case report.docx
TRANSCRIPT
I. REKAM MEDIK
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. DA
No. Rekam Medik : 033788
Usia : 21 tahun
Tanggal Lahir : 17-8-1994
Alamat : Way Sari, Natar
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
MRS : 30 Januari 2016, Pk. 00.31
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Keluar darah dan lendir dari jalan lahir
2. Riwayat perjalanan penyakit
OS datang dengan keluhan keluar darah dan lendir dari jalan lahir sejak
pagi pukul 7.30 (29 Januari 2016), kemudian pada pukul 18.30 (29
Januari 2015) perut terasa nyeri dan mulai terasa mulas, mulas
dirasakan sebentar dan masih jarang, keluar air-air dari jalan lahir
disangkal.
3. Riwayat pemeriksaan kehamilan
Teratur di bidan dan RS
1
4. Riwayat reproduksi
Menarche : 11 tahun
Siklus haid : teratur
Lama siklus : 30 hari
Lama menstruasi : 7 hari
Disminore : (-)
Flour albus : (-)
HPHT : 1-5-2015
TP : 8-2-2016
5. Riwayat pernikahan
Menikah : 1 kali
Usia pernikahan : 6 tahun
Usia Pertama kali menikah : 15 tahun
6. Riwayat kehamilan: G2P1A0
2010: hamil aterm/ persalinan spontan/ Bayi perempuan 3100 gr
2016: hamil ini
7. Riwayat KB: (-)
8. Riwayat penyakit dahulu
Setelah melahirkan anak pertama OS didiagnosis penyakit graves dan
telah mendapat pengobatan thyrozol tab 1x 5 mg (sampai sekarang).
9. Riwayat penyakit keluarga: (-)
2
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM
Berat badan : 49 Kg
Tingga badan : 150 cm
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 73 x/menit
Pernapasan : 19 x/menit
Suhu : 35,7 oC
2. Status generalis
a. Kepala
Bentuk kepala : Normosefali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
eksoftalmus (-/-)
Telinga : Normotia, deformitas (-), nyeri tekan tragus (-),
nyeri tekan mastoid (-), sekret (-)
Hidung : Pernafasan cuping hidung (-), sekret (-),
septum deviasi(-), mukosa hiperemis (-)
Bibir : Simetris, sianosis (-), mukosa lembab (-)
Mulut : Tonsil tenang T1-T1, faring hiperemis (-),
uvula ditengah
b. Leher
Bentuk : Simetris
KGB : Tidak teraba pembesaran
Trakhea : Lurus di tengah
3
Kelenjar tiroid : Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan
teraba benjolan ukuran 3x3 cm, ikut bergerak
saat menelan, permukaan rata, nyeri tekan (-),
konsistensi kenyal
c. Thoraks
Dinding dada : Simetris
Paru - paru : Gerakan kedua hemitoraks simetris saat inspirasi
dan ekspirasi, tidak ada hemitoraks yang
tertinggal, vokal premitus hemitoraks sama,
krepitasi (-), nyeri tekan (-), suara nafas
vesikuler, ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
d. Abdomen : Tampak cembung, tanda radang (-), Striae
gravidarum (+), defans muskuler (-), nyeri
tekan (-), bising usus (+)
e. Ektremitas : Akral hangat pada ujung jari tangan dan
kaki, oedem tungkai (-)
3. Pemeriksaan obstetri dan ginekologi
a. Pemeriksaan luar
Leopold 1 : TFU 29 cm, teraba bagian bulat keras dan tidak
melenting (bokong)
Leopoid 2 : Kiri teraba bagian kecil kecil
Kanan teraba bagian rata, keras seperti papan
4
(punggung)
Leopold 3 : Teraba bagian bulat, keras dan melenting
Leopold 4 : Bagian terbawah janin sudah masuk pintu panggul
3/5
HIS : 2x10’ lamanya 30 detik
DJJ : 128x/menit
b. Pemeriksaan dalam
Ketuban : +
Pembukaan : 3 cm
Penurunan : H II-III
Penunjuk : uuk kanan
Presentasi : Kepala
D. Diagnosis Kerja
G2P1A0 hamil aterm dengan hipertiroid inpartu kala I fase laten JTH
presentasi kepala.
