asuhan keperawatan ispa, pertusis,dan difteri.pptx

Upload: pepiiae

Post on 09-Oct-2015

120 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Asuhan Keperawatan ISPA, Pertusis,dan Difteri

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK dengan ISPA, PERTUSIS, dan DIFTERIBy : Kelompok 3

FEBYANA DWI CAHYANTI1313111333051YUNITA DESI SANTOSO1313111333054SITI AISYAH ZANTA PRADANA 1313111333057MARITA SELVIA 1313111333060IKA WAHYU WIDYAH R.1313111333063FEBRINA RAMADHANI1313111333066SINTA PRADIKTA1313111333069YUNITA FAUZIAH1313111333072 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERSFAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS AIRLANGGA2014Sub pokok bahasanAnatomi dan fisiologi sistem pernapasanDefinisi ISPA, Difteri, dan PertusisPatofisiologis ISPA, Difteri, dan PertusisManifestasi klinisISPA, Difteri, dan PertusisPemeriksaan diagnnostik ISPA, Difteri, dan PertusisPenatalaksanaan ISPA, Difteri, dan PertusisKomplikasi ISPA, Difteri, dan PertusisPrognosis ISPA, Difteri, dan PertusisWOC dari ISPA, Difteri, dan PertusisAsuhan keperawatan pada pasien anak dengan kasus ISPA, Difteri, dan PertusisAnatomi dan fisiologis sistem pernapasan

Pernapasan atau sistem respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan oksigen (O2) kemudian oksigen yang berada di luar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ-organ pernapasan, dan pada keadaan tertentu bila tubuh kelebihan karbon dioksida(CO2) maka tubuh akan berusaha untuk mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan nafas (ekspirasi)

Anatomi sistem pernapasanpenjabaranHidungTersusun dari tulang kartilago hialin dan jaringan fibroaerolar., berfunsi sebagai Menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara

FaringFaring adalah tabung muskular berukuran 12.5 cm. Terdiri dari nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Faring merupakan saluran bersama untuk udara dan makanan.LaringLaring adalah tabung pendek dan ditopang oleh sembilan kartilago, terdapat Epiglotis yang akan menutup pada saat menelan dan juga merupakan batas antara saluran napas atas dan napas bawahTrakeaTrakea adalah tuba dengan panjang 10-12 cm yang terletak di anterior esofagus. Tersusun dari 16-20 cincin kartilago berbentuk C yang diikat bersama jaringan fibrosa BronkusBronkus merupakan percabangan dari trakea. Setiap bronkus primer bercabang membentuk bronkus sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin mengecil dan menyempitBronkioulusMerupakan jalan napas intralobular dengan diameter 5 mm, tidak memiliki tulang rawan maupun kelenjar di dalam mukosanya ParuParu-paru adalah organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. paru kanan terbagi menjadi 3 lobus dan paru kiri terbagi menjadi 2 lobusAlveolus Alveoulus adalah kantung udara berukuran sangat kecil. Merupakan akhir dari bronkioulus respiratorius sehingga memungkinkan pertukaran oksigen dan karbondioksida alveolus terdiri dari membran alveolar dan ruang interstitial 2. Fisiologi Sistem PernapasanFungsi utama paru adalah menyelenggarakan pengambilan oleh darah dan pembuangan karbon dioksida terdapat 4 tahap respirasi, yaitu (Lauralee Sherwood,2001):

1. VetilasiVentilasi adalah sirkulasi keluar masuknya udara atmosfer dan alveoli. Proses ini berlangsung di sistem pernapasan bagian atas.

2. Respirasi EksternalRespirasi eksternal mengacu pada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Proses ini terjadi di sisem pernapasan.

3. Transpor gasTranspor gas adalah pengangkutan oksigen dan karbondioksida dalam darah dan jaringan tubuh. Proses ini terjadi di sistem sirkulasi

4. Respirasi internalRespirasi internal adalah pertukaran gas pada metabolisme eergi yang tejadi di dalam sel. Proses ini berlangsung di jaringan tubuh.

ISPA

(Infeksi Saluran Pernapasan Akut)DEFINISIISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran pernapasan yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura (Habeahan, 2009).ETIOLOGIDepkes RI, 2004Widoyono, 2007Mixovirus (virus influenza, parainfluenza, respiratory syncytial virus), Enterovirus (Coxsackie virus, echovirus)9http://www.kcom.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/intraurt.htm.

PATOFISIOLOGIhttp://www.republika.co.id.2004FAKTOR RESIKODepkes RI, 2002MANIFESTASI KLINISDjojodibroto, 2009PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKSandra M Nettina, 2000Helfi Yuliati & Dyah Dwi K, 2006PENATALAKSANAANPenatalaksanaan pada ISPA tidak semuanya memerlukan pemberian antibiotik. Misalnya pada batuk dan demam, dapat diberikan perawatan di rumah dengan pemberian obat tradisional pada gejala batuk atau dengan pemberian parasetamol pada anak demam.Namun, pada penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

Rasmaliah, 2005

Berdasarkan Buku Ajar Keperawatan pediatric, pentalaksanaan ISPA dikelompokkan menjadi (Donna L. Wong, et al., 2009):

Feder dkk, 1999 dalam Wong dkk, 2009Derkay, Darrow, LeFebvre, 1995 dalam Wong dkk, 2009Montville & White, 1998 dalam Wong, 2009KOMPLIKASIPROGNOSISPenyakit tanpa komplikasi berlangsung 1-7 hari. Kematian terbanyak oleh karena infeksi bakteri sekunder. Bila panas menetap lebih dari 4 hari dan leukosit > 10.000/ul, biasanya didapatkan infeksi bakteri sekunder.

ASUHAN KEPERAWATANISPA1. PengkajianIdentitas PasienNama

UsiaKebanyakan infeksi saluran pernapasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang 1 tahun. anak usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Anggana Rafika, 2009).

Jenis kelaminAngka kejadian ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kejadian ISPA anak perempuan lebih tinggi dari anak laki-laki (Anggana Rafika, 2009).

AlamatKepadatan hunian seperti luas ruang per-orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan factor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi prevalensi ISPA berat.

b. Riwayat KesehatanKeluhan utamaRiwayat penyakit sekarangRiwayat penyakit dahuluRiwayat penyakit keluargaRiwayat sosial

c. Pengkajian fungsi pernapasanFrekuensiCepat (takipnea), normal atau lambat untuk anak tertentu.KedalamanKedalaman normal, terlalu dangkal (hipopnea), terlalu dalam (hiperpnea); biasanya diukur dari amplitude ekskursi toraks dan abdomen.KemudahanTanpa upaya, dengan upaya (dispnea), ortopnea (kesulitan bernapas kecuali pada posisi tegak), berhubungan dengan rektraksi interkostal dan/ substernal (inspirasi tenggelam dari jaringan lunak berkaitan dengan kartilago dan tulang toraks)Pernaapsan sulitKontinu, intermiten, memburuk, awitan tiba-tiba, pada saat istirahat atau beraktivitas, berkaitan dengan mengi atau mendengkur, berkaitan dengan nyeri.IramaKedalaman dan frekuensi pernapasan bervariasi.

