bab 2 landasan teori 2.1. teori umum 2.1.1. pengertian...

52
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian Internet Menurut Laudon dan Laudon (2003, p119), internet adalah jaringan yang terdiri dari ribuan jaringan dan jutaan komputer yang menghubungkan bisnis, institusi pendidikan, organisasi pemerintahan dan individual. Kata internet sendiri sebenarnya berasal dari kata internetwork atau koneksi antara dua atau lebih jaringan komputer. Menurut Turban et al (2003, p208), internet adalah sebuah jaringan komunikasi public dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap organisasi melalui sebuah Local Area Network (LAN) atau Internet Service Provider (ISP). Jadi dapat disimpulkan bahwa internet adalah sarana komunikasi antar badan dengan menggunakan teknologi jaringan komputer yang saling terkait. 2.1.1.1. Pengertian Web Menurut McLeod (2001,p25), Web adalah ruang informasi yang terdapat di internet sebagai penyimpanan dokumen hypermedia dan dapat diambil melalui suatu skema alamat yang unik. 2.1.1.2. Pengertian PHP Menurut Peranginangin (2006,p3), PHP digunakan sebagai bahasa server-side script dalam pengembangan web yang disisipkan pada dokumen HTML. Dapat dikatakan bahwa PHP adalah bahasa pemrograman khusus yang dirancang secara khusus untuk web.

Upload: dinhkiet

Post on 15-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Teori Umum

2.1.1. Pengertian Internet

Menurut Laudon dan Laudon (2003, p119), internet adalah jaringan yang terdiri dari

ribuan jaringan dan jutaan komputer yang menghubungkan bisnis, institusi pendidikan,

organisasi pemerintahan dan individual. Kata internet sendiri sebenarnya berasal dari

kata internetwork atau koneksi antara dua atau lebih jaringan komputer.

Menurut Turban et al (2003, p208), internet adalah sebuah jaringan komunikasi

public dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap organisasi

melalui sebuah Local Area Network (LAN) atau Internet Service Provider (ISP).

Jadi dapat disimpulkan bahwa internet adalah sarana komunikasi antar badan dengan

menggunakan teknologi jaringan komputer yang saling terkait.

2.1.1.1. Pengertian Web

Menurut McLeod (2001,p25), Web adalah ruang informasi yang terdapat di internet

sebagai penyimpanan dokumen hypermedia dan dapat diambil melalui suatu skema

alamat yang unik.

2.1.1.2. Pengertian PHP

Menurut Peranginangin (2006,p3), PHP digunakan sebagai bahasa server-side script

dalam pengembangan web yang disisipkan pada dokumen HTML. Dapat dikatakan

bahwa PHP adalah bahasa pemrograman khusus yang dirancang secara khusus untuk

web.

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

8

2.1.1.3. Pengertian MySQL

Menurut Peranginangin (2006, p380), MySQL adalah suatu aplikasi database

relasional yang digunakan untuk menciptakan database, menyimpan informasi ke dalam

database, dan mendapatkan kembali informasi tersebut.

2.1.1.4. Pengertian Javascript

Javascript adalah bahasa scripting yang memungkinkan akses program kepada

aplikasi dan bersifat object-oriented. Bahasa ini dirancang menyerupai Java tetapi

mudah dugunakan oleh pengguna non-programmer.

2.1.2. Konsep Sistem Informasi

2.1.2.1. Pengertian Informasi

Menurut Laudon dan Laudon (2003, p7), informasi adalah data yang telah diolah ke

dalam bentuk yang telah memiliki arti dan guna bagi manusia.

Menurut O'Brien (2005, p38), informasi adalah data yang telah disusun dan disertai

dengan referensi terhadap suatu konteks atau hubungan yang memiliki arti untuk

pengambilan keputusan.

Menurut Turban et al (2003, p17), informasi adalah kumpulan fakta-fakta yang

terorganisir dalam aturan tertentu sehingga memiliki arti bagi penggunanya.

Informasi adalah fakta-fakta yang terorganisir dalam suatu aturan yang membuatnya

berguna bagi penggunanya.

2.1.2.2. Pengertian Sistem

Menurut O'Brien (2005, p18), sistem adalah sekelompok komponen yang

berhubungan dan saling berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan input

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

9

yang diterima yang kemudian ditransformasikan menjadi output.

Sistem memiliki komponen penting, yaitu:

• Input yang meliputi penangkapan dan perangkaian elemen yang memasuki

sistem untuk diproses. Contohnya adalah: bahan baku, energi, dan usaha

manusia.

• Processing yang merupakan kegiatan yang mengubah input menjadi output.

Contohnya adalah kegiatan manufaktur dan perhitungan matematis.

• Output yang melibatkan perpindahan elemen yang telah dihasilkan oleh proses

transformasi kepada tujuan akhirnya. Contohnya adalah barang jadi untuk

konsumen.

2.1.2.3. Pengertian Sistem Informasi

Menurut O'Brien (2005, p5), sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari

manusia, piranti keras, piranti lunak, jaringan komputer, dan sumber daya data yang

saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan,

dan menyebarkan informasi dalam suatu organisasi.

Menurut Turban et al (2003, p17), sistem informasi mengumpulkan, memproses,

menyimpan, menganalisa, dan informasi untuk tujuan tertentu. Seperti sistem lainnya,

sistem informasi memiliki input (data, instruksi) dan output (laporan dan perhitungan).

Sistem Informasi adalah pengolahan input yang diperoleh melalui suatu proses yang

terdiri dari kombinasi piranti keras, piranti lunak, jaringan komputer, sumber daya data,

dan sumber daya manusia untuk menghasilkan output yang berguna bagi perusahaan.

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

10

2.1.3. Konsep Sistem Informasi Manajemen

2.1.3.1. Pengertian Manajemen

Menurut Robbins dan Coulter (2005, p7), manajemen adalah proses koordinasi

aktivitas – aktivitas kerja sehingga aktivitas – aktivitas tersebut dapat diselesaikan secara

efektif dan efisien dengan dan melalui orang lain.

Adapula kegiatan inti manajemen menurutnya adalah:

1. Perencanaan yang mencakup proses perumusan sasaran, penetapan strategi

dan penyusunan rencana.

2. Pengorganisasian yang mencakup proses pembagian pekerjaan dan

pembentukan struktur organisasi.

3. Kepemimpinan yang mencakup proses motivasi karyawan, pengarahan, dan

pemecahan karyawan.

4. Pengawasan yang mencakup pemantauan aktivitas agar sesuai dengan apa

yang telah direncanakan sebelumnya dan koreksi atas penyimpangan yang

terjadi.

2.1.3.2. Pengertian Sistem Informasi Manajemen

Menurut McLeod dan Schell (2007, p10), sistem informasi manajemen adalah sistem

berbasis komputer yang menyediakan informasi kepada user yang memiliki kebutuhan

yang serupa.

Menurut Laudon dan Laudon (2003, p43), sistem informasi manajemen adalah

sistem informasi pada tingkat fungsi manajemen dengan menyediakan laporan-laporan

untuk manajer atau dengan akses langsung ke dalam kegiatan sebelumnya.

Sistem informasi manajemen adalah pengaturan sistem berbasis komputer pada

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

11

tingkatan manajerial untuk memberikan informasi tertentu kepada user.

2.1.4. Konsep e-business

2.1.4.1. Pengertian e-business

Menurut Laudon dan Laudon (2003, p23), e-business adalah penggunaan internet

dan teknologi digital lainnya untuk komunikasi organisasional dan pengkoordinasian

manajemen perusahaan.

Menurut Turban et al (2003, p389), e-business adalah proses pembelian dan

penjualan, baik itu berupa barang, jasa, atau informasi, yang dilakukan menggunakan

jaringan komputer, terutama internet. Hal ini mencakup pelayanan kepada konsumen,

kolaborasi dengan mitra bisnis, dan pelaksanaan transaksi elektronik yang terjadi di

dalam organisasi itu sendiri.

Menurut Chaudhury dan Kuilboer (2002, p30), e-business adalah penggunaan

teknologi internet untuk meningkatkan dan mentransformasikan proses bisnis kunci.

Menurut Simchi-Levi et al (2003, p57), e-business adalah gabungan antara model

bisnis dan proses yang dimotivasi oleh teknologi internet dan berfokus pada

pengembangan performa perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa e-business adalah penggunaan internet dan teknologi

digital lainnya untuk melakukan proses bisnis.

2.1.4.2. Nilai dari e-business

Menurut Indrajit & Djokopranoto (2003, p20-22), e-business memberikan nilai yang

terkait kepada:

• Efisiensi melalui pengurangan biaya dan dapat memberikan pelayanan yang

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

12

lebih baik.

