bab ii tinjauan dan landasan teori ii. 1 tinjauan umum...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI
II. 1 Tinjauan Umum
II. 1. 1 Definisi Kostel
Rumah Kost adalah rumah yang penggunaannya sebagian atau
seluruhnya dijadikan sumber pendapatan oleh pemiliknya dengan jalan
menerima penghuni pemondokan minimal 1 (satu) bulan dengan memungut
uang pemondokan.
( http://dinasperumahan.jakarta.go.id/doc/sosialisasi_pemukiman.ppt )
Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Perancis
kuno. Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17.
Maknanya kira-kira, "tempat penampungan buat pendatang" atau bisa juga
"bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum". Jadi, pada
mulanya hotel memang diciptakan untuk meladeni masyarakat.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hotel)
Dalam buku Anatomi Pariwisata (Soekadijo.R.G. 1997), hotel adalah
jasa yang berupa bangunan atau kompleks bangunan yang secara komersial
memberi fasilitas tempat tinggal sementara kepada umum yang memenuhi
syarat.
Menurut Fred Lawson, hotel adalah suatu bangunan umum yang
diusahakan untuk melayani wisatawan yang membayar untuk dua
pelayanan utama berupa akomodasi serta makanan dan minuman.
8
Jadi definisi kostel yaitu bangunan yang dijadikan tempat usaha
pemondokan yang bisa dibayar bulanan ataupun juga harian yang dilengkapi
dengan fasilitas yang memenuhi syarat.
II. 1. 2 Kategori rumah kost.
Dalam buku Kelayakan usaha jasa rumah kost ditinjau dari aspek
administrasi Negara I kotamadya dati II Bandung ( Drs. Lili Sutisna, 1998)
rumah kos di kategorikan menjadi :
a. Kategori Biasa
Yaitu rumah kost yang terletak di sekitar lokasi, akan tetapi berada jauh
di dalam perkampungan dengan jalan setapak yang sempit, yang hanya
bisa dilalui sepeda motor.
b. Kategori Menengah
Yaitu rumah kost yang berada di pinggir jalan besar yang dapat dilalui
kendaraan mobil serta berada tersebar di sekitar kampus.
c. Kategori Mewah
Yaitu rumah kos yang berada di pinggir jalan besar terletak baik di
sekitar kampus maupun terletak pada kompleks perumahan mewah.
II. 1. 3 Kategori Hotel
Kategori hotel berdasarkan buku Hotel, Motel, & Condominium
Design Planning and Maintenance.
9
Kategori hotel dapat dibedakan berdasarkan kelas bintangnya:
A. Hotel Bintang Satu ( )
Memiliki minimal 10 kamar tamu yang terdiri dari 9 double, 1 single,
dengan luas minimal 18 – 20 m²
B. Hotel Bintang Dua ( )
Mempunyai minimal 15 kamar tamu yang terdiri dari 13 double dan 2
single, dengan luas minimal 20 – 24 m²
C. Hotel Bintang Tiga ( )
Mempunyai minimal 30 kamar tamu yang terdiri dari 27 double dan 3
single dengan luas minimal 22 – 26 m²
D. Hotel Bintang Empat ( )
Mempunyai minimal 50 kamar tamu yang terdiri dari 43 double dan 5
single + 2 suites dengan luas minimal 24 – 28 m²
E. Hotel Bintang Lima ( )
Mempunyai minimal 100 kamar tamu yang terdiri dari 86 double dan 10
single + 4 suites dengan luas minimal 26 – 30 m².