2. PemeriksaanInspeksi1. Membran mukosa hidung faring tampak kemerahan2. Tonsil tampak kemerahan dan edema3. Tampak baluk tidak produktif.4. Tidak ada jaringan parat pada leher.5. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernapasan tambahan6. Pernapasan cuping hidung

b. Palpasi1. Adanya demam2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis.3. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar limfoid.

c. PerkusiSuara paru normal.

d. AuskultasiSuara napas vasikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

3. Analisis DataNo.SymptonEtiologiProblem1.DS:Klien mengeluh sesak nafas dan batuk berdahakDO:Auskultasi paru terdengar suara ronkiFrekuensi napas klien meningkat (RR > 20 x/menit)Klien terlihat susah untuk bernafas / sesak nafasSekret yang di keluarkan klien kentalPosisi tidur klien semi fowlerProduksi sekret yang berlebihan oleh sel goblet

Sekret mengental

Imobilisasi sekret pada jalan nafas

Akumulasi sekret pada jalan nafas

Penyumbatan jalan nafasKetidakefektifan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret3. Analisis DataNo.SymptonEtiologiProblem2DS:Klien mengeluh nyeri saat menelan minumanKlien mengeluh badannya panasKlien mengeluh badannya lemas dan lemahDO:Turgor kulit keringSuhu badan klien 37CKlien tampak lemasMinuman yang disediakan tidak dihabiskan oleh klienSuhu badan yang tinggi karena infeksi dan inflamasiIntake cairan yang kurang

dehidrasi Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya kebutuhan metabolic3. Analisis DataNo.SymptonEtiologiProblem3DS:Klien Mengeluh sulit untuk menelan dan nyeri saat menelan pada tenggorokannyaDO:Klien terlihat merasa sakit dan meringis saat menelan makanan dan minumanKlien susah untuk makanMembran mukosa tonsil dan faring me-merahInflamasi faring dan tonsilmembran mukosa Faring dan tonsil memerah dan membengkaknyeri apabila terkena sentuhan

nyeri saat menelan makanan dan minumannyeri akut Nyeri telan berhubungan denganinflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.3. Analisis DataNo.SymptonEtiologiProblem4DS:Klien mengeluh sulit untuk menelan dan sakit di tenggorokan kalau menelanKlien mengatakan tidak mau makanDO:Klien terlihat lemas dan lemahBerat badan klien turun 5 kg sejak dirawat di rumah sakitKlien terlihat tidak nafsu makanKlien selalu menolak makanan yang diberikan orang tuanyaLemak pada subcutan tipisKlien hanya menghabiskan tidak lebih dari setengah porsi diet bubur kasar dari rumah sakitmembran mukosa Faring dan tonsil memerah dan membengkaknyeri apabila terkena sentuhan

nyeri saat menelan makanan dan minumannafsu makan menurunnutrisi tidak terpenuhiKetidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan hilangnya nafsu makan sekunder akibat tingginya kebutuhan metabolik3. Analisis DataNo.SymptonEtiologiProblem5DS:Klien mengatakan badannya panas, pusing,lemas, dan sering batukDO:Suhu badan klien 37C pada termometerSputum berwarna putih kekuningan dan kentalSaat batuk, klien tidak menutup mulutnyaLeukosit jumlahnya meningkat adanya organisme infektif

inflamasi dan infeksi pada tubuh pasienhipertermia akibat ifeksi dan inflamasiResiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme infektif4. Diagnosa Keperawatan ((NANDA dalam Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern, 2011)1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tingginya kebutuhan metabolik3. Nyeri telan berhubungan dengan inflamasi pada membrane mukosa faring dan tonsil4. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan hilangnya nafsu makan5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organism infektif

5. IntervensiNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi1.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekretMenunjukkan jalan nafas yang efektif, yang dibuktikan oleh pencegahan aspirasi; status pernafasan: kepatenan jalan napas; dan status pernapasan (NOC dalam Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern, 2011)ventilasi tidak terganggu (kemudahan bernapas, frekuensi dan irama pernapasan, Pergerakan sputum keluar dari jalan napas, Pergerakan sumbatan keluar dari jalan napas) (NOC dalam Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern, 2011)Mandiri :1.Manajemen jalan napas1.Memfasilitasi kepatenan jalan udara.2.Pengisapan secret dari jalan napas sesuai kebutuhan.2. mengeluarkan secret dari jalan napas dengan memasukkan sebuah kateter pengisap ke dalam jalan napas oran dan trakeaNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi3.Atur posisi anak yang sesuai.3.memfasilitasi ekspansi paru lebih baik dan memperbaiki pertukaran gas serta mencegah aspirasi sekresi 4.Pemantauan pernapasan anak4.Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran gas yang adekuatNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi5.Bantuan ventilasi5.Meningkatkan pola napas spontan yang optimal, yang memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paruNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasiKolaborasi :Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain, mis. Spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, postural drainage. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.Berikan obat sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran, bronchodilator, analgesic.Analgesic diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.NoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi2.Kekurangan volume cairan b.d. tingginya kebutuhan metabolic (NANDA dalam Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern, 2011)Kekurangan volume cairan akan teratasi1.keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam-basa, hidrasi yang adekuat, dan status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat.Observasi :tanda-tanda vitalPemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya2.Nadi : 60-100 denyut per menitMandiri :1.Manajemen asam-basa1.meningkatkan keseimbangan asam-basa dan mencegah komplikasi akibat ketidakseimbangan asam-basa3.Tekanan darah : 120/80 mmHgNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi2.Manajemen elektrolit2.meningkatkan keseimbangan elektrolit dan mencegah komplikasi akibat dari kadar elektrolit serum yang tidak normal atau yang tidak diharapakan.3.Pemantauan elektrolit3.mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolitNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi4.Manajemen cairan4. meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal atau tidak diharapkan.5.Terapi Intravena (IV)5. memberikan dan memantau cairan dan obat intravenaKolaborasi :Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obatUntuk mengontrol infeksi dan menurunkan panas (NIC dalam Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern, 2011) NoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi3.Nyeri telan b.d. inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikutNyeri berkurang skala 1-2 (NOC dalam Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern, 2011)Observasi :Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknyaIdentifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikanNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasiMandiri :1.Berikan analgesik1.menggunakan agen-agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri2.Manajemen medikasi 2.memfasilitasi penggunaan obat atau resep atau obat bebas secara aman dan efektif.3.Manajemen nyeri3. meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.NoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi4.Manajemen sedasi4.memberikan sedatif, memantau respons pasien, dan memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostic atau terapeutikKolaborasi :Berikan obat sesuai indikasiPeningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan.NoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasiKortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi atau menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri (NIC dalam Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern, 2011)NoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi4. Ketidakseimbangan nutrisi b.d. hilangnya nafsu makan sekunder akibat tingginya kebutuhan metabolikNutrisi kembali seimbang1.Antropometri: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan tidak turun (stabil)Mandiri :1.Manajemen nutrisi1. membantu dan menyediakan asupan makanan dan cairan dengan diet seimbang.rencana nutrisi2.Biokimia:- Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl dan perempuan 12-16 g/dl)2.pemantauan nutrisi2.mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan kurang gizi NoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi3.Clinis:-Tidak tampak kurus-Rambut tebal dan hitam3.Manajemen berat badan3.memfasilitasi pemeliharaan berat badan yang optimal dan lemak tubuh4.Diet:- Makan habis satu porsi-Pola makan 3X/hari5.Berikan health education pada ibu tentang Nutrisi : makanan yang bergizi yaitu 4 sehat 5 sempurna, hindarkan anak dari snack dan es, beri minum air putih yang banyak5.Ibu dapat memberikan perawatan maksimal kepada anaknya. Makanan bergizi dan air putih yang banyak dapat membantu mengencerkan lendir dan dahak.NoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi5.Resiko tinggi infeksi b.d. adanya organism infektifResiko tinggi infeksi b.d. adanya organism infektif1.Pasien tidak menunjukkan tanda infeksi sekunder1.Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksiMandiri :1.Pertahankan lingkungan aseptic, gunakan kateter pengisap steril dan cuci dengan baikNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi2.Isolasi anak sesuai indikasi2. Untuk mencegah penyebaran infeksi nosokommial

