referat neuro
DESCRIPTION
SISTEM MOTORIKTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Segala aktivitas susunan saraf pusat yang dapat dilihat, didengar, dan
direkam, dan diperiksa berwujud gerak otot. Gerak jalan, gerak otot wajah, gerak
otot yang menentukan sikap tubuh dan gerak otot skletal apapun merupakan
manifestasi eksternal susunan saraf pusat.1
Otot – otot skletal dan neuron-neuron menyusun susunan neuromuskular
voluntar, yaitu sistem yang mengurus dan sekaligus melaksanakan gerakan yang
dikendalika n oleh kemauan. Secara anatomik sistem tersebut terdiri atas; (1)
upper motor neuron (UMN), (2) Lower motoneuron (LMN), (3) alat penghubung
antara unsur saraf dan unsur otot, dan (4) otot skletal.1
Gaya saraf yang disalurkan melalui lintasan – lintasan neuronal adalah
potensial aksi, yang sejak dulu dijuluki impuls dan tidak lain berarti pesan. Dan
impuls yang disampaikan kepada otot sehingga menghasilkan gerak otot yang
dinamakan impuls motorik.1
Pemeriksaan sistem motorik haruslah dikuasai. Sebagian besar manifestasi
objektif kelainan saraf bermanifestasi dalam gangguan gerak otot(gambar 1).
Justru manifestasi objektif inilah yang merupakan bukti riil adanya suatu kelainan
atau penyakit.2
Gambar 1. Representasi otot lurik di korteks motorik( girus presentralis). Sel piramid di
girus presentalis ialah neuron motorik sentral.2
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. Organisasi dan Sel Saraf
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf,
lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan
khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan
konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap
stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama : 1) Input sensorik.
Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletak di
tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor viseral).
Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang menjalar di
sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan
menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap
informasi bisa terjadi 2) Output motorik. Input dari otak dan medulla spinalis
memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh yang disebut
sebagai efektor. 3
B. Organisasi Struktural Sistem Saraf
a. Sistem saraf pusat (SSP). Terdiri dari otak dan medulla spinalis yang
dilindungi tulang kranium dan kanalis vertebralis. 3
b. Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh.
Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan
otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional,
sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.
Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke
SSP , sedangkan saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP
ke otot dan kelenjar. 3
Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua sub divisi :
- Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan
eksternal dan pembentukan respons motorik volunteer pada otot rangka.
- Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada
otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls
saraf melalui dua jalur yaitu saraf simpatis yang berasal dari area toraks
dan lumbal pada medulla spinalis dan saraf parasimpatis berasal dari area
otak dan sacral pada medulla spinalis. 3
1. CEREBRUM
Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi 25%
oksigen dan menerima 1,5% curah jantung. 3
Gambar 2. Potongan sagital otak manusia .4
Gambar 3. Serebrum (otak besar) dan bagian-bagiannya.4
Serebrum merupakan bagian otak yang terbesar dan paling menonjol. Di sini
terletak pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik,
juga mengatur proses penalaran, ingatan, dan intelegensia. Serebrum dibagi
menjadi hemisfer kanan dan kiri oleh suatu lekuk atau celah dalam yang disebut
fisura longitudinalis mayor. Bagian luar hemisferium serebri terdiri dari substantia
grisea yang disebut sebagai korteks serebri, terletak di atas substantia alba yang
meruakan bagian dalam (inti) hemisfer dan dinamakan pusat medulla. Kedua
hemisfer saling dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus
kalosum. Di dalam substantia alba tertanam massa substantia grisea yang disebut
ganglia basalis. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing
hemisfer dirangkap dua dan biasanya berkaitan dengan bagian tubuh yang
berlawanan. Hemisferium serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisferium kiri mengatur bagian tubuh kanan. Konsep fungsional ini disebut
pengendalian kontralateral. 3
Gambar 4. Ganglia Basalis . 4
Korteks serebri dapat dianggap mempunyai area primer dan area asosiasi
untuk berbagai fungsi. Area primer adalah daerah di mana terjadi persepsi dan
gerakan. Area asosiasi diperlukan untuk integrasi dan peningkatan perilaku dan
inteletual. Korteks frontalis merupakan area motorik primer yaitu daerah 4
Brodmann yang mengatur gerakan-gerakan voluntar. Peran utama korteks
parietalis adalah pada kegiatan pemrosesan dan integrasi informasi sensorik yang
lebih tinggi tingkatan. Lobus temporalis merupakan area sensorik reseptif untuk
impuls pendengaran, sedangkan lobus oksipitalis mengandung korteks
penglihatan primer yang menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi
warna. 3
2. Serebelum
Serebelum (otak kecil) terletak di bagian belakang dari batang otak yang
dihubungkan ke oleh tiga pasang pedunkulus. Fungsi utama serebelum ada tiga
yaitu mengkoordinasi gerakan (serebelum mengontrol waktu dan pola aktivasi
otot selama pergerakan), mempertahankan keseimbangan (dalam hubungannya
dengan sistem vestibularis), meregulasi tonus otot (memodulasi mekanisme
medulla spinalis dan batang otak dalam mempertahankan kontrol postural). Pada
potongan longitudinal, serebelum terbagi atas tiga bagian besar yaitu :
a. Vermis : berhubungan dengan nukleus fastigial, berfungsi dalam
regulasi tonus otot untuk mempertahankan postur.
b. Paravermis : bagian tengah serebelum, berhubungan dengan nukleus
interpositus, berperan dalam mengontrol peningkatan gerakan dengan
memanfaatkan informasi dari sensoris proprioseptif yang dihasilkan
dari pergerakannya untuk mengoreksi kesalahan gerakan.
