pembahasan komplemen
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
1/27
BAB II
PEMBAHASAN
ENDAHULUAN
Begitu antibodi tersangkut pada permukaan
mikroorganisme yang menyerang, serangkaian protein
plasma yang disebut komplemen akan teraktivasi.Protein komplemen ini mampu menghancurkan
penyerang tersebut. Proses ini dimulai oleh perubahan
konformasional pada daerah Fc suatu antibodi pada saat
berikatan dengan antigen. Jika antigen tersebut melayang
bebas dalam sirkulasi sebagai molekul tunggal,
kompleks imun yang terbentuk dapat berikatan pula
dengan komplemen. Komplemen dalam kompleks
tersebut kemudian dapat membantu menarik sel-sel
fagosit, yang akan menelan dan membuang antigen yang
diinaktivasi dari sirkulasi.
Jika antigen merupakan bagian dari dinding sel bakteri,
komplemen dapat melekat pada antibodi yang terikat,
pada akhirnya akan melemahkan dan membunuh bakteritersebut. Proses yang sama dapat terjadi pada sel darah
yang ditransfusikan jika terdapat ketidaksesuaian dengan
resipiennya, dan oleh karenanya menyebabkan
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
2/27
hemolisis.
Melalui aktivasi komplemen yang disebut jalur klasik,komplemen pertama C1q melekat pada daerah Fc pada
dua molekul IgG yang berdekatan yang menjadi saling
berdekatan karena berikatan pada suatu permukaan
asing. Selain itu, satu molekul IgM dapat menarik C1q
karena IgM mempunyai lima daerah Fc. Selanjutnya,
subunit C1r dan C1s terikat pada C1q. Subunit-subunit
ini mempunyai aktivitas enzimatik yang memecah dua
komponen lain (C4 menjadi C4a dan C4b, dan C2
menjadi C2a dan C2b). C4 berikatan langsung dengan
permukaan dekat tempat aktivasinya, dan C2a berikatan
dengan C4b. Kompleks C4b-C2a kemudian memecah C3
menjadi C3a dan C3b, yang pada akhirnya melekat
dipermukaan yang berdekatan. Interaksi antara C2a danC3b akan memecah C5 yang kemudian akan mengikat
C6 dan C7 dan juga melekat pada permukaan. C8 dan C9
tertarik untuk membentuk tambahan akhir pada
kompleks ini. Pada titik ini, permukaan sel bakteri akan
mengalami kerusakan yang serius, yang pada akhirnya
akan menyebabkan lisis. Rangkaian aktivasi komplemen
ini sama tidak tergantungpada antigen spesifik yang
terlibat dalam kompleks imun. Antibodi spesifik yang
mengarahkan dan memulai keseluruhan proses ini.
Jalur alternatif merupakan cara lain aktivasi komplemen.
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
3/27
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
4/27
komponen-komponennya disaring dengan baik sekali
dengan pemeriksaan hemolitik yang ditunjukkan CH50.Pada pemeriksaan ini, pengenceran serum manusia yang
akan diuji aktivitas komplemennya dicampur dengan
larutan terstandarisasi eritrosit domba yang disensitisasi
dengan adsorpsi antibodi spesifik. Komplemen yang ada
dalam serum uji akan menyebabkan hemolisis, yang
dihitung secara spektrofotometrik sebagai jumlah
hemoglobin yang dilepaskan dari eritrosit domba yang
lisis. CH50 ini sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan
penyaring untuk fungsi komplemen pada keadaan yang
dicurigai adanya defisiensi kongenital salah satu
komponen. Pada masa lalu, CH50 telah dipakai untuk
menunjukkan aktivitas komplemen kuantitatif sebagai
bagian dari proses penyakit. Namun pemeriksaanimunologis modern terhadap masing-masing komponen
telah menggantikan sebagian besar peran CH50 dalam
pemantauan penyakit. Salah satu alasan laboratorium
imunokimia yang sangat baik sekalipun dapat
menunjukkan variasi kadar CH50 yang bermakna, yaitu
bahwa sel-sel domba menunjukkan adanya fluktuasi
stabilitas musiman. Oleh karena itu, pemeriksaan CH50
fungsional sebaiknya dibedakan pada hampir semua
keadaan untuk pemeriksaan komponen yang lebih
spesifik, yang telah terstandarisasi dengan baik untuk
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
5/27
jangka waktu lama. CH50 mempunyai rentang normal
sekitar 50-200 unit. Kadar dibawah rentang normalmenunjukkan adanya peningkatan konsumsi atau
penurunan sintesis. Pemeriksaan hemolitik mempunyai
sensitivitas tertentu untuk kadar komponen C2, C4 dan
C5. suatu nilai nol dari aktivitas hemolitik menunjukkan
adanya defisiensi satu atau lebih komponen dan
sebaiknya dilanjutkan dengan investigasi yang rinci
untuk menggambarkan abnormalitasnya. Peningkatan
kadar CH50 tidak bermakna kecuali sebagai reaktan fase
akut.