3.Beri antibiotic sesuai resep3.Untuk mencegah atau mengobati infeksi4.Beri diet bergizi sesuai kesukaan anak dan kemampuan mengonsumsi makanan4.Untuk mendukung pertahanan tubuh alamiNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi5.Lakukan fisioterapi dada5.untuk melancarkan pernapasan6.jelaskan pada anak dan keluarga tentang manifestasi penyakitNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi2.pasien tidak menyebarkan infeksi ke orang lain2.Orang lain tetap bebas dari infeksi (NOC dalam Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern, 2011)1.Batasi pengunjung sesuai indikasi1.Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius2.Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas2.Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.NoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasi3.Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin.3.Mencegah penyebaran patogen melalui cairan4.Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usis 2 tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau antioksidan jika kondisi tubuh menurun atau asupan makanan berkurang4.Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhada infeksiNoDiagnosa KeperawatanTujuanKriteria Hasil / EvaluasiIntervensiRasionalisasiKolaborasi :Pemberian obat sesuai hasil kulturDapat diberikan untuk organisme usus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik (NIC dalam Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern, 2011)6. EvaluasiEvaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien ISPA adalah :Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 CKlien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.Nyeri hilang atau terkontrolTidak terjadi komplikasi pada klien

DIFTERILatar BelakangLebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada sekitar 20% anak sebelum ulang tahun yang pertama (WHO dan UNICEF dalam Utomo, 2008). Berdasarkan estimasi global yang dilakukan WHO tahun 2007 pelaksanaan imunisasi dapat mencegah kurang lebih 25 juta kematian balita tiap tahun akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan campak.

Apa Itu Difteri?Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri corynebacerium diphteriae yang berasal dari membrane mukosa hidung dan nasofaring, kulit, dan lesi lain dari orang yang terinfeksi (Haryanto, 2006).

Ciri ciri bakteri corynebacerium diphteriae (Nursalam, 2005): Basil gram positif yang tidak membentuk spora.Mempunyai kemampuan positif untuk memproduksi exotoxin, baik secara invito atau invivo, dan dalam media telurit membentuk koloni tipe mitis, intermedus, dan grafis.Mempunyai kemampuan untuk membentuk toksin yang dipengaruhi oleh bacteriophage yang mengandung genetox.

Etiologi Corynebacterium diphteriae kuman batang Gram-positif, tidak bergerak, pleomorfik, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, mati pada pemanasan 60C, tahan dalam keadaan beku dan kering.Secara umum dikenal 3 tipe utama C. diphtheria yaitu tipe gravis, intermedius dan mitisC. diphteriae memiliki kemampuan memproduksi eksotoksin baik in vivo maipun in vitro.Eksotoksin ini merupakan suatu protein dengan berat molekuk 62.000 dalton, tidak tahan panas/cahaya, mempunyai 2 fragmen yaitu fragmen A (amino-terminal) dan fragmen B (karboksi-terminal). (Irawan dkk, 2010)

Patofisiologi Pada penderita dengan tingkat kebersihan buruk, tak jarang difteri juga menyerang kulitsaraf lengan dan tungkai: terjadi kelemahan pada lengan dan tungkaiSaraf Tenggorokan: kesulitan menelan pada minggu pertama kontaminasi toksinKuman berkembang biak(Haryanto, 2006)Kuman membentuk pseudomembran dan melepaskan eksotoksinKalenjar getah bening akan tampak membengkak dan mengandung toksinToksin biasanya menyerang saraf tertentu (Ditjen P2PL Depkes,2003)

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis penyakit difteri tergantung pada berbagai faktor dan bervariasi, seperti: imunitas pasien terhadap toksin difteri. Faktor lain termasuk umur, penyakit sistemik penyerta dan penyakit pada daerah nasofaring yang sudah ada sebelumnya.

Pada difteri tonsil dan faringManifestasi Klinis menurut (Richard dan Robert,2000):Nyeri tenggorokan. Demam. Disfagia.Serak.Malaise atau nyeri kepala.

Pada difteri laring Manifestasi Klinis menurut (Richard dan Robert,2000):

Cenderung tercekik karena edema jaringan lunak dan penyumbatan lepasan epitel pernapasan tebal dan bekuan nikrotik.Komplikasi obstruktif lebih lanjutkarena pembuatan saluran napas buatan dan pemotongan pseudomembranKomplikasi toksik sistemik

Pada difteri KULITManifestasi Klinis menurut (Richard dan Robert,2000):ulkus yang tidak menyembuh, superfisial, ektimik dengan membrane coklat keabu abuan.demartosis yang mendasari: luka goresan, luka bakar atau impetigo telah terkontaminasi sekunder.Nyeri SakitEritemaeksudatkas hiperestesi local atau hipestesia tidak lazim

Pada difteri HIDUNGmenyerupai common cold (pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan.Secret hidung berangsur menjadi serosanguinus dan kemudian mukopunalen.Lecet pada nares dan bibir atas.Pada pemeriksaan tampak membrane putih pada daerah septum nasi.(Irawan dkk, 2010)

Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis difteria harus ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, oleh karena penundaan pengobatan akan membahayakan jiwa pasien. Penentuan kuman difteria dengan sediaan langsung kurang dapat dipercaya. Cara yang lebih akurat adalah dengan identifikasi secara fluorescent antibody technique, namun untuk ini diperlukan seorang ahli. Diagnosis pasti dengan isolasi C. diphtheria degan pembiakan pada media loeffler dilanjutkan dengan tes toksinogenisitas secara in vivo (marmot) dan in vitro (tes Elek) Irawan dkk, 2010

Penatalaksanaan

imunisasiImunisasi pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap difteria sampai 6 bulan dan suntikan antitoksin yang dapat bertahan selama 2-3 minggu. Imunisasi aktif diperoleh setelah menderita aktif yang nyata atau inapparent infection serta imunisasi toksoid difteria. Imunitas terhadap difteria dapat diukur dengan uji Shick dan uji Moloney.Irawan dkk, 2010)

