content proposal
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan dengan
sangat pesat, dalam bidang elektronika pada khususnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan
kebutuhan manusia yang semakin beragam jenisnya serta tuntutan kemudahan dalam
memperolehnya.
Dalam 2 tahun terakhir ini hama dan penyakit sering menyerang tanaman padi
(wereng dan penggerek batang) di banyak petani dan kelompok tani. Para petani biasanya
menggunakan obat-obatan kimia yang disebut sebagai obat "cespleng" untuk menanggulangi
serangan hama serangga tersebut.
Metode pengendalian hama seperti ini pada akhirnya sangat tidak efektif karena
banyak sekali hama yang akhirnya kebal terhadap obat-obatan yang dipakai oleh petani.
Selain itu serangga lain bukan hama yang justru bisa membantu proses penyerbukan tanaman
ikut terbasmi pada saat menebarkan obat "cespleng" tersebut.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diusulkan menggunakan lampu perangkap
hama serangga. Dengan metode ini selain efektif karena tidak ada serangga yang akhirnya
kebal, hasil tanaman lebih aman dan sehat bagi manusia karena unsur bahan kimia obat
berkurang.Di pasaran sistem lampu perangkap hama serangga ini didesain masih
menggunakan energi listrik dari jala-jala PLN, yang pengoperasiannya masih perlu dilakukan
oleh pengguna untuk menyalakan pada malam hari dan mati pada siang hari. Untuk
memperbaiki system tersebut maka pasokan daya listrik diusulkan menggunakan sel surya

7
photovoltaic guna mengisi secara langsung battery mengingat penempatan peralatan berada
di area persawahan yang lokasinya jauh dari sumber daya listrik PLN serta iklim Indonesia
yang tropis.
1.2 Tujuan
Tujuan dari skripsi ini antara lain adalah :
1. Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dari perkuliahan, baik secara
praktek maupun teori kedalam bentuk perancangan dan pembuatan alat.
2. Rancang bangun Efisiensi charging pada Accu Photovoltaic dalam beberapa kondisi
intensitas cahaya yang bervariasi guna perbaikan performansi dari accu, dengan
menggunakan metode Buck-Boost Converter.
3. Pengaturan siklus antara penggunaan dan pengisian Accu untuk memperpanjang usia
Accu
4. Merancang alat yang portable pembasmi hama serangga di area persawahan.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu menghasilkan alat yang bermanfaat bagi para petani untuk membasmi hama,
dengan pemanfaatan photovoltaic sebagai sumber energi pengganti listrik PLN.
2. Menghasilkan alat yang mudah dan bisa digunakan pada area persawahan yang jauh dari
jala-jala listrik.
3. Memberi kontribusi terhadap mahasiswa, adanya motivasi untuk menyelesaikan skripsi
sehingga diperoleh pemahaman yang tinggi terhadap hasil yang akan dicapai.

8
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka hal-hal yang perlu dirumuskan dalam
perancangan dan pembuatan alat ini sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi converter Buck-Boost dalam photovoltaic untuk charge accu
secara efisien?
2. Bagaimana pengaturan yang baik dalam charging accu agar mampu memperpanjang usia
accu?
3. Bagaimana cara mengontrol charge accu dengan sumber photovoltaic dengan berbagai
kondisi intensitas cahaya matahari?
4. Bagaimana mendesain Photovoltaic untuk lampu LED perangkap serangga?
1.5 Batasan Masalah
1. Energi berasal dari photovoltaic.
2. Hanya mengatur tegangan output dari photovoltaic untuk charge pada accu.
3. Menggunakan rangkaian buck-boost converter.
4. Menggunakan LED warna sebagai lampu.
5. Tidak membahas jenis serangga secara spesifik