E. Pemeriksaan Penunjang
a. Lab darah:
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
Hemoglobin 11,5 12-16 Gr%
Leukosit 3.400 4.500 – 10.700 ul
Hitung jenis leukosit:a. Basofil 0 0-1 %b. Eosinofil 0 1-3 %
c. Batang 1 2-6 %d. Segmen 50 50-70 %
5
e. Limfosit 38 20-40 %f. Monosit 11 2-8 %
Eritrosit 4,0 4,2-6,4 ul
Hematokrit 35 38-47 %
Trombosit 250.000 159 - 400 ul
MCV 87 80-96 fi
MCH 29 27-31 pg
MCHC 39 32-36 g/dl
BT 3’ 1-7 Menit
CT 12’ 9-15 Menit
b. Kadar Tiroid
Pemeriksaan Hasil Normal Satuan
TSH 4,23 0,4 – 6,2 mIU/L
T3 1,95 0,69 – 2,02 ng/ml
T4 123,43 50-113 ng/L
F. Prognosis
Ibu : dubia
Bayi: dubia
G. Terapi
a. R/ SSTP
b. Observasi tanda – tanda vital ibu, DJJ, HIS
c. Pemasangan kateter
d. IVFD RL + Duvadilan 2 amp xx tpm
e. Inj. Cefoperazone 1gr (skin test)
f. Thyrozol 1x 5 mg
6
H. Laporan Tindakan
Pk. 08.45 Persiapan pasien
Pk. 09.00 Tindakan anestesi spinal
Pk. 09.10 Tindakan desinfeksi dengan alcohol dan povidone iodine
Pk. 09.12 Insisi pffanensteill dua jari diatas simpisis pubis
Pk. 09.15 Insisi SBR
Pk. 09.18 Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala
Pk. 09.18 Lahir neonatus hidup
Jenis kelamin: laki-laki
PB: 49 cm
BB: 2900gr
a/s : 8/9
Pk. 09.18 Dilakukan pemotongan tali pusat
Pk. 09.19 Plasenta dilahirkan
Pk. 09.21 SBR dijahit all layer
Pk. 09.25 Peritoneum, otot, fascia, subkutis, kutis, dijahit lapis demi
lapis
Pk. 09.40 Operasi selesai
I. Follow Up
a. Sabtu, 30 Januari 2016 (pk. 06.00)
S : Perut terasa mulas dan keluar lendir darah
O : TD : 120/70 mmHg DJJ : 145x/menit, regular
N: 73x/menit VT : Pembukaan 3 cm, ketuban (+)
RR: 19 x/menit presentasi kepala, hodge II
T: 35,7 oC HIS: 3 x 10 menit (40 detik)
A: G2P1A0 hamil aterm dengan hipertiroid inpartu kala I fase
laten JTH presentasi kepala
P R/ SC pk. 08.00
7
IVFD RL + Duvadilan 2 amp xx tpm
Persiapan preoperasi:
Izin operasi
Kateter
Cefoperazone 1g/iv (skin test)
Puasa
Konsul dr. Sp.PD: acc operasi dengan resiko rendah,
terapi dilanjutkan, cek TSH, T3, T4 post op
b. Sabtu, 30 Januari 2016 (Pk. 13.00)
S : Nyeri bekas operasi
O : TD : 120/80 mmHg TFU : setinggi pusat
N: 80 x/menit Perdarahan : ± 25 cc
RR: 21 x/menit Kontraksi uterus : keras, bulat
T: 35,1 oC
A: P2A0 Post SC a/i Hipertiroid
P IVFD RL + Oxytocin 1 amp xx tpm
Cefoperazone 3x1 g/iv
Asam traneksamat 3x 500 mg
Pronalges supp 3x1
Thyrozol tab 1x 5 mg
c. Minggu, 31 Januari2016 (Pk. 06.00)
S : Nyeri bekas operasi
O : TD : 120/80 mmHg TFU : 1 jari di bawah pusat
N: 84x/menit Perdarahan : ± 10 cc
RR: 21 x/menit Kontraksi uterus : keras, bulat
T: 35,1 oC
A: P2A0 Post SC a/i Hipertiroid
P IVFD RL + Oxytocin 1 amp xx tpm
8
Cefoperazone 3x1 g/iv
Asam traneksamat 3x 500 mg
Pronalges supp 3x1
Thyrozol tab 1x 5 mg
Uff infus dan kateter Pukul 13.00
Terapi ganti oral pk. 13.00:
Cefadroxil tab 3x500 mg
Asam mefenamat tab 3x500 mg
Metergin tab 3x125 mcg
Inbion tab 1x1
d. Senin, 01 Februari 2016 (Pk. 06.30)
S : Nyeri bekas operasi
O : TD : 120/80 mmHg TFU : Satu jari dibawah pusat
N: 76 x/menit Perdarahan : ± 10 cc
RR: 20 x/menit Kontraksi uterus : keras, bulat
T: 36,0 oC
A: P2A0 Post SC a/i Hipertiroid
P Cefadroxil tab 3x500 mg
Asam mefenamat tab 3x500 mg
Metergin tab 3x125 mcg
Inbion tab 1x1
Thyrozol tab 1 x 5 mg
Ganti verban pk. 13.00
Pasein boleh pulang sore
II. PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pasien ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah tepat?