PENGOBATAN

Untuk menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal mengeliminasi C, diphtheriae untuk mencegah penularan serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit difteriaUmumPada umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3 minggu. Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu, pemberian cairan serta diet yang adekuat. Khusus pada difteria laring dijaga agar nafas tetap bebas sreta dijaga kelembaban udara dengan menggunakan humidifier.Khusus1. Antitoksin : Anti Diphtheria Serum (ADS).2. Antibiotik.3. KortikosteroidAntitoksin : Anti Diphtheria Serum (ADS)Antioksidan harus diberikan segera setelah dibuat diagnosis difteria. Dengan pemberian antioksidan pada hari pertama, angka kematian pada penderita kurang dari 1%. Namun dengan penundaan lebih dari hari ke-6 menyebabkan angka kematian ini bisa meningkat sampai 30%.Sebelum pemberian ADS harus dilakukan uji kulit atau uji mata terlebih dahulu, oleh karena pada pemberian ADS dapat terjadi reaksi anafilatik, sehingga harus disediakan larutan adrenalin 1:1000 dalam semprit. Hasil positif bila dalam 20 menit terjadi indurasi > 10 mm.Dosis ADS ditentukan secara epiris berdasarkan berat penyakit dan lama sakit, tidak tergantung pada berat badan pasien, berkisar antara 20.000-120.000 KI seperti tertera pada tabel di atas.

Tabel Dosis ADS Menurut Lokasi Membran dan Lama SakitTipe DifteriaDosis ADS (KI)Cara pemberianDifteria HidungDifteria tonsilDifteria faringDifteria laringKombinasi lokasi di atasDifteria + penyulit, bullneckTerlambat berobat (>72 jam), lokasi dimana saja20.00040.00040.00040.00080.00080.00080.000-120.00080.000-120.000IntramuskularIntramuskuler atau intravenaIntramuskular atau intravenaIntramuskular atau intravenaIntravenaIntravenaintravenaSumber Krugman, 2004 dengan modifikasiAntibiotikAntibiotik dilakukan bukan sebagai pengganti antitoksin, melainkan untuk membunuh bakteri dan menghentikan produksi toksin. Penisilin prokain 50.000-100.000 IU/kgBB/hari selama 10 hari, bila terdapat riwayat hipersensivitas penisilin diberikan eritromisin 40mg/kgBB/hari.

KortikosteroidBelum terdapat persamaan pendapat mengenai kegunaan obat ini pada difteria. Dianjurkan pemberian kortikosteroid pada kasus difteria yang disertai gejala: Obstruksi saluran nafas bagian atas (dapat disertai atau tidak bullneck),Bila terdapat penyulit miokarditis. Pemberian kortikosteroid untuk mencegah miokarditis ternyata tidak terbukti.Prednison 2mg/kgBB/hari selama 2 minggu kemudian di turunkan dosisnya bertahap.

Tabel Pengobatan Terhadap Kontak Difteria

Biakan Uji Shick Tindakan (-)(+)(+)(-)(-)(-)(+)(+)Bebas isolasi: anak telah mendapat imunisasi dasar diberikan booster toksoid difteria.Pengobatan karier: penisilin 100mg/kgBB/hari oral/suntikan, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama 1 mingguPenisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan atau eritromisin 40 mg/kgBB + ADS 20.000 KIToksoid difteria (imunisasi aktif), sesuaikan dengan status imunisasiPencegahan Pencegahan secara umum dengan menjaga kebersihan dan memberikan pengetahuan tentang bahaya difteria bagi anak. Pada umumnya setelah seorang anak menderita difteria, kekebalan terhadap penyakit ini sangat rendah sehingga perlu imunisasi. Pencegahan secara khusus terdiri dari imunisasi DPT dan pengobatan karier. Seorang anak yang telah mendapat imunisasi difteria lengkap, mempunyaai antibodi terhadap toksin difteria tetapi tidak mempunyai antibodi terhadap organismenya. Keadaan demikian memungkinkan seorang menjadi pengidap difteria dalam nasofaringnya (karier) atau menderita difteria ringan.

Komplikasi

Menurut Irawan dkk, 2010 penyulit dapat terjadi sebagai akibat inflamasi local atau akibat aktivitas eksotoksin, maka penyulit difteria dapat dikelompokkan dalam:Obstruksi jalan nafastertutupnya jalan nafas oleh membrane difteria atau oleh karena edema pada tonsil, faring, daerah submandibular dan servikal.Dampak toksin,Dampak toksin dapat bermanifestasi pada jantung berupa miokarditis yang dapat terjadi baik pada difteria ringan maupun berat dan biasanya terjadi pada pasien yang terlambat mendapatkan pengobatan antitoksin. terjadi pada minggu ke-2 tetapi bisa lebih dini pada minggu pertama atau lebih lambat pada minggu ke-6. Manifestasi miokarditis dapat berupa takikardia, suara jantung redup, terdengar bising jantung, atau aritmia. Bisa juga terjadi gagal jantung. Kelainan pemeriksaan elektrokardiogram dapat berupa elevasi segmen ST, perpanjangan interval PR, dan heart block.Infeksi sekunder bakterisetelah era penggunaan antibiotic secara luas.

PrognosisPrognosis difteria setelah ditemukannya ADS dan antibiotic lebih baik daripada sebelumnya. Keadaan demikian telah terjadi di Negara Negara lain. Di Indonesia pada daerah kantong yang belum terjamah imunisasi masih dijumpai kasus difteria berat dengan prognosis buruk. Menurut Krugman, kematian mendadak pada kasus difteria dapat disebabkan oleh karena (1)obstruksi jalan nafas mendadak akibat oleh terlepasnya membrane difteria, (2) adanya miokarditis dan gagal jantung, dan (3) paralisis diafragma sebagai akibat neuritis nervus nefrikus. Anak yang pernah menderita miokarditis atau neuritis sebagai penyulit difteria, pada umumnya akan sembuh sempurna tanpa gejala sisa; walaupun demikian pernah dilaporkan kelainan jantung yang menetap (Irawan dkk, 2010)Asuhan Keperawatan DIFTERIPENGKAJIAN Identitas Riwayat Kesehatan -Riwayat kesehatan sekarang -Riwayat kesehatan dahulu-Riwayat kesehatan keluargaPemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang Pola aktivitas ANALISA DATA NoSympton Etiologi Problem 1.DS:Klien mengeluh sesak nafas dan batuk berdahakDO:Auskultasi paru terdengar suara ronkiFrekuensi napas klien meningkat (RR > 20 x/menit)Klien terlihat susah untuk bernafas / sesak nafasSekret yang di keluarkan klien kentalPosisi tidur klien semi fowlerMassa di broncus