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rancang bangun system Charge accu pada lampu Perangkap Hama Serangga dengan
optimalisasi daya pada photovoltaic, tujuannya adalah pengaturan tegangan output pada
photovoltaic untuk pengisian accu. Alat ini menggunakan rangkaian buck-boost converter untuk
meregulasi tegangan DC menjadi tegangan DC yang levelnya sesuai dan dengan polaritas yang
sama.
2.1 Lampu Perangkap Serangga
Lampu perangkap merupakan suatu unit alat untuk menangkap atau menarik serangga.
Berfungsi untuk mengetahui keberadaan atau jumlah populasi serangga di lahan pertanian.
Serangga yang tertangkap adalah serangga-serangga yang tertarik cahaya pada waktu malam
hari. Beberapa jenis Perangkap untuk serangga adalah lampu perangkap ( light trap ), yellowpan
trap, airnet trap, dan pitfall. Pemilihan jenis perangkap yang akan digunakan tergantung dari
kondisi dan tujuan yang ingin diketahui.
Kompenen – komponen utama yaitu lampu, corong dan kantong plastik serta rangka
beratap. Lampu (minimal 100watt) berfungsi untuk menarik serangga-serangga pada waktu
malam hari, corong merupakan tempat masuknya serangga, kantong plastik berfungsi untuk

10
menampung serangga-serangga yang tertangkap/terperangkap, sedangkan rangka beratap
fungsinya untuk melindungi lampu dan hasil tangkapan terutama dari hujan.
Lampu perangkap diletakkan di dalam lahan sawah (lahan pertanian) di pinggir
pematang. Letak bisa disesuaikan dengan kondisi tempat, karena alat ini menggunakan lampu
sehingga memerlukan sumber aliran listrik.
Satu unit lampu perangkap sebagai monitoring dapat digunakan untuk luasan 300-500 ha,
sedangkan untuk pengendalian seluas 50 ha. Lampu dinyalakan setiap hari mulai dari jam 6 sore
sampai jam 6 pagi, hasil tangkapan diambil setiap pagi kemudian diamati jenis dan jumlah
serangga yang tertangkap.
Lampu perangkap ini berfungsi untuk monitoring sekaligus juga pengendalian. Sebagai
deteksi dini wereng coklat imigran dan Ngengat penggerek batang padi sehingga dapat
mengetahui datangnya hama imigran dan puncak tangkapan populasi suatu hama. Rekomendasi
waktu semai atau tanam adalah 15 hari setelah puncak hasil tangkapan.
Untuk pengendalian penggerek batang padi, 4 hari setelah adanya penerbangan (hasil
tangkapan) dilakukan penyemprotan insektisida. Pada saat kondisi lahan sedang bera atau
pengolahan tanah, lampu perangkap digunakan terus untuk memantau perkembangan populasi
serangga hama terutama wereng coklat dan penggerek batang.
Serangga-serangga yang dapat tertangkap antara lain wereng coklat (dewasa makroptera),
Ngengat penggerek batang padi, orong-orong (anjing tanah), kepinding tanah (Scotinophara
coarctata ), Coccinella Sp, Paederus Sp, Ophionea Sp dll.

11
Pada saat populasi tinggi, lampu perangkap di BB Padi Sukamandi dapat menangkap
wereng coklat 376 ribu ekor /malam/unit, Ngengat penggerek batang padi kuning 12 ribu
ekor/malam/unit dan kepinding tanah 146 ribu ekor/malam/unit. Serangga-serangga hama yang
terperangkap setelah diamati kemudian dimusnahkan sedangkan serangga-serangga musuh alami
seperti kumbang Coccinella, Paederus Sp, Ophionea SP dll dapat dilepaskan kembali ke lahan.
(Eko, BB Padi).
2.2 PID Control
PID (dari singkatan bahasa Inggris: Proportional–Integral–Derivative controller)
merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu sistem instrumentasi dengan karakteristik
adanya umpan balik pada sistem tersebut.
Gambar 1: Blok Diagram Kontroler PID
2.2.1 Kontrol Proporsional
Kontrol P jika G(s) = kp, dengan k adalah konstanta. Jika u = G(s) • e maka u =
Kp • e dengan Kp adalah Konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain (penguat) saja
tanpa memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler. Penggunaan kontrol P
memiliki berbagai keterbatasan karena sifat kontrol yang tidak dinamik ini. Walaupun

