bab ii tinjauan pustaka a. ispa -...

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA 1. Definisi ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. ISPA meliputi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Istilah ISPA diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan, dan akut, dengan pengertian sebagai berikut: a. Infeksi adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang tubuh manusia, kemudian berkembang baik dalam tubuh dan menyebabkan penyakit. (Depkes RI, 1985) b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencangkup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringa paru- paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan. (Dinkes, 2002) c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk 7 7

Upload: vucong

Post on 06-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ISPA

1. Definisi

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas.

Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan

Akut. ISPA meliputi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan

bawah.

Istilah ISPA diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute

Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni

infeksi, saluran pernafasan, dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:

a. Infeksi adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil

menyerang tubuh manusia, kemudian berkembang baik dalam tubuh

dan menyebabkan penyakit. (Depkes RI, 1985)

b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah

dan pleura. ISPA secara anatomis mencangkup saluran pernafasan

bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringa paru-

paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini,

jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan. (Dinkes, 2002)

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk

7

7

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini

dapat berlangsung lebih dari 14 hari. (Dinkes, 2002)

ISPA adalah penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun

bawah yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri

dan virus) kedalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama 14

hari. (Dinkes, 2002)

2. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA antara lain Streptokokus, Stapilokokus,

Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium. Virus

penyebab ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus, Adenovirus,

Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. (Dinkes, 2002)

3. Tanda dan Gejala

ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian

saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan

dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi muskus

serta perubahan struktur dan fungsi silia.

Tanda dan gejala ISPA sangat bervariasi antara lain myalgia (badan

pegal-pegal), rhinorrhea (beringus), batuk, sakit kepala, sakit pada

tengorokan., demam, pusing, malaise (lemas), anokresia (tidak nafsu

makan), vomitus (muntah), keluar secret, gelisah, hipoksia (kurang

oksigen). (Nelson,1999)

8

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

4. Klasifikasi

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) meliputi saluran pernafasan

bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. ISPA terbagi dalam 2

golongan yaitu yang bukan Pnemonia dan Pnemonia, berikut

penjelasannya:

a. Bukan Pnemonia (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)

Saluran pernafasan atas berfungsi menghangatkan,

melembabkan, dan menyaring udara. Bersama udara masuk berbagai

pathogen, yang dapat tersangkut di hidung, faring, laring atau trakea

dan dapat berproliferasi, bila daya tahan tubuh menurun. Penyakit

infeksi saluran pernafasan atas meliputi sinusitis, rhinitis, pharingitis,

tonsilitis dan laringitis, memiliki pola-pola yang khusus dan khas.

1). Sinusitis

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi/peradangan pada

suatu atau lebih dari sinus pranasal. Sinus adalah merupakan suatu

rongga/ruang berisi udara dengan dinding yang terdiri dari

membran mukosa. Meskipun tipe sinusitis akut yang sering terjadi

adalah disebabkan oleh virus dan alergi akan tetapi diagnosa

sinusitis fungal atau bakterial yang akurat sangatlah penting bagi

kebaikan pasien dan pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi

seperti sinusitis kronis atau menyebarnya infeksi ketempat lain

(misal meningitis).

9

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

Infeksi saluran pernafas atas biasanya diikuti sinusitis

bakterial akut. Bakterial patogen yang biasa menjadi penyebab

penyakit ini meliputi Haemophilus Influenza, Streptococcus

Pyogenes, dan Streptococcus Pnemonal. Adanya infeksi yang

berulang pada sinusitis kronis maka akan terjadi sikatrik yang

berakibat pada penebalan membran-membran dan aliran

pembuangan sekret menjadi terhambat. Selanjutnya pada keadaan

ini sangat kondusif bagi tumbuhnya bakteri dan berkembang

dengan subur di lingkungan ini.

Keluhan utama dari pasien bervariasi, akan tetapi semuanya

berkaitan dengan nyeri dan tekanan pada sinus yang disertai

dengan sakit kepala. Pada sinusitis akut, pasien akan mengalami

nyeri yang amat sangat dan sifatnya menetap. Tekanan dan nyeri

yang dirasa akan semakin memberat dalam 3-4 jam setelah bangun

tidur, karena akumulasi eksudasi pada sinus. Gejala lainnya

menunjukkan adanya demam, sakit tenggorok, postnasal drip, dan

aliran sekret dari nasal.