Komponen komplemen yang paling sering diperiksa
dalam serum adalah C3 (75-175 mg/dL) dan C4 (15-45
mg/dL). Keduanya pada keadaan normal merupakan
faktor komplemen yang terbanyak dalam serum danapaling mudah diukur dengan metode imunologis
(biasanya nefelometri atau imunodifusi). Penurunan
kadarnya dapat saling dihubungkan secara serial dari
waktu ke waktu untuk pemantauan suatu penyakit
autoimun. Kadar yang rendah menunjukkan kekurangan
akibat aktivasi skunder terhadap progresi penyakit.
Kadar normal atau tinggi menunjukkan kebalikannya,
regresi penyakit atau respons terhadap terapi.
Pemeriksaan komponen lain yang lebih canggih
diperoleh dari laboratorium rujukan khusus. Termasuk
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
6/27
diantaranya penentuan C1q, C2, C4, C4d, C5, C6, Faktor
B (properdin) dan inhibitor esterase C1. Pemeriksaan-pemeriksaan ini dapat dipakai untuk membedakan
gangguan imunologis dari keadaan peradangan lain dan
juga untuk mendiagnosis suatu defisiensi spesifik.
PEMERIKSAAN KOMPLEMEN
Perubahan dalam kadar komplemen menunjukkan
adanya proses penyakit. Kadarnya yang meningkat
sering ditemukan pada inflamasi akut dan infeksi dan
berhubungan dengan peningkatan AFP.
Defisiensi komplemen dapat dibagi menjadi defisiensi
primer yang ditentukan faktor genetik dan defisiensi
sekunder yang diakibatkan oleh pemakaian komplemen
dalam interaksi antigen-antibodi yang lebih memberikanhubungan dengan patogenesis penyakit.
Komplemen dapat dibagi dalam 3 golongan sebagai
berikut :
a. Komplemen dini pada jalur klasik (C1, C4 dan C2)
b. Komplemen dini pada jalur alternatif (faktor B, D dan
P)
c. Komplemen lambat pada kedua jalur (C3 dan C9)
Bila kadar C4 dan C3 rendah tetapi faktor B normal,
maka itu berarti aktivasi komplemen hanya terjadi
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
7/27
melalui jalur klasik. Bila kadar C4, C3 dan faktor B
semuanya rendah, kemungkinan besar juga terjadiaktivasi melalui jalur alternatif. Tetapi bila kadar C4
normal dengan kadar C3 dan faktor B rendah, berarti ada
aktivasi melalui jalur alternatif saja.
Pengukuran C3 dan C4 akan membantu dalam
pemantauan pengobatan penderita glomerulonefritis dan
vaskulitis. Kadar yang rendah biasanya menjadi normal
pada remisi.
Telah diketahui bahwa pada suatu interaksi antigen-
antibodi, komplemen yang ada dalam serum dapat diikat
atau dikonsumsi oleh kompleks antigen-antibodi
tersebut, dan bahwa komplemen dapat diaktivasi oleh
kompleks erithrosit-hemolisin, sehingga mengakibatkan
eritrosit tersebut melisis.Complement Fixation Test (CFT) atau uji Fiksasi
komplemen merupakan cara untuk menentukan antigen
atau antibodi yang hanya bereaksi bila ada komplemen.
Antibodi dicampur dengan antigen dan komplemen.
Komplemen akan diikat kompleks antigen-antibodi. Bila
tidak terjadi ikatan komplemen, maka komplemen akan
ditemukan bebas dalam larutan. Adanya komplemen
bebas tersebut dapat diperlihatkan dengan menambahkan
sel darah merah dan hemolisin. Lisis sel darah merah
akan terjadi atas pengaruh komplemen yang bebas tadi.
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
8/27
Kenyataan ini dipakai untuk menggunakan komplemen
sebagai salah satu bahan untuk penetapan antigenmaupun antibodi. Pengujian ini didasarkan atas reaksi
yang terdiri atas 2 tahap, yaitu tahap pertama dimana
sejumlah tertentu komplemen oleh suatu kompleks
antigen-antibodi, dan tahap kedua dimana komplemen
yang tersisa (bila ada) menghancurkan eritrosit yang
telah dilapisi hemolisin. Banyaknya komplemen yang
tidak dikonsumsi pada reaksi tahap pertama, dan yang
mengakibatkan hemolisis pada reaksi tahap kedua,
secara tidak langsung merupakan parameter untuk
antibodi atau antigen yang diperiksa.
Untuk mendapatkan hasil yang bisa dipercaya, semua
reaktan yang diperlukan untuk uji ini harus disesuaikan
satu dengan yang lain dan berada dalam jumlah atau titeryang optimal. Oleh karena itu sebelum melaksanakan
pemeriksaan pada sampel penderita, terlebih dahulu
dilakukan uji pendahuluan untuk menstandarisasi titer
hemolisin dan titer komplemen yang dipakai pada sistem
uji ini.
