case snnt.docx

35
STRUMA NODUSA NON TOKSIK A. ANAMNESIS Status pasien Nama : Ny. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 32 tahun Alamat : Pendem Wetan, Suruh, Tasikmadu Agama : Islam Pekerjann : Ibu Rumah Tangga Tanggal MRS : 16 September 2012 No. RM : 25.13.XX B. Riwayat Penyakit Keluhan Utama : Terdapat benjolan dileher Riwayat Penyakit Sekarang Sekitar 1 tahun sebelum masuk RS pasien merasakan timbul benjolan dileher depan yang semakin lama semakin membesar. Awalnya pasien menggunakan kontrasepsi suntik, kemudian benjolan itu mulai muncul. Benjolan itu dirasakan semakin lama semakin membesar. 3 bulan SMRS: Pasien mengeluh benjolannya itu semakin membesar sampai sebesar telur burung

Upload: rizky-wirawan

Post on 08-Aug-2015

67 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case SNNT.docx

STRUMA NODUSA NON TOKSIK

A. ANAMNESIS

Status pasien

• Nama : Ny. S

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Umur : 32 tahun

• Alamat : Pendem Wetan, Suruh, Tasikmadu

• Agama : Islam

• Pekerjann : Ibu Rumah Tangga

• Tanggal MRS : 16 September 2012

• No. RM : 25.13.XX

B. Riwayat Penyakit

Keluhan Utama : Terdapat benjolan dileher

Riwayat Penyakit Sekarang

• Sekitar 1 tahun sebelum masuk RS pasien merasakan timbul

benjolan dileher depan yang semakin lama semakin membesar.

Awalnya pasien menggunakan kontrasepsi suntik, kemudian

benjolan itu mulai muncul. Benjolan itu dirasakan semakin lama

semakin membesar.

• 3 bulan SMRS: Pasien mengeluh benjolannya itu semakin membesar

sampai sebesar telur burung puyuh, tidak nyeri, tidak ada perubahan

suara, hanya terasa mengganjal.

• HMRS: Pasien mengeluh terdapat benjolan di depan, ukuran sebesar

telur puyuh, tidak nyeri dan ikut bergerak saat menelan, benjolan

terasa mengganjal apabila dipakai untuk menelan, benjolan tidak

terasa panas, dan benjolan itu terasa membesar saat pasien merasa

kelelahan.

Page 2: Case SNNT.docx

Riwayat penykit dahulu

• Riwayat penyakit serupa : diakui, 5 tahun yang lalu,

disebelah lateral dextra sebesar telur ayam, setelah menggunakan KB

suntik.

• Riwayat DM : disangkal

• Riwayat hipertensi : disangkal

• Riwayat penyakit Asam urat : disangkal

• Riwayat Alergi : disangkal

Page 3: Case SNNT.docx

Riwayat penyakit keluarga

• Riwayat penyakit serupa : disangkal

• Riwayat penyakit Diabetes Mellitus : disangkal

• Riwayat penyakit Hipertensi : disangkal

• Riwayat penyakit TBC : disangkal

• Riwayat penyakit Asma : disangkal

• Riwayat penyakit kanker : disangkal

• Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat kebiasaan dan lingkungan

• Kebiasaan mengkonsumsi garam halus beryodium kurang (-)

• Kebiasaan sering mengkonsumsi sayur-sayuran dari genus Brassica

terutama Kol (+)

• Disekitar rumah tidak ada yang mengalami sakit serupa.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15

Vital Sign

• Tekanan Darah : 110/70 mmHg

• Nadi : 72 kali/menit

• Respirasi : 20 kali/menit

• Suhu : 37 oC

Pemeriksaan kepala :

• Bentuk kepala : normocephal, simetris

• Pemeriksaan mata

Konjungtiva anemis : (+/+)

Sklera ikterik : (-/-)

Hidung : tidak ada kelainan

Telinga : tidak ada kelainan

Mulut : tidak ada kelainan

Page 4: Case SNNT.docx

• Pemeriksaan Leher

Simetris, PKGB (-), peningkatan JVP (-), pergeseran trakea (-),

massa abnormal (+) di leher depan sebesar telur puyuh,

Status lokalis regio colli:

Inspeksi

Terlihat massa di leher bagian depan. Kemerahan dan

edem pada massa (-), M. sternokleidomastoideus masih

terlihat jelas.