• Efektifitas melalui kemampuan lebih yang dimungkinkan (seperti layanan 24/7

dan implementasi ERP)

• Jangkauan yang luas tanpa dibatasi batas geografis dan menyediakan sumber

daya finansial yang sangat besar.

• Struktur yang memungkinkan terbukanya pelayanan dengan metode baru.

• Kesempatan yang dibukakan melalui kemudahan yang diberikan.

2.1.5. Konsep Enterprise Resource Planning

2.1.5.1. Pengertian Enterprise Resource Planning

Menurut O'Brien (2001, p127), Enterprise Resource Planning adalah sistem

perusahaan yang memiliki sifat lintas fungsi untuk mengintegrasikan dan

mengautomasikan banyak proses bisnis yang harus diselesaikan melalui kegiatan

manufaktur, logistik, distribusi, akuntansi, keuangan, dan fungsi sumber daya manusia

dalam bisnis.

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p241), Enterprise Resource Planning adalah

teknologi yang menjadi tulang punggung untuk melaksanakan e-business, suatu

framework yang menangani transaksi perusahaan secara luas dengan hubungan kepada

sales order processing, manajemen inventoris dan kontrol, perencanaan produksi dan

distribusi, dan keuangan.

Enterprise Resource Planning adalah suatu framework dalam e-business yang

bersifat lintas fungsi untuk mengintegrasikan dan mengautomasikan banyak proses

bisnis yang harus diselesaikan melalui seluruh kegiatan perusahaan.

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

13

2.1.5.2. Tujuan Enterprise Resource Planning

Menurut O'Brien (2001, p 127), tujuan penggunaan ERP dapat dijabarkan melalui

dua poin ini, yaitu:

• ERP membuat framework untuk mengintegrasikan dan mengimprovisasi sistem

back-office yang menghasilkan peningkatan yang signifikan pada tigkat efisiensi

pelayanan konsumen, produksi, dan distribusi.

• ERP menyediakan informasi vital lintas fungsi secara cepat sehingga dapat

meningkatkan kemampuan para manajer perusahaan untuk mengambil keputusan

yang lebih baik.

• Saat ini, ERP telah dipandang sebagai hal yang diperlukan dalam mencapai

efisiensi, agility atau kelincahan, dan tingkat respons kepada konsumen dan

supplier.

2.1.6. Konsep Electronic Supply Chain Management

2.1.6.1. Pengertian Supply Chain

Menurut Pujawan (2005, p5), supply chain adalah jaringan perusahaan–perusahaan

yang secara bersama sama bekerja sama untuk menciptakan dan menghantarkan suatu

produk ke tangan pemakai akhir. Terdapat tiga macam aliran yang harus dikelola yaitu

aliran barang, uang, dan informasi dari hulu ke hilir maupun dari arah sebaliknya.

Menurut O'Brien (2001, p132), supply chain adalah jaringan yang tercipta akibat

hubungan bisnis yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam usaha untuk mencapai

produk akhirnya.

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

14

Supply Chain adalah jaringan yang tercipta karena hubungan bisnis antar perusahaan

untuk mencapai tujuan akhir dari masing-masing perusahaan.

2.1.6.2. Pengertian Supply Chain Management

Menurut Pujawan (2005, p22), supply chain management adalah metode atau

pendekatan terintegrasi untuk mengelola aliran produk, informasi, dan uang secara

terintegrasi yang melibatkan pihak – pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari

supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa – jasa logistik.

Menurut Simchi-Levi et al (2003, p2), supply chain management adalah suatu

rangkaian pendekatan yang digunakan untuk mengintegrasikan supplier, pemanufaktur,

pergudangan, dan toko secara efisien dimana barang yang diproduksi dan didistribusikan

pada jumlah yang tepat, ke tujuan yang tepat, dan pada waktu yang tepat. Hal ini

dilakukan agar pembiayaan dapat dikurangi sedangkakan pelayanan dapat ditingkatkan.

Menurut Chaudhury dan Kuilboer (2002, p416), supply chain management adalah

manajemen atas informasi dan arus material yang terjadi dalam keseluruhan proses

rantai.

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p274), supply chain management adalah

koordinasi dari aliran material, aliran informasi, dan aliran keuangan antara semua

perusahaan terkait dalam transaksi bisnis yang terjadi.

Jadi supply chain management adalah pendekatan yang digunakan untuk mengelola

sumber daya perusahaan untuk diintegrasikan dengan pihak-pihak terkait mulai dari

supplier hingga konsumen secara tepat. Ketepatan yang dimaksud adalah aspek waktu,

tujuan, jumlah, pembiayaan, dan hasil yang dicapai.

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

15

2.1.6.3. Tujuan Supply Chain Management

Menurut Chopra dan Meindl (2004, p5), tujuan dari supply chain management

adalah untuk memaksimalkan nilai keseluruhan yang dihasilkan untuk memenuhi

kebutuhan dan permintaan customer. Di sisi lain, tujuannya adalah untuk minimalisasi

biaya secara keseluruhan.

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p279), SCM memiliki beberapa tujuan

strategis, yaitu:

• Koordinasi antar perusahaan dari manufaktur dan proses bisnis.

• Distribusi yang efektif dan channel partnership.

• Customer responsiveness dan accountability.

Jadi, tujuan dari Supply Chain Management adalah memaksimalkan nilai proses

bisnis dengan pengurangan biaya melalui koordinasi yang tepat guna, distribusi yang

efektif, dan kecepatan dan kehandalan dalam menanggapi keinginan konsumen.

2.1.6.4. Manfaat Supply Chain Management

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003, p4-5), keuntungan dari supply chain

management adalah:

• Mengurangi tingkat persediaan barang.

Persediaan barang adalah asset perusahaan yang bernilai sekitar 30 % - 40 % dari

total asset perusahaan. Biaya penyimpanan barang sendiri bernilai 20 % - 40 %

dari nilai barang yang disimpan. Pengurangan tingkat persediaan perusahaan

akan meningkatkan kelancaran aktiva perusahaan.

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

16

• Menjamin kelancaran aliran barang.

Aliran barang perlu dikelola dengan baik agar tidak terjadi kesalahan dalam mata

rantai yang ada. Perlu diingat bahwa kekuatan supply chain hanya sebatas

kekuatan mata rantai terlemahnya karena kesalahan yang terjadi pada mata rantai

sebelumnya akan mempengaruhi performa keseluruhan mata rantai lanjutan.

Berdasarkan hal ini maka pengaturan dalam Supply Chain Management

menjamin kelancaran aliran barang.

• Menjamin mutu.

Mutu dalam tiap mata rantai akan mempengaruhi produk akhir. Tiap tahapan

dalam proses pengolahan bahan baku menjadi produk akhir harus memberikan

nilai tambah bagi produk.

Menurut Chaudhury dan Kuilboer (2002, p417), SCM bertujuan untuk menekan

biaya pengapalan, produksi, dan penyimpanan. Tujuan lainnya adalah untuk

memaksimalisasikan nilai bisnis perusahaan dengan cara merespon perubahan pasar dan

lingkungan kompetitif secara cepat dan fleksibel. Melalui hal ini, penyampaian produk

dapat dilakukan kepada konsumen yang tepat dan pada waktu tepat. Hal ini biasa

dikenal sebagai Eficient Customer Response (ECR).

Dapat disimpulkan bahwa SCM memaksimalkan nilai bisnis perusahaan melalui

jaminan aliran barang yang menjamin pemasukan bagi perusahaan dan dengan

memberikan respon yang tepat terhadap lingkungan melalui mutu yang diberikan. Hal

ini juga dicapai dengan menekan biaya yang dikeluarkan yang memberikan keuntungan

lebih bagi perusahaan.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

17

2.1.6.5. Pengertian Electronic Supply Chain Management

Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003, p169), e-supply chain management

merupakan suatu konsep manajemen dimana perusahaan berusaha memanfaatkan

teknologi internet untuk mengintegrasikan seluruh mitra kerja perusahaan, terutama

yang berhubungan dengan sistem pemasokan bahan atau sumber daya yang dibutuhkan

dalam proses produksi.

Menurut Turban et al (2003, p32), e-Supply Chain Management adalah penggunaan

gabungan teknologi untuk meningkatkan aktivitas operasi supply chain dan juga supply

chain management.

E-Supply Chain Management adalah penggunaan teknologi internet dan teknologi

digital lainnya untuk meningkatkan aktivitas supply chain management melalui integrasi

keseluruhan mitra kerja perusahaan.

2.2. Teori Khusus

2.2.1. Supply Chain Management

2.2.1.1. Tipe Supply Chain Management

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p281) terdapat 3 tipe supply chain yang

berperforma tinggi, yaitu:

• Responsive Supply Chain yang secara cepat dan akurat menanggapi kebutuhan

customer. Available to promise adalah salah satu fitur yang penting dalam hal

responsivitasnya.

