laporann ispa print

80
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta bertambahnya penduduk dan masyarakat, maka perlu adanya perawat kesehatan komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan, pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan komunitas (Anonim, 2013). Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Kesehatan dikalangan kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya dapat disebut sebagai komunitas. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006). Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan 1

Upload: dita-purnamasari

Post on 29-Dec-2015

138 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporann Ispa Print

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta

bertambahnya penduduk dan masyarakat, maka perlu adanya perawat kesehatan

komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan,

pemeliharaan, promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan

kepada individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut

dengan keperawatan komunitas (Anonim, 2013).

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus

dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga

(Sumijatun dkk, 2006). Kesehatan dikalangan kelompok ibu hamil, kelompok ibu

menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam suatu

wilayah desa binaan dan lain sebagainya dapat disebut sebagai komunitas. Sedangkan

dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,

masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan

perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan

dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif

dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan

rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,

kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan

(nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,

sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang

bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka

memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui

langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi

keperawatan (Wahyudi, 2010). Fokus praktik pelayanan keperawatan komunitas

adalah meningkatkan kesehatan komunitas (upaya promotif) dan mencegah terjadinya

masalah kesehatan komunitas (upaya preventif) (Stanhope & Lancaster, 2004).

1

Page 2: Laporann Ispa Print

Upaya peningkatan derajat kesehatan kesehatan masyarakat membutuhkan peran

serta masyarakat yang bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat dalam berbagai

upaya kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah

kesehatan. Peran serta masyarakat tersebut merupakan keikutsertaan eluruh anggota

masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan yang terjadi di dalam

masyarakat itu sendiri (Stanhope & Lancaster, 2004). Peran serta masyarakat dapat

diwujudkan melalui pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan melalui upaya

menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatan sehingga masyarakat memiliki kemandirian untuk hidup

sehat (Stanhope & Lancaster, 2004). Wujud peran serta masyarakat dapat berupa

terbentuknya institusi/lembaga/organisasi kemasyarakatan, seperti Posyandu,

Posbindu, LSM bidang kesehatan ; dana seperti dana sehat dan RW SIAGA.

RW SIAGA merupakan RW yang siap dan mampu membangun kesadaran akan

kebersihan dan kesehatan. Melalui program ini masyarakat diharapkan dapat

menangani masalah kebersihan dan kesehatan di lingkungannya masing-masing, yaitu

mulai dari rumah masing-masing warga sampai lingkungan se-RW, mulai dari adanya

indikasi penyakit sampai penanganannya, mulai dari penyakit ringan sampai penyakit

berat. RW SIAGA adalah RW yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya,

baik kemampuan dan kemauan untuk mencegah, mengatasi masalah-masalah

kesehatan, bencana dan kegawat-daruratan, maupun kejadian luar biasa (KLB), secara

mandiri.

Kegiatan asuhan keperawatan komunitas di lingkunan RW 10 Kelurahan

Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan sudah pernah dilakukan oleh Mahasiswa Praktik

Profesi Keperawatan Komunitas PSIK UR, namun masalah kesehatan yang pernah

diintervensi sebelumnya oleh mahasiswa profesi masih ditemukan oleh kelompok. Hal

ini dari wawancara kepada ketua kader RW Siaga disertai dengan hasil winshield

survey yang dilakukan di sekitar RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan

Tampan ditemukan data masalah kesehatan, yaitu ISPA.

Karakteristik wilayah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan

yang terdiri dari sebagian besar jalan yang belum diaspal, sehingga kasus ISPA seperti

yang ditemukan mahasiswa profesi masih ditemui juga oleh kelompok. Kasus ini juga

ditemukan akibat keadaan iklim yang sedang berada pada tahap pancaropba, sehingga

kasus ISPA masih banyak ditemukan oleh kelompok.

2

Page 3: Laporann Ispa Print

Berdasarkan hasil data sekunder yang didapat dari mahasiswa Praktek Profesi

Keperawatan Komunitas PSIK UR di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan

Tampan terhadap 273 KK yang dilaksanakan mulai tanggal 4 Maret sampai dengan 11

Mei 2013 ditemukan beberapa masalah kesehatan yang ada di RW 10 Kelurahan

Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, yaitu Resiko meningkatnya angka penyakit

akibat lingkungan yang tidak sehat: ISPA, DBD, Diare.

Pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa Praktek Keperawatan Klinik VI PSIK

UR di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan ditemukan data

masalah kesehatan, yaitu ISPA, Penatalaksanaan Demam dan Kesehatan Keselamatan

kerja di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah melakukan Praktik Keperawatan Klinik VI, mahasiswa akan dapat

meningkatkan kemampuan asuhan keperawatan komunitas dalam mengenali

masalah kesehatan, mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang dimiliki

untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi di RW 10 Kelurahan

Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian wawancara, observasi, windshield survey.

b. Merumuskan masalah kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan yang telah

ditemukan.

c. Menyususn rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap masalah kesehatan

yang telah diprioritaskan.

d. Mengimplementasikan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan.

3

Page 4: Laporann Ispa Print

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas

1. Definisi

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai

persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus

dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah

melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok

ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,

kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.

Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat

pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,

2006).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan

perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan

dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan

promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan

kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada

individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses

keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara

optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan

yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam

rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat

melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

2. Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,

maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik

keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan

komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh

lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan

membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

4

Page 5: Laporann Ispa Print

Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma

keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan

dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan

manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan

untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia

yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.

c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima

oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.

d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya

kuratif dan rehabilitative

e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara

berkesinambungan.

f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai  provider dan klien sebagai consumer

pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling

mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan

kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.

g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara

berkesinambungan dan terus-menerus.

h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia

harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam

pelayanan kesehatan mereka sendiri.

Unsur – unsur yang terdapat pada paradigma / Falsafah Keperawatan

Komunitas yaitu:

a. Manusia.

Komunitas sebagai klien berarti   sekumpulan individu / klien  yang

berada pada lokasi atau batas geografi  tertentu yang memiliki  niliai-nilai,

keyakinan dan minat  yang relatif  sama serta adanya interaksi satu sama

lain  untuk mencapai Tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi

keluarga, komunitas, Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk

kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.

5

Page 6: Laporann Ispa Print

b. Kesehatan.

Sehat adalah suatu kondisi  terbebasnya  dari  gangguan pemenuhan

kebutuhan dasar klien/komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis

sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.

c. Lingkungan.

Semua factor internal dan eksternal  atau pengaruh disekitar klien yang

bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan spiritual.

d. Keperawatan

Intervensi/tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui

pencegahan primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan falsafah di atas maka

dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas.

3. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas

a. Tujuan keperawatan komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan

peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:

1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,

keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.

2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general

community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan

masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

a) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;

b) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;

c) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;

d) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;

e) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang

akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan

secara mandiri (self care).

6

Page 7: Laporann Ispa Print

b. Fungsi keperawatan komunitas

Fungsi keperawatan komunitas antara lain:

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi

kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien

melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan

kebutuhannya dibidang kesehatan.

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah,

komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan

permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan

pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses

penyembuhan (Mubarak, 2006).

4. Sasaran

Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah

kesehatan/perawatan.

a. Individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut

mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat

diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota

keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.

b. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga,

anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga

karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya

saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga

mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap

anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.

7

Page 8: Laporann Ispa Print

c. Kelompok Khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis

kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan

terhadap masalah kesehatan diantaranya adalah:

1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan

pertumbuhannya, seperti;

a) Ibu hamil

b) Bayi baru lahir

c) Balita

d) Anak usia sekolah

e) Usia lanjut

2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan

bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin

lainnya.

b) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,

jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.

c) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:

‐ Wanita tuna susila

‐ Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

‐ Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.

d. Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama

sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka

sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan

jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling

tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama

anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan

sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya

(Mubarak, 2006).

5. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas

8

Page 9: Laporann Ispa Print

Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan

pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta

memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke

lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan

keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan

promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.

a. Upaya Promotif

Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Peningkatan gizi

3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan

5) Olahraga secara teratur

6) Rekreasi

7)  Pendidikan seks.

b. Upaya Preventif

Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan

terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui

kegiatan:

1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun

kunjungan rumah

3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di

rumah.

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.

c. Upaya Kuratif

Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,

kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan,

melalui kegiatan:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

2)  Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan

rumah sakit

9

Page 10: Laporann Ispa Print

3)  Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas

4) Perawatan payudara

5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-

penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu

yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan

lainnya., dilakukan melalui kegiatan:

1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta,

patah tulang maupun kelainan bawaan

2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,

misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual

yang mungkin dilakukan oleh perawat

e. Upaya Resosialitatif

Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan

kelompok  khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-

kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,

misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti

Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya

resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok

yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar

masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan

dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

6. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a. Proses kelompok (group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari

pengalaman sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media

masa, Televisi, penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.

Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya

gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat

mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan.

Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan

10

Page 11: Laporann Ispa Print

mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah

melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.

b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana

perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari

seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,

perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok

atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut

Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu

”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara

ekonomi maupun secara sosial.

c. Kerjasama (Partnership)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika

tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat

luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan

asuhan keperawatan komunitas melalui paya ini berbagai persoalan di dalam

lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

7. Pusat Kesehatan Komunitas

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:

a. Sekolah atau Kampus

Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan pencegahan

penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawata

yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada

kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa,

batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan

keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.

b. Lingkungan kesehatan kerja

Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya

yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini

meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan program yang bertujuan untuk:

1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah

kejadian kecelakaan kerja.

11

Page 12: Laporann Ispa Print

2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja

3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerjaan

4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan

pendidikan kesehatan.

