sap diare

Upload: shindy-w

Post on 12-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

diare adalah

TRANSCRIPT

A. Latar Belakang

Diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berari mengeluarkan terus (to flow through), merupakan keadaan abnormal penegluaran tinja yang terlalu sering. Diare sering didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair sebanyak lebih dari atau sama dengan 3 kali perhari.

Upaya penyehatan lingkungan pemukiman merupakan usaha untuk meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman melalui upaya pengelolaan kotoran sapi menjadi kompos dengan meningkatkan peran serta masyarakat dan keterpaduan pengelolaan lingkungan melalui analisis dampak lingkungan. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan.Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 penyakit Diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Prevalensi diare klinis tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa atengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Ppua Barat dan Papua) (KemenKes RI, 2011).Untuk wilayah Kota Malang, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Malang, kejadian diare balita tahun 2009 sebanyak 810 kasus, dan meningkat pada Tahun 2010 sebanyak 995 kasus. Angka tertinggi kejadian diare terdapat pada Puskemas Kedung Kandang sebanyak 454 kasus.Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Desa Kedung Kandang yang mayoritas peternak sapi. Padahal berbagai upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya perubahan tingkah laku dengan melakukan pendidikan kesehatan terus dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang menggembirakan, diantaranya dikarenakan kandang dan pembuangan kotoran ternak sapi yang tidak benar. Dengan masih tingginya angka kejadian diare di desa Kedung Kandang, maka saya tertarik untuk mengurangi jumlah kotoran sapi yang mempengaruhi tingginya diare pada warga. Berdasarkan hal tersebut maka saya mengadakan penyuluhan tentang cara pengelolaan kotoran sapi menjai komposn dengan judul No KoPi (Kotoran Sapi), No Diare.B. Tujuan

1. Tujuan UmumSetelah dilaksanakan penyuluhann kesehatan peserta dapat memahami dan menerima cara pencegahan diare khususnya dalam keterampilan pengeloaan kotoran sapi di sekitar lingkungannya.2. Tujuan Khususa. Mengetahui apa yang dimaksud diareb. Mengetahui tanda dan gejala diare

c. Mengetahui apa yang dimaksud lingkungan sehatd. Mengetahui bagaimana kotoran sapi disekitar pemukiman penduduk bisa menyebabkan diaree. Mengetahui cara pengelolaan kotoran sapi menjadi kompos

f. Mempraktekan keterampilan pengelolaan kotoran sapi sesudah penyuluhanC. Rencana Kegiatan

Metode

: Ceramah, Tanya jawabMedia

: Poster, PPT, SOPHari/Tanggal: Senin, 23 Desember 2013Waktu

: Pukul 16.00Alokasi Waktu: 45 menitTempat

: Balai Desa Kedung KandangMateri

: Cara Pengelolaan kotoran sapi sebagai pencegahan diarePemateri

: Shindy WulandariPeserta

: Bapak dan ibu desa Kedung Kandang, MalangD. Kegiatan Penyuluhan

NoTahap KegiatanKegiatan PenyuluhKegiatan pesertaMetodeMedia/Alat BantuEstimasi Waktu

1Pendahuluan1.1 Memberi salam

1.2 Memperkenalkan diri

1.3 Membuat kontrak waktu

1.4 Memaparkan latar belakang topic bahasan

1.5 Memaparkan tujuan

1.6 Memberikan pertanyaan-pertanyaan dasar secara umum1.1 Menjawab salam

1.2 Menyetujui kontrak waktu

1.3 Mendengarkan

1.4 Menjawab pertanyaan dasar secara umumCeramahPower Point10 menit

2.Penyajian2.1 Menjelaskan apa yang dimaksud diare dan lingkungan sehat2.2 Menjelaskan tanda dan gejala diare

2.3 Menjelaskan bagaimana kotoran sapi disekitar pemukiman penduduk bisa menyebabkan diare

2.4 Menjelaskan cara pengelolaan kotoran sapi menjadi kompos

2.5Mendiskusikan mengenai hal yang kurang dimengerti oleh peserta2.6 Memberikan pertanyaan seputar materi yang telah diberikan2.7 Membagikan SOP cara pengelolaan kotoran sapi2.1Mendengarkan

2.2 Memberikan tanggapan dan pertanyaan mengenai hal yang kurang dimengerti

2.3 menjawab pertanyaanCeramah, tanya jawabPPT, Poster, SOP30 Menit

3Penutup3.1 Mengakhiri Pertemuan

3.2 Mengucapkan Terimakasih

3.3 Mengucapkan salam3.1Memberi tanggapan.3.2Menjawab salamCeramahPower Point5 Menit

E. Evaluasi

1. Evaluasi Stuktura. Adanya koordinasi dengan kepala desa dalam tempat penyuluhan

b. Adanya persiapan yang matang terkait materi, media, dan alat bantu yang digunakan.