3. Bagaimana efek terhadap janin dan bayi?
9
III. ANALISIS KASUS
1. Apakah diagnosis pasien ini sudah tepat?
Pada kasus ini Ny. DA 21 tahun dengan diagnosis G2P1A0 hamil
aterm dengan hipertiroid inpartu kala I fase laten JTH presentasi kepala.
Dalam kasus ini diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Insidensi kehamilan dengan gejala klinis
tirotoksikosis atau hipertiroidisme adalah 1:2000 kehamilan. Kehamilan
normal akan menimbulkan keadaan klinik yang mirip dengan kelebihan
tiroksin (T4), sehingga tirotoksikosis yang ringan mungkin akan sulit
terdiagnosis.1
Beberapa gejala yang sering ditemukan adalah: 1
Takikardi pada kehamilan normal
Nadi rata-rata waktu tidur meningkat
Tiromegali
Eksoftalmus
Berat badan tidak bertambah walaupun cukup makan.
Pada pasien ini dari anamnesis didapatkan Os mengaku hamil anak
kedua dan tidak pernah mengalami keguguran, berdasarkan hari pertama
haid terakhir yaitu 1 Mei 2015 usia kehamilan ditetapkan kurang lebih 39
minggu, dimana usia kehamilan antara 37-42 minggu adalah kehamilan
aterm.1 Pada anamnesis juga tidak didapatkan gejala-gejala yang sering
ditemukan pada hipertiroidisme seperti diatas, pada riwayat penyakit
10
terdahulu didapatkan riwayat penyakit Graves sejak tahun 2010 yang
terkontrol dan OS mengkonsumsi obat anti tiroid (thyrozol 1x5mg) setiap
hari. Dimana penyakit graves merupakan penyebab paling umum
terjadinya tirotoksikosis dalam kehamilan. Proses autoimun pada organ
spesifik ini biasanya berhubungan dengan antibodi yang merangsang
kelenjar tiroid, dimana antibodi yang merangsang kelenjar tiroid ini
(thyroid stimulating antibody) selama kehamilan akan menurun dan pada
sebagian besar perempuan akan menyebabkan terjadinya remisi kimia.1
Tingkat aktivitas penyakit grave dapat berfluktuasi saat trimester pertama
dan membaik perlahan setelahnya, lalu dapat mengalami eksaserbasi tidak
lama setelah melahirkan.2
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan berat badan pasien 49
kg, teraba benjolan ukuran 3x3 cm, permukaan rata, nyeri tekan (-),
konsistensi kenyal. Salah satu manifestasi klinis yang harus lebih
diperhatikan adalah kenaikan berat badan yang rendah selama hamil
dengan nafsu makan yang baik.2 Rendahnya spesifitas tanda dan gejala
membuat tes laboratorium merupakan alat diagnosis yang paling baik
untuk penyakit tiroid pada ibu hamil.2
Pada pasien ini pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu
pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan pemeriksaan fungsi tiroid
(kadar T3, T4 dan TSH). Pada pasien didapatkan kadar TSH: 4,23 mIU/ml
(0,4-6,2 mIU/ml), T3: 1,95 ng/ml (0,69 – 2,02 ng/ml), T4: 123,43 ml/dl
(4,4-10,8 ml/dl). Dari hasil pemeriksaan ini menunjukan kadar serum T4
11
bebas yang meningkat. Dimana gambaran laboratorium yang sering
ditemukan pada pasien hipertiroid menunjukan kadar serum T4 bebas
meningkat, sedangkan kadar tirotropin menurun. Kadar tirotropin bisa
