askep anemia

33
1 TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyaki atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terja terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringa 2. Anatomi Fisiologi Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikon tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada tengah tebalnya 1 m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lent perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagia yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta fakto yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intrasellular. molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungk pertukaran gas yang sangat sempurna. (Price A Sylvia, 1995, hal : 231) 3. Klasifikasi Anemia Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis. 2.3.1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi: a. Anemia aplastik Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)

Upload: erick-permana-putra

Post on 22-Jul-2015

691 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

2. Anatomi Fisiologi Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf yang tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian tengah tebalnya 1 m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intrasellular. Molekulmolekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna. (Price A Sylvia, 1995, hal : 231)

3. Klasifikasi Anemia Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis. 2.3.1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi: a. Anemia aplastik Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang).

(Ngastiyah.1997.Hal:359)

1

Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451) Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)

Penyebab: agen neoplastik/sitoplastik terapi radiasi antibiotic tertentu obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason benzene infeksi virus (khususnya hepatitis) Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi) Hambatan humoral/seluler Gangguan sel induk di sumsum tulang Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai Pansitopenia Anemia aplastik

a) Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.

2

b). Faktor didapat: Bahan kimia : benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb. Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial. Radiasi : sinar roentgen, radioaktif. Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain. Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain lain. Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik. (Mansjoer.2005.Hal:494)

Gejala-gejala: Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat. Morfologis: anemia normositik normokromik

b. Anemia pada penyakit ginjal Gejala-gejala: Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl Hematokrit turun 20-30% Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin

c. Anemia pada penyakit kronis Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan

d. Anemia defisiensi besi

3

Penyebab: Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi Gangguan absorbsi (post gastrektomi) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.) gangguan eritropoesis Absorbsi besi dari usus kurang sel darah merah sedikit (jumlah kurang) sel darah merah miskin hemoglobin Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya: Atropi papilla lidah Lidah pucat, merah, meradang Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e. Anemia megaloblastik Penyebab: Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.

4

Sintesis DNA terganggu Gangguan maturasi inti sel darah merah Megaloblas (eritroblas yang besar) Eritrosit immatur dan hipofungsi

f. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah: Pengaruh obat-obatan tertentu Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase Proses autoimun Reaksi transfusi Malaria Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit Antigesn pada eritrosit berubah Dianggap benda asing oleh tubuh sel darah merah dihancurkan oleh limposit Anemia hemolisis

Tanda dan Gejala

5

Lemah, letih, lesu dan lelah Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.

4. Etiologi: 1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah) 2. Perdarahan 3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker) 4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper

5. Patofisiologi Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka Apabila hemoglobin konsentrasi akan muncul dalam plasma kapasitas

(hemoglobinemia).

plasmanya

melebihi

haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

6

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia. Anemia viskositas darah menurun resistensi aliran darah perifer penurunan transport O2 ke jaringan Hipoksia jaringan (otak, jantung otot) beban jantung meningkat kerja jantung meningkat payah jantung

6. Tanda Dan Gejala 1. Tanda-tanda umum anemia: a. pucat, b. tacicardi, c. bising sistolik anorganik, d. bising karotis, e. pembesaran jantung. 2. Manifestasi khusus pada anemia:

7

a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi. b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional. c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

7. Kemungkinan Komplikasi Yang Muncul Komplikasi umum akibat anemia adalah: Gagal jantung, Parestisia dan Kejang.

8. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis

9. Terapi yang Dilakukan Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:

8

1. Anemia aplastik: Transplantasi sumsum tulang Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)

2. Anemia pada penyakit ginjal Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat Ketersediaan eritropoetin rekombinan

3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.