5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan

pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak, 2006).

c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah

Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan

secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan

perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah,

hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki

kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri,

sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.

d. Lingkungan kesehatan kerja lain

Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki

peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat dapat mendirikan

praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain, bekerja di bidang

pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya.

Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk

memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).

8. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan Utama

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan

perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran

serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara

kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan peran serta

masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan

tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal,

mengambil keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien

yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan

masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari Neuman

(1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas

12

Page 13: Laporann Ispa Print

sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan

masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan. Model tersebut

telah diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra,untuk menekankan

filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci

dijabarkan sebagai berikut :

a. Tingkat individu

Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut

mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan

keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat

dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan

pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di

rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit

demam darah dan diare. Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan

perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.

b. Tingkat keluarga

Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan keluarga

memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan

sosial ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita

penyakit menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama

masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan masyarakat. Dalam

pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan sebagai pengambil keputusan

dalam memelihara kesehatan anggotanya.

c. Tingkat komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam lingkup

kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerja puskesmas.

Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang

mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan, pendidikan dan

sebagainya.Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang

komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang

mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu

dan kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program.Pelayanan

yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang

luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:

13

Page 14: Laporann Ispa Print

1) Pencegahan primer

Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit

sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat

kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara

umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun kelompok.

Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi individu

melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling

umum yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,

penyuluhan gizi bayi dan balita.

2) Pencegahan sekunder

Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal

dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor

resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya memotivasi

keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui

posyandu dan puskesmas.

3) Pencegahan tertier

Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan

stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat

secara optimal berfungsi sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan

latihan fisik pada penderita patah tulang.Selanjutnya agar dapat memberikan

arahan pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan

komunitas dan pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009):

a) Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan

perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

terhadap kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada strategi pada

pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi

yang mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat

komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.

b) Pengorganisasian masyarakat

Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998) meliputi

peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan sosial melalui

14

Page 15: Laporann Ispa Print

birokrasi pemerintah (social developmant) dan aksi sosial berdasarkan

kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2009).

B. Asuhan Keperawatan Komunitas

Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk praktik keperawatan

professional yang sistematis dan komprehensif yang berfokus pada individu, keluarga,

kelompok dan komunitas secara keseluruhan melalui pendekatan proses keperawatan

mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi dan evaluasi keperawatan. Model keperawatan komunitas disusun

berdasarkan pada teori yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Dalam

keperawatan komunitas terdapat beberapa model keperawatan, diantaranya Teori

lingkungan oleh Nightingale (Nightingale’s theory of environment), Self-Care Model

oleh Orem, Adaptation Model dari Roy, S.C, Health Care System Model oleh Betty

Neuman dan Community as Client or Partnership Model oleh McFarlane & Anderson

(Mendfora, 2010).

Model yang digunakan adalah model keperawatan Betty Neuman. Konsep yang

dikemukakan oleh Betty Neuman adalah konsep ”Health care system” yaitu model

konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan

pada penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri yang bersifat

fleksibel, normal, dan resisten. Konsep utama menurut Betty Neuman yaitu manusia,

lingkungan dan sehat. Dibawah ini akan dijelaskan tahapan proses asuhan

keperawatan komunitas menurut model Neuman (Mendfora, 2010) :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis, sehingga masalah kesehatan yang

dihadapi oleh masyarakat, baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut

permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosiologis, ekonomi maupun spiritual

dapat ditentukan. Pengkajian mengacu pada pengumpulan data kesehatan

masyarakat, memantau status kesehatan masyarakat, kebutuhan akan kesehatan

masalah kesehatah yang terjadi, cara memperoleh informasi kesehatan dan

pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat (Hitchcock, Schubert & Thomas,

2003).

Pada tahap pengkajian dilakukan kegiatan penyebaran kuesioner, obsevasi,

wawancara dan winsheld survey. Hal ini sesuai dengan model keperawatan

Neuman bahwa masalah kesehatan ditimbulkan dari berbagai variabel, yaitu

15

Page 16: Laporann Ispa Print

fisiologis, psikologis, sosiokultural & developmental, sehingga semua aspek perlu

dikaji untuk menentukan penyebab terjadinya masalah kesehatan yang ada di

masyarakat.

a. Pengumpulan data

1) Tujuan pengumpulan data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai

masalah kesehatan masyarakat sehingga dapat ditentukan tidakan yang

harus diambil untuk mengatasi masalah yang menyangkut aspek fisik,

psikologis, social, ekonomi, dan spiritual serta faktor lingkungan yang

mempengaruhinya oleh karena itu data tersebut harus akurat dan dapat

dilakukan analisis untuk pemecahan masalah. Menurut pendapat

Notoadmodjo (2010) yang mengatakan penyebaran kuesioner pada

populasi yang melebihi 200 orang populasi, maka dapat dilakukan teknik

propotional cluster sampling, dengan pengambilan sampel secara acak

dan proposional berdasarkan jumlah populasi dari masing-masing RT.

2) Teknik pengumpulan data:

a) Pengumpulan data langsung yang terdiri dari wawancara, observasi,

whienshield survey dan kuesioner.

b) Pengumpulan data laporan ( data dari berbagai instansi dan sumber

yang terpercaya seperti catatan kesehatan, catatan pertemuan warga,

dokumen publik dan statistik).

3) Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

a) Data inti, seperti : riwayat atau sejarah perkembangan masyarakat

data demografi, vital statistik dan status kesehatan komunitas

b) Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi dan fasilitas-

fasilitas lainnya

c) Pelayanan kesehatan

Dikaji lokasi saranan kesehatan yang ada, sumber daya yang dimiliki

(tenaga kesehatan dan kader), bagaimana dengan jumlah kunjungan

yang ada, serta sistem rujukannya

d) Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan)

Lokasi fasilitas sosial apakah mudah dijangkau, bagaimana system

kepemilikannya, dan apakah barang yang disediakan lengkap.

e) Ekonomi

16

Page 17: Laporann Ispa Print

Indikator ekonomi dan sumber-sumber informasi

- Rumah tangga (rata-rata pendapatan biaya perbulan masing-

masing rumah tangga)

- Individu (pendapatan per-KK, persen yang miskin)

f) Keamanan dan transportasi

I. Keamanan

‐ Keamanan/ lingkungan yang ada

‐ Upaya penanggulangan yang tersedia (kebakaran,

polusi, sanitasi; limbah, sampah dan air kotor)

II. Transportasi

‐ Sarana transportasi, kondisi jalan yang tersedia

(tanah, beton, aspal)

‐ Jenis transportasi yang dimiliki (sepeda, sepeda

motor, mibil)

‐ Sarana transportas yang tersedia

g) Politik dan pemerintahan

- Sistem pengorganisasian

- Sturktur organisasi

- Kelompok organisas dalam komunitas

- Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan

h) Sistem komunikasi

- Sarana umum komunikasi yang tersedia dikomunitas (telepon

umum, wartel dan lain-lain)

- Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas

- Cara penyebaran informasi yang umum digunakan dalam

komunitas: menggunakan model tradisional, menggunakan surat

pemberitahuan atau pengeras suara yang tersedia

i) Pendidikan

- Tingkat pendidikan komunitas, homogen, heterogen, dan tingkat

pendidikan mayoritas dalam komunitas.

- Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal),

meliputi : Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas, sumber

daya manusia, tenagan yang tersedia.

17

Page 18: Laporann Ispa Print

- Jenis bahasa yang digunakan dalam komunitas

j) Rekreasi

- Kebiasaan rekreasi yang ada dalam komunitas, adakah kebiasaan

rekreasi rutinitas yang dilakukan

- Fasilitas rekreasi yang tersedia

4) Cara pengumpulan data

Data dapat diperoleh dengan cara:

a. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang

berbentuk tanya jawab antara perawat dengan klien, keluarga klien,

atau dengan masyarakat yang berkaitan dengan masalah kesehatan.

b. Kuesioner

Kuesioner juga sering dikenal sebagai angket. Kuesioner

merupakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang

yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner dapat mengetahui

keadaan atau data pribadi seseorang, pengalaman atau pengetahuan

dan lain-lain yang dimilikinya. Kuesioner merupakan instrumen

pengumpulan data atau informasi yang dioperasionalisasikan ke

dalam bentuk item atau pertanyaan.

c. Observasi

Melakukan pengamatan dalam keperawatan komunitas meliputi

aspek fisik, psiokologis, perilaku, dan sikap

d. Wiendshield survey

Merupakan pendataan menggunakan panca indra tentang

wilayah/demografi masyarakat yang ada diwilayah tempat tinggal

meliputi : Perumahan, lingkungan, daerah (bangunan : tua, bahan

arsitektur, bersatu, berpisah, dll), Lingkungan terbuka (luas, sempit,

kualitas, pribadi, umum, dll), Batas (ada batas daerah, jalan, got,

kondisi bersih, kotor), Kebiasaan (tempat kumpul; siapa, jam

berapa dll), Transportasi (cara datang dan pergi, situasi jalan, jenis

transportasi), Pelayanan kesehatan di masyarakat (puskesmas,

pustu, balai pengobatan), Tempat rekreasi (keluarga, anak-anak,

umum), Tempat ibadah (mesjid, gereja, wihara), sekolah/ perguruan

18

Page 19: Laporann Ispa Print

tinggi/ lembaga kursus/pelatihan dll), organisasi di masyarakat

(pokjakes, kepemudaan dll), politik (kampanye/ poster)

b. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Klasifikasi data/kategorisasi data

Cara mengategorikan data

- Berdasarkan karakteristik demografi

- Berdasarkan karakteristik sosial ekonomi

- Berdasarkan sumber dan pelayanan kesehatan

2) Perhitungan persentasi cakupan data

3) Tabulasi data

4) Interpretasi data

c. Analisa data

Merupakan kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data

dengan kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat diketahui

kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat, baik masalah

kesehatan maupun masalah keperawatan.