c. Hemisfer : bagian terbesar dari serebelum dan paling lateral,
berhubungan dengan nukleus dentate, mempengaruhi output ke korteks
motorik dan mengatur tonus otot (pergerakan khusus).5
Gambar 5. Serebelum 4
3. Batang Otak
Batang otak merupakan bagian lanjutan dari sistem saraf pusat yang
menghubungkan ensefalon (otak) dan medulla spinalis. Di seluruh batang otak
banyak ditemukan jara-jaras yang berjalan naik turun. Batang otak merupakan
pusat penyampaian dan refleks yang penting dari SSP. 3
Gambar 6. Batang otak.4
Semua jaras asendens dan desendens medulla spinalis dapat dilihat di sini.
Pada permukaan anterior terdapat dua pembesaran yang terutama mengandung
serabut-serabut motorik volunter. Di bagian posterior medulla oblongata terdapat
pula dua pembesaran yang merupakan fasikuli dari jaras asendens kolumna
dorsalis, yaitu fasikulus grasilis dan fasikulus kuneatus. Jaras-jaras ini
menghantarkan tekanan, propriosepsi otot-otot sadar, sensasi getar, dan
diskriminasi taktil dua titik. 3,5
4. Medulla Spinalis
Medula spinalis berfungsi sebagai pusat refleks spinal dan juga sebagai jaras
konduksi impuls dari atau ke otak. Medula spinalis terdiri dari substantia alba dan
substantia grisea. Pada penampang melintang medula spinalis tampak kornu
anterior atau kornu ventralis dan kornu posterior atau kornu dorsalis. Kornu
ventralis/anterior terutama terdiri dari badan sel dan dendrit neuron-neuron
motorik eferen multipolar dari radiks ventralis dan saraf spinalis. Kornu
dorsalis/posterior mengandung badan sel dan dendrit asal serabut-serabut sensorik
yang akan menuju ke tingkat SSP sesudah bersinaps dengan serabut sensorik dari
saraf-saraf sensorik. 3,5
Gambar 7. Penampang melintang medula spinalis beserta komponennya. 4
Gambar 8. Penampang medulla spinalis dengan berbagai potongan.4
C. Fisiologi Gerakan Otot
Segala aktivitas susunan saraf pusat yang dapat dilihat, didengar, direkam,
dan diperiksa berwujud gerak otot. Otot-otot skeletal dan neuron-neuron
menyusun susunan mneuromuskular voluntar, yaitu sistem yang mengurus dan
sekaligus melaksanakan gerakan yang dikendalikan oleh kemauan. 3
Sistem motorik merupakan suatu sistem yang mengurus hal ikhwal
keterampilan gerakan otot skeletal yang terdiri dari unsur saraf dan unsur
muskuler. Sistem ini dimulai dari area spesifik di serebral korteks dan turun ke
piramid berakhir di alpha motor neuron. Traktus kortikospinal yang
menghubungkan langsung dari korteks serebri ke medulla spinalis. Sistem ini
meliputi beberapa komponen :
• Neuron Sentral : merupakan neuron neuron dari korteks motorik ke inti
inti saraf di batang otak dan medulla spinalis. Neuron sentral ini disebut
UMN (Upper Motor Neuron).
• Neuron Perifer : merupakan neuron saraf dari inti motorik di batang otak
dan medulla spinalis ke otot. Neuron Perifer ini disebut LMN (Lower Motor
Neuron).
• Motoric End Plate merupakan penghubung antara neuron dan otot.
Semua neuron di korteks serebri yang menyalurkan impuls motorik ke inti
motorik di LMN tergolong dalam UMN. Neuron-neuron tersebut merupakan
penghuni girus presentralis. Berdasarkan perbedan anatomis dan fisiologis UMN
dibagi dalam susunan pyramidal dan susunan ekstrapiramidal.1
Susunan Piramidal
Gambar 9. Homunkulus Motorik. 1
Susunan pyramidal dimulai di sel-sel neuron di lapisan ke V korteks
presentralis (area 4 Broadman) dan akson-aksonnya menyusun sistem piramidalis.
Neuron-neuron tersebut tertata di daerah gyrus presentralis yang mengatur
gerakan otot tubuh tertentu dinamakan penataan somatotropik (homunkulus
motorik). Serabut-serabut eferen berupa akson-akson neuron di girus presentralis
turun menuju ke neuron-neuron yang menyusun inti saraf otak motorik di batang
otak melalui traktus kortikobulbar dan neuron-neuron yang terletak di kornu
anterior medulla spinalis melalui traktus kortikospinalis. Hubungan akson tersebut
bersifat monosinaptik dan kontralateral. Akson-akson ini membentuk suatu berkas
yang disebut traktus piramidalis yang terdiri dari:
• Serabut kortikospinalis (ke kornu anterior medulla spinalis)
• Serabut kortikobulbaris (ke inti motorik saraf otak)
Gambar 10. Serabut Kortikobulbar.1
Susunan Ekstrapiramidal
Berbeda dengan uraian yang sederhana tentang susunan pyramidal, adalah
inti-inti yang menyusun ekstrapiramidal yang terdiri atas korpus striatum, globus
palidus, inti-inti talamik, nukleus subtalamikus, substantian nigra, formasio
retikularis batang otak, serebellum berikut dengan korteks motorik tambahan,
yaitu area 4, 6, 8. Komponen-komponen tersebut dihubungkan satu dengan yang
lain oleh akson masing-masing komponen itu. Dengan demikian terdapat lintasan
yang melingkar yang dikenal dengan sirkuit. Oleh karena korpus striatum
merupakan penerima tunggal dari serabut-serabut segenap neokorteks, maka
lintasan sirkuit dinamakan sirkuit striatal. Sistem ekstrapiramidalis ini dibagi atas
3 lintasan :1
1. Lintasan Sirkuit Pertama
2. Lintasan Sirkuit Kedua
3. Lintasan Sirkuit ke tiga
Lintasan Sirkuit Pertama
Lingkaran yang disusun oleh jaras jaras penghubung berbagai inti melewati
korteks piramidalis (area 4 ) , area 6, oliva inferior, inti-inti pontis, korteks
serebeli, nukleus dentatus, nukleus rubber, nukleus ventrolateralis talami, korteks
piramidalis & ekstrapiramidalis. Peranan sirkuit ini memberikan feedback kepada
korteks piramidalis & ekstrapiramidalis yang berasal dari korteks serebelum.