12
demikian dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk
memperbaiki respon transien khususnya rise time dan settling time.
2.2.2 Kontrol Integratif
Jika G(s) adalah kontrol I maka u dapat dinyatakan
sebagai dengan Ki adalah konstanta Integral, dan dari
persamaan di atas, G(s) dapat dinyatakan sebagai Jika e(T)
mendekati konstan (bukan nol) maka u(t) akan menjadi sangat besar sehingga diharapkan
dapat memperbaiki error. Jika e(T) mendekati nol maka efek kontrol I ini semakin kecil.
Kontrol I dapat memperbaiki sekaligus menghilangkan respon steady-state, namun
pemilihan Ki yang tidak tepat dapat menyebabkan respon transien yang tinggi sehingga
dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem. Pemilihan Ki yang sangat tinggi justru dapat
menyebabkan output berosilasi karena menambah orde sistem.
2.2.3 Kontrol Derivatif
Sinyal kontrol u yang dihasilkan oleh kontrol D dapat dinyatakan
sebagai Dari persamaan di atas, nampak bahwa sifat dari kontrol D ini
dalam konteks "kecepatan" atau rate dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan untuk
memperbaiki respon transien dengan memprediksi error yang akan terjadi. Kontrol
Derivative hanya berubah saat ada perubahan error sehingga saat error statis kontrol ini
tidak akan bereaksi, hal ini pula yang menyebabkan kontroler Derivative tidak dapat
dipakai sendiri.

13
2.3 ATMega16
ATMega16 adalah mikrokontroller CMOS 8 bit daya rendah berbasis arsitektur RISC.
Instruksi dikerjakan pada satu siklus clock, ATMega16 mempunyai throughput mendekati 1
MIPS per MHz, hal ini membuat ATMega16 dapat bekerja dengan kecepatan tinggi walaupun
dengan penggunaan daya rendah. Mikrokontroler ATmega16 memiliki beberapa fitur atau
spesifikasi yang menjadikannya sebuah solusi pengendali yang efektif untuk berbagai keperluan.
Fitur-fitur tersebut antara lain:
1) Saluran I/O sebanyak 32 buah, yang terdiri atas Port A, B, C dan D
2) ADC (Analog to Digital Converter)
3) Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan perbandingan
4) CPU yang terdiri atas 32 register
5) Watchdog Timer dengan osilator internal
6) SRAM sebesar 512 byte
7) Memori Flash sebesar 16kb dengan kemampuan read while write
8) Unit Interupsi Internal dan External
9) Port antarmuka SPI untuk men-download program ke flash
10) EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi
11) Antarmuka komparator analog
12) Port USART untuk komunikasi serial.
Mikrokontroler AVR ATMega memiliki 40 pin dengan 32 pin diantaranya digunakan
sebagai port paralel. Satu port paralel terdiri dari 8 pin, sehingga jumlah port pada
mikrokontroller adalah 4 port, yaitu port A, port B, port C dan port D. Sebagai contoh adalah

14
port A memiliki pin antara port A.0 sampai dengan port A.7, demikian selanjutnya untuk port B,
port C, port D. Diagram pin mikrokontroller dapat dilihat pada gambar berikut:
Diagram 1 Pin ATMega16
2.4 Photovoltaic
Photovoltaic adalah bahan semikonduktor yang dapat melepas electron apabila ada
rangsangan dari sinar matahari yang kemudian membentuk arus listrik. Bahan semikonduktor
yang sering dipakai oleh sel photovoltaic adalah silicon, di dalam silicon paling tidak terdapat
dua lapisan yaitu lapisan bermuatan positif dan bermuatan negatif, yang kemudian ada gerbang
diantara dua lapisan tersebut, dimana gerbang itu akan terbuka apabila ada rangsangan dari
cahaya matahari, sehingga membentuk suatu aliran elektron atau arus searah (DC). Besar
gerbang berbanding lurus dengan banyaknya intensitas cahaya matahari yang masuk.
Dikarenakan besarnya arus yang dihasilkan berbanding lurus dengan intensitas cahaya matahari,
maka tidak sama antara kondisi cuaca cerah dan kondisi mendung, sehingga bisa dikondisikan

