pembahasan sistem terner.doc

Upload: putri-indayani

Post on 08-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

4

4.2 PembahasanPrinsip dasar sistem terner sebenarnya terletak pada kelarutan suatu zat terhadap zat lainnya. Bila air dan kloroform dicampurkan, air dan kloroform tidak bercampur secara sempurna karena perbedaan kepolaran dari masing-masing zat. Karena air bersifat polar sedangkan kloroform bersifat semipolar. Perbedaan kepolaran air dan kloroform tidak terlalu besar sehingga kedua larutan tersebut tidak dapat bercampur sempurna. Terbentuknya dua fase yang tidak saling campur sempurna ini, bisa dibedakan antara air dengan kloroform.Untuk membuat keduanya larut, campuran air dan kloroform yang tidak saling bercampur ini dititrasi dengan asam asetat hingga air dan kloroform bercampur yang di tandai dengan jernihnya larutan tersebut. Asam asetat berfungsi menambah kelarutan kloroform dalam air, yang merubah kloroform yang semula tidak sepenuhnya larut dalam air menjadi larut sempurna dalam air. Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi ikatan hidrogen yang terjadi diantara keduanya sehingga molekul dalam kedua senyawa tersebut dapat berikatan. Sedangkan asam asetat dalam kloroform akan mengalami reaksi kesetimbangan, karena kedua senyawa tersebut bereaksi. Reaksi yang terjadi pada larutan ditunjukkan dalam persamaan berikut:

Reaksinya:

3 CH3COOH+ CHCl3 (3CH3COOCl+ CH4

Dari data yang didapat, terlihat bahwa semakin banyak kloroform maka semakin banyak asam asetat yang digunakan. Ini sebabkan karena asam asetat digunakan untuk membantu melarutkan kloroform sehingga semakin banyak kloroform yang digunakan maka semakin banyak asam asetat yang digunakan. Tetapi pada labu erlenmenyer keempat, asam asetat yang dipakai mulai sedikit karena komposisi air yang juga sedikit.

Komposisi masing-masing pada setiap labu erlenmenyer dihitung sehingga didapat persentase fraksi mol dari masing-masing tabung untuk masing-masing zat. Dari persentase zat ini dapat digunakan untuk mengambar diagram terner 3 komposisi antara air-kloroform-asam asetat.

Sehingga dengan menggabungkan keempat titik-titik dari masing-masing diagram maka terbentuklah sebuah kurva garis. Kurva ini disebut kurva binodal. Berikut adalah kurva binodal percobaan yang telah dilakukan:

Gambar 4.2.1 Kurva BinodalDari kurva binodal diatas menunjukkan keteraturan letak walaupun pada labu erlemenyer keempat mengamali pengurangan jumlah komposisi daripada labu erlemenyer ketiga. Tanpa mengkesampingkan labu erlemenyer keempat dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam diagram terner komposisi masing-masing dari zat dapat mempengaruhi letak kedudukannya.Kurva melengkung atau juga dapat di sebut sebagai garis dasi (Tie Line) dalam segitiga mewakili kelarutan antara ketiga zat. Garis XY menunjukkan keseimbangan antara dua fasa yaitu air dan kloroform, terlihat pada Gambar. 4.2. Garis XY diperoleh berdasarkan percapuran dari 2,5 gram air; 2,5 gram kloroform; dan 1 gr asam cuka pada erlemeyer ke-V. Campuran ini kemudian dipisahkan dengan menggunakan corong pisah setelah sebelumnya dikocok. Setelah didapat dua komponen yaitu L1 dan L2, dipisahkan ke dalam erlemeyer yang berbeda dan di titrasi dengan NaOH untuk mengetahui kadar asam cuka yang terkandung di masing-masingnya.

Gambar 4.2.2 Diagram Terner Kedudukan Sistem

Titik V (berwarna merah) pada Diagram Terner gambar diatas merupakan kedudukan sistem hasil pemisahan campuran pada labu erlemeyer V yang menggunakan komposisi air dan kloroform, 50%:50%.Dalam percobaan yang dilakukan didapat bahwa L1 yang berkomposisi asam cuka dan kloroform yang larut dalam air lebih banyak daripada L2 yang berkomposisi asam cuka dan air yang larut dalam kloroform.