• Adaptive Supply Chain dapat dikonfigurasi ulang untuk beradaptasi terhadap

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

18

perubahan dalam permintaan customer.

• Intelligent Supply Chain bersifat dinamis dan selalu di-fine tuning agar

berperforma dengan baik.

2.2.1.2. Komponen Supply Chain Management

Menurut Turban (2003, p301), supply chain management terdiri dari tiga komponen

utama, yaitu:

• Upstream Supply Chain

Merupakan bagian dari supply chain yang interaksinya terjadi antara supplier

dengan pemanufaktur yang aktivitas utamanya adalah kegiatan fulfillment.

• Internal Supply Chain

Pada bagian ini dilakukan transformasi barang dari supplier menjadi barang jadi

di perusahaan manufaktur. Kegiatan yang terjadi di dalam internal supply chain

berada di dalam perusahaan itu sendiri.

• Downstream Supply Chain

Fokus dari downstream supply chain berada pada proses penyampaian produk

kepada konsumen. Oleh karena itu bagian ini menangani distribusi, pergudangan,

transportasi, dan pelayanan pasca pembelian.

2.2.1.3 Tantangan dalam Supply Chain Management

Menurut Pujawan (2005, p17-19), tantangan yang dihadapi dalam Supply Chain

Management adalah:

• Kompleksitas struktur.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

19

Dalam suatu supply chain terdapat banyak pihak yang terkait dimana tiap pihak

memiliki kepentingannya sendiri. Dari banyaknya kepentingan itu maka

terjadilah benturan kepentingan dari para pihak terkait. Penyeimbangan

kepentingan inilah yang sulit untuk ditentukan.

• Tingkat ketidakpastian yang tinggi.

Hal ini adalah permasalahan utama dari supply chain management dimana

ketidakpastian dapat datang dari tingkat permintaan yang berubah-ubah sesuai

spesifikasi konsumen, persediaan barang dari supplier yang tidak tersedia pada

waktu dibutuhkan, dan permasalahan internal perusahaan pada saat operasional.

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p289), masalah yang sering ditemui dalam

supply chain:

• Kurangnya pengetahuan mengenai perencanaan permintaan end-to-end yang

mengakibatkan ketidak-stabilan kuantitas permintaan yang sering berubah dalam

penjadwalan produksi dan dapat mengakibatkan keluarnya biaya lebih.

• Data yang tidak konsisten atau data yang kadaluarsa sehingga integrasi dengan

ERP menjadi bermasalah dan dapat menghasilkan keputusan yang kontra

produktif.

• Kurangnya integrasi dengan mitra lain karena teknologi yang digunakan kurang

mampu untuk menyediakan informasi sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p290), untuk menangani permasalahan maka

dapat digunakan empat tahapan dari supply chain fusion (penggabungan supply chain

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

20

antar badan terkait), yaitu:

• Memungkinkan pembagian informasi antar pihak melalui proses komunikasi

yang solid.

• Membuat sistem pengukur performa gabungan dan proses perencanaan

kolaborasi. Melalui sistem ini maka dapat diketahui biaya dan kegunaan integrasi

supply chain yang dilakukan.

• Mengatur kembali pekerjaan dan berkolaborasi secara menyeluruh.

• Mendesign ulang produk dan proses sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah

dan efisien.

Menurut Simchi-Levi et al (2003, p3), hal yang membuat supply chain management

sulit adalah:

• Dituntut untuk merancang dan mengoperasikan supply chain sehingga biaya

keseluruhan sistem dapat diminimalisasikan dan tingkat pelayanan keseluruhan

sistem terjaga. Tingkat kesulitan meningkat secara eksponensial saat suatu sistem

harus dipandang secara keseluruhan dibanding pergerakan secara partial. Proses

untuk menyimpulkan strategi terbaik untuk keseluruhan sistem dikenal sebagai

global optimization.

• Ketidakpastian yang selalu ada dalam supply chain dimana tingkat permintaan

konsumen tidak pernah dapat diramalkan secara tepat, waktu perjalanan yang

tidak pasti, dan kerusakan mesin. Supply chain harus dirancang sedemikan rupa

hingga mampu mengeliminasi sebanyak-banyaknya ketidakpastian dan

menangani secara efektif ketidakpastian yang masih ada.

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

21

Menurut Simchi-Levi et al (2003, p12-13), isu penting dalam menangani suatu

supply chain adalah:

• Perencanaan jaringan yang mencakup pengaturan letak plant untuk produksi dan

gudang sehingga para retailer dapat dicapai dengan optimal.

• Pengaturan inventoris yang harus memperhatikan perubahan tingkat permintaan

konsumen dan cara mengatur persediaan dalam menghadapinya. Selain itu juga

harus diperhatikan motif yang mendasari pengadaan persediaan ini. Apakah

karena permintaan konsumen, ketidakpastian proses produksi, atau karena hal

lainnya. Jika dikarenakan permintaan konsumen maka dipikirkan hal apa yang

dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat persediaan ini.

• Kontrak supply adalah perjanjian yang dilakukan antara pemasok dengan

pemanufaktur. Hal ini dilakukan terkait pengaruh masing-masing pihak terhadap

keselurahan supply chain. Melalui kontrak ini maka ketersediaan produk

terjamin dan pihak yang terkait dapat memperoleh keuntungannya masing-

masing.

• Strategi distribusi merupakan strategi yang dilakukan untuk menyampaikan

produk kepada tujuan dengan biaya yang terendah. Dengan strategi distribusi

yang baik maka biaya penyimpanan dapat ditekan karena barang tidak terlalu

lama berada di gudang dan menjamin kelancaran aliran produk.

• Supply Chain Integration dan Strategic Partnership yang mengintegrasikan

supply chain dari pihak terkait dengan mendefinisikan bagaimana pengintegrasi

dilakukan, informasi apa yang harus dibagi, bagaimana informasi tersebut

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

22

digunakan, pengaruhnya terhadap keseluruhan performa, sejauh mana tingkat

integrasi dilakukan, strategi kemitraan, dan bagaimana menghadapi situasi

tertentu.

• Strategi Outsourcing dan Procurement memikirkan apa yang harus diciptakan

sendiri oleh perusahaan dan apa yang harus diambil dari luar perusahaan.

Pemikiran ini harus didasari atas kompetensi inti apa yang diperlukan ada dalam

suatu bidang usaha dan mana yang memiliki tingkat prioritas yang lebih rendah

namun memakan banyak sumber daya untuk pengadaannya.

• Perancangan produk yang mempertimbangan rancangan atas produk dengan

kepuasan konsumen. Beberapa rancangan memerlukan pembiayaan yang lebih

tinggi untuk mengadakannya dibandingkan dengan rancangan lain. Dari detil

rancangan dicarilah hal yang dapat dikompensasikan untuk dieliminasi tanpa

harus mengurangi tingkat kepuasan konsumen secara signifikan.

• Customer Value adalah ukuran yang digunakan untuk mengetahui kontribusi

perusahaan terhadap konsumennya melalui produk, jasa, hal intangible yang

ditawarkan perusahaan, kualitas yang diberikan, serta tingkat kepuasan

konsumen terhadap perusahaan. Penilaian konsumen dapat mempengaruhi

kelancaran pelaksanaan supply chain management melalui sentimen yang timbul

atas brand perusahaan.

• Information Technology dan Decision-Support System adalah suatu faktor yang

mendukung supply chain management dengan menganalisa data-data yang

dipandang berguna menurut kelaziman yang ada. Analisis dapat dilakukan

dengan cepat melalui penggunaan aplikasi ini. Teknologi yang tepat dapat

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

23

meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan.

Berikut adalah tabel yang menjelaskan peranan masing-masing poin terkait

optimalisasi supply chain secara global dan pengaturan ketidakpastian.

Tabel 2.1 Permasalahan Utama dalam Supply Chain Management

Sumber: Simchi-Levi et al (2003, p17)

2.2.1.4. Kegiatan Supply Chain Management

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p274), kegiatan dalam Supply Chain

mencakup fasilitas dimana bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi diperoleh,

ditransformasikan, dan dijual. Fasilitas-fasilitas ini dihubungkan dengan jaringan

transportasi yang memungkinkan terjadinya aliran material dan produk. Idealnya, sebuah

gabungan supply chain dari beberapa perusahaan bergerak sebagaimana supply chain

suatu perusahaan bergerak yaitu dengan kejelasan dan ketepatan informasi.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

24

Gambar 2.1 Proses Supply Chain

Sumber: Kalakota dan Robinson (2001, p274)

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p280), integrasi antar perusahaan dapat

terbagi menjadi tiga, yaitu:

• Enterprise Focus

Pada integrasi ini, tiap perusahaan yang terkait tidak membagi sistemnya dengan

perusahaan lain.