c. Adanya persiapan mental yang cukup dari penyuluh

d. Peserta didik datang tepat waktu dan terlihat sangat antusias ingin mendengarkan materi.

e. Waktu dan tempat sesuai dengan yang di publikasikan ke warga sebelumnya.2. Evaluasi Prosesa. Semua peserta mengikuti dari awal sampai akhir dengan fokus

b. Peserta antusias dan aktif mengikuti penyuluhan ditandai dengan banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh.

c. Peserta memberikan respon atau umpan balik3. Evaluasi Hasila. Peserta yang hadir 40 dari 50 warga

b. 75% peserta menjawab pertanyaan dengan benar

c. 70% peserta memahami materi yang diberikan

d. 70% peserta menanyakan hal yang tidak dimengertiMateriPengertian DiareDiare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata diarroia (bahasa yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through), merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Hal ini disebabkan adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan elektrolit dalam usus, terutama kadaan-keadaan dengan gangguan intestinal pada fungsi digesti, absorpi dan sekresi. Diare sering didefinisikan sebagai berak lembek cair sebanyak lebih dari atau sama dengan 3 kali perhari. UKK Gasto-hepatologi IDAI 2009) mendefinisikan diare sebagai peningkatan frekuensi buang air besar dan berubahnya konsistensi menjadi lebih lunak atau bahkan cair.Diare adalah peningkatan jumlah ( tiga kali atau lebih) atau penurunan konsistensi dari tinja (menjadi lunak atau cair) dalam waktu 24 jam. Diare dapat dibagi menjadi akut (kurang dari 14 hari) dan persisten (lebih dari 14 hari) dan kronik (lebih dari 1 bulan).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit. Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam waktu yang singkat.Tanda dan Gejala Diare

Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.Gangguan kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.Pengertian lingkungan SehatLingkungan sehat merupakan keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terbentuknya derajat kesehatan masyarakat yang optimum pula. Kesehatan lingkungan adalah hal yang terkesan sepele namun ternyata memiliki dampak yang sangat besar, baik bagi kesehatan diri maupun masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas, apabila seseorang tinggal dalam lingkungan kumuh, maka dapat dipastikan bahwa ia akan sering sakit dan lebih gampang tertular penyakit. Untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat memerlukan dukungan dan motivasi dari individu, masyarakat maupun pemerintah.Penyakit tak datang dengan sendirinya, lingkungan yang kotor dapat menjadi sumber penyakit dapat tumbuh dengan cepat bahkan dahsyat berkembangannya, terdapat pada tumpukan sampah, limbah pabrik, hingga ada pada air yang tergenang. Sumber penyakit terutama terdapat pada lingkungan peternak yang disebabkan oleh kotoran hewan tersebut.Bagaimana kotoran sapi disekitar pemukiman penduduk bisa menyebabkan diareKotoran ternak yang berserakan tentu menimbulkan bau, dan jika terkena hujan bisa mengotori sumber air. Disamping itu, keberadaan kandang ini juga akan mengundang banyak lalat yang bisa menularkan berbagai penyakit.

Pengelolaan kotoran sapi yang tidak memenuhi syarat menyebabkan lebih banyak diare karena kotoran sapi yang tidak diolah atau dibuang sembarangan dapat menjadi tempat yang baik bagi perkembangbiakan serangga dan mikroorganisme, serangga sebagai pembawa mikroorganisme patogen dapat menyebarkan berbagai macam penyakit khusunya diare.Pembuangan kotoran sapi merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan kotoran sapi yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui kotoran sapi antara lain penyakit diare. Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah :1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya

4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya

5. Tidak menimbulkan bauLalat berperan dalam penularan penyakit melalui kotoran hewan maupun manusia. Kotoran sapi yang dibuang di tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat untuk bertelur dan berkembang biak. Lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran sapi yang terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap di kotoran sapi dan hinggap pada makanan manusia (Soeparman dan Suparmin, 2003).Kotoran sapi yang sudah terinfeksi, mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila kotoran sapi tersebut dihinggapi oleh binatang lain dan kemudian binatang tersebut hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke orang lain yang memakannya (Widoyono, 2008). Faktor lingkungan yang paling dominan yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan kotoran sapi di sungai , kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes, 2005). Hal ini dikarenakan warga masih menggunakn air sungai sebagai sarana mencuci baju, mandi, bahkan memasak.Diare disebabkan karena mengkonsumsi air yang telah tercemar kotoran, terutama kotoran hewan, khususnya kotoran sapi. Alur penularan penyakit diare melalui air: kotoran hewan masuk air sehingga air tercemar dan diminum manusia yang menyebabkan diare.Cara pengelolaan kotoran sapi menjadi kompos

Salah satu cara yang mudah dan murah untuk untuk menanggulangi pencemaran limbah sapi adalah dengan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk orgnik.