Gangguan feedback lintasan ini timbul ataksia, dismetria, dan tremor sewaktu
gerakan volunteer berlangsung.1
Lintasan Sirkuit Kedua
Lingkaran ini menghubungkan korteks area 4S & area 6 dengan korteks
motorik piramidalis & ekstrapiramidalis melalui substansia nigra, globus pallidus,
nukleus ventrolateralis talami. Tujuan pengelolaan impuls piramidalis &
ekstrapiramidalis untuk mengadakan inhibisi terhadap korteks piramidalis &
ekstrapiramidalis, agar gerakan volunter yang bangkit memiliki ketangkasan yang
sesuai. Gangguan pada substansia nigra menimbulkan tremor sewaktu istrahat,
gejala-gejala motorik lain, dan sering ditemukan pada sindroma Parkinson.1,3
Lintasan Sirkuit ke tiga
Merupakan lintasan bagi impuls yang dicetuskan di area 8 & area 4S untuk
diolah secara berturut-turut oleh nukleus kaudatus, globus palidus & nukleus
ventrolateralis talami. Hasil pengolahan ini dengan dicetuskan impuls oleh
nucleus ventrolateralis talami yang dipancarkannya ke korteks piramidalis &
ekstrapiramidalis (area 6). Impuls terakhir ini melakukan tugas inhibisi sebagian
impuls ini disampaikan oleh globus pallidus kepada nukleus Luysii. Bila area 4S
& 6 tidak dikelola oleh impuls tersebut maka timbul gerakan involunter
(gerakan spontan yang tidak dapat dikendalikan), khorea, dan atetosis. 1
Lower Motor Neuron
Neuron-neuron yang menyalurkan impuls motorik pada bagian perjalanan
terakhir ke sel otot skeletal dinamakan lower motor neuron (LMN), untuk
membedakannya dari upper motor neuron (UMN). Maka dari itu LMN dengan
aksonnya dinamakan oleh Sherrington final cmmon path impuls motorik. LMN
menyusun inti-inti saraf otak motorik dan inti-inti radiks ventralis saraf spinalis.
Terdapat dua jenis LMN yaitu alfa motorneuron dan gamma motorneuron. 1
Tugas motorneuron hanya menggalakkan sel-sel serabut otot sehingga
timbul gerakan otot. Tugas untuk menghambat gerak otot tidak dipercayakan
kepada motorneuron, melainkan kepada interneuron (sel Renshaw). Sel tersebut
menjadi sel penghubung antara motorneuron dengan pusat eksitasi yang berlokasi
di formatio retikularis batang otak. Penghambatan yang dilakukan oleh
interneuron dapat juga terjadi atas tibanya impuls dai motorneuron yang
disampaiakan kembali kepada motorneuron. 1
Corak gerkan otot tangkas ditentukan oleh kedatangan pola impuls motorik
yang dibawakan oleh lintasan piramidal dan sistem output striatal (susunan
ekstrapiramidal). Pola itu mencakup untuk menggalakkan dan menghambat
sejumlah afa dan gamma motorneuron tertentu. Motorneuron hanya bekerja
sebagai pelaksana bawahan belaka. Jika mereka dibebaskan dari pengaruh sistem
piramidal dan ekstrapiramidal, maka mereka masih dapat menggalakkan sel-sel
serabut otot, tetapi corak gerakan otot yang terjadi tidak sesuai dengan kehendak
dan tidak tangkas. Akson menghubungi sel serabut oto melaui sinaps,
sebagaimana neuron berhubungan dengan neuron lain. Bagian otot yang bersinaps
itu dikenal sebagai motor neuron plate. Inilah alat penghubung antar neuron dan
otot.1
BAB III
SISTEM MOTORIK
Impuls motorik untuk gerakan-gerakan volunter terutama dicetuskan di
girus presentralis lobus frontalis( korteks motorik primer, area 4 brosmann) dan
area kortikal di sekitarnya( neuron motorik pertama). Impuls tersebut berjalan
dalam jaras serabut yang panjang ( terutama traktuskortikonuklearis dan traktus
kortikospinalis/jaras piramidal), melewati batang otak dan turun ke medula
spinalis ke kornu anterius, tempat mereka membentuk kontak sinaptik dengan
neuron motor kedua, biasanya melewati satu atau beberapa interneuron perantara.