Hipersekresi mukus/sekret oleh sel goblet untuk menghilangkan massa

Sekret mengental dan tertahan pada da jalan nafas

Imobilisasi sekret pada jalan nafas

Akumulasi sekret pada jalan nafas

Penyumbatan jalan nafasKetidakefektifan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekretNoSympton Etiologi Problem 2DS: -DO: Klien terserang virus Corynebacterium diphtheriaeSemua manifestasi klinis difteri pernapasan terdapat pada klien anakvirus Corynebacterium diphtheriae berkembang biak pada saluran napas

mengeluarkan toxin exotoxin

Penularan infeksi terjadi Resiko penyebarluasan. Infeksi berhubungan. Dengan organisme virulen.NoSympton Etiologi Problem 3DS:Klien mengeluh badannya panasKlien mengeluh badannya lemas dan lemahDO:Turgor kulit keringSuhu badan klien 38.9CKlien tampak lemasMinuman yang disediakan tidak dihabiskan oleh klien Suhu badan yang tinggi karena infeksi dan inflamasi dari penyakit

Intake cairan menurun

Tidak seimbangnya intake dan output cairan dalam tubuh

dehidrasiResiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakit (metabolisme meningkat, intake cairan menurun)No Sympton Etiologi Problem 4DS:Klien mengeluh sulit untuk menelan dan sakit di tenggorokan kalau menelanKlien mengatakan tidak mau makanDO:Klien terlihat lemas dan lemahBerat badan klien turun 10 kg sejak dirawat di rumah sakitKlien terlihat tidak nafsu makanKlien selalu menolak makanan yang diberikan orang tuanyaLemak pada subcutan tipisKlien hanya menghabiskam tidak lebih dari setengah porsi diet bubur kasar dari rumah sakit Toxin difteri menyerang ke saraf di tenggorokan

Susah untuk menelan

nyeri saat menelan makanan dan minuman

nafsu makan menurun

nafsu tidak terpenuhi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurangRENCANA KEPERAWATANDiagnosa KeperawatanKriteria/evaluasi Intervensi Rasional Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas.Anak akan menunjukan tanda-tanda jalan napas efektif

1. Kaji status pernapasan, observasi irama dan bunyi pernapasan

2. Atur posisi kepala dengan posisi ekstensi

3. Suction jalan napas jika terjadi sumbatan

Dengan mengkaji kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pernapasan anak.Dengan posisi kepala ekstensi akan memperluas dan memperlebar jalan napas.

Suction akan menghisap keluar sumbatan sehingga jalan napas akan efektif.

Intervensi Rasional 4. Berikan oksigen sebelum dan setelah dilakukan suction

5. Lakukan fisioterapi dada

6. Persiapkan anak untuk dilakukan trakeostomiAgar supply oksigen terpenuhi untuk pasien.

Dengan dilakukannya fisioterapi pada dada, akan mencegah penumpukan sekret dan mobilisasi sekret yang tertahan.

Dengan trakeostomi, ventilasi udara pada anak akan lebih baik .

Diagnosa Keperawatan Kriteria/evaluasi Intervensi Rasional Resiko penyebarluasan. Infeksi berhubungan. Dengan organisme virulen.Penyebarluasan infeksi tidak terjadiTempatkan anak pada ruangan khusus.

2. Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit.

3. Gunakan posedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak.

4. Kolaborasi dengan dokter sehubungan dengan pemberian antibiotikAkan mengurangi penyebaran infeksi pada individu lain.Dengan mempertahankan isolasi yang ketat akan menurunkan resiko penyebaran infeksi.Dengan perlindungan infeksi jika akan melakukan kontak dengan anak maka, perawat/dokter tidak akan tertular dengan infeksi yang diderita anak.

Pemberian antibiotik akan mengurangi infeksi yang terjadi pada anak.Diagnosa Keperawatan Kriteria/evaluasi Intervensi Rasional Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakit (metabolisme meningkat, intake cairan menurun)Anak akan mempertahankan keseimbangan cairan

1. Memonitor intake output secara tepat, pertahankan intake cairan dan elektrolit yang tepat.

2. Kaji adanya tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa kering, turgor, kulit kurang, produksi urin menurun, frekuensi denyut jantung dan pernapasan meningkat, tekanan darah menurun, fontanel cekung).

3. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral jika pemberian cairan melalui oral tidak memungkinkan Dengan memonitor intake dan output anak maka, kita bisa memperhatikan keseimbangan intake dan output secara tepat.Dengan mengkaji, perawat akan tahu sejauh mana perubahan yang terjadi pada anak.

Untuk menambah intake cairan pada anak, agar tercapai keseimbangan intake dan output.Diagnosa Keperawatan Kriteria/evaluasi Intervensi Rasional Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurangAnak menunjukkan tanda tanda kesembuhan nutrisi terpenuhi1. Kaji ketidakmampuan anak untuk makan.

2. Memasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi untuk anak.

3. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi perenteral.

4. Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan, membrane mukosa) yang adekuat.Dengan mengkaji perawat akan tahu seberapa jauh perubahan kondisi anak.

Dengan pemasangan NGT akan memenuhi kebutuhan nutrisi anak dan mencapai keseimbangan yang bagus.

Untuk menambah intake cairan pada anak, agar tercapai keseimbangan intake dan output.

Dengan menilai indicator tersebut, perawat akan mengerti apakah kebutuhan nutrisi pasien anak terpenuhi atau tidak.EVALUASI Evaluasi berdasarkan pada kriteria hasil. Jika kriteria hasil yang diinginkan baik, maka evaluasi pun juga baik.PERTUSISPertusis atau batuk rejan atau batuk 100 hari merupakan salah satu penyakit menular saluran pernapasan yang sudah diketahui adanya sejak tahun 1500-an. Penyebab tersering dari pertusis adalah bakteri Bordetella pertussis. (Sarah S. Long,2000)

DefinisiPertusis yang berarti batuk yang sangat berat atau batuk yang intensif. Penyakit ini ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik dan paroksismal disertai nada yang meninggi, karena pasien berupaya keras untuk menarik napas sehingga pada akhir batuksering disertai bunyi yang khas (Soedarmo,2010).EtiologiPenyebab pertusis adalah bordetella pertusis, perlu dibedakan dengan sindrom pertusis yang disebabkan oleh ordetella parapertusis dan adenovirus. Bordetellapertusis termasuk kokobasilus, gram negative, kecil, ovoid, ukuran panjang 0,5 1 m dan diameter 0,2 0,3 m, tidak bergerak, tidak berspora. Hemolisis (sarah, 2000).

PatofisiologiBordetella merupakan kokobasili gram-negatif yang sangat kecil yang tumbuh secara aerobic pada agar arah tepung atau media sintetik keseluruhan dengan faktor pertumbuhan nikotinamid, asam amino untuk energy, dan arang untuk menyerap bahan-bahan berbahaya. B.Pertussis mengeluarkan toksin pertusis (TP), protein virulen utama. B.Pertussis menghasilkan beberapa bahan aktif secara biologis, banyak darinya dimaksudkan untuk memainkan peran dalam penyakit dan imunitas. Sitotoksin trachea, adenilat siklase diterima secara dominan menyebabkan cedera epitel local yang menghasilkan gejala-gejala pernapasan dan mempermudah penyerapan TP. TP terbukti mempunyai banyak aktivitas biologis), beberapa darinya merupakan manifestasi sistemik penyakit (behrman,kliegman. Nelson arvin. 2000).

