proposal budiono

90
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada saat ini begitu pesat, hampir setiap hari, jam bahkan hitungan detik terjadi perubahan. Tentulah, perkembangan ini memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan manusia, tak terkecuali di bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, perkembangan tersebut terutama tampak dalam kemajuan teknologi pendidikan yang ditandai dengan perkembangan media pembelajaran. Komputer adalah salah satu produk teknologi, yang pada saat ini populer digunakan sebagai media pembelajaran, sehingga hampir setiap sekolah memiliki komputer yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Komputer merupakan salah satu media yang dapat memberikan dampak bagi siswa. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik komputer yang mampu menjadi media

Upload: budionosuradi

Post on 30-Jul-2015

370 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Budiono

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pada saat ini begitu

pesat, hampir setiap hari, jam bahkan hitungan detik terjadi perubahan.

Tentulah, perkembangan ini memberikan dampak pada berbagai aspek

kehidupan manusia, tak terkecuali di bidang pendidikan. Dalam dunia

pendidikan, perkembangan tersebut terutama tampak dalam kemajuan

teknologi pendidikan yang ditandai dengan perkembangan media

pembelajaran. Komputer adalah salah satu produk teknologi, yang pada saat

ini populer digunakan sebagai media pembelajaran, sehingga hampir setiap

sekolah memiliki komputer yang dapat digunakan sebagai media

pembelajaran.

Komputer merupakan salah satu media yang dapat memberikan

dampak bagi siswa. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik komputer yang

mampu menjadi media interaktif, sehingga komunikasi melalui media ini

dapat menjadi sangat efektif. Sehingga tidak berlebihan apabila Arifin (2000:

147) mengungkapkan bahwa agar diperoleh kualitas pembelajaran yang baik

maka komunikasi dalam pendidikan harus berlangsung efektif dan efisien.

Artinya pembelajaran merupakan proses komunikasi yang didalamnya

mengandung komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai

suatu tujuan. Susilana (2008: 4) menyatakan bahwa komponen-komponen

Page 2: Proposal Budiono

pembelajaran tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi.

Sejalan dengan hal tersebut beberapa beberapa ahli (Darsono, 2001; Muhroji,

2006; Wibowo, 2006; Ibnu, 2007), pun menyebutkan bahwa sekolah

merupakan tempat pengembangan kurikulum formal, yang meliputi: (1) tujuan

pembelajaran, (2) bahan pelajaran yang tersusun sistematis, (3) strategi

pembelajaran, dan (4) sistem evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan

tercapai. Oleh karena pembelajaran merupakan proses komunikasi maka

media pembelajaran menempati posisi yang penting sebagai salah satu

komponen sistem pembelajaran. Dengan demikian, proses yang dapat

menghantarkan siswa agar memiliki pengetahuan dan keterampilan baru yang

digariskan oleh kurikulum memerlukan media. Media yang relevan, dalam hal

ini komputer akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung efektif dan

efisien.

Berdasarkan hasil pengamatan dan studi pendahuluan yang telah

dilakukan pada di kabupaten Kediri, khususnya SMP Negeri 2 Kandat

Kabupaten Kediri tahun pelajaran 2011-2012, diperoleh bahwa jarang sekali

pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media, baik itu berupa media

alat peraga maupun media komputer. Alasan jarangnya penggunaan media

dalam pembelajaran karena sekolah tersebut kurang memiliki alat-alat

percobaan yang lengkap untuk melakukan demonstrasi terlebih lagi

eksperimen. Namun, sekolah tersebut memiliki media komputer yang dapat

dimanfaatkan untuk pembelajaran fisika sehingga kegiatan demonstrasi atau

eksperimen yang tidak dapat dilaksanakan dengan alasan kurangnya alat

Page 3: Proposal Budiono

peraga dapat terlaksana dengan bantuan media komputer. Pembelajaran tanpa

menggunakan media yang sesuai ternyata kurang memberikan hasil yang

memuaskan. Hal ini terlihat dari keterampilan siswa dalam bertanya dan

menjawab pertanyaan, berhipotesis, memberikan tanggapan terhadap suatu

pernyataan, serta membuat kesimpulan masih sangat rendah.

Selanjutnya, ini menjadi penyebab rendahnya keterampilan berpikir

kritis siswa. Selain itu, hasil belajar ataupun prestasi belajar siswa secara

keseluruhan kurang memuaskan meskipun terdapat beberapa siswa yang

mampu memiliki keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar yang

memuaskan. Namun hal tersebut kurang memberikan dampak atau pengaruh

signifikan terhadap peningkatan hasil belajar secara keseluruhan, sehingga

diperlukan suatu perbaikan-perbaikan untuk meningkatkannya.

Terlepas dari media penggunaan dalaam pembelajaran, seperti yang

telah disebutkan bahwa komponen pendidikan lainnya adalah metode ataupun

model pembelajaran yang diterapkan di kelas. Karena ini akan memberikan

dampak ketertarikan siswa untuk mempelajari sesuatu. Suatu model

pembelajaran yang mampu meningkatkan minat belajar siswa akan memiliki

kesempatan lebih besar siswa memiliki hasil belajar yang baik. Artinya

dengan minat belajar siswa akan terpacu untuk mempelajari sesuatu, dalam hal

ini mata pelajaran fisika (IPA) yang umumnya dianggap sulit.

Mata pelajaran fisika yang sampai saat ini menghadapi permasalahan

klasik, merupakan momok bagi siswa, mata pelajaran yang sulit,

membosankan bahkan ditakuti oleh siswa. Guru sebagai salah satu komponen

Page 4: Proposal Budiono

pendidikan harus mampu mentransformasikan permasalahan menjadi suatu

hal yang menarik dengan menciptakan model-model pembelajaran yang

menarik bagi siswa.

Semakin majunya zaman, dan banyaknya inovasi-inovasi

pembelajaran oleh beberapa guru perlu diterapkan ataupun ditiru oleh

beberapa guru lainnya. Kultur siswa yang pada umumnya sama memberikan

kesempatan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran yang terbukti

berhasil di sekolah lain, meskipun pada implementasi nantinya diperlukan

modifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada sekolah guru

bersangkutan.

Beberapa model pembelajaran yang pada saat ini seringkali diterapkan

adalah pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa, salah satunya

adalah model pembelajaran langsung. Model pembelajaran langsung

merupakan model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep

dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif,

dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara

langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi

pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah

terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. 

Dengan penggunaan model pembelajaran langsung diharapkan siswa

mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajarnya.

Mengingat ciri-ciri model pembelajaran langsung mengandung unsur-unsur

yang sangat memungkinkan terjadinya peningkatan tersebut.

Page 5: Proposal Budiono

Berdasarkan asumsi dari hasil penelitian pendahuluan, peneliti

menggunakan media pembelajaran untuk mengatasi kesulitan siswa dalam

belajar fisika. Adapun media pembelajaran yang beraneka ragam jenisnya,

seperti: media grafis, media cetak, media projektor, maupun media interaktif.

