case cephalgiacephalgia

25
TINJAUAN PUSTAKA NYERI KEPALA (CEPHALGIA) I. Definisi Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah dan leher. Struktur di kepala yang peka terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot, arteri ekstra dan intraserebral, meningen, dasar fossa anterior, fossa posterior, tentorium serebeli, sinus venosus, nervus V, VII, IX, X, radix posterior C2,C3, bola mata, rongga hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa gigi. Sedangkan otak tidak sensitif terhadap nyeri. Pada struktur terdapat ujung saraf nyeri yang mudah dirangsang oleh : 1. traksi atau pergeseran sinus venosus dan cabang – cabang kortikal 2. traksi, dilatasi atau inflamasi pada arteri intra dan ekstrakranial 3. traksi, pergeseran atau penyakit yan gmengenai saraf kranial dan servikal 4. perubahan tekanan intrakranial 5. penyakit jaringan kulit kepala, wajah, mata, hidung, telinga dan leher Cephalgia akan menjadi masalah, baik bagi penderitanya maupun dokter yang mengobatinya, apabila terjadi secara menahun atau kronik berulang. Dalam hal ini sering cephalgia merupakan gejala tunggal atau gejala yang paling menyolok. 1

Upload: ramaraajenarumugam

Post on 15-Nov-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cae

TRANSCRIPT

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

TINJAUAN PUSTAKANYERI KEPALA (CEPHALGIA)

I. Definisi Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri atau rasa tidak enak di kepala, setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi, rahang bawah dan leher. Struktur di kepala yang peka terhadap rasa nyeri adalah kulit, fasia, otot-otot, arteri ekstra dan intraserebral, meningen, dasar fossa anterior, fossa posterior, tentorium serebeli, sinus venosus, nervus V, VII, IX, X, radix posterior C2,C3, bola mata, rongga hidung, rongga sinus, dentin dan pulpa gigi. Sedangkan otak tidak sensitif terhadap nyeri. Pada struktur terdapat ujung saraf nyeri yang mudah dirangsang oleh :1. traksi atau pergeseran sinus venosus dan cabang cabang kortikal2. traksi, dilatasi atau inflamasi pada arteri intra dan ekstrakranial3. traksi, pergeseran atau penyakit yan gmengenai saraf kranial dan servikal4. perubahan tekanan intrakranial5. penyakit jaringan kulit kepala, wajah, mata, hidung, telinga dan leher

Cephalgia akan menjadi masalah, baik bagi penderitanya maupun dokter yang mengobatinya, apabila terjadi secara menahun atau kronik berulang. Dalam hal ini sering cephalgia merupakan gejala tunggal atau gejala yang paling menyolok.

II. Manifestasi klinisAnamnesis khusus nyeri kepala meliputi :1. jenis nyeri berat, denyut, tarik, ikat, pindah pindah, rasa kosong2. awitan (onset)onset pada orang tua peningkatan TIK (hidrocephalus, tumor, perdarahan sub arachnoid)kronis tension headache, post trauma, neurosis, sinusitisakut perdarahan non trauma, meningitis, glaucoma3. frekuensi (periodisitas)terus-menerus tension headacheepisode migren 4. lama nyerimigren dalam jamtension headache hari-bulanneuralgia trigeminal menyengat, detik-menit 5. kapan nyericluster headache: sewaktu tidur nyeri waktu bangun tidurtension headache: siang dan sore lebih sering, rangsangan emosimigren; pencetus cahaya, cuaca, alkoholneuralgia trigeminal: tecetus waktu menelan, bicara, sikat gigi6. kualitas dan intensitasmigren: denyut hebat (susah kerja)cluster headache: denyut seperti bortension headache: seperti memakai topi baja berat7. gejala penyertamigren: muntah, vertigo, diplopiacluster: ptosis ipsilateral, mioasis, konjungtiva merahtension headache: foto dan fonofobia.