II. 2 Tinjauan Khusus
II. 2. 1 Tinjauan Tapak
Data tapak
Lokasi : Pertigaan Jln. Kebun Jeruk dan Jln. Batusari,
Jakarta Barat
Luas Lahan : ± 7548 m²
10
KDB : 80 %
KLB : 3.5
GSB : 6 dan 10 m
Ketinggian Max : 6 lantai
Gambar 1 : Lokasi Tapak
II. 2. 2 Tinjauan Tema
Dari hasil observasi sebagian besar pembangunan hunian kos di
sekitar kampus Binus University yang ada sekarang ini sangat padat,
diantaranya boros energi. Pada kamar berukuran 2,5 m x 3 m tidak terdapat
ventilasi, penghawaan hanya mengandalkan exhaust fan dan juga AC. Hal
ini sangat memprihatinkan mengingat AC yang konsumtif terhadap energi
11
dan melepaskan jutaan ton CO2; terlalu banyak energi dibuang untuk
pendingin ruangan yang semestinya tidak perlu jika arsitek menguasai
perancangan bangunan hemat energi sesuai dengan iklim setempat (dikutip
dari kompas, selasa 11 September 2007, oleh Tri Harso Karyono, Guru
Besar Arsitektur Universitas Tarumanagara; Peneliti Utama Balai Besar
Teknologi Energi (B2TE BPPT), Serpong). Hasil observasi ini sangat
bertentangan dengan isu krisis energi dan pemanasan global, sehingga perlu
diciptakan bangunan yang dapat mengurangi dampak buruk lingkungan
(sustainable architecture), dan hemat energi untuk menanggulangi isu krisis
energi dan pemanasan global.
Definisi Energi
Dalam buku Arsitektur Sadar Energi (Prasasto Satwiko, 2005)
Energi adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu. Energi dapat
ditemukan dalam beragam bentuk, seperti energi kimia, energi listrik, energi
cahaya, energi panas, energi mekanik, dan energi nuklir.
Dari sisi ketersediaannya energi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
energi yang terbarui (renewable) dan tak terbarui (non- renewable). Energi
terbarui adalah energi yang relatif tidak akan pernah habis, seperti energi
matahari, angin, air, dan massa bio seperti sampah rumah tangga dan
limbah pertanian . sedangkan energi tak terbarui tidak dapat diadakan lagi
setelah habis. Minyak, batubara, dan gas alam adalah bentuk energi yang tak
terbarui.
12
Sustainable Architecture, Hemat Energi
Hemat energi dalam arsitektur adalah meminimalkan penggunaan
energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan
maupun produktivitas penghuninya.
(http://jurnal.bl.ac.id/wp-content/uploads/2008/01/tri%202007.pdf)
Sustainable architecture juga dikenal dengan “Green Building” atau
“Green Architecture” adalah istilah umum yang menggambarkan teknik
desain sadar lingkungan di bidang arsitektur. Arsitektur berkelanjutan adalah
kerangka dari pembicaraan sustainability dan persoalan ekonomi, politik di
dunia. Dalam konteks yang luas, arsitektur berkelanjutan berusaha
meminimalkan dampak buruk lingkungan dari bangunan dengan
meningkatkan efisiensi dan tidak berlebihan dalam menggunakan material,
energi dan ruang pembangunan.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Sustainable_architecture)
Sustainable architecture adalah desain atas bangunan yang
berkelanjutan. Arsitektur berkelanjutan mencoba untuk mengurangi dampak
– dampak lingkungan selama menghasilkan komponen bangunan, proses
konstruksi berlangsung, dan juga pada saat melakukan daur ulang sistem
bangunan (pemanasan, penggunaan listik, pembersih carpet,dll). Penerapan
desain ini menekankan pada effisiensi sistem pemanasan dan pendinginan,
alternatif sumber energy seperti passive solar, menggunakan material daur
13
ulang, dan menggunakan tenaga yang ada dalam tapak ( teknology solar ray,
kekuatan angin), penyiraman tanaman dengan air hujan untuk taman dan
cuci, dan juga penggunaan atap hijau yang dapat menyaring dan
mengkontrol air hujan.
