word herpes zoster

22
BAB I TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1.1 Definisi Herpes zoster atau shingles adalah penyakit neurokutan dengan manifestasi erupsi vesicular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai nyeri radikular unilateral yang umumnya terbatas di satu dermatom. Herpes zoster merupakan manifestasi reaktivasi infeksi laten endogen virus varicella zoster di dalam neuron ganglion sensoris radiks dorsalis, ganglion saraf kranialis atau ganglion saraf autonomik yang menyebar ke jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama. SINONIM : dampa, cacar ular. 1.2 Epidemiologi Penyakit ini terjadi sporadic sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Insidensnya 2-3 kasus per 1000 orang per tahun. Insiden keparahannya meningkat dengan meningkatnya usia. Jarang dijumpai pada usia dini (anak dan dewasa muda). Penyakit ini bersifat 1

Upload: putri-harmen

Post on 21-Feb-2016

283 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Word Herpes Zoster

BAB I

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.1 Definisi

Herpes zoster atau shingles adalah penyakit neurokutan dengan

manifestasi erupsi vesicular berkelompok dengan dasar eritematosa disertai

nyeri radikular unilateral yang umumnya terbatas di satu dermatom.

Herpes zoster merupakan manifestasi reaktivasi infeksi laten endogen

virus varicella zoster di dalam neuron ganglion sensoris radiks dorsalis,

ganglion saraf kranialis atau ganglion saraf autonomik yang menyebar ke

jaringan saraf dan kulit dengan segmen yang sama.

SINONIM : dampa, cacar ular.

1.2 Epidemiologi

Penyakit ini terjadi sporadic sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

Insidensnya 2-3 kasus per 1000 orang per tahun. Insiden keparahannya

meningkat dengan meningkatnya usia. Jarang dijumpai pada usia dini (anak

dan dewasa muda). Penyakit ini bersifat menular namun daya tularnya kecil

bila dibandingkan dengan varicella.

1.3 Patogenesa

Hope Simpsons, 1965 mengajukan hipotesis bahwa imunitas terhadap

varicella zoster virus berperan dalam patogenesa herpes zoster terutama

imunitas selular. Mengikuti infeksi primer virus varicella-zoster, partikel virus

dapat tetap tinggal di dalam ganglion sensoris saraf spinalis, kranialis atau

otonom selama tahunan. Pada saat respon imunitas selular dan titer antibody

spesifik terhadap virus varicella zoster menurun (misal oleh karena

pembedahan, penyinaran, lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi

1

Page 2: Word Herpes Zoster

malnutrisi, seseorang yang sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka

panjang, atau menderita penyakit sistemik) sampai tidak lagi efektif mencegah

infeksi virus, maka partikel virus varicella zoster yang laten tersebut

mengalami reaktivasi dan menimbulkan ruam kulit yang terlokalisata di dalam

suatu dermatom. Faktor lain seperti radiasi, trauma fisik, obata-obatan

tertentu, infeksi lain atau stress dapat dianggap sebagai pencetus walaupun

belum pasti.

1.4 Gejala klinis

Lesi herpes zoster dapat mengenai seluruh kulit tubuh maupun

membran mukosa. Herpes zoster biasanya diawali dengan gejala-gejala

prodromal dapat berlangsung beberapa hari (1-10 hari, rata-rata 2 hari) berupa

gejala sistemik (demam, pusing, malaise), dan lokal (nyeri otot-tulang, gatal,

pegal, parestesia sepanjang dermatom).

Setelah timbul gejala prodromal, timbul erupsi kulit yang biasanya

gatal atau nyeri terlokalisata (terbatas pada satu dermatom) berupa makula

eritema yang berubah menjadi papul, vesikel jernih berkelompok dengan

dasar kulit eritematosa selama 3-5 hari. Vesikel tersebut berisi cairan jernih,

kemudian menjadi keruh, dapat menjadi krusta (berlangsung selama 7-10

hari). Jika mengandung darah disebut sebagai herpes zoster hemoragik. Jika

disertai dengan ulkus dengan sikatriks, menandakan infeksi sekunder.