Tujuan analisa data antara lain :

- Menetapkan kebutuhan masyarakat

- Menetapkan kekuatan

- Mengidentifikasi pola respon komunitas

- Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

d. Perumusan masalah kesehatan

Berdasarkan analisa yang diperoleh, maka dapat diketahui masalah

kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat yang selanjutnya dapat dilakukan

intervensi. Namun, masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin dapat

diatasi sekaligus, oleh karena itu, perawat komunitas harus membuat

prioritas masalah.

e. Prioritas masalah

Kriteria penentuan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan

keperawatan diantaranya adalah :

- Perhatian masyarakat

- Prevalensi kejadian

- Berat tingginya masalah

19

Page 20: Laporann Ispa Print

- Kemungkinan masalah untuk diatasi

- Tersedianya suumber daya masyarakat

- Aspek politis

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan

menurut Abraham H. Maslow prioritas masalah dimulai :

‐ Keadaan yang mengacam kehidupan

‐ Keadaan yang mengancam kesehatan

‐ Persepsi masyarakat tentang kesehatan dan keperawatan.

Penyusunan masalah atau diagnosis komunitas harus sesuai dengan

prioritas keperawatan komunitas.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan hipotesis atau pernyataan terhadap hasil

akhir dari analisis dan sintesis data serta informasi yang telah dikumpulkan

mengenai komunitas (Ervin, 2002). Diagnosa keperawatan komunitas terdiri dari

tiga bagian, yaitu gambaran masalah yang merupakan respon atau kondisi

masyarakat, factor penyebab yang berhubungan dengan masalah, serta tanda dan

gejala yang mendukung (Anderson & McFarlane, 2000). Stanhope dan Lancaster

(2004) menjelaskan terdapat tiga komponen format diagnosa keperawatan

komunitas:

a. Risk of, masalah keperawatan spesifik atau risiko masalah kesehatan di

komunitas

b. Among, komunitas atau klien spesifik yang akan diintervensi oleh perawat

komunitas

c. Related to, yaitu gambaran karakteristik komunitas, meliputi motivasi,

pengetahuan, keterampilan, serta factor lingkungan. karakteristik lingkungan

meliputi budaya, fisik, psikososial, dan politik.

Jenis diagnosa keperawatan:

a. Sehat/wellness/ potensial

Komunitas mempunyai potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif

atau paparan masalah kesehatan.

b. Ancaman/risiko

20

Page 21: Laporann Ispa Print

Belum terdapat pemaparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan

beberapa data maladaptif yang memungkinkan timbulnya masalah atau

gangguan.

c. Nyata/aktual

Gangguan atau masalah kesehatan sudah timbul didukung dengan beberapa

data maladaptif.

3. Perencanaan

Perencanaan merupakan komponen kunci dalam praktik keperawatan

komunitas, dimana dalam perencanaan terdapat suatu hubungan vital antara

pengkajian dan diagnosa keperawatan disatu sisi serta intervensi dan evaluasi disisi

lain (Ervin, 2002). Tiga tahap kegiatan dalam proses perencanaan:

a. Menentukan prioritas masalah atau diagnosa keperawatan komunitas

Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), terdapat enam kriteria dalam

menentukan prioritas masalah keperawatan, masing-masing kriteria diberi skor 1 -

10. Kriteria tersebut adalah:

1) Kesadaran komunitas terhadap masalah

2) Motivasi komunitas dalam menyelesaikan masalah atau mengelola masalah

dengan baik

3) Kemampuan perawat untuk mempengaruhi atau memberikan solusi

penyelesaian masalah

4) Tersedianya keahlian untuk menyelesaikan masalah kesehatan.

5) Keparahan atau keseriusan masalah yang dihasilkan jika tidak diselesaikan

6) Kecepatan masalah dapat diselesaikan

b. Menetapkan tujuan dan kriteria evaluasi

Tujuan dalam tindakan keperawatan terdiri dari tujuan umum dan tujuan

khusus. Tujuan umum/jangka panjang merupakan tujuan akhir yang akan

dicapai setelah tindakan keperawatan komunitas diselesaikan, dimana mengacu

pada penyesaian masalah (problem). Tujuan khusus/jangka pendek merupakan

tujuan tindakan keperawatan yang mengacu pada penyelesaian etiologi.

Kriteria evaluasi adalah acuan atau kriteria dari tingkat pencapaian

tujuan/hasil yang diharapkan. Kriteria merupakan respon masyarakat yang

diharapkan sebagai acuan tercapainya suatu tujuan (kognitif, afektif,

psikomotor). Untuk mencapai kriteria yang diinginkan kegiatan yang

ditetapkan harus memiliki standar. Standar adalah target minimal tingkat

21

Page 22: Laporann Ispa Print

pencapaian tujuan, sebagai penentu tingkat keberhasilan intervensi yang

dilakukan.

c. Menetapkan intervensi atau perencanaan keperawatan komunitas

Intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan dan

direncanakan untuk memperkuat garis pertahanan. Pencegahan primer

digunakan untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder

untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk

memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson & McFarlane, 2000). Strategi

intervensi keperawatan komunitas adalah pendidikan kesehatan, proses

kelompok, kemitraan (lintas program dan lintas sektoral), dan pemberdayaan

masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2000).

Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk kerjasama

(partnership) adalah suatu bentuk kerja sama secara aktif antara perawat

komunitas, masyarakat, maupun lintas program dan sektor terkait mengambil

suatu keputusan dalam upaya penyelesaian masalah yang ditemukan di

masyarakat. Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah melalui kegiatan

kolaborasi dan negosiasi. Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam

bentuk proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas

yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan

kelompok atau support social yang lainnya sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi yang ada di komunitas. Pembentukan kelompok di masyarakat

menggambarkan adanya minat dan kebutuhan baik secara kelompok maupun

individu serta menunjukkan adanya hubungan antara klien dengan sistem sosial

di masyarakat. Strategi intervensi keperawatan komunitas dalam bentuk

pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif

dan preventif dengan cara melakukan penyebaran informasi dan peningkatan

motivasi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat (Stanhope & Lancaster,

2000). Strategi intervensi lainnya dalam keperawatan komunitas adalah

kegiatan pemberdayaan masyarakat (empowerment), yaitu suatu kegiatan

keperawatan komunitas melalui pelibatan masyarakat secara aktif dalam rangka

penyelesaian masalah yang ditemukan di masyarakat. Masyarakat bukanlah

22

Page 23: Laporann Ispa Print

sebagai objek melainkan sebagai subjek dalam rangka menyelesaikan suatu

masalah tertentu.

4. Implementasi

Implementasi merupakan bentuk tindakan keperawatan yang dilakukan

berdasarkan intervensi atau rencana yang telah disusun sebelumnya. Dalam

mengimplementasi, seorang perawat sebagai agen perubah harus memperlihatkan

kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun tulisan, mempunyai gaya

kepemimpinan yang visioner, dan keterampilan mengelola konflik. Implementasi

dapat berhasil dengan baik apabila ada keterlibatan dari tokoh masyarakat dan

dukungan dari media (Ervin, 2002).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu pengukuran terhadap keberhasilan asuhan

keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat juga berupa umpan balik dari

komunitas terhadap intervensi keperawatan komunitas (Anderson&Mc.Farlane,

2000). Menurut Ervin (2002), evaluasi merupakan kumpulan informasi yang

sistematik mengenai aktifitas, karakteristik, dan hasil akhir dari suatu program.

Evaluasi di klasifikasikan menjadi dua macam yaitu evaluasi sumatif dan evaluasi

formatif. Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di

tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses, sedangkan Evaluasi sumatif

adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan program dilaksanakan.

Adapun kemungkinan hasil evaluasi yaitu:

- Tujuan tercapai jika masyarakat mengikuti semua intervensi yang telah

diberikan

- Tujuan tercapai sebagian jika masyarakat melakukan sebagian dari intervensi

yang diberikan.

- Tujuan tidak tercapai jika masyarakat tidak melakukan intervensi yang telah

diberikan.

C. Konsep RW Siaga

1. Pengertian

RW siaga adalah RW yang penduduknya memiliki  kesiapan sumber  daya,

kemampuan dan kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah

kesehatan, bencana dan Kegawat daruratan / kejadian luar biasa (KLB) secara

mandiri (Sudinkes, 2010)

23

Page 24: Laporann Ispa Print

RW SIAGA merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau, dan mampu

untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat

seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan

kejadian luar biasa dengan memanfaatkan berbagai sumber daya dan potensi

setempat secara gotong royong. RW SIAGA terbentuk berdasarkan Permenkes

No.564/2006.

2. Indikator RW Siaga

a. Memiliki forum komunikasi masyarakat RW, jika terdapat minimal

fasilitator masyarakat kelurahan, susunan pengurus RW siaga.

b. Memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan sistem rujukan, jika

terdapat fasilitas kesehatan dasar, misalnya Pustu, Polindes atau rumah

bersalin.

c. Memiliki UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) yang

dikembangkan, jika terdapat 1 posyandu per RW.

d. Memiliki system pengamatan penyakit dan faktor risiko berbasis

masyarakat, jika terdapat kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan di

tingkat masyarakat yang mencakup minimal 80% kegiatan, dilaporkan

secara lengkap, tepat waktu (dengan periode 24 jam atau rutin tiap bulan).