Masa inkubasi pertusis 6-20 hari, rata-rata 7 hari, sedangkan perjalanan penyakit ini berlangsung antara 6-8 minggu atau lebih. Perjalanan klinis penyakit ini dapat berlangsung dalam 3 stadium, yaitu

stadium kataralis (prodormal, preparoksismal)Menyerupai gejala ispa : rinore dengan lender cair, jernih, terdapat injeksi konjungtiva, lakrimasi, batuk ringan iritatif kering dan intermiten, panas tidak begitu tinggi, dan droplet sangat infeksius

Manifestasi Klinisstadium akut proksimal (paroksismal,spasmodic)Frekuensi dan derajat batuk bertambah, khas terdapat pengulangan 5 sampai 10 kali batuk kuat selama ekspirasi yang diikuti oleh usaha inspirasi masif yang mendadak dan menimbulkan bunyi melengking akibat udara yang dihisap melalui glotis yang menyempit. stadium konvalesens Stadium penyembuhan ditandai dengan berhentinya bunyi melengking dan muntah dengan puncak serangan paroksismal yang berangsur-angsur menurun. Batuk biasanya masih menetap untuk beberapa waktu dan akan menghilang sekitar 2 sampai 3 minggu.(Soedarmo,2010)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis , pemeriksaan fisik danpemeriksaan laboratorium.Pada anamnesis ditanyakan adakah riwayat kontak dengan pasien pertusis, adakah serangan khas yaitu paroksismal dan bunyi melengking yang jelas. Perlu pula ditanyakan mengenai riwayat imunisasi.Gejala klinis yang didapat pada pemeriksaan fisik tergantung dari stadium saat pasien diperiksa. Pada pemerikssan laboratorium didapatkan leukositosis 20.000 50.000 dengan limfositosis absolut khas pada akhir stadium kataral danselama stadium paroksismal. Pada bayi jumlah leukosit tidak menolong untukdiagnosis,

Pemeriksaan DiagnosisTerapi suportif terutama untuk menghindari faktor yang menimbulkan serangan batuk, mengatur hidrasi dan nutrisi. Oksigen hendaknya diberikan pada distress pernapasan yang akut dan kronik. Perlu penghisapan lendir terutama pada bayi dengan pneumonia dan distres pernapasan. Cara terbaik untuk mengontrol penyakit ini adalah dengan imunisasi. Pencegahan dapat dilakukan melalui imunisasi pasif dan aktif (Soedarmo,2010).

PenatalaksanaanKomplikasi pertusis utama adalah apnea, infeksi sekunder (seperti otitis media dan pneumonia), dan sekuele fisik batuk kuat. Kenaikan tekanan intratoraks dan intra-abdomen selama batuk dapat menyebabkan perdarahan konjungtiva dan sclera (Richard E. Behrman, 1999).

KomplikasiPrognosis tergantung usia, anak yang lebih tua mempunyai prognosis yang lebih baik. Pada bayi resiko kemtaian (0,5 1 %) disebabkan enselopati. Pada observasi jangka panjang, apneu atau kejang akan menyebabkan gangguan intelektual dikemudian hari (Irawan dkk, 2008).

PrognosisAsuhan Keperawatan Pertusis 1. Pengkajian 1. Identitas2. Riwayat Kesehatan- Riwayat Kesehatan Sekarang- Perhatikan tanda-tanda atau gejala klinis dari pertusis- Riwayat Kesehatan Dahulu- Bersangkutan dari etiologi (pernah atau tidak terkena pertusis) atau gejala-gejala pertusis yang masih akut- Riwayat Kesehatan Keluarga- Mengkaji apakah anggota keluarga ada yang mengidap penyakit pertusisContinue.3. Pemeriksaan FisikRespirasi - Riwayat gejala flu berlangsung 1 sampai 2 hari - Tanda dan gejala kesukaran pernapasan - Dispnea - Retraksi - Sianosis- Batuk yang menyalak - Suara yang keras saat inspirasi.Kardiovaskuler - Takikardia Neurologis - Gangguan tingkat kesadaran -Gelisah - Sakit kepala- Kebingungan - Gangguan tidur

ContinueGastrointestinal - Kesulitan makanIntegumen- Meningkatnya suhu tubuh (biasanya kurang dari 39oC), bergantung pada metode yang digunakan untuk pengukuran suhu tubuh)Psikososial - Kecemasan

3. Analisa data NoSymptonEtiologiProblem1DS:Klien mengeluh sesak nafas dan batuk berdahakKlien mengeluh terkadang batuknya keluar dahak terkadang tidakKlien mengeluh nyeri pada dadanyaDO:Auskultasi paru terdengar suara ronkiFrekuensi napas klien meningkat (RR > 20 x/menit)Klien terlihat susah untuk bernafas / sesak nafasKlien memperlihatkan ekspresi wajah nyeri setelah dia batukSekret yang di keluarkan klien kental berwarna putih kekuninganPosisi tidur klien semi fowlerToksin pertusis menyebar pada saluran pernapasan atas edema pada saluran pernapasan atas

Hipersekresi mukus/sekret oleh sel gobletpada saluran napas atas

Sekret mengental dan tertahan pada jalan nafas Imobilisasi sekret pada jalan nafas

Akumulasi sekret pada jalan nafas

penyempitan jalan nafasPola pernapasaan tidak efektif yang berhubungan dengan edema saluran pernapasaan bagian atas dan lendir yang kental2DS: Klien mengatakan badannya lemas dan lemahKlien mengeluh badannya panasKlien mengeluh mual dan pengen muntahDO: Turgor kulit menurun dan keringSuhu badan klien meningkat hingga 37 CKlien tampak lemas dan lemahDalam 1 hari klien sudah 3 x muntah Minuman yang disediakan tidak dihabiskan oleh klienoutput cairan yang berlebihan karena muntah

Suhu badan yang tinggi karena infeksi dan inflamasi

Intake cairan yang kurang

Resiko dehidrasiRisiko deficit volume cairan yang berhubungan dengan menurunnya asupan cairan melalui oral.3DS:Klien mengeluh susah bernapas dan sesakKlien mengatakan ingin pulang dan tidak mau di rumah sakitDO:Klien menunjukkan usaha utuk bernapas lebihKlien menunjukkan tanda-tanda ketakutan berada di rumah sakitKlien menunjukkan wajah yang cemas dan gelisah ketika sedang di periksaKlien susah untuk bernapas /sesak

tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan rawat inap rumah sakit

timbul kecemasan dan kegelisahan pada klien

klien tidak merasa nyaman berada di ruang rawat inap rumah sakitKecemasan (anak) yang berhubungan dengan kesukaran pernapasan dan rawat inap di rumah sakit. 4DS:Orang tua pasien mengatakan tidak mengetahui kondisi yang terjadi pada anaknyaOrang tua pasien mengatakan kurang pengetahuan tentang penyakit yang diderita pada anaknyaOrang tua pasien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya yang sekarangDO:Orang tua pasien menunjukkan wajah yang gelisah dan cemasOrang tua pasien meminta penjelasan tentang kondisi anaknya sekarangKurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita anak