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media komputer yang

termasuk ke dalam media interaktif. Lee (Ardhi, 2007: 15) merumuskan

paling sedikit ada delapan alasan pemakaian komputer sebagai media

pembelajaran. Alasan-alasan itu adalah 1) pengalaman, 2) motivasi, 3)

meningkatkan pembelajaran, 4) materi yang otentik, 5) interaksi yang lebih

luas, 6) lebih pribadi, 7) tidak terpaku pada sumber tunggal, dan 8)

pemahaman global. Penggunaan media komputer dalam pembelajaran fisika

diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar

siswa. Ennis (Sidharta, 2007: 27) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah

kemampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk

mendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenarannya yang efektif

berdasarkan pola penalaran tertentu.

Selain penggunaan media interaktif komputer, peneliti juga

menggunakan model pembelajaran langsung dalam implementasi dikelas,

diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran langsung ini juga mampu

meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya hasil belajar

siswapun meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana

efektifitas penggunaan media pembelajaran komputer dan model pembelajaran

Page 6: Proposal Budiono

langsung terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa,

sehingga peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas

Penggunaan Media Komputer dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap

Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata

Pelajaran Fisika di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran

2011/2012”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah penggunaan media komputer memberikan pengaruh terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada

mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun

Pelajaran 2011/2012?

2. Apakah model pembelajaran langsung memberikan pengaruh terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada

mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun

Pelajaran 2011/2012?

3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan media komputer, model

pembelajaran langsung terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dan

hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri

2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012?

Page 7: Proposal Budiono
Page 8: Proposal Budiono

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan

sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media komputer terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada

mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun

Pelajaran 2011/2012.

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran langsung terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada

mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun

Pelajaran 2011/2012.

3. Untuk mengetahui interaksi antara penggunaan media komputer, model

pembelajaran langsung terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dan

hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri

2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat bagi

berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut

1. Bagi guru, dapat menjadi alternatif pembelajaran dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa, dan dapat meningkatkan kompetensinya

sebagai seorang guru serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

proses belajar mengajar.

Page 9: Proposal Budiono

2. Diharapkan guru mendapat referensi penggunaan media komputer dan

menggunakan teknologi dalam dunia pembelajaran, sehingga mampu

meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi Siswa, dapat terlibat langsung dalam proses belajar mengajar yang

telah direncanakan sehingga siswa dapat berperan secara aktif dan positif.

E. Penegasan Istilah

Beberapa istilah yang memerlukan pendefinisian lebih lanjut dalam

pelaksanaan penelitian ini agar tidak terjadi kesalahan persepsi adalah sebagai

berikut.

1. Media komputer adalah media atau alat pembelajaran yang digunakan

berbantukan komputer, yang dapat berupa animasi, gambar, grafis.

2. Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika, yang

merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang disertai

pengkajian kebenarannya yang efektif berdasarkan pola penalaran tertentu.

3. Model Pembelajaran Langsung adalah suatu pendekatan mengajar yang dapat

membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh

informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

4. Hasil Belajar adalah hasil proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan

belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan norma tertentu

dalam sistem penilaian yang disepakati.

Page 10: Proposal Budiono

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Media Pembelajaran

Santyasa (2007: 3) menjelaskan pengertian media secara umum

sebagai berikut: Media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium

dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi

dari pengirim menuju penerima. Media merupakan salah satu komponen

komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju

komunikan.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses

pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran

mengandung lima komponen komunikasi, guru (fasilitator), bahan

pembelajaran, media pembelajaran, siswa, dan tujuan pembelajaran. Pendapat

para ahli (Schram, 1977; NEA, 1969; Briggs, 1970; AECT, 1977; Gagne,

1970; Miarso, 1989) dalam Susilana (2008: 5) mengenai pengertian media

diantaranya sebagai berikut:

1. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan

pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru.

2. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk

teknologi perangkat kerasnya.

3. Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses

belajar.

Page 11: Proposal Budiono

4. Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran

pesan.

5. Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang

siswa untuk belajar.

6. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan keinginan siswa untuk

belajar.

Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang

perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk

mencapai tujuan belajar.

B. Fungsi Media Pembelajaran

Santyasa (2007: 3) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran

media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju

penerima (siswa). Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan,

fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan

hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Terdapat tiga

kelebihan keterampilan media.

Pertama, keterampilan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan,

dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Dengan keterampilan

ini, objek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, dan

Page 12: Proposal Budiono

disimpan sehingga pada saat diperlukan dapat ditunjukkan kembali seperti

kejadian aslinya.

Kedua, keterampilan manipulatif, artinya media dapat menampilkan

kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi)

sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, dan

dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, keterampilan distributif,

artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu

kali penyajian secara serempak.

Menurut Arifin (2000: 149) ada dua sisi penting mengenai fungsi

media dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu:

1. Membantu guru dalam;

a. Mempermudah, menyederhanakan, dan mempercepat keberlangsungan

proses pembelajaran.

b. Penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap.

c. Merancang lingkup informasi dan keterampilan secara sistematis

sesuai dengan tingkat keterampilan dan alokasi waktu.

2. Membantu siswa dalam mengaktifkan fungsi psikologis dalam dirinya

antara lain:

a. Pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian.

b. Memelihara keseimbangan mental (otak) dan fisik (indera).

c. Mendorong belajar mandiri (mempercepat konstruksi/rekonstruksi

kognitifnya).

Page 13: Proposal Budiono

Selain itu, kontribusi media pembelajaran menurut Kemp and Dayton

(Susilana, 2008: 9) adalah sebagai berikut:

1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar

2. Pembelajaran dapat lebih menarik

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan

6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun

diperlukan

7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses

pembelajaran dapat ditingkatkan

8. Peran guru berubah ke arah yang positif

Arifin (2000: 150) menyatakan bahwa “berfungsinya suatu media

dalam sebuah proses atau kegiatan berarti media itu memiliki manfaat”.

Sejauh mana manfaat suatu media bergantung pada sejauh mana media itu

telah berfungsi.

Manfaat media pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengarahkan atau menjaga perhatian dan konsentrasi

2. Membantu retensi dan daya ingat

3. Mengurangi keraguan pengertian

4. Memperjelas struktur dan sistematika

5. Meningkatkan relevansi arah pembicaraan

6. Memperpendek waktu dan usaha belajar

Page 14: Proposal Budiono

7. Bahan kajian lebih utuh dan tuntas

Menurut Susilana (2008: 9) secara umum media mempunyai kegunaan

sebagai berikut:

1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbal.

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.

3. Menimbulkan gairah belajar dan interaksi lebih langsung antara siswa

dengan sumber belajar.

4. Memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan bakat dan

keterampilan visual, auditori, serta kinestetiknya.

5. Memberi rangsangan yang sama, menyamakan pengalaman, dan

menimbulkan persepsi yang sama.

Arifin (2000: 150) menyatakan bahwa tiap-tiap jenis media

mempunyai karakteristik yang berbeda. Artinya bahwa media memiliki

kelebihan dan kekurangan antara media yang satu dengan media yang lain.

Untuk memberikan penilaian terhadap karakteristik media dapat digunakan

dasar sebagai berikut:

1. Praktis dan sederhana

2. Keluwesan (apakah sesuai dengan nilai dan budaya setempat, memenuhi

semua keinginan pembelajar)

3. Jangkauan (dilihat dari jarak dan lingkup penerima: individual atau

kelompok, terbatas atau luas)

4. Ketergantungan (guru, prasarana, atau keterampilan pembelajar)

5. Kendali belajar (guru, tujuan, dan isi media)

Page 15: Proposal Budiono

Selain fungsi di atas, menurut Husnudin (2008) menyebutkan bahwa

terdapat dua fungsi media pembelajaran, yaitu:

1. Fungsi AVA (Audio Visual Aids) berfungsi untuk memberikan

pengalaman yang konkrit kepada siswa dengan menggunakan media suara

dan gambar sehingga siswa akan lebih mudah memahami atau mengerti

apa yang disampaikan oleh guru.