Titer hemolisin ditentukan oleh pengenceran tertinggi
hemolisin yang masih dapat melisiskan eritrosit
berkonsentrasi 2% secara lengkap, bila ada komplemen.
Titer hemolisin ini disebut 1 unit dan untuk pemeriksaan
sampel penderita dipakai 2 unit.
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
9/27
Oleh karena uji fiksasi komplemen melibatkan suatu
sistem yang terdiri atas berbagai reaktan, disampingtitrasi hemolisin dan komplemen diatas, setiap reaktan
harus diuji terhadap ada tidaknya faktor penghambat atau
faktor yang meningkatkan aktivasi komplemen
(antikomplemen atau prokomplemen). Untuk keperluan
ini, pada titrasi komplemen diikutsertakan antigen dan
antigen kontrol, serta pada pemeriksaan sampel selalu
harus diikutsertakan kontrol serum positif maupun
negatif. Suatu hasil pemeriksaan, baru bisa dipercaya
apabila semua reaktan pada sistem ini terkontrol dengan
baik.
Uji fiksasi komplemen dipakai pertama kali oleh
Wassermann, Neisser dan Bruck untuk menentukan
diagnosis Sifilis (Test Wassermann), akan tetapikemudian prinsip pengujian yang sama dipakai juga
dalam diagnosis serologik berbagai penyakit lain,
diantaranya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
parasit, seperti Trypanosoma, Schistosoma, serta
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti
virus Hepatitis B, Herpes, Rotavirus, Rubella dan lain-
lain.
SISTEM KOMPLEMEN
Pendahuluan
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
10/27
Komplemen merupakan sekumpulan molekul protein
dan interaksinya yang terjadi secara berantai,mengakibatkan efek bilogis pada membran, pada sifat sel
dan interaksi protein lain. Sedikitnya ada 11 jenis protein
komplemen yang ada dalam plasma normal, masing-
masing ada dalam keadaan inaktif tetapi bila komplemen
diaktivasi, setiap jenis komplemen mempunyai fungsi
spesifik. Akivasi dapat dimulai dengan reaksi antigen
dengan IgG atau IgM atau bila ada kontak dengan IgA
yang menggumpal, selain itu aktivasi dapat pula dimulai
oleh kontak dengan polisakarida atau lipopolisakarida,
oleh produk yang terjadi akibat aktivasi sistem pembe
kuan atau kalikrein.
Aktivitas BiologisKomplemen dinyatakan dengan nomor dan huruf. Proses
aktivasi tidak berlangsung berurutan sesuai dengan
urutan nomor komplemen. Disepakati bahwa urutan
interaksi komplemen adalah : C1q, C1r, C1s, C4, C2,
C3, kemudian C5 sampai C9. Aktivasi komplemen dapat
merupakan proses pemecahan molekul-molekul secara
enzimatik yang menghasilkan zat yang aktif atau proses
penyesuaian tanpa pemecahan. Pada beberapa tahap dari
proses ini diperlukan ion kalsium dan magnesium.
Aktivasi lengkap dari C1 sampai C9 mengakibatkan
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
11/27
pecahnya membran dan kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki lagi. Aktivasi lengkap terjadi dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : C2 melepaskan suatu peptida
dengan berat molekul kecil dan aktivitas kinin, hasil
aktivasi C3 dan C5 merangsang mastosit, otot halus dan
leukosit sehingga terjadi efek anafilaktik, unsur lain dari
C3 dan C5 berikatan dengan membran sel dan
menyebabkan sel lebih mudah di fagositosis, proses ini
disebut opsonisasi, fragmen C3 dan C4 menyebabkan
proses perlekatan yaitu partikel yang dilapisi komplemen
melekat pada permukaan sel yang memiliki reseptor
untuk komplemen, C3 dan C4 aktif dapat pula
menetralisir virus, dan akhirnya fragmen C3 da C4
merangsang aktivitas kemotaktik neutrofil sehingga
neutrofil bergerak menghampiri fragmen protein yangbersangkutan. Kompleks C5-C9 mempunyai aktivitas
prokoagulan trombosit dan sebaliknya aktivitas
prokoagulan faktor XII dapat mencetuskan aktivasi C1.
Plasmin dan trombin bersifat proteolitikdan dapat
memecah C3 hingga terbentuk C3 aktif.
Jalur aktivasi
Pada jalur klasik, aktivasi komplemen diawali dengan
aktivasi C1q, C1r dan C1s oleh kompleks antigen-
antibodi. Karena C1q tidak tahan panas, maka
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
12/27
pemanasan serum dapat melumpuhkan seluruh aktivitas
komplemen. Untuk penggabungan C1qrs diperlukanCa++ sedangkan Mg++ diperlukan oleh C4 untuk
mengaktivasi C2. Bila digunakan antikoagulan yang
mengikat ion, naka plasma kehilangan kation sehingga
komplemen yang ada didalamnya tidak dapat diaktivasi.