Tanyakan pula tentang faktor presipitasi, faktor yang memperberat atau mengurangi nyeri kepala, pola tidur, faktor emosional/ stress, riwayat keluarga, riwayat trauma kepala, riwayat penyakit medik (peradangan selaput otak, hipertensi, demam tifoid, sinusitis, glaucoma dan sebagainya), riwayat operasi, riwayat alergi, prahaid (pada wanita), riwayat pemakaian obat (analgetik, narkotik, penenang, vasodilator dll)Pemeriksaan khusus meliputi palpasi pada tengkorak untuk mencari kelainan bentuk, nyeri tekan dan benjolan. Palpasi pada otot untuk mengetahui tonus dan nyeri tekan daerah tengkuk. Perabaan arteri temporalis superfisialis dan arteri carotis komunis. Pemeriksaan leher, mata, hidung, tenggorok, telinga, mulut dan gigi geligi perlu dilakukan. Pemeriksaan neurologis lengkap, ditekankan pada fungsi saraf otak termasuk funduskopi, fungsi motorik, sensorik serta koordinasi.Nyeri kepala dapat primer berupa migren, nyeri kepala cluster, nyeri kepala tegang otot, dan sekunder seperti nyeri kepala pasca trauma, nyeri kepala organik sebagai bagian penyakit lesi desak ruang (tumor otak, abses, hematom subdural dll), perdarahan subarachnoid, neuralgia trigeminus pasca herpetik, penyakit sistemik (anemia, polisitemia, hipertensi, hipotensi dll), sesudah pungsi lumbal, infeksi intrakranial sistemik, penyakit hidung dan sinus paranasal, akibat bahan toksis dan penyakit mata.Nyeri kepala yang menunjukkan tanda bahaya dan memerlukan evaluasi penunjang: nyeri kepala hebat pertama kali yang timbul mendadak nyeri kepala yang paling berat yang pernah dialami nyeri kepala berat yang progresif selama beberapa hari atau minggu nyeri kepala yang timbul bila latihan fisis, batuk, bersin, atau membungkuk. Nyeri kepala yang disertai penyakit umum atau demam, mual, muntah atau kaku kuduk Nyeri kepala yang disertai gejala neurologis (afasia, koordinasi buruk, kelemahan fokal atau rasa baal, mengantuk, fungsi intelek menurun, perubahan keperibadian dan penurunan visus).

III. MIGRAINMigrain atau sering juga disebut sakit kepala atau pusing sebelah adalah nyeri kepala berdenyut yang kerapkali disertai mual, muntah. Penderita biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan. Sakit kepala ini paling sering hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadang-kadang berpindah ke sisi sebelahnya, tetapi dapat mengenai kedua sisi kepala sekaligus.Migrain kadang kala agak sulit dibedakan dengan sakit kepala jenis lain. Sakit kepala akibat gangguan pada sinus atau akibat ketegangan otot leher mempunyai gejala yang hampir sama dengan gejala migrain. Migrain dapat timbul bersama penyakit lain misalnya asma dan depresi. Penyakit yang sangat berat, misalnya tumor atau infeksi, dapat juga menimbulkan gejala yang mirip migrain. Namun kejadian ini sangat jarang.Di seluruh dunia, migrain mengenai 25% wanita dan 10% pria. Wanita dua sampai tiga kali lebih sering terkena migrain dibanding laki-laki. Migrain paling sering mengenai orang dewasa (umur antara 20 sampai 5o tahun), tetapi seiring bertambahnya umur, tingkat keparahan dan keseringan semakin menurun. Migrain biasanya banyak mengenai remaja. Bahkan, anak-anak pun dapat mengalami migrain, baik dengan atau tanpa aura. Resiko mengalami migrain semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migrain.