2. Fungsi Komunikasi

Media (Flural) berasal darikata medium (Singular) yang artinya

inbetween” (diantara). Jadi media berada ditengah (diantara) dua hal yaitu

yang menulis/ membuat media (dalam komunikasi disebut komunikator /

sumber /source) dan orang yang menerima (membaca, melihat dan

mendengar ) media (dalam komunikasi disebut receiver, penerima,

audiensi atau komunikan) media yang dibuat (ditulis dalam bentuk modul

dll., dibuat dalam bentuk film slide, OHP dsb.) memuat pesan (message)

yang akan disampaikan(ditransmisikan) kepada penerima. Dalam

komunikasi tatapmuka (face to face communication) pembicara

(kommunikator) langsung berhadapan dalam menyampaikan pesannya

kepada penerima (audience). Dengan meletakan pesan yang hendak

disampaikan kedalam suatu format media tertentu (buku, film, slide, dsb).

Yang dinamakan kegiatan encoding. Kegunaan media komunikasi dalam

pembelajaran selain untuk menyajikan pesan, sebenarnya ada beberapa

fungsi lain yang dapat dilakukan oleh media. Namun jarang sekali

Page 16: Proposal Budiono

ditemukan seluruh fungsi tersebut dipenuhi oleh media komunikasi dalam

suatu system pembelajaran. Fungsi-fungsi tersebut antara lain.

1) Memberikan pengetahuan tentang tujuan belajar

2) Memotipadi siswa

3) Menyajikan informasi

4) Merangsang diskusi

5) Mengarahkan kegiatan siswa

6) Melaksanakan latihan dan ulangan

7) Menguatkan belajar

8) Memberikan pengalaman simulasi.

Berkenaan dengan media pembelajaran dengan penerapan strategi

mengajar akan sangat memiliki hubungan erat dimana menurut Muhibbin

Syah (2002), strategi mengajar didefiniskan sebagai sejumlah langkah yang

direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.

Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, seperti :

1. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), yang

berkaitan dengan strategi yang akan digunakan oleh pengajar dalam

menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM.

2. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan langlah-

langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Dalam tahap

ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan digunakan.

Page 17: Proposal Budiono

3. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan

pendekatan sistem pengajaran yang benar-benar sesuai dengan pokok

bahasan materi ajar.

Hubungan yang dimaksudkan adalah dalam pelaksanaannya, teknik

penggunaan dan pemanfaatan media turut memberikan andil yang besar dalam

menarik perhatian mahasiswa dalam PBM, karena pada dasarnya media

mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media

sebagai sumber belajar bagi mahasiswa (Djamarah, 2002).

C. Jenis Media Pembelajaran

Djamarah (2002) mengelompokkan media ini berdasarkan jenisnya ke

dalam beberapa jenis :

1. Media audio, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara

saja, seperti tape recorder.

2. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan

dalam wujud visual.

3. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar.

Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini

dibagi ke dalam dua jenis:

audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film

sound slide.

Page 18: Proposal Budiono

Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan

gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

D. Media Komputer dan Pengembangannya

Glass (Ardhi, 2007: 15) menyatakan bahwa komputer dapat

melakukan sejumlah kegiatan untuk membantu guru. Hal ini berkaitan dengan

penggunaan komputer sebagai Computer Assisted Instruction (CAI), yaitu

penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi

pelajaran, memberikan latihan, dan mengetes kemajuan belajar siswa. CAI

dapat sebagai tutor yang menggantikan guru di dalam kelas. CAI juga

bermacam-macam bentuknya bergantung kecakapan pendesain dan

pengembang pembelajaran, misalnya berbentuk permainan (games) atau

mengajarkan konsep-konsep abstrak yang kemudian dikonkretkan dalam

bentuk animasi.

Lee (Ardhi, 2007: 15) merumuskan paling sedikit ada delapan alasan

pemakaian komputer sebagai media pembelajaran. Alasan-alasan itu adalah:

pengalaman, motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang otentik,

interaksi yang lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber tunggal,

dan pemahaman global.

Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa seiring dengan pesatnya

perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras

(hardware) maupun perangkat lunak (software), telah mengakibatkan

bergesernya peran pendidik sebagai penyampai pesan/informasi. Secara

Page 19: Proposal Budiono

mendasar pembelajaran berbasis komputer dapat diaplikasikan dalam dunia

pendidikan sebagai berikut.

a. Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang psikologi,

komunikasi, manajemen, rekayasa dan lain-lain secara bersistem;

b. Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan

serempak, dengan memperhatikan dan mengkajisemua kondisi dan sal ing

kaitan diantaranya;

c. Digunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk membantu

memecahkan masalah belajar;

d. Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, dimana penggabungan pendekatan

dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjurnlahan.

Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak akan

mempunyai nilai lebih dari pada memecahkan masalah secara terpisah.

(Mukhtar dan Iskandar, 2010)

Di samping itu, penggunaan media komputer dapat pula

dikembangkan pada pembelajaran e-learning, karena Pembelajaran dengan

model e-learning tidak hanya sekedar belajar secara online, namun sebenarnya

lebih dari itu. e-learning memiliki karakteristik open alias terbuka, fleksibel

dan distributed. Disamping itu, e-learning bisa terjadi secara online, offline

(walau dengan hanya satu stand alone komputer), sinkronous (chatting, video

conference), asinkronous (e-mail, milist, forum) baik secara individu maupun

kelompok. (Mukhtar dan Iskandar, 2010: 327).

Page 20: Proposal Budiono

Lebih lanjut dijelaskan oleh Mukhtar dan Iskandar (2010: 328)

berkenaan dengan aktifitas pembelajaran yang berbasis e-learning dengan

komputer sebagai medianya adalah sebagai berikut.

1. Individualized self-paced e-learning online yaitu pebelajar dapat belajar

secara mandiri dengan cara mengakses informasi atau materi pelajaran

secara online via intranet atau internet. Dimana sekolah, warnet, di rumah

memiliki fasilitas intranet, guru menyediakan sumber belajar, baik dalam

bentuk teks (text-based content) seperti pdf, ppt, doc, atau sejenisnya, atau

dalam format multimedia (multimedia-based content) seperti video

streaming, animasi, game dan tain-lain dalam server intranet tersebut.

Peserta didik kemudian dapat mempelajarinya kapan saja, materi apa saja

yang sesuai dengan minatnya, dimana saja (tidak harus dalam kelas, yang

jelas bisa mengakses intranet tersebut) secara individu.

2. Individualized self-paced e-learning offline yaitu situasi dimana

mahasiswa mempelajari materi belajar melalui paket-paket pembelajaran

seperti video pembelajaran, CD-interaktif (multimedia pembelajaran), e-

book, dan lain-lain yang tidak dilakukan melalui jaringan intranet atau

internet.

3. Croup-basede-learningsynchronousely yaitu peserta didik secara

berkelompok mengikuti pembelajaran dalam waktu yang sama walau dari

tempat yang berbeda melalui tool komunikasi sinkronous seperti chatting

(text-based conferencing), konferensi audio dua arah (two-way audio

Page 21: Proposal Budiono

conferencing), atau konferensi video (video conferencing) baik melalui

intra atau internet.