terdeteksi sampai kadar kurang dari 0,1 mU/l, sehingga akan menyebabkan
ditemukannya keadaan hipertiroid subklinis (sekitar 1%). Keadaan
subklinis ini dapat ditemukan dan terdeteksi dengan pemeriksaan
tirotropin. Efek jangka panjang keadaan tirotoksikosis subklinikal yang
persisten ini tidak banyak diketahui. Walaupun begitu pasien dengan
keadaan subklinis ini perlu diawasi secara berkala karena dapat
menyebabkan terjadinya aritmia jantung, hipertofi ventrikel jantung dan
osteopenia.1
Diagnosis hipertiroid dalam kehamilan sulit karena gejala sering
tumpang tindih dengan gejala kehamilan pada umumnya. Dari uraian
diatas berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaaan
penunjang yang dilakukan dapat disimpulkan bahawa diagnosis dari pasien
ini sudah tepat, yaitu G2P1A0 hamil aterm dengan hipertiroid inpartu kala
I fase laten JTH presentasi kepala.
2. Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah tepat?
Terapi hipertiroid pada pasien ini menggunakan Thyrozol tab 1x 5
mg, dimana obat ini merupakan obat anti tiroid yang mengandung
thiamazol. Digunakan untuk terapi konservatif hipertiroid bekerja dengan
menghambat produksi hormon tiroid secara komplit, penggunaan bagi ibu
hamil diberikan dengan dosis 2,5-10 mg per hari tanpa pemberian hormon
12
tiroid tidak dianjurkan pemberian saat menyusui.3 Tingkat keamanan bagi
kehamilan berdasarkan FDA termasuk kategori D yang berarti telah
ditemukan bukti-bukti adanya resiko bagi janin, tapi keuntungan
pemberiannya dipandang lebih besar dibandingkan resiko tersebut.3
Tirotoksikosis yang terjadi selama kehamilan hampir selalu dapat
dikontrol dengan obat-obatan jenis thiomide. Beberapa klinisi memilih
Propylthiouracil (PTU) karena obat ini sebagian menghambat perubahan
T4 menjadi T3 dan lebih sedikit melewati sawar plasenta dibandingkan
dengan Methimazole. Kedua obat ini efektif dan cukup aman untuk
digunakan dalam terapi tirotoksikosis. Walaupun jarang dan belum
terbukti penggunaan Metimazole harus lebih hati-hati karena pemberian
pada awal kehamilan diduga ada hubungannya dengan terjadinya atresia
esophagus, khoana dan aplasia kutis. Obat-obatan yang digunakan untuk
mengobati penyakit tiroid ibu dapat menyebabkan penghancuran jaringan
kelenjar tiroid janin, sehingga dapat dipertimbangkan untuk melakukan
terminasi kehamilan.1 Bila terapi dengan obat-obatan tidak berhasil, atau
bila terjadi efek toksis dari obat-obatan tersebut, maka dipertimbangkan
untuk tiroidektomi.1
Bagi ibu menyusui kedua jenis obat antitiroid ini dinilai aman
karena konsentrasinya yang rendah di dalam air susu ibu. Bayi yang
menyusu dari ibu pengkonsumsi obat anti tiroid ini memiliki
perkembangan dan fungsi intelektual yang normal.2 Obat-obat golongan
beta bloker untuk mengurangi gejala akut hipertiroid dinilai aman dan
13
efektif pada usia gestasi lanjut, pernah dilaporkan memberikan efek buruk
bagi janin bila diberikan pada awal atau pertengahan gestasi.