KlasifikasiNyeri kepala migren adalah suatu sindrom nyeri rekuren episodik yang diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu migren tanpa aura, migren dengan aura, dan varian migren.1.Migren tanpa auraMigren tanpa aura adalah tipe yang paling sering dijumpai, ditemukan pada sekitar 80% dari semua pengidap migren. Migren tanpa aura mungkin dimulai di neuron-neuron nosiseptif di pembuluh darah. Sinyal nyeri berjalan dari pembuluh ke aferen primer dan kemudian ke ganglion trigeminus, dan akhirnya mencapai nucleus kaudalis trigeminus, suatu daerah pengolah nyeri di batang otak. Neuron-neuron aktif di SSP kemudian mengekspresikan gen c-fos yang ditekan oleh butabarbital di dalam nucleus kaudatus.1Selama serangan migren, banyak fungsi fisiologik yang terganggu seperti gangguan pemrosesan sensorik yang menyebabkan fotofobia atau fonofobia, gangguan motilitas GI yang menyebabkan mual dan muntah, gangguan otonom, atau gangguan serebrum yang bisa menyebabkan perubahan kognitif dan suasana hati.

2.Migren dengan auraMigren dengan aura lebih besar kemungkinannya mengalami rangkaian perubahan neurobiologik 24-48 jam sebelum awitan nyeri kepala. Biasanya perubahan neurobiologik tersebut dimulai dan berakhir sebelum awitan nyeri kepala. Kualitas penyebaran gejala neurologik fokal khas mengisyaratkan bahwa aura serupa dengan spreading depression korteks yang terjadi saat suatu gelombang depolarisasi listrik berjalan melintasi korteks dan merangsang neuron-neuron sehingga fungsi neuron tersebut terganggu dan terjadi pengaktifan trigeminus. Diketahui bahwa spreading depression tersebut memerlukan aktivitas reseptor N-metil-D-aspartat glutamat.Gejala aura yang khas mencakup perubahan penglihatan dan sensorik abnormal lainnya seperti kilatan atau cahaya tajam atau merasa mengecap atau membaui sesuatu, serta defisit motorik dan bicara (afasia). Aura juga bisa bersifat somatosensorik seperti rasa baal di satu tangan atau satu sisi wajah.

3.Varian MigrainMigren OftlamoplegikJenis ini jarang terjadi. Gejalanya berupa serangan nyeri periorbital yang disertai muntah-muntah, berlangsung 1 sampai 4 hari. Setelah nyeri hilang, terjadi ptosis ipsilateral kemudian dalam beberapa jam terjadi palsi N. III keseluruhan sehingga terjadi dilatasi pupil dan respon terhadap cahaya hilang. Oftalmoplegia bertahan dalam beberapa hari sampai 2 bulan. Setelah mengalami banyak serangan, oftalmoparesis menjadi menetap. Sindrom ini biasanya bermula sejak anak-anak, berbeda dengan sindrom Tolosa Hunt (oftalmoplegia yang nyeri) yang terjadi pada dewasa. Penyangatan pada N. III pada MRI menunjukkan bahwa terdapat proses peradangan neuropati cranial dibandingkan penyakit migren.

Migren RetinalSerangan monookuler skotoma atau kebutaan yang berlangsung kurang dari 1 jam dan dapat berulang dan diikuti nyeri kepala tanpa dijumpai adanya kelainan okuler maupun gangguan structural pembuluh darah.

Penyebab MigrainPenyebab pasti migrain masih belum begitu jelas. Diperkirakan, adanya hiperaktiftas impuls listrik otak meningkatkan aliran darah di otak, akibatnya terjadi pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan timbulnya nyeri dan gejala yang lain, misalnya mual. Semakin berat inflamasi yang terjadi, semakin berat pula migrain yang diderita. Telah diketahui bahwa faktor genetik berperan terhadap timbulnya migrain.

Pencetus MigrainMigrain dapat dicetuskan oleh makanan, stres, dan perubahan aktivitas rutin harian, walaupun tidak jelas bagaimana dan mengapa hal tersebut dapat menyebabkan migrain. Pencetus migrain antara lain: Konsumsi makanan tertentu, seperti coklat, MSG, dan kopi Tidur berlebihan atau kurang tidur Tidak makan Perubahan cuaca atau tekanan udara Stres atau tekanan emosi Bau yang sangat menyengat atau asap rokok Sinar yang sangat terang atau pantulan sinar matahari.