( http://en.wikipedia.org/wiki/Sustainable_design )
Menurut arsitek Probo Hindarto (2007) berbagai konsep dalam
arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain;
a. Dalam efisiensi penggunaan energi
Arsitektur dapat menjadi media yang paling berpengaruh dengan
implementasi arsitektur berkelanjutan, karena dampaknya secara
langsung terhadap lahan. Konsep desain yang dapat meminimalkan
penggunaan energi listrik, misalnya, dapat digolongkan sebagai konsep
sustainable dalam energi, yang dapat diintegrasikan dengan konsep
penggunaan sumber cahaya matahari secara maksimal untuk penerangan,
penghawaan alami, pemanasan air untuk kebutuhan domestik, dan
sebagainya.
• Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara
maksimal pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik.
• Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara
buatan (air conditioner). Menggunakan ventilasi dan bukaan,
penghawaan silang.
14
• Memanfaatkan air hujan dalam cara-cara inovatif untuk menampung
dan mengolah air hujan untuk keperluan domestic.
• Konsep efisiensi penggunaan energi seperti pencahayaan dan
penghawaan alami merupakan konsep spesifik untuk wilayah dengan
iklim tropis
b. Dalam efisiensi penggunaan lahan
Lahan yang semakin sempit, mahal dan berharga tidak harus digunakan
seluruhnya untuk bangunan, karena sebaiknya selalu ada lahan hijau.
• Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus.
dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan
demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman.
• Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau
dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap
diatas bangunan (taman atap), taman gantung (dengan menggantung
pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar tanaman atau yang
dapat diisi dengan tanaman, dinding dengan taman pada dinding dan
sebagainya.
15
Foto 1 : Dinding dengan tanaman dalam pot dari kaleng bekas
• Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah
menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi
bagian untuk berbagi dengan bangunan.
• Desain terbuka dengan ruang-ruang yang terbuka ke taman (sesuai
dengan fleksibilitas buka-tutup yang direncanakan sebelumnya) dapat
menjadi inovasi untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan,
memberikan fleksibilitas ruang yang lebih besar.
• Dalam perencanaan desain, pertimbangkan berbagai hal yang dapat
menjadi tolak ukur dalam menggunakan berbagai potensi lahan,
misalnya; berapa luas dan banyak ruang yang diperlukan? Dimana
letak lahan (dikota atau didesa) dan bagaimana konsekuensinya
terhadap desain? Bagaimana bentuk site dan pengaruhnya terhadap
desain ruang-ruang? Berapa banyak potensi cahaya dan penghawaan
alami yang dapat digunakan?
16
c. Dalam efisiensi penggunaan material
• Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam
pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa
bekisting dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
• Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang
masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
• Menggunakan material yang masih berlimpah maupun yang jarang
ditemui dengan sebaik-baiknya, terutama untuk material yang semakin
jarang seperti kayu.
d. Dalam penggunaan teknologi dan material baru
• Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya
matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk
rumah tangga dan bangunan lain.
• Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara
global dapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan
yang cepat diproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya
bambu
e. Dalam manejemen limbah
• Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor yang
mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
17
• membuat benda-benda yang biasa menjadi limbah atau sampah
domestik dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau dapat dengan
mudah terdekomposisi secara alami.
Dalam buku Arsitektur Sadar Energi, (Prasasto Satwiko, 2005), energi
untuk kegiatan operasional dan perawatan lebih sering dirasakan dan
diusahakan penghematannya. Masing-masing bangunan, sesuai aktivitas
didalamnya, mempunyai komposisi alokasi energi sendiri-sendiri. Namun
pada umumnya energi untuk system penyejuk udara mengambil porsi
terbanyak, disusul energi untuk penerangan dan keperluan rumah tangga lain.
Dalam konteks iklim tropis seperti di Indonesia (panas lembab), maka
konsep rancangan bangunan dan lingkungan perlu diarahkan untuk :
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh kenyaman
termal,
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk memperoleh penerangan
yang sehat dan indah.
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk pengadaan air
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk transportasi vertical
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat dan mengganti
peralatan.
• Meminimalkan energi yang diperlukan untuk merawat elemen
bangunan.