4. Croup-basede-learningasynchronousely yaitu peserta didik secara

berkelompk/grup mengikuti proses pembelajaran melalui intra atau

internet tapi komunikasinya tidak real time, tapi tertunda (delayed) dengan

e-mail, forum diskusi, mailing list, atau asynchronous (offline) chatting.

E. Model Pembelajaran Langsung

Pemilihan model pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat

dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh

tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan

peserta didik. Di samping itu pula setiap model pembelajaran selalu

mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dilakukan oleh siswa dengan

bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain

mempunyai perbedaan.

Oleh karena itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai

model pembelajaran, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai setelah proses pembelajaran sehingga dapat tuntas seperti yang telah

ditetapkan. Para ahli berpendapat bahwa tidak ada model pengajaran yang

lebih baik dari model pengajaran yang lain. (Kardi dan Nur, 2000b : 13).

Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat

membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh

informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan

Page 22: Proposal Budiono

mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan Nur,

2000a: 2). Arends (2001: 264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :”A

teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and

knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes

here, the model is labeled the direct instruction model”. Apabila guru

menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung

jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang

besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada

siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan,

memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau

keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.

Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang

proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan

pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan

dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang

sama dikemukakan oleh Arends (1997: 66) bahwa: “The direct instruction

model was specifically designed to promote student learning of procedural

knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught

in a step-by-step fashion.”

Lebih lanjut Arends (2001: 265) menyatakan bahwa: ”Direct

instruction is a teacher-centered model that has five steps:establishing set,

explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended

practiceA direct instruction lesson requires careful orchestration by the

Page 23: Proposal Budiono

teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented.” Hal

yang sama dikemukakan oleh Kardi dan Nur (2000a: 27), bahwa suatu

pelajaran dengan model pengajaran langsung berjalan melalui lima fase: (1)

penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa, (2)

pemahaman/presentasi materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi

tentang keterampilan tertentu, (3) memberikan latihan terbimbing, (4)

mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) memberikan latiham

mandiri.

Cara lain untuk menjadikan siswa belajar aktif dari awal dapat

menggunakan berbagai strategi, misalnya strategi pembelajaran langsung

melalui berbagi pengetahuan secara aktif. Strategi pembelajaran langsung ini

dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna

membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka

untuk berpikir. Siswa tidak bisa berbuat apa–apa jika pikiran mereka

dikembangkan oleh guru. Banyak guru yang membuat kesalahan dalam

mengajar, yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap secara mental guru,

langsung memberikan materi pelajaran.

Menurut Silbernam (2006), strategi pembelajaran langsung melalui

berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa

kepada materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru juga dapat

menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan

kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan

materi pelajaran apapun.

Page 24: Proposal Budiono

F. Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut pendapat para ahli (Black, 1952; Ennis, 1985) dalam Sidharta

(2007: 27) bahwa berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika.

Logika merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang

disertai pengkajian kebenarannya yang efektif berdasarkan pola penalaran

tertentu.

Berdasarkan cara menarik kesimpulan, menurut Ennis (Sidharta, 2007:

27) ada dua jenis logika, yaitu:

1. Logika Induksi

Logika induksi merupakan cara berpikir yang digunakan apabila seseorang

membuat kesimpulan berdasarkan informasi yang dimiliki dan

berdasarkan prinsip-prinsip penemuan, serta dibuat dari yang spesifik ke

yang umum.

2. Logika Deduksi

Logika deduksi merupakan suatu cara berpikir yang digunakan apabila

seseorang membuat pernyataan berdasarkan premis-premis yang diketahui

sebelumnya. Dalam prosesnya, berpikir kritis tidak berdiri sendiri, tetapi

merupakan suatu proses yang menyeluruh dan satu sama lain saling terikat

secara terpadu sehingga tidak mudah untuk membuat suatu perbedaan

secara spesifik.

Menurut Orlich (Sidharta, 2007: 27), jika dilihat dari sisi tujuan

pembelajaran, berpikir dapat digolongkan dalam tiga golongan yang saling

Page 25: Proposal Budiono

terkait yaitu berpikir kritis, berpikir pemecahan masalah, dan berpikir kreatif.

Karakteristik berpikir kritis ditandai dengan adanya berpikir evaluatif,

reflektif, logis, dan sistematis.

Permasalahan semakin kompleks yang berkembang dalam masyarakat

menuntut pemecahan dengan pengertian dan keterampilan berpikir dalam

kualitas yang lebih tinggi. Winocour (Sidharta, 2007: 29) menyatakan bahwa

berpikir dalam pembelajaran dikembangkan dengan asumsi bahwa umumnya

siswa dapat mencapai tingkat berpikir tinggi, berpikir dapat diajarkan, dan

dapat dipelajari sebagai dasar dalam proses pembelajaran. Belajar berpikir

kritis adalah memperluas proses berpikir keluar dari sikap egosentris.

Menurut pendapat para ahli (Piaget, 1958; Ennis, 1985; Winocour,

1981) dalam Sidhatra (2007: 29) keterampilan berpikir kritis terorganisasi

berdasarkan pemikiran bahwa keterampilan berpikir yang kurang kompleks

merupakan perequisite bagi keterampilan berpikir yang lebih kompleks,

dengan keterampilan observasi sebagai keterampilan dasar. Setiap

keterampilan berpikir yang terdapat dalam organisasi tersebut dapat dengan

mudah dihubungkan dengan suatu disiplin ilmu sehingga berdasarkan

organisasi tersebut keterampilan berpikir dapat diajarkan melalui semua

materi untuk menuju ke arah memperoleh keterampilan berpikir kritis.

Sidharta (2007: 32) menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis

tidak dapat dilatihkan sekaligus dalam satu konsep saja, tetapi dapat dilatihkan

melalui berbagai konsep dan strategi belajar. Pengembangan keterampilan

berpikir kritis siswa harus melalui bantuan guru, fasilitas, dan motivasi.

Page 26: Proposal Budiono

Fungsi guru adalah sebagai fasilitator dan motivator dalam membantu siswa

membangun struktur ilmu yang baru. Dalam pengembangan keterampilan

berpikir kritis juga guru harus mengajak siswa untuk berpikir dalam diri

mereka masing-masing.

Menurut Sidharta (2007: 32) bahwa salah satu pendekatan terbaik

untuk membangun keterampilan berpikir kritis adalah dengan memberi

pertanyaan-pertanyaan dan membimbing siswa mengaitkan pikirannya dengan

konsep yang telah dimiliki. Pada dasarnya Ennis (1985) mengembangkan

berpikir kritis ke dalam dua aspek besar yaitu aspek pembentukan watak

(dispositions) dan aspek kemampuan (ability).