• Partner Focus

Integrasi jenis ini sudah membangun collaborative system di antara perusahaan

yang terkait.

• Direct Focus

Untuk integrasi jenis ini, konsumen juga masuk ke dalam sistem yaitu melalui

penggunaan shared market data. Pada tahapan ini, mata rantai dapat dipersingkat

dengan pengeliminasian retailer dari mata rantai.

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

25

Menurut Ballou (2004), kegiatan utama dalam supply chain adalah:

• Pelayanan konsumen standar yang dikooperasikan dengan marketing untuk

menentukan kebutuhan dan keinginan konsumen atas layanan, respon terhadap

pelayanan, dan untuk menetapkan tingkat pelayanan yang diberikan.

• Transportasi menyangkut mode dan pemilihan jasa transport, penentuan rute,

konsolidasi muatan, penjadwalan armada, pemilihan peralatan, proses claim, dan

audit.

• Manajemen inventoris untuk bahan baku dan produk jadi, peramalan jangka

pendek, dan product mix, besaran yang digunakan pada titik transit, dan strategi

jist-in-time atau push-pull.

• Aliran informasi dan pemrosesan pesananan menyangkut prosedur interface,

metode transmisi informasi, dan aturan dalam pemesanan.

Kegiatan pendukung supply chain adalah

• Warehouse yang mengurus besarnya ruangan, rancangan layout dan design,

konfigurasi, dan penempatan barang.

• Pengaturan material termasuk pemilihan peralatan, ketentuan penggantian

barang, prosedur pengambilan order, dan penyimpanan barang serta retur.

• Pembelian yang mencakup pemilihan sumber, timing pembelian, dan jumlah

pembelian.

• Packaging yang digunakan untuk mengatur barang, penyimpanan, dan

perlindungan.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

26

• Kooperasi dengan bagian produksi untuk menspesifikasikan kuantitas rata-rata

yang diperlukan, mengatur waktu produksi, dan menjadwalkan supply untuk

produksi.

• Information Maintanance yang mencakup pengkoleksian, penyimpanan,

manipulasi informasi, analisis data, dan prosedur pengontrolan.

2.2.1.5. Supply Chain Integration

Menurut Simchi-Levi et al (2003, p42), integrasi supply chain dapat terbagi menjadi

tiga, yaitu:

• Push-Based Supply Chain

Keputusan produksi dan distribusi didasari oleh peramalan jangka panjang yang

dapat memberi dampak seperti ketidakmampuan untuk memenuhi tingkat

permintaan yang beragam dan kurang tanggapnya supply chain inventory

terhadap berkurangnya permintaan atas produk tertentu.

• Pull-Based Supply Chain

Pada sistem ini, produksi dan distribusi bergerak berdasarkan permintaan. Pada

sistem murninya, perusahaan tidak memiliki persediaan dan hanya beroperasi

pada saat menerima pesanan khusus.

Sistem ini menarik untuk digunakan karena:

Mengurangi lead time melalui kemampuan antisipasi terhadap pesanan

retailer yang masuk.

Mengurangi tingkat persediaan seiring dengan pengurangan lead time.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

27

Mengurangi variabilitas pada sistem karena pengurangan lead time.

Mengurangi tingkat persedian pemanufaktur karena pengurangan variabilitas.

Pada sisi lain, sistem ini sulit untuk diimplementasikan bila lead time panjang

sehingga sistem ini menjadi tidak praktis. Selain itu sistem ini juga sulit untuk

mengambil keuntungan secara ekonomis dalam hal manufaktur dan transportasi

karena kurangnya peramalan jangka panjang.

• Push-Pull Supply Chain

Sistem ini beroperasi dengan aturan pada push-based strategy sedangkan area

lainnya didasari pull-based strategy. Perbedaan karakteristik sistem ini tercantum

dalam gambar berikut ini

Tabel 2.2 Perbandingan karakteristik Push dengan Pull Supply Chain

Sumber: Simchi-Levi et al (2003, p50)

2.2.1.6. Aplikasi Supply Chain Management

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p283), supply chain dapat terbagi menjadi

dua kelompok aplikasi, yaitu Supply Chain Planning dan Supply Chain Execution.

Aplikasi Supply Chain Planning mengintegrasikan fungsi perencanaan seperti

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

28

peramalan permintaan, simulasi inventoris, perencanaan distribusi, perencanaan

transportasi, dan perencanaan manufaktur. Aplikasi Supply Chain Execution

mengintegrasikan fungsi pelaksanaan seperti procurement, kegiatan manufaktur, dan

distribusi produk ke seluruh rantai nilai.

2.2.1.7. Supply Chain Planning

Supply Chain Planning memiliki modul-modul sebagai berikut:

Gambar 2.2 Supply Chain Planning

Sumber: Kalakota dan Robinson (2001, p284)

• Advanced scheduling and manufacturing planning module yang menyediakan

koordinasi detil atas semua usaha manufaktur dan pen-supply-an berdasarkan

pesanan individual dari customer. Penjadwalan didasari analisis real-time dari

perubahan yang terjadi selama proses dan menangani proses manufaktur dan

logistik supplier.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

29

• Demand-planning module menghasilkan dan mengkonsolidasikan permintaan

dari seluruh unit bisnis dalam perusahaan besar. Modul ini mendukung

pemakaian peralatan statistik dan teknik peramalan bisnis.

• Distribution-planning functions membuat perencanaan operasi untuk manajer

logistik perusahaan. Perencanaan distribusi terintegrasi dengan permintaan dan

modul manufacturing-planning untuk menghasilkan model lengkap supply chain

dan perencanaan operasi untuk order fulfillment. Modul ini juga dapat

menyesuaikan dengan permintaan khusus customer.

• Transportation planning bergerak dalam alokasi sumber daya dan pelaksanaan

untuk memastikan bahwa material dan barang jadi dikirimkan tepat waktu,

kepada tujuan yang benar, dengan biaya minimal. Modul ini menganalisa

variabel-variabel seperti ketersediaan trailer, konsolidasi load, loading dock

space, dan mencari solusi terbaik dari kombinasi sarana dan prasarana

transportasi.

Aplikasi SCP yang fleksibel harus dapat mengevaluasi beberapa strategi, seperti:

• Profitable to promise: Haruskah pesanan ini diambil?

• Available to promise: Apakah inventoris yang diperlukan tersedia untuk

memenuhi order.

• Capable to promise: Apakah kapasitas manufaktur memungkinkan pemenuhan

komitmen produksi.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

30

2.2.1.8. Supply Chain Execution

Menurut Kalakota dan Robinson (2001, p284), Supply Chain Execution adalah

proses pemenuhan kebutuhan spesifik customer atas produk dan layanan yang memberi

nilai tambah dengan tindakan yang tepat waktu, efisien, dan cost-effective. Pangsa pasar

untuk aplikasi Supply Chain Execution bertumbuh sebagai hasil dari dua faktor utama,

yaitu:

Bisnis yang telah memaksimalkan efisiensi internal berusaha untuk mencapai

efisiensi operasional terhadap mitra supply chain mereka.

Seiring perusahaan mengusahakan pencapaian efisiensi operasional dalam hubungan

distribusi, mereka menyadari bahwa aplikasi perencanaan bertujuan untuk mencapai

solusi ideal. Untuk dapat teraplikasikan dengan benar, perencanaan harus memiliki akses

data transaksi yang terus menerus.

Aplikasi SCE berfokus kepada manajemen yang efektif atas warehouse dan operasi

dari transportasi serta integrasi antara sistem perencanaan dengan aplikasi perusahaan

lainnya. Aplikasi SCE mengautomasikan order planning, produksi, replenishment, dan

fungsi distribusi.

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

31

Gambar 2.3 Supply Chain Execution

Sumber: Kalakota dan Robinson (2001, p287)

• Order planning bertujuan untuk memilih rencana yang paling memenuhi

keinginan customer dengan mempertimbangkan aspek transportasi dan

manufaktur.

• Modul Produksi merencanakan kapan, dimana, dan berapa banyak kebutuhan

yang diperlukan untuk membuat tiap produk.

• Replenishment merupakan bagian dari produksi yang bertujuan untuk

meminimalisasikan jumlah inventoris yamg digunakan saat beroperasi.

Pemenuhan yang tepat waktu penting karena customer tidak mentolerir keadaan

kita yang kehabisan stok.