Setelah C1qrs aktif mengaktivasi C4 dan kemudian C4
akut mengaktivasi C2, maka kontak dengan C2 aktif
menyebabkan C3 pecah menjadi 2 bagian yaitu : bagian
yang kecil dan tetap berada dalam cairan dan C3b yang
lebih besar dan melekat pada membran sel. C3b
diperlukan untuk mengaktivasi C5, tetapi setalah itu sisa
kompleks C5-C9 terbentuk dengan sendirinya tanpa
aktivasi oleh enzim.
Jalur alternatif tidak melibatkan aktivasi C1, C4 dan C2tetapi dimulai dengan pemecahan C3. Setelah C3b
terbentuk, aktivasi C5 sampai C9 berlangsung dengan
sendirinya. Kunci dari jalur alternatif adalah aktivasi
properdin, yaitu suatu protein serum yang tidak
mempunyai efek biologis bila ia berada dalam keadaan
tidak aktif. Kontak dengan IgA yang menggumpal,
endotoksin atau kompleks melekul seperti dekstran, agar
dan zymosan dapat merubah properdin kemudian
mencetuskan proses yang menghasilkan C3b.
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
13/27
Tes Fiksasi Komplemen
Berbagai prosedur untuk menentukan adanya interaksiantigen-antibodi dengan cara mengukur penurunan kadar
komplemen dalam serum, setelah dipaparkan pada bahan
yang akan diperiksa. Test fiksasi komplemen hanya
dapat dipakai bila reaksi antigen antibodi benar-benar
mengikat komplemen. Cara dipengaruhi oleh berbagai
faktor kesulitan teknik maupun imunologik dan hanya
dipakai bila tidak ada cara lain yang lebih baik.
Komplemen
Teknik radioimunoassay dan imunodifusi
memungkinkan untuk menentukan kadar setiap
komponen komplemen termasuk komponen dalam jalur
alternatif. Sebagian besar pemeriksaan ini terutamadipakai dalam penelitian. Untuk keperluan klinik,
penetapan aktivitas komplemen secara umum biasanya
sudah memadai. Cara yang paling mudah adalah
menentukan hemolisis lengkap dari eritrosit domba
dalam suatu reaksi yang memerlukan komplemen.
Dalam hal ini eritrosit domba dilapisi dengan antibodi
yang hanya dapat bereaksi dengan antigen bila ada
komplemen, sehingga derajat hemolisis eritrosit dapat
dipakai sebagai ukuran untuk aktivitas komplemen. Hasil
tes dinyatakan dengan unit CH50, yang menyatakan
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
14/27
pengenceran serum tertinggi yang dapat menghancurkan
separuh dari jumlah eritrosit yang dipakai pada test.Setiap laboratorium harus menentukan nilai rujukan
sendiri karena hasilnya akan berbeda pada kondisi yang
berlainan misalnya perbedaan dalam kadar antibodi dan
eritrosit yang dipakai, cara penyimpanan, elektrolit dan
suhu.
Kadar C3 dan C4 masing-masing dapat ditentukan
dengan cara imunodifusi radial. Cara ini memerlukan
waktu 24-36 jam, disamping itu hasilnya menunjukkan
variasi akibat aktivitas komplemen in vivo dan cara
penanganan spesimen yang berbeda-beda.
Aktivitas komplemen meningkat pada berbagai penyakit
tetapi jarang dirasakan perlu untuk mencari kelainan
pada komplemen. Komplemen merupakan protein faseakut, kadarnya meningkat pada inflamasi, analog dengan
peningkatan LED dan CRP pada keadaan yang sama.
Penetapan komplemen lebih sering diperlukan untuk
mengetahui ada tidaknya penurunan aktivitas
komplemen.
Penurunan aktivitas komplemen
Komplemen dikonsumsi pada reaksi antigen-antibodi,
khususnya reaksi yang membentuk kompleks imun.
Penurunan CH50 biasanya terdapat pada penyakit
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
15/27
imunologis sistemik terutama SLE dan glomerulonefritis
akibat kelainan imunologis. Pada SLE penurunan kadarkomplemen dan peningkatan titer anti-DNA
menunjukkan adanya glomerulonefritis akut dan pada
saat penyakit tenang kadar komplemen biasanya kembali
normal. Pada penyakit kolagen-vaskuler yang lain seperti
skleroderma dan artritis reumatoid. Kadar komplemen
biasanya menurun waktu penyakit kambuh. Banyak jenis
vaskulitis dan artritis diakibatkan oleh pembentukan
kompleks imun, penurunan titer CH50 sering
memastikan adanya kompleks imun khususnya yang
menyertai beberapa jenis infeksi seperti hepatitis B,
Streptokokus, Mononukleosis infeksiosa dan penyakit
parasit.