Patogenesis Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti faktor penyebab migraine. Dari penyelidikan yang sudah ada, diduga sebagai ganguan neurologis, perubahan sensitivitas system saraf dan aktivasi system trigeminal vaskular1. 1. Gangguan neurologis Setiap orang mempunyai ambang migraine yang berbeda-beda, sesuai dengan reaksi neurovaskular terhadap perubahan mendadak dalam lingkungan. Dengan tingkat kerentanan yang berbeda-beda maka akan ada sebuah ketergantungan keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi pada berbagai tingkat saraf.

2. Perubahan sensitivitas sistem saraf Proyeksi difus locus ceruleus ke korteks sereri dapat mengalami terjadinya oligmia kortikal dan mungkin pula terjadinya spreading depresision

3. Aktivasi trigeminal vaskular Mekanisme migraine berwujud sebagai refeks trigeminal vaskular yang tidak stabil dengan cacat segmental pada jalur nyeri. Cacat segmental ini yang memasukkan aferen secara berlebihan yang kemudian akan terjadi dorongan pada kortibular yang berlebihan. Dengan adanya rangsangan aferen pada pembuluh darah, maka menimbulkan nyeri berdenyut.

Kemungkinan lain terntang patogenesis migraine didasarkan atas inflamasi neurogenik di dalam jaringan intrakanal. Terdapat beberapa hal yang dapat memperberat keluhan migraine. Berikut ini adalah jenis keadaan yang dapat memperberat keluhan migraine, diantaranya adalah1,2 : 1. Stress, diburu waktu, marah atau adanya konflik 2. Bau asap atau uap, asap rokok, perubahan udara dan cahaya yang menyilaukan 3. Menstruarsi, pil KB, pengobatan hormon estrogen 4. Kurang tidur atau terlalu lama tidur5. Lapar dan minuman keras6. Latihan fisik yang teralu banyak7. Pemakaian obat-obatan tertentu

Gejala MigrainGejala Awal: Satu atau dua hari sebelum timbul migrain, penderita biasanya mengalami gejala awal seperti lemah, menguap berlebih, sangat menginginkan suatu jensi makanan (mislanya coklat), gampang tersinggung, dan gelisah.

Aura: Hanya didapati pada migrain klasik. Biasanya terjadi dalam 30 menit sebelum timbulnya migrain. Aura dapat berbentuk gangguan penglihatan seperti melihat garis yang bergelombang, cahaya terang, bintik gelap, atau tidak dapat melihat benda dengan jelas. Gejala aura yang lain yaitu rasa geli atau rasa kesemutan di tangan. Sebagian penderita tidak dapat mengucapkan kata-kata dengan baik, merasa kebas di tangan, pundak, atau wajah, atau merasa lemah pada satu sisi tubuhnya, atau merasa bingung. Penderita dapat mengalami hanya satu gejala saja atau beberapa macam gejala, tetapi gejala ini tidak timbul bersamaan melainkan bergantian. Suatu gejala aura biasanya menghilang saat nyeri kepala atau gejala aura yang lain timbul. Namun kadang-kadang gejala aura tetap bertahan pada permulaan sakit kepala.

Sakit kepala dan gejala penyerta: Penderita merasakan nyeri berdenyut pada satu sisi kepala, sering terasa di belakang mata. Nyeri dapat berpindah pada sisi sebelahnya pada serangan berikutnya, atau mengenai kedua belah sisi. Rasa nyeri berkisar antara sedang sampai berat. Gejala lain yang sering menyertai nyeri kepala antara lain: Kepekaan berlebihan terhadap sinar, suara, dan bau Mual dan muntah Gejala semakin berat jika beraktifitas fisik Tanpa pengobatan, sakit kepala biasanya sembuh sendiri dalam 4 sampai 72 jam.