Orang tua pasien merasa gelisah dan cemas dengan kondisi anaknyaKecemasan (orang tua) yang berhubungan dengan ketakutan dan kurangnya pengetahuan tentang kondisi anaknya.5DS:-DO:Klien tidak menunujukkan peningkatan pemulihan yang signifikanOrang tua klien tidak mengetahui secara pasti bagaimana merawat anaknya di rumahKurangnya pengetahuan tentang perawatan dirumah

Klien tidak menunujukkan pemulihan yang signifikanDefisit pengetahuan tentang perawatan di rumah.4. Diagnosis Keperawatan Diagnosis Keperawatan IPola pernapasaan tidak efektif yang berhubungan dengan edema saluran pernapasaan bagian atas dan lendir yang kentalHasil yang diharapkanAnak akan mempertahankan saluran napas bebas gangguan, yang ditandai oleh tidak adanya kesukaran pernapasaan.

Intervensi Rasional Kaji status pernapasan anak sesering mungkin, atau kaji secara terus-menerus tanda dan gejala peningkatan kesukaraan pernapasan dan obstruksi pernapasan, termasuk peningkatan frekuensi pernapasan, stridor, retraksi, hidung kembang-kempis, ekspirasi yang memanjang, sianosis kebingungan, kegelisahan, penurunan bunyi napas, takikardia, dan batuk yang menyalak.Tanda dan gejala gangguan pernapasan dapat mengindikasikan obstruksi yang lebih buruk. Peningkatan frekuensi napas yang cepat disertai peningkatan frekuensi jantung dapat merupakan tanda awal hipoksia.2. Berikan udara yang lembap, sejuk dengan menggunakan tenda lembap, alat humidifikasi, atau masker wajah.2. Uap yang lembap dapat mengencerkan lendir.3. Berikan oksigen, jika diperlukan. 3. Pemberian oksigen dpat disarankan untuk mengurangi hipoksia dan kegelisahan. Oleh karena penggunaan oksigen dapat menutupi tanda awal hipoksia yang sebenarnya, dan peningkatan obstruksi, yang perlahan-lahan akan membawa pada keadaan hiperkapnia, penggunaan oksigen hanya diindikasikan untuk menangani hipoksia yang nyata4. Berikan aerosol epinefrin rosemik, jika perlu; perhatikan tanda-tanda obstruksi pantulan. 4. Epinefrin rasemik mengurangi pembengkakan dari mukosa subglotis. Karena efek pengobatan biasanya singkat, hal ini mengakibatkan obstruksi pantulan.5. Jika anak dapat menolerensi, letakkan pada posisi Fowler tinggi. 5. Posisi ini meningkatkan kapasitas paru dengan cara mengurangi tekanan diafragma terhadap paru. Diagnosis Keperawatan IIRisiko deficit volume cairan yang berhubungan dengan menurunnya asupan cairan melalui oral.Hasil yang diharapkan Anak akan mempertahankan keseimbangan cairan yang ditandai oleh turgor kulit yang baik, dan haluaran urine 1 sampai 2 mL/kg/jam.

Intervensi Rasional Kaji kemampuan anak dalam menoleransi cairan (menelan, tercekik, atau batuk).Kemampuan anak untuk menoleransi cairan dipengaruhi oleh perasaan kurang nyaman pada tenggorokan, meningkatnya frekuensi pernapasan, atau muntah. 2. Berikan dan pantau cairan infuse, sesuai saran.2. Cairan per infuse dapat diberikan untuk mengurangi aktivitas fisik yang berhubungan dengan pemberian makanan per oral. Jika anak mengalami kesukaran pernapasan yang berat, pemberian cairan per oral merupakan hal yang kontradikasi sebab berisiko terjadi aspirasi dan muntah.3. Pantau asupan dan haluaran cairan pada anak dengan teliti. 3. Pemantauan memungkinkan deteksi dini dari tanda awal dehidrasi, seperti penurunan haluaran urine.4. Kaji tanda-tanda dehidrasi pada anak, termasuk turgor kulit buruk, mukosa membrane kering, ubun-ubun cekung, dan mata cekung. 4. Asupan cairan pada anak perlu disesuaikan jika tanda dehidrasi tampak.Diagnosis Keperawatan IIIKecemasan (anak) yang berhubungan dengan kesukaran pernapasan dan rawat inap di rumah sakit. Hasil yang diharapkan Anak akan berkurang kecemasaannya yang ditandai oleh periode tidur yang cukup, dan status pernapasan yang stabil.

Intervensi Rasional Biarkan anak untuk mengambil posisi yang membuat nyaman selama terapi yang menggunakan pelembapan udara atau oksigen. Contohnya, letakkan anak berbaring ditempat tidur dengan posisi miring atau bagian kepala tempat tidur ditinggikan.Anak harus dibuat senyaman dan seaman mungkin untuk mengurangi kecemasan selama terapi, sebab ketidak nyamanan dapat meningkatkan frekuensi pernapasan anak dan menyebabkan stridor. Anak dapat lebih menoleransi penggunaan tenda lembap atau alat pelembap yang menyejukkan (cool mist), lebih baik daripada melalui masker wajah.Tunda semua pemeriksaan dan prosedur yang tidak mendesak, hingga status pernapasan anak membaik.Tingkat kecemasan anak mungkin sudah meningkat, disebabkan oleh meningkatnya kesukaran pernapasan; test dan prosedur yang belum pernah dapat akan menambah masalah.Anjurkan orangtua untuk menemani anak.Keberadaan orangtua dapat membantu mengurangi kecemasan, dengan demikian menolong menstabilkan frekuensi pernapasan anak.Berikan benda yang sudah dikenal dengan baik oleh anak, seperti boneka dan selimut pada anak, untuk mempertahankan anak agar tetap dalam tenda lembap atau Croupette. Hindari permainan yang menimbulkan percikan api jika anak menggunakan oksigen.Benda yang sudah dikenal dengan baik oleh anak, akan memberikan perasaan yang aman dan membantu mengurangi kecemasan yang berhubungan dengan lingkungan yang baru dan asing bagi anak.Ciptakan ketenangan dan suasana tenang.Ketenangan dan suasana yang tenang membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan pernapasan normal.Diagnosis Keperawatan IVKecemasan (orang tua) yang berhubungan dengan ketakutan dan kurangnya pengetahuan tentang kondisi anaknya.Hasil yang diharapkan Orang tua akan mengekspresikan bahwa kecemasan berkurang, dan pemahaman yang meningkatkan tentang kondisi anaknya, serta katakutan yang berkurang terhadap prosedur.