2). Rhinitis

Rhinitis didefinisikan sebagai penyakit inflamasi membran

mukosa dari cavum nasal dan nasopharyng. Sama halnya dengan

sinusitis, rhinitis bisa berupa penyakit akut dan kronis yang

kebanyakan disebabkan oleh virus dan alergi. Keluhan utama yang

dirasakan pasien meliputi hidung berair (rhinorrhea). Rhinitis

10

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

paling sering akan menyertai infeksi virus akut pada saluran

pernafasan atas, yang sering dikenal dengan influenza (common

cold). Virus disebarkan melalui droplet (titik-titik) yang berasal

dari bersin.

Phatofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan

pembengkakan mukosa hidung, sehingga menyebabkan edema dan

mengeluarkan sekret hidung. Rhinitis persisten (menetap)

mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan atropi

kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus. Manifestasi klinis

penyakit rhinitis ini meliputi bersin, batuk, hidung berair, demam

ringan, sakit tenggorokan, dan tidak enak badan.

3). Pharingitis

Pharingitis adalah proses peradangan pada tenggorokan.

Penyakit ini juga sering dilihat sebagai inflamasi virus, namun juga

disebabkan oleh bakterial, seperti Hemolytic Streptococcy,

Staphylococci, atau bakteri lainnya. Manifestasi klinis yang

ditimbulkan infeksi streptococcal meliputi sakit tenggorakan, nyeri

dan dysphagia berat, demam, batuk kering, plak putih pada

amandel, tenggorokan edema dan berwarna merah. Pada anak-anak

gejala yang nampak meliputi demam, susah makan, susah tidur dan

mual.

11

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

4). Amandel atau Tonsilitis

Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut

pada tonsil atau amandel. Organisme penyebabnya yang utama

meliputi Streptococcus atau Staphylococcus. Infeksi terjadi pada

hidung atau pharyng menyebar melalui sistem limpa ke tonsil.

Hiperthropi yang disebabkan oleh infeksi, bisa menyebabkan tonsil

membengkak sehingga bisa menghambat keluar masuknya udara.

Manifestasi klinis yang ditimbulkan meliputi pembengkakan

tonsil; pharyng yang mengalami edema dan berwarna merah, sakit

tenggorokan; sakit ketika menelan, demam tinggi dan eksudat

berwarna putih keabuan pada tonsil. Selain itu juga muncul abses

pada tonsil.

5). Laryngitis

Laryngitis adalah proses peradangan dari membran mukosa

yang membentuk laryng. Peradangan ini mungkin akut atau kronis

sedang penyebabnya bisa berupa virus, bakteri, lingkungan

maupun karena alergi. Gejala yang muncul diakibatkan oleh

pembengkakan pita suara. Bakteri penyebabnya adalah

Streptococcus Pneumoniae dan Beta Hemolytic Streptococcus.

Akibat yang timbul bisa berupa suara serak atau kehilangan suara

(aphonia), demam, tidak enak badan, sakit ketika menelan, batuk

kering dan tenggorokan gatal. Bagi pasien yang mengidap

12

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

laryngitis, gangguan seperti stridor dan dyspnea ini juga bisa

muncul.

b. Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah)

Pnemonia didefinisikan sebagai penyakit infeksi saluran

pernafasan bawah, yang meliputi parenkim paru-paru, termasuk alveoli

dan struktur pendukungnya. Pnemonia disebabkan oleh virus phatogen

yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi, inhalasi atau penyebaran

sirkulasi. Pnemonia inhalasi disebabkan melalui droplet batuk dan

bersin. Agen penyebabnya biasanya adalah virus.

Pnemonia bacterial, organisme gram-positif yang

menyebabkan pnemonia bacteri adalah Streptococcus Pneumonia,

S.aureus, dan Streptococcuc Pyogenes. Insiden penyakit pnemonia ini

paling tinggi terjadi dimusim dingin, dan biasanya merupakan akibat

lajutan dari infeksi saluran pernafasan atas.