Palpasi

Teraba massa kenyal-keras ukuran sebesar telur puyuh,

konsistensi keras, batas tegas, licin, tidak berbenjol-

benjol, tidak terfiksasir, nyeri tekan (-). Massa ikut

bergerak ketika pasien menelan.

Auskultasi

Tidak didapatkan bising pada kelenjar tiroid yang

membesar.

• Pemeriksaan thorax :

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, massa (-)

Palpasi : ictus cordis teraba

Perkusi :

Batas – batas jantung

Kanan atas SIC II parasternalis dextra

Kanan bawah SIC IV parasternalisdextra

Kiri atas SIC II parasternalis sinistra

Kiri bawah SIC V linea midclavikularis redup

Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, reguler, bising

jantung (-)

Page 5: Case SNNT.docx

Paru

Inspeksi : simetris kanan kiri, ketinggalan gerak (-), massa

(-)

Palpasi : fremitus normal, nyeri tekan (-)

Perkusi : sonor

Auskultasi : SDV(+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Pemeriksaan abdomen

Inspeksi : permukaan perut rata, massa (-), bekas luka

operasi (-)

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Perkusi : tympani

Palpasi : nyeri tekan (-), defans muskuler (-)

Pemeriksaan ekstremitas :

Superior : tidak ada kelainan

Inferior : tidak ada kelainan

Akral : hangat

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

• Tanggal 16 September 2012

WBC : /μL

RBC : 106/μL

HGB : 9,9 g/dL

HCT : %

MCV : fL

MCH : pg

MCHC : g/dL

PLT : /μL

GDS : mg/dL

Urea : mg/dL

Creatin : mg/dL

Page 6: Case SNNT.docx

SGOT : U/I

SGPT : U/I

HbsAg : negative

• Tanggal 17 September 2012

HGB : 9,9 g/dL

• Tanggal 18 September 2012

HGB : 11,8 g/dL

E. RESUME

• Perempuan, 32 tahun mengeluh adanya benjolan di leher yang dirasakan

sudah sekitar 1 tahun terakhir. Benjolan itu semakin membesar sampai

sebesar telur puyuh, tidak nyeri, tidak ada perubahan suara, hanya terasa

mengganjal. Benjolan itu muncul setelah pasien menggunakan suntik

KB.

• Sekitar 5 tahun yang lalu pasien juga pernah mengalami hal serupa,

timbul benjolan di leher samping kanan sebesar telur ayam. Benjolan itu

timbul setelah pasien menggunakan suntik KB.

• Pada status lokalis regio colli didapatkan:

Inspeksi

Terlihat massa di leher bagian depan. Kemerahan dan edem

pada massa (-), M. sternokleidomastoideus masih terlihat jelas.

Palpasi

Teraba massa kenyal-keras ukuran sebesar telur puyuh,

konsistensi keras, batas tegas, licin, tidak berbenjol-benjol, tidak

terfiksasir, nyeri tekan (-). Massa ikut bergerak ketika pasien

menelan.

Auskultasi

Tidak didapatkan bising pada kelenjar tiroid yang membesar.

Page 7: Case SNNT.docx

F. DIAGNOSIS KLINIS

Recurent Struma Nodusa Non Toksik

G. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

Operatif

Page 8: Case SNNT.docx

TINJAUAN PUSTAKA

A. STRUMA

1. Definisi

Struma adalah perbesaran kelenjar tiroid yang menyebabkan

pembengkakan di bagian depan leher (Dorland, 2002).