18
Pertimbangan lebih rinci adalah sebagai berikut :
Lokasi daerah
• Ketinggian : Tinggi-rendah lokasi akan mempengaruhi arus angin dan
suhu. Udara dilokasi yang tinggi, seperti di pegunungan , akan lebih
sejuk daripada di dataran rendah atau dipantai . Untuk daerah beriklim
panas lembab, kesejukan tersebut akan membantu mengurangi energi
yang seharusnya dialokasikan untuk AC. Namun jika keadaan terlalu
ekstrim, seperti di pegunungan yang terlalu tinggi, energi mungkin
justru diperlukan untuk penghangat ruang.
• Lingkungan : lingkungan dapat mengandung potensi energi seperti
aliran sungai, limbah pertanian, dll yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi terbarui. Lingkungan mungkin juga telah menyediakan
bahan-bahan bangunan gratis seperti kayu, bamboo, batu, tanah liat,
dan batu kapur. Selain itu kepadatan lingkungan juga perlu
diperhatikan. Lingkungan kota padat dengan bangunan-bangunan
tinggi akan memberikan pembayangan terhadap matahari namun juga
sekaligus menghalangi aliran angin yang menyebabkan panas tidak
mudah pergi.
Lahan
• Topografi
• Dimensi: lahan yang luas memberikan keleluasaan untuk
menempatkan bangunan ditengah, sehingga semua sisi memperoleh
19
akses langsung ke ruang luar untuk memperoleh udara dan cahaya.
Sekeliling bangunan dapat ditanami tanaman yang menjadi peneduh
dan memberi kesempatan angin untuk lebih leluasa mengalir.
• Ketinggian air tanah : jika tidak tersedia jaringan air minum kota,
maka terpaksa memperoleh air dari dalam tanah. Semakin dalam
sumber air, semakin besar ukuran pompa yang diperlukan, dan
semakin banyak energi yang diperlukan.
Massa
• Jumlah dan bentuk : Untuk iklim tropis lembab, massa satu ruang
(berdenah sederhana) tersebar akan lebih tepat untuk penghawaan
alami daripada massa besar tunggal. (Contoh pengudaraan alami,
Gambar 2, hal 24)
• Orientasi : orientasi ke Selatan atau Utara mengurangi luas dinding
yang terpapar oleh panasnya matahari pagi dan sore. Ini akan
mengurangi beban AC. (Gambar 3, hal 25)
• Ketinggian : Semakin tinggi bangunan, semakin besar energi untuk
transportasi vertikal, menaikan air, dan sistem ventilasinya.
Sebenarnya semakin tinggi, semakin besar kecepatan anginnya,
sehingga justru mengganggu kenyamanan. Bangunan tinggi juga harus
menyesuaikan proporsinya, sehingga semakin tinggi bangunan, tapak
(denah) juga semakin rumit dan luas. Ini memerlukan penerangan dan
penghawaan buatan di bagian tengah hampir setiap saat.
20
Gambar 2 : mengarahkan angin agar masuk ke dalam rumah Sumber : Arsitektur Sadar Energi, Prasasto Satwiko, 2005
21
Gambar 3 : orientasi bangunan ke selatan dan utara Sumber : Arsitektur Sadar Energi, Prasasto Satwiko, 2005
22
Elemen Bangunan
• Atap : sebenarnya untuk iklim tropis atap yang baik adalah gabungan
antara seng mengkilat dan isolator dibawahnya. Seng mengkilat akan
memantulkan sebagian besar panas matahari sedang yang diserap akan
menjadikan seng panas, namun ditahan oleh isolator, sehingga panas
dari seng tidak masuk ke ruang dibawahnya. Segera setelah matahari
terbenam, seng akan mendingin. Atap berwarna gelap akan menjadi
sangat panas, dan panas ini akan disebarkan ke sekeliling sehingga
udara menjadi panas. Genteng berwarna gelap tetap hangat, lama
setelah matahari terbenam. Ini akan menyebabkan suhu udara panas di
malam hari. Gejala ini sering terjadi sebagai urban heat island yaitu
suhu kota yang lebih tinggi daripada luar kota. Teritisan lebar perlu
untuk menahan sinar langsung matahari masuk ke dalam ruang, dan
sekaligus melindungi dinding.