Serabut saraf yang muncul dari area 4 dan area kortikal yang berdekatan bersama-
sama membentuk traktus piramidalis, yang merupakan hubungan yang paling
langsung dan tercepat antara area motorik primer dan neuron motorik di kornu
anterius. Selain itu, area kortikal lain (terutama korteks premotorik, area6 dan
nuklei subkortikalis) berpartisipasi dalam kontrol neuron gerakan. Area-area
tersebut membentuk lengkung umpan balik yang kompleks satu dengan yang
lainnyadan dengan korteks motorik primer dan serebelum; struktur ini
mempengaruhi sel-sel di kornu anterius medula spinalis melalui beberapa jaras
yang berbeda di medula spinalis. Fungsinya terutama untuk memodulasi gerakan
dan untuk mengatur tonus otot.5
Impuls yang terbentuk di neuron motorik kedua pada nuklei nervi kranialis
dan kornu anterius medula spinalis berjalan melewati radiks anterior, pleksus saraf
(diregio servikal dan lumbosakral), serta saraf perifer dalam perjalanannya ke otot
rangka. Impuls dihantarkan ke sel-sel otot melalui motor end plate taut
neuromuskular.5
Lesi pada neuron motorik pertama di otak atau medula spinalis biasanya
menimbulkan paresis spastik, sedangkan lesi neuron motorik orde kedua di kornu
anterius, radiks anterior, saraf perifer atau motor end plate biasanya menyebabkan
paresis flasid. Defisit motorik akibat lesi pada sistem saraf jarang terlihat sendiri-
sendiri; biasanya disertai oleh berbagai defisit sensorik, otonomik, kognitif dan
atau defisit neuropsikologis dalam berbagai bentuk, tergantung pada lokasi dan
sifat lesi penyebabnya.5
Pemeriksaan
Pada tiap bagian badan yang dapat bergerak harus dilakukan :
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Pemeriksaan gerakan pasif
d. Pemeriksaan gerakan aktif
e. Koordinasi gerak.5
1. Inspeksi
Pada inspeksi diperhatikan sikap, bentuk, ukuran dan adanya gerak
abnormal yang tidak dapat dikendalikan.5
Sikap
Perhatikan sikap secara keselurruhan dan sikap tiap bagian tubuh.
Bagaiman asikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak dan
berjalan. 5
Jika pasien berdiri, perhatikan sikap dan posisi badannya, baik secara
keseluruhan maupun sebagian. Pasien dnegan gangguan serebellum berdiri
dengan muka membelok ke arah kontralateral terhadap lesi, bahunya pada sisi
lesi agak rendah dan badannya miring ke sisi lesi. Pnderita penyakit
parkinson berdiri dengan kepala dan leher di bungkukkan kedepan, lengan
dan tungkai berada dalam fleksi (gambar 1). 5
Gambar 11. Sikap penderita parkinson.
Bila jalan , tampaknya seolaholah hendak jatuh ke depan, gerak asosiatifnya
terganggu, lengan kurang dilenggangkan, dan terlihat tremor kasar ditangan. Pada
anak dengan distrofia muskuler progresiva terlihat lordosis yang jelas; bila ia
berjalan, panggul seolah – olah berputar dengan maksud agar berat badan
berpindah ke tungkai yang sedang bertumpu. Pada penderita hemiparese oleh
gangguan sistem piramidal, lengan dalam berada sikap fleksi, sedangkan tungkai
dalam keadaan ekstensi. 5
Bentuk
Perhatikan adanya deformitas. 5
Ukuran
Perhatikan apakah panjang bagian tubuh sebelah kiri sama dengan kanan.
Orang dewasa yang mengalami lumpuh sejak masa kanak-kanak, ukuran
ekstermitas yang lumpuh lebih pendek dari pada yang sehat. Kemudian perhatikan
besar(isi) kontur (bentuk ) otot. Adakah atrofi atau hipertrofi. 5
Pembagian atrofi otot menurut unsur patologik yang mendasarinya dibagi
menjadi 4 yaitu atrofi neurogenik, atrofi miogenik, atrofi artogenik dan disuse
atrophy.6
- Atrofi neurogenik
Disebabkan oleh lesi disalah satu komponen motorneuron yaitu
motorneuronnya sendiri atau aksonnya. Atrofi ini selalu menimbulkan
kelemahan tenaga otot. Pada umumnya didahului paresis atau paralisis.
Atrofi otot juga dapat timbul akibat lesi yang merusak susunan piramidal
secara tersendiri. Misalnya atrofi karena lesi dineuron-neuron kornu
anterior yang timbul pada polimielitis anterior akuta dan pada
motorneurone disease. Atrofi akibat lesi infranuklearis semua lesi disaraf
tepi menimbulkan atrofi otot yang disarafinya. Atrofi pada lesi di korteks
piramidalis merusak neuron-neuron dikawasan area 4 saja mengakibatkan
flasid kontralateral dengan atrofi otot. Hemiatrofi kongenital dijumpai
pada sejak saat lahir menunjukan cacat dan keterbelakangan mental. Dan
hemiatrofi kongenital.6
- Atrofi miogenik
Atrofi akibat penyakit otot ditemukan pada distrofia muskulorum, miositis
dan miopatia.
- Atrofi artogenik
Terjadi akibat artopatia atau artritis otot-otot disekitar persendian yang
terkena menjadi atrofik. Otot yang paling sering terkena adalah otot
ekstensor yang terletak proksimal terhadap sendi yang terkena.6
- Disuse atrophy
Atrofi ini terjadi pada anggota gerak yang lama sekali tidak digunakan.
Kelumpuhan dan atrofi otot pada anggota gerak menimbulkan
bentuk dan sikap abnormal yang khas. Adapun perubahan bentuknya yaitu
:
- Penggeseran dan winging dari skapula karena paralisis otot trapezius,
akibat lesi dinervus asesoris.