Kelainan glandula tyroid dapat berupa gangguan fungsi seperti

tiritosikosis atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti

penyakit tyroid noduler. Berdasarkan patologinya, pembesaran tyroid

umumnya disebut struma (De Jong & Syamsuhidayat, 1998).

2. Anatomi

Kelenjar tiroid/gondok terletak di bagian bawah leher, kelenjar ini

memiliki dua bagian lobus yang dihubungkan oleh ismus yang masing-

masing berbetuk lonjong berukuran panjang 2,5-5 cm, lebar 1,5 cm, tebal

1-1,5 cm dan berkisar 10-20 gram. Kelenjar tiroid sangat penting untuk

mengatur metabolisme dan bertanggung jawab atas normalnya kerja

setiap sel tubuh. Kelenjar ini memproduksi hormon tiroksin (T4) dan

triiodotironin (T3) dan menyalurkan hormon tersebut ke dalam aliran

darah. Terdapat 4 atom yodium di setiap molekul T4 dan 3 atom yodium

pada setiap molekul T3. Hormon tersebut dikendalikan oleh kadar

hormon perangsang tiroid TSH (thyroid stimulating hormone) yang

dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Yodium adalah bahan

dasar pembentukan hormon T3 dan T4 yang diperoleh dari makanan dan

minuman yang mengandung yodium.

Page 9: Case SNNT.docx

Gambar 1. Kelenjar Tiroid

3. Fisiologi

Hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembangan

dan metabolisme energi. Selain itu hormon tiroid mempengaruhi

pertumbuhan pematangan jaringan tubuh dan energi, mengatur kecepatan

metabolisme tubuh dan reaksi metabolik, menambah sintesis asam

ribonukleat (RNA), menambah produksi panas, absorpsi intestinal

terhadap glukosa, merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam

perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon-hormon

ini, membuat retardasi mental dan kematangan neurologik timbul pada

saat lahir dan bayi.

4. Klasifikasi

a. Struma nodusa non toksik

b. Struma difusa non toksik

c. Struma nodusa toksik

d. Struma difusa toksik

Page 10: Case SNNT.docx

Istilah toksik dan non toksik dipakai karena adanya perubahan dari

segi fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipo tiroid,

sedangkan istilah nodusa dan difusa lebih kepada perubahan bentuk

anatomi

5. Etiologi

6. Patogenesis

Struma terjadi akibat kekurangan yodium yang dapat menghambat

pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid sehingga terjadi pula

penghambatan dalam pembentukan TSH oleh hipofisis anterior. Hal

tersebut memungkinkan hipofisis mensekresikan TSH dalam jumlah

yang berlebihan. TSH kemudian menyebabkan sel-sel tiroid

mensekresikan tiroglobulin dalam jumlah yang besar (kolid) ke dalam

folikel, dan kelenjar tumbuh makin lama makin bertambah besar. Akibat

kekurangan yodium maka tidak terjadi peningkatan pembentukan T4 dan

T3, ukuran folikel menjadi lebih besar dan kelenjar tiroid dapat

bertambah berat sekitar 300-500 gram.

Selain itu struma dapat disebabkan kelainan metabolik kongenital

yang menghambat sintesa hormon tiroid, penghambatan sintesa hormon

oleh zat kimia (goitrogenic agent), proses peradangan atau gangguan

autoimun seperti penyakit Graves. Pembesaran yang didasari oleh suatu

tumor atau neoplasma dan penghambatan sintesa hormon tiroid oleh

obat-obatan misalnya thiocarbamide, sulfonylurea dan litium, gangguan

metabolik misalnya struma kolid dan struma non toksik (struma

endemik).