1. Aspek pembentukan watak (dispositions), yang terdiri dari komponen:

a. Mencari sebuah pernyataan yang benar dari pertanyaan

b. Mencari alasan

c. Mencoba untuk memperoleh informasi yang baik

d. Menggunakan sumber yang dapat dipercaya dan menyebutkannya

e. Memasukkan informasi/ sumber ke dalam laporan

f. Mencoba mempertahankan pemikiran yang relevan

g. Menjaga pikiran tetap dalam fokus perhatian

h. Melihat beberapa alternatif

i. Menjadi berpikir terbuka

1) Mempertimbangkan secara serius tinjauan yang lain selain tinjauan

yang kita pandang

Page 27: Proposal Budiono

2) Alasan dari sebuah dasar pemikiran dengan satu yang tidak

disetujui

3) Tidak memberi keputusan ketika fakta dan alasan kurang sesuai

j. Mengambil sebuah posisi ketika fakta dan alasan sesuai

k. Mencari keakuratan subjek secara benar

l. Mengikuti sebuah kebiasaan yang teratur

m. Menjadi lebih respon dalam merasakan tingkatan pengetahuan dan

pengalaman.

2. Aspek kemampuan (ability)

Untuk aspek kemampuan terdiri dari 5 kemampuan dan 12 sub

kemampuan berpikir kritis. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Aspek Kemampuan Berpikir Kritis

KemampuanBerpikir

Kritis

Sub KemampuanBerpikir Kritis

Indikator

1. MemberikanPenjelasandasar

1. Memfokuskan pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan

b. Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin

c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi

2. Menganalisis argumen

a. Mengidentifikasi kesimpulanb. Mengidentifikasi alasan yang

dinyatakanc. Mengidentifikasi alasan yang tidak

dinyatakand. Mencari persamaan dan perbedaane. Mengidentifikasi dan menangani

ketidakrelevananf. Mencari struktur dari sebuah

pendapat/ argumeng. Meringkas

3. Bertanya dan a. Mengapa?

Page 28: Proposal Budiono

menjawab pertanyaan

klarifikasi danpertanyaan yangmenantang

b. Apa yang menjadi alasan utama?c. Apa yang kamu maksud dengan?d. Apa yang menjadi contoh?e. Apa yang bukan contoh?f. Bagaiamana mengaplikasikan kasus

tersebut?g. Apa yang menjadikan

perbedaannya?h. Apa faktanya?i. Apakah ini yang kamu katakan?j. Apalagi yang akan kamu katakan

tentang itu?2. MembangunKeterampilandasar

4.Mempertimbangkanapakah sumber dapatdipercaya atau tidak?

a. Keahlianb. Mengurangi konflik interestc. Kesepakatan antar sumberd. Reputasie. Menggunakan prosedur yang adaf. Mengetahui resikog. Keterampilan memberikan alasanh. Kebiasaan berhati-hati

5. Mengobservasi danmempertimbangkanhasil observasi

a. Mengurangi praduga/ menyangkab. Mempersingkat waktu antara

obserevasi dengan laporanc. Laporan dilakukan oleh pengamat

sendirid. Mencatat hal-hal yang sangat

diperlukane. Penguatanf. Kemungkinan dalam penguatang. Kondisi akses yang baikh. Kompeten dalam menggunakan

teknologii. Kepuasan pengamat atas kredibilitas

kriteria3.Menyimpulkan

6. Mendeduksi danmempertimbangkandeduksi

a. Kelas logikab. Mengkondisikan logikac. Menginterpretasikan pernyataan

7. Menginduksi danmempertimbangkanhasil induksi

a. Menggeneralisasib. Berhipotesis

8. Membuat danmengkaji nilai-nilaihasil pertimbangan

a. Latar belakang faktab. Konsekuensic. Mengaplikasikan konsepd. Mempertimbangkan alternatife. Menyeimbangkan, menimbang dan

memutuskan

Page 29: Proposal Budiono

Dalam penelitian ini, penggunaan media komputer dalam

pembelajaran fisika diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir

kritis siswa. Hal ini tentu berkaitan dengan materi yang disampaikan dimana

dalam pembahasannya terdapat konsep-konsep abstrak sehingga tidak dapat

diperlihatkan gejalanya secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan media

yang dapat memvisualisasikan konsep-konsep abstrak menjadi lebih konkret.

Dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran dibuat sedemikian rupa sehingga

mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

G. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Hubungan belajar dengan hasil belajar akan sangat erat dengan

perbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses. Bagi seorang

siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang

siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh

siswa tersebut.

Menurut Sagala (2003: 13) mengungkapkan bahwa belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan

belajar hanya dialami oleh siswa. Sedangkan Gagne (dalam Sagala, 2003:

13) juga mengungkapkan bahwa belajar adalah sebagai suatup roses

Page 30: Proposal Budiono

dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari

pengalaman.

Menurut Logan, dkk (1976) dalam Tjundjing (2001: 70) belajar

dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap

sebagai hasil pengalaman dan latihan. Senada dengan hal tersebut, Winkel

(1997: 193) berpendapat bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan

sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat

relatif konstan dan berbekas.

Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat

dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan

masyarakat. Irwanto (1997: 105) berpendapat bahwa belajar merupakan

proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu dan terjadi

dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan Mudzakir (1997: 34)

berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang

bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup

perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan

dan sebagainya.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

secara sengaja, disadari dan perubahan tersebut relatif menetap serta

Page 31: Proposal Budiono

membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh

mana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai

prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997: 168) bahwa

proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-

perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang

nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam

prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan

atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat

mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.

Sedangkan menurut Poerwodarminto (Ratnawati, 1996 : 206)

yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai,

dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan hasil belajar itu

sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada

jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.

Selanjutnya menurut Sudjana (1995), prestasi hasil belajar adalah

proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang dengan

cara membandingkannya dengan norma tertentu dalam sistem penilaian

yang disepakati.  Objek prestasi hasil belajar diwujudkan dengan

perubahan tingkah laku seseorang dalam ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik. 

Page 32: Proposal Budiono

Menurut Gagne (dalam Paulina, 2002), hasil belajar dapat

dikaitkan dengan terjadinya perubahan kepandaian, kecakapan, atau

kemampuan seseorang, dimana proses kepandaian itu terjadi tahap demi

tahap.  Hasil belajar diwujudkan dalam lima kemampuan yaitu

keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan

motorik, dan sikap.  Pendapat di atas sama dengan pendapat Bloom

(dalam Paulina, 2002) yang menyatakan bahwa ada tiga dimensi hasil

belajar yaitu dimensi kognitif, dimensi afektif dan dimensi psikomotorik. 

Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir,

mengetahui dan memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensif,

aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif.  Dimensi afektif

adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap, nilai, minat dan

apresiasi.  Sedangkan dimensi psikomotorik adalah kemampuan yang

berhubungan dengan keterampilan motorik.

Sedangkan menurut Merujuk pemikiran Gagne (dalam, Supriyono,

2009), hasil belajar berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan

merespons secara spesifik ter-hadap rangsangan spesifik. Kemampuan

tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah

maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempre-sentasikan

konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan

Page 33: Proposal Budiono

mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan

mengembang-kan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordi-nasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

menginternalisasi dan eks-ternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Untuk meraih hasil belajar yang baik, banyak sekali faktor yang

perlu diperhatikan, karena didalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa

yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan

yang kuat untuk berprestasi dan berkesempatan untuk meningkatkan

prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan dibawah

kemampuannya.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-

faktor yang perlu diperhatikan. Menurut Suryabrata (1998: 233) dan

Shertzer dan Stone (Winkle, 1997: 591), secara garis besar faktor-faktor

Page 34: Proposal Budiono

yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan

menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

a) Faktor Fisiologis

Page 35: Proposal Budiono

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor

yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera.

