proposal lisma

Upload: bayo-parlungun

Post on 17-Oct-2015

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASPEK KECERDASAN SPIRITUAL DALAM PERSPEKTIF Al-QURAN (Telaah Surat Luqman Ayat 12-19)I. PENDAHULUANA. Latar belakang masalahJika kita amati banyak studi berkaitan dengan intelegensi, studi studi tersebut menghasilkan perkembangan pesat dalam berbagai fungsi dan kontroversi apa yang disebut intelegensi, kecerdasan ataupun quotient. Saat ini pada akhir abad kedua puluh, serangkaian data ilmiah terbaru, yang sejauh ini belum banyak dibahas, menunjukkan adanya Q ketiga. Gambaran utuh mengenai perbincangan kecerdasan manusia ini dilengkapi dengan adanya kecerdasan spiritual. Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, dan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam makna yang lebih luas,[footnoteRef:2] Sejak lahir manusia memiliki fitrah untuk berkembang sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan fitrah, kecerdasan sudah ada sejak manusia dilahirkan, tetapi yang mewarnai selanjutnya adalah lingkungan dan keluarga. [2: Danah zohar, Ian Marshall, SQ (Bandung, Mizan Pustaka, 2007), hlm . 4]

Kecerdasan spiritual adalah sangat fundamental sebagai landasan awal pembentukan generasi. Kecerdasan spiritual seseorang akan memberi pada intelektualnya (IQ) dan emosionalnya (EQ). Dalam rentang waktu dan sejarah yang panjang, manusia pernah sangat mengagungkan kemampuan otak dan daya nalar (IQ). IQ adalah kecerdasan intelektual, atau kecerdasan otak, selama hampir satu abad dunia menganggap bahwa IQ lah yang menjadi penentu kesuksesan manusia, IQ adalah murni kecerdasan intelektual saja, menurut beberapa penelitian IQ hanya berperan 5%-20% dalam mengantarkan seseorang meraih kesuksesan, bahkan menurut Institut Teknologi Carnegie Amerika, dari sepuluh ribu orang yang sukses, 15% karena kemampuan intelektual, 85% karena faktor kepribadian,[footnoteRef:3] dan Kemampuan berfikir dianggap sebagai primadona. Potensi diri yang lain dimarginalkan. [3: Ary Ginanjar Agustian, Ridwan Marzuki, ESQ For Teens (Jakarta: PT Arga Publishing, 2007) , hlm. 19]

Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap, perilaku dan pola hidup sangat kontras dengan kemampuan intelektualnya. Banyak orang yang cerdas secara akademik tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Mereka memiliki kepribadian yang terbelah (split personality). Di mana tidak terjadi integrasi antara otak dan hati. Kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkan krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan. Fenomena tersebut telah menyadarkan para pakar bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan otak dan daya pikir semata, malah lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Tentunya ada yang salah dalam pola pembangunan SDM selama ini, yakni terlalu mengedepankan IQ, dengan mengabaikan EQ dan SQ. Oleh karena itu kondisi demikian sudah waktunya diakhiri, di mana pendidikan harus diterapkan secara seimbang, dengan memperhatikan dan memberi penekanan yang sama kepada IQ, EQ dan SQ. Sekarang kita lihat bagaimana definisi spritualitas dalam persfektif Islam. Sprituality dalam bahasa Arab disejajarkan dengan istilah rohaniyah. Muhammad Husain Abdullah dalam Mafahim Islamiyah mendefinisikan ruhaniyah sebagai Idrak Shillah Billahi (kesadaran hubungannya dengan Allah SWT). Hidup dengan spritualitas yang tinggi berarti sebuah kehidupan yang berada dalam kondisi iman yang baik (jawwu iman). Perasaan ini mendorong seorang muslim mengikatkan diri dengan segala perintah dan segala larangan Allah SWT dengan penuh ridho serta ketenangan (thumaninah). Singkatnya, muslim dengan tingkat spritualitas tinggi memiliki cara hidup Islam yang totalitas. Segala sesuatu diukur dari kesesuaian dengan aqidah dan syariat Islam. Kamus Webster mendefinisikan ruh sebagai prinsip yang menghidupkan. Pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual karena selalu terdorong oleh kebutuhan-kebutuhan spiritual seperti Ibadah. SQ memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi, SQ memberikan kita rasa moral, kemampuam menyesuaikan aturan yang kaku diikuti dengan pemahaman dan cinta serta kesempurnaan, secara harfiah SQ beroperasi dari pusat otak, SQ mengintegrasikan semua kecerdasan kita, SQ menjadikan kita benar-benar berhasil secara intelektual, emosional dan spiritual, dan ini juga akan mempengaruhi proses pendidikan manusia. Kecerdasan spiritual adalah inti kecerdasan kita, SQ mampu membuat kita menyadari siapa kita sesunguhnya dan bagaimana kita memberi makna terhadap hidup kita dan seluruh dunia kita . memang, SQ mengarahkan hidup kita untuk selalu berhubungan dengan kebermaknaan hidup, agar hidup kita menjadi lebih bermakna, seperti, berbuat baik kepada orang lain, tidak sombong, angkuh, takabur dan lain-lain. Kecerdasan, sebagaimana dinyatakan oleh Ali Bin Abi Thalib, adalah karunia tertinggi yang diberikan Allah kepada manusia. Ia akan mencapai puncak aktualisasinya jika dipergunakan, sebagaimana visi keberadaan manusia yang ditetapkan Tuhan baginya. Karena itu ketika manusia belajar atau meningkatkan kecerdasan, yang didorong oleh halhal yang murni, manusiawi, dan rasa ingin tahu untuk mencapai kebenaran dan berdasarkan fitrah itu sendiri, maka kecerdasan akan aktual secara optimum dan murni. Inilah yang kita sebut sebagai kecerdasan spiritual.[footnoteRef:4] Kita sebut sebagai kecerdasan spiritual, dan bukannya kecerdasan lainnya, karena kecerdasan jenis ini sesungguhnya tumbuh dari fitrah manusia itu sendiri, kecerdasan jenis ini tidak diketahui melalui pelatihan, tetapi merupakan aktualisasi dari fitrah itu sendiri. Ia memancar dari kedalaman diri manusia itu sendiri, jika dorongan-dorongan keingintahuan dilandasi kesucian, ketulusan tanpa presentasi egoisme. Pada sisi lain. Manusia juga harus melakukan pendakian yang bersifat transendental, atau menjalani hidup spiritual secara intensif. [4: Suharsono, Melejitkan IQ, IE, IS (Depok, Inisiasi Press, 2005), hlm . 160]

Dalam penumbuhan intelegensi spiritual, sesungguhnya kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak ibadah sunnah dapat diibaratkan bahwa ibadah sunnah adalah suatu pendakian transcendental. Ibadah-ibadah sunnah yang kita lakukan tak ubahnya seperti perjalanan untuk mendekati dan mendapatkan cahaya Ilahi. Ibadah-ibadah sunnah yang penting antara lain, menyelenggarakan sholat lail, puasa, membaca Al-Quran dan lainlain. Upaya penting lain yang tidak dapat diketemukan dalam proses pendidikan umum tetapi merupakan visi pendidikan Nabi adalah apa yang disebut tazkiyatun nafs (penyucian diri). Kita harus menjadi orang suci agar cahaya dapat menembus dan menggerakkan kecerdasan kita, sebaliknya jika kita tidak suci, cahaya akan mengalami kesulitan dalam menembus kecerdasan karena adanya penghalang, penghalang ini dalam perspektif intelektual kita dapat berbentuk kepentingan pribadi, egoisme, kata-kata dusta, kebohongan. Sebenarnya kecerdasan spiritual adalah upaya seseorang sebagai makhluk Tuhan meyakini akan keberadaan Allah. Orang-orang yang memiliki kecerdasan spiritual memiliki kontrol diri dan pengendalian diri yang bagus, tidak egois, apalagi bertindak dzalim kepada orang lain. Motivasi-motivasi yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu juga sangat khas yakni pengetahuan dan kebenaran, sebagaimana dapat disimak dari sejarah hidup para nabi dan biografi orang cerdas dan kreatif biasanya memiliki integritas moral yang tinggi, shaleh dan tentu juga integritas spiritual.[footnoteRef:5] [5: Suharsono. Melejitkan IQ, EQ, SQ. ( Depok: Inisiasi Press, 2005 ), hlm . 151]

Karena itu orang yang masuk dalam kategori ini yakni memiliki kecerdasan spiritual, biasanya memiliki dedikasi kerja yang tinggi dan lebih tulus dan jauh dari kepentingan pribadi (egoisme), apalagi bertindak dzalim kepada orang lain, motivasi-motivasi yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu sangat khas, yakni pengetahuan dan kebenaran. Itulah maka, sebagaimana dapat disimak dari sejarah hidup para Nabi dan biografi orang-orang cerdas dan kreatif, biasanya memiliki kepedulian terhadap sesama, dan memiliki integritas moral tinggi.Seperti tokoh Islam Luqman Hakim yang selalu mengajarkan kepada anaknya tentang amar maruf nahi munkar. Dalam Al-Quran ada satu surat bernama Surat Luqman, dimana dijelaskan prioritas yang harus diberikan untuk pendidikan anak-anak itu. Seperti diketahui, Luqmanul Hakim, adalah seorang ahli hikmat zaman dahulu, yang telah berhasil mendidik anak-anaknya sehingga Allah SWT melestarikan hal itu menjadi contoh tauladan. Dari sini juga terdapat pemikiran Luqman Hakim diantaranya: larangan mempersekutukan Allah, perintah beramal shaleh, perintah mendirikan shalat, larangan bersikap sombong dan angkuh, perintah untuk bersikap sederhana. Akan tetapi dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan menjadi enam pokok, pendidikan iman, tauhid, akhlaq, ibadah, sosial dan jihad dijalan Allah yang kesemuanya ini dapat meningkatkan kecerdasan spiritual dengan mengaktualisasikan perintahperintah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Demikian Luqman Hakim mengakhiri nasehat yang mencakup pokok-pokok tuntutan agama, yang mana terdapat aqidah, syariat dan akhlaq. Demikian luqman hakim mendidik anaknya bahkan member tuntutan kepada siapapun yang ingin menelusuri jalan kebajikan.[footnoteRef:6] [6: Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan Keserasian Al-Quran (Jakarta: Lentera Hati, 2003) , hlm. 140]

Nilai pesan-pesan yang terkandung dalam surat Luqman mencakup beberapa aspek yang dapat dikategorikan menjadi beberapa aspek diantaranya: 1. aspek aqaid (akidah) yang menyangkut masalah keimanan kepada Allah, ketika disebut iman kepada Allah, hal ini sudah tercakup iman kepada malaikat, kitab-kitab Nya, para nabi, hari kiamat, qodlo dan qodar Allah. Aspek aqidah ini termaktub dalam ayat 12, 13, 16 2. aspek syariah, yakni suatu sistem Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam, aspek syariah ini termaktub dalam ayat 14, 15, dan 17.3. aspek akhlaq, secara etimologis, akhlaq adalah perbuatan yang mempunyai sangkut paut dengan khaliq, aspek ini termaktub dalam ayat 14, 15, 18 dan 19.[footnoteRef:7] [7: Nurwadjah, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Bandung: Marja, 2007) , hlm. 170]

B. Rumusan masalah1. Aspek kecerdasan spiritual apa yang terkandung pada pesan Luqman dalam surat Luqman ayat 12-19?2. Bagaimana aktualisasi kecerdasan spiritual melalui rukun Islam, rukun Iman dan Ikhsan?

C. Tujuan penelitian1. Untuk mengetahui aspek kecerdasan spiritual apa yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19.2. Untuk mengetahui bagaimana aktualisasi kecerdasan spiritual yang terkandung apa pesan Luqman dalam surat Luqman ayat 12-19.

D. Manfaat penelitian1. Bagi PenelitiDengan dilaksanakan penelitian kajian pustaka ini, maka mahasiswa sebagai peneliti mampu mendalami tentang kecerdasan spiritual yang terkandung dalam mutiara hikmah Luqman Hakim.2. Bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Mandailing Natal (STAIM)Memberikan sebuah informasi tentang aspek kecerdasan spiritual bagi siapa saja yang hendak mengkaji dan diharapkan nantinya bisa diterapkan oleh siapapun untuk dirinya, maupun orang lain, khususnya dalam pengembangan pendidikan islam.

E. Penegasan istilah1. Aspek kecerdasan spiritual. a. Aspek: letak, segi, sudut pandang, tanda.[footnoteRef:8] [8: Pius A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2007), hlm. 51]

b. Kecerdasan : kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat dan efektif.[footnoteRef:9] [9: J.P Chaplin, Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) , hlm . 253]

c. Spiritual: menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda spiritus yang berarti napas atau kata kerja spairare yang berarti untuk bernafas. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup.[footnoteRef:10] [10: Aliah B. purwakania Hasan. Psikologi Perkembangan Islami. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2006), hlm . 288]

d. Kecerdasan spiritual: kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku yang lebih bermakna.[footnoteRef:11] SQ merupakan fakultas dari dimensi non material atau bisa dikatakan sebagai ruh manusia, yang kemampuannya tidak terbatas untuk ditingkatkan.[footnoteRef:12] [11: Ary Ginanjar Agustian, ESQ, (Jakarta: Arga, 2007), hlm. 13] [12: .Ratna Sulistami D, Erlinda Manaf Mahdi, Universal Intelligence, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006) , Hlm . 41]

2. Luqman HakimLuqman Hakim adalah seorang tokoh yang disebut Al-Quran dalam surat 31:11, sebagai pemilik hikmah, ia dikenal dalam legenda Bangsa Arab sebagai orang bijaksana.[footnoteRef:13] [13: Glasse Cyril, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1999 ) , hlm .239]

3. Surat LuqmanSurat ini adalah surat ke 31 dalam Al-Quran, dan termasuk dalam kelompok surat Makiyyah, kecuali ayat 28, 29, 30. Asbabun nuzul ayat ini adalah, bahwa orang-orang Quraisy bertanya kepada Nabi SAW. Tentang kisah Luqman beserta anaknya, dan ketaatannya kepada ibu bapaknya maka turunlah ayat ini.[footnoteRef:14] [14: Ahmad Mustofa Al Maroghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Toha Putra, 1992), hlm. 130]

4. Aktualisasi kecerdasan spiritualAktualisasi: pengaktualan, perwujudan, perealisasian, pelaksanaan, penyandaran.[footnoteRef:15] [15: J.P Chaplin, Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 17]

Kecerdasan Spiritual adalah: landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan SQ secara efektif.[footnoteRef:16] [16: Ary Ginanjar Agustian, op.cit., hlm . 13]

II. METODE PENELITIANPada dasarnya penelitian ini adalah penelitian literature atau studi kepustakaan. Maka metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif, dengan metode sebagai berikut:A. Jenis PenelitianDalam jenis penelitian kepustakaan (library reseach), karena data yang diteliti berupa naskah-naskah atau buku-buku, atau majalah-majalah yang bersumber dari khazanah kepustakaan[footnoteRef:17] penelitian ini digunakan untuk meneliti tentang faliditas menurut sejarah yang ada. [17: M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: ghalia Indonesia, 1985) hlm 54]

B. Jenis PendekatanAdapun pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan histories filosofis. Disini peneliti juga melakukan interpretasi, artinya peneliti menyelami keseluruhan pemikiran secara mendalam, cara untuk memperoleh penjelasan tentang pandangan Luqman Hakim mengenai kecerdasan spiritual.C. Metode Pengumpulan DataMetode yang digunakan untuk memperoleh data penulisan skripsi ini adalah library reseach, yaitu suatu riset kepustakaan atau penelitian murni.[footnoteRef:18]Penelitian kepustakaan di sini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat diruang perpustakaan.[footnoteRef:19] Dalam penelitian kepustakaan murni maka mempelajari berbagai sumber baik dari al- Quran, hadits, kitab-kitab klasik, buku ilmiyah, majalah-majalah, dokumen dan tulisan lain sebagai pembanding dan penunjang. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data, konsep, dan informasi tentang kecerdasan spiritual yang ada dalam surat Luqman. Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi,[footnoteRef:20] yaitu mencari-cari data tentang pandangan Luqman mengenai kecerdasan spiritual yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19 dengan menggunakan data primer dan data sekunder. [18: Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hlm. 9] [19: Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Social, (Bandung: Mandar Maju, 1990) hlm. 33] [20: Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm 131]

D. Sumber data 1. Data primerSumber data primer, yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan objek riset, yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah al-Quran dan terjemahan, serta Tafsir Ibnu Katsir oleh DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh. Tafsir Jalalain oleh Imam Jalalain, Tafsir Al- Marohgi oleh Ahmad Musthofa al-Maroghi, Kitab Riyadush Sholohin oleh Ustadz al Hafidz, dan Ustadz Suhaemi2. Data sekunderSumber data sekunder, yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi data-data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku atau karya ilmiah yang isinya dapat melengkapi data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini. Data sekunder berupa dokumen-dokumen dan buku-buku yang mengulas tentang Luqman Hakim, dan buku lain yang mendukung dalam pembahasan skripsi.E. Teknis Analisis DataAnalisis data adalah kegiatan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi tanda atau kode, dan mengkategorikan data sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan hal tersebut.[footnoteRef:21] Analisis data berguna untuk mereduksi kumpulan data menjadi perwujudan yang dapat dipahami melalui pendeskripsian secara logis dan sistematis sehingga fokus studi dapat di telaah, diuji, di jawab secara cermat dan teliti. Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan metode deskriptif analitik, yaitu menggambarkan bagaimana konsep pendidikan Luqman secara sistematis, sehubungan dengan latar belakang kehidupan dan pemikirannya, pendapat para ahli yang relevan juga digunakan. Tahap berikutnya adalah interpretasi, yaitu memahami seluruh nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Luqman untuk memperoleh tentang aspek kecerdasan spiritual yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12 sampai 19. [21: Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998), hlm.10]

Dalam penelitian ini digunakan cara berfikir deduktif,[footnoteRef:22] Guna mencari jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan maka penulis menggunakan metode: Metode Maudui atau Tematik,[footnoteRef:23] yang di maksud metode mauduI tematik adalah membahas ayat-ayat al-Quran sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Dalam metode ini penulis mencari hadits yang sesuai dengan topik tertentu, kemudian penulis menghimpun hadits yang berkaitan dengan topik yang akan di pilih tanpa urutan waktu dan tanpa menjelakan hal-hal yang tidak berkaitan dengan topik.[footnoteRef:24] [22: Sutrisno Hadi, Metode Reseach, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993). hlm. 36] [23: Nasruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2002). hlm . 72] [24: Nur Faizin Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibnu Katsir, (Yogyakarta: Menara Kudus, 2002) hlm 31]

Metode ini menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang mempunyai maksud yang sama dalam arti sama-sama membicarakan satu topic masalah dan menyusunnya berdasar kronologi. Dengan metode ini penulis berusaha mencari hadits yang berhubungan pandangan Luqman tentang aspek kecerdasan spiritual.

F. Sistematika PembahasanUntuk mempermudah memahami laporan penelitian ini maka peneliti menyusun sistematika laporan penelitian sebagai berikut: Pendahuluan yang dituangkan pada BAB I menyajikan gambaran umum mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, serta sistematika pembahasan. Sedangkan pembahasan teori, peneliti menyajikan pada BAB II yang berisi tentang kecerdasan spiritual yang mencakup, biografi Luqman Hakim meliputi: riwayat hidup Luqman Hakim, pendidikan Luqman Hakim, adapun mengenai kecerdasan manusia meliputi: macam-macam kecerdasan, perbedaan IQ, EQ, SQ, serta mengenai kecerdasan spiritual, meliputi: pengertian kecerdasan, pengertian spiritual, pengertian kecerdasan spiritual, fungsi kecerdasan spiritual, ciri-ciri kecerdasan spiritual, aspek kecerdasan spiritual, aktualisasi (implementasi kecerdasan spiritual), dan pendapat mufasirin tentang surat Luqman ayat 12-19.Begitu pula pada metode penelitian yang disajikan pada BAB III membahas tentang strategi metode penelitian yang digunakan, di sini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang mencakup: jenis penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Mengenai paparan data disajikan dalam BAB IV yang memuat tentang aspek kecerdasan spiritual dalam pandangan Al-Quran, yang mencakup: nilai apa saja yang terkandung pada pesan Luqman dalam surat Luqman ayat 12-19, dan bagaimana aktualisasi kecerdasan spiritual yang terkandung pada pesan Luqman dalam Al-Quran surat Luqman ayat 12-19.Bab V berisi tentang pembahasan hasil penelitian, pada bab ini disajikan jawaban-jawaban perumusan masalah yang telah disebutkan pada bab I.Dan untuk penutup peneliti menyajikan pada BAB VI yang merupakan bab kesimpulan serta dilengkapi dengan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKAA Partanto, Pius. M. Dahlan Al Bary. 2007. Kamus Ilmiyah Populer. Surabaya: ArkolaAbdul Muqtadir, Ibrahim. 2008. Wisdom Of Luqman Hakim 12 Cara Membentengi Kerusakan Akhlak. Solo: Aqwam Media Profetika.Abdullah, Mas Udik. 2005. Meledakkan IESQ Dengan Langkah Takwa Dan Tawakkal. Jakarta: Dzikrul Hakim.Abu Hasan, Imam. Tafsir Nawawi. Semarang Toha Putra, Agustian, Ary Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual, ESQ. Jakarta: Arga Publishing.Agustian, Ary Ginanjar. Ridwan Marzuki. 2007. ESQ For Teens. Jakarta: PT Arga Publishing.Al Halwani, Aba Firdaus. Sriharini. 2002. Manajemen Terapi Qolbu. Yogyakarta: Media Insani.Aliah B Purwakania, Hasan. 2006. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq. 2007. Lubabu Tafsir Min Ibni Kstsir. Terj. M. Abdul Ghoffar. Abu Hasan Al-Atsari. Jakarta: Pustaka Imam Syafii.Amr Az Zamakahsyari, Mahmud Bin. Al-Kasyyaf Juz III. Darul Fikr.Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: rineka Cipta.Ash Shiddieqie, Hasbi. 2000. Tafsir Al Quranul Majid. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. Baidan, Nasruddin. 2002. Metode penafsiran Al-Quran. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.Buzan, Tony. 2003. Sepuluh Cara Jadi Orang Cerdas Secara Spiritual. Jakarta: PT Gramedia Puataka Utama.Chaplin, J.P. Kartini Kartono. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo persada.Cyril, Glasse. 1999. Ensiklopedi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Departemen Agama RI. 2005. Al-Quran Dan Terjemahnya. Bandung: CVDiponegoro. Djarot Sensa, Muhammad. 2005. QQ Quranic Quotion, Kecerdasan kecerdasan Bentukan Al-Quran. Yogyakarya: Hikmah.Gunawan, Adi W. 2004. Genius Learning Strategy. Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan Accelerated Learning. Jakarta: PT Gramedia Utama.Gunawan, Adi W. 2005. Born To Be genius. Jakarta: PT Gramedia Utama.Hadi, Sutrisno. 2002. Metodologi Reseach. Yogyakarta: Andi Offset.Hafiduddin, Didin. 2002. Membentuk Pribadi Qurani. Jakarta: Harokah.Hamid Khisyk, Abdul, 2005. 10 Wasiat Ilahi Dalam Al-Quran. Yogyakarta: Mitra Pustaka.Hidayat, Komariddin. 2006. Psikologi Beragama, Menjadikan Hidup Nyaman Dan Santun. Jakarta: PT Mizan.Izutsu, Toshikio. 1993. Konsep-Konsep Etika Religius Dalam Quran. Yogyakarta: PT TiaraWacana Yogya.Jalalain, Imam. 1995. Tafsir Quran Al Adzim Lil Imam Jalalain. Terj., Bahrun Abu Bakar. Surabaya: Nurul Huda.Jamaluddin Al-Qosimi, Muhammad. Tafsir Al-Qosimi. Libanon: Dar El Kitab Al Ilmiyyah.Kartawirya, Rajendra. 2004. 12 Langkah Membentuk Manusia Cerdas. Jakarta: Hikmah.Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.Marimba, Ahmad D. 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT Al Maarif.Maswan, Nur Faizin. 2002. Kajian Deskriptif Tafsir Ibnu Katsir. Yogyakarta: Menara Kudus.Moleong, Lexy. J. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.Muadz Haqqi, Ahmad. 2003. Berhias Dengan 40 Akhlakul Karimah. Malang: Cahaya Tauhid Press.Mubarok, Achmad. 2001. Psikologi Qurani. Jakarta: Pustaka Firdaus.Muhammad Az Zabalawi, Sayyid. 2007. Pendidikan Remaja Antara Islam dan Ilmu Jiwa.Mujib, Abdul. Yusuf Mudzakkir. 2002. Nuansa Nuansa Psikologi Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Mustofa Ahmad, Al- Maroghi. 1992. Terjemah Tafsir Al-Maroghi. Semarang: CV Toha Putra.