4. Anemia pada defisiensi besi Dicari penyebab defisiensi besi Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.

5. Anemia megaloblastik Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

9

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan a. Usia anak: Fe biasanya pada usia 6-24 bulan b. Pucat pasca perdarahan pada difisiensi zat besi anemia hemolistik anemia aplastik

c. Mudah lelah Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh

d. Pusing kepala Pasokan atau aliran darah keotak berkurang

e. Napas pendek Rendahnya kadar Hb

f. Nadi cepat Kompensasi dari refleks cardiovascular

g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine

h. Gangguan pada sisten saraf Anemia difisiensi B 12

10

i. Gangguan cerna Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan

j. Pika Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi, Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA)

k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)

l. Suhu tubuh meningkat Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik

m. Pola makan

n. Pemeriksaan penunjang - Hb - Eritrosit - Hematokrit

o. Program terafi, perinsipnya : Tergantung berat ringannya anemia Tidak selalu berupa transfusi darah Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala

Nilai normal sel darah Jenis sel darah 1. Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).

11

2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 24), 1 Tahun 12 (11 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 15), 8 12 Tahun 14 (13 15,5). 3. Leokosit (per mikro lt) Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 15), 5 Tahun 8000 (5 13), 8 12 Tahun 8000 (5-12). Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 12 Tahun 260.000 4. Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 12 Tahun 40.

2. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.

c. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan.

d. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

3. Intervensi Keperawatan

a. Dx.4 : Tujuan : Kriteria hasil :

Intervensi :

12

b. Dx.5 : TujuanKriteria Hasil :

Intervensi

4. Implementasi Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan a. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat b. Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil c. Menunjukkan pola defekasi normal d. Mengalami peningkatan toleransi aktivitas e. Infeksi tidak terjadi

NO

DX KEPERAWATAN

TUJUAN

KRITERIA HASIL

INTERVENSI

1

Perubahan perusi jaringan setelah berhubungan penurunan seluler yang dengan dilakukan komponen tindakan diperlukan keperawatan

Tanda-

1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. R/ memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi

tanda vital stabil Membran

mukosa

untuk pengiriman oksigen / selama 3 x berwarna merah nutrisi ke sel. 24 jam anak muda menunjukkan perfusi yang kapiler adekuat Haluaran Pengisian

jaringan dan membantu kebutuhan intervensi. 2) Auskultasi bunyi napas. R/ dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung lama/peningkatan kopensasi

urine adekuat

13

curah jantung. 3) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi. R/ iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.

4) Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung. R/ dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia

5) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat. R/ vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.

Kolaborasi 6) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi. 7) Berikan tr ansfusi darah

14

lengkap/packed sesuai indikasi R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan. 8) Berikan oksigen sesuai indikasi. R/ memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.

9) Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi. R/ transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.

Perubahan nutrisi kurang setelah dari kebutuhan tubuh dilakukan dengan tindakan

Asupan nutrisi adekuat

1) Observasi dan catat masukan makanan anak. R/ kalori kekurangan makanan. mengawasi atau masukan kualitas konsumsi

berhubungan

kegagalan untuk mencerna keperawatan atau ketidak mampuan 3 x 24 jam / anak mampu yang mempertahan untuk kan berat sel darah badan yang stabil

Berat badan normal Nilai

mencerna absorpsi diperlukan pembentukan

makanan nutrisi

laboratorium 2) Berikan makanan sedikit dan dalam batas normal : Albumin : 4 5,8 g/dL frekuensi sering R/ makan sedikit dapat

merah (SDM) normal.

menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi.

Hb : 11 16 3) Observasi mual / muntah,

15

g/dL Ht : 31 43 % Trombosit 150.000 400.000 L Eritrosit : 3,8 5,5 x 1012 :

flatus. R/ gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

4) Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan lakukan

penyikatan yang lembut. R/ meningkatkan napsu

makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan infeksi. mulut jaringan

kemungkinan Teknik perawatan bila

diperlukan

rapuh/luak/perdarahan.

Kolaborasi 5) Observasi laboratorium Eritrosit, Albumin. R/ mengetahui efektivitas program mengetahui pengobatan, sumber diet pemeriksaan : Hb, Ht,

Trombosit,

nutrisi yang dibutuhkan.

6) Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan

pedas atau terlalu asam sesuai indikasi.

16

R/ bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.

7) Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal. R/ meningkatkan masukan protein dan kalori.