Gejala Akhir: Setelah nyeri kepala sembuh, penderita mungkin merasa nyeri pada ototnya, lemas, atau bahkan merasakan kegembiraan yang singkat. Gejala-gejala ini menghilang dalam 24 jam setelah hilangnya sakit kepala

Pemerikasaan PenunjangGejala migraine yang timbul perlu diuji dengan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain dan kemungkinan lain yang menyebabkan sakit kepala. Pemeriksaan lanjutan tersebut adalah6: 1. MRI atau CT Scan, yang dapat digunakan untuk menyingkirkan tumor dan perdarahan otak. 2. Punksi Lumbal, dilakukan jika diperkirakan ada meningitis atau perdarahan otak.

Terapi MedikamentosaYang digunakan untuk menghentikan serangan migraine, meliputi 2, 3, 5 : 1. Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen, yang merupakan obat lini pertama untuk mengurangi gejala migraine. 2. Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk menghentikan serangan migrain akut secara cepat. 3. Ergotamin, misalnya Cafegot, obat ini tidak seefektif triptan dalam mengobati migrain. 4. Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana, asetaminofen, dan dikloralfenazon. 5. Analgetik, mengandung butalbital yang sering memuaskan pada terapi 6. Opioid analgesics, pada umumnya lapang perantaranya memberikan hasil yang mengecewakan.

LAPORAN KASUS

Seorang pasien laki-laki berumur 33 tahun datang ke poliklinik RS. Dr. M. Djamil Padang tanggal 19 Desember 2013 dengan:

Keluhan UtamaNyeri kepala.

Riwayat Penyakit Sekarang: Nyeri kepala sejak satu hari yang lalu, nyeri dirasakan berdenyut terutama di kepala bagian kiri, lama nyeri lebih kurang satu jam. Nyeri didahului dengan pandangan kabur 2 menit kemudian diikuti dengan nyeri kepala sebelah. Nyeri kepala timbul dan bertambah bila melihat cahaya silau dan berkurang dengan beristirahat (tidur). Nyeri kepala disertai dengan mual dan muntah yang tidak menyemprot. Frekuensi nyeri kepala dirasakan semakin sering dalam satu bulan terakir, frekuensi dalam satu hari 2 kali serangan, dan diantara serangan pasien bebas dari nyeri kepala.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien sudah menderita sakit kepala sejak usia remaja. Sejak saat itu pasien sering menderita sakit kepala, hilang timbul. Setiap kali sakit, pasien mengkonsumsi obat yang dibeli di warung. Riwayat hipertensi tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini.

Pemeriksaaan FisikVital Sign Keadaan umum: SedangKesadaran : CMCTekanan darah : 130/90 mmHgFrekuensi nadi : 80x/menitFrekuensi nafas: 20x / menitSuhu: 36,5 0 CGizi: Baik

Status Intermus Kepala : tidak ditemukan kelainan Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Pupil isokor, diameter 3 mm/ 3 mm Telinga : tidak ada kelainan Hidung : tidak ada kelainan Mulut : tidak ada kelainan Leher : Kelenjar getah bening tidak membesar Torak Paru Inspeksi: simetris ki=ka statis dan dinamisPalpasi: fremitus ki=kaPerkusi: sonorAuskultasi: vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)Jantung Inspeksi: Iktus tidak terlihatPalpasi: Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V Perkusi: Batas jantung dalam batas normal Auskultasi: Irama teratur, bising tidak ada Abdomen:Inspeksi: tidak membesarPalpasi: hepar dan lien tidak teraba. Perkusi : timpani Auskultasi : BU (+) N Corpus vertebralis : tidak ada kelainan Genitalia : tidak diperiksa Status Neurologikus GCS : 15 (E4M6V5) Tanda rangsangan selaput otak :kaku kuduk : (-)kernig : (-)laseque : (-)brudzunski I : (-)brudinski II: (-)