Intervensi Rasional Kaji pemahaman orang tua tentang kondisi anaknya dan pengobatannya sehubungan dengan kemungkinan reaksi ketakutan, karena melihat anaknya ketika mengalami kesukaran pernapasan.Melalui pengkajian semacam ini, memungkinkan anda mengembangkan rencana pendidikan untuk membantu orang tua memahami kondisi anak dan pengobatan, akan mengurangi ketakutannya. 2. Jelaskan pada orang tua semua prosedur, pengobatan dan peralatan.2. Penjelasan yang diberikan sebelumnya dan selama dirumah sakit akan memberikan pengetahuan dan membantu menyelesaikan kesalahpahaman, mengurangi kecemasan ortu.3. Berikan dukungan emosional pada orang tua, selama anak dirawat inap di rumah sakit.3. Dukungan dari sisi emosional akan membantu orang tua menyesuaikan diri dengan krisis yang berasal dari hospitalisasi. Diagnosis Keperawatan VDefisit pengetahuan tentang perawatan di rumah.Hasil yang diharapkanOrang tua akan mengekspresikan pemahamannya sehubungan dengan intruksi perawatan dirumah.Intervensi Rasional Ajarkan orang tua bagaimana dan kapan memberikan obat; termasuk informasi tentang dosis dan reaksinya.Pehaman program pengobatan akan membantu orang tua mematuhi keseluruhan terapi anak. Mengetahui efek samping dari pengobatan, memungkinkan orang tua akan meminta pertolongan pada dokter bila memungkinkan.2. Jelaskan pada orang tua tanda dan gejala kesukaran pernapasan dan infeksi, termasuk demam, dispnea, takipnea, sputum yang kekuning-kuningan atau kehijauan dan mengi.2. Mengetahui bagaimana mengenal tanda dan gejala memungkinkan orang tua mencari pertolongan pada dokter, bila diperlukan 3. Jelaskan pentingnya istirahat yang cukup bagi anak.3. Setelah infeksi, anak memerlukan masa istirahat yang sering untuk meningkatkan penyembuhan, dan mencegah kekambuhan.4. Ajarkan tentang pentingnya hidrasi dan nutrisi yang cukup. Jelaskan bahwa anak membutuhkan minum2 sampai 8-oz (240mL) gelas cairan per hari (bergantung pada keadaan ginjal dan kardiovaskular anak) dan mengkonsumsi makanan tinggi kalori.4. Pemberian cairan akan membantu mengencerkan lendir. Diet tinggi kalori mengganti kalori yang dihabiskan untuk melawan penyakit. 5. Ajarkan tentang pentingnya memberikan lingkungan yang dilembapkan dengan menggunakan pelembap yang dingin. 5. Pelembapan udara membantu mengencerkan lendir. Pelembapan udara dingin dari nebulizer lebih aman daripada udara hangat yang kelur dari alat penguap (vaporiter), karena tindakan ini dapat menyebabkan luka bakar dan pembentukan jamur.6. Jika anak mengalami serangan selama musim dingin, sarankan orang tua memakaikan selimut hangat atau jaket pada anak, dan bawa ia keluar.6. Udara dingin akan mengurangi pembengkakan dan batuk menyerupai-rejan. 5. Evaluasi Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien :-Kebersihan saluran pernapasan dan pola pernapasan yang normal -Terpenuhinya volume cairan -Keseimbangan cairan yang ditandai turgor kulit yang baik-Terpenuhinya kebutuhan tidur yang baik dengan berkurangnya kecemasaan saat tidur-Pengetahuan tentang perawatan dirumah

DAFTAR PUSTAKA ISPAAgustama., 2005. Kajian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Universitas Sumatera Utara. Available from : http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review. [Accessed 31 April 2014]Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Riset Operasional Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular. Indonesia : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Available from : http:// www.litbang.depkes.go.id/download/ICDC/RO-ICDC.pdf. [accessed 31 April 2014].Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Pedoman pemberantasan dan penatalaksanaan ISPA. Direktoral Jendral Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan. Rasmaliah., 2004. Infeksi Saluran Akut (ISPA) dan penanggulangan. Universitas Sumatera Utara. Available from : http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9.pdf. [Accessed 31 April 2014].Sloane Ethel. 2003. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGCSuhandayani, I., 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan ISPA. Universitas Negeri Semarang. Available from : http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library. [Accessed 31 April 2014]. Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba MedikaWong, Donna L. et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2. Jakarta: EGCYuliati, Helfi. Kusumawati, Dyah Dwi. 2006. Terimaan Dosis Radiasi Foto Thorak oleh Pasien Anak. BATAN. Available fom : http://digilib.batan.go.id/e-prosiding/File-Prosiding/Kesehatan/PTKMR_2006/pros.pert.ilm.ptkmr-des-272006/Helfi-Y-dkk-155.pdf [Accessed 2 Juni 2014].Daftar pustaka DifteriArif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Pernapasan. Salemba Medika.Deterding RR. Essentials of diagnosis and typical features Diphtheria.In : Hay WW, Leswin MJ, Sondheimer JM, eds. Current diagnosis and therapy in pediatric. 18th ed. United State of America : Library of congress press ; 2007.p. 1176 8Mortimer E, Wharton M. Diphtheria toxoid. In: Vaccine ed Plotkins S, Ornstein, editors. Vaccines. 3rd ed. Philadelphia: WB Saunders Co.; 1999. p. 140-3.P2MPLP. Laporan hasil penyelidikan KLB Difteri di Kp Bunisari, Desa Balegede, Kecamatan Naringgul Kabupaten Cianjur; 2003.Richard E, Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol.2. Jakarta: EGC Sing A, Heesemann J. Imported diphtheria Germany, 2005. Available from : http://www.cdc.gov/ncidod/EID/vol 11no02/05.html. diakses pada tanggal 31 mei 2014 pukul 20.50 WIBSumarmo, dkk. 2008. Infeksi dan Pediatri Tropis. Edisi 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bag. IKA FK UI: JakartaTim Dosen keperawatan respirasi I: laily Hidayati, S.Kep., Ns., M.Kep, Ninuk Dian Kurniawati S.Kep., Ns., MANP, Kristiawati, S.Kp., Sp.Kep.An., M.Kep. 2014. Modul praktikum laboratorium mata ajar keperawatan respirasi I. Surabaya: Program Studi Pendidikan Ners Universitas Airlangga.WHO. 2008. Global Imunization Coverage, dalam http://www/who/int/imunization_monitoring/data/en/.com diakses pada tanggal 31 mei 2014 pukul 20.40 WIB

DAFTAR PUSTAKA PERTUSISDinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/13_Profil_Kes.Prov.JawaTengah_2012.pdf diakses pada 2 Juni 2014.Nelson E Waldo , Behrman E Richard, Kliegman Robert, Arvin M Ann.2000. Nelson Textbook Of Pediatric. Edisi 15, volume 2, cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGCNews Health. 2008. Pertusis (Batuk Rejan).http:www.mhcs.heatlh.nws.gov.au.pdf. diakses pada 2 Juni 2014Richard E. Behrman, Robert M. Kliegman, Ann M. Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 2. Jakarta : EGCSoedarmo, SSP., Garna, H., Hadinegoro SRS., Satari HI. 2010. Pertusis.Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Peiatri Tropis Edisi 2. Jakarta: Balaipenerbit IDAITerimakasih...........