Resiko dan komplikasi terapi hipertiroid didalam kehamilan adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Resiko dan Komplikasi Terapi Hipertiroid di dalam Kehamilan
Pengobatan Dampak kehamilan
Tidak
mendapatpengobatan
adekuat
Abortus, solusio plasenta, kelahiran
preterm
Thioamide -
Tindakan bedah
dengan suplementasi
tiroksin
Abortus, kelahiran preterm
Propanolol Atrofi plasenta, kelahiran preterm
Pada perempuan yang tidak mendapat pengobatan atau pada
mereka yang tetap hipertiroid meskipun terapi telah diberikan, akan
meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia, kegagalan jantung dan
keadaan perinatal yang buruk.1
Pada pasien ini proses persalinan dilakukan dengan medote seksio
sesarea, dimana pada proses persalinan ibu dengan hipertiroid, kala II
hendaknya diperpendek baik itu dengan ekstraksi vakum atau forsipal,
karena ada bahaya kemungkinan timbulnya dekompensasi kordis.4
3. Bagaimana efek terhadap janin dan bayi?
Keadan bayi perinatal dari perempuan dengan tirotoksikosis sangat
bergantung dengan tercapai tidaknya pengontrolan metabolik. Kelebihan
14
tiroksin dapat menyebabkan terjadinya keguguran spontan. Sebagian besar
janin dapat dalam keadaan eutiroid dan sebagian kecil lainnya hiper atau
hipotiroid. Kedua kondisi ini dapat terjadi seiring dengan ada tidaknya
goiter.
Efek pengobatan hipertiroid pada janin dan bayi adalah sebagai
berikut:
Tabel 2. Resiko dan Komplikasi Terapi Hipertiroid di dalam Kehamilan2
Pengobatan Dampak Fetus Dampak Neonatus
Tidak mendapat
pengobatan
adekuat
Hipertiroid,
takikardia,
pertumbuhan
terhambat
Hipertiroid transien
primer
Thioamide
Hipotiroid
embriopati
methimazol
Hipertiroid transien
Tindakan bedah
dengan
suplementasi
tiroksin
Hipotiroid Hipertiroid transien
Propanolol IUGRHipoglikemia post
partum, bradikardia
Gambaran klinik yang mungkin dapat ditemukan pada bayi baru
lahir dari ibu yang terpapar tiroksin dengan berlebihan adalah sebagai
berikut:1
a. Terlihatnya gambaran goiter tirotoksikosis pada janin atau bayi baru
lahir akibat adanya transfer thyroid-stimulating immunoglobulin
15
melalui plasenta. Janin bisa dalam keadaan nonimune hydrops atau
bahkan meninggal.
b. Dapat terjadi goiter hipotiroid pada janin dari ibu yang mendapatkan
pengobatan golongan thioamide. Keadaan hipotiroid ini dapat di terapi
dengan pemberian tiroksin secara intra-amniotik.
c. Pada janin juga dapat terjadi hipotiroidsm tanpa adanya goiter sebagai
akibat masuknya thyrotropin-receptor blocking antibodies ibu melalui
plasenta.
Penilaian diagnosis pada janin masih kontroversial. Bila didapatkan
thyroid-stimulating antibodies ibu yang abnormal, pertumbuhan janin yang
terhambat, kegagalan jantung, goiter dengan atau tanpa takikardia, maka
sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah janin. Akan tetapi karena keadaan
hiper atau hipotiroid pada janin dapat menimbulkan hidrops, pertumbuhan
janin terhambat goiter ataupun takikardia, maka tindakan pemeriksaan
darah janin hanya cocok pada kehamilan yang diperberat oleh penyakit
grave.1
IV. DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Kehamilan dan Gangguan Endokrin. Dalam: Ilmu
Kebidanan Edisi keempat. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. 2009. h. 846-
49.
2. Garry, D. Penyakit Tiroid pada Kehamilan. CDK-206/ vol. 40 no. 7.
2013. h. 500-4.
16
3. Djuanda, A., Azwar, A., Ismael, S, Almatsier M.,Setiabudi, R., Handaya,
et al. Indeks Klasifikasi Mims: Sistem Endokrin dan Metabolik. Dalam:
MIMS Petunjuk konsultasi edisi 13. Jakarta: BIP. 2013/2014. h. 248-9.
4. Sofian, A. Penyakit Endokrin dalam Kehamilan. Dalam sinopsis obstetri
jilid 1. Jakarta: EGC. 2012. h. 125-6.
17