• Manajemen distribusi mencakup keseluruhan proses dari kegiatan

mentransportasikan barang dari pemanufaktur ke pusat distribusi hingga ke end

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

32

customer. Kegiatan manajemen distribusi menghasilkan integrasi perencanaan

transportasi dan penjadwalan. Perencanaan transportasi mengkoordinasikan

pergerakan produk selama proses transportasi dan memberikan customer

kemampuan untuk mendeteksi barang mereka melalui jaringan transportasi

multimodal. Aplikasi distribusi memberikan user akses yang mudah kepada

shipping, tracking, dan data pengiriman yang juga mendukung kebutuhan

perdagangan internasional yang selalu berubah, dengan penghasilan dokumen

dan fitur regulasi.

• Reverse distribution / Reverse Logistics adalah aliran distribusi yang berasal dari

customer kepada pemanufaktur yang mencakup pengembalian atas produk yang

rusak atau karena hal hal lainnya (seperti adanya bahan berbahaya dalam produk,

produk yang dirancang ulang, atau kemasan yang dapat digunakan kembali.

2.2.1.9. Nilai informasi dalam suatu Supply Chain Management

Menurut Simchi-Levi et at (2003, p19), penggunaan informasi dalam supply chain

dapat menggantikan posisi persediaan. Pergantian ini dimaksudkan pada penggunaan

informasi secara tepat dapat meminimalisasi pengadaan persediaan. Dapat disimpulkan

bahwa informasi dapat memberikan:

• Membantu mengurangi variabilitas dalam supply chain.

• Membantu supplier untuk membuat peramalan yang lebih baik, pemantauan

perubahan dalam pasar, dan permasalahan akuntansi.

• Memungkinkan koordinasi dari sistem manufaktur dengan sistem distribusi dan

strategi.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

33

• Memungkinkan retailer untuk melayani konsumen dengan lebih baik dengan

menyediakan alat untuk mencari item yang diinginkan.

• Memungkinkan retailer untuk dapat bereaksi dan beradaptasi kepada

permasalahan supply chain dengan lebih sigap.

• Memungkinkan pengurangan lead time.

2.2.1.10. Preliminary Step

Menurut Ross (2003, p131-138), dalam menentukan strategi e-SCM terdapat langkah

awal yang harus dilakukan, yaitu:

Tahap 1. Energize the Organization

Pada tahapan ini dilakukan persiapan perusahaan terhadap pemakaian e-SCM

sebelum dilakukan penentuan strategi bisnis. Diperlukan 2 hal utama dari Sumber

Daya Manusia perusahaan, yaitu:

• Mendapatkan dukungan top management untuk menyebarkan usaha dan

mengintegrasikan para pekerja perusahaan dengan teknologi terkait.

• Mengintegrasikan penggunaan teknologi e-SCM dengan sumber daya manusia

perusahaan.

Tahap 2. Enterprise Vision

Dalam tahap ini akan ditentukan kompetensi yang terdapat dalam jaringan supply

chain perusahaan. Pemikiran atas visi dapat ditentukan dengan menjawab

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

• Apakah latar belakang perusahaan?

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

34

• Bagaimana pendekatan yang dilakukan perusahaan terhadap pasar?

• Proses apa yang paling menambah nilai bagi konsumen?

• Bagaimana hubungan perusahaan dengan supplier seiring berjalannya waktu?

• Bagaimana sifat pengorganisasian internal perusahaan?

• Apakah kekuatan dan kelemahan mitra bisnis?

• Kemampuan apa yang paling penting dalam menciptakan dan mempertahankan

daya saing?

Tahap 3. Supply Chain Value Assessment

Hal yang harus dilakukan oleh perusahaan adalah menentukan proses apa yang

mendukung keunggulan kompetitif untuk dikonversikan ke dalam bentuk e-business.

Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberi prioritas inisiatif e-business

yang dipilih agar dapat memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan dan rekan

bisnis. Tahapan dalam menjalankan SCVA dapat disarikan ke dalam tiga langkah

sebagai berikut:

• Pembentukan tim koloborasi antara perusahaan dan mitra dalam supply chain.

Tim ini akan bertanggung jawab untuk mengidentifikasikan isu bisnis,

mempersiapkan model proses yang kompetitif, dan menjelaskan detail dari

implikasi penggunaan daya saing melalui integrasi supply chain, proses bisnis

serta pengetahuan mengenai e-business.

• Pembentukan KPI berdasarkan identifikasi tahap pertama sertat alternatif yang

mungkin tersedia. Penyelidikan menyeluruh terhadap solusi tersedia dilakukan

untuk memvalidasikan performa yang akan dicapai.

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

35

• Perbandingan hasil KPI dengan aplikasi internet yang diajukan untuk

menentukan kekuatannya dari segi resiko, hasil output, proses penambahan nilai

yang dilakukan, kemampuan yang diperlukan, dan pengaruh secara keseluruhan

terhadap supply chain serta perusahaan.

Tahap 4. Opportunity Identification

Tahap ini dilakukan dengan memprioritaskan alternatif e-business yang

memungkinkan. Untuk menyelesaikan tahap ini, tim SCVA (Supply Chain Value

Assessment) harus memecahkan inisiatif yang ada ke dalam evolutionary model dan

revolutionary model. Hal ini akan memungkinkan perusahaan untuk memulai proses

dalam menentukan jenis implementasi e-SCM yang diinginkan, rangkaian peluang

kompetitif yang tersedia, dan biaya rata-rata yang akan dikeluarkan oleh perusahaan

dan rekan supply chain.

Tahap 5. Strategy Decision

Setelah keempat tahapan selesai dilakukan, para eksekutif perusahaan dapat memulai

proses perencanaan.

2.2.1.11. Mengembangkan Strategi e-SCM

Berikut ini dijabarkan strategi pengembangan e-SCM menurut Ross (2003, p138-

p161)

A. Membangun Business Value Proposition

Berdasarkan uraian Ross (2003, p138), Business Value Proposition adalah inti dari

pemilihan strategi yang ada untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan dari konsumen.

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

36

Masa sekarang adalah masa dimana produk dan jasa harus mampu untuk menyediakan

total value kepada konsumen, supplier, channel member, dan mitra kerja. Menurut Bovet

dan Martha (Ross, 2003) Value Proposition yang efektif harus siap menanggapi tiga

nilai, yaitu:

• Super Service.

Merupakan kemampuan untuk menyediakan pelayanan yang superior yang mampu

memperkaya nilai dari produk / jasa bagi konsumen. Atribut penting dalam

membangun super service adalah kecepatan dan pengiriman yang dapat

diandalkan.

• Product / Service Solution.

Value yang diberikan kepada konsumen tidak terbatas pada suatu produk / jasa

yang ditawarkan, bukan hanya kepemilikan yang ditawarkan tetapi juga hal hal

yang lebih penting bagi konsumen. Hal-hal ini dapat berupa ketersediaan barang,

murahnya biaya yang dikeluarkan, konfigurasi yang disertakan, dan hal hal

lainnya.

• Customization.

Menyesuaikan apa yang dilakukan perusahaan dengan apa yang diingini oleh

konsumen dengan ketepatan yang tinggi adalah inti dari kegiatan ini.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

37

Adapula perubahan nilai yang terjadi akibat pergeseran bentuk market diperlihatkan

dalam table berikut:

Tabel 2.3 Perubahan Nilai Akibat Pergeseran Bentuk Pasar

Sumber: Ross (2003, p141)

B. Mendefinisikan Nilai dari Portfolio

Menurut Ross (2003, p141), process development yang harus disusun dengan baik

agar dapat mendukung business value proposition dengan efektif adalah:

• Design.

Melalui perancangan produk dan jasa, perusahaan harus mampu untuk

menyesuaikan diri dengan perubahan tuntutan pasar.

• Cost.

Manajemen biaya yang efektif menuntut perusahaan agar mengoptimalisasi

proses dan mengurangi biaya serta inovasi yang cepat.

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

38

• Service.

Pelayanan yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen menjadi nilai tambah.

• Quality.

Jaminan atas kualitas yang diberikan kepada konsumen secara keseluruhan akan

menambah nilai yang diberikan.

C. Menstrukturkan Cakupan dari Kolaborasi

Pada halaman 143, Ross menjelaskan bahwa ide dari kolaborasi adalah untuk

mengejar konsep JIT dan TQM. Berikut dijabarkan mengenai pembangunan cakupan

kolaborasi saat membangun strategi value network e-SCM.

• Menentukan dimensi dari kolaborasi

Supply Chain memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan kompetensi dan

pengambilan sumber daya dari mitra mereka untuk membantu dalam sourcing,

menciptakan, dan pencapaian dari portfolio yang diinginkan.

Strategi kolaborasi dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi vertikal dan sisi horizontal.

Kolaborasi vertikal adalah hubungan kolaborasi yang mencakup hubungan dengan

supplier dan saluran output. Sedangkan kolaborasi horizontal mencakup hubungan

dengan mitra kerja atau penguatan portfolio perusahaan.