Adanya data pemantauan wilayah setempat yang berisiko.

e. Memiliki penanggulangan kegawat daruratan dan bencana berbasis

masyarakat, jika minimal terdapat stimulasi atau gladi bencana, minimal 1

kali setahun di daerah tidak rawan dan 2 kali setahun di daerah rawan

bencana.

f. Adanya upaya mewujudkan lingkungan sehat, jika terdapat gerakan

masyarakat untuk meningkatkan/memelihara kualitas lingkungan yang

dilaksanakan secara rutin, minimal 1 kali seminggu di setiap RT.

g. Adanya upaya mewujudkan PHBS (Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat), jika

minimal terdapat pendataan dan visualisasi data PHBS rumah tangga

minimal 1 kali setahun, kegiatan promosi PHBS minimal 1 kali sebulan,

kegiatan tindak lanjut dari hasil pendataan dan promosi PHBS.

h. Adanya upaya mewujudkan kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) dan terbentuknya

keluarga sadar gizi, jika minimal terdapat pendataan dan visualisasi data

kadarzi minimal 1 kali setahun, kegiatan promosi kadarzi minimal 1 kali

24

Page 25: Laporann Ispa Print

sebulan, dan kegiatan tindak lanjut dari hasil pendataan dan promosi

kesehatan.

3. Struktur organisasi/ kepengurusan RW SIAGA

Struktur organisasi/ kepengurusan RW SIAGA terdiri dari:

1. Pembina

a. Memberikan pembinaan secara berkala terhadap kegiatan RW SIAGA.

b. Memberikan bimbingan terhadap anggota RW SIAGA.

c. Mengevaluasi program dan pelaksanaan kegiatan RW siaga

2. Ketua

a. Mengkordinasikan kegiatan RW SIAGA

b. Memimpin kegiatan pertemuan RW SIAGA.

c. Membagi tugas kegiatan RW SIAGA pada anggota setiap unit.

d. Membantu anggota RW SIAGA untuk melakukan kegiatan pengawasan.

e. Membantu pengawasan pelaksanaan kegiatan RW SIAGA.

f. Mengevaluasi kegiatan RW SIAGA.

3. Petugas kesehatan

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa.

4. Sekretaris

a. Mencatat seluruh kegiatan RW SIAGA

b. Melaporkan kegiatan hasil kepada seluruh anggota RW SIAGA.

c. Menginformasikan kepada tiap anggota pada setiap pertemuan.

d. Pengurusan surat –menyurat dan pengarsipan.

5. Bendahara

a. Bertanggunga jawab terhadap pengeluaran dan pemasukan dana.

b. Menghimpun semua dana yang masuk.

c. Mencatat pemasukan dan pengeluaran dana RW SIAGA.

d. Melaporkan keuangan kepada ketua dan seluruh anggota RW SIAGA.

6. Anggota

a. Melaksanakan kegiatan RW SIAGA sesuai dengan unitnya.

b. Melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan unit- unit RW SIAGA kepada

keoordinator tiap unit.

c. Bekerjasama dengan anggota yang lain dalam kegiatan RW SIAGA.

25

Page 26: Laporann Ispa Print

Pemilihan perangkat/ pengurus RW Siaga ini beranggotakan wakil dari

masing-masing RT.

4. POKJA(Kelompok Kerja) RW SIAGA

1. Pokja Kadarzi (KIA dan LANSIA)

a. Mengidentifikasi dan memantau kondisi gizi balita (penimbangan, PMT,

penyuluhan, pemberian vitamin A, dan lain-lain).

b. Mengindetifikasi status gizi balita (BGM, gizi kurang, gizi buruk)

melalui pemantauan Kartu Menuju Sehat (KMS)

c. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan balita

d. Mengindentifikasi dan memantau kadarzi (contoh memantau keluarga

dengan balita yang kurang gizi)

e. Membantu pemanfaatan perkarangan untuk meningkatkan gizi keluarga

[misalnya: penanaman tanaman obat keluarga (TOGA)]

f. Mengidentifikasi dan memantau gizi ibu hamil

g. Mengidentifikasi dan memantau gizi lansia

2. Pokja PHBS (KIA, LANSIA, REMAJA)

a. Melakukan kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)

yang dikembangkan seperti

1) Posyandu balita, misalnya melalui penyuluhan tentang tumbuh

kembang balita.

2) Posyandu lansia, misalnya melakukan pendidikan kesehatan tentang

penyakit pada lansia ataupun kondisi-kondisi yang dapat membuat

lansia cedera.

3) TOGA, melalui penanaman tanaman obat yang bermanfaat bagi

kesehatan.

4) Pos UKK, melalui identifikasi masalah kesehatan pekerjaan yang

dominan di wilayah RW

3. Pokja Lingkungan

a. Melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan

b. Membantu pengelolaan sampah, air bersih.

c. Membantu pengelolaan kebersihan lingkungan (gotong royong,

pemantauan jentik)

26

Page 27: Laporann Ispa Print

4. Pokja Surveilance

a. Mengamati perkembangan penyakit yang berpotensi wabah di

masayarakat seperti DBD, malaria, diare, campak, ISPA, keracunan,

HIV/AIDS (NAPZA).

b. Menggalakan imunisasi di posyandu dan anak sekolah

5. Pokja Kegawatdaruratan

a. Menyelenggarakan tindakan tanggap bencana alam (banjir, longsor),

bencana karena kelalaian manusia (kebakaran, keracunan), bencana

karena penyakit (penyakit yang berpotensi wabah). Seperti pemberian

pertolongan pertama pada korban banjir.

b. Menyelenggarakan pertolongan pertama pada hal-hal yang dapat

menyebabkan kematian.

5. Indikator keberhasilan pengembangan RW SIAGA

1. Indikator masukan (Input)

Ada/ tidaknya forum masyarakat desa

Ada/ tidaknya Posyandu dan sarananya

Ada/ tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan)

Ada/ tidaknya UKBM lain

2. Indikator proses (Process)

Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa

Berfungsi/ tidaknya Posyandu

Berfungsi/ tidaknya UKBM yang ada

Berfungsi/ tidaknya sistem kesiapsiagaan & penaggulangan

kegawatdaruratan & bencana

Berfungsi/ tidaknya sistem surveilance (pengamatan & pelaporan)

Ada/ tidaknya kunjungan rumah untuk KADARZI & PHBS (oleh

NAKES dan/ atau kader)

3. Indikator keluaran (Output)

Cakupan yankes Posyandu

Cakupan pelayanan UKBM yang ada

Jumlah kasus kegawatdaruratan & kejadian luar biasa (KLB) yang

dilaporkan/ diatasi

Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk

KADARZI & PHBS

27

Page 28: Laporann Ispa Print

4. Indikator dampak (Outcome)

Jumlah yang menderita sakit (kesakitan kasar)

Jumlah yang menderita gangguan jiwa

Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia

Jumlah bayi & balita yang meninggal dunia

Jumlah balita dengan gizi buruk.

28

Page 29: Laporann Ispa Print

BAB III

Aplikasi Asuhan Keperawatan Komunitas di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat

Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru

Asuhan keperawatan komunitas adalah keperawatan profesonal yang bekerja sama

dengan individu, keluarga,kelompok, komunitas, populasi, sistem dan atau kelompok

sosial melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Asuhan keperawatan komunitas terdiri

dari bebereapa tahapan diantaranya pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,

penyusunan rencana intervensi keperawatan, implementasi, dan evaluasi kegiatan. Praktik

asuhan keperawatan komunitas di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan

Pekanbaru dilaksanakan selama 2 minggu dimulai dari tanggal 4 November 2013 sampai

dengan 16 November 2013.

Praktik asuhan keperawatan ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan kegiatan. Tahap

pertama yaitu tahap persiapan atau pengkajian mencakup penyusunan intrumen (alat

pengumpul data kesehatan masyarakat). Kegiatan lainnya yaitu melakukan winshield

survey serta sosialisasi kepada masyarakat RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat. Tahapan

kedua yaitu merumuskan diagnosa keperawatan komunitas, dilanjutkan dengan

penyusunan intervensi keperawatan lalu pelaksanaan implementasi dan terakhir adalah

evaluasi keperawatan.

Pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas di RW 10 Kelurahan Sidomulyo

Barat Kecamatan Tampan Pekanbaru, selengkapnya akan diuraikan sebagai berikut :

A. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas diantaranya yaitu

penetapan lahan praktik, survey lokasi lahan praktik dan penyusunan instrumen (alat

pengumpulan data kesehatan masyarakat) yang mengacu pada pengkajian komunitas.

Penentuan lahan praktik telah ditetapkan di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat

Kecamatan Tampan Pekanbaru.

Pembuatan instrument dan POA dimulai pada hari senin tanggal 28 Oktober 2013

setelah penetepan lahan praktik. Selanjutnya kelompok melewati berbagai tahapan

persiapan yang didampingi oleh pembimbing praktik komunitas di kampus selama 3 hari.

Setelah itu tepat pada tanggal 4 November 2013 kelompok sudah turun langsung ke RW

29

Page 30: Laporann Ispa Print

10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Pekanbaru untuk orientasi wilayah

dan sosialisasi dengan masyarakat, tujuan kegiatan sosialisasi ini adalah untuk

memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pelaksanaan praktik keperawatan komunitas.

Pada tahapan sosialisasi ini kelompok juga melakukan wawancara dengan ketua RT serta

para kader di wilayah RW 10 sekaligus melakukan winshield survey untuk mendapatkan

gambaran kesehatan masyarakat RW 10 secara umum.

B. Tahap Pengkajian (Pengumpulan Data Kesehatan Masyarakat)

Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan beberapa teknik yaitu wawancara

menggunakan pertanyaan terbuka kepada masing-masing ketua RT dan beberapa

warga. Wawancara terstruktur juga dilakukan kepada ketua RW siaga, beberapa kader

yang ada di RW 10, dan ketua RT 02, 03, 04, 05, 06, 10, dan 11 .