• Dinding: dinding ringan dan memiliki banyak bukaan. Bukaan ini akan
membantu kelancaran sirkulasi udara. Sebaliknya jika memakai AC,
dinding harus tertutup. Baik memakai atau tidak memakai AC, dinding
sebaiknya terlindungi dari sinar langsung matahari.
• Lantai : Pemilihan pelapis lantai yang tepat juga akan membantu
mengurangi panas dalam ruangan yang diserap oleh pelapis, sehingga
suhu dalam ruangan tidak terlalu panas dan tidak memerlukan
penyejuk ruangan atau AC.
23
Penerangan
• Penerangan alami : penerangan alami sangat berlimpah di siang hari.
Gunakan cahaya dari matahari, bukan sinar langsung matahari. Sinar
langsung akan membawa serta panas.
• Penerangan Buatan : gunakanlah lampu hemat energi. Lampu
penerangan umum tidak perlu terlalu terang. Pakailah standar
penerangan yang wajar.
Penghawaan
Penghawaan alami :
• gunakan penghawaan alami sebanyak-banyaknya jika kualitas udara
dari luar baik ( tidak berdebu, berbau), sejuk, dan lingkungan tidak
bising. Hindari gangguan privasi visual dari luar. (Gambar 4).
Gambar 4 : Sirkulasi udara alami Sumber : Arsitektur Sadar Energi, Prasasto Satwiko, 2005
24
Penghawaan buatan :
• Hindari pemasangan suhu AC pada suhu terlalu rendah, misalnya
16ºC, pasanglah pada 25 ºC -26 ºC. Suhu ruang yang terlalu rendah
dibandingkan dengan suhu ruang luar, lebih dari 6 ºC akan
menyebabkan gangguan kesehatan. Selain itu energi yang dipakai AC
akan boros.
• Kurangi ventilasi jika ruangan tetap terjaga bersih dari sumber polusi,
seperti asap rokok, ventilasi dapat dikurangi sehingga jumlah udara
panas dari luar yang harus disejukkan oleh AC berkurang, ini berarti
kerja AC semakin hemat.
• Kurangi celah-celah pada bangunan yang menyebabkan kebocoran
udara yang tidak perlu dan tidak terpantau seperti jendela yang tidak
rapat, kaca nako, dan bekas lubang angin.
• Minimalkan panas matahari yang masuk melalui kaca jendela dengan
kaca penahan surya, memasang tirai di sebelah luar atau teritisan yang
cukup lebar.
• Minimalkan rambatan panas matahari dari atap dengan menggunakan
langit-langit.
• Minimalkan sumber panas dari dalam ruangan seperti lampu dan
peralatan masak.
25
• Penghambatan aliran panas cukup dengan memaksimalkan sifat-sifat
bahan isolator yang ada misalnya, dengan memakai dinding batu alam
yang agak tebal.
• Sejukkan ruang yang perlu saja
• Udara dingin lebih berat daripada udara yang lebih panas sehingga
akan mengumpul di zona bawah. Kolam udara sejuk ini dapat
dimanfaatkan dengan cara membuat ceruk-ceruk pada ruangan
(penurunan lantai) yang dapat dipergunakan untuk duduk-duduk
(seperti di ruang keluarga). (Gambar 5).
Gambar 5 : kolam udara dingin Sumber : Arsitektur Sadar Energi, Prasasto Satwiko, 2005
Struktur
• Usahakan memakai bahan-bahan lokal seperti kayu, bambu, batu, dan
tanah liat.
• Bahan-bahan tertentu seperti aluminium sangat boros energi listrik
pada saat pembuatannya, tetapi cukup rendah biaya perawatannya.