1) Kesehatan Badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu

memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan

fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam

menyelesaikan program studinya. Dalam, upaya memelihara

kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan

pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya.

Selain itu, juga untuk memelihara, kesehatan bahkan juga dapat

meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.

2) Panca Indera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu

berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini

diantara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam

belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian

besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui

penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak

yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan

menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada

akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

Page 36: Proposal Budiono

b) Faktor Psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa, antara lain adalah:

1) Inteligensi

Menurut Westen (Satiadarma, 2003: 2) intelegensi merupakan

bentuk multifefet artinya intelegensi diekspresikan dalam berbagai

bentuk. Pada umumnya intelegensi diukur disekolah serta lembaga

pendidikan tingi, dan pengukurannya cenderung bersifat

sekolastik. Sekolastik adalah kemampuan yang diajarkan di

sekolah. Disamping itu, rumusan taraf kecerdasan pun beraneka

ragam bentuknya tergantung pada wilayah kecerdasanya. Adapun

menurut Binet (Winkel, 1997: 529) hakikat inteligensi adalah

kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai

tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif.

Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi dan hasil

belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf

inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai

prestasi dan hasil belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang

memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan

memiliki prestasi dan hasil belajar yang rendah. Namun bukanlah

suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi

rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya,

Page 37: Proposal Budiono

karena ini tidak terlepas dari beberapa faktor lain yang

mempengaruhinya.

2) Bakat

Bakat merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya

terhadap proses dan hasil belajar seseorang dan menunjang

keberhasilan belajar dalam bidang tertentu.

Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada

bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan

berhasilnya usaha itu. Akan tetapi, banyak sekali hal-hal yang

menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan

oleh setiap orang.

3) Minat

Minat, menurut Slameto (1991: 182), adalah suatu rasa lebih suka

dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menyuruh. Minat atau kemauan, merupakan motor penggerak

yang menentukan keberhasilan belajar. Minat pada dasarnya

adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan

sesuatu di luar diri. Semakin kuat/ dekat hubungan tersebut,

semakin besar minat.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menujukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada

hal lain, atau dimanifestasikan melaui partisipasi dalam suatu

aktivitas.

Page 38: Proposal Budiono

4) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat

merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan

prestasi belajarnya. Menurut Wirawan (1997: 233) sikap adalah

kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-

hal tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di

sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar

mengajar di sekolah.

5) Motivasi

Menurut Irwanto (1997: 193) motivasi adalah penggerak perilaku.

Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar.

Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-

kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar

karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkel (1991: 39)

motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah

pada kegiatan belajar itu maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa

tercapai.

6) Kemampuan Kognitif

Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat

dikenal dan diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah, kognitif,

afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan kemampuan

Page 39: Proposal Budiono

yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai. Karena

penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi

penguasaan ilmu pengetahuan.

Ada empat kemampuan yang harus dikuasai untuk sampai pada

penguasaan kemampuan kognitif yaitu:

1) Persepsi, adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau

informasi ke dalam otak manusia,

2) Daya ingat, berhubungan dengan mengingat pengetahuan yang

telah didapat. Mengingat merupakan aktivitas kognitif di mana

orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa

lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh dimasa

lampau,

3) Berpikir, yaitu tingkah laku yang sering implisit (tersembunyi),

dan

4) Daya konsentrasi, merupakan kemampuan memfokuskan

pikiran, perasaan, kemauan, dan panca indra.

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain

diluar diri yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan diraih, antara

lain adalah:

1) Faktor Lingkungan Keluarga

a. Sosial Ekonomi Keluarga. Dengan sosial ekonomi yang memadai,

seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang

lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah.

Page 40: Proposal Budiono

b. Pendidikan Orang Tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi

cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya

pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang

mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

c. Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota

keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat

berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara

langsung, berupa, pujian atau nasihat; maupun secara tidak

langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

2) Faktor Lingkungan Sekolah

a. Sarana dan Prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, 0HP

akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah,

selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar

sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.

b. Kompetensi Guru dan Siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih

prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja

yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang

siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di

sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan

Page 41: Proposal Budiono

tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa

keingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya

berlangsung harmonis, maka siswa, akan memperoleh iklim

belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong

untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

c. Kurikulum dan Metode Mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan

materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih

interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran

serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Wirawan (1994: 122)

mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru.

Jika guru mengajar dengan aril bijaksana, tegas, memiliki disiplin

tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan

pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi,

paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.

3) Faktor Lingkungan Masyarakat

a. Sosial Budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan

akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik.

Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan

enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung

memandang rendah pekerjaan guru/ pengajar

Page 42: Proposal Budiono

b. Partisipasi Terhadap Pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung

kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan

anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih

menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu

pengetahuan.

Page 43: Proposal Budiono

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode rancangan eksperimen dengan

memberikan perlakuan yang berbeda pada dua kelompok sampel,

mengondisikannya homogen. Salah satu kelompok sampel akan mendapatkan

perlakuan penggunaan media komputer dengan menggunakan model

pembelajaran langsung. Sedangkan satu kelompok yang lain akan

mendapatkan perlakuan penggunaan model pembelajaran langsung tanpa

menggunakan media komputer. Kemudian masing-masing kelompok dipecah

menjadi dua, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dimana

kelompok kontrol merupakan kelas tanpa menggunakan media komputer

sedangkan kelompok eksperimen merupakan kelompok kelas dengan

menggunakan media komputer.

Masing-masing kelompok baik kelompok kontrol maupun eksperimen

pada akhir eksperimen akan mendapatkan tes untuk mengetahui kemampuan

keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar. Dari pengumpulan hasil tes

masing-masing kelompok kemudian dianalisis dengan Anava 2 jalur.

Winarsunu (2002: 114) berpendapat bahwa untuk menguji analisis variansi 2

jalur, rancangan penelitiannya seperti tabel berikut.

Page 44: Proposal Budiono

Tabel 3.1Rancangan Penelitian

Pembelajaran (P)

Media (M)Pembelajaran Langsung Pembelajaran Klasikal

Media Komputer (M1) Y1 Y3Tidak Menggunakan Media Komputer (M2)

Y2 Y4

Winarsunu (2002:114)

Keterangan:Y1 : keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan

menggunakan pembelajaran langsung serta menggunakan media komputer

Y2 : keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran langsung serta tidak menggunakan media komputer

Y3 : keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran klasikal serta menggunakan media komputer

Y4 : keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran klasikal serta tidak menggunakan media komputer

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Suharsimi (2002: 102) memberikan batasan tentang populasi

penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan Menurut Hadi

(1987: 220) memberikan batasan tentang populasi penelitian adalah

sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat

yang sama. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri sebanyak 80

siswa.

2. Sampel Penelitian

Page 45: Proposal Budiono

Menurut Hadi (1987: 221) Sampel adalah sejumlah penduduk yang

jumlahnya kurang dari populasi. Sedangkan Darmawan (2006: 63)

berpendapat bahwa sampel merupakan proses menarik sebagian subyek

penelitian, gejala atau obyek yang ada pada populasi. Ini memberikan arti

bahwa penelitian yang dilakukan terhadap sampel dalam populasi dimana

hasilnya akan dipakai untuk menafsirkan populasi (sifat-sifat dan

karakteristiknya). Menurut Suharsimi (2002:107) bahwa penetapan jumlah

sampel dalam penelitian berdasarkan ketentuan apabila subjeknya kurang

dari 100 orang lebih baik diambil semua dan jika jumlahnya lebih besar

dapat diambil 10% - 15% atau 20 % - 25% atau lebih.