Page 11: Case SNNT.docx

7. Klasifikasi

a. Berdasarkan Fisiologisnya

Eutiroidisme

Eutiroidisme adalah suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar tiroid

yang disebabkan stimulasi kelenjar tiroid yang berada di bawah

normal sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan TSH dalam

jumlah yang meningkat. Goiter atau struma semacam ini biasanya

tidak menimbulkan gejala kecuali pembesaran pada leher yang jika

terjadi secara berlebihan dapat mengakibatkan kompresi trakea.

Hipotiroidisme

Hipotiroidisme adalah kelainan struktural atau fungsional kelenjar

tiroid sehingga sintesis dari hormon tiroid menjadi berkurang.

Kegagalan dari kelenjar untuk mempertahankan kadar plasma yang

cukup dari hormon. Beberapa pasien hipotiroidisme mempunyai

kelenjar yang mengalami atrofi atau tidak mempunyai kelenjar

tiroid akibat pembedahan/ablasi radioisotop atau akibat destruksi

oleh antibodi autoimun yang beredar dalam sirkulasi.25,26 Gejala

hipotiroidisme adalah penambahan berat badan, sensitif terhadap

udara dingin, dementia, sulit berkonsentrasi, gerakan lamban,

konstipasi, kulit kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan,

pendengaran terganggu dan penurunan kemampuan bicara.

Page 12: Case SNNT.docx

Gambar 2. Hipotiroidisme

Hipertiroidisme

Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat

didefenisikan sebagai respon jaringan-jaringan tubuh terhadap

pengaruh metabolik hormon tiroid yang berlebihan.29 Keadaan ini

dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah

yang merangsang kelenjar tiroid, sehingga tidak hanya produksi

hormon yang berlebihan tetapi ukuran kelenjar tiroid menjadi

besar. Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu

makan meningkat, keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara

dingin, sesak napas. Selain itu juga terdapat gejala jantung

berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata melotot

(eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi

otot.

Page 13: Case SNNT.docx

Gambar 3. Hipertiroidisme

b. Berdasarkan klinisnya

Struma toksik

Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma

diffusa toksik dan struma nodusa toksik. Istilah diffusa dan

nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi

dimana struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan

lain. Jika tidak diberikan tindakan medis sementara nodusa akan

memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau

lebih benjolan (struma multinoduler toksik).

Struma diffusa toksik (tiroktosikosis) merupakan

hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh

hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering

adalah penyakit Grave (gondok eksoftalmik/exophtalmic goiter),

bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara

hipertiroidisme lainnya.

Perjalanan penyakitnya tidak disadari oleh pasien

meskipun telah diiidap selama berbulan-bulan. Antibodi yang

berbentuk reseptor TSH beredar dalam sirkulasi darah,

Page 14: Case SNNT.docx

mengaktifkan reseptor tersebut dan menyebabkan kelenjar tiroid

hiperaktif.

Meningkatnya kadar hormon tiroid cenderung

menyebabkan peningkatan pembentukan antibodi sedangkan

turunnya konsentrasi hormon tersebut sebagai hasilpengobatan

penyakit ini cenderung untuk menurunkan antibodi tetapi bukan

mencegah pembentukyna. Apabila gejala gejala hipertiroidisme

bertambah berat dan mengancam jiwa penderita maka akan

terjadi krisis tirotoksik. Gejala klinik adanya rasa khawatir yang

berat, mual, muntah, kulit dingin, pucat, sulit berbicara dan

menelan, koma dan dapat meninggal.

Struma non toksik

Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang

dibagi menjadi struma diffusa non toksik dan struma nodusa non

toksik. Struma non toksik disebabkan oleh kekurangan yodium

yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma

endemik, atau goiter koloid yang sering ditemukan di daerah

yang air minumya kurang sekali mengandung yodium dan

goitrogen yang menghambat sintesa hormon oleh zat kimia.

Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu

nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma

nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan

hipotiroidisme disebut struma nodusa non toksik. Biasanya

tiroid sudah mulai membesar pada usia muda dan berkembang

menjadi multinodular pada saat dewasa. Kebanyakan penderita

tidak mengalami keluhan karena tidak ada hipotiroidisme atau

hipertiroidisme, penderita datang berobat karena keluhan

kosmetik atau ketakutan akan keganasan. Namun sebagian

pasien mengeluh adanya gejala mekanis yaitu penekanan pada

esofagus (disfagia) atau trakea (sesak napas), biasanya tidak

Page 15: Case SNNT.docx

disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam

nodul.

Struma non toksik disebut juga dengan gondok endemik,

berat ringannya endemisitas dinilai dari prevalensi dan ekskresi

yodium urin. Dalam keadaan seimbang maka yodium yang

masuk ke dalam tubuh hampir sama dengan yang diekskresi

lewat urin. Kriteria daerah endemis gondok yang dipakai

Depkes RI adalah endemis ringan prevalensi gondok di atas 10

%-< 20 %, endemik sedang 20 % - 29 % dan endemik berat di

atas 30 %.33

8. Manifestasi Klinis

9. Diagnosis

a. Inspeksi

Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan

penderita yang berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi

atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul,

perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah

nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien

diminta untuk menelan dan pulpasi pada permukaan pembengkakan.

b. Palpasi

Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta

untuk duduk, leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang

pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan

pada tengkuk penderita.

c. Tes fungsi hormon

Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta

untuk duduk, leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang

pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan

pada tengkuk penderita.

Page 16: Case SNNT.docx

d. Foto rontgen leher

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struma telah

menekan atau menyumbat trakea (jalan nafas).

e. USG

Alat ini akan ditempelkan di depan leher dan gambaran

gondok akan tampak di layar TV. USG dapat memperlihatkan

ukuran gondok dan kemungkinan adanya kista/nodul yang mungkin

tidak terdeteksi waktu pemeriksaan leher. Kelainan-kelainan yang

dapat didiagnosis dengan USG antara lain kista, adenoma, dan

kemungkinan karsinoma.

f. Sidikan (Scan) tiroid

Caranya dengan menyuntikan sejumlah substansi radioaktif

bernama technetium-99m dan yodium125/yodium131 ke dalam

pembuluh darah. Setengah jam kemudian berbaring di bawah suatu

kamera canggih tertentu selama beberapa menit. Hasil pemeriksaan

dengan radioisotop adalah teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang

utama adalh fungsi bagian-bagian tiroid.

g. Biopsi aspirasi jarum halus

Dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu

keganasan. Biopsi aspirasi jarum tidak nyeri, hampir tidak

menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian

pemeriksaan ini dapat memberikan hasil negatif palsu karena lokasi

biopsi kurang tepat. Selain itu teknik biopsi kurang benar dan

pembuatan preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah

intrepertasi oleh ahli sitologi.

10. Penatalaksanaan

a. Medis

Operasi atau pembedahan

Pembedahan menghasilkan hipotiroidisme permanen yang

kurang sering dibandingkan dengan yodium radioaktif. Terapi

Page 17: Case SNNT.docx

ini tepat untuk para pasien hipotiroidisme yang tidak mau

mempertimbangkan yodium radioaktif dan tidak dapat diterapi

dengan obat-obat anti tiroid. Reaksi-reaksi yang merugikan yang

dialami dan untuk pasien hamil dengan tirotoksikosis parah atau

kekambuhan. Pada wanita hamil atau wanita yang menggunakan

kontrasepsi hormonal (suntik atau pil KB), kadar hormon tiroid

total tampak meningkat. Hal ini disebabkan makin banyak tiroid

yang terikat oleh protein maka perlu dilakukan pemeriksaan

kadar T4 sehingga dapat diketahui keadaan fungsi tiroid.