26
Utilitas
• Penyediaan air : amati secara detail seluruh sistem yang ada pada
jaringan air untuk memperkirakan potensi pemborosan, seperti keran
dan toilet. Pada area umum sangat baik untuk memakai keran yang
dapat secara otomatis dapat menutup sendiri, karena ada
kecenderungan orang untuk malas menutup keran. Pikirkan untuk
menampung air hujan.
• Transportasi vertikal : desainlah tangga sedemikian rupa sehingga
untuk jarak dekat penghuni lebih tertarik untuk memakai tangga
daripada lift. Tangga lebar dengan tanjakan nyaman akan mengundang
orang memakainya daripada menunggu lift terlalu lama.
Beberapa contah bangunan hemat energi (Imelda akmal, sustainable
construction, 2007)
1. Grha Wonokoyo, Surabaya
Foto 2 : Gedung Grha Wonokoyo
27
Foto 3 : Eksterior Grha Wonokoyo
Gedung perkantoran Grha Wonokoyo dirancang oleh arsitek Jimmy
Priatman, terletak tepat di persimpangan jalan raya Darmo dan Taman
Bungkul, Surabaya ini ternyata memang di desain dengan prinsip hemat
energi. Dari awal perencanaan sampai proses konstruksi melibatkan kontraktor
dan arsitektur lokal. Perawatan saat bangunan beroperasi ditangani oleh pihak
kontraktor. Kelebihan lain sebagian besar komponen dan material yang
digunakan merupakan produk lokal. Kualitas keberlanjutan juga ditunjukkan
melalui kemudahan perawatan pembangunan. Pembersihan dan perawatan
kaca bangunan misalnya dapat dilakukan dengan gondola yang semuanya
memakai rel.
Penghematan energi merupakan upaya yang menjadi prioritas dalam
mewujudkan nilai keberlanjutan pada bangunan Grha Wonokoyo. Usaha yang
memberikan dampak signifikan adalah pengaplikasian teknologi penghawaan
buatan yang dapat mengurangi konsumsi energi. Upaya ini dibarengi pula
dengan system mematikan AC secara otomatis di lantai perkantoran pada jam
28
istirahat dan pada jam 16.00. Gedung lantai perkantoran yang sebagian besar
menghadap ke selatan memberikan keuntungan, yaitu paparan cahaya
matahari tidak langsung masuk kedalam bangunan. Dengan demikian panas
yang masuk bisa direduksi, beban kerja AC pun menurun. Efisiensi energi
juga dicapai melalui pemanfaatan potensi cahaya matahari sebagai penerangan
alami pada jam-jam kerja. Lampu hanya dinyalakan saat kondisi cuaca
ekstrem, misalnya mendung.
Foto 4 : Interior Grha Wonokoyo
2. Rumah Sharon, Yogyakarta
Foto 5 : Rumah Sharon
29
Foto 6 : Eksterior Rumah Sharon
Proyek rumah tinggal ini dirancang oleh arsitek Eko Prawoto di
Bantul Yogyakarta. Salah satu kualitas keberlanjutan bangunan ini
ditunjukkan melalui pemanfaatan material yang serbalokal, misalnya
pemakaian kayu pohon kelapa untuk strukturnya, tegel untuk lantai, pintu
gebyok khas Jawa, genteng lokal untuk atap, dan furniture etnik.
Lahan yang digunakan bukanlah lahan baru. Bahkan rumah lama
yang kondisinya sudah tidak layak lagi tidak sepenuhnya dihancurkan.