Pada hipotensi akut yang tidak diketahui sebabnya, kadarkomplemen dalam serum biasanya rendah, hal ini
menunjukkan adanya aktivitas sistem imun secara
menyeluruh atau adanya aktivitas melalui jalur alternatif.
Keadaan tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal
misalnya aktivasi granulosit dalam sirkulasi sistemik
atau sirkulasi paru-paru, interaksi heparin dan protamin
dan aktivasi sistem bradikinin. Penderita artritis
reumatoid sering menunjukkan penurunan aktivitas
komplemen dalam cairan sendi, walaupun kadar
komplemen dalam serum normal.
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
16/27
Ada kemungkinan terjadi defisiensi komplemen secara
spesifik tetapi hal ini jarang dijumpai. Penyakit autoimunsering dijumpai pada penderita dengan defisiensi salah
satu komponen komplemen, sedangkan defisiensi C3
merupakan predisposisi umum untuk penyakit infeksi.
Infeksi Neisseria yang menyeluruh dapat terjadi bila ada
defisiensi C6, C7 atau C8. Pada defisiensi setiap
komponen komplemen, penetapan CH50 menunjukkan
nilai nol.
UJI FIKSASI KOMPLEMEN
Telah diketahui bahwa pada suatu interaksi antigen-
antibodi, komplemen yang ada dalam serum dapat diikat
atau dikonsumsi oleh kompleks antigen-antibodi
tersebut, dan bahwa komplemen dapat diaktivasi olehkompleks erithrosit-hemolisin, sehingga mengakibatkan
eritrosit tersebut melisis.
Kenyataan ini dipakai untuk menggunakan komplemen
sebagai salah satu bahan untuk penetapan antigen
maupun antibodi. Pengujian ini didasarkan atas reaksi
yang terdiri atas 2 tahap, yaitu tahap pertama dimana
sejumlah tertentu komplemen oleh suatu kompleks
antigen-antibodi, dan tahap kedua dimana komplemen
yang tersisa (bila ada) menghancurkan eritrosit yang
telah dilapisi hemolisin. Banyaknya komplemen yang
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
17/27
tidak dikonsumsi pada reaksi tahap pertama, dan yang
mengakibatkan hemolisis pada reaksi tahap kedua,secara tidak langsung merupakan parameter untuk
antibodi atau antigen yang diperiksa.
Untuk mendapatkan hasil yang bisa dipercaya, semua
reaktan yang diperlukan untuk uji ini harus disesuaikan
satu dengan yang lain dan berada dalam jumlah atau titer
yang optimal. Oleh karena itu sebelum melaksanakan
pemeriksaan pada sampel penderita, terlebih dahulu
dilakukan uji pendahuluan untuk menstandarisasi titer
hemolisin dan titer komplemen yang dipakai pada sistem
uji ini.
Titer hemolisin ditentukan oleh pengenceran tertinggi
hemolisin yang masih dapat melisiskan eritrosit
berkonsentrasi 2% secara lengkap, bila ada komplemen.Titer hemolisin ini disebut 1 unit dan untuk pemeriksaan
sampel penderita dipakai 2 unit.
Oleh karena uji fiksasi komplemen melibatkan suatu
sistem yang terdiri atas berbagai reaktan, disamping
titrasi hemolisin dan komplemen diatas, setiap reaktan
harus diuji terhadap ada tidaknya faktor penghambat atau
faktor yang meningkatkan aktivasi komplemen
(antikomplemen atau prokomplemen). Untuk keperluan
ini, pada titrasi komplemen diikutsertakan antigen dan
antigen kontrol, serta pada pemeriksaan sampel selalu
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
18/27
harus diikutsertakan kontrol serum positif maupun
negatif. Suatu hasil pemeriksaan, baru bisa dipercayaapabila semua reaktan pada sistem ini terkontrol dengan
baik.
Uji fiksasi komplemen dipakai pertama kali oleh
Wassermann, Neisser dan Bruck untuk menentukan
diagnosis Sifilis (Test Wassermann), akan tetapi
kemudian prinsip pengujian yang sama dipakai juga
dalam diagnosis serologik berbagai penyakit lain,
diantaranya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
parasit, seperti Trypanosoma, Schistosoma, serta
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti
virus Hepatitis B, Herpes, Rotavirus, Rubella dan lain-
lain.
Uji Fiksasi Komplemen untuk penetapan antibodi
terhadap virus
Peralatan dan bahan yang diperlukan (cara mikro)
1. Peralatan yang dipakai sama seperti untuk teknik
mikrohemaglutinasi
2. Kit reagens (Behring) terdiri atas antigen virus,
komplemen, eritrosit domba, hemolisin dan larutan
penyangga.