Masa tunas dari virus ini sekitar 7-12 hari, masa aktif berupa lesi baru

yang tetap timbul, berlangsung seminggu, dan masa resolusi berlangsung 1-2

minggu. Selain gejala kulit, kelenjar getah bening regional juga dapat

membesar. Penyakit ini lokalisasinya unilateral dan dermatomal sesuai

persarafan. Saraf yang paling sering terkena adalah nervus trigeminal, fasialis,

otikus, C3, T3, T5, L1, dan L2. Jika terkena saraf tepi jarang timbul kelainan

motorik, sedangkan pada saraf pusat sering dapat timbul gangguan motorik

akibat struktur anatomisnya. Gejala khas lainnya adalah hipestesi pada daerah

yang terkena.

2

Page 3: Word Herpes Zoster

Perjalanan penyakit herpes zoster pada pasien immunokompromais

sering recurrent cenderung kronik persisten, lesi kulitnyalebih berat (terjadi

bula hemorragik, nekrotik dan sangat nyeri), tersebar disseminate dan dapat

disertai keterlibatan organ dalam. Proses penyembuhan juga berlangsung

lama.

Ada beberapa variasi klinis herpes zoster antara lain: zoster sine

herpete bila terjadi nyeri segmental yang tidak diikuti erupsi kulit. Herpes

zoster abortif bila erupsi kulit hanya berupa eritema dengan atau tanpa vesikel

yang langsung mengalami resolusi sehingga perjalanan penyakitnya

berlangsung singkat. Disebut herpes zoster aberans bila erupsi kulitnya

melampaui garis tengah.

Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf

spinalis. Masing masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang

dipersarafinya ke otak. Dermatom pada dada dan perut seperti tumpukan

cakram yang dipersarafi oleh saraf spinal yang berbeda, sedangkan sepanjang

lengan dan kaki, dermatom berjalan secara longitudinal sepanjang anggota

badan. Dermatom sangat bermanfaat dalam bidang neurologi untuk

menemukan tempat kerusakan saraf saraf spinalis. Virus yang menginfeksi

saraf tulang belakang seperti infeksi herpes zoster (shingles), dapat

mengungkapkan sumbernya dengan muncul sebagai lesi pada dermatom

tertentu.

3

Page 4: Word Herpes Zoster

Gambar 1. Gambaran sensorik dermatom manusia

4

Page 5: Word Herpes Zoster

1.5 Diagnosa Banding

Herpes zoster awal dapat didiagnosa banding dengan dermatitis

venenata atau dermatitis kontak . herpes zoster yang timbul di daerah genitalia

mirip dengan herpes simpleks sedangkan herpes zoster diseminata dapat mirip

dengan varicella.

1.6 Diagnosa

Diagnose penyakit herpes zoster sangat jelas, karena gambaran

klinisnya memiliki kharakteristik tersendiri. Untuk kasus-kasus yang tidak

jelas, deteksi antigen ataun nucleic acid varicella zoster virus, isolasi virus

dari sediaan hapus lesi atau pemeriksaan antibody IgM spesifik diperlukan.

Pemeriksaan dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan tes

diagnostic yang paling sensitive dan spesifik (dapat mendeteksi DNA virus

varicella zoster dari cairan vesikel).

Pemeriksaan kultur virus mempunyai sensitivitas yang rendah karena

virus herpes labil. Pemeriksaan direct immunofluorecent antigen-staining

lebih cepat serta mempunyai sensitivitas yang lebih tinggi daripada kultur dan

dipakai sebagai tes diagnostic alternative bila pemeriksaan PCR tidak tersedia.

1.7 Pengobatan

Prinsip dasar pengobatan herpes zoster adalah menghilangkan nyeri secepat

mungkin dengan cara membatasi replikasi virus, sehingga mengurangi

kerusakan lebih lanjut.

A. Sistemik

1) Obat anti virus

Terbukti menurunkan durasi lesi herpes zoster dan derajat keparahan

nyeri herpes zoster akut. Tiga antivirus oral yang disetujui oleh Food

and Drug Administration (FDA) untuk terapi herpes zoster yaitu

famsiklovir, valasiklovir hidrokhlorida, dan asiklovir.