Beberapa dinding dari rumah lama tetap digunakan. Prinsipnya memanfaatkan
kembali barang bekas (reuse) menjadi konsep yang benar-benar terealisasi
dalam proyek ini. Sikap arif dalam menyikapi kondisi tapak yang banyak
ditumbuhi pepohonan juga ditunjukkan oleh arsitek dengan tidak
mengorbankan satu pohon pun yang ada dilahan bangunan. Kompromi dengan
iklim yang panas dan lembab diselesaikan dengan menerapkan prinsip desain
tropis yang punya banyak bukaan dan langit-langit yang tinggi. Bukaan
30
berupa jendela-jendela kaca tinggi yang dapat dibuka lebar dan sejenis
skylight miring diatas jendela tersebut menjamin tersedianya aliran udara yang
dapat mengurangi hawa panas dan kelembaban. Hal ini merupakan contoh
penghematan konsumsi energi untuk penyejuk udara. Pada siang hari, cahaya
matahari pun dapat menerangi rumah dengan baik. Disinilah pohon-pohon
yang tidak ditebang itu berperan sebagai filter cahaya yang bersifat panas dan
menyilaukan.
Foto 7 : Interior rumah Sharon.
31
Kesimpulan desain bangunan hemat energi yaitu :
• Penggunaan material seefektif dan seefisien mungkin, juga
pemanfaatan material bekas yang masih layak.
• Banyak bukaan yang diberi teritisan agar cahaya matahari dapat
menerangi ruangan tanpa panas.
• Ventilasi silang untuk penghawaan alaminya.
• Jarak lantai ke plafond yang cukup tinggi, untuk penghawaan.
• Orientasi massa bangunan ke selatan dan utara untuk menghindari
sinar matahari langsung.
• Seminimal mungkin melakukan penebangan pohon yang ada di tapak.
• Memberikan daerah resapan yang cukup pada tapak.
• pengaplikasian teknologi,
Seperti pada gedung perkantoran Grha Wonokoyo dalam penghawaan
buatannya yang dapat secara otomatis mati pada jam-jam yang sudah
diperhitungkan tidak ada orang yang berada dalam kantor, sehingga
energi untuk AC tidak terbuang percuma, atau dengan menggunakan
kran yang secara otomatis dapat menutup sendiri pada bangunan
umum.
32
II. 2. 3 Studi Kasus
Studi literature, hotel bintang 3
1. Spark Hotel
Foto 8 : Sparks hotel
Spark hotel terletak di jalan Mangga Besar Raya 42, Jakarta Barat,
merupakan salah satu hotel kategori bintang 3. Sparks hotel mempunyai 114
kamar yang terdiri dari 89 superior room, 16 deluxe room, 5 junior suite
room, 4 suite. Setiap kamar tersedia :
• In-room Tea/Coffee Making
• In-room Safe Deposit Box
• 21” Colour Television with Entertainment
33
• Program Cable Channels
• Separate Bath and Shower in both Junior Suites and Suites
• Shower only in Superior and Deluxe Rooms
• In-room DVD Players in all Deluxe Rooms, Junior Suites, and Suites
• Refrigerator
Tabel 4 : Type kamar dan luasannya ( sparks hotel) Sumber : www.sparks-hotel.com
Fasilitas yang terdapat di Sparks hotel yaitu ;
• Restaurant and bar
• Coffee shop
• Karaoke
• Swimming pool
• Pool Bar
• Mini Shop and Mini Drugstore 24 hours
• Massage spa
Room Type No. of Rooms Bed Type Space SQ Meters Super ior Room 36 Rooms - Double 1 Queen Size
(160 x 200 cm) 25.5 sqm
53 Rooms - Twin 2 x Singles (90 x 200 cm) 25.5 sqm
Deluxe Room 11 Rooms - Double 1 Queen Size
(160 x 200 cm) 25.5 sqm
5 Rooms - Twin 2 x Singles (90 x 200 cm) 25.5 sqm
Junior Suite 5 Rooms - Double 1 King Size
(180 x 200 cm) 41.99 sqm
Suite 4 Rooms - Double 1 King Size (180 x 200 cm) 48 sqm
34
2. Grand Kemang Hotel
Foto 9 : Grand Kemang Hotel
Grand Kemang Hotel terletak di jalan Kemang Raya 2H, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, merupakan salah satu hotel kategori bintang 3 di
Jakarta. Grand Kemang mempunyai 205 kamar, setiap kamar dilengkapi
dengan :
• safety deposit,
• IDD lines,
• International channel TV
• Individual remote AC.