Pembedahan dengan mengangkat sebagian besar kelenjar

tiroid, sebelum pembedahan tidak perlu pengobatan dan sesudah

pembedahan akan dirawat sekitar 3 hari. Kemudian diberikan

obat tiroksin karena jaringan tiroid yang tersisa mungkin tidak

cukup memproduksi hormon dalam jumlah yang adekuat dan

pemeriksaan laboratorium untuk menentukan struma dilakukan

3-4 minggu setelah tindakan pembedahan.

Yodium radioaktif

Yodium radioaktif memberikan radiasi dengan dosis yang

tinggi pada kelenjar tiroid sehingga menghasilkan ablasi

jaringan. Pasien yang tidak mau dioperasi maka pemberian

yodium radioaktif dapat mengurangi gondok sekitar 50 %.

Yodium radioaktif tersebut berkumpul dalam kelenjar tiroid

sehingga memperkecil penyinaran terhadap jaringan tubuh

lainnya. Terapi ini tidak meningkatkan resiko kanker, leukimia,

atau kelainan genetik35 Yodium radioaktif diberikan dalam

bentuk kapsul atau cairan yang harus diminum di rumah sakit,

obat ini ini biasanya diberikan empat minggu setelah operasi,

sebelum pemberian obat tiroksin.

Page 18: Case SNNT.docx

Pemberian tiroksin dan obat anti-tiroid

Tiroksin digunakan untuk menyusutkan ukuran struma,

selama ini diyakini bahwa pertumbuhan sel kanker tiroid

dipengaruhi hormon TSH. Oleh karena itu untuk menekan TSH

serendah mungkin diberikan hormon tiroksin (T4) ini juga

diberikan untuk mengatasi hipotiroidisme yang terjadi sesudah

operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Obat anti-tiroid (tionamid)

yang digunakan saat ini adalah propiltiourasil (PTU) dan

metimasol/karbimasol.

11. Komplikasi

12. Prognosis

B. Struma Nodusa Non Toksik

1. Definisi

Struma nodusa non toksik merupakan pembesaran kelenjar tiroid

yang teraba sebagai suatu nodul,tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme.

2. Faktor risiko

a. Faktor lingkungan: defisiensi yodium yang tersebar di seluruh dunia,

tanaman goitrogenik yang dikonsumsi oleh penduduk dengan

defisiensi yodium.

b. Genetik: lokasi gen pada kromosom 14 dan kromosom X terkait

dengan kejadian struma, walaupun diperkirakan gen pada lokasi

tersebut tidak berperan utama dalam patogenesis struma.

c. Konstitusi: gender juga berperan penting dalam terjadinya stuma non

toksik, dimana kejadian 5-10x lebih sering pada wanita. Berbagai

kelainan enzimatik tiroid dapat menyebabkan timbulnya struma non

toksik.

d. Lain: merokok dan obat obatan yang mengandung goitrogen.

Page 19: Case SNNT.docx

3. Klasifikasi

a. Berdasarkan jumlah nodul ,dibagi :

Struma mononodusa non toksik

Struma multinodusa nontoksik

b. Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif, nodul

dibedakan menjadi :

Nodul dingin

Nodul hangat

Nodul panas

c. Berdasarkan konsistensinya, nodul dibedakan menjadi :

Nodul lunak

Nodul kistik

Nodul keras

Nodul sangat keras

4. Diagnosis

a. Anamnesis :