Konstipasi berhubungan

atau

diare setelah dengan dilakukan

Frekuensi defekasi setiap hari Konsistensi feces lembek, tidak ada 1x

1) Observasi konsistensi, jumlah. R/membantu

warna frekuensi

feces, dan

penurunan masukan diet; tindakan perubahan pencernaan. proses keperawatan 3 x 24 jam anak menunjukan perubahan pola defekasi yang normal.

mengidentifikasi penyebab / factor pemberat dan

lender / darah Bising dalam normal

intervensi yang tepat.

usus 2) Auskultasi bunyi usus. batas R/ bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi. 3) Hindari makanan yang

menghasilkan gas. R/menurunkan abdomen. distensi

Kolaborasi 4) Berikan diet tinggi serat R/ serat menahan enzim pencernaan mengabsorpsi air dan dalam

alirannya sepanjang traktus

17

intestinal. 5) Berikan pelembek feces, stimulant ringan, laksatif sesuai indikasi. R/ mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi. 6) Berikan obat antidiare mis : difenoxilat hidroklorida

dengan atropine (lomotil) dan obat pengabsorpsi air mis Metamucil. R/ menurunkan motilitas

usus bila diare terjadi. Tanda tanda vital dalam 1) Ukur tanda tanda vital setiap 8 jam R/ manifestasi

Intoleran berhubungan

aktivitas setelah dengan dilakukan

ketidakseimbangan antara tindakan suplai (pengiriman) kebutuhan. oksigen keperawatan dan 3 x 24 jam anak melaporkan peningkatan toleransi aktivitas.

batas normal Anak bermain dan istirahat

kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan. 2) Observasi adanya tanda tanda keletihan ( takikardia, palpitasi, dispnea, pusing, kunang kunang, lemas, postur loyo, gerakan lambat dan tegang. R/ membantu menetukan intervensi yang tepat.

dengan tenang Anak melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan Anak tidak

menunjukkan tanda tanda keletihan

3) Bantu anak dalam aktivitas

18

diluar batas toleransi anak. R/ mencegah kelelahan.

4) Berikan aktivitas bermain pengalihan sesuai toleransi anak. R/ meningkatkan istirahat, mencegah kebosanan dan menarik diri. Tanda tanda vital dalam 1) Ukur tanda tanda vital setiap 8 jam. R/ demam mengindikasikan terjadinya infeksi. batas 2) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga

Resiko berhubungan penurunan daya

infeksi setelah dengan dilakukan tahan tindakan

batas normal Leukosit dalam normal Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi anak pada

tubuh sekunder leucopenia, keperawata penurunan (respons tertekan). granulosit 3 x 24 jam inflamasi infek terjadi. tidak

supaya

menggunakan

masker saat berkunjung. R/ mengurangi resiko

penularan mikroorganisme kepada anak.

3) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur

perawatan. R/ mencegah infeksi

nosokomial.

Kolaborasi 4) Observasi hasil

19

pemeriksaan leukosit. R/lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan

leukositopenia mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi

20

TINJAUAN KASUS

Klien berusia 4, tahun dan keluarga datang dengan keluhan panas naik turun sejak 1 bulan yang lalu disertai mimisan . Ibu klien mengatakan klien sering sariawan dengan gusi berdarah. Ibu klien mengeluhkan makan minum sejak I bulan yang lalu klien sulit untuk makan dan minum. Klien terlihat pucat. Ibu klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat penyakit kronis atau pun riwayat operasi. Ibu juga mengatakan dalam mengandung klien ibu tidak mempunyai riwayat komplikasi. Klien lahir secara SC atas indikasi letak lintang dan dry labour, berat badan lahir 3,5 kg, lahir segera menangis

21

1. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Berat badan Tinggi badan Agama Alamat : An.s : 4 tahun : 19 kg : 97 cm : Islam : Bandung

2. ANAMNESA Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang : Panas : Pasien rujukan dari RS DKT dengan keluhan

panas naik turun sejak 1 bulan, sering sariawan, gusi berdarah dan tampak pucat, makan dan minum susah. Muntah (-),, mual(+), mimisan (+), kejang (), BAB dan BAK lancar, nyeri (-). Riwayat penyakit dahulu : belum pernah mondok, riwayat trauma (-)

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang menderita penyakit serupa, riwayat alergi (-) Riwayat kehamilan bidan Riwayat persalinan : lahir secara SC atas indikasi letak lintang dan dry : tidak pernah ada masalah kehamilan, ANC teratur di

labour, berat badan lahir 3,5 kg, lahir segera menangis Riwayat imunisasi Riwayat makanan : lengkap : Susu formula

1 bulan : bubur susu 3x sehari 6 bulan : bubur nasi/tim 3x sehari Riwayat tumbuh kembang : sesuai dengan umur

22

3. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Kesadaran Vital sign : tampak sedikit anemis

: compos mentis : T : 90/60 mmHg N : 132x/menit

R : 38x/menit Leher Thorax

S : 37,6 0C

: lnn tidak membesar : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-) : S1-S2 reguler, bising -

Jantung Paru Abdomen

: vesikuler,Wheezing -/-, RBK -/: supel, nyeri tekan (-), timpani, bising usus (+),

Hepar lien tidak membesar, T/E baik Ekstremitas : akral agak dingin, CRT 3 detik. Kepala : mata : CA -/-, SI -/-, mata cekung (-),konjungtiva anemis

Hidung : sekret (-), nafas cuping hidung (-) Telinga : sekret (-) Mulut : bibir kering (-), faring hiperemis (-), lidah kotor (-), tonsil normal

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium Darah rutin: AL AE Hb Tromb Leuko Ht MCV MCH MCHC AT : : : : : : : : : : 17,7 x 103/L 4,47 x 106/L 7,3 g/dL 130.000 mg/dl 13.000/dl 25,9 % 55,0 fL 15,6 pg 28,6 g/dL 687 x 103/l

23

5. Analisa Data Data Masalah Penyebab perfusi penurunan seluler komponen

S : ibu klien mengatakan Perubahan klien sering panas sejak 1 jaringan bulan yang lalu Kadang mimisan Sering sariawan dan gusi berdarah O : perdarahan pada gusi Terlihat Pucat CRT : 3 detik N : 125x/m S : 37,6 C

TD : 90/60 mmhg R : 38x/m Hb : 7,3 g/d

S : ibu mengatakan klien Perubahan nutrisi kurang kegagalan makan kurang Mual (+) O : klien terlihat lemah Hb : 7,3 g/d dan minum dari kebutuhan tubuh

untuk

mencerna atau ketidak mampuan makanan mencerna

S

:

ibu

mengatakan Resiko infeksi

penurunan tubuh leucopenia, granulosit

daya

tahan

Kadang mimisan Sering sariawan dan gusi berdarah Makan dan minum susah O : perdarahan pada gusi Terlihat Pucat

sekunder penurunan (respons

inflamasi tertekan).

24

CRT : 3 detik N : 125x/m S : 37,6 C

TD : 90/60 mmhg R : 38x/m Hb : 7,3 g/d Tromb : 130.000 mg/dl Leuko : 13.000/dl

DIAGNOSA SEMENTARA Observasi Anemia

SIKAP - monitor KU, VS - tranfusi PRC - ceftriaxone 2 x 300 mg - paracetamol syr 3x1 cth bila panas - Konsul ahli gizi

6. Diagnosa dan Intervensi 1. Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal. 3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).

25

Dx 1 : Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam anak menunjukkan perfusi yang adekuat Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital stabil Membran mukosa berwarna merah muda Pengisian kapiler Haluaran urine adekuat

Intervensi : 1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna

kulit/membrane mukosa, dasar kuku. R/ memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu kebutuhan intervensi.

2) Auskultasi bunyi napas. R/ dispnea, gemericik menunjukkan CHF karena regangan jantung lama/peningkatan kopensasi curah jantung.

3) Observasi keluhan nyeri dada, palpitasi. R/ iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.

4) Evaluasi respon verbal melambat, agitasi, gangguan memori, bingung. R/ dapat mengindikasikan gangguan perfusi serebral karena hipoksia

5) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap hangat.

26

R/ vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.

Kolaborasi 6) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap terapi.

7) Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk mengurangi resiko perdarahan.

8) Berikan oksigen sesuai indikasi. R/ memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan.

9) Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi. R/ transplantasi sumsum tulang dilakukan pada kegagalan sumsum tulang/ anemia aplastik.

Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam anak mampu mempertahankan berat badan yang stabil Kriteria hasil : Asupan nutrisi adekuat Berat badan normal Nilai laboratorium dalam batas normal : Albumin : 4 5,8 g/dL Hb : 11 16 g/dL Ht : 31 43 % Trombosit : 150.000 400.000 L

27

Eritrosit : 3,8 5,5 x 1012

Intervensi : 1) Observasi dan catat masukan makanan anak.

R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.

2)

Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering

R/ makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan asupan nutrisi.

3)

Observasi mual / muntah, flatus.

R/ gajala GI menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.

4)

Bantu anak melakukan oral higiene, gunakan sikat gigi yang halus dan

lakukan penyikatan yang lembut. R/ meningkatkan napsu makan dan pemasukan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut diperlukan bila jaringan rapuh/luak/perdarahan.

Kolaborasi 5) Observasi pemeriksaan laboratorium : Hb, Ht, Eritrosit, Trombosit,

Albumin. R/ mengetahui efektivitas program pengobatan, mengetahui sumber diet nutrisi yang dibutuhkan.

6)

Berikan diet halus rendah serat, hindari makanan pedas atau terlalu

asam sesuai indikasi. R/ bila ada lesi oral, nyeri membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi anak.

7)

Berikan suplemen nutrisi mis : ensure, Isocal.

28

R/ meningkatkan masukan protein dan kalori.

Dx.3 : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan). Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infek tidak terjadi. Kriteria Hasil : Tanda tanda vital dalam batas normal Leukosit dalam batas normal Keluarga menunjukkan perilaku pencegahan infeksi pada anak

Intervensi 1) Ukur tanda tanda vital setiap 8 jam. R/ demam mengindikasikan terjadinya infeksi.

2) Tempatkan anak di ruang isolasi bila memungkinkan dan beri tahu keluarga supaya menggunakan masker saat berkunjung. R/ mengurangi resiko penularan mikroorganisme kepada anak.

3) Pertahankan teknik aseptik pada setiap prosedur perawatan. R/ mencegah infeksi nosokomial.

Kolaborasi 4) Observasi hasil pemeriksaan leukosit. R/lekositosis mengidentifikasikan terjadinya infeksi dan leukositopenia mengidentifikasikan penurunan daya tahan tubuh dan beresiko untuk terjadi infeksi

29

a. EVALUASI NO NO DX I EVALUASI S : ibu mengatakan klien tidak panas lagi Tidak ada mimisan Gusi tidak berdarah. O : perdarahan (-) Anemis (-), konjungtiva normal, mimisan (-) TTV normal Hb : 12 mg/dl CRT< 2 detik A : Masalah teratasi P : hentikan intervensi S : ibu klien mengatakan klien dapat makan dan minum Mual (-), O : klien tidak terlihat lemah Klien mulai bermain. HB 12 mg/dl A : Masalah teratasi P : hentikan intervens PARAF

S : ibu mengatakan mimisan tidak ada, sariawan dan gusi berdarah tidak ada, Makan dan minum sudah mau O : perdarahan pada gusi(-) Pucat (-) CRT < 2 detik

TTV Normal Hb : 12 g/dl Tromb : 150.000 mg/dl

30

Leuko : 10.000/dl A : Masalah teratasi P: hentikan intervensi

31

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, Rekawati, Sri Utami, , 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika Robins, 2005. Dasar-dasar Patologi Penyakit, Jakarta : EBC, Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta Ngastiyah.1997. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta : Medika, Price A Sylvia, 1995. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC Soeparman. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1 ed.kedua. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

32

33