Teknik selanjutnya yaitu melakukan winshield survey di sekitar RW 10 dan

melakukan observasi ke beberapa rumah yang menjadi sampel untuk mengetahui

kondisi lingkungan warga dan menemukan masalah kesehatan yang muncul. Melalui

hasil pengumpulan data masyarakat di RW10 Kelurahan Sidomulyo Barat Pekanbaru,

didapatkan data-data sebagai berikut :

1. Hasil windshield survey

a. Hasil windshield survey yang telah dilakukan di RW.10 Kelurahan

Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan diperoleh hasil bahwa sebagian besar

kondisi jalan belum diaspal sehingga jalanan berdebu apalagi saat siang hari.

b. Kualitas udara pada RW 10 sebagian besar terasa segar karena RW 10

merupakan kawasan perkebunan, hanya di beberapa area yang

terlihatdebuberterbangan (dipengaruhiolehkondisijalan yang

masihbelumberaspal) danbeberapasumberasapakibatpembakaransampah.

a. Pekarangan di halaman rumahwargamemilikilingkungan yang asri.

b. Terdapatbanyak sampah di parit-parit sekitar jalan RW 10

c. Terlihatsemakbelukar yang tumbuh liar di sekitarjalandantanah-tanahkosong

2. HasilObservasi

a. Terlihatjugabanyaknyamukberterbanganbaik di pagihari, siangmaupun sore

hari.

b. Masih ada beberapa rumah yang membakar sampah di halaman rumahnya.

30

Page 31: Laporann Ispa Print

3. Hasil wawancara

Dari hasil wawancara kelompok kepada beberapa warga, mereka mengaku

bahwa pengangkutan sampah tidak berjalan sesuai jadwal, kegiatan gotong

royong juga sudah lama tidak dilakukan di wilayah ini. Hal ini sesuai dengan

pernyataan yang sama oleh ketua kader RW SIAGA.

Berdasarkan data Laporan Praktik Profesi Mahasiswa di Kelurahan Sidomulyo

Barat Kecamatan Tampan (2013) didapatkan bahwa pada bulan April 2013

terdapat 55 orang dari 107 bayi dan balita yang menderita ISPA

C. Analisa Data

Data Diagnosa keperawatan

1. Hasil windshield survey

a. Sebagian besar kondisi jalan belum

diaspal sehingga jalanan berdebu

apalagi saat siang hari.

b. Kualitas udara pada RW 10

sebagian besar terasa segar karena

RW 10 merupakan kawasan

perkebunan, hanya di beberapa area

yang terlihat debu berterbangan

(dipengaruhi oleh kondisi jalan yang

masih belum beraspal) dan beberapa

sumber asap akibat pembakaran

sampah.

c. Terdapat banyak sampah di parit-

parit sekitar jalan RW 10 dan masih

ada beberapa rumah yang membakar

sampah di halaman rumahnya.

d. Terlihat semak belukar yang tumbuh

Resiko meningkatnya angka

kejadian penyakit menular akibat

lingkungan yang tidak sehat : ISPA di

RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat

Kecamatan Tampan berhubungan dengan

kurangnya motivasi masyarakat dalam

menciptakan lingkungan sehat.

31

Page 32: Laporann Ispa Print

liar di sekitar jalan dan tanah-tanah

kosong

2. Hasil Observasi

a. Terlihat banyak nyamuk

beterbangan baik di pagi, siang

maupun sore hari.

b. Masih ada beberapa rumah yang

membakar sampah di halaman

rumahnya.

c. Terdapat tumpukan sampah di

lingkungan RW 10 khususnya pada

parit-parit

3. Hasil wawancara

‐ terhadap seluruh ketua RT

didapatkan:

a. RT 10 memiliki sistem

pengangkutan sampah walaupun

tidak berjalan rutin sesuai jadwal,

namun pada RT lainnya tidak.

b. Kegiatan gotong royong di RW 10

terakhir dilakukan pada bulan .

- terhadap ketua kader RW Siaga:

4. Data Sekunder

Terdapat 55 dari 107 bayi dan

balita yang menderita ISPA di RW 10

32

Page 33: Laporann Ispa Print

BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai analisis masing-masing tahapan yang telah dilakukan

pada Praktik Keperawatan Komunitas di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan

Tampan. Analisa yang akan ditampilkan mencakup kelebihan dan kekurangan serta faktor-

faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka

implementasi komunitas.

A. Tahap Persiapan

Praktik keperawatan komunitas bertujuan membantu pelayanan kesehatan di

komunitas untuk mendirikan masyarakat menyelesaikan masalah kesehatannya dengan

menekankan pada pelayanan kesehatan utama melalui strategi promosi kesehatan,

proses kelompok, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan pada kelompok masyarakat

sehat maupun sakit.

Tahap persiapan yang dilalui mahasiswa meliputi pendekatan kepada Ketua RW10

Kelurahan sidomulyo barat, Ketua RW siaga dan para Ketua RT yang berada diwilayah

RW 10. Setelah melakukan pendekatan akhirnya mahasiswa memperoleh tempat untuk

berkumpul selama jadwal praktik secara percuma. Selain melakukan pendekatan

dengan pemuka masyarakat, mahasiswa juga membuat instrument pengkajian berupa

lembar windshield survey, dan lembar wawancara yang ditujukan kepada Ketua RW,

Ketua RW siaga, Ketua RT, dan Kader posyandu.

Seluruh kegiatan dapat dilaksanakan oleh mahasiswa karena adanya beberapa

faktor pendukung yaitu:

1. Kemampuan mahasiswa dalam melakukan pendekatan kepada para pemuka

masyarakat membuat terjalinnya komunikasi yang baik antara mahasiswa dan

para pemuka masyarakat.

2. Peran yang aktif dan terbuka dari Ketua RT dalam menyambut mahasiswa serta

mendiskusikan ketercapaian keterlaksanaan program.

3. Lokasi tempat berkumpul mahasiswa berada ditengah-tengah pemukiman

masyarakat.

Namun di samping itu mahasiswa juga menemukan beberapa kendala, di

antaranya:

33

Page 34: Laporann Ispa Print

1. Masih adanya beberapa warga yang belum termotivasi untuk mengikuti kegiatan.

2. Keterbatasan waktu masyarakat sehingga tidak dapat berpartisipasi dalam

kegiatan yang direncanakan.

B. Tahap Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya pengumpulam data secara lengkap dan sistematis

terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis, shingga maslah kesehatan yang

dihadapi oleh masyarakat, baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut

permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosiologis, ekonomi maupaun spiritual dapat

ditentukan. Pengkajian mengacu pada pengumpulan data kesehtan masyarakat,

emmantau status kesehatan masyarakat, kebutuhan akan kesehatan masalah kesehatan

yang terjaddi, cara memperoleh informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan yang

ada di masyarakat (Hitchcock, Schubert & Thomas,2003).

Dalam melakukan pengkajian terdapat beberapa bagian yaitu lima kegiatan mulai

dari pengumpulan data, pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan

masalahkesehatan masyarakat dan prioritas masalah. Selain itu juga berdasarkan oleh

model keperawatan.

Dalam keperawatan komunitas terdapat beberapa model keperawatan diantaranya

teori lingkungan oleh nightingake, self-care model oleh orem, adaptation model dri

roy, health care system model oleh betty neumandan community as client or

partnership model oleh McFarlen (mendfora,2010)

Hasil pengkajian di wilayah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan

Tampan didapatkan dengan menggunakan beberapa metode di antaranya dengan

menggunakan data sekunder, winshield survey (community on foot), dan wawancara.

Metode-metode ini dilaksanakan mahasiswa karena mengingat waktu yang tersedia

tidak banyak sehingga mahasiswa tidak melakukan penyebaran angket.

Data sekunder yang digunakan selama tahap pengkajian mencakup jumlah RT

yang ada di wilayah RW 10, Winshield survey dilakukan pada tanggal 04-05

November 2013 dengan mengelilingi dan mengobservasi wilayah target pengkajian.

Metode wawancara ditujukan pada beberapa orang key person di antaranya para

Ketua RT yang ada di RW 10, dan ketua kader RW SIAGA Kepala tanggal 04-05

November 2013.

Dari hasil wawancara kelompok kepada beberapa warga, mereka mengaku bahwa

pengangkutan sampah tidak berjalan sesuai jadwal, kegiatan gotong royong juga sudah

34

Page 35: Laporann Ispa Print

lama tidak dilakukan di wilayah ini. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh

ketua kader RW SIAGA. sementara hasil winshield survey yang dilakukan saat ini di

lingkungan RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, diperoleh hasil bahwa

sebagian besar kondisi jalan belum diaspal sehingga jalanan berdebu apalagi saat siang

hari, tumpukan sampah juga terlihat di sekitar rumah warga.

Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan kader dan beberapa warga diperoleh

bahwa masih ada beberapa ibu yang kurang memahami cara penatalaksanaan demam dan

cara perawatan yang tepat bagi anak balitanya di rumah saat mengalami demam 7 dari 10

ibu mengatakan jika anaknya demam akan langsung dibawa ke rumah bidan ataupun

puskesmas. Tanpa ada perawatan pertama dirumah. Oleh karena itu, diperlukan informasi

yang dibutuhkan oleh ibu terkait penatalaksanaan demam dan cara perawatan yang tepat di

rumah sebelum anak di bawa ke puskesmas.

Berdasarkan hasil pengkajian juga ditemukan adanya tempat usaha pribadi yang

terdapat di wilayah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat. Salah satu usahanya adalah usaha

pengetaman kayu. Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan bahwa usaha

pengetaman ini berisiko untuk terjadi low back pain. Selain itu juga para pekerja di

pengetaman kayu tersebut tidak menggunakan alat perlindungan diri. Kondisi lingkungan

kerja di lokasi pengetaman kayu yang langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan

lembab dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pernapasan dan kulit,

posisi para pekerja saat bekerja juga rentan untuk terjadinya cedera. Berdaasarkan hasil

observasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa tidak semua pekerja menggunakan alat

pelindung diri ketika bekerja dan posisi yang digunakan ketika bekerja juga sangat

berisiko tinggi untuk terjadinya nyeri pinggang atau low back pain.