Pnemonia Virus yang merupakan tipe pnemonia paling umum

ini disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi

droplet. Cytomegalovius dalam hal ini dikenal sebagai penyebab

utama pnemonia virus.

Pnemonia Fungal, infeksi yang disebabkan jamur seperti

Histoplasmosis, menyebar melalui penghirupan udara yang

mengandung spora. Infeksi histoplama terkadang hilang dengan

sendirinya sehingga tidak memerlukan perawatan.

13

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

Biasanya penderita pnemonia mengalami serangan berupa

demam, gemetar, dingin yang menusuk, batuk-batuk, sputum yang

purulen dan nyeri dada pleuristik. Manifestasi pnemonia yang paling

utama adalah hipoksemia. Kemudian komplikasinya meliputi asidosis

metabolisme. Penyakit multilobar, dehidrasi, dan gagal nafas.

Organisme utama penyebabnya adalah Streptococcus Pneumoni,

Haemophilus Influenza, dan Klepsiella Pneumonia. Organisme ini

menyebabkan jumlah sel darah putih meningkat dan dengan sinar x

dada maka akan nampak adanya infiltrat. Pnemonia biasanya

menimbulkan serangan yang bertahap dan tidak jelas serta kurang

dramatis dalam penampakan klinisnya. Pasien yang mengidap penyakit

ini akan mengalami sakit kepala, radang tenggorakan, otot kaku, dan

resah selain itu juga disertai dengan batuk-batuk dan suhunya tidak

panas serta sel lekositnya tidak akan bertambah. (Reeves, 2001)

5. Faktor-faktor yang Mungkin Mempengaruhi

a. Cuaca dan musim

Di negara dengan empat musim, kejadian ISPA cenderung

meningkat pada musim dingin, di negara tropis yang umumnya

mempunyai 2 musim ISPA 2 atau 3 kali lebih sering terjadi pada

musim hujan.

b. Kepadatan Penduduk

David Morley (1973) menekankan, yang paling bertanggung

jawab terhadap terjadinya ISPA adalah kepadatan penghuni didalam

14

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

atau diluar rumah; dikatakannya meningkatnya kejadian ISPA pada

musim-musim tertentu bukan diakibatkan perubahan cuaca atau

musim. Di Inggris kejadian infeksi ISPA pada anak Lebih sering pada

anak yang mempunyai saudara dibandingkan dengan yang tidak;

disebut juga puncak kejadian ISPA berhubungan dengan masa

masuknya anak sekolah kembali setelah masa libur.

c. Umur dan Jenis Kelamin

Anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai resiko mempunyai

resiko mendapatkan ISPA lebih besar dari pada anak yang lebih tua.

Keadaan ini mungkin karena pada anak di bawah usia 2 tahun

imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasanya relatif

sempit. Kejadian ISPA atas tidak ada bedanya antara anak laki-laki

dengan perempuan, sedang ISPA bawah pada umur kurang dari 6

tahun lebih sering pada anak-anak laki-laki. (Sinuhaji, 2000)

d. Lingkungan

Lingkungan dapat berperan terhadap kejadian ISPA, yaitu dari

udara yang tercemar atau terpolusi. Menurut Chambers (1976) dan

Masters (1991), yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah

bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam

lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga

dapat dideteksi oleh manusia (atau yang dapat dihitung dan diukur)

serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan

material. Selain itu pencemaran udara dapat pula dikatakan sebagai

15

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

perubahan atmosfer oleh karna masuknya bahan kontaminan alami

atau buatan ke dalam atmosfer tersebut (Parker, 1980).