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
19/27
Cara kerja :
I. Uji Pendahuluan
1. Titrasi hemolisin
a. Sediakan 9 tabung reaksi. Masukkan kedalam tabung
pertama dan seterusnya larutan penyangga dengan
volume seperti pada gambar.
b. Masukkan 1,0 ml hemolisin yang telah diencerkan
1:100 kedalam tabung pertama, lalu campur kemudian
pindahkan 1 ml kedalam tabung berikutnya, demikian
seterusnya hingga tabung terakhir.
c. Sediakan 12 tabung, kemudian kedalam 9 tabung
pertama dimasukkan masing-masing 0,2 ml larutan
hemolisin dari tabung-tabung permulaan. Tabung 10-12
dipakai untuk kontrol erithrosit.d. Kedalam tabung 1-9 dimasukkan 0,1 ml komplemen
yang sudah diencerkan 1:30, 0,2 ml suspensi eritrosit 2%
dan 0,5 ml larutan penyangga.
e. Kedalam tabung 10-12 masukkan 0,2 ml suspensi
eritrosit 2% dan 0,8 ml larutan penyangga.
f. Campur lalu inkubasikan tabung-tabung tersebut pada
suhu 37OC selama 30 menit.
g. Perhatikan adanya hemolisis dan tentukan tabung
dengan pengenceran hemolisis tertinggi yang
menyebabkan hemolisis lengkap. Pengenceran ini
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
20/27
disebut 1 unit dan untuk pemeriksaan sampel penderita
dipakai 2 unit.h. Pembuatan sistem hemolitik
Campur eritrosit 2% sama banyak dengan hemolisin
yang titernya 2 unit. Biarkan dalam suhu kamar selama
minimal 10 menit sebelum dipakai.
2. Titrasi Komplemen
a. Sediakan 3 baris tabung yang jumlahnya masing-
masing 8 buah. Kedalam tabung-tabung baris I
masukkan larutan penyangga, komplemen dan larutan
antigen, lalu campur
b. Lakukan hal yang sama pada tabung baris ke II dan ke
III, hanya sebagai pengganti antigen, kedalam tabung
baris II dimasukkan antigen kontrol dan kedalam tabungbaris ke III dimasukkan larutan penyangga.
c. Inkubasikan semua tabung dalam penangas air dengan
suhu 37OC selama 30 menit.
d. Masukkan sistem hemolitik (1h) kedalam semua
tabung sebanyak 0,2 ml. Campur dan inkubasikan lagi
pada suhu 37OC selama 30 menit.
e. Perhatikan hemolisis yang terjadi dan tentukan
pengenceran komplemen tertinggi yang menyebabkan
hemolisis lengkap. Apabila hemolisis lengkap pada
ketiga baris tabung terjadi pada pengenceran komplemen
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
21/27
yang sama, berarti semua reaktan pada sistem ini baik.
f. Pengenceran tertinggi komplemen yang dapatmenyebabkan hemolisis lengkap disebut 1 unit dan
dipakai 2 unit untuk pengujian.
II. Pemeriksaan sampel
Pada setiap pemeriksaan selalu harus diikutsertakan
kontrol antigen, kontrol sistem hemolitik, kontrol
eritrosit dan kontrol komplemen.
Serum penderita terlebih dahulu diinaktifkan dalam
penangas air dengan suhu 56OC untuk menghilangkan
komplemen yang ada dalam serum, sehingga satu-
satunya sumber komplemen hanya yang dibubuhkan
pada pengujian dan diketahui titernya.
1. Sampel
Pakai satu baris sumur untuk sampel pertama (sampel
akut) dan satu baris lain untuk sampel kedua
(konvalesen).
a. Masukkan ke dalam sumur 1 dan sumur 4-12 larutan
penyangga sebanyak 25 ul.
b. Masukkan ke dalam sumur 1-4 sampel yang terlebih
dahulu telah diencerkan 1:5 sebanyak 25 ul.
c. Buat pengenceran serum mulai sumur 4 sampai 12
dengan mikrodiluter.
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
22/27
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
23/27
diuraikan dibawah ini :
Masukkan ke dalam sumur 1 dan 2 larutan penyanggasebanyak 50 ul dan komplemen sebanyak 25 ul.
4. Kontrol eritrosit
Masukkan ke dalam sumur 3 dan 4 larutan penyangga
sebanyak 75 ul dan sistem hemolitik sebanyak 50 ul.
5. Kontrol komplemen
a. Masukkan ke dalam sumur 5-12 larutan penyangga
sebanyak 25 ul, ke dalam sumur 5-8 antigen virus
sebanyak 25 ul dan kedalam sumur 9-12 antigen kontrol
sebanyak 25 ul.
b. Buat pengenceran komplemen dalam tabung terpisah
sehingga memperoleh larutan komplemen 2 unit, 1,5unit, 1,0 unit dan 0,5 unit.
c. Masukkan ke dalam sumur 5 dan 9 komplemen 2 unit
sebanyak 25 ul, ke dalam sumur 6 dan 10 komplemen
1,5 unit sebanyak 25 ul, ke dalam sumur 7 dan 11
komplemen 1,0 unit sebanyak 25 ul dan ke dalam sumur
8 dan 12 komplemen 0,5 unit sebanyak 25 ul.
d. Campurlah reaktan dalam setiap sumur.