• Intensitas dari kolaborasi.

Seiring dengan peningkatan intensitas kolaborasi maka tingkat kompleksitas dan

biaya yang diperlukan juga ikut meningkat. Menurut Prahalad dan Ramaswamy

(Ross, 2003) terdapat empat tingkat kolaborasi yang dapat dicapai, yaitu:

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

39

1. Arms-length Relationship

Merupakan tingkatan yang umumnya dilakukan dimana perusahaan ingin

mencapai kemudahan dalam transaksi market-based di sepanjang jaringan

kolaborasi. Strategi seperti ini biasanya hanya memerlukan sebuah web portal

dan tingkat kerumitannya bergantung kepada jumlah partisipan saja.

2. Information Sharing

Tingkat kolaborasi seperti ini bertujuan untuk mengumpulkan banyak varian

informasi yang tersedia dari mitra-mitra yang ada dan digunakan untuk

kepentingan yang lebih banyak, seperti peramalan penjualan dan stocking.

Informasi yang disediakan akan lebih efektif untuk mengambil keputusan jika

lebih banyak mitra yang terikut.

3. Sharing and Creating Knowledge

Pada tahap ini, strategi yang dibentuk berusaha untuk menggunakan dan

mengintegrasikan kompetensi dari mitra dalam jaringan untuk pengembangan

value proposition. Diperlukan kolaborasi secara on-line dan akses informasi yang

tergabung. Target dari strategi ini adalah mengimpor kompetensi serta

mengurangi fungsi yang redundan.

4. Sharing and Creating New Insights

Merupakan tingkat kolaborasi tertinggi dimana mitra-mitra jaringan tidak hanya

saling menggunakan kompetensi yang ada tetapi juga bersama-sama

menciptakan suatu pandangan baru yang membukakan suatu visi bersama dalam

mengambil kesempatan yang ada.

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

40

5. Tingkatan teknis

Dukungan teknis diperlukan tergantung kepada intensitas kolaborasi yang

dilakukan yang memiliki keperluan yang berbeda pula. Dari keperluan inilah

disimpulkan teknologi apa yang dibutuhkan. Dukungan teknis diperlukan dalam

cakupan yang luas, seperti teknologi non-internet, visibilitas akses, hubungan

antar server, dan manajemen proses.

6. Outsourcing

Pengambilan sumber daya dari luar perusahaan dapat meningkatkan kompetensi

perusahaan karena melalui pengurangan proses yang dilakukan perusahaan.

Keuntungan yang diperoleh antara lain adalah peningkatan Return on Assets

melalui pengurangan biaya, peningkatan produktivitas sumber daya manusia

perusahaan, menyediakan fleksibilitas perusahaan, peningkatan pelayanan, dan

pembentukan sistem informasi yang lebih menyeluruh.

D. Memastikan Manajemen Sumber Daya yang efektif

Manajemen Sumber Daya terbagi ke dalam tiga cakupan utama, yaitu (Ross,

p149):

• Human Knowledge

Bagian yang lebih dikembangkan pada Human Knowledge adalah Human

Capital Management yang menghasilkan ide pengembangan produk, proses,

sistem, dan hubungan dengan pihak lain. Keuntungan yang dapat dicapai antara

lain adalah penguatan growth, produktivitas, performa, dan keuntungan; proses

pemberlajaran dan pengembangan yang lebih baik; peningkatan proses

perekrutan dan retensi pekerja; dan mempersonalisasikan hubungan antar

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

41

pekerja.

• Physical Assets

Penggunaan physical asset secara tepat dapat membawa keuntungan bagi

perusahaan. Hal ini lebih mengarah kepada penghematan penggunaan sumber

daya persusahaan seperti dengan mengganti physical asset dengan informasi

real-time, mengurangi kompleksitas proses kerja, mengurangi kerumitan produk,

dan mengurangi variasi supplier.

• Business Network Resource Management

Jaringan bisnis dapat membantu perusahaan dalam memperkaya nilai dari proses

bisnisnya. Penggunaan jaringan dapat memungkinkan perusahaan untuk

mensinkronkan pengiriman dengan produksi, memungkinkan perusahaan

melakukan outsourcing, dan memungkinkan terciptanya suatu solusi kolaboratif.

E. Growth Management

Penerapan aplikasi e-SCM haruslah dapat diukur manfaatnya, namun metode

pengukuran ini sulit untuk dilakukan. Pendekatan yang dilakukan antara lain adalah

pendekatan biaya, pendekatan value, dan perancangan program pengukuran performa.

2.2.2. Konsep Transportation Management System

Menurut Chopra dan Meindl (2004, p52), transportasi bertanggung jawab pada

pemindahan persediaan dari satu titik ke titik lain dalam suatu supply chain. Transportasi

dapat terbentuk dari banyak kombinasi mode (jenis transportasi) dan rute, masing-

masing dengan karakteristik dan kinerjanya sendiri.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

42

Adapula hal yang harus diperhatikan adalah:

• Memilih jenis transportasi yang tepat dengan mempertimbangkan kecepatan,

ukuran pengiriman, dan biaya pengiriman. Jenis yang tersedia antara lain adalah

transportasi udara, truk, kereta api, kapal, pipa, dan elektronik.

• Pemilihan rute dan jaringan untuk mencapai titik-titik transit atau lokasi

penyimpanan sementara yang akan dilewati.

• Memilih antara memiliki dan membangun sendiri armada transportasi atau

menggunakan layanan jasa perusahaan transportasi.

Menurut Moser dan Ward (http1), transportation management system adalah

pengaturan kegiatan pemindahan barang dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan

IT sebagai sarana pendukungnya. Sedangkan transportation management system

berbasis web adalah utilisasi teknologi internet sebagai enabler untuk memungkinkan

akses informasi pengaturan transportasi yang diperlukan. Terdapat tiga area utama untuk

diperhatikan dalam pengaturan fungsinya, yaitu:

• Teknologi

Seiring dengan integrasi supply chain, akses informasi logistik dan transportasi

oleh badan fungsional lain telah menjadi umum dan penting. Agar dapat

mencapai visibilitas pengapalan maka perusahaan mencari transportation

management system untuk menguatkan fungsionalitas ERP.

• Proses

Melalui transportation management system maka proses yang terjadi dalam

kegiatan transportasi dapat terpantau dan tercatat dengan baik. Perusahaan dapat

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

43

mengetahui posisi dan status barang dengan tepat sehingga dapat mempermudah

kontrol.

• Organisasi dan manusia

Dengan adanya suatu sistem yang baik maka pengorgansasian dan pengalokasian

pekerja dapat ditentukan dengan jelas dan dapat dipertanggung-jawabkan dengan

data yang konkrit.

Terdapat tiga pilihan dalam memilih transportation management system seperti yang

terlihat pada tabel berikut

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

44

Tabel 2.4 Alternatif pemilihan Transportation Management System

KarakteristikPerpetual License dan Perpetual License with

Hosting Proses Transportasi dengan

Outsourcing Private Software as a Service (SaaS)

Multi-tenat Software as a Service

Pembayaran Lisensi software dan jasa dibayarkan di awal dengan pembayaran berkala kepada host vendor

Pembayaran berkala selama masa kontrak pemakaian untuk lisensi, jasa,

dan hosting

Pembayaran berkala selama masa kontrak pemakaian untuk lisensi, jasa,

dan hosting

Lama waktu hingga implementasi 4-6 bulan tergantung fungsi yang diperlukan 3-5 bulan tergantung fungsi yang diperlukan

2-3 bulan dengan menggunakan konfigurasi built-in dan jika infrastruktur telah tersedia

Kebutuhan akan staff hardware Tinggi Rendah RendahKebutuhan akan staff network Tinggi Sedang Rendah

Perlunya konsultan dalam implementasi Tinggi Sudah termasuk dalam proses RendahKemudahan untuk di-upgrade Sedang Rendah RendahTanggung jawab atas kinerja Staff IT atau host Provider Provider

EDI Links kepada Carrier Base Rendah Sedang TinggiSekuritas Data Tinggi Tinggi Potential Problem

Akses kepada informasi pengapal Tinggi Tinggi Potential ProblemPerformas pada Peak Times Tinggi Tinggi Potential Problem

Customization atas konfigurasi Tinggi Tinggi RendahKemampuan untuk mengatur jadwal

perbaikan system Tinggi Tinggi Rendah

Sumber: http1

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

45

Menurut Ballou (2004, p136), manajemen transportasi dapat memberikan

keuntungan sebagai berikut:

• Menambah kemampuan bersaing perusahaan dengan memberikan potensi untuk

melayani konsumen dengan lebih baik.

• Memberikan keuntungan secara ekonomis dengan menyediakan informasi

strategis yang dapat membantu dalam mengambil keputusan.