5

Page 6: Word Herpes Zoster

Antivirus Famsiklovir 3x500mg atau valasiklovir 3x1000mg atau

asiklovir 5x800mg diberikan sebelum 72 jam awitan lesi selama 7

hari.

2) Kortikosteroid

Prednison yang diberikan bersama asiklovir dapat mengurangi nyeri

akut. Hal ini dikarenakan penurunan derajat neuritis akibat infeksi

virus dan kemungkinan juga mengurangi kerusakan pada saraf yang

terlibat. Akan tetapi pada penelitian lain, penambahan kortikosteroid

hanya memberikan sedikit manfaat dalam memperbaiki nyeri dan

tidak bermanfaat untuk mencegah NPH. Mengingat resiko komplikasi

terapi kortikosteroid lebih berat dari keuntungannya maka pemakaian

kortikosteroid tidak dianjurkan.

3) Analgetik

Pasien dengan nyeri akut ringan menunjukan respon baik terhadap

AINS (asetosal, piroksikam, ibuprofen, diklofenak) atau analgetik

non opioid (kodein, morfin, atau oksikodon) untuk pasien dengan

nyeri kronik hebat.

4) Antidepresan dan anti konvulsan

Penelitian terakhir menunjukan bahwa kombinasi terapi asiklovir

dengan antidepresan trisiklik atau gabapentin sejak awal mengurangi

prevalensi NPH.

B. Topikal

1) Analgetik topical

a) Kompres

Kompres terbuka dengan solusio Burowi dan solusio Calamin

(Caladryl) dapat digunakan pada lesi akut untuk mengurangi nyeri

dan pruritus. Kompres dengan solusio burowi (aluminium asetat

5%) dilakukan 4-6 kali/hari selama 30-60 menit. Compres dingin

atau cold pack juga sering digunakan.

6

Page 7: Word Herpes Zoster

b) Antiinflamasi nonsteroid (AINS)

Berbagai AINS topical seperti bubuk aspirin dalam kloroform

atau etil eter, krim indometasindan diklofenak banyak dipakai.

2) Anestetik local

Pemberian anestetik local pada berbagai lokasi sepanjang jaras saraf

yang terlibat dalam herpes zoster telah banyak dilakukan untuk

menghilangkan nyeri.

3) kortikosteroid

krim/losio yang mengandung kortikosteroid tidak digunakan pada lesi

akut herpes zoster dan juga tidak dapat mengurangi resiko terjadinya

NPH.

1.8 Pencegahan

Pemberian boster vaksin varisela strain Oka terhadap orang tua harus

dipikirkan untuk meningkatkan kekebalan spesifik terhadap VVZ sehingga

dapat memodifikasi perjalanan penyakit herpes zoster.

1.9 Komplikasi

1) pada sejumlah kecil pasien dapat terjadi komplikasi berupa kelainan mata

(10-20% penderita) bila menyerang di daerah mata, infeksi sekunder, dan

neuropati motorik. Kadang-kadang dapat terjadi meningitis, ensefalitis

atau mielitis.

2) Komplikasi yang sering terjadi adalah Neuralgia Pasca Herpes (HNP),

yaitu nyeri yang masih menetap di area yang terkena walaupun kelainan

kulitnya sudah mengalami resolusi. Terapi yang dapat diberikan

antikonvulsan dan anti depresan.

3) Bila virusnya menyerang nervus facialis dan nervus auditorius terjadi

sindroma Ramsay-Hunt yaitu erupsi kulit timbul di liang telinga luar atau

membrane timpani disertai paresis facialis, gangguan lakrimasi, gangguan

pengecapan 2/3 bagian depan lidah, tinnitus, vertigo dan tuli.

7

Page 8: Word Herpes Zoster

4) Terjadi herpes zoster oftalmikus bila virus menyerang cabang pertama

nervus trigeminus. Bila mengenai anak cabang nasosiliaris (timbul vesikel

di puncak hidung yang dikenal sebagai tanda Hutchinson) kemungkinan

besar terjadi kelainan mata. Walaupun jarang tapi dapat terjadi kerusakan

organ dalam.