- Winging skapula akibat paralisis otot seratus anterior. Akibat lesi dinervus
teraksis longus yang melumpuhkan otot seratus anterior.
- Tangan yang menjulai/ drop hand akibat paralisis nervus radialis.
- Tangan monyet akibat paralisis dari nervus medianus
- Claw hand akibat kelumpuhan nervus ulnaris.
- Drop foot akibat paralisis nervus protaneus
- Claw foot akibat paralisis nervus tibialis. Paralisis ini terjadi karena lesi
dibagian distalnya melumpuhakn otot fleksor halusis longus dan otot-otot
intrinsik jari-jari kaki. Lama kelamaan terjadi atrofi dan fibrosis otot-otot
yang lumpuh sehingga menimbulkan claw foot.6
Hipertrofi otot terbagi menjadi hipertofi tulen yaitu kontraksi otot yang
berlangsung berulang-ulang dan terus menerus. Dan pseudohipertrofi yang
disebabkan karena bertambahnya jaringan lemak dan pengikat sehingga
konsistensinya lembek dan tenaganya berkurang. Pada keadaan pseudo-hipertrofi,
ukuran otot tampak lebih besar, namun tenaganya berkurang. Hal ini disebabkan
karena jaringan otot diganti jaringan lemak atau jaringan ikat. Hal ini didapatkan
pada distrofia muskulorum progresiva dan terjadi pada otot betis dan gluteus. 6
Gerakan abnormal yang tidak terkendali
Diantara geraka abnormal yang tidak terkendali yang kita kenal ialah , tremor ,
khorea, atetose, distonia, balismus, spasme, tik, fasikulasi, dan miokloni. 2
Gerakan abnormal dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Pada pemeriksaan
gerakan abnormal kita harus mengobservasi penampilan klinisnya dan manifestasi
visualnya, menganalisis pola gerakan dan melukiskan komponen-komponennya.
Bila gerakan sesuai dengan gambaran klinik tertentu yang telah mempunyai nama,
nama ini di gunakan untuk gerakan tersebut, tetapi sebaiknya ditambah dengan
melukiskan gerakan tersebut, daripada hanya memberi suatu nama saja. Kadang-
kadang untuk mengetahui gerakannya sangat lemahdan terbatas pada sebagian
dari kekuatan otot.
Tremor. Tremor ialah serentetan gerakan involunter. Getaran yang timbul karena
berkontraksinya otot-otot. Ia dapat melibatkan satu atau lebih anggota tubuh. Jenis
tremor yang perlu kita kenal ialah; tremor normal atau fisiologis, tremor halus
(disebut juga tremor toksik), dan tremor kasar. Tremor meruupakan gerakan
ritmik sinusoidal, konstan:
- Resting tremor (saat istirahat) pada Parkinson,penggunaan obat
neuroleptik2.
- tremor postural/ fisiologis. Saat kecapaian, ketegangan emosi, minum
kopi, hipoglikemi, tirotoksikosis, hipotermi.
- Tremor intensional timbul saat melakukan gerakan volunter pd gangguan
serebelum.6
Khorea. Kata khorea berasal dari kata yunani yang berarti menari. Pada korea
anggota gerak otot berlangsung cepat, sekonyong-konyong, aritmik, dan kasar
yang dapat melibatkan satu ekstermitas, separuh badan atau seluruh badan. Hal ini
dengan khas terlihat pada anggota gerak atas terutama bagian distal. Pada gerakan
ini tidak didapatkan gerakan yang harmonis antara otot-otot penggerak, baik antar
otot yang sinergis maupun antagonis. Bila pasien disuruh untuk meluruskan
tangannya, kita dapatkan hiperekstensi pada falang proksimal dan terminal, dan
pergelangan tangan berada dalam fleksi dan sedikit dipronasikan.2
Bila pasien disuruh menggenggam tangan pemeriksa, terasa bahwa tenaga
genggaman tidak konstan melainkan fluktuai, terasa melemah kemudian menguat
lagi dan seterusnya. Bila khorea melibatkan lidah, didapatkan kesukaran berbicara
dan mengunyah.2
Gerak khorea dapat dibuat nyata bila pasien disuruh melakukan dua macam
gerakan sekaligus, misalnya ia disuruh menaikkan lengannya keatas sambil
menjulurkan lidah. Gerakan khorea didapatkan dalam keadaan istirahat dan
menjadi lebih hebat bila ada aktivitas dan ketegangan. Khorea menghilang bila
penderitanya tidur. Gerakan khorea antara lain dijumpai pada penyakit khorea
sydenham, khorea hunington, dan khorea gravidarum.2
Atetose. Kata atetose berasal dari kata yunani yang berarti berubah. Berlainan dari
khorea yang gerakannya berlangsung cepat, mendadak, dan terutama melibatkan
bagian distal, maka atetose ditandai oleh gerakan yang lebih lamban, seperti gerak
ular, dan melibatkan otot bagian distal. Atetosis dijumpai pada banyak penyakit
yang melibatkan ganglia basal.2
Distonia. Bila terjadi kerusakan besar pada susuna ekstrapiramidal yang
melibatkan beberapa komponen ganglia basal, di dapatkan gejala yang kompleks.
Hal ini dijumpai pada distonia muskulorum deformans, didapatkan gerakan
distonia. Biasanya distonia ini di mulai atetose pada lengan atau anggota gerak
lain kemudian berbentuk kompleks yaitu menunjukkan tonus keras dan berbelit.2
Spasme. Spasmus merupakan gerakan abnormal yang terjadi karena kontraksi
otot-otot yang biasanya disarafi oleh satu saraf. Spasme dapat timbul karena iritasi
saraf perifer atau otot, tetapi dapat timbul di suatu tempat, mulai dari korteks
sampai ke serabut otot.contohnya trismus, rhisus sardonikus dan hiccup.