• hairdryers,
• bathrobes and slippers
• coffee and tea facilities,
• high speed broadband internet access
35
Services :
• Drug Store
• Money Changer
• CCTV Security System
• High speed free access Internet
• Doctor on call
• Laundry & Dry cleaning service
• Postal service
• In-room safety deposit box
• Outside Catering service
• Taxi & Limousine service
• Shopping Arcade
Facilities and Leisure :
• Restaurant and bars
• Fully equipped Business Center
• Swimming Pool
• In room massage
• Gym
36
Survey Lapangan
1. Singapore Residence
Foto 10 : Singapore Residence
Singapore residence berlokasi ditengah kawasan bisnis segitiga
emas kuningan, termasuk dalam kategori rumah kost mewah dan merupakan
hunian eksklusif dengan pelayanan dan fasilitas yang setara dengan hotel.
Terdapat fasilitas tempat parkir yang cukup luas, lobby, ruang
duduk/komunal, serta taman dilengkapi dengan gazebonya pada bagian atas.
Foto 11 dan 12 : parkiran dan ruang duduk Singapore residence
37
Foto 13 dan 14 : Gazebo dan taman di Singapore residence
Setiap kamar dilengkapi dengan AC Split, TV kabel, kulkas, lemari
pakaian, meja rias, kamar mandi dengan air panas/dingin, dan toilet, tersedia
juga internet akses secara gratis tanpa batas waktu. Kebanyakan penghuni
kost ini adalah para eksekutif muda ataupun ex-patriat, yang berkantor di
kawasan kuningan.
Foto 15 dan 16 : bukaan di kamar dan lobby Singapore Residence.
38
2. Kost Maharani
Kost Maharani termasuk dalam kategori rumah kost menengah,
terletak di jalan KH. Syahdan, gang keluarga yang hanya bisa dilalui oleh
kendaraan sepeda motor di daerah kampus Binus University. Rumah kost ini
menyediakan 35 kamar dengan fasilitas internet, AC, dan kamar mandi pada
setiap kamarnya. Kos-kosan ini bisa dihuni oleh pria ataupun wanita
Fasilitas lainnya yaitu ruang nonton bersama, ruang komunal dan dapur
bersama.
Foto 17: exterior kos maharani Foto 18 : R. komunal kos maharani
39
Tabel 5 : Kelebihan dan kekurangan pada bangunan (survey lapangan).
Singapore Residence Kost Maharani
Penghawaan Penghawaan alami cukup baik, banyak terdapat bukaan disetiap kamar ataupun ruang bersama. (+)
Penghawaan buatan di ruang bersama cukup baik banyak terdapat bukaan (+) Tidak terdapat bukaan di kamar, penghawaan hanya mengandalkan Exhaust fan dan AC (-)
Pencahayaan Pencahayaan alami cukup baik, banyak terdapat ventilasi baik dikamar ataupun ruang bersama dan dilengkapi dengan teritisan,sehingga cahaya matahari tidak langsung dapat masuk menerangi ruangan tanpa rasa panas.(+)
Bagian kamar menggunakan pencahayaan buatan karena tidak terdapat ventilasi (-) Hanya pada ruang bersama yang diterangi oleh cahaya alami (+)
Penghijauan Penghijauan di sekitar bangunan cukup baik banyak ditanami pohon disekeliling bangunan, begitu juga pada sebagian atapnya dibuat seperti roof garden dengan diletakkan banyak pohon-pohon kecil. (+)
Penghijauan pada bangunan sangat kurang, tidak terdapat taman di sekeliling tapak, hanya terdapat sedikit tanaman dalam pot pada bagian atap(-)
Utilitas Sistem tranportasi vertikalnya boros energi karena selain tangga juga disediakan lift, hanya untuk bangunan 3 lantai. (-)
Sistem transportasi vertikalnya hanya memakai tangga dengan jumlah lantai 3 lantai.(+)