Tanda peningkatan TIKmuntah proyektil : (-)sakit kepala progresif: (-) Saraf - saraf otak1. Nervi KranialisN I:Penciuman baikN II:tajam penglihatan N/N, lapangan penglihatan N/N melihat warna +/+N III, IV, VI:pupil isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya +/+, gerakan mata ke lateral +/+N V:motorik dan sensorik baikN VII:raut muka simetris, plika nasolabialis simetris, menutup mata +/+ , menggerakkan dahi +/+, mencibir (+), bersiul (+)N VIII:tidak ada kelainanN IX:Reflek muntah (+)N X:bisa menelan, artikulasi jelasN XI:menolehkan kepala (+), mengangkat bahu (+)N XII:lidah tak ada deviasi2. Koordinasi:Cara Berjalan : Normal, Tes supinasi (+), Tes jari hidung (+), tes hidung jari (+), Disartri (-)

3. Motorik:Ekstremitas superiorDekstraSinistraPergerakanaktifaktifKekuatan5/5/55/5/5TonuseutonuseutonusTrofieutrofieutrofi

Ekstremitas inferiorDekstraSinistraPergerakanaktifaktifKekuatan5/5/55/5/5TonuseutonuseutonusTrofieutrofieutrofi4. Sensorik:Sensibilitas halus dan kasar baik5. Fungsi otonom;BAB dan BAK terkontrol, sekresi keringat (+)6. Reflek fisiologisBiseps:+/+Triseps:+/+APR:+/+KPR:+/+7. Reflek patologisBabinski: -/-Chaddock: -/-Oppenheim: -/-Gordon: -/-Schaffer: -/-Hoffman Trommer: -/-8. Fungsi luhur: baik

Diagnosa Klinik: Cephalgia e.c migrain dengan auraDiagnosa Topik: IntrakranialDiagnosa Etiologi: idiopatikDiagnosa Sekunder: -

Pemeriksaan anjuran: -

Penatalaksanaan 1. Umum Istirahat Hindari faktor pencetus

2. Khusus Ergotamine tartrate oral 2x1 mg, diulang 30 menit kemudian jika masih diperlukan. Dosis yang diberikan dalam 24jam tidak lebih dari 6mg.