Fasikulasi. Merupakan gejala halus, cepat dan berkenaan dengan satu berkas
(fasikulus) serabut otot atau satu unit motorik. Adanya fasikulasi dapat dilihat
nyata dengan jalan memberikan rangsangan mekanis pada otot-otot misalnya
dengan pukulan.2
Miokloni. Adalah gerakan yang timbul karena kontraksi otot secara cepat,
sekonyong-konyong, sebentar , aritmik, asinergi, dan tidak terkendali. Otot yang
berkontraksi dapat meliputi sebagiandari satu otot, seluruh otot atau sekelompok
otot-otot, tanpa memandang asosiasi fungsional otot tersebut. Gerak mioklonia ini
terutama didapatkan pada otot-otot ekstermitas dan badan, tetapi ia sering juga
difus dan meluas dan melibatkan otot rahang, lidah, faring dan laring. Ia timbul
secara paroksismal pada waktu yang tidak tertentu baik pada saat istirahat maupun
pada waktu sedang aktif.2
2. Palpasi
Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya. Kemudian otot ini di palpasi untuk
menentukan konsistensi serta adanya nyeri tekan. Dengan palpasi kita dapat
menilai tonus otot, terutama bila ada hipotoni. Penentuan tonus dilakukan pada
berbagai posisi anggota gerak dan bagian badan. 2
Tonus otot
Pada waktu lengan bawah digerak-gerakkan pada sendi siku secara pasif,
otot-otot ekstensor dan fleksor lengan membiarkan dirinya ditarik dengan sedikit
tahanan yang wajar. Apabila semua unsur saraf disingkirkan dari otot (denervasi)
maka tahanan tersebut sama sekali lenyap. Tahanan itu dikenal sebagai tonus otot,
yang merupakan manifestasi dari resultante gaya sarafi (baik motorik maupun
sensorik) yang berada pada otot dalam keadaan rehat. Faktor pokok dalam
pemeliharaan tonus itu ialah busr refleks spinal yang terdiri dari serabut aferen
kerucut otot, interneuron di subtansia grisea medulla spinalis dan motorneuron
serta aksonnya yang mempersarafi otot ekstrafusal. Dalam keadaan sakit tonus
otot dapat meningkat atau menurun. Cara penilaian tonus ialah dibawah ini.6
Dalam penilaian syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah pasien harus
tenang dan bersikap santai, juga ruang periksa harus tenang tidakterlalu dingin,
namun juga tidak boleh panas.6
Sikap pasien saat berbaring harus benar-benar terlentang. Untung
menenangkan pasien sebaiknya dokter mengobrol dengan pasien sewaktu
melakukan tindakan. Sambil mengobrol dokter dapat melakukan inspeksi dan
palpasi otot. Pemeriksa menggerakkan lengan dan tungkai disendi lutut dan siku.
Pemeriksa menggunakan dua tangan. Tahanan yang dirasakan pada waktu
pemeriksaan harus dinilai apakah normal, meningkat atu menurun. Tonus yang
sangat meningkat berarti si pemeriksa susah untuk menekuk dan meluruskan
lengan dan tungkai pasien. Jika tonus otot menghilang maka pada saat
pemeriksaan, pemeriksa tidak merasakan tahanan sedikitpun. Apabila didapatkan
tahanan berkesinambungan maka tonus otot yang meningkat itu dikenal sebagai
spastisitas. Bila tahanan itu hilang timbul maka hipertonia tersebut dinamakan
rigiditas.6
Sekelompok otot dapat dirasakan lebih keras atau lebih lembik pada palpasi.
Adapun arti klinisnya ialah sebagai berikut:
1. Konsistensi otot yang keras dan dapat dijumpai pada :
a. Spasme otot akibat iritasi terhadap radiks saraf spinal seperti
halnya pada meningitis atau hernia nukleus purposus.
b. Perubahan patologik pada otot sendiri, seperti pada miotonia, jenis-
jenis distrofia muskulorum tertentu dan penyakit penimbunan
glikogen di otot ( penyakit McArdle)
c. Kumpulan UMN yang dicirikan oleh adanya spastisitas
d. Gangguan gerakan akibat lesi UMN di susunan ekstrapiramidal
yang diiringi oleh rigriditas.
e. Kontraktur otot. Pada kelumpuhan UMN sering bangkit kontraktur
otot, oleh karena tidak dilakukan fisioterapi pada tahap dirinya
2. Konsistensi otot yang lembik dapat ditemukan pada :
a. kelumpuhan LMN sebagai akibat dari denervasi otot karena lesi di
akson motoneuron atau motoneuronnya sendiri.
b. Kelumpuhan LMN akibat lesi di motor end plate seperti paralisis
periodik dan paralisis akibat infeksi botulismus
Hipotoni.