15
besarnya arus yang dihasilkan berbanding lurus dengan berat jenis awan yang memantulkan sinar
dari matahari.
Gambar 1 Photovoltaic
Lapisan terluas dari photovoltaic terdiri dari dioda p-n junction, lapisan inilah yang
mempunyai efek photovoltaic yang mampu menciptakan arus listrik. Efek photovoltaic adalah
pelepasan energi photon apabila terkena cahaya matahari pada benda metal, cahaya matahari
terdiri dari sinar ultraviolet dan inframerah, sinar ultraviolet adalah sinar yang bermuatan energi
photon tinggi dan panjang gelombangnya pendek sedangkan inframerah adalah sinar yang
bermuatan energi photon rendah dengan panjang gelombang yang panjang.
Lapisan p-n junction berasal dari bahan semikonduktor yaitu silikon, silikon akan
menjadi isolator pada temperatur rendah namun akan menjadi konduktor bila ada energi atau
panas. Lapisan n berada pada lapisan atas dan lapisan p berada dibawahnya, dimana lapisan n
adalah lapisan silikon yang didoping oleh fosfor dan lapisan p oleh boron, doping adalah sebuah
proses yang menambahkan sejumlah bahan phosphorous dan boron ke bahan silikon murni,
untuk menciptakan ketidak seimbangan antar atom silikon, phosphorous dan boron, sehingga
menyebabkan terjadinya reaksi photovoltaic.

16
2.5 PWM (Pulse Width Modulation)
Pulse width modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara memanipulasi lebar
sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam suatu perioda, untuk mendapatkan tegangan rata-rata
yang berbeda. Beberapa contoh aplikasi PWM adalah pemodulasian data untuk telekomunikasi,
pengontrolan daya atau tegangan yang masuk ke beban, regulator tegangan, audio effect, dan
penguatan, serta aplikasi lainnya.
Gambar 2 sinyal PWM
Salah satu keuntungan dari PWM adalah bahwa sinyal digital semua tetap jalan dari
prosesor ke sistem dikendalikan, tidak ada konversi digital-ke-analog diperlukan. Dengan
menjaga sinyal digital, efek kebisingan adalah diminimalkan. Kebisingan hanya dapat
mempengaruhi sinyal digital jika cukup kuat untuk mengubah logika-1 ke logika-0, atau
sebaliknya.
Peningkatan kebisingan imunitas belum manfaat lain memilih alih kontrol PWM
analog, dan merupakan alasan utama PWM kadang-kadang digunakan untuk

17
komunikasi. Beralih dari sinyal analog ke PWM dapat meningkatkan panjang saluran
komunikasi secara dramatis.Pada akhir penerimaan, cocok RC (resistor-kapasitor) atau LC
(induktor-kapasitor) jaringan dapat menghapus modulasi frekuensi gelombang persegi yang
tinggi dan kembali sinyal ke bentuk analog.
PWM menemukan aplikasi dalam berbagai sistem. Sebagai contoh konkret,
mempertimbangkan rem PWM dikendalikan. Sederhananya, rem adalah perangkat yang turun
keras pada sesuatu klem. Dalam banyak rem, jumlah tekanan penjepitan (atau kekuasaan
berhenti) dikontrol dengan sinyal input analog. Tegangan lebih atau arus yang diaplikasikan
untuk rem, tekanan lebih rem akan mengerahkan.
2.5 Metode Charging
2.5.1 Charging Baterai Accu
Waktu pengisian baterai aki/ sealed lead acid adalah 12 sampai 16 jam. Dengan arus
pengisian yang lebih tinggi dan metode pengisian multi-stage, waktu pengisian dapat berkurang
sampai dengan 10 jam atau kurang.
Pengisian multi-stage, terdiri dari 3 stage/ tahap: constant-current charge, topping
charge dan float charge. Selama constant-current charge, baterai diisi sampai 70 persen dalam
waktu 5 jam; sisanya 30 persen adalah pengisian pelan-pelan dalam topping charge. Topping
charge butuh sekitar 5 jam yang lain dan ini sangat penting untuk menjaga baterai tetap baik.
Jika pola pengisian baterai tidak lengkap sesuai dengan kedua stage diatas, maka baterai akan
kehilangan kemampuan untuk menerima full charge dan kinerja baterai akan berkurang. Tahap
ketiga adalah float charge, kompensasi self-discharge setelah baterai terisi penuh.