PrognosisQuo ad vitam: bonamQuo ad sanam: bonam

Diskusi

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 33 tahun datang ke poliklinik saraf rumah sakit M.Djamil Padang pada tanggal 19 Desember 2013 dengan diagnosis cephalgia ec migrain dengan aura.Hasil anamnesis yang diperoleh sudah dapat mengarahkan ke diagnosis etiologis yang telah ditegakkan. Dimana pada dasarnya kriteria diagnosa untuk migrain tanpa aura adalah sebagai berikut :a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria b-db. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil diobati)c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut: lokasi unilateral kualitas berdenyut intensitas nyeri sedang atau berat keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga)d. Selama nyeri kepala disertai salah satu di bawah ini : mual dan atau muntah fotofobia dan fonofobiae. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.Sedangkan kriteria diagnosis untuk migrain dengan aura adalah sebai berikut :a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria b-db. Adanya aura yang terdiri dari paling sedikit satu dari di bawah ini tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik : gangguan visual yang reversibel seperti : positif (cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan). gangguan sensoris yang reversibel termasuk positif (pins and needles), dan atau negatif (hilang rasa/baal) gangguan bicara disfasia yang reversibelc. Paling sedikit dua dari dibawah ini : gejala visual homonim dan atau gejala sensoris unilateral paling tidak timbul 1 macam aura secara gradual lebih dari 5 menit dan atau jenis aura yang lainnya lebih dari 5 menit masing-masing gejala berlangsung lebih dari 5 menit dan lebih dari 60 menit.d. Nyeri kepala memenuhi kriteria b-de. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.Pada hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Hal ini sesuai juga dengan kriteria diagnosis dari migrain itu sendiri, dimana tidak berkaitan dengan kelainan lainnya. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin dapat dilakukan untuk menyingkirkan sakit kepala yang diakibatkan oleh penyakit struktural, matabolik dan kausa lainnya yang memiliki gejala hampir sama dengan migrain. Selain itu, pemeriksaan laboratorium darah rutin ini juga dapat menunjukkan apakah ada penyakit komorbid yang dapat memperberat sakit kepala dan mempersulit pengobatan. Pemeriksaan penunjang lain seperti Brain CT Scan ataupun MRI dilakukan dengan indikasi tertentu, seperti: pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala, ada perubahan dalam frekuensi dan derajat keparahan sakit kepala, pasien mengeluh sakit kepala hebat, sakit kepala persisten, adanya pemeriksaan neurologis abnormal, pasien tidak merespon terhadap pengobatan, sakit kepala unilateral selalu pada sisi yang sama disertai gejala neurologis kontralateral.Pemeriksaan penunjang lain yang juga dapat dilakukan pada kasus-kasus sakit kepala adala pungsi lumbal. Indikasi untuk pemeriksaan ini adalah jika pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala, sakit kepala yang dirasakan adalah yang terburuk sepanjang hidupnya, sakit kepala berulang, onset cepat, progresif, kronik dan sulit disembuhkan. Sebelum dilakukan pungsi lumbal seharusnya dilakukan CT Scan atau MRI terlebih dahulu untuk menyingkirkan adanya massa lesi yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial.Penatalaksanaan migrain dengan atau tanpa aura pada dasarnya terbagi dua yakni terapi umum dan khusus. Secara umum, pasien disarankan untuk istirahat dan menghindari faktor pencetus, seperti kurang tidur, makan makanan tertentu (kopi, keju, coklat, MSG), akibat stress, perubahan cuaca dan suhu, kepekaan terhadap cahaya terang, kelap-kelip dan sebagainya. Terapi khusus dilakkan denga memberikan terapi medikamentosa berupa obat antimigrain, misalnya ibuprofen 3x400 mg, dan yang spesifik seperti sumatriptan 4-6 mg (sc), zolmitriptan 5 mg (po), cafergot (kombinasi ergotamin tartat 1 mg dan kafein 100 mg) 1-2 tablet saat onset serangan diikuti dengan 1 tablet setiap 30 menit. Pada terapi medikamentosa profilaktif diberikan dengan tujuan untuk mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan, meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan, serta pengurangan disabilitas. Terapi profilaktif ini biasanya diberikan apabila keluahan migrain semakin berat dan atau terjadi status migrenus lebih dari 72 jam. Obat-obat yang sering diberikan seperti propanololo 1 x 10-20 mg, verapamil 320-480 mg/hari, amitriptilin 25-125 mg/hari, sam valproat 3 x 250 mg, methysergid (derivat ergot) 2-6 mg/hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical neurology. 6th ed. USA McGrawHill. 2005. p.85-7.2.Raskin NH, Green MW. Migraine and other headache. In Rowland PL (editor). Merritts neurology. 11th ed. USA Lippincot William & Wilkins. 2005. p. 982-6.3.Sjahrir H, Samino, Ali W (editor). Konsensus nasional penanganan nyeri kepala di Indonesia. Jakarta PERDOSSI. 1999.4.Singh MK. Muscle Contraction Tension Headache.cited from www.emedicine.medscape.com. 2009.5.Sastrodiwijo S, Kusuma P, Markam S, Nyeri Kepala Menahun. Bagian Neurologi: FKUI. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 1986.6.Nyeri Kepala : Gangguan Kesadaran di Bidang Penyakit Syaraf. Bagian Neurologi FK UNAND Padang.7.Nyeri Kepala. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Editor Mansjoer A. Penerbit Media Ausclapius. FKUI. Jakarta . 2000 : hal 34 36.

12