebanyak 1 g.
2. Senyawa-senyawa tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur 20 mL, kemudian ditambah
aquades sampai tanda batas (kadar glukosa dan fruktosa masing-masing 5% b/v).
31
Dari konsentrasi tersebut dapat dibuat campuran dengan konsentrasi masing-masing 1%, o,5%,
0,25%, dan 0,125% dengan cara:
1. campurkan glukosa dan fruktosa 1% ke dalam labu ukur 50 mL, dipipet masing-masing
10,0 mL larutan fruktosa 5%, ditambah 10,0 mL larutan glukosa 5%. Ditambah dengan
aquades sampai tanda batas.
2. campurkan glukosa dan fruktosa 0,5% ke dalam labu ukur 50 mL, dipipet masing-masing
5,0 mL larutan fruktosa 5%, ditambah 5,0 mL larutan glukosa 5%. Ditambah dengan
aquades sampai tanda batas.
3. campurkan glukosa dan fruktosa 0,25% ke dalam labu ukur 50 mL, dipipet masing-
masing 2,5 mL larutan fruktosa 5%, ditambah 5,0 mL larutan glukosa 5%. Ditambah
dengan aquades sampai tanda batas.
4. campurkan glukosa dan fruktosa 0,125%. Campuran glukosa dan fruktosa 0,25% pada(c)
dipipet 25,0% mL, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Campuran tersebut ditambah
dengan aquades sampai tanda batas.
Masing-masing campuran glukosa dan fruktosa tersebut disaring dengan kertas saring 0,45
mikrometer.
Penentuan kondisi HPCL untuk pemisahan glukosa dan fruktosa. Kondisi analisis untuk
penentuan kandungan gglukosa dan fruktosa pada sampel madu adalah pada kondisi pemisahan
yang terbaik. Kondisi tersebut tercapai jika hasil kromatogram masing-masing komponen tidak
tumpang tindih satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur suhu kolom
dan laju alir dari eluen. Kondisi pemisahan dapat ditentukan pada saat pengukuran larutan
standar, di mana eluen yang digunakanadalah air deionisasi pada kolom metacarb 87 C dan
dideteksi dengan mengunakan detektor indeks bias.
Pembuatan kurva standar. Larutan standar glukosa dan fruktosa 0,125% diinjeksikan sebanyak
20 mikroliter dengan menggunakan auto syringe injector. Biarkan sampai semua komponen
keluar dan terpisah dari kolom. Waktu retensi untuk masing-masing komponen (glukosa dan
fruktosa) dicatat. Langkah tersebut diulangi dengan menginjeksikan 20 mikroliter larutan standar
32
glukosa da fruktosa 0,25% kemudian dengan larutan standar 0,5% dan 1%. Plot hubungan antara
konsentrasi larutan standar dengan luas puncak dari masing-masing komponen.
Tumpang tindih satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dicapai dengan mengatur suhu kolom
dan laju alir dari eluen. Kondisi pemisahan dapat ditentukan pada saat pengukuran larutan
standar, di mana eluen yang digunakanadalah air deionisasi pada kolom metacarb 87 C dan
dideteksi dengan mengunakan detektor indeks bias.
Pembuatan kurva standar. Larutan standar glukosa dan fruktosa 0,125% diinjeksikan sebanyak
20 mikroliter dengan menggunakan auto syringe injector. Biarkan sampai semua komponen
keluar dan terpisah dari kolom. Waktu retensi untuk masing-masing komponen (glukosa dan
fruktosa) dicatat. Langkah tersebut diulangi dengan menginjeksikan 20 mikroliter larutan standar
glukosa da fruktosa 0,25% kemudian dengan larutan standar 0,5% dan 1%. Plot hubungan antara
konsentrasi larutan standar dengan luas puncak dari masing-masing komponen.
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.Kromatografi Cair Tekanan Tinggi, HPLC merupakan bentuk kromatografi kolom yang sering
digunakan dalam biokimia dan analisis kimia untuk memisahkan, mengidentifikasi, mengukur
dan memanjang.
2.Ada dua tahap dalam analisis dengan menggunakan HPLC yaitu proses separasi/pemisahan
dan identifikasi.
3.Aplikasi analisis HPLC adalah untuk penentuan kuantitatif dan penentuan kualitatif. Beberapa
parameter penting yang perlu diperhatikan di dalam analisis HPLC adalah jenis kolom,
komposisi eluen (jenis dan perbandingan), volume injeksi (volume sampel loop), detektor, dan
chart speed (bila manual).
4.HPLC memberikan peranan yang besar dalam kehidupan, antara lain: banyak digunakan pada
industri farmasi dan pestisida ; zat- zat dengan kepolaran berbeda yaitu antara sedikit polar
sampai polar dapat dipisahkan dengan HPLC berdasarkan partisi cair-cair ; asam-asam nukleat
dapat dipisahkan dengan kolom penukar ion yang dikombinasikan dengan kolom butiran berlapis
zat berpori; morfin, heroin dan semacamnya telah dapat dipisahkan dengan rezin Zipax-SAX ;
dapat memisahkan vitamin-vitamin yang larut dalam air ; digunakan untuk menentukan berat
molekul polimer dan masalah-masalah biokimia.
5.Aplikasi analisis dari HPLC dalam kehidupan antara lain : analisis anion nitrat (NO3-), analisis
vitamin C, analisis ekstrak etanol rimpang tanaman Zingiberaceae, pengukuran tingkat
kematangan buah manggis, dan pendugaan kandungan senyawa bioaktif atau senyawa penciri
beberapa tanaman obat.
6. Beberapa poin positive dari alat kinerja tinggi kromatografi (HPLC) adalah :
Tingkat resolusi yang amat tinggi
34
Waktu yang digunakan sedikit
Detector amat peka
Kolom dapat digunakan kembali dengan cara diregenerasi
Ideal untuk zat berberat molekul tinggi dan memiliki titik didih tinggi.
7. Beberapa sampel yang dapat dianalisis dengan HPLC :
Asam amino
Asam organic
Hidrokarbon aromatic
Protein
Karbohidrat
Vitamin
Seyawa lain berberat molekul tinggi dan titik didih tinggi.
3.2 Saran
Setelah mengetahui dan mempelajari tentang HPLC ini diharapkan dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
35
DAFTAR PUSTAKA
A-hong. 2009. Kromatografi HPLC. http://ahongincoment.blogspot.com/2009/06/kromatografi-hplc.html. (online) diakses pada tanggal 10 April 2010.
Anonim. 2007. Analisis Protein. http://barifbrave.wordpress.com/2009/05/23/analisa-protein/.(online) diakses pada tanggal 10 April 2010.
Anonim. 2010. Kromatografi Ferporma tinggi. http://www.google.co.id/search?hl=id&q=pengertian+dari+kromatografi+cair+kinerja+tinggi&start=10&sa=N (online) diakses pada tanggal 10 April 2010.
Clark, jim. 2009. Kromatografi cair tingkat tinggi. http://www.chem-is- try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_gas_cair/.(online) diakses pada tanggal 10 April 2010.
Fygy’s. 2009. Alat-alat dilaboratorium Instrument. http://fygy.wordpress.com/2009/04/11/alat-alat-di-laboratorium-instruments/. (online) diakses pada tanggal 10 april 2010.
Liliksetiono. 2009. Kromatografi. http://liliksetiono.wordpress.com/2009/05/05/kromatografi/. (online) diakses pada tanggal 10 April 2010.
Net,Cephy. 2008. Kromatografi cair kinerja tinggi. http://cephy-net.blogspot.com/2008/11/kromatografi-cair-kinerja-tinggi-hplc_27.html. (online) diakses pada tanggal 10 April 2010
Rafizanisa. 2009. Analisis HPLC dan Aplikasinya. http://rafizanisa.blogspot.com/2009/12/analisis-hplc-dan-aplikasinya.html.(online) diakses pada tanggal 10 April 2019.
Wandi,setia. 2010. Kromatografi dan HPLC. http://setiawandi3052.blogspot.com/2010/04/kromatografi-dan-hplc.html. (Online) diakses pada tanggal 10 April 2010.
Widanengsih,niknik. 2008. Kromatografi cair kinerja tinggi. http://niknikwidanengsih.blogpot.com/2008/12/kromatografi-cair-tingkat-tinggi.html. (online) diakses pada tanggal 10 April 2010.
36