18
Baterai aki, terdiri dari beberapa sel. Baterai aki 12 Volt, terdiri dari 6 sel. Batas tegangan
satu sel umumnya mulai dari 2.30V sampai 2.45V. Jadi baterai aki 12 Volt, tegangan sebenarnya
adalah antara 13.8 V - 14.7 Volt. Kondisi baterai aki tergantung dari suhu. Suhu tinggi
menyebabkan baterai cepat rusak. Pada saat charging baterai pada suhu ruangan melebihi 30
derajat celcius, tegangan yang direkomendasikan adalah 2.35V/sel. Pada saat charging, dan suhu
ruangan tetap dibawah 30 derajat Celcius, tegangan charger untuk masing-masing sel disarankan
2.40 sampai 2.45Volt.
Tegangan float charge yang direkomendasikan dari kebanyakan baterai aki lead acid
adalah di antara 2.25 sampai 2.30V/sel. Kompromi yang baik adalah 2.27V. Float charge yang
optimal bergeser tergantung dari suhu. Pada suhu tinggi dibutuhkan tegangan lebih kecil dan
suhu lebih rendah dibutuhkan tegangan lebih tinggi. Charger dengan suhu yang fluktuatif harus
dilengkapi dengan sensor suhu untuk mengoptimalkan float voltage.
Baterai aki memerlukan periodik discharge, untuk memperpanjang umur baterai.
Penerapan sekali dalam sebulan, dimana discharge dilakukan hanya berkisar 10 persen dari total
kapasitas. Full discharge sebagai bagian dari pemeliharaan rutin tidak direkomendasikan karena
akan mengurangi siklus hidup baterai.
Baterai aki memiliki tegangan puncak bervariasi pada suhu yang bervariasi saat pengisian
ulang dan float charge. Menerapkan kompensasi suhu pada charger untuk menyesuaikan suhu
ekstrim memperpanjang umur baterai hingga 15 persen. Ini benar jika dijalankan pada suhu
tinggi.
2.5.2 Discharging Baterai Accu

19
Kapasitas baterai sebesar 100 Ampere hour, artinya arus baterai akan habis dalam satu
jam, bila beban menggunakan 100 Ampere. Level discharge baterai aki yang direkomendasikan
adalah sampai dengan tegangan 1.75 Volt per sel. Baterai aki akan rusak apabila tegangan per sel
lebih kecil dari 1.75 Volt (atau 10.5 Volt untuk baterai 12 Volt).
Masa baterai dihitung dalam jumlah cycle. Satu cycle adalah satu kali penggunaan dan
pengisian. Depth of discharge (jumlah pemakaian ampere baterai), mempengaruhi jumlah cycle
baterai aki. Pada suhu 25 derajat Celcius:
150 - 200 cycle dengan 100 persen depth of discharge (full discharge).
400 - 500 cycle dengan 50 persen depth of discharge (partial discharge).
1000 atau lebih dengan 30 persen depth of discharge (shallow discharge).
2.6 Accu
Akumulator (accu, aki) adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energi (umumnya
energi listrik) dalam bentuk energi kimia. Contoh-contoh akumulator adalah baterai dan
kapasitor. Pada umumnya di Indonesia, kata akumulator (sebagai aki atau accu) hanya
dimengerti sebagai "baterai" mobil. Sedangkan di bahasa Inggris, kata akumulator dapat
mengacu kepada baterai, kapasitor, kompulsator, dll. Akumulator (aki):Akumulator termasuk
ke dalam jenis sel sekunder, artinya sel ini dapat dimuati ulang ketika muatannya habis. Ini
karena reaksi kimia dalam sel dapat dibalikkan arahnya. Jadi sewaktu sel dimuati, energi
listrik diubah menjadi energi kimia, dan sewaktu sel bekerja, energi kimia diubah menjadi
energi listrik.