Hasil wawancara dengan pekerja pengetaman pada tanggal 12 November 2013

didapatkan bahwa beberapa pekerja pernah mengalami gangguan pada kulit yang

diakibatkan oleh jenis kayu tertentu dan tidak jarang pula para pekerja yang mengalami

gangguan pada sistem pernafasan yang dikarenakan tidak adanya alat pelindung diri yang

digunakan ketika bekerja. Beberapa para pekerja pengetaman juga tidak sedikit yang

mengeluh pernah mengalami nyeri pinggang.

Kegiatan pengkajian dapat diselesaikan oleh mahasiswa karena beberapa

faktor pendukung, di antaranya:

1. Kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan maksud dan tujuan

dilakukannya pendataan (pengkajian) kepada masyarakat.

35

Page 36: Laporann Ispa Print

2. Dukungan dari Ketua-ketua RT serta Ketua RW SIAGA dalam bentuk

memberikan keterangan saat mahasiswa melakukan wawancara.

3. Adanya instrument pengkajian yang telah diususun oleh mahasiswa dan

dikonsultasikan dengan pembimbing.

Selama pelaksanaan kegiatan pengkajian mahasiswa juga menemukan

beberapa kendala, di antaranya:

1. Luasnya wilayah RW 10 membuat mahasiswa cukup kesulitan dalam

mengkumpulkan data karena mahasiswa kurang mengetahui wilayah RW 10.

2. Kurangnya peran serta dari kader RW SIAGA yang lainnya.

3. Sulitnya bertemu dengan Ketua RW yang membuat koordinasi kegiataan lebih

dominan kepada para Ketua RT dan Ketua RW SIAGA

C. Tahap Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap respon individu,

keluarga dan masyarakat terhadap masalah kesehatan dan proses kehidupan actual atau

potensial (NANDA dalam Potter dan Perry, 2005). Diagnosa keperawatan komunitas

terdiri dari tiga bagian, yaitu gambaran masalah yang merupakan respon atau kondisi

masyarakat, faktor penyebab yang berhubungan dengan masalah, serta tanda dan gejala

yang mendukung (Anderson & Mc Farlane, 2000). Stanhope dan Lancaster (2004)

menjelaskan terdapat tiga komponen format diagnosa keperawatan komunitas yang

bersifat risiko, aktual dan potensial.

Diagnosa aktual adalah diagnosa keperawatan yang masalahnya benar-

benar terjadi. Diagnosa risiko adalah diagnosa keperawatan yang masalahnya belum

terjadi tetapi setelah ditemukan data-data yang mendukung untuk timbulnya masalah,

sedangkan diagnosa potensial adalah diagnosa keperawatan yang mengacu kepada

peningkatan derajat kesehatan. Dalam hal ini mahasiswa menemukan masalah tetapi

masalah tersebut belum terjadi saat ini sehingga didapatkan diagnosa yaitu resiko yang

didukung oleh beberapa data yang mendukung diantaranya dari hasil survey pengkajian

yang dilakukan pada bulan April 2013 terdapat 55 dari 107 bayi dan balita yang

menderita ISPA. Tingginya anagka kejadian ISPA disebabkan oleh faktor internal yaitu

system imun yang dimiliki balita dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan

yang tidak sehat yang dapat mempengaruhi dan melemahkan system imunitas balita

karena proses masuknya virus, bakteri atau kuman-kuman penyakit tersebut dimulai

36

Page 37: Laporann Ispa Print

dari system pernapasan sehingga penyakit system pernapasan lebih banyak. Dari hasil

wawancara kelompok kepada beberapa warga, mereka mengaku bahwa pengangkutan

sampah tidak berjalan sesuai jadwal, kegiatan gotong royong juga sudah lama tidak

dilakukan di wilayah ini. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh ketua

kader RW SIAGA. sementara hasil winshield survey yang dilakukan saat ini di

lingkungan RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, diperoleh hasil

bahwa sebagian besar kondisi jalan belum diaspal sehingga jalanan berdebu apalagi saat

musim kemarau.

Pada kegiatan tambahan dalam usaha kesehatan kerja di RW 10 Kelurahan

Sidumulyo Barat Kecamatan Tampan khusunya usaha pengetaman kayu juga

didapatkan Hasil observasi kondisi lingkungan kerja di lokasi pengetaman kayu yang

langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan lembab dapat menyebabkan berbagai

gangguan kesehatan pada pernapasan dan kulit, posisi para pekerja saat bekerja juga

rentan untuk terjadinya cedera. Pekerja pada umunyatidak menggunakan alat pelindung

diri ketika bekerja dan posisi yang digunakan ketika bekerja juga sangat berisiko tinggi

untuk terjadinya nyeri pinggang atau low back pain.

Dari masalah yang ditemukan tersebut diagnosa keperawatan yang dilakukan

intervensi yaitu diagnosa:

1. Resiko meningkatnya angka kejadian penyakit menular akibat lingkungan

yang tidak sehat : ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan

Tampan berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam

menciptakan lingkungan sehat.

2. Resiko terjadinya nyeri pinggang atau low back pain pada pekerja

pengataman kayu Puja Indah RW 10 kelurahan sidomulyo Barat kecamatan

Tampan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

3. Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan

Sidumulyo Barat Kecamatan Tampan berhuungan dengan kurangnya

informasi khusunya ibu- ibu memiliki balira dalam mengatasi demam.

D. Tahap Intervensi Keperawatan

Setelah ditemukan diagnose keperawatan komunitas pada masyarakat di wilayah

RW.10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, maka langkah berikutnya yang

dilakukan mahasiswa adalah merumuskan perencanaan atau Planning of Action (POA)

untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas tersebut.

37

Page 38: Laporann Ispa Print

Menurut Mc. Farley & Anderson (2002), strategi intervensi terdiri dari promosi

kesehatan, pelayanan kesehatan, kegiatan kelompok dan pemberdayaan masyarakat.

Pelaksanaan rencana kegiatan difokuskan pada kegiatan promosi kesehatan, pencegahan

penyakit tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatof. Penyusunan rencana ini sesuai

dengan model keperawatan komunitas yang digunakan dengan pendekatan intervensi

primer, sekunder dan rehrehabilitative.

Factor pendukung dalam pelaksanaan intervensi keperawatan komunitas adalah

masyarakat menyadari bahwa masalah kesehatan yang ditemukan serta dirumuskan oleh

mahasiswa adalah hal yang nyata dirasakan oleh masyarakat. Factor penghambat yang

ditemukan mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan adalah sulitnya

mengumpulkan masyarakat karena kesibukan masyarakat dalam bekerja.

Adapun rencana intervensi keperawatan komunitas pada masing-masing diagnose

yang diangkat adalah sebagai berikut:

1. Resiko meningkatnya angka kejadian penyakit menular akibat lingkungan yang

tidak sehat : ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan

berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam menciptakan

lingkungan sehat.

2. Resiko terjadinya nyeri pinggang atau low back pain pada pekerja pengataman

kayu Puja Indah RW 10 kelurahan sidomulyo Barat kecamatan Tampan

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja tentang Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3).

3. Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan Sidumulyo

Barat Kecamatan Tampan berhuungan dengan kurangnya informasi khusunya ibu-

ibu memiliki balira dalam mengatasi demam.

Intervensi keperawatan komunitas:

1. Dx: Resiko meningkatnya angka kejadian penyakit menular akibat lingkungan

yang tidak sehat : ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan

berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam menciptakan

lingkungan sehat.

a. Penyuluhan kesehatan tentang: konsep kesehatan lingkungan.dan penyakit

ISPA; pencegahan dan perawatannya.

38

Page 39: Laporann Ispa Print

b. Penyebaran media informasi (Leaflet, Poster) tentang konsep lingkungan sehat

dan pentingnya tindakan preventif terhadap penyakit ISPA.

2. Dx: Resiko terjadinya nyeri pinggang atau low back pain pada pekerja pengataman

kayu Puja Indah RW 10 kelurahan sidomulyo Barat kecamatan Tampan

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja tentang Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3).

a. Penyuluhan kesehatan tentang upaya keselamatan kerja keluarga dalam

mencegah terjadinya Low Back Pain (LBP): pengertian, penyebab, pencegahan

dan perawatan LBP, serta Alat Pelindung Diri (APD) yang dapat digunakan

dalam lingkungan kerja.

b. Penyebaran media informasi, berupa Leaflet tentang LBP dan APD yang wajib

digunakan dalam lingkungan kerja.

3. Dx: Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan Sidumulyo

Barat Kecamatan Tampan berhuungan dengan kurangnya informasi khusunya ibu-

ibu memiliki balira dalam mengatasi demam.

a. Penyuluhan mengenai tata laksana penanganan demam yang dapat dilakukan

di rumah, yaitu kompres hangat dan obat tradisional: bawang merah dan

minyak makan.

b. Penyebaran media informasi, berupa Leaflet tentang konsep lingkungan sehat

dan pentingnya tindakan preventif terhadap penyakit demam dan penanganan

demam dengan kompres hangat dan obat tradisional

Mahasiswa dapat menetapkan rencana intervensi yang telah dipaparkan di atas

karena adanya beberapa factor pendukung, diantaranya:

a. Wawasan mahasiswa dalam menyusun rencana keperawatan dan POA

sehingga kegiatan yang direncanakan lebih terjadwal.

b. Terbinanya kerja sama yang baik antara mahasiswa dan pengurus RT setempat

serta masyarakat RW.18 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan

c. Adanya kesediaan dari salah satu warga untuk menberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk melakukan penyuluhan dalam acara wirid se-RT.

Selama menyusun rencana intervensi mahasiswa juga menemukan beberapa

kendala, diantaranya:

39

Page 40: Laporann Ispa Print

1. Lokasi penyuluhan yang tidak dapat dipastikan sesegera mungkin. Pada rencana

awal, penyuluhan akan dilakukan di lapangan Asabri pada hari Minggu. Namun,

pada akhirnya mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan penyuluhan dalam

acara wirid di salah satu rumah warga pada hari Jumat.