• Mengurangi biaya yang diperlukan untuk menyampaikan produk kepada

konsumen melalui pemilihan transportasi yang termurah.

Ballou (2004, p238) menyimpulkan pertimbangan dalam pemilihan transport menjadi:

• Biaya yang diperlukan untuk menyampaikan produk kepada konsumen.

• Waktu penyampaian dan variabilitas yang tersedia dalam transportasi.

Kombinasi jenis transportasi (rail, truck, air, water, dan pipeline) dapat

menghasilkan kombinasi biaya dan waktu penyampaian terbaik.

• Kerusakan yang terjadi karena sarana transportasi.

Kerusakan barang dalam transportasi tidak dapat terhindarkan sehingga dalam

pemilihan jenis transportasi dicari kerusakan minimum yang dapat dicapai,

apakah dengan menggunakan asuransi perjalanan atau packaging khusus.

Menurut Ballou (2004), peranan transportasi dalam supply chain adalah sebagai

penghubung antar pihak dalam supply chain yang bersama dengan manajemen

inventoris menghabiskan setengah hingga dua pertiga biaya logistik untuk memberikan

place value kepada produk dan jasa.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

46

2.2.3. Traditional Life Cycle

Menurut Bennet et al (2002, p48), traditional life cycle terdiri atas:

1. System Engineering

Sistem informasi meliputi elemen manusia, software, dan hardware. Tingkat

pertama dari proyek sistem informasi bertujuan untuk mengidentifikasi

kebutuhan utama dari keseluruhan sistem lalu untuk mengidentifikasikan mana

yang terbaik untuk diimplementasikan pada masing-masing elemen. Tahapan ini

kemudian menghasilkan spesifikasi yang mendefinisikan bagaimana tiap elemen

saling berinteraksi.

2. Requirement Analysis

Tujuan dari tahapan ini adalah menentukan apa yang diperlukan oleh pengguna

sistem atas elemen sistem.

3. Design

Setelah kebutuhan atas sistem diketahui maka proses perancangan menentukan

bagaimana membangun suatu sistem yang dapat mencapai kebutuhan ini.

Perancangan menitikberatkan pada spesifikasi dari arsitektur software untuk

menentukan komponen software dan hubungan antar kompenen tersebut.

4. Construction

Perancangan yang dibuat ditranslasikan ke dalam code program.

5. Testing

Tahapan ini menguji sistem untuk memastikan bahwa sistem memenuhi user

requirement secara akurat dan lengkap.

6. Installation

Setelah sistem melewati tahapan pengujian, sistem dibawa kepada pengguna dan

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

47

diterapkan. Pengenalan atas sistem harus diatur agar tidak menimbulkan

gangguan dan untuk mengurangi resiko.

7. Maintenance

Pada tahapan ini dilakukan perbaikan atas error yang mungkin terjadi selama

perjalanan sistem.

2.2.4. Konsep Object-Orientation Analysis & Desingn (OOAD)

Menurut Mathiassen et al (2000, p9-15), Object-Orientation Analysis & Design

(OOAD) merupakan suatu metode untuk menganalisa dan merancang sistem dengan

pendekatan berorientasi object. Dalam analisis dan perancangan sistem, OOAD

menggunakan komponen-komponen yang terbagi menjadi kelompok class dan object.

Tujuan utama OOAD adalah untuk merancang sistem yang berfokus pada fleksibilitas,

kemudahan untuk dimengerti, dan kesesuaian dengan kebutuhan user.

Menurut Mathiassen et al (2000, p5-6), keuntungan penggunaan OOAD antara lain

adalah:

1. Memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.

2. Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah besar dan mendistribusikan

ke seluruh bagian organisasi.

3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi object, perancangan berorientasi

object, user interface berorientasi object, dan pemrograman berorintasi object.

2.2.4.1. Pengertian Object dan Class

Menurut Mathiassen et al (2000, p51), object adalah suatu entitas yang memiliki

identitas, status yang menyatakan kondisinya, dan perilaku tertentu yang berbeda satu

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

48

sama lainnya. Sedangkan class adalah sebuah deskripsi dari kumpulan object-object

yang mempunyai struktur, pola kelakuan, dan atribut yang sama. (Mathiassen et al,

2000, p53).

2.2.4.2. Kegiatan utama dalam OOAD

Menurut Mathiassen et al (2000, p14-15), OOAD memiliki empat aktivitas utama

dalam melakukan analisa dan perancangan berorientasi object, yaitu:

1. Problem Domain Analysis: bagian dari suatu konteks yang diadministrasi,

dimonitor atau dikontrol oleh suatu sistem. (p6)

2. Application Domain Analysis: sebuah organisasi yang mengadministrasi,

memonitor atau mengontrol suatu problem analysis. (p6)

3. Architectural Design: suatu struktur sistem eksekusi yang terdiri dari proses yang

saling bergantungan antar component. Bertujuan untuk menstrukturisasi suatu

sistem terkomputerisasi. (p173)

4. Component Design: suatu proses untuk menentukan persyaratan-persyaratan

implementasi di dalam suatu architectural framework. (p231)

2.2.5. Notasi Unified Language Model (UML)

Menurut Mathiassen et al (2000, p328), notasi adalah bahasa textual dan graphical

untuk menggambarkan sebuah sistem dan konteksnya yang diformalisasikan secara

terpisah. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan komunikasi dan dokumentasi.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

49

2.2.5.1. Rich Pictures

Menurut Mathiassen et al (2000, p27), rich pictures adalah penggambaran informal

yang mewakili pemahaman ilustrator terhadap situasi yang ada secara keseluruhannya.

Fokus rich pictures berada pada aspek penting dalam situasi terkait, yang ditentukan

oleh ilustrator, namun sebuah rich picture harus mampu untuk menggambarkan situasi

dengan memberikan beberapa interpretasi alternatif. Pada halaman 335 dijelaskan bahwa

rich picture tidak didasari oleh notasi khusus.

2.2.5.2. Class Diagram

Menurut Mathiassen et al (2000, p336), class diagram menggambarkan struktur

object dari sistem. Sebuah class diagram dibuat untuk menggambarkan sistem dengan

pendekatan data yang ada di dalamnya.

Menurut Whitten et al (2004, p414), terdapat tiga jenis hubungan antar class yang

biasa digunakan dalam class diagram, yaitu:

1. Asosiasi

Merupakan hubungan statis antar dua object atau class. Hubungan ini

menggambarkan apa yang perlu diketahui oleh sebuah class mengenai class

lainnya. Hubungan ini memungkinkan sebuah object atau class mereferensikan

object atau class lain dan saling mengirimkan pesan.

2. Generalisasi

Terdapat dua jenis class dalam hubungan generalisasi, yaitu class supertype dan

class subtype. Class Supertype atau class induk memiliki atribut dan behavior

yang umum dari dari hirarki tersebut. Class subtype atau class anak memiliki

atribut dan behavior yang unik serta memiliki atribut dan behavior class

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

50

induknya.

3. Agregasi

Merupakan hubungan unik dimana sebuah object merupakan bagian dari object

lain. Hubungan agregasi tidak simetris jika object B merupakan bagian dari

object A, namun object A bukan merupakan bagian dari object B. Pada hubungan

seperti ini, object yang menjadi bagian object lain tidak memiliki atribut atau

behavior dari object tersebut.

2.2.5.3. Use Case Diagram

Menurut Mathiassen et al (2000, p119), Use Case menggambarkan suatu pola

interaksi antara sistem dengan actor dalam suatu application domain. Actor adalah suatu

abstraksi dari pengguna system yang berinteraksi dengan target sistem. Use Case dapat

membantu untuk mencapai fokus relevan dan tingkatan abstraksi sistem. Penggambaran

sistem menggunakan diagram ini menggunakan pendekatan proses yang terjadi dalam

sistem.

Menurut Bennet (2002, p134), use case diagram menggambarkan fungsionalitas

sistem yang dilihat dari sudut pandang user. Jadi diagram ini menggambarkan interaksi

apa yang dilakukan dengan sistem dan oleh siapa interaksi tersebut dilakukan.

2.2.5.4. Sequence Diagram

Menurut Mathiassen et al (2000, p340), sequence diagram menggambarkan interaksi

antara beberapa object yang bergerak berdasarkan waktu. Sebuah sequence diagram

mampu untuk menceritakan mengenai situasi yang rumit dan dinamis mencakup object

yang dihasilkan oleh class diagram.

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

51

2.2.5.5. Deployment Diagram

Menurut Mathiassen et al (2000, p340), deployment diagram mendeskripsikan

konfigurasi sistem dalam bentuk sebuah processor dimana object-object terkait akan

digambarkan interaksinya.