6. Plate ditutup dengan plate lain kemudian
diinkubasikan pada suhu 4-6OC selama 18 jam dalam
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
24/27
kotak yang lembab (diberi kain basah).
7. Keesokkan harinya, biarkan plate dalam suhu kamar
selama 15 menit, kemudian masukkan ssitem hemolitik
ke dalam semua sumur.
8. Kocok, lalu inkubasikan pada suhu 37OC selama 15-
30 menit.
9. Reaksi dianggap selesai bila telah timbul hemolisis
lengkap dalam sumur yang berisi komplemen 2 dan 1,5
unit, hemolisis tak lengkap dalam sumur berisi
komplemen 1 unit dan tidak ada hemolisis dalam sumur
berisi komplemen 0,5 unit.
10. Perhatikan hemolisis yang terjadi pada sumur-sumur
berisi sampel dan nyatakan pengenceran tertinggi sampel
yang tidak menyebabkan hemolisis.
Penafsiran
1. Adanya reaksi positif (tidak ada hemolisis) berarti
dalam serum terdapat antibodi terhadap virus
bersangkutan.
2. Titer antibodi dalam serum tunggal belum memastikan
apakah ada infeksi atau pernah divaksinasi.
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
25/27
3. Untuk mengetahui adanya infeksi diperlukan
pemeriksaan serum ganda, yaitu 2 sampel yang diperolehpada masa akut dan masa konvalesen dengan jarak
waktu 2 minggu. Suatu kenaikan titer sebanyak 4 kali
merupakan indikasi adanya infeksi.
4. Reaksi positif pada kontrol antigen berarti dalam
serum antibodi terhadap zat-zat nonspesifik yang
menyertai antigen. Untuk memastikan, titrasi terhadap
serum diulang dengan menggunakan kedua jenis antigen
secara paralel. Adanya antibodi spesifik dapat dipastikan
bila titernya terhadap antigen virus 4 kali titer terhadap
antigen kontrol.
5. Serum kontrol yang diperoleh dari binatang, kadang-
kadang mengandung antibodi terhadap antigen kontrol
hingga dapat menimbulkan hemolisis.
Uji fiksasi (penambatan) komplemen didasarkan pada adanya antibodi penambatan
komplemen di dalam serum. Adanya komplemen menyebabkan antibodi ini melisis sel-sel.
Tujuan uji fiksasi komplemen adalah untuk menentukan ada atau tidaknya antibodi spesifik
di dalam serum. Uji ini terdiri dari dua sistemyaitu sebagai berikut.
1. Sistem penambatan komplemen
Dalam sistem ini serum, suspense bakteri (antigen lain), dan komplemen dicampurkan.
Bila antigen dan antibodi dari dalam serum itu bergabung, maka komplemen itu dinyatakan
tertambat.
Karakteristika Sistem Komplemen adalah sebagai berikut.
* Komplemen adalah nama yang diberikan terhadap suatu seri protein(plasma) yang terdiri
dari 21 protein
* Mekanisme kerja sistem ini seperti proses pembekuan darah yang membentuk suatu
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
26/27
sistem enzim yang terstimulasi dalam plasma yang kebanyakan adalah proteinase-
proteinase.
* Ciri spesifik sistem ini : menghasilkan suatu respon yang cepat dan bertingkat terhadapsuatu stimulus yang dapat berupa kompleks imun.
* Protein plasma yang diberi simbol C diikuti dengan angka, menunjukkan nomor penemuan
komplemen tersebut, bukan suatu nomor urutan reaksi.
* Protein komplemen utama yaitu : C1 (q,r,s), C2, C3, C4 ,dst hingga C9, faktor B, faktor D,
faktor H, properdin,dll.
* Pada setiap tahap aktivasi selalu dihasilkan suatu aktivitas enzim baru yang juga
komponen komplemen.
* Produk reaksi pertama berlaku sebagai katalis enzimatik yang mengaktifkan komponen-
komponen selanjutnya, demikian seterusnya hingga dihasilkan suatu respon bertingkat yang
menyerupai cascade. Kerja ini menyerupai air terjun yang terus berlangsung tanpa bisadihentikan di tengah-tengah reaksi. Fragmen enzim diberi nama a dan b misalnya C2a dan
C2b.
* Pusat katalitik sistem ini berada pada C3.