2. Persiapan yang terburu-buru karna acara wirid dilangsungkan lebih cepat dari hari

yang direncanakan di awal, yaitu hari Minggu

E. Tahap Implementasi

Setelah disusun perencanaan (POA) yang telah disepakati bersama

masyarakat, maka akan dilakukan pelaksanaan dari rencana tersebut. Pelaksanaan

kegiatan dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat. Menurut teori Mc. Farly dan

Anderson (2002), dijelaskan bahwa dalam melakukan suatu tindakan perlu adanya

perumusan strategi untuk kegiatan sertaa bagaimana agar tindakan yang dilakukan

mencapai suatu tujuan. Strategi yang digunakan yaitu promosi kesehatan dan

pendidikan kesehatan.

Berikut pembahasan kegiatan implementasi yang telah dilakukan di

RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan yang disusun berdasarkan

diganosa prioritas:

a. Implementasi untuk diagnosa resiko meningkatnya angka penyakit akibat

lingkungan yang tidak sehat: ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat

Kecematan Tampan berhubungan dengan kurangnya motivasi masayarakat

dalam menciptakan lingkungan yang sehat :

Penyuluhan dan penyebaran leaflet tentang kesehatan lingkungan

dan penyakit-penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat (ISPA)

Penyuluhan kesehatan tentang ISPA dilaksanakan pada hari

jum’at tanggal 08 November 2013 di rumah warga RW 10 tepatnya di RT

06 pada pukul 14.30 - 15.30 WIB dengan menggunakan strategi

pendidikan kesehatan. Peserta yang hadir sebanyak 24 orang ibu dan 10

orang anak.

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu untuk

mengajarkan perawatan sederhana pada penderita penyakit Infeksi Saluran

pernapasan Akut (ISPA) di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat

Kecamatan Tampan. Berdasarkan hasil winshield survey yang dilakukan di

lingkungan RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan,

diperoleh hasil bahwa sebagian besar kondisi jalan belum diaspal sehingga

40

Page 41: Laporann Ispa Print

jalanan berdebu apalagi saat siang hari, tumpukan sampah juga terlihat di

sekitar rumah warga, sehingga menjadi salah satu faktor resiko terjadinya

ISPA di wilayah RW 10.

Faktor Pendukung

Penerimaan yang sangat baik serta kesempatan yang

diberikan tuan rumah membuat kegiatan ini tetap bisa terlaksana sesuai

dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.

Faktor Penghambat

Beberapa faktor penghambat yang ditemukan dalam kegiatan ini

adalah:

- Waktu kegiatan dilaksanakan terlambat dari waktu yang ditentukan

karena dalam perjalanan menuju tempat penyuluhan terjadi beberapa

masalah akibat kondisi jalan yang kurang baik dan licin.

- Layar dan infokus tidak dapat digunakan sehingga penyampaian materi

hanya lisan dari presentator.

- Keterbatasan ruangan juga membuat fasilitator tidak dapat berbaur

dengan masyarakat. Namun fasilitator tetap mencoba menempatkan

posisi di tengah-tengah peserta dan berusaha membina interaksi.

- Ibu-ibu sebagai peserta penyuluhan kesehatan kurang kooperatif, kurang

antusias memberikan feedback kepada setiap interaksi yang diberikan

presentator. Hal ini mungkin terjadi karena keterlambatan mahasiswa

dan keinginan ibu-ibu yang tidak ingin mengulur waktu.

Rencana Tindak Lanjut

Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di praktexkkan

ketika ada anggota keluaga yang menderita ISPA oleh warga, khususnya

peserta penyuluhan. Serta pemberian informasi kesehatan secara berkala

tentang penyakit ISPA oleh pihak puskesmas maupun kader RW Siaga.

b. Kegiatan diluar diagnosa prioritas

a) Resiko terjadinya nyeri pinggang atau Low Back Pain pada pekerja

pengetaman kayu Puja Indah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat

Kecamatan Tampan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja

tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Kegiatan Usaha Kesehatan Kerja (UKK) : Memberikan

penyuluhan dan penyebaran leaflet tentang masalah kesehatan

41

Page 42: Laporann Ispa Print

yang dapat terjadi akibat kerja serta Alat Pelindung Diri yang

harus digunakan khususnya Low back Pain.

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari kamis, 15 November

2013 pukul 15.10 WIB s/d 16.00 WIB di Pengetaman Kayu“Puja

Indah” RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan.

dengan menggunakan strategi pendidikan kesehatan. Peserta yang hadir

sebanyak 7 orang karyawan.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan penyuluhan

tentang masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat kerja, sehingga

diharapkan karyawan pengetaman kayu Puja Indah di RW 10

Kelurahan Sidomulyo Barat memahami tentang masalah kesehatan

yang dapat terjadi akibat kerja yaitu gangguan pada sistem pernafasan

dan kulit serta nyeri pinggang atau low back pain.

Kondisi lingkungan kerja di lokasi pengetaman kayu yang

langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan lembab dapat

menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pernapasan dan kulit,

posisi para pekerja saat bekerja juga rentan untuk terjadinya cedera.

Berdaasarkan hasil observasi yang telah dilakukan menunjukan bahwa

tidak semua pekerja menggunakan alat pelindung diri ketika bekerja

serta posisi yang digunakan ketika bekerja juga sangat berisiko tinggi

untuk terjadinya nyeri pinggang atau low back pain.

Faktor Pendukung

Beberapa faktor pendukung yang ditemukan dalam kegiatan ini

adalah:

- Tersedianya sarana untuk pelaksanaan kegiatan usaha kesehatan

kerja di pengetaman kayu Puja Indah di RW 10 Kelurahan

Sidomulyo Barat.

- Adanya dukungan dari pemilik dan karyawan di pengetaman kayu

Puja Indah di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat, untuk

berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan penyuluhan.

- Adanya antusiasme dari peserta dalam mengikuti kegiatan

penyuluhan.

-

Faktor Penghambat

42

Page 43: Laporann Ispa Print

Beberapa faktor penghambat yang ditemukan dalam kegiatan

ini adalah:

- Keterlambatan dalam memulai acara 10 menit dari waktu yang telah

ditentukan karena menunggu dosen pembimbing yang sedang

melakukan supervisi pada praktik keperawatan keluarga.

- Suasana yang kurang kondusif menjadi kendala dalam acara ini, hal

ini terjadi saat penyampaian materi microphone sedikit bermasalah

sehingga suara pemateri menjadi hilang timbul.

- Ketika pemberian materi posisi tidur yang benar, tidak dapat

dipraktekkan karena kondisi tempat yang tidak memungkinkan

sehingga hanya ditampilkan dalam bentuk gambar saja.

Rencana Tindak Lanjut

Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di praktekkan

ketika melakukan pekerjaan oleh karyawan di pengetaman kayu Puja

Indah di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat.

b) Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan

Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan berhubungan dengan kurangnya

informasi khususnya ibu-ibu yang memiliki balita dalam mengatasi demam.

Kegiatan di Posyandu: Penyuluhan dan penyebaran leaflet tentang

penatalaksaan demam pada anak

Penyuluhan kesehatan tentang Penatalaksanaan demam pada

anak dilaksanakan pada hari rabu tanggal 06 November 2013 di rumah

posyandu Anggrek putih RW 10 pada pukul 10.00 - 10.50 WIB dengan

menggunakan strategi pendidikan kesehatan. Peserta yang hadir

sebanyak 19 orang ibu. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini yaitu

untuk mengajarkan penatalaksanaan demam di RW 10 Kelurahan

Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan pekanbaru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kader dan beberapa

warga diperoleh bahwa masih ada beberapa ibu yang kurang

memahami cara penatalaksanaan demam dan cara perawatan yang tepat

bagi anak balitanya di rumah saat mengalami demam. Oleh karena itu,

diperlukan informasi yang dibutuhkan oleh ibu terkait penatalaksanaan

demam dan cara perawatan yang tepat di rumah sebelum anak di bawa

ke puskesmas.

43

Page 44: Laporann Ispa Print

Faktor Pendukung

Beberapa factor yang mendukung dalam kegiatan ini adalah:

- Tersedianya sarana yang mendukung dilaksanakannya kegiatan

penyuluhan.

- Adanya dukungan dan kesempatan yang diberikan oleh kader

posyandu membuat kegiatan penyuluhan dapat terlaksana dengan

baik dan lancar.

- Adanya antusiasme dari peserta dalam mengikuti kegiatan

penyuluhan.

Faktor Penghambat

Beberapa faktor penghambat yang ditemukan dalam kegiatan

ini adalah:

- Keterbatasan ruangan membuat fasilitator tidak dapat membaur

dengan peserta.Sehingga fasilitator tidak dapat melaksanakan tugas

sebagaimana mestinya.

- Faktor cuaca juga mempengaruhi jumlah kunjungan ibu-ibu ke

Posyandu lebih sedikit dari biasanya.

- Adanya kunjungan tidak terduga dari anggota DPDR Kota

Pekanbaru membuat acara penyuluhan ini tidak sesuai jadwal atau

mundur dari jadwal yang telah direncanakan.

Rencana Tindak Lanjut

Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di praktekkan

oleh ibu-ibu di RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan

ketika ada anak atau anggota keluaga yang mengalami demam, serta

pemberian informasi kesehatan secara berkala tentang penyakit demam

dan penatalaksanaannya oleh pihak puskesmas maupun kader RW

Siaga.

F. Evaluasi

1. Diagnosa 1:

ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan berhubungan

dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam menciptakan lingkungan sehat.

a) Penyuluhan dan penyebaran leaftlet tentang perawatan sederhana infeksi

saluran pernafasan akut (ISPA)

44

Page 45: Laporann Ispa Print

Rencana tindak lanjut ditujukan kepada setiap aparat yang ada.