Sejak kapan benjolan timbul

Rasa nyeri spontan atau tidak spontan, berpindah atau tetap

Cara pembesarannya: cepat atau lambat

Pada awalnya berupa satu benjolan yang membesar menjadi

beberapa benjolan atau hanya pembesaran leher saja

Riwayat keluarga

Riwayat penyinaran daerah pada waktu kecil/muda

Perubahan suara

Gangguan menelan,sesak nafas

Penurunan berat badan

b. Pemeriksaan fisik

Page 20: Case SNNT.docx

Umum

Local

Nodul tunggal, majemuk atau difus

Nyeri tekan

Konsistensi

Permukaan

Perlekatan pada jaringan sekitarnya

Pendesakan atau pendorongan trakea

Pembesaran kelenjar getah bening regional

Index Wayne

Gejala Subyektif Angka Gejala Obyektif Ada Tidak

Dispnneu +1 Tiroid teraba +3 -3

Palpitasi +2 Bruit di atas sistol +2 -2

Capai/lelah +2 Eksoftalmus +2 -

Senang panas -5 Lid Retraksi +2 -

Senang dingin +5 Lid Lag +1 -

Keringat berlebih +3 Hiperkenesis +4 -2

Nervous +2 Tangan Panas +2 -2

Tangan basah +1 Nadi

Tangan panas -1 80 x/menit -

Page 21: Case SNNT.docx

Nafsu makan naik +3 81-90 x/menit -

Nafsu makan turun -3 > 90 x/menit +3

Berat badan naik -3 <11 eutiroid

11-18 normal

>19 hipertiroid

Berat badan turun +3

Fibrilasi Atrium +4

Jumlah

5. Penilaian Risiko Keganasan

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang mengarahkan diagnostik

penyakit tiroid jinak, tetapi tak sepenuhnya menyingkirkan

kemungkinan kanker tiroid :

Riwayat keluarga dengan struma nodosa atau difusi jinak

Riwayat keluarga dengan tiroiditis hashimoto atau penyakit tiroid

autoimun

Gejala hipo atau hipertiroidisme

Nyeri berhubungan dengan nodul

Nodul lunak, mudah degerakkan

Multinodul tanpa nodul yang dominan, dan konsistensi sama.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meningkatkan kecurigaan

kearah keganasan tiroid:

Umur < 20 tahun atau > 70 tahun

Gender laki- laki

Nodul disertai disfagi, serak atau obstruksi jalan napas

Pertumbuhan nodul cepat (beberapa minggu – bulan)

Riwayat radiasi daerah leher waktu usia anak – anak atau dewasa

Riwayat keluarga kanker tiroid meduler

Nodul yang tunggal, berbatas tegas, keras, irregular dan sulit

digerakkan

Paralysis pita suara

Temuan limpadenofati servikal

Page 22: Case SNNT.docx

Metastasis jauh (paru-paru)

6. Diagnosis Banding

Struma nodosa yang terjadi pada peningkatan kebutuhan terhadap tiroksin

saat masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi, kehamilan menopause,

infeksi, stres.

a. Tiroiditis akut

b. Tiroiditis subakut

c. Tiroiditis kronis

d. Struma endemic atau simple goiter

e. Kista tiroid kista degenerasi

f. Soft tissue tumor

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium : T4 atau T3, dan TSHs

b. Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) nodul tiroid

8. Penatalaksanaan

a. Hasil BAJAH

Ganas: operasi tirodektomi near total

Curiga: operasi dengan lebih dulu melakukan potong beku (VC)

Bila hasil ganas: operasi tiroidektomi near total

Bila hasil jinak: operasi lobektomi, atau tiroidektomi near

total.

Alternatif : sidik tiroid, bila hasil cold nodule, operasi

Tidak cukup sediaan tak representatif

Jika nodul solid ( saat BAJAH ) : ulang BAJAH

Bila klinis curiga ganas tinggi operasi lobektomi

Bila klinis curiga ganas rendah observas

Jika nodul kistik (saat BAJAH ) : aspirasi

Bila kista regresi observasi

Page 23: Case SNNT.docx

Bila kista rekurens,klinis curiga ganas rendah observasi

Bila kista rekurens,klinis curiga ganas tinggi operasi

lobektomi

Jinak: terapi dengan levo-tiroksin ( LT 4) dosis subtoksis.