20
Gambar 5 Accu(Aki)
2.7 Buck Boost Konverter
Pada buku ”Power Electronics SECOND Edition” karangan Muhammad H. Rashid
terbitan Englewood Cliff, New Jersey 2, dijelaskan secara lengkap sebagai bahan pustaka
tentang dc choppers, regulator mode pensaklaran. Buck-boost sebagai salahsatu regulator
mode pensaklaran menghasilkan tegangan keluaran yang lebih kecil atau lebih
besardibanding tegangan masukannya. Gambar 6 adalah rangkaian Buckboost secara
umum
Gambar 6 Rangkaian buck-boost converter

21
Prinsip kerja rangkaian ini dibagi menjadi 2 mode. Selama mode 1, transistor Q1 di-
ON-kan dan diode Dm mendapat bias mundur arus input, yang bertambah mengalir melalui
inductor L dan transistor Q1. Selama mode 2, transistor Q1 di-OFF-kan. Dan arus mengalir
melalui inductor L, diteruskan ke C, Dm dan ke beban. Energi yang tersimpan di dalam
inductor L akan ditransfer ke beban. Dan arus induktor akan berkurang sampai transistor Q1
di-ON-kan lagi pada siklus berikutnya.
Gambar 7 Rangkaian buck boost dengan analisa tertutup
Pada Gambar 7 menunjukkan rangkaian buck-boost dalam keadaan mosfet Q1 ON. Hal
ini menyebabkan diode bekerja reverse sehingga arus akan mengalir ke induktor L. Dengan adanya
arus
yang mengalir ke induktor maka terjadi pengisian arus pada induktor sehingga arus induktor (IL)
naik.

22
Gambar 8 Rangkaian buck-boost dengan analisa terbuka
Pada Gambar 8 menunjukkan rangkaian buck-boost dalam keadaan mosfet Q1 OFF.
Hal ini menyebabkan dioda bekerja forward sehingga arus mengalir L, C, Dm dan beban.
Energi yang tersimpandi induktor mengalami discharging. Disebutkan juga bahwa regulator
buckboost menghasilkan tegangan keluaran yang terbalik tanpa memerlukan trafo.
Regulator ini juga memiliki efisiensi yang tinggi. Dalam studi pustaka, Dr. Zainal Salam
“PowerElectronics and Drives”, dijelaskan tentang dc to dc converter (chopper), yang
kemudian menjadi bahan pustaka tentang prinsip keluaran buck-boost. Disebutkan bahwa
buck-boost dapat menghasilkan tegangan keluaran yang lebih rendah maupun lebih tinggi
dari tegangan masukan. Dengan catatan, bila duty cycle PWM sebagai penyulut switch lebih
dari 50%, maka tegangan keluaran akan lebih tinggi dari tegangan masukan. Dan bila duty
cycle PWM kurang dari 50%, maka tegangan keluaran akan lebih rendah dari tegangan
masukan.

23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Dalam skripsi ini ada beberapa kerangka konsep yang akan dilakukan untuk melakukan
penelitian. Kerangka konsep tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1. Penentuan Judul.
2. Studi literatur.
3. Penyusunan konsep alat yang akan dibuat.
4. Penyesuaian antara teori dan konsep alat yang akan dibuat.
5. Merancang alat.
6. Memasang kontrol dan aktuator pada alat.
7. Mengkomunikasikan photovoltaic dengan mikrokontroler.