6. Pencegahan ISPA

a. Perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Peningkatan kualitas gizi.

c. Mengikuti penyuluhan kesehatan.

d. Menggalakan immunisasi.

e. Jagalah kebersihan tubuh, makanan, dan lingkungan.

f. Memproteksi diri terhadap paparan polusi atau pencemaran udara,

khususnya pada pengendara sepeda motor, misal dengan menggunakan

pelindung (masker). (Sinuhaji, 2000)

B. Pengendara Sepeda Motor

1. Definisi

Menurut kamus bahasa Indonesia (2002) :

a. Pengendara adalah orang yang mengendarai.

b. Sepeda adalah kereta angin .

c. Motor adalah alat untuk mengadakan kekuatan penggerakan (dengan

mesin).

d. Sepeda motor adalah sepeda yang dijalankan dengan mesin.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengendara sepeda motor

adalah orang yang mengendarai sepeda yang dijalankan dengan mesin.

16

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

C. Masker

1. Definisi

Menurut kamus bahasa Indonesia (2005) masker adalah alat penutup

muka.

2. Manfaat

Untuk menghindari pengaruh langsung dari udara yang tidak bersahabat

(Polusi). (Sugiarto, 2004)

D. Pencemaran Udara

1. Definisi

Menurut Kumar (1987), pencemaran udara adalah adanya bahan

polutan di atmosfer yang dalam konsentrasi tertentu akan mengganggu

keseimbangan dinamik di atmosfer dan mempunyai efek pada manusia

dan lingkungannya.

2. Klasifikasi Polusi Udara

Bahan pencemaran udara atau polutan dapat dibagi menjadi dua

bagian:

a. Polutan Primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber

tertentu, dan dapat berupa:

1) Polutan Gas terdiri dari:

a) Senyawa karbon, yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigenasi,

dan karbon oksida (CO atau CO2).

17

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

b) Senyawa sulfur, yaitu sulfur oksida.

c) Senyawa nitrogen, yaitu nitrogen oksida dan amoniak.

d) Senyawa halogen, yaitu flour, klorin, hidrogen klorida,

hidrokarbon terklorinasi, dan bromin.

Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan di atmosfer

biasanya berasal dari sumber kendaraan bermotor dan atau

industri. Bahan pencemaran yang dikeluarkan antara lain

adalah gas NO2, SO2, SO3, ozon, CO, HC, dan partikel debu.

Gas NO2, SO2, HC, dan CO dapat dihasilkan oleh proses

pembakaran dari mesin yang menggunakan bahan bakar yang

berasal dari bahan fosil

2) Partikel

Partikel yang di atmosfer mempunyai karakteristik yang spesifik,

dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair di atmosfer.

Bahan partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi,

proses dipersi (misalnya proses menyemprot/spraying) maupun

proses erosi bahan tertentu. Asap (smoke) seringkali dipakai untuk

menunjukkan campuran bahan partikulat (partikulate matter), uap

(fumes), gas, dan kabut (mist).

b. Polutan Sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih

bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh

adalah disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses

18

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara

lain:

1) Konsetrasi relatif dari bahan reaktan

2) Derajat fotoaktivasi

3) Kondisi iklim

4) Topografi lokal dan adanya embun

Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik kimia yang tidak stabil.

Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl

Nitrat (PAN), dan formaldehid.

3. Efek Bahan Pencemaran Udara Terhadap Lingkungan

Adapun efek dari bahan pencemaran uadara. Efek bahan pencemaran

udara terhadap lingkungan antara lain:

a. Efek terhadap kondisi fisik Atmosfer

Efek negatif bahan pencemaran udara terhadap kondisi fisik atmosfer

antara lain adalah:

1) Gangguan jarak pandang (visibility)

2) Memberikan warna tertentu pada atmosfer

3) Mempengaruhi struktur dari awan

4) Mempengaruhi keasaman air hujan

5) Mempercepat pemanasan atmosfer

b. Efek terhadap Faktor Ekonomi

Efek negatif pencemaran udara terhadap faktor yang berhubungan

dengan ekonomi antara lain:

19

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

1) Meningkatkan biaya rehabilitas karena rusaknya bahan (keropos)

2) Meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan)

3) Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemaran udara pada

makanan/minuman oleh bahan beracun (kontaminasi oleh Dioksin)

4) Meningkatnya biaya perawatan/pengobatan penyakit yang

disebabkan oleh pencemaran udara.

c. Efek terhadap Vegetasi

Efek negatif bahan pencemaran udara terhadap kehidupan vegetasi

antara lain ialah:

1) Perubahan morfologi, pigmen, dan kerusakan fisiologi sel

tumbuhan terutama pada daun

2) Mempengaruhi pertumbuhan vegetasi

3) Mempengaruhi proses reproduksi tanaman

4) Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman

5) Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi tertentu (misal

limut kerak (lichen) dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi

vegetasi tersebut)

d. Efek terhadap Kehidupan Binatang

Efek terhadap kehidupan binatang, baik binatang peliharaan maupun

bukan (binatang liar), dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi

dan keracunan bahan berbahaya. Sebagai contoh adalah terjadi migrasi

burung karena udara ambien terpapar oleh gas SO2.

20

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

e. Efek Estetik

Efek estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemaran udara antara

lain timbulnya bau dan adanya lapisan debu pada bahan yang

mengakibatkan perubahan warna permukaaan bahan dan mudahnya

terjadi kerusakan bahan tersebut.

f. Efek terhadap Kesehatan Manusia pada Umumnya

Baik gas maupun partikel yang berada di atmosfer dapat menyebabkan

kelainan pada tubuh manusia.

Secara umum efek pencemaran udara terhadap individu atau

masyarakat dapat berupa:

1) Sakit, baik yang akut maupun yang kronis

2) Penyakit yang tersembunyi, yang dapat memperpendek umur,

menghambat pertumbuhan, dan perkembangan

3) Mengganggu fungsi fisiologis dari:

a) Paru

b) Saraf

c) Transpor oksigen oleh hemoglobin

d) Kemampuan sensorik

4) Kemunduran penampilan, misal pada:

a) Aktifitas atlet

b) Aktifitas motorik

c) Aktifitas belajar

21

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

5) Iritasi sensorik

6) Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh

7) Rasa tidak nyaman (bau)

g. Efek terhadap Saluran Pernafasan

Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan

dapat menyebabkan terjadinya:

1) Iritasi pada saluran pernafasan yang dapat menyebabkan

pergerakan silia menjadi lambat bahkan dapat terhenti, sehingga

tidak dapat membersihkan saluran pernafasan.

2) Peningkatan produksi lendir, akibat iritasi oleh bahan pencemar

3) Produksi lendir dapat menyebabkan penyempitan saluran

pernafasan

4) Rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan

5) Pembengkakan saluran pernafasan dan merangsang pertumbuhan

sel, sehingga saluran pernafasan mnjadi menyempit

6) Lepasnya silia dan lapisan sel selaput lendir

7) Akibat dari semua hal tersebut di atas, akan menyebabkan

terjadinya kesulitan bernafas, sehingga benda asing termasuk

bakteri/mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran

pernafasan dan hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran

pernafasan. (Mukono, 2000)

22

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

E. Kerangka Teori

F. Kerangka Konsep

Pencemaran udaraPolusi primerPolusi sekunder

Gejala ISPABatukSakit tenggorokan (suara serak)Rhinorrhea (beringus)BersinSakit ketika menelan

Gaya Hidup:perilaku hidup bersih dan sehat.Memperhatikan giziMelakukan immunisasiMempertahankan lingkungan bersihMenggunakan masker

Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi:Cuaca dan musimKepadatan pendudukUmur dan jenis kelaminlingkungan

23

Penggunaan masker pada pengendara sepeda motor

Frekuensi munculnya

gejala ISPA

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-athikahnur... · Pneumonia (Infeksi Saluran Pernafasan Bawah) Pnemonia didefinisikan

G. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu:

Variabel Bebas atau independen adalah faktor yang diduga sebagai

faktor yang mempengaruhi variabel terikat atau variabel dependen

(srikandi,1997, yang dikutib olek nursalam & pariani, 2003). Variabel bebas

pada penelitian ini adalah penggunaan masker pada pengendara sepeda motor

.

Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas atau varibel independen (Notoatmojo, 2002).

Variabel terikat pada penelitian ini adalah frekuensi munculnya gejala ISPA.

H. Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara

penggunaan masker pada pengendara sepeda motor dengan frekuensi

munculnya gejala ISPA pada mahasiswa fikkes UNIMUS”.

24