Menurut Bennet (2002, p497), penggunaan deployment diagram biasanya untuk

menunjukkan elemen run-time processing dan komponen software. Penggambaran

diagram menggunakan node yang menggambarkan interaksi dan proses sistem dengan

lingkungan.

2.2.5.6. Activity Diagram

Menurut Bennet (2002, p105), tujuan dari activity diagram adalah untuk melakukan

pemodelan sistem dari berbagai aspek. Pada tingkatan yang lebih tinggi, diagram ini

dapat digunakan untuk pemodelan proses bisnis dalam sistem. Pada tingkatan yang lebih

rendah, diagram ini digunakan untuk menjelaskan secara terperinci mengenai bagaimana

suatu operasi dilakukan.

2.2.5.7. User Interface Diagram

Menurut Mathiassen et al (2000, p151), interface adalah fasilitas yang membuat

model sistem dan fungsi yang tersedia untuk actor. Interface menghubungkan sistem

kepada semua actor yang berhubungan. User Interface adalah penghubung sistem

kepada user. Penggambaran user interface diagram merupakan penggambaran dari layar

dimana user berinteraksi dengan sistem.

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

52

2.2.5.8. Navigation Diagram

Menurut Mathiassen et al (2000, p344), navigation diagram adalah penggambaran

jalannya sistem dari interface yang satu kepada interface yang lain dari awal sistem

berjalan hingga sistem diterminasi. Penggambaran mencakup kepada transisi layar yang

terjadi selama sistem berjalan.

2.2.6. Graphical User Inerface (GUI)

Menurut Shneiderman (2005, p96), GUI telah menggantikan bahasa perintah, sintaks

rumit yang memberikan cara untuk memanipulasi langsung representasi visual dari user

task object dan actions.

2.2.7. Delapan Aturan Emas Perancangan User Interface

Menurut Shneiderman, merancang user interface yang interaktif diperlukan suatu

aturan tertentu (2005, p74), biasanya dikenal dengan 8 aturan emas, yaitu:

1. Konsistensi

Rangkaian tindakan yang konsisten digunakan dalam keadaan yang terminology-

nya seperti pada promp, menu dan layer help, warna, tampilan, dan kapitalisasi.

Pengecualian dalam pembuatan password, tidak boleh berulang.

2. Memungkinkan user untuk menggunakan shortcut

Dalam tingkat penggunaan yang tinggi, user cenderung untuk mempercepat

interaksi yang dilakukan sehingga perintah khusus menjadi sangat berguna bagi

user.

3. Memberikan umpan balik yang informatif.

Tindakan yang dilakukan harus memberikan umpan balik agar user mengerti apa

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

53

yang telah dilakukannya.

4. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir

Keadaan akhir menandakan selesainya suatu kegiatan yang diberitahukan kepada

user melalui umpan balik. Tanpa adanya dialog untuk mencapai keadaan akhir

maka user akan dibingungkan dengan apa yang ia kerjakan.

5. Memberikan penanganan kesalahan

Dengan memberikan penanganan kesalahan maka sistem dapat membantu

memberikan solusi jika terjadi kesalahan.

6. Mengijinkan pembalikan aksi (undo) dengan mudah

Undo memberikan keleluasaan user untuk bergerak dimana jika user melakukan

kesalahan, user dapat kembali tanpa harus cemas rusaknya hal yang sedang

dikerjakan.

7. Mendukung pengaturan internal yang menyeluruh

Dengan pengaturan yang menyeluruh, user dapat menggerakkan sistem sesuai

kebutuhan mereka dan menggunakan sistem dengan lebih maksimal.

8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek

Keterbatasan kemampuan manusia memproses informasi dalam jangka waktu

yang pendek harus diperhatikan dalam membuat prosedur sehingga tidak

menghalangi penggunaan sistem.

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

54

2.3. Analisis SWOT

Menurut David (2006, p283-287), analisis SWOT merupakan alat untuk

mencocokkan hal-hal yang penting yang dapat membantu manager mengembangkan

empat tipe strategi, yaitu:

1. Strategi SO (Strengths – Opportunities)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan

peluang eksternal perusahaan. Organisasi pada umumnya akan menjalankan strategi

WO, ST, atau WT agar dapat mencapai situasi dimana mereka dapat menerapkan

strategi SO.

2. Strategi WO ( Weaknesses – Opportunities)

Tujuan dari strategi ini adalah untuk memperbaiki kelemahan internal dengan

pemanfaatan peluang eksternal. Perusahaan kadang mengalami kesulitan dalam

mengeksploitasi peluang karena kelemahan yang ada.

3. Strategi ST (Strengths – Threats)

Strategi ini menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau setidaknya

mengurangi pengaruh ancaman yang berada di luar perusahaan.

4. Strategi WT ( Weakness – Threats)

Merupakan suatu strategi defensive yang diarahkan pada pengurangan kelemahan

perusahaan dan menghindari ancaman pihak luar. Strategi ini digunakan pada saat

perusahaan ingin bertahan hidup, melakukan penggabungan dengan perusahaan lain,

downsizing, mendeklarasikan kebangkrutan, atau likuidasi.

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

55

Berikut adalah delapan langkah untuk membuat matriks SWOT:

1. Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.

2. Menuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.

3. Menuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.

4. Menuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.

5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi SO

dalam sel yang ditentukan.

6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil strategi WO

dalam sel yang ditentukan.

7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi ST

dalam sel yang ditentukan.

8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil strategi WT

dalam sel yang ditentukan.

Peluang dan ancaman termasuk kepada faktor eksternal perusahaan yang mencakup

faktor ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, teknologi,

dan persaingan. Evaluasi dari faktor eksternal ini disajikan dengan External Factor

Evaluation Matrix. Sedangkan kekuatan dan kelemahan termasuk kepada faktor internal

perusahaan disajikan dengan Internal Factor Evaluation Matrix.

Penulisan peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan menggunakan pembobotan

nilai antara 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting) untuk setiap variabel yang

dicantumkan dalam daftar. Kemudian berikan peringkat / rating untuk tiap variabel yang

nilainya berupa bilangan bulat berkisar antara 1 (lemah) hingga 4 (kuat). Bobot dan

rating dikalikan untuk mendapat nilai tertimbang dan dijumlahkan untuk mengetahui

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

56

total nilai tertimbang organisasi.

Dari nilai IFE dan EFE dibuatlah matrix IE dengan total nilai IFE sebagai sumbu x

dan total nilai EFE sebagai sumbu y. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama

yang memiliki implikasi strategi yang berbeda. Sel I, II atau IV dapat digambarkan

sebagai kondisi Growth & Build. Strategi yang paling sesuai untuk kondisi ini adalah

strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau

integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). Cara

terbaik untuk mengelola sel III, V, dan VII adalah dengan strategi keep & maintain,

umumnya menggunakan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk Sedangkan

pada sel VI, VIII, dan IX digunakan strategi harvest / divest.

Tabel 2.5: Matriks Internal – Eksternal (IE) Sumber: David (2006, p303)

Tujuan dari setiap alat pencocokan adalah untuk menghasilkan alternatif strategi

yang layak, bukan untuk memilih strategi mana yang terbaik. Tidak semua strategi yang

dikembangkan dalam matriks SWOT akan dipilih untuk implementasi.

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

57

2.4. Kerangka Pikir

Gambar 2.4 Kerangka Pikir

1. Pengamatan Pengamatan atas sistem yang akan dibuat dilakukan melalui pembacaan literatur dan dasar teori lainnya. Kebutuhan sistem akan diperkirakan pada tahapan ini.

2. Data Collecting Data dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan sistem. Pengumpulan dilakukan dengan studi lapangan dan wawancara dengan pihak perusahaan.

3. Analisis Sistem Berjalan Dilakukan perbandingan antara sistem berjalan dengan dasar teori yang ada. Kelebihan dan kekurangan sistem akan dideskripsikan pada tahapan ini melalui analisis Value Chain Analysis & SWOT.

4. Definisi Masalah Dari hasil analisis akan disarikan permasalahan yang ada dan dicarilah alternatif solusi yang mungkin.

5. Perancangan Sistem yang diusulkan

Penggambaran diagram diagram

Class Diagram Use Case Diagram

Sequence Diagram Activity Diagram

UI Diagram Navigation Diagram

Deployment Diagram

6. Coding Aplikasi Penggunaan aplikasi OraExcel Perancangan Web dengan MySQL, HTML, Javascript, & PHP

7. Demo Demo program yang telah

8. Input Koreksi dan masukan terhadap sistem

9. Implementasi Mengimplentasikan rancangan aplikasi pada perusahaan

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2010-1-00983-MNSI Bab 2.pdfpublic dan global yang menyediakan hubungan langsung kepada setiap

58