Manfaat Kompos Organik : 1. Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan2. Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai

3. Menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsureunsur hara tanah

4. Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah

5. Mengandung unsur hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah hara ini tergantung dari bahan pembuat pupuk organik)

6. Membantu proses pelapukan bahan mineral

7. Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia; serta

8. Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan (Yovita, 2001).

Pengolahan kotoran sapi yang mempunyai kandungan N, P dan K yang tinggi sebagai pupuk kompos dapat mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanah dan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik (Iwan, 2002).Seekor sapi mampu menghasilkan kotoran padat dan cair sebanyak 23,6 kg/hari dan 9,1 kg/hari (Tauscher et al. sitasi Iwan, 2002). Undang (2002) melaporkan bahwa seekor sapi muda kebiri akan memproduksi 15-30 kg kg kotoran per hari. Kotoran yang baru dihasilkan sapi tidak dapat langsung diberikan sebagai pupuk tanaman, tetapi harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu.Beberapa alasan mengapa bahan organik seperti kotoran sapi perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman antara lain: 1. bila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman,

2. penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah,

3. struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya ikatnya terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan mengakibatkan tanah menjadi sangat remah,

4. kotoran sapi tidak selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk.PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK (HI-GRADE)

1. Istilah Kompos Hi-grade

Dinamakan kompos organik hi-grade karena mengandung unsur kimia yang komplit berasal dari campuran kotoran sapi dan urine yang diaduk secara merata oleh ternak sendiri dengan cara diinjak-injak sehingga telah mengalami proses dekomposer dengan baik.

2. Bahan dan peralatan

a. Kotoran sapi yang bercampur dengan urine (berasal dari kandang kelompok Gambar 1)

b. Sekam atau gergajen (limbah gergajian kayu)

c. Kapur bubuk

d. Skop dan saringan

e. Karung plastik

f. Timbangan3. Cara pembuatan kompos

Pembuatan kompos diawali dengan pengumpulan kotoran sapi dengan cara pemanenan dari kandang sistem kelompok, dilanjutkan dengan proses pengolahan menjadi kompos curah, blok, granula dan bokhasi.a. Pemanenan kompos

Dilakukan setelah ketebalan kotoran sapi dan urine di dalam kandang kelompok mencapai 25 - 30 cm (1,5 2 bulan).

Pemanenan dilaksanakan sesuai dengan tujuan jenis kompos organik, yaitu kompos curah, kompos blok, kompos granula dan bokhasi.b. Proses pembuatan kompos curah

Kotoran yang dipanen dari kandang diangin-anginkan di tempat teduh selama 2 bulan di musim hujan atau 1 bulan di musim kemarau, kotoran dihancurkan dan diayak dengan ukuran lubang 0,5 x 0,5 cm, kemudian dikemas dalam karung (Gambar3).

c. Proses pembuatan kompos blok

Kotoran yang baru dipanen (kondisi masih basah), dicetak menggunakan alat pres manual sederhana atau dengan menggunakan mesin pres batako. Cetakan kompos blok berukuran p = 20 x l = 12 atau 6 x t = 5 cm.d. Proses pembuatan Bokhasi

Bahan

1. Kotoran sapi setelah ditiriskan2. Sekam (10% dari bobot kotoran sapi)3. Abu sekam (10% dari bobot kotoran sapi)4. Dedak padi (5% dari bobot kotoran sapi)5. Larutan EM-4 + Tetes + Air ( 2 : 2 : 1000) atau 1 liter air + 2 cc EM-4 + 2cc tetes atau 1 liter air + 2 cc EM-4 + 6 sendok makan gula pasir.

Cara membuat

1. Campur kotoran sapi + sekam + abu sekam + dedak padi sesuai takaran, kemudian diaduk hingga merata.2. Tuang campuran larutan EM-4 + tetes + air ke dalam campuran No. 1. dan diaduk hingga merata sampai membentuk adonan dengan kadar air + 40%.3. Ditutup dengan karung goni atau tikar. Dalam kondisi aerob fermentasi akan berlangsung cepat sehingga suhu bokkhasi meningkat 35-40oC. Bila suhu mencapai 50%, maka bokhasi dobolak-balik agar udara masuk dan suhu turun. Lama fermentasi antara 4-5 hari dan bokhasi dianggap jadi apabila berbau khas fermentasi, kering, dingin dan ditumbuhi jamur berwarna putih. Apabila berbau busuk, maka pembuatan bokhasi dianggap gagal.DAFTAR PUSTAKA

Prihani, P.W., Purwanto, T. 2007. Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos Berbahan Kotoran Sapi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan: Pasuruan.

Wulandari, A.P. 2009. Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dan Faktor Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen: Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.Zein, U., Sagala, K.H., Ginting, J. 2007. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Fakultas Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Sumatera Utara.

Ika, N.I., Kurniasari.N.F. Roekistiningsih. 2008. Pebedaan Kejadian Diare Antara Bayi Yang Mengkonsumsi Asi Dengan Susu Formula Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Kemenkes. 2011. Situasi Diare di Indonesia: Baktu Husada12