Dengan adanya hipotonia, maka sekelompok otot terasa kendor pada palpasi,
anggota gerak dapat digoyang-goyangkan dengan mudah dan tahanan otot
sewaktu difleksi dan diekstensikan tidak terasa. Secara aktif, anggota gerak yang
hipotonik sukar untuk mempertahankan suatu sikap yang bebas. Refleks tendon
anggota gerak yang hipotonik adalah rendah atau hilang. Hipotonia dapat
dijumpai pada keadaan – keadaan tersebut di bawah ini :
a) Penyakit LMN disease yaitu poliomeilitis anterior akuta, poineuritis, lesi
traumatik di saraf perifer dan distrofia muskulorum progresiva.
b) Penyakit serebral baikyang bersifat degeneratif, maupun yang bersifat
infeksi atau neoplasmatik.
c) Khorea minor. Disini hipotonia diperjelas oleh adanya hiperekstensibilitas
d) Lesi transversal MS tahap akut. Keadaan patologik akut itu menimbulkan
kelumpuhan LMN dibawah tingkat lesi untuk beberapa hari sampai 3
minggu yang kemudian akan menjadi kelumpuhan yang bersifat UMN.
Tahap hipotonia itu dikenal juga sebagai tahap spinal shock, suatu keadaan
dimana neuron-neuron MS terlepas dari pengaruh neuron- neuron
supraspinal dan karena itu tidak berdaya untuk melakukan fungsinya
seolah-olah kacau dan tidak dapat berbuat apa-apa karena belum biasa
berdiri sendiri.
Hipertonia
Keadaan tonus otot yang meninggi dapat bersifat spastik atau rigiditas. Spastisitas
dicirikan oleh adanya tahanan yang berlangsung secara sinambung seaktu gerakan
fleksi dan ekstensi anggota gerak dilakukan. Fenomena ini dihasilkan oleh
hiperaktifitas refleks ekstensor. Spastisitas lebih merupakan manifestasi hilangnya
pengaruh inhibisi terhadap gama moto neuron daripada hilangnya pengaruh
piramidal terhadap alfa motoneuron. Spastisitas lebih melibatkan otot-otot
ekstensor daripada otot fleksor baik dalam hal lesi kortikal maupun dalam hal
subkortikal. Spastisitas pada anggota gerak yang lumpuh UMN selalu diiringi
oleh hiperrefleksia. Rigiditas adalah hipertonia, dimana padan penilaian tonus otot
dirasakan kareana adanya tahanan yang hilang timbul secara berselingan. Adapun
perbedaan yang pokok antara spastisitas dan rigriditas ialah bahwa spastisitas
hampir selalu bergandengan dengan menurunnya tenaga otot, sedangkan pada
adanya rigiditas tenaga otot pada gerakan volunter tidak menurun. Lagipula
refleks patologis tidak selalu ditemukan bilamana terdapat rigiditas. Sebaliknya
dnegan adanya spastisitas dan menurunnya tenaga otot dalam gerakan volunter,
refleks patologis hampir selamanya akan dijumpai.
3. Pemeriksaan gerak pasif
Penderita disuruh mengistirahatkan ekstermitasnya. Bagian dari
ekstermitas ini gerakan pada persendiannya. Gerakan dibuat bervariasi, mula
mula cepat kemudian lambat, cepat , lebih lambat, dan normal. Kadang-
kadang tahanan didapatkan pada satu jurusan saja, tungkai sukar di fleksikan
tetapi mudah diekstensikan. Keadaan ini didapatkan pada lesi ditraktus
piramidal. Pada gangguan ekstra piramidal dijumai tahanan yang sama
kuatnya (rigiditas). Kadang-kadang keadaan dengan tahanan hilang timbul
(fenomen cogwheel). 2
4. Pemeriksaan gerakan aktif
Pada pemeriksaan ini kita nilai kekuatan (kontraksi) otot, dan memeriksa
adanya kelumpuhan, dapat digunakan 2 cara :
1. Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstermitas, ndannya dan kita
menahan gerakan ini.
2. Pemeriksa menggerakkan bagian ekstermitas atau pasien dan ia
disuruh menahan.
Contoh cara 1 : pasien disuruh memfleksikan lengan bawah, dan kita
menghalangi usahanya ini . dengan demikian kita dapat menilai kekuatan
otot bisep.
Contoh cara 2 : pemeriksa ekstensikan lengan bawah dan pasien disuruh
menahan ( menghalangi usaha ini. Dengan demikian dinilai kekuatan otot
biceps.
Periksa kekuatan fleksi lengan
bawah dengan memegang
pergelangan tangan dan memberi
tahanan pada penderita dari sisi
atas, minta pasien untuk fleksi
lengan bawah. Ulangi dan
bandingkan dengan lengan yang lain. Tes ini untuk memeriksa m. biseps brachii
yang disarafi olehC5&6 melalui N musculocutaneus.7
Dimulai dari deltoid, minta pasien
untuk mengangkat ledua lengan
atas ke anterior simultan dengan
tahanan yang diberikan pemeriksa.
Bandingkan kanan dan kiri. m.
Deltoid disarafi oleh C5 melalui N.
Axillaris. 7
Mintalah pasien untuk ekstensi
lengan bawah melawan tahan
yang diberikan pemeriksa.
Mulailah dari posisi fleksi
maksimal, posisi ini sangat
sensitif untuk mengetahui
penurunan kekuatan. Bandingkan
dengan sisi kontra lateral. Tes ini
untuk memeriksa m. triseps
brachii yang disarafi oleh C6&7
melalui nervus radialis. 7
Periksalah fleksi sendi panggul.
Pasien dal posisi berbaring. Mintalah
pasien mengangkat tungkai denga
fleksi sendi panggul melawan
tahanan pemeriksa. Bandingkan
dengan sisi kontra lateral. Tes ini
memeriksa m. iliopsoas Fleksi
panggul disarafi olef L2&3.7
Periksalah ekstensi lutut dengan
meletakkan tangan pemeriksa di bawah
lutut dan pergelangan kaki, mintalah
pasien ektensi lutut melawan tahan
pemeriksa, bandingkan dengan sisi kontra
lateral. Tes ini memeriksa m. quadriseps
femoris. Ekstensi lutut oleh m. quadriseps
dan disarafi oleh L3&4 melalui N
femoralis 7
Periksalah fleksi lutut dengan
memegang lutut dan memberikan
tahanan pada pergelangan kaki.