Dosis dititrasi mulai 2 x 25 ug ( 3 hari )

Dilanjutkan 3 x 25 ug ( 3 – 4 hari )

Bila tidak ada efek samping atau tanda toksis, dosis menjadi

2 x 100 ug sampai 4-6 minggu, kemudian evaluasi TSH

(target 0,1-0,3 ulU /L)

Supresi TSH dipertahankan selama 6 bulan

Evaluasi dengan USG : apakah nodul berhasil mengecil atau

tidak (berhasil bila mengecil > 50 % dari volume awal)

Bila nodul mengecil atau tetap, L–tiroksin dihentikan dan

diobservasi

Bila setelah itu struma membesar lagi, L-tiroksin dimulsi lagi

(target TSH 0,1-0,3 ul U/L)

Bila setelah 1-tiroksin dihentikan, struma tidak berubah,

diobservasi

Bila nodul membesar dalam 6 bulan atau saat terapi supresi,

obat dihentikan dan operasi tiroidektomi dan dilakukan

pemeriksaan histopatologi.

b. Hasil PA

Jinak : terapi dengan L_tiroksin ; target TSH 0,5 – 3,0 uI U/L

Ganas : terapi L-tiroksin

Individu dengan risiko ganas tinggi :target TSH < 0,01 – 0,05 uI

U/L

Individu dengan risiko ganas rendah : target TSH 0,05 – 0,1 uI

U/L

KOMPLIKASI

Umumnya tidak ada ,kecuali ada infeksi seperti pada tiroiditis

akut /subakut. Pada tiroidektomi dapat terjadi tracheomalaise.

Page 24: Case SNNT.docx

9. Prognosis

Tergantung jenis nodul dan tipe histologis

KESIMPULAN

Page 25: Case SNNT.docx

Struma nodosa non toksik merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang

teraba sebagai suatu nodul, tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme.

Faktor lingkungan, genetik, konstitusi, dan lain lain berperan dalam patogenesis

struma nontoksik. Struma nodosa non toksik di klasifikasikan berdasarkan jumlah

nodul, berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif, dan berdasarkan

konsistensi.

Diagnosis berdasar anamnesis (Sejak kapan benjolan timbul, Rasa nyeri

spontan atau tidak spontan, berpindah atau tetap, serta cara membesarnya, Pada

awalnya berupa satu benjolan yang membesar menjadi beberapa benjolan atau

hanya pembesaran leher saja, riwayat keluarga, riwayat penyinaran daerah pada

waktu kecil atau muda, perubahan suara, gangguan menelan, sesak nafas,

penurunan berat badan), pemeriksaan fisik (umum, lokal : nodul tunggal atau

majemuk, atau difus, nyeri tekan, konsistensi, permukaan, perlekatan pada

jaringan sekitarnya, pendesakan atau pendorongan trakea, pembesaran kelenjar

getah bening regional), BMR, Index Wayne, Indeks diagnostik (New Castle).

Penilaian risiko keganasan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

mengarahkan diagnostik penyakit tiroid jinak, tetapi tak sepenuhnya

menyingkirkan kemungkinan kanker tiroid dengan TSHs dan FT4.

Diagnosis banding struma nodusa yang terjadi pada peningkatan

kebutuhan terhadap tiroksin saat masa pertumbuhan, pubertas laktasi, menstruasi,

kehamilan menopause, infeksi, stres lain, tiroiditis akut, tiroiditis subakut,

tiroiditis kronis, struma endemic atau simple goiter, kista tiroid, kista degenerasi,

soft tissue tumor.

Pemeriksaan penunjang (Laboratorium: T4 atau T3, dan TSHs, biopsi

aspirasi jarum halus (BAJAH) nodul tiroid, USG tiroid, sidik tiroid, petanda

keganasan tiroid : pemeriksaaan antitiroglobulin)

Terapi dengan operasi tirodektomi near total, operasi, potong beku (VC),

operasi lobektomi, terapi dengan levo-tiroksin (LT 4) dosis subtoksis, supresi

TSH dipertahankan selama 6 bulan, evaluasi dengan USG.