proposal budiono
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada saat ini begitu
pesat, hampir setiap hari, jam bahkan hitungan detik terjadi perubahan.
Tentulah, perkembangan ini memberikan dampak pada berbagai aspek
kehidupan manusia, tak terkecuali di bidang pendidikan. Dalam dunia
pendidikan, perkembangan tersebut terutama tampak dalam kemajuan
teknologi pendidikan yang ditandai dengan perkembangan media
pembelajaran. Komputer adalah salah satu produk teknologi, yang pada saat
ini populer digunakan sebagai media pembelajaran, sehingga hampir setiap
sekolah memiliki komputer yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran.
Komputer merupakan salah satu media yang dapat memberikan
dampak bagi siswa. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik komputer yang
mampu menjadi media interaktif, sehingga komunikasi melalui media ini
dapat menjadi sangat efektif. Sehingga tidak berlebihan apabila Arifin (2000:
147) mengungkapkan bahwa agar diperoleh kualitas pembelajaran yang baik
maka komunikasi dalam pendidikan harus berlangsung efektif dan efisien.
Artinya pembelajaran merupakan proses komunikasi yang didalamnya
mengandung komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai
suatu tujuan. Susilana (2008: 4) menyatakan bahwa komponen-komponen

pembelajaran tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi.
Sejalan dengan hal tersebut beberapa beberapa ahli (Darsono, 2001; Muhroji,
2006; Wibowo, 2006; Ibnu, 2007), pun menyebutkan bahwa sekolah
merupakan tempat pengembangan kurikulum formal, yang meliputi: (1) tujuan
pembelajaran, (2) bahan pelajaran yang tersusun sistematis, (3) strategi
pembelajaran, dan (4) sistem evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan
tercapai. Oleh karena pembelajaran merupakan proses komunikasi maka
media pembelajaran menempati posisi yang penting sebagai salah satu
komponen sistem pembelajaran. Dengan demikian, proses yang dapat
menghantarkan siswa agar memiliki pengetahuan dan keterampilan baru yang
digariskan oleh kurikulum memerlukan media. Media yang relevan, dalam hal
ini komputer akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung efektif dan
efisien.
Berdasarkan hasil pengamatan dan studi pendahuluan yang telah
dilakukan pada di kabupaten Kediri, khususnya SMP Negeri 2 Kandat
Kabupaten Kediri tahun pelajaran 2011-2012, diperoleh bahwa jarang sekali
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media, baik itu berupa media
alat peraga maupun media komputer. Alasan jarangnya penggunaan media
dalam pembelajaran karena sekolah tersebut kurang memiliki alat-alat
percobaan yang lengkap untuk melakukan demonstrasi terlebih lagi
eksperimen. Namun, sekolah tersebut memiliki media komputer yang dapat
dimanfaatkan untuk pembelajaran fisika sehingga kegiatan demonstrasi atau
eksperimen yang tidak dapat dilaksanakan dengan alasan kurangnya alat

peraga dapat terlaksana dengan bantuan media komputer. Pembelajaran tanpa
menggunakan media yang sesuai ternyata kurang memberikan hasil yang
memuaskan. Hal ini terlihat dari keterampilan siswa dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan, berhipotesis, memberikan tanggapan terhadap suatu
pernyataan, serta membuat kesimpulan masih sangat rendah.
Selanjutnya, ini menjadi penyebab rendahnya keterampilan berpikir
kritis siswa. Selain itu, hasil belajar ataupun prestasi belajar siswa secara
keseluruhan kurang memuaskan meskipun terdapat beberapa siswa yang
mampu memiliki keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar yang
memuaskan. Namun hal tersebut kurang memberikan dampak atau pengaruh
signifikan terhadap peningkatan hasil belajar secara keseluruhan, sehingga
diperlukan suatu perbaikan-perbaikan untuk meningkatkannya.
Terlepas dari media penggunaan dalaam pembelajaran, seperti yang
telah disebutkan bahwa komponen pendidikan lainnya adalah metode ataupun
model pembelajaran yang diterapkan di kelas. Karena ini akan memberikan
dampak ketertarikan siswa untuk mempelajari sesuatu. Suatu model
pembelajaran yang mampu meningkatkan minat belajar siswa akan memiliki
kesempatan lebih besar siswa memiliki hasil belajar yang baik. Artinya
dengan minat belajar siswa akan terpacu untuk mempelajari sesuatu, dalam hal
ini mata pelajaran fisika (IPA) yang umumnya dianggap sulit.
Mata pelajaran fisika yang sampai saat ini menghadapi permasalahan
klasik, merupakan momok bagi siswa, mata pelajaran yang sulit,
membosankan bahkan ditakuti oleh siswa. Guru sebagai salah satu komponen

pendidikan harus mampu mentransformasikan permasalahan menjadi suatu
hal yang menarik dengan menciptakan model-model pembelajaran yang
menarik bagi siswa.
Semakin majunya zaman, dan banyaknya inovasi-inovasi
pembelajaran oleh beberapa guru perlu diterapkan ataupun ditiru oleh
beberapa guru lainnya. Kultur siswa yang pada umumnya sama memberikan
kesempatan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran yang terbukti
berhasil di sekolah lain, meskipun pada implementasi nantinya diperlukan
modifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada sekolah guru
bersangkutan.
Beberapa model pembelajaran yang pada saat ini seringkali diterapkan
adalah pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa, salah satunya
adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung
merupakan model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep
dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif,
dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara
langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi
pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah
terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru.
Dengan penggunaan model pembelajaran langsung diharapkan siswa
mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajarnya.
Mengingat ciri-ciri model pembelajaran langsung mengandung unsur-unsur
yang sangat memungkinkan terjadinya peningkatan tersebut.

Berdasarkan asumsi dari hasil penelitian pendahuluan, peneliti
menggunakan media pembelajaran untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
belajar fisika. Adapun media pembelajaran yang beraneka ragam jenisnya,
seperti: media grafis, media cetak, media projektor, maupun media interaktif.
Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media komputer yang
termasuk ke dalam media interaktif. Lee (Ardhi, 2007: 15) merumuskan
paling sedikit ada delapan alasan pemakaian komputer sebagai media
pembelajaran. Alasan-alasan itu adalah 1) pengalaman, 2) motivasi, 3)
meningkatkan pembelajaran, 4) materi yang otentik, 5) interaksi yang lebih
luas, 6) lebih pribadi, 7) tidak terpaku pada sumber tunggal, dan 8)
pemahaman global. Penggunaan media komputer dalam pembelajaran fisika
diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
siswa. Ennis (Sidharta, 2007: 27) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah
kemampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk
mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenarannya yang efektif
berdasarkan pola penalaran tertentu.
Selain penggunaan media interaktif komputer, peneliti juga
menggunakan model pembelajaran langsung dalam implementasi dikelas,
diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran langsung ini juga mampu
meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya hasil belajar
siswapun meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana
efektifitas penggunaan media pembelajaran komputer dan model pembelajaran

langsung terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa,
sehingga peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas
Penggunaan Media Komputer dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata
Pelajaran Fisika di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran
2011/2012”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah penggunaan media komputer memberikan pengaruh terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada
mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun
Pelajaran 2011/2012?
2. Apakah model pembelajaran langsung memberikan pengaruh terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada
mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun
Pelajaran 2011/2012?
3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media komputer, model
pembelajaran langsung terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dan
hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri
2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012?


