pembahasan tinea

22
I. Definisi Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur superfisial pada kulit kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang tangkai rambut dan folikel – folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mikosis superfisialis atau dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan termasuk ringworm of the scalp dan tinea tonsurans. Di Amerika Serikat dan wilayah lain di dunia insiden dari tinea kapitis meningkat. 1 Kerion merupakan reaksi peradangan akut yang berat dari tinea kapitis, berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat di sekitarnya dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional. II. Epidemiologi Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak – anak berumur antara 4 dan 14 tahun. Insiden tinea capitis dapat bervariasi menurut jenis kelamin, tergantung pada organisme jamur penyebab. Microsporum audouinii terkait tinea capitis telah dilaporkan sampai 5 kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan. Setelah pubertas, perempuan memiliki eksposur yang lebih besar kepada anak-anak yang terinfeksi dan mungkin karena faktor hormonal. Kasus – kasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman – 1

Upload: arief-dhemamm-reggae

Post on 26-Jul-2015

268 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan Tinea

I. Definisi

Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur

superfisial pada kulit kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang tangkai

rambut dan folikel – folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mikosis

superfisialis atau dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan termasuk

ringworm of the scalp dan tinea tonsurans. Di Amerika Serikat dan wilayah lain di

dunia insiden dari tinea kapitis meningkat.1

Kerion merupakan reaksi peradangan akut yang berat dari tinea kapitis,

berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang

padat di sekitarnya dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional.

II. Epidemiologi

Tinea kapitis adalah infeksi jamur yang mengenai anak – anak berumur

antara 4 dan 14 tahun. Insiden tinea capitis dapat bervariasi menurut jenis

kelamin, tergantung pada organisme jamur penyebab. Microsporum audouinii

terkait tinea capitis telah dilaporkan sampai 5 kali lebih sering terjadi pada anak

laki-laki dari pada anak perempuan. Setelah pubertas, perempuan memiliki

eksposur yang lebih besar kepada anak-anak yang terinfeksi dan mungkin karena

faktor hormonal. Kasus – kasus di perkotaan biasanya didapatkan dari teman –

teman atau anggota keluarga. Kepadatan penduduk, hygien yang buruk dan

malnutrisi protein memudahkan seseorang mendapatkan penyakit ini. Kasus –

kasus yang disebabkan oleh Microsporum canis jarang terjadi dan di dapat dari

anak anjing dan anak kucing.2,3

Di Asia Tenggara, angka infeksi telah dilaporkan menurun cepat dari 14 %

( rata – rata dari anak perempuan dan laki – laki ) sampai 1,2 % pada 50 tahun

terakhir karena keadaan sanitasi umum dan hygien perorangan telah membaik. Di

Selatan Eropa penyakit ini jarang. Di dunia internasional tinea kapitis tersebar

luas di beberapa daerah perkotaan di Amerika Utara, Sentral Amerika dan

Amerika Selatan, terdapat juga sebagian di Afrika dan India.4

III. Etiologi

1

Page 2: Pembahasan Tinea

Tinea kapitis disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton

dan Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T.

tonsurans, M. audoinii, M. canis, M. ferrugineum.

Penyebab kerion adalah jamur dari spesies Trichophyton dan

Microsporum. Yang lebih sering menyebabkan kerion adalah Microsporum canis

dan Microsporum gypseum, sedangkan Trichophyton tonsuran jarang

menyebabkan kerion dan Trichopyton violaceum paling sedikit menyebabkan

kerion. Kerion dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang

menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang-kadang dapat terbentuk.

IV. Patogenesis

Penyebab dari tinea kapitis dan kerion adalah jamur keratinofilik. Menurut

Elewski (1996) jamur penyebab tinea kapitis secara invivo hidup pada keratin

yang terbentuk lengkap pada bagian rambut yang sudah mati. Jamur menyebabkan

keratolisis karena adanya enzim keratinase, walaupun banyak juga jamur

penghasil keratinase yang tidak menyebabkan tinea kapitis (Epidermophyton

floccosum dan Trichophyton consentrikum).

Penjelasan mengenai keratolisis masih belum diketahui, sehingga

pembuktian keratolisis hanya berdasarkan pengurangan keratin secara tidak

langsung. Rockman (1990) mengemukakan bahwa insiden tinea kapitis pada anak

dan prepubertas terjadi karena menurunnya asam lemak dalam sebum. Infeksi

dimulai dengan invasi dermatofita melalui perifolikuler stratum korneum, hifa

tumbuh ke dalam folikel dan berkembang dengan membentuk rangkaian spora

dan berhenti tiba-tiba pada pertemuan antar sel yang berinti dan yang mempunyai

keratin yang tebal.

Pada ujung hifa ditemui Adamson’s Fringe bagian luar intrapilari hifa

membelah membentuk rantai spora ektotrik. Selama pertumbuhan rambut jamur

ikut tumbuh kearah batang rambut yang menyebabkan patahnya rambut dan

terjadi alopesia. Hifa tidak ditemukan pda rambut yang terdapat di atas kulit.

Jamur ini biasanya menyerang lapisan kulit dan kadang-kadang mampu

menginvasi bagian luar dari kulit, stratum korneum atau bagian tubuh lain yang

2

Page 3: Pembahasan Tinea

mempunyai keratin seperti rambut dan kuku. Dari inokulasi tampak hifa tersebar

sentrifugal di stratum korneum. Jamur kemudian menginvasi keratin yang ada di

rambut. Daerah yang terlibat semakin luas mengikuti pertumbuhan rambut dan

tampak di permukaan kulit pada hari ke-12 - 14. Infeksi menyebabkan rambut

rapuh dan pada minggu ke-3 rambut yang rusak telah jelas terlihat. Infeksi

berlangsung selama 8-10 minggu dan menyebar ke dalam stratum korneum dan

pada rambut sekitarnya. Diameter area infeksi ± 3,5-7 cm. Infeksi dapat sembuh

secara alami pada saat pubertas. Akan tetapi mekanismenya belum diketahui

secara pasti. Diduga jumlah kadar asam lemak tersaturasi yang bersifat fungistatik

meningkat pada masa pubertas, dan hal ini yang menyebabkan tinea kapitis jarang

pada orang dewasa.

V. Gejala Klinik

Gambaran tinea