Untuk kebutuhan kelas kontrol dan eksperimen, dalam penelitian

ini diambil sampel sejumlah populasi, artinya seluruh populasi menjadi

sampel penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Menurut Sudikin dan Mundir (2005: 215) berpendapat bahwa

metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian sosial,

termasuk pendidikan adalah tes. Selain itu juga sangat tepat untuk mengukur

kemampuan atau kompetensi siswa mengenai materi pelajaran yang telah

diajarkan guru.

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah metode tes, dimaksudkan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis

dan hasil belajar siswa

1. Metode Tes

Page 46: Proposal Budiono

Suharsimi (2002: 127) berpendapat bahwa tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. Sedangkan tes prestasi atau

achievement test merupakan tes yang digunakan untuk mengukur

pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi, 2002: 128).

Tes diberikan dengan tujuan untuk mengukur dan mengetahui hasil belajar

siswa setelah dilakukan eksperimen dengan menggunakan media

komputer dan penggunaan model pembelajaran langsung. Dalam

penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode

tes. Adapun hal yang berkenaan dengan teknik tes dijelaskan sebagai

berikut.

2. Bentuk dan Jenis Tes

Adapun tes yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tes

awal (pretes) dan tes akhir pembelajaran (post tes). Tes awal dilakukan

sebelum pembelajaran inti dimulai. Tes awal dimaksudkan untuk

menjajagi keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

Tes akhir ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana

pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan dan untuk mengetahui

keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasilnya digunakan

sebagai acuan untuk melihat kemajuan keterampilan berpikir kritis dan

hasil belajar dalam mengikuti program pembelajaran. Hasil pembelajaran

siswa diperiksa, dianalisa untuk mengetahui efektifitas pembelajaran.

Page 47: Proposal Budiono

Bentuk tesnya berupa tes objektif yaitu pilihan ganda dan tes

subjektif atau uraian. Untuk itu tes objektif (pilihan ganda) siswa wajib

memilih alternatif jawaban. Sedangkan tes subjektif atau uraian, siswa

dituntut untuk mengembangkan idea atau gagasannya berdasarkan

permasalahan yang ditanyakan dalam setiap item tes.

Jenis tesnya berupa tes tulis. Siswa menuliskan jawabannya pada

lembar jawaban yang telah disediakan dengan memberi tanda silang pada

jawaban yang tepat dari alternaatif jawaban yang telah disediakan.

3. Uji Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan tes. Sedangkan persyaratan

untuk menjadi instrumen yang baik, soal harus diuji validitas dan

reliabilitasnya, sebagai berikut.

a. Uji Validitas Butir Soal

Menurut Widayat (2004: 87) Validitas adalah pengukuran

yang mengacu pada proses dimana pengukuran benar-benar bebas dari

kesalahan sistematis dan kesalahan random. Pengukuran yang valid

berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur)

itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian ini dilakukan

dengan mengunakan alat Korelasi Produk Moment dengan rumus

sebagai berikut (Umar, 2003: 142)

Page 48: Proposal Budiono

r=n∑ XY− ΣXΣY

√ (ΣX2) - (ΣX )2 ( nΣY 2) - (ΣY )2

Di mana: r : korelasi produk moment

n : jumlah sampel atau responden.

X : skor item

Y : skor total item

Suatu instrumen dinyatakan valid jika mempunyai r hitung

lebih besar dari pada r tabel, sebaliknya instrumen dinyatakan tidak

valid jika nilai r hitung kurang dari r tabel.

b. Uji Kesukaran Soal

Untuk menentukan tingkat kesukaran suatu tes (Suharsimi,

2002:198) dapat digunakan rumus:

keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar,

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Untuk mengiterpretasikan tingkat kesukaran butir tes

digunakan kriteria sebagai berikut:

P antara 0,00 — 0,30 soal sukar;

P antara 0,30 — 0,70 soal sedang; dan

P antara 0,70 — 1,00 soal mudah.

Page 49: Proposal Budiono

c. Uji Reliabilitas

Uji ini diperlukan untuk mengetahui kestabilan alat ukur. Alat

ukur dikatakan reliabilitas apabila instrumen yang digunakan beberapa

kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang

sama. Tingkat reliabilitas suatu alat ukur dapat diketahui dengan

menggunakan metode Internal Consistency Reliability. Menurut

Widayat (2004:86) Metode Internal Consistency Reliability ialah

suatu pendekatan untuk menilai konsistensi atau homogenitas internal

dari sejumlah item dengan menjumlahkan konsistensi individu untuk

setiap item dalam suatu Form Total Score. Pendekatan ini

mengunakan koefisien alpha. Nilai alpha akan berkisar antara 0

sampai dengan 1. Suatu pengukuran dikatakan reliabel bilamana

paling tidak nilai alpha 0,6. Rumus Cronbach Alpha dituliskan

sebagai berikut :

a=[ kk - 1 ] [1 -

∑ s j2

sx2 ]

Di mana: k : banyaknya belahan tes

s j2

: varians belahan j : 1.2, … k

sx2

: varians skor tes

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep yang memiliki nilai variasi. Variasi nilai

dapat dibedakan menjadi duan yaitu variasi nilai berdasarkan tingkatan dan

Page 50: Proposal Budiono

variasi nilai berdasarkan jenisnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hadi

dalam Wirjokusumo (2009: 16) mengartikan variabel sebagai gejala yang

bervariasi baik menurut tingkatan maaupun jenisnyaa. Pengertian gejala dalam

hal ini adalah sesuatu yang menjadi sasaran/objek penelitian.

Definisi operasional merupakan bagian dari penelitian dengan maksud

memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel yang

digunakan. Definisi operasional lebih mengarah pada pembatasan dan

pemilihan indikator variabel dalam penelitian dengan berpedoman pada

landasan teori yang sudah digunakan, maka memungkinkan peneliti untuk

mengumpulkan data dengan relevansi yang tinggi terhadap variabel yang telah

dipilih.

Berdasarkan judul penelitian, variabel dalam penelitian ini terdiri atas

dua variabel bebas (variabel independen) dan satu variabel terikat, yakni

1) Variabel bebas/variabel independen (X) adalah model pembelajaran

individual

2) Variabel control adalah penggunaan media komputer

3) Variabel terikat (Y) adalah keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar

siswa

Definisi operasional dari masing-masing variabel dapat diuraikan

dalaam paparan berikut ini.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang

menjadikan sebab munculnya atau perubahan variabel terkait, jadi variabel

Page 51: Proposal Budiono

bebas merupakan variabel yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini

variabel bebasnya adalah Model Pembelajaran Langsung.

Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel adalah

sebagai berikut: Model Pembelajaran Langsung adalah suatu pendekatan

mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan

dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi

selangkah.

2. Variabel Kontrol

Variabel kontrol merupakan variabel pengontrol yang terletak

antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel kontrol dalam

penelitian ini adalah Media komputer, yaitu: media atau alat pembelajaran

yang digunakan berbantukan komputer, yang dapat berupa animasi,

gambar, grafis.

3. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah:

1) Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan logika,

yang merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang

disertai pengkajian kebenarannya yang efektif berdasarkan pola

penalaran tertentu.

2) Hasil Belajar adalah hasil proses penentuan tingkat kecakapan

penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan

norma tertentu dalam sistem penilaian yang disepakati.

Page 52: Proposal Budiono

E. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik analisis variansi dua jalur.

Page 53: Proposal Budiono

1. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum data dianalisis perlu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu

uji normalitas dan uji homogenitas diuraikan sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dengan tujuan mengetahui apakah data yang diperoleh

tersebut terdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah

dengan menggunakan kolmogorov-Smirnov, dengan hipotesis:

H0 = Data terdistribusi secara normal

H1 = Data tak terdistribusi secara normal

Adapun Kriteria adalah sebagai berikut :

- Probabilitas sig., α > 0.05 maka data berdistribusi secara normal.

- Probabilitas sig., α < 0.05 maka data tidak berdistribusi secara

normal.

b. Uji Homogenitas Varian

Uji homogenitas varian digunakan untuk mengetahui homogen

tidaknya data yang dianalisis. Asumsi dasar dari analisis variansi

adalah bahwa seluruh kelompok yang terbentuk harus memiliki

variannya sama. Untuk menguji asumsi dasar ini dapat dilihat dari

hasil test homogenitas dari varians dengan menggunakan uji Levene

Statistic, dimana jika diberikan suatu variabel Y dengan ukuran

sampel N dibagi dalam k subgrup, dimana Ni adalah ukuran sampel ke-

i dari subgrup, maka definisi dari uji levene statistik adalah

Page 54: Proposal Budiono

dimana Zij bisa memiliki satu dari tiga definisi berikut.

1.

Dimana adalah rata-rata dari subgrup ke-i

2.

Dimana adalah nilai tengah dari subgrup ke-i

3.

Dimana adalah nilai 10% rata-rata dari subgrup ke-i

adalah rata-rata kelompok dari Zij dan adalah rata-rata seluruhnya

dari Zij.

Hipotesis yang digunakan dalam tes homogenitas varian menurut

uji Levene adalah :

Ho : Diduga bahwa seluruh varians populasi adalah sama

Hi : Diduga bahwa seluruh varians populasi adalah berbeda

Dasar dari pengambilan keputusan adalah:

Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat, selanjutnya dilakukan pengujian

Anava dua jalur yang mengacu pada langkah-langkah sebagai berikut.

1) Menghitung Jumlah kuadrat total (Jkt), antar A (JkA), antar B(JkB),

interaksi AxB (JkAB), dan dalam kelompok (Jkd).

Page 55: Proposal Budiono

a. Jkt = ∑ X

t2−( X t )2

N

b.JkA =[ (X A

1)2

nA 1

−(X A

2)2

nA 2]−Sk

c. JkB =[ (X B

1)2

nB 1

+( XB

2)2

nB 2

+(X B

3)2

nB 3]−Sk

d.JkAB

=[ ( X AB )2

n AB]−Sk−(Jk A+Jk B )

e. Jkd =Jkt−(Jk A+Jk B+Jk AB)

2) Menghitung derajat kebebasan total (dbt), antar A (dbA), antar B (dbB),

interaksi AxB (dbAB), dan dalam kelompok (dbd).

a. (dbt) = N – 1

b. (dbA) = K – 1

c. (dbB) = K – 1

d. (dbAB) = dbA x dbB

e. (dbd) = dbt – (dbA + dbB + dbAB)

3) Menghitung rata-rata kuadrat antar A (RkA), antar B (RkB), interaksi

AxB (RkAB), dan dalam kelompok (RkD).

a. RkA

=Jk A

db A

b. RkB

=Jk B

dbB

c. RkAB

=Jk A

B

db AB

Page 56: Proposal Budiono

d. RkD

=Jk D

dbD

4) Menghitung rasio FA, FB, dan FAB

FA

=Rk A

Rkd

FB

=RkB

Rk d

FAB

=Rk AB

Rkd

Selanjutnya dalam perhitungan anava 2 jalur di atas akan dibantu

dengan menggunakan program komputer SPSS for windows versi 15.0

Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut.

a. Hipotesis 1

Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan media komputer terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas

VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat

Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012

H1 : Ada pengaruh penggunaan media komputer terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas

VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat

Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012

b. Hipotesis 2

Ho : tidak ada pengaruh model pembelajaran langsung terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas

Page 57: Proposal Budiono

VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat

Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012.

H1 : Ada pengaruh model pembelajaran langsung terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa kelas

VIII pada mata pelajaran fisika di di SMP Negeri 2 Kandat

Kabupaten Kediri Tahun Pelajaran 2011/2012.

c. Hipotesis 3

Ho : Tidak ada interaksi antara penggunaan media komputer, model

pembelajaran langsung terhadap keterampilan berpikir kritis

siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran

fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun

Pelajaran 2011/2012.

H1 : Ada interaksi antara penggunaan media komputer, model

pembelajaran langsung terhadap keterampilan berpikir kritis

siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran

fisika di di SMP Negeri 2 Kandat Kabupaten Kediri Tahun

Pelajaran 2011/2012.

Pengambilan keputusan:

Dengan berdasarkan probabilitas

- Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima

- Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

Page 58: Proposal Budiono

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. (2010). Desain Penelitian Eksperimen. [Online]. Tersedia: http://meetabied.wordpress.com [2 Juli 2010]

Ardhi, R. (2007). Efektivitas Pembelajaran dengan Media Animasi dan LKS Mandiri pada Pokok Bahasan Pengukuran Luas dan Keliling Daerah Segiempat Terhadap Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri I Wonosobo. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UNNES Semarang. Tidak Diterbitkan

Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia UPI.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

______. (2008). Dasar–Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Astra, I. dan Setiawan, H. (2007). Fisika untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Piranti.

Costa, A. L. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Darmawan, Didit. 2006. Metodologi Penelitian Sebuah Pengantar, Metromedia Mandiri Pustaka: Surabaya.

Hadi Sutrisno. 1987. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : YPFP. UGM.

Hake, R. (1997). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A six thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. Bloomington: Indiana University.

______. (1999). Analyzing Change/ Gain Scores. Woodlands Hills: Indiana University.

Meyers, C. (1986). Teaching Students to Think Critically. San Francisco: Jossey-Bass Inc.

Minium, et al. (1993). Statistical reasoning in Psychology and Education. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Gaung Persada Press. Jakarta.

Page 59: Proposal Budiono

Munaf, S. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Panggabean, L. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA IKIP.

Paulina. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

______. (2001). Statistika Dasar. Bandumg: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Roesiyah. dkk. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Roestiyah, N.K. 1987, Strategi Belajar Mengajar, Bina Aksara: Jakarta.

Rusyan, Rusdi. 1987. Strategi Belajar Mengajar. PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet.

Santyasa, I. (2007). Landasan Konseptual Media Pembelajaran. Makalah disajikan dalam workshop media pembelajaran bagi guru-guru SMA negeri Banjar Angkan.

Sidharta. (2007). Keterampilan Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.

Sudjana, N. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, A. (2008). Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/ [26 Oktober 2011]

Susilana, R. (2008). Media Pembelajanan. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI.

Tipler, P. (2001). Fisika Untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.