24
8. Melakukan beberapa kali sample percobaan.
9. Mengumpulkan semua data percobaan.
10. Menganalisa data percobaan.
11. Membuat laporan hasil analisa percobaan.
12. Menyimpulkan hasil penelitian.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variable Terikat
1. Pengaturan PWM pada converter buck-boost untuk mengatur switch arus yang
masuk menuju accu.
2. Pengaturan charge dan discharge berdasarkan presentase muatan yang tersimpan
pada accu
3. Tegangan output Converter
Variable Bebas
1. Tegangan output photovoltaic
2. Jumlah serangga yang ditangkap.
3.3 Perencanaan Alat
Pada perancangan sistem ini akan dijelaskan bagaimana perancangan hardware
serta perancangan software. Dalam perancangan hardware akan menjelaskan gambaran
alat yang akan dibuat, sedangkan dalam perancangan software dijelaskan metode yang

25
akan digunakan dalam merancang mikrokontroler untuk pengontrolan pada PWM
sehingga mendapatkan tegangan yang diinginkan untuk pengisian pada accu.
Dalam kondisi bekerja control akan mengaktifkan nyala/mati lampu sesuai dengan
sensor serta melakukan pengaturan mode pada buck-boost converter sebagai berikut :
1. Mode buck apabila tegangan dari keluaran photovoltaic lebih besar dibandingkan
dengan tegangan pada accu, kemudian PWM akan diset dengan 0< duty cycle <50.
2. Mode boost apabila tegangan dari keluaran photovoltaic lebih kecil dibandingkan
dengan tegangan pada accu, kemudian PWM akan diset dengan 50< duty cycle <100.
Dengan pengaturan PWM ini diharapkan mampu mengatur besar arus yang masuk serta
memberi batasan discharge pada accu, kemudian daya pada accu akan digunakan untuk
mencatu daya pada kontrol dan lampu yang akan menyala pada malam hari.
3.3.1 Diagram alir pembuatan alat

26
Diagram 2 Rencana Pembuatan Alat
3.3.2 Perancangan hardware

27
Diagram 3 Perancangan Hardware
3.3.3 Diagram Alir control
Diagram 4 Alir Control PID Charging
3.3.4 Spesifikasi
Mekanik pada lampu
Panjang : 40 cm
Lebar : 25 cm

28
Tinggi : 15 cm
Tinggi Tiang : 1.5 m
Corong
ᴓ Atas : 50 cm
ᴓ Bawah : 10 cm
Photovoltaic : 20WP
Lampu : LED super bright
Battery : Accu 50 Ah
Converter : Buck-Boost Converter
Switch : Mosfet
BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN
NO KEGIATAN
Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1` 2 3 4

29
1 Studi literatur
2 Desain Alat
3 Pembuatan converter
4 Uji coba Konverter
5 Perakitan mekanik
6 Programing control
7 Pengujian kerja alat
8 Pengambilan data
9 Laporan
Waktu Pengerjaan
Waktu Praktek Kerja Lapangan
DAFTAR PUSTAKA
1. M. Zaenal Effendi ¹, Suryono ², Syaiful Arifianto Rancang Bangun Charger Baterai
dengan Buckboost Konverter. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya – ITS

30
2. Aurino P Adityawan, Dedid Cahya, Legowo Sulistijono, Madyono SISTEM
PENGISIAN BATTERAY LEAD ACID SECARA ADAPTIVE. Politeknik Elektronika
Negeri Surabaya – ITS
3. Ernaning Setiyowati - 3206 204 001 TEKNOLOGI PHOTOVOLTAIC : SALAH SATU
STRATEGI MENCIPTAKAN GREEN ARCHITECTURE
4. Muamar Jefri Lianda Syaiful Amri PENERANGAN JALAN UMUM
MENGGUNAKAN PHOTOVOLTAIC ( PV) Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri
Bengkalis