Pihak RT maupun RW diharapkan tetap melakukan kegiatan- kegiatan

bermanfaat terkait masalah lingkungan secara berkala serta menerapkan

ilmu yang di peroleh dari kegitan penyuluhan. Kegiatan tersebut dapat

dilaksanakan oleh masyarakat, kader posyandu, anggota RW siaga di RW

10 kelurahan sidomulyo barat kecamatan tampan. Pihak kelurahan serta

puskesmas juga berperan aktif untuk mendukung dan mengawasi kegiatan

yang terkait masalah kesehatan.

2. Diagnosa 2:

Resiko terjadinya nyeri pinggang atau low back pain pada pekerja pengataman

kayu Puja Indah RW 10 kelurahan sidomulyo Barat kecamatan Tampan

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja tentang Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3)

a) Penyuluhan dan penyebaran leaflet tentang masalah kesehatan yang dapat

terjadi akibat kerja serta alat pelindung diri yang harus digunakan, khusunya

low back pain.

Rencana tindak lanjutdi tujukan pada pekerja maupun karyawan

pengetaman kayu Puja Indah di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat

Kecamatan Tampan untuk dapat menerapakan ilmu yang telah di berikan

lewat penyuluhan maupun penyebaran leaftlet. Pemilik usaha rutin

mengawasi dan mengontrol keselamatan kesehata kerja karyawannya.

3. Diagnosa 3:

Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan Sidumulyo

Barat Kecamatan Tampan berhuungan dengan kurangnya informasi khusunya

ibu- ibu memiliki balira dalam mengatasi demam.

a) Penyuluhan dan penyebaran leftlet tentang manajemen demam

Rencana tindak lanjut ditujukan kepada semua pihak yang ada.

Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di praktekkan oleh ibu-ibu

maupun masyarakat di RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan

Tampan ketika ada anak atau anggota keluaga yang mengalami demam.

Pihak RT maupun RW diharapkan tetap melakukan kegiatan- kegiatan

bermanfaat terkait masalah kesehatan secara berkala yang bisa dilaksanakan

oleh masyarakat, kader posyandu, anggota RW siaga di RW 10 kelurahan

45

Page 46: Laporann Ispa Print

sidomulyo barat kecamatan tampan. Pihak kelurahan serta puskesmas juga

berperan aktif untuk mendukung dan mengawasi kegiatan yang terkait

masalah kesehatan.

BAB V

PENUTUP

46

Page 47: Laporann Ispa Print

A. Kesimpulan

1. Hasil pengkajian di wilayah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan

Tampan didapatkan dengan menggunakan beberapa metode di antaranya dengan

menggunakan data sekunder, winshield survey (community on foot), dan

wawancara. Dari hasil wawancara kelompok kepada beberapa warga, mereka

mengaku bahwa pengangkutan sampah tidak berjalan sesuai jadwal, kegiatan

gotong royong juga sudah lama tidak dilakukan di wilayah ini. Hal ini sesuai

dengan apa yang telah dikatakan oleh ketua kader RW SIAGA. sementara hasil

winshield survey yang dilakukan saat ini di lingkungan RW 10 kelurahan

Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, diperoleh hasil bahwa sebagian besar

kondisi jalan belum diaspal sehingga jalanan berdebu apalagi saat siang hari,

tumpukan sampah juga terlihat di sekitar rumah warga. Selain itu berdasarkan

hasil wawancara dengan kader dan beberapa warga diperoleh bahwa masih ada

beberapa ibu yang kurang memahami cara penatalaksanaan demam dan cara

perawatan yang tepat bagi anak balitanya di rumah saat mengalami demam 7

dari 10 ibu mengatakan jika anaknya demam akan langsung dibawa ke rumah

bidan ataupun puskesmas. Tanpa ada perawatan pertama dirumah. Oleh karena

itu, diperlukan informasi yang dibutuhkan oleh ibu terkait penatalaksanaan

demam dan cara perawatan yang tepat di rumah sebelum anak di bawa ke

puskesmas.

Berdasarkan hasil pengkajian juga ditemukan adanya tempat usaha

pribadi yang terdapat di wilayah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat. Salah satu

usahanya adalah usaha pengetaman kayu. Dari hasil wawancara dan observasi

didapatkan bahwa usaha pengetaman ini berisiko untuk terjadi low back pain.

Selain itu juga para pekerja di pengetaman kayu tersebut tidak menggunakan

alat perlindungan diri. Kondisi lingkungan kerja di lokasi pengetaman kayu

yang langsung berhubungan dengan debu, sampah, dan lembab dapat

menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada pernapasan dan kulit, posisi

para pekerja saat bekerja juga rentan untuk terjadinya cedera.

2. Berdasarkan hasil pengkajian telah dilakukan dapat diangkat 1 diagnosa prioritas

keperawatan komunitas dan 2 diagnosa diluar kegiatan diagnose prioritas yaitu

kegiatan UKK dan posyandu :

a. Resiko meningkatnya angka kejadian penyakit menular akibat lingkungan

yang tidak sehat : ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan

47

Page 48: Laporann Ispa Print

Tampan berhubungan dengan kurangnya motivasi masyarakat dalam

menciptakan lingkungan sehat.

b. Resiko terjadinya nyeri pinggang atau low back pain pada pekerja

pengataman kayu Puja Indah RW 10 kelurahan sidomulyo Barat kecamatan

Tampan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pekerja tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

c. Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan

Sidumulyo Barat Kecamatan Tampan berhuungan dengan kurangnya

informasi khusunya ibu- ibu memiliki balira dalam mengatasi demam.

3. Setelah diangkat diagnose maka kami melakukan implemetasi sesuai dengan

diagosa yang telah dibuat.

a. Implementasi untuk diagnosa resiko meningkatnya angka penyakit akibat

lingkungan yang tidak sehat: ISPA di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat

Kecematan Tampan berhubungan dengan kurangnya motivasi masayarakat

dalam menciptakan lingkungan yang sehat : Penyuluhan dan penyebaran

leaflet tentang kesehatan lingkungan dan penyakit-penyakit akibat

lingkungan yang tidak sehat (ISPA)

b. Kegiatan diluar diagnosa prioritas

1) Resiko terjadinya nyeri pinggang atau Low Back Pain pada pekerja

pengetaman kayu Puja Indah RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat

Kecamatan Tampan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

pekerja tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

Kegiatan Usaha Kesehatan Kerja (UKK) : Memberikan penyuluhan

dan penyebaran leaflet tentang masalah kesehatan yang dapat terjadi

akibat kerja serta Alat Pelindung Diri yang harus digunakan khususnya

Low back Pain.

2) Resiko meningkatnya angka kejadian demam di RW 10 Kelurahan

Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan berhubungan dengan kurangnya

informasi khususnya ibu-ibu yang memiliki balita dalam mengatasi

demam.

Kegiatan di Posyandu: Penyuluhan dan penyebaran leaflet

tentang penatalaksaan demam pada anak.

Faktor pendukung

48

Page 49: Laporann Ispa Print

1. Kemampuan mahasiswa dalam melakukan pendekatan kepada para pemuka

masyarakat membuat terjalinnya komunikasi yang baik antara mahasiswa dan

para pemuka masyarakat.

2. Peran yang aktif dan terbuka dari Ketua RT dalam menyambut mahasiswa serta

mendiskusikan ketercapaian keterlaksanaan program.

3. Lokasi tempat berkumpul mahasiswa berada ditengah-tengah pemukiman

masyarakat.

4. Dukungan dari Ketua-ketua RT serta Ketua RW SIAGA dalam bentuk

memberikan keterangan saat mahasiswa melakukan wawancara

5. Adanya kesediaan dari salah satu warga untuk menberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk melakukan penyuluhan dalam acara wirid se-RT.

Faktor penghambat

1. Masih adanya beberapa warga yang belum termotivasi untuk mengikuti kegiatan.

2. Keterbatasan waktu masyarakat sehingga tidak dapat berpartisipasi dalam

kegiatan yang direncanakan.

3. Luasnya wilayah RW 10 membuat mahasiswa cukup kesulitan dalam

mengkumpulkan data karena mahasiswa kurang mengetahui wilayah RW 10.

4. Kurangnya peran serta dari kader RW SIAGA yang lainnya.

5. Sulitnya bertemu dengan Ketua RW yang membuat koordinasi kegiataan lebih

dominan kepada para Ketua RT dan Ketua RW SIAGA

6. Layar dan infokus tidak dapat digunakan sehingga penyampaian materi hanya

lisan dari presentator.

B. Saran

1. Bagi warga RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan

2. Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di terapkan ketika mengalami

masalah kesehatan seperti ISPA dan Demam

3. Bagi karyawan di pengetaman kayu Puja Indah

4. Pengetahuan yang telah di berikan agar dapat di terapkan ketika bekerja oleh

karyawan di pengetaman kayu Puja Indah di RW 10 Kelurahan Sidomulyo Barat.

5. Bagi pihak puskesmas dan kader RW Siaga

49

Page 50: Laporann Ispa Print

6. Pihak puslesmas dan Kader RW Siaga diharapkan dapat memberikan informasi

kesehatan secara berkala kepada masyarakat di RW 10 kelurahan Sidomulyo Barat

Kecamatan Tampan.

7. Bagi pemilik pengetaman kayu Puja Indah

8. Pemilik pengetaman kayu Puja Indah diharapkan secara rutin memantau

keselamatan karyawan yang sedang bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

50

Page 51: Laporann Ispa Print

Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2006). Community as partner: Theory and practice in

nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott

Hidayat Aziz Halimul. (2004). Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba

Medika.

Notoatmodjo, S.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Mubarak, I.W. (2006). Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: CV.

Sagung Seto.

Mubarak , I. W. (2009). Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas 1. Jakarta: CV.

Sagung Seto.

Stanhope, M &Lancester, J.(2000). Community & Public health nursing. Missouri: Mosby.

Sumijatun, dkk. (2006). Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC.

51