Mintalah pasien menarik tumit kearah
pantat sekuat mungkin (fleksi)
melawan tahanan pemeriksa.
Bandingkan dengan sisi kontra lateal.
Tes ini memeriksa otot hamstring,
yang disarafi oleh L5 &S1 .7
Yang harus diperhatikan :
1. Penampakan otot (wasted, highly developed, normal)
2. Rasakan adanya tonus otot (flaccid, clonic, normal)
3. Periksa kekuatan kelompok otot:
0 Tidak ada kontraksi otot
1 Kontraksi halus yang teraba saat paien berusa kontraksi
2 Pasien mampu gerak aktif ketika tidak melawan gravitasi
3 Pasien mampu melawan gravitasi, tapi tidak mampu
terhadap tahanan ringan dari pemeriksa
4 Pasien mampu melawan tahanan ringan dari pemeriksa
5 Pasien mampu melawan tahanan yang lebih berat dari
pemeriksa
Normal = 5. Beberapa klinisi membagi lagi dalam sub dengan: menambah +/-
menjadi 3+, atau 5-. 7
Penderajatan kekuatan otot diterapkan sebagai berikut :
Kekuatan berderajat 0 atau dalam presentasi kekuatan ialah 0%, jika tidak
timbulkontraksi otot dalam usaha untuk mengadakan gerakan volunter. Jika
terdapat sedikit kontraksi, maka derajatnya ialah 1 (= 10%). Apabila terdapat
hanya jika gaya tarik bumitereleminasi, maka derajat kekuatan otot ialah 2 (=
25%). Dalam hal ini dapat diberi contohotot-otot fleksor lengan bawah yang dapat
menekukkan lengan di sendi siku hanya apabila lengan bawah sudah bersudut 900
terhadap lengan atas pada pasien yang diperiksa dalam posisi telentang. Derajat
tenaga otot adalah 3 (= 50%) apabila gerakan volunter melawan gaya tarik bumi
dapat dilakukan secara penuh namun tanpa penahan. Bila dengan penahan
sedang,gerakan volunter masih dapat dilakukan, maka derajat kekuatan otot ialah
4 (= 75%). Apabila gerakan volunter melawan gaya tarik bumi dan dengan
penahanan penuh masih dapat dilakukan, maka kekuatan otot itu berderajat 5 (=
100%). Di klinik penilaian kekuatan otot masing-maisng dimulai terlebih dahulu
dengan penelitian gerakan volunter serta kekuatan secara menyeluruh dan umum.
Dengan menahan gerakan-gerakan tersebut dapat diperoleh kesan mengenai
paresis seperti halnya dalamhemiparesis atau paraparesis. Setelah itu barulah
penilaian kekuatan otot masing-maisng dapatdilakukan, terutama apabila terdapat
paresis yang bersifat fokal segmental, seperti padaberbagai kelumpuhan LMN
(Lower Motor Neuron) akibat lesi di saraf tepi.7
Refleks
Refleks adalah suatu respons involunter terhadap sebuah stimulus. Secara
sederhana lengkung refleks terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, neuron
efektor dan organ efektor. Selain lengkung refleks di dapatkan pula hubungan
dengan pusat-pusat yang berada diotak yang tugasnya memodifikasi refleks
tersebut. Dan bila hubungan tersebut teputus misalnya karena kerusakan pada
sistem piramidal hal ini akan mengakibatkan refleks meninggi.
Refleks yang muncul pada orang normal disebut sebagai refleks fisiologis.
Kerusakan pada sistem syaraf dapat menimbulkan refleks yang seharusnya tidak
terjadi atau refleks patologis.
1. Refleks fisiologis
- Biseps
Pegang lengan pasien yang disemifleksikan sambil menempatkan ibu
jari diatas tendon otot biseps. Kemudian ibu jari diketok dan akan
terjadi gerakan fleksi lengan bawah. (1)
- Triseps
Pegang lengan pasien yang, Kemudian diketok pada tendon insersi
m.triseps yang berada sedikit diatas olekranon dan akan terjadi gerakan
ekstensi.
- Patella
- Tendon Achilles
- Refleks kornea
Kornea mata disentuh dengan sepotong kapas yang ujungnya dibuat
runcing dan akan mengakibatkan dipejamkannya mata.
2. Refleks patologis
Refleks patologis adalah refleks-refleks yang tidak dapat di bangkitkan
pada orang yang sehat kecuali pada bayi dan anak kecil. Refleks patologis
ini ada yang bersifat dalam ataupun superfisialis. Reaksi yang
diperlihatkan sebagian refleks patologis biasanya sama akan tetapi
mendapat sebutan bermacam-macam karena cara membangkitkannya
berbeda-beda. Adapun refleks patologis yang sering di periksa adalah
babinski,chaddock, oppenheim, gordon, hoffmann tromner.
- Reflek babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui
sisi lateral. Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan
penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol
kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau
membuka. Normal pada bayi masih ada. 6
- Reflek oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke
bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan
timbul reflek seperti babinski.
- Reflek gordon
Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan
timbul reflek seperti babinski.
- Hoffmann tromner
Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari
tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan
penderita. Reflek positif jika terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi
ibu jari. 6