* Akhir dari aktivitas komplemen adalah : terbentuknya suatu pori fungsional pada
membran sel di mana komplemen tersebut melekat, kemudian terjadi perubahan
konformasi fosfolipid sel yang menyebabkan lisis dan berakhir dengan kematian sel. Hal ini
disebut MAC (membrane attack complex).
Sistem Komplemen terdiri dari tiga jalur yaitu sebagai berikut.
* Jalur Klasik. Jalur ini diawali dengan stimulasi dari kompleks antigen-antibodi yang
kemudian mengaktivasi C1q, C1r, C1s, ketiga komponen ini menghasilkan komponen
enzimatik yang menstimulasi C4, C4 menghasilkan komponen enzimatik yang
menstimulasiC2, komponen C2 ini kemudian menghasilkan komponen enzimatik dan
menstimulasi C3 Convertase (pusat katalitik sistem komplemen).
* Jalur MB-Lecitin. Jalur ini diawali oleh stimulasi dari kompleks manosa binding protein
pada permukaan patogen yang kemudian menstimulasi MBL, MASP-1, MASP-2. Ketiga
komponen ini kemudian mnghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasi C4, (seperti
halnya pada jalur klasik) C4, C4 menghasilkan komponen enzimatik yang menstimulasiC2,
komponen C2 ini kemudian menghasilkan komponen enzimatik dan menstimulasi C3
convertase (pusat katalitik sistem komplemen).
* Jalur Alternatif. Jalur ini diawali oleh stimulasi dari permukaan patogen yang mengandung
LPS (Lipopolisakarida) yang kemudian langsung menstimulasi C3, C3 menghasilkan
komponen enzimatik yang menstimulasi faktor B, faktor B menghasilkan komponen
enzimatik yang menstimulasi fakator D, faktor D kemudian menghasilkan komponen
enzimatik yang akhirnya mensimulasi C3 convertase.
Setelah Ketiga jalur tersebut mengaktivasi C3 Convertase, C3 convertase ini kemudian
-
8/10/2019 pembahasan komplemen
27/27
menghasilkan C3a, C5a dan C3b. C3a, C5a kemudian menstimulasi peptida mediator untuk
inflamasi dan menstimulasi rekrutmen sel fagositik. C3b kemudian berikatan dengan
reseptor komplemen pada sel fagositik dan kemudian menstimulasi opsonisasi danpenghilangan kompleks imun. Selain itu, C3b juga menstimulasi komponen terminal
komplemen yang kemudian terjadi reaksi cascade : menstimulasi C5b, C6,C7,C8,C9 dan
akhirnya membentuk Membran attack complex dan menyebabkan lisis pada patogen.
Persamaan atara ketiga jalur tersebut adalah sebagai berikut.
o Ketiganya sama-sama akan mengaktivasi pusat katalitik sistem komplemen yaitu C3;
Ketiganya pada akhirnya akan menginduksi C9; dan ketiganya sama-sama membentuk
membran attack complex.
Perbedaan atara ketiga jalur tersebut adalah sebagai berikut.
o Stimulus yang menginduksi masing-masing jalur berbeda-beda. Jalur Lecitin distimulasi
oleh kompleks antigen antibodi, Jalur MB-Lecitin distimulasi oleh kompleks manosa-bindingLecitin, dan Jalur Alternatif distimulasi LPS (lipopolisakarida) dari permukaan patogen.
o Komponen yang distimulasi oleh stimulus masing-masing jalur berbeda. Jalur Lecitin
selanjutnya mengaktivasi C1q,C1r,C1s, C4 dan C2, jalur MB Lecitin selanjutnya mengaktivasi
MBL, MASP-1, MASP-2, C4 dan C2, dan jalur alternatif mengaktivasi C3, B,dan D.
2. Sistem indikator hemolitik
Antibody hemolitik (hemolisin)dibuat dengan cara mengimunisasi kelinci dengan sel-sel
darah merah biri-biri. Serum dari kelinci yang sudah diimunisasi dengan sel biri-biri ini
dicampur dengan sel-sel darah merah biri-biri. Bila komplemen tertambat digunakan di
dalam reaksi antibodi uji dan atigen maka tidak akan terjadi hemolisis. Oleh sebab itu, reaksi
hemolitik meninjukan uji negatif. Ini menunjukan bahwa semua reaktan didalam uji fiksasi
komplemen harus disesuaikan dengan tepat.
Uji fiksasi komplemen terutama bermanfaat bila kombinasi antara antigen uji dan
antibodi tidak menimbulkan reaksi kasat mata seperti yang terjadi pada aglutinasi dan
presipitasi. Uji fiksasi komplemen ini banyak digunakan secara luas di dalam diagnosis
laboratories penyakit menular, termasuk penyakit yang disebutkan oleh bakteri, virus,
protozoa, dan cendawan. Salah satu penerapan yang diketahui paling baik dari uji ini adalah
uji Wasserman untuk sifilis, meskipun uji ini telah diganti oleh uji-uji lain.