8

Page 9: Word Herpes Zoster

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : D

Umur : 11 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : surau lauik panampung

Suku : minang

Pekerjaan : Siswa

ANAMNESA

Seorang pasien Perempuan berusia 11 tahun datang ke poliklinik Kulit dan

Kelamin RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 10 oktober 2015

dengan :

Keluhan utama

Gelembung Merah berisi air disertai nyeri pada paha kanan bawah bagian

depan dan samping sejak 2 hari yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang

Gelembung merah merah berisi air disertai nyeri pada paha kanan bawah

bagian depan dan samping sejak 2 hari yang lalu

Awalnya pasien merasa gatal – gatal,gatal tidak dipengaruhi cuaca.

Setelah gatal muncul gelembung kecil kemerahan berisi air

Nyeri pada area yang terdapat gelembung berisi air saja

Badan terasa pegal dan letih

Pasien waktu kecil melakukan imunisasi lengkap

Pasien mengatakan tidak ada teman di lingkungan rumah maupun sekolah

yang mengalami sakit yang sama

9

Page 10: Word Herpes Zoster

Demam tidak ada

Sakit kepala tidak ada

Riwayat penyakit dahulu

Tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.

Riwayat cacar air tidak ada

Riwayat keluarga

Tidak ada keluarga menderita penyakit yang sama

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis cooperative

Status gizi : Baik

Pemeriksaan Thoraks : Diharapkan dalam batas normal

Pemeriksaan Abdomen : Diharapkan dalam batas normal

Status Dermatologikus

Lokasi : paha sebelah kanan bawah bagian depan dan samping

Distribusi : unilateral, terlokalisir sesuai dermatom

Bentuk : tidak khas

Susunan : herpetiformis

Batas : tegas

Ukuran : miliar - lentikular

Effloresensi : vesikel

10

Page 11: Word Herpes Zoster

Status Venerologikus : tidak ditemukan kelainan

Kelainan selaput : tidak ditemukan kelainan

Kelainan kuku : kuku dan jaringan kuku tidak ditemukan kelainan

Kelainan rambut : tidak ditemukan kelainan

Kelainan kelenjar limfe : tidak terdapat pembesaran KGB

Ekstremitas : tidak ada kelainan

11

Page 12: Word Herpes Zoster

12

Page 13: Word Herpes Zoster

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tzank test : diharapkan ditemukan sel datia berinti banyak

DIAGNOSA KERJA

Herpes zoster Lumbalis setinggi dermatom L2 – L3 dextra

DIAGNOSA BANDING

-

13

Page 14: Word Herpes Zoster

PENATALAKSANAAN

UMUM :

Istirahat yang cukup

Jaga kebersihan tubuh dengan mandi seperti biasa 2x sehari

Kurangi kontak dengan orang lain

Hindari stress berlebihan

KHUSUS :

Topikal : Salisil talc 2 %

Fuson cream 2%

Sistemik : Paracetamol 3 x 250 mg sehari

Anti viral : Asiklovir 5 x 400 mg /1/2 tab /hari

Diberikan saat jam 06.00, 10.00, 14.00, 18.00, 21.00

PROGNOSA

Quo ad sanationam : Bonam

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad kosmetikum : Dubia ad Bonam

Quo ad functionam : Bonam

14

Page 15: Word Herpes Zoster

Resep

15

RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR

Ruangan Poliklinik : Kulit dan Kelamin

Dokter : dr. AB

Sip No : 123/sip/2015

Bukittinggi, 9 september 2015

R/Asiklovir tab 400 mg No. XV

S5dd tab 1/2

R/ Paracetamol tab 500 mg No. X

S3dd tab 1/2

R/ Salisil talc 2 % No.I

Suc

R/ fuson I Tube

suc

Pro : D

Umur : 11 tahun

Page 16: Word Herpes Zoster

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2015

Gunawan, Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5. Jakarta : Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Indonesia. 2009

Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi-3. Jakarta : EGC

16