C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media komputer terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada
mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun
Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran langsung terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada
mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun
Pelajaran 2011/2012.
3. Untuk mengetahui interaksi antara penggunaan media komputer, model
pembelajaran langsung terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dan
hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri
2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut
1. Bagi guru, dapat menjadi alternatif pembelajaran dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa, dan dapat meningkatkan kompetensinya
sebagai seorang guru serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar mengajar.

2. Diharapkan guru mendapat referensi penggunaan media komputer dan
menggunakan teknologi dalam dunia pembelajaran, sehingga mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Siswa, dapat terlibat langsung dalam proses belajar mengajar yang
telah direncanakan sehingga siswa dapat berperan secara aktif dan positif.
E. Penegasan Istilah
Beberapa istilah yang memerlukan pendefinisian lebih lanjut dalam
pelaksanaan penelitian ini agar tidak terjadi kesalahan persepsi adalah sebagai
berikut.
1. Media komputer adalah media atau alat pembelajaran yang digunakan
berbantukan komputer, yang dapat berupa animasi, gambar, grafis.
2. Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika, yang
merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai
pengkajian kebenarannya yang efektif berdasarkan pola penalaran tertentu.
3. Model Pembelajaran Langsung adalah suatu pendekatan mengajar yang dapat
membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.
4. Hasil Belajar adalah hasil proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan
belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan norma tertentu
dalam sistem penilaian yang disepakati.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Media Pembelajaran
Santyasa (2007: 3) menjelaskan pengertian media secara umum
sebagai berikut: Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium
dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi
dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju
komunikan.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran
mengandung lima komponen komunikasi, guru (fasilitator), bahan
pembelajaran, media pembelajaran, siswa, dan tujuan pembelajaran. Pendapat
para ahli (Schram, 1977; NEA, 1969; Briggs, 1970; AECT, 1977; Gagne,
1970; Miarso, 1989) dalam Susilana (2008: 5) mengenai pengertian media
diantaranya sebagai berikut:
1. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru.
2. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk
teknologi perangkat kerasnya.
3. Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses
belajar.

4. Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran
pesan.
5. Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar.
6. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan keinginan siswa untuk
belajar.
Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
B. Fungsi Media Pembelajaran
Santyasa (2007: 3) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran
media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju
penerima (siswa). Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan,
fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan
hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Terdapat tiga
kelebihan keterampilan media.
Pertama, keterampilan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan,
dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan keterampilan
ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, dan

disimpan sehingga pada saat diperlukan dapat ditunjukkan kembali seperti
kejadian aslinya.
Kedua, keterampilan manipulatif, artinya media dapat menampilkan
kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi)
sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, dan
dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, keterampilan distributif,
artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu
kali penyajian secara serempak.
Menurut Arifin (2000: 149) ada dua sisi penting mengenai fungsi
media dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu:
1. Membantu guru dalam;
a. Mempermudah, menyederhanakan, dan mempercepat keberlangsungan
proses pembelajaran.
b. Penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap.
c. Merancang lingkup informasi dan keterampilan secara sistematis
sesuai dengan tingkat keterampilan dan alokasi waktu.
2. Membantu siswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya
antara lain:
a. Pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian.
b. Memelihara keseimbangan mental (otak) dan fisik (indera).
c. Mendorong belajar mandiri (mempercepat konstruksi/rekonstruksi
kognitifnya).

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton
(Susilana, 2008: 9) adalah sebagai berikut:
1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun
diperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses
pembelajaran dapat ditingkatkan
8. Peran guru berubah ke arah yang positif
Arifin (2000: 150) menyatakan bahwa “berfungsinya suatu media
dalam sebuah proses atau kegiatan berarti media itu memiliki manfaat”.
Sejauh mana manfaat suatu media bergantung pada sejauh mana media itu
telah berfungsi.
Manfaat media pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengarahkan atau menjaga perhatian dan konsentrasi
2. Membantu retensi dan daya ingat
3. Mengurangi keraguan pengertian
4. Memperjelas struktur dan sistematika
5. Meningkatkan relevansi arah pembicaraan
6. Memperpendek waktu dan usaha belajar

7. Bahan kajian lebih utuh dan tuntas
Menurut Susilana (2008: 9) secara umum media mempunyai kegunaan
sebagai berikut:
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbal.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.
3. Menimbulkan gairah belajar dan interaksi lebih langsung antara siswa
dengan sumber belajar.
4. Memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
keterampilan visual, auditori, serta kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, menyamakan pengalaman, dan
menimbulkan persepsi yang sama.
Arifin (2000: 150) menyatakan bahwa tiap-tiap jenis media
mempunyai karakteristik yang berbeda. Artinya bahwa media memiliki
kelebihan dan kekurangan antara media yang satu dengan media yang lain.
Untuk memberikan penilaian terhadap karakteristik media dapat digunakan
dasar sebagai berikut:
1. Praktis dan sederhana
2. Keluwesan (apakah sesuai dengan nilai dan budaya setempat, memenuhi
semua keinginan pembelajar)
3. Jangkauan (dilihat dari jarak dan lingkup penerima: individual atau
kelompok, terbatas atau luas)
4. Ketergantungan (guru, prasarana, atau keterampilan pembelajar)
5. Kendali belajar (guru, tujuan, dan isi media)

Selain fungsi di atas, menurut Husnudin (2008) menyebutkan bahwa
terdapat dua fungsi media pembelajaran, yaitu:
1. Fungsi AVA (Audio Visual Aids) berfungsi untuk memberikan
pengalaman yang konkrit kepada siswa dengan menggunakan media suara
dan gambar sehingga siswa akan lebih mudah memahami atau mengerti
apa yang disampaikan oleh guru.
2. Fungsi Komunikasi
Media (Flural) berasal darikata medium (Singular) yang artinya
inbetween” (diantara). Jadi media berada ditengah (diantara) dua hal yaitu
yang menulis/ membuat media (dalam komunikasi disebut komunikator /
sumber /source) dan orang yang menerima (membaca, melihat dan
mendengar ) media (dalam komunikasi disebut receiver, penerima,
audiensi atau komunikan) media yang dibuat (ditulis dalam bentuk modul
dll., dibuat dalam bentuk film slide, OHP dsb.) memuat pesan (message)
yang akan disampaikan(ditransmisikan) kepada penerima. Dalam
komunikasi tatapmuka (face to face communication) pembicara
(kommunikator) langsung berhadapan dalam menyampaikan pesannya
kepada penerima (audience). Dengan meletakan pesan yang hendak
disampaikan kedalam suatu format media tertentu (buku, film, slide, dsb).
Yang dinamakan kegiatan encoding. Kegunaan media komunikasi dalam
pembelajaran selain untuk menyajikan pesan, sebenarnya ada beberapa
fungsi lain yang dapat dilakukan oleh media. Namun jarang sekali

ditemukan seluruh fungsi tersebut dipenuhi oleh media komunikasi dalam
suatu system pembelajaran. Fungsi-fungsi tersebut antara lain.
1) Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar
2) Memotipadi siswa
3) Menyajikan informasi
4) Merangsang diskusi
5) Mengarahkan kegiatan siswa
6) Melaksanakan latihan dan ulangan
7) Menguatkan belajar
8) Memberikan pengalaman simulasi.
Berkenaan dengan media pembelajaran dengan penerapan strategi
mengajar akan sangat memiliki hubungan erat dimana menurut Muhibbin
Syah (2002), strategi mengajar didefiniskan sebagai sejumlah langkah yang
direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, seperti :
1. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang
berkaitan dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam
menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM.
2. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langlah-
langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap
ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan.

3. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan
pendekatan sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok
bahasan materi ajar.
Hubungan yang dimaksudkan adalah dalam pelaksanaannya, teknik
penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil yang besar dalam
menarik perhatian mahasiswa dalam PBM, karena pada dasarnya media
mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media
sebagai sumber belajar bagi mahasiswa (Djamarah, 2002).
C. Jenis Media Pembelajaran
Djamarah (2002) mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke
dalam beberapa jenis :
1. Media audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara
saja, seperti tape recorder.
2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan
dalam wujud visual.
3. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar.
Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini
dibagi ke dalam dua jenis:
audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film
sound slide.

Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan
gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
D. Media Komputer dan Pengembangannya
Glass (Ardhi, 2007: 15) menyatakan bahwa komputer dapat
melakukan sejumlah kegiatan untuk membantu guru. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan komputer sebagai Computer Assisted Instruction (CAI), yaitu
penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi
pelajaran, memberikan latihan, dan mengetes kemajuan belajar siswa. CAI
dapat sebagai tutor yang menggantikan guru di dalam kelas. CAI juga
bermacam-macam bentuknya bergantung kecakapan pendesain dan
pengembang pembelajaran, misalnya berbentuk permainan (games) atau
mengajarkan konsep-konsep abstrak yang kemudian dikonkretkan dalam
bentuk animasi.
Lee (Ardhi, 2007: 15) merumuskan paling sedikit ada delapan alasan
pemakaian komputer sebagai media pembelajaran. Alasan-alasan itu adalah:
pengalaman, motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang otentik,
interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber tunggal,
dan pemahaman global.
Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa seiring dengan pesatnya
perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras
(hardware) maupun perangkat lunak (software), telah mengakibatkan
bergesernya peran pendidik sebagai penyampai pesan/informasi. Secara

mendasar pembelajaran berbasis komputer dapat diaplikasikan dalam dunia
pendidikan sebagai berikut.
a. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi,
komunikasi, manajemen, rekayasa dan lain-lain secara bersistem;
b. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan
serempak, dengan memperhatikan dan mengkajisemua kondisi dan sal ing
kaitan diantaranya;
c. Digunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu
memecahkan masalah belajar;
d. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, dimana penggabungan pendekatan
dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjurnlahan.
Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan
mempunyai nilai lebih dari pada memecahkan masalah secara terpisah.
(Mukhtar dan Iskandar, 2010)
Di samping itu, penggunaan media komputer dapat pula
dikembangkan pada pembelajaran e-learning, karena Pembelajaran dengan
model e-learning tidak hanya sekedar belajar secara online, namun sebenarnya
lebih dari itu. e-learning memiliki karakteristik open alias terbuka, fleksibel
dan distributed. Disamping itu, e-learning bisa terjadi secara online, offline
(walau dengan hanya satu stand alone komputer), sinkronous (chatting, video
conference), asinkronous (e-mail, milist, forum) baik secara individu maupun
kelompok. (Mukhtar dan Iskandar, 2010: 327).

Lebih lanjut dijelaskan oleh Mukhtar dan Iskandar (2010: 328)
berkenaan dengan aktifitas pembelajaran yang berbasis e-learning dengan
komputer sebagai medianya adalah sebagai berikut.
1. Individualized self-paced e-learning online yaitu pebelajar dapat belajar
secara mandiri dengan cara mengakses informasi atau materi pelajaran
secara online via intranet atau internet. Dimana sekolah, warnet, di rumah
memiliki fasilitas intranet, guru menyediakan sumber belajar, baik dalam
bentuk teks (text-based content) seperti pdf, ppt, doc, atau sejenisnya, atau
dalam format multimedia (multimedia-based content) seperti video
streaming, animasi, game dan tain-lain dalam server intranet tersebut.
Peserta didik kemudian dapat mempelajarinya kapan saja, materi apa saja
yang sesuai dengan minatnya, dimana saja (tidak harus dalam kelas, yang
jelas bisa mengakses intranet tersebut) secara individu.
2. Individualized self-paced e-learning offline yaitu situasi dimana
mahasiswa mempelajari materi belajar melalui paket-paket pembelajaran
seperti video pembelajaran, CD-interaktif (multimedia pembelajaran), e-
book, dan lain-lain yang tidak dilakukan melalui jaringan intranet atau
internet.
3. Croup-basede-learningsynchronousely yaitu peserta didik secara
berkelompok mengikuti pembelajaran dalam waktu yang sama walau dari
tempat yang berbeda melalui tool komunikasi sinkronous seperti chatting
(text-based conferencing), konferensi audio dua arah (two-way audio

conferencing), atau konferensi video (video conferencing) baik melalui
intra atau internet.
4. Croup-basede-learningasynchronousely yaitu peserta didik secara
berkelompk/grup mengikuti proses pembelajaran melalui intra atau
internet tapi komunikasinya tidak real time, tapi tertunda (delayed) dengan
e-mail, forum diskusi, mailing list, atau asynchronous (offline) chatting.
E. Model Pembelajaran Langsung
Pemilihan model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat
dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh
tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan
peserta didik. Di samping itu pula setiap model pembelajaran selalu
mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dilakukan oleh siswa dengan
bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain
mempunyai perbedaan.
Oleh karena itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai
model pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai setelah proses pembelajaran sehingga dapat tuntas seperti yang telah
ditetapkan. Para ahli berpendapat bahwa tidak ada model pengajaran yang
lebih baik dari model pengajaran yang lain. (Kardi dan Nur, 2000b : 13).
Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat
membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh
informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan

mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,
2000a: 2). Arends (2001: 264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :”A
teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and
knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes
here, the model is labeled the direct instruction model”. Apabila guru
menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung
jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang
besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada
siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan,
memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau
keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.
Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan
dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang
sama dikemukakan oleh Arends (1997: 66) bahwa: “The direct instruction
model was specifically designed to promote student learning of procedural
knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught
in a step-by-step fashion.”
Lebih lanjut Arends (2001: 265) menyatakan bahwa: ”Direct
instruction is a teacher-centered model that has five steps:establishing set,
explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended
practiceA direct instruction lesson requires careful orchestration by the

teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented.” Hal
yang sama dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a: 27), bahwa suatu
pelajaran dengan model pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1)
penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa, (2)
pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi
tentang keterampilan tertentu, (3) memberikan latihan terbimbing, (4)
mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) memberikan latiham
mandiri.
Cara lain untuk menjadikan siswa belajar aktif dari awal dapat
menggunakan berbagai strategi, misalnya strategi pembelajaran langsung
melalui berbagi pengetahuan secara aktif. Strategi pembelajaran langsung ini
dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna
membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka
untuk berpikir. Siswa tidak bisa berbuat apa–apa jika pikiran mereka
dikembangkan oleh guru. Banyak guru yang membuat kesalahan dalam
mengajar, yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap secara mental guru,
langsung memberikan materi pelajaran.
Menurut Silbernam (2006), strategi pembelajaran langsung melalui
berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa
kepada materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru juga dapat
menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan
kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan
materi pelajaran apapun.

F. Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut pendapat para ahli (Black, 1952; Ennis, 1985) dalam Sidharta
(2007: 27) bahwa berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika.
Logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang
disertai pengkajian kebenarannya yang efektif berdasarkan pola penalaran
tertentu.
Berdasarkan cara menarik kesimpulan, menurut Ennis (Sidharta, 2007:
27) ada dua jenis logika, yaitu:
1. Logika Induksi
Logika induksi merupakan cara berpikir yang digunakan apabila seseorang
membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang dimiliki dan
berdasarkan prinsip-prinsip penemuan, serta dibuat dari yang spesifik ke
yang umum.
2. Logika Deduksi
Logika deduksi merupakan suatu cara berpikir yang digunakan apabila
seseorang membuat pernyataan berdasarkan premis-premis yang diketahui
sebelumnya. Dalam prosesnya, berpikir kritis tidak berdiri sendiri, tetapi
merupakan suatu proses yang menyeluruh dan satu sama lain saling terikat
secara terpadu sehingga tidak mudah untuk membuat suatu perbedaan
secara spesifik.
Menurut Orlich (Sidharta, 2007: 27), jika dilihat dari sisi tujuan
pembelajaran, berpikir dapat digolongkan dalam tiga golongan yang saling

terkait yaitu berpikir kritis, berpikir pemecahan masalah, dan berpikir kreatif.
Karakteristik berpikir kritis ditandai dengan adanya berpikir evaluatif,
reflektif, logis, dan sistematis.
Permasalahan semakin kompleks yang berkembang dalam masyarakat
menuntut pemecahan dengan pengertian dan keterampilan berpikir dalam
kualitas yang lebih tinggi. Winocour (Sidharta, 2007: 29) menyatakan bahwa
berpikir dalam pembelajaran dikembangkan dengan asumsi bahwa umumnya
siswa dapat mencapai tingkat berpikir tinggi, berpikir dapat diajarkan, dan
dapat dipelajari sebagai dasar dalam proses pembelajaran. Belajar berpikir
kritis adalah memperluas proses berpikir keluar dari sikap egosentris.
Menurut pendapat para ahli (Piaget, 1958; Ennis, 1985; Winocour,
1981) dalam Sidhatra (2007: 29) keterampilan berpikir kritis terorganisasi
berdasarkan pemikiran bahwa keterampilan berpikir yang kurang kompleks
merupakan perequisite bagi keterampilan berpikir yang lebih kompleks,
dengan keterampilan observasi sebagai keterampilan dasar. Setiap
keterampilan berpikir yang terdapat dalam organisasi tersebut dapat dengan
mudah dihubungkan dengan suatu disiplin ilmu sehingga berdasarkan
organisasi tersebut keterampilan berpikir dapat diajarkan melalui semua
materi untuk menuju ke arah memperoleh keterampilan berpikir kritis.
Sidharta (2007: 32) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis
tidak dapat dilatihkan sekaligus dalam satu konsep saja, tetapi dapat dilatihkan
melalui berbagai konsep dan strategi belajar. Pengembangan keterampilan
berpikir kritis siswa harus melalui bantuan guru, fasilitas, dan motivasi.

Fungsi guru adalah sebagai fasilitator dan motivator dalam membantu siswa
membangun struktur ilmu yang baru. Dalam pengembangan keterampilan
berpikir kritis juga guru harus mengajak siswa untuk berpikir dalam diri
mereka masing-masing.
Menurut Sidharta (2007: 32) bahwa salah satu pendekatan terbaik
untuk membangun keterampilan berpikir kritis adalah dengan memberi
pertanyaan-pertanyaan dan membimbing siswa mengaitkan pikirannya dengan
konsep yang telah dimiliki. Pada dasarnya Ennis (1985) mengembangkan
berpikir kritis ke dalam dua aspek besar yaitu aspek pembentukan watak
(dispositions) dan aspek kemampuan (ability).
1. Aspek pembentukan watak (dispositions), yang terdiri dari komponen:
a. Mencari sebuah pernyataan yang benar dari pertanyaan
b. Mencari alasan
c. Mencoba untuk memperoleh informasi yang baik
d. Menggunakan sumber yang dapat dipercaya dan menyebutkannya
e. Memasukkan informasi/ sumber ke dalam laporan
f. Mencoba mempertahankan pemikiran yang relevan
g. Menjaga pikiran tetap dalam fokus perhatian
h. Melihat beberapa alternatif
i. Menjadi berpikir terbuka
1) Mempertimbangkan secara serius tinjauan yang lain selain tinjauan
yang kita pandang

2) Alasan dari sebuah dasar pemikiran dengan satu yang tidak
disetujui
3) Tidak memberi keputusan ketika fakta dan alasan kurang sesuai
j. Mengambil sebuah posisi ketika fakta dan alasan sesuai
k. Mencari keakuratan subjek secara benar
l. Mengikuti sebuah kebiasaan yang teratur
m. Menjadi lebih respon dalam merasakan tingkatan pengetahuan dan
pengalaman.
2. Aspek kemampuan (ability)
Untuk aspek kemampuan terdiri dari 5 kemampuan dan 12 sub
kemampuan berpikir kritis. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis
KemampuanBerpikir
Kritis
Sub KemampuanBerpikir Kritis
Indikator
1. MemberikanPenjelasandasar
1. Memfokuskan pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin
c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi
2. Menganalisis argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulanb. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakanc. Mengidentifikasi alasan yang tidak
dinyatakand. Mencari persamaan dan perbedaane. Mengidentifikasi dan menangani
ketidakrelevananf. Mencari struktur dari sebuah
pendapat/ argumeng. Meringkas
3. Bertanya dan a. Mengapa?

menjawab pertanyaan
klarifikasi danpertanyaan yangmenantang
b. Apa yang menjadi alasan utama?c. Apa yang kamu maksud dengan?d. Apa yang menjadi contoh?e. Apa yang bukan contoh?f. Bagaiamana mengaplikasikan kasus
tersebut?g. Apa yang menjadikan
perbedaannya?h. Apa faktanya?i. Apakah ini yang kamu katakan?j. Apalagi yang akan kamu katakan
tentang itu?2. MembangunKeterampilandasar
4.Mempertimbangkanapakah sumber dapatdipercaya atau tidak?
a. Keahlianb. Mengurangi konflik interestc. Kesepakatan antar sumberd. Reputasie. Menggunakan prosedur yang adaf. Mengetahui resikog. Keterampilan memberikan alasanh. Kebiasaan berhati-hati
5. Mengobservasi danmempertimbangkanhasil observasi
a. Mengurangi praduga/ menyangkab. Mempersingkat waktu antara
obserevasi dengan laporanc. Laporan dilakukan oleh pengamat
sendirid. Mencatat hal-hal yang sangat
diperlukane. Penguatanf. Kemungkinan dalam penguatang. Kondisi akses yang baikh. Kompeten dalam menggunakan
teknologii. Kepuasan pengamat atas kredibilitas
kriteria3.Menyimpulkan
6. Mendeduksi danmempertimbangkandeduksi
a. Kelas logikab. Mengkondisikan logikac. Menginterpretasikan pernyataan
7. Menginduksi danmempertimbangkanhasil induksi
a. Menggeneralisasib. Berhipotesis
8. Membuat danmengkaji nilai-nilaihasil pertimbangan
a. Latar belakang faktab. Konsekuensic. Mengaplikasikan konsepd. Mempertimbangkan alternatife. Menyeimbangkan, menimbang dan
memutuskan

Dalam penelitian ini, penggunaan media komputer dalam
pembelajaran fisika diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa. Hal ini tentu berkaitan dengan materi yang disampaikan dimana
dalam pembahasannya terdapat konsep-konsep abstrak sehingga tidak dapat
diperlihatkan gejalanya secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan media
yang dapat memvisualisasikan konsep-konsep abstrak menjadi lebih konkret.
Dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran dibuat sedemikian rupa sehingga
mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis dan meningkatkan hasil belajar
siswa.
G. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
Hubungan belajar dengan hasil belajar akan sangat erat dengan
perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses. Bagi seorang
siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang
siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh
siswa tersebut.
Menurut Sagala (2003: 13) mengungkapkan bahwa belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan
belajar hanya dialami oleh siswa. Sedangkan Gagne (dalam Sagala, 2003:
13) juga mengungkapkan bahwa belajar adalah sebagai suatup roses

dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman.
Menurut Logan, dkk (1976) dalam Tjundjing (2001: 70) belajar
dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan latihan. Senada dengan hal tersebut, Winkel
(1997: 193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan
sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
relatif konstan dan berbekas.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat
dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan
masyarakat. Irwanto (1997: 105) berpendapat bahwa belajar merupakan
proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi
dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan Mudzakir (1997: 34)
berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang
bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan
dan sebagainya.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta

membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian Hasil Belajar
Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh
mana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai
prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997: 168) bahwa
proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-
perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang
nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam
prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan
atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat
mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Sedangkan menurut Poerwodarminto (Ratnawati, 1996 : 206)
yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai,
dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan hasil belajar itu
sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada
jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.
Selanjutnya menurut Sudjana (1995), prestasi hasil belajar adalah
proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang dengan
cara membandingkannya dengan norma tertentu dalam sistem penilaian
yang disepakati. Objek prestasi hasil belajar diwujudkan dengan
perubahan tingkah laku seseorang dalam ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.

Menurut Gagne (dalam Paulina, 2002), hasil belajar dapat
dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian, kecakapan, atau
kemampuan seseorang, dimana proses kepandaian itu terjadi tahap demi
tahap. Hasil belajar diwujudkan dalam lima kemampuan yaitu
keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan
motorik, dan sikap. Pendapat di atas sama dengan pendapat Bloom
(dalam Paulina, 2002) yang menyatakan bahwa ada tiga dimensi hasil
belajar yaitu dimensi kognitif, dimensi afektif dan dimensi psikomotorik.
Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir,
mengetahui dan memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensif,
aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif. Dimensi afektif
adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan
apresiasi. Sedangkan dimensi psikomotorik adalah kemampuan yang
berhubungan dengan keterampilan motorik.
Sedangkan menurut Merujuk pemikiran Gagne (dalam, Supriyono,
2009), hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespons secara spesifik ter-hadap rangsangan spesifik. Kemampuan
tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah
maupun penerapan aturan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempre-sentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan
mengembang-kan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordi-nasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eks-ternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk meraih hasil belajar yang baik, banyak sekali faktor yang
perlu diperhatikan, karena didalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa
yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan
yang kuat untuk berprestasi dan berkesempatan untuk meningkatkan
prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan dibawah
kemampuannya.
Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-
faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Suryabrata (1998: 233) dan
Shertzer dan Stone (Winkle, 1997: 591), secara garis besar faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan
menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
a) Faktor Fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.
1) Kesehatan Badan
Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu
memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan
fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam
menyelesaikan program studinya. Dalam, upaya memelihara
kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan
pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.
Selain itu, juga untuk memelihara, kesehatan bahkan juga dapat
meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.
2) Panca Indera
Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu
berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini
diantara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam
belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian
besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui
penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak
yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan
menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada
akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

b) Faktor Psikologis
Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa, antara lain adalah:
1) Inteligensi
Menurut Westen (Satiadarma, 2003: 2) intelegensi merupakan
bentuk multifefet artinya intelegensi diekspresikan dalam berbagai
bentuk. Pada umumnya intelegensi diukur disekolah serta lembaga
pendidikan tingi, dan pengukurannya cenderung bersifat
sekolastik. Sekolastik adalah kemampuan yang diajarkan di
sekolah. Disamping itu, rumusan taraf kecerdasan pun beraneka
ragam bentuknya tergantung pada wilayah kecerdasanya. Adapun
menurut Binet (Winkel, 1997: 529) hakikat inteligensi adalah
kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,
untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai
tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.
Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi dan hasil
belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf
inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai
prestasi dan hasil belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang
memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan
memiliki prestasi dan hasil belajar yang rendah. Namun bukanlah
suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi
rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya,

karena ini tidak terlepas dari beberapa faktor lain yang
mempengaruhinya.
2) Bakat
Bakat merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang dan menunjang
keberhasilan belajar dalam bidang tertentu.
Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada
bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan
berhasilnya usaha itu. Akan tetapi, banyak sekali hal-hal yang
menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan
oleh setiap orang.
3) Minat
Minat, menurut Slameto (1991: 182), adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Minat atau kemauan, merupakan motor penggerak
yang menentukan keberhasilan belajar. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri. Semakin kuat/ dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menujukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada
hal lain, atau dimanifestasikan melaui partisipasi dalam suatu
aktivitas.

4) Sikap
Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat
merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan
prestasi belajarnya. Menurut Wirawan (1997: 233) sikap adalah
kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-
hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di
sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
5) Motivasi
Menurut Irwanto (1997: 193) motivasi adalah penggerak perilaku.
Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar.
Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-
kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar
karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkel (1991: 39)
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar itu maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa
tercapai.
6) Kemampuan Kognitif
Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat
dikenal dan diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah, kognitif,
afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan kemampuan

yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai. Karena
penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi
penguasaan ilmu pengetahuan.
Ada empat kemampuan yang harus dikuasai untuk sampai pada
penguasaan kemampuan kognitif yaitu:
1) Persepsi, adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia,
2) Daya ingat, berhubungan dengan mengingat pengetahuan yang
telah didapat. Mengingat merupakan aktivitas kognitif di mana
orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa
lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh dimasa
lampau,
3) Berpikir, yaitu tingkah laku yang sering implisit (tersembunyi),
dan
4) Daya konsentrasi, merupakan kemampuan memfokuskan
pikiran, perasaan, kemauan, dan panca indra.
Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain
diluar diri yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan diraih, antara
lain adalah:
1) Faktor Lingkungan Keluarga
a. Sosial Ekonomi Keluarga. Dengan sosial ekonomi yang memadai,
seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang
lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.

b. Pendidikan Orang Tua
Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi
cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya
pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang
mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.
c. Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota
keluarga
Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat
berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara
langsung, berupa, pujian atau nasihat; maupun secara tidak
langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.
2) Faktor Lingkungan Sekolah
a. Sarana dan Prasarana
Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, 0HP
akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah,
selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar
sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.
b. Kompetensi Guru dan Siswa
Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih
prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja
yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang
siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di
sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan

tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa
keingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya
berlangsung harmonis, maka siswa, akan memperoleh iklim
belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong
untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.
c. Kurikulum dan Metode Mengajar
Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan
materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih
interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran
serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Wirawan (1994: 122)
mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru.
Jika guru mengajar dengan aril bijaksana, tegas, memiliki disiplin
tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan
pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi,
paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.
3) Faktor Lingkungan Masyarakat
a. Sosial Budaya
Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan
akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.
Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan
enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung
memandang rendah pekerjaan guru/ pengajar

b. Partisipasi Terhadap Pendidikan
Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung
kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan
anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih
menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu
pengetahuan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode rancangan eksperimen dengan
memberikan perlakuan yang berbeda pada dua kelompok sampel,
mengondisikannya homogen. Salah satu kelompok sampel akan mendapatkan
perlakuan penggunaan media komputer dengan menggunakan model
pembelajaran langsung. Sedangkan satu kelompok yang lain akan
mendapatkan perlakuan penggunaan model pembelajaran langsung tanpa
menggunakan media komputer. Kemudian masing-masing kelompok dipecah
menjadi dua, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dimana
kelompok kontrol merupakan kelas tanpa menggunakan media komputer
sedangkan kelompok eksperimen merupakan kelompok kelas dengan
menggunakan media komputer.
Masing-masing kelompok baik kelompok kontrol maupun eksperimen
pada akhir eksperimen akan mendapatkan tes untuk mengetahui kemampuan
keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar. Dari pengumpulan hasil tes
masing-masing kelompok kemudian dianalisis dengan Anava 2 jalur.
Winarsunu (2002: 114) berpendapat bahwa untuk menguji analisis variansi 2
jalur, rancangan penelitiannya seperti tabel berikut.

Tabel 3.1Rancangan Penelitian
Pembelajaran (P)
Media (M)Pembelajaran Langsung Pembelajaran Klasikal
Media Komputer (M1) Y1 Y3Tidak Menggunakan Media Komputer (M2)
Y2 Y4
Winarsunu (2002:114)
Keterangan:Y1 : keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan
menggunakan pembelajaran langsung serta menggunakan media komputer
Y2 : keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran langsung serta tidak menggunakan media komputer
Y3 : keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran klasikal serta menggunakan media komputer
Y4 : keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran klasikal serta tidak menggunakan media komputer
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Suharsimi (2002: 102) memberikan batasan tentang populasi
penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan Menurut Hadi
(1987: 220) memberikan batasan tentang populasi penelitian adalah
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat
yang sama. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri sebanyak 80
siswa.
2. Sampel Penelitian

Menurut Hadi (1987: 221) Sampel adalah sejumlah penduduk yang
jumlahnya kurang dari populasi. Sedangkan Darmawan (2006: 63)
berpendapat bahwa sampel merupakan proses menarik sebagian subyek
penelitian, gejala atau obyek yang ada pada populasi. Ini memberikan arti
bahwa penelitian yang dilakukan terhadap sampel dalam populasi dimana
hasilnya akan dipakai untuk menafsirkan populasi (sifat-sifat dan
karakteristiknya). Menurut Suharsimi (2002:107) bahwa penetapan jumlah
sampel dalam penelitian berdasarkan ketentuan apabila subjeknya kurang
dari 100 orang lebih baik diambil semua dan jika jumlahnya lebih besar
dapat diambil 10% - 15% atau 20 % - 25% atau lebih.
Untuk kebutuhan kelas kontrol dan eksperimen, dalam penelitian
ini diambil sampel sejumlah populasi, artinya seluruh populasi menjadi
sampel penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut Sudikin dan Mundir (2005: 215) berpendapat bahwa
metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian sosial,
termasuk pendidikan adalah tes. Selain itu juga sangat tepat untuk mengukur
kemampuan atau kompetensi siswa mengenai materi pelajaran yang telah
diajarkan guru.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah metode tes, dimaksudkan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis
dan hasil belajar siswa
1. Metode Tes

Suharsimi (2002: 127) berpendapat bahwa tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Sedangkan tes prestasi atau
achievement test merupakan tes yang digunakan untuk mengukur
pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi, 2002: 128).
Tes diberikan dengan tujuan untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar
siswa setelah dilakukan eksperimen dengan menggunakan media
komputer dan penggunaan model pembelajaran langsung. Dalam
penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
tes. Adapun hal yang berkenaan dengan teknik tes dijelaskan sebagai
berikut.
2. Bentuk dan Jenis Tes
Adapun tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tes
awal (pretes) dan tes akhir pembelajaran (post tes). Tes awal dilakukan
sebelum pembelajaran inti dimulai. Tes awal dimaksudkan untuk
menjajagi keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Tes akhir ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana
pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan dan untuk mengetahui
keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasilnya digunakan
sebagai acuan untuk melihat kemajuan keterampilan berpikir kritis dan
hasil belajar dalam mengikuti program pembelajaran. Hasil pembelajaran
siswa diperiksa, dianalisa untuk mengetahui efektifitas pembelajaran.

Bentuk tesnya berupa tes objektif yaitu pilihan ganda dan tes
subjektif atau uraian. Untuk itu tes objektif (pilihan ganda) siswa wajib
memilih alternatif jawaban. Sedangkan tes subjektif atau uraian, siswa
dituntut untuk mengembangkan idea atau gagasannya berdasarkan
permasalahan yang ditanyakan dalam setiap item tes.
Jenis tesnya berupa tes tulis. Siswa menuliskan jawabannya pada
lembar jawaban yang telah disediakan dengan memberi tanda silang pada
jawaban yang tepat dari alternaatif jawaban yang telah disediakan.
3. Uji Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan tes. Sedangkan persyaratan
untuk menjadi instrumen yang baik, soal harus diuji validitas dan
reliabilitasnya, sebagai berikut.
a. Uji Validitas Butir Soal
Menurut Widayat (2004: 87) Validitas adalah pengukuran
yang mengacu pada proses dimana pengukuran benar-benar bebas dari
kesalahan sistematis dan kesalahan random. Pengukuran yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur)
itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian ini dilakukan
dengan mengunakan alat Korelasi Produk Moment dengan rumus
sebagai berikut (Umar, 2003: 142)

r=n∑ XY− ΣXΣY
√ (ΣX2) - (ΣX )2 ( nΣY 2) - (ΣY )2
Di mana: r : korelasi produk moment
n : jumlah sampel atau responden.
X : skor item
Y : skor total item
Suatu instrumen dinyatakan valid jika mempunyai r hitung
lebih besar dari pada r tabel, sebaliknya instrumen dinyatakan tidak
valid jika nilai r hitung kurang dari r tabel.
b. Uji Kesukaran Soal
Untuk menentukan tingkat kesukaran suatu tes (Suharsimi,
2002:198) dapat digunakan rumus:
keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar,
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Untuk mengiterpretasikan tingkat kesukaran butir tes
digunakan kriteria sebagai berikut:
P antara 0,00 — 0,30 soal sukar;
P antara 0,30 — 0,70 soal sedang; dan
P antara 0,70 — 1,00 soal mudah.

c. Uji Reliabilitas
Uji ini diperlukan untuk mengetahui kestabilan alat ukur. Alat
ukur dikatakan reliabilitas apabila instrumen yang digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Tingkat reliabilitas suatu alat ukur dapat diketahui dengan
menggunakan metode Internal Consistency Reliability. Menurut
Widayat (2004:86) Metode Internal Consistency Reliability ialah
suatu pendekatan untuk menilai konsistensi atau homogenitas internal
dari sejumlah item dengan menjumlahkan konsistensi individu untuk
setiap item dalam suatu Form Total Score. Pendekatan ini
mengunakan koefisien alpha. Nilai alpha akan berkisar antara 0
sampai dengan 1. Suatu pengukuran dikatakan reliabel bilamana
paling tidak nilai alpha 0,6. Rumus Cronbach Alpha dituliskan
sebagai berikut :
a=[ kk - 1 ] [1 -
∑ s j2
sx2 ]
Di mana: k : banyaknya belahan tes
s j2
: varians belahan j : 1.2, … k
sx2
: varians skor tes
D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel merupakan konsep yang memiliki nilai variasi. Variasi nilai
dapat dibedakan menjadi duan yaitu variasi nilai berdasarkan tingkatan dan

variasi nilai berdasarkan jenisnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hadi
dalam Wirjokusumo (2009: 16) mengartikan variabel sebagai gejala yang
bervariasi baik menurut tingkatan maaupun jenisnyaa. Pengertian gejala dalam
hal ini adalah sesuatu yang menjadi sasaran/objek penelitian.
Definisi operasional merupakan bagian dari penelitian dengan maksud
memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel yang
digunakan. Definisi operasional lebih mengarah pada pembatasan dan
pemilihan indikator variabel dalam penelitian dengan berpedoman pada
landasan teori yang sudah digunakan, maka memungkinkan peneliti untuk
mengumpulkan data dengan relevansi yang tinggi terhadap variabel yang telah
dipilih.
Berdasarkan judul penelitian, variabel dalam penelitian ini terdiri atas
dua variabel bebas (variabel independen) dan satu variabel terikat, yakni
1) Variabel bebas/variabel independen (X) adalah model pembelajaran
individual
2) Variabel control adalah penggunaan media komputer
3) Variabel terikat (Y) adalah keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar
siswa
Definisi operasional dari masing-masing variabel dapat diuraikan
dalaam paparan berikut ini.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang
menjadikan sebab munculnya atau perubahan variabel terkait, jadi variabel

bebas merupakan variabel yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini
variabel bebasnya adalah Model Pembelajaran Langsung.
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah
sebagai berikut: Model Pembelajaran Langsung adalah suatu pendekatan
mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan
dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi
selangkah.
2. Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel pengontrol yang terletak
antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah Media komputer, yaitu: media atau alat pembelajaran
yang digunakan berbantukan komputer, yang dapat berupa animasi,
gambar, grafis.
3. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:
1) Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika,
yang merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang
disertai pengkajian kebenarannya yang efektif berdasarkan pola
penalaran tertentu.
2) Hasil Belajar adalah hasil proses penentuan tingkat kecakapan
penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan
norma tertentu dalam sistem penilaian yang disepakati.

E. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis variansi dua jalur.

1. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum data dianalisis perlu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu
uji normalitas dan uji homogenitas diuraikan sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dengan tujuan mengetahui apakah data yang diperoleh
tersebut terdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah
dengan menggunakan kolmogorov-Smirnov, dengan hipotesis:
H0 = Data terdistribusi secara normal
H1 = Data tak terdistribusi secara normal
Adapun Kriteria adalah sebagai berikut :
- Probabilitas sig., α > 0.05 maka data berdistribusi secara normal.
- Probabilitas sig., α < 0.05 maka data tidak berdistribusi secara
normal.
b. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varian digunakan untuk mengetahui homogen
tidaknya data yang dianalisis. Asumsi dasar dari analisis variansi
adalah bahwa seluruh kelompok yang terbentuk harus memiliki
variannya sama. Untuk menguji asumsi dasar ini dapat dilihat dari
hasil test homogenitas dari varians dengan menggunakan uji Levene
Statistic, dimana jika diberikan suatu variabel Y dengan ukuran
sampel N dibagi dalam k subgrup, dimana Ni adalah ukuran sampel ke-
i dari subgrup, maka definisi dari uji levene statistik adalah

dimana Zij bisa memiliki satu dari tiga definisi berikut.
1.
Dimana adalah rata-rata dari subgrup ke-i
2.
Dimana adalah nilai tengah dari subgrup ke-i
3.
Dimana adalah nilai 10% rata-rata dari subgrup ke-i
adalah rata-rata kelompok dari Zij dan adalah rata-rata seluruhnya
dari Zij.
Hipotesis yang digunakan dalam tes homogenitas varian menurut
uji Levene adalah :
Ho : Diduga bahwa seluruh varians populasi adalah sama
Hi : Diduga bahwa seluruh varians populasi adalah berbeda
Dasar dari pengambilan keputusan adalah:
Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat, selanjutnya dilakukan pengujian
Anava dua jalur yang mengacu pada langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menghitung Jumlah kuadrat total (Jkt), antar A (JkA), antar B(JkB),
interaksi AxB (JkAB), dan dalam kelompok (Jkd).

a. Jkt = ∑ X
t2−( X t )2
N
b.JkA =[ (X A
1)2
nA 1
−(X A
2)2
nA 2]−Sk
c. JkB =[ (X B
1)2
nB 1
+( XB
2)2
nB 2
+(X B
3)2
nB 3]−Sk
d.JkAB
=[ ( X AB )2
n AB]−Sk−(Jk A+Jk B )
e. Jkd =Jkt−(Jk A+Jk B+Jk AB)
2) Menghitung derajat kebebasan total (dbt), antar A (dbA), antar B (dbB),
interaksi AxB (dbAB), dan dalam kelompok (dbd).
a. (dbt) = N – 1
b. (dbA) = K – 1
c. (dbB) = K – 1
d. (dbAB) = dbA x dbB
e. (dbd) = dbt – (dbA + dbB + dbAB)
3) Menghitung rata-rata kuadrat antar A (RkA), antar B (RkB), interaksi
AxB (RkAB), dan dalam kelompok (RkD).
a. RkA
=Jk A
db A
b. RkB
=Jk B
dbB
c. RkAB
=Jk A
B
db AB

d. RkD
=Jk D
dbD
4) Menghitung rasio FA, FB, dan FAB
FA
=Rk A
Rkd
FB
=RkB
Rk d
FAB
=Rk AB
Rkd
Selanjutnya dalam perhitungan anava 2 jalur di atas akan dibantu
dengan menggunakan program komputer SPSS for windows versi 15.0
Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut.
a. Hipotesis 1
Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan media komputer terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas
VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat
Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012
H1 : Ada pengaruh penggunaan media komputer terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas
VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat
Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012
b. Hipotesis 2
Ho : tidak ada pengaruh model pembelajaran langsung terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas

VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat
Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012.
H1 : Ada pengaruh model pembelajaran langsung terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas
VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat
Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012.
c. Hipotesis 3
Ho : Tidak ada interaksi antara penggunaan media komputer, model
pembelajaran langsung terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran
fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun
Pelajaran 2011/2012.
H1 : Ada interaksi antara penggunaan media komputer, model
pembelajaran langsung terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran
fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Pengambilan keputusan:
Dengan berdasarkan probabilitas
- Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
- Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. (2010). Desain Penelitian Eksperimen. [Online]. Tersedia: http://meetabied.wordpress.com [2 Juli 2010]
Ardhi, R. (2007). Efektivitas Pembelajaran dengan Media Animasi dan LKS Mandiri pada Pokok Bahasan Pengukuran Luas dan Keliling Daerah Segiempat Terhadap Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri I Wonosobo. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UNNES Semarang. Tidak Diterbitkan
Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
______. (2008). Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Astra, I. dan Setiawan, H. (2007). Fisika untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Piranti.
Costa, A. L. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.
Darmawan, Didit. 2006. Metodologi Penelitian Sebuah Pengantar, Metromedia Mandiri Pustaka: Surabaya.
Hadi Sutrisno. 1987. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : YPFP. UGM.
Hake, R. (1997). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A six thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. Bloomington: Indiana University.
______. (1999). Analyzing Change/ Gain Scores. Woodlands Hills: Indiana University.
Meyers, C. (1986). Teaching Students to Think Critically. San Francisco: Jossey-Bass Inc.
Minium, et al. (1993). Statistical reasoning in Psychology and Education. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Gaung Persada Press. Jakarta.

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Panggabean, L. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP.
Paulina. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.
______. (2001). Statistika Dasar. Bandumg: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Roesiyah. dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Roestiyah, N.K. 1987, Strategi Belajar Mengajar, Bina Aksara: Jakarta.
Rusyan, Rusdi. 1987. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet.
Santyasa, I. (2007). Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah disajikan dalam workshop media pembelajaran bagi guru-guru SMA negeri Banjar Angkan.
Sidharta. (2007). Keterampilan Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjana, N. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sudrajat, A. (2008). Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/ [26 Oktober 2011]
Susilana, R. (2008). Media Pembelajanan. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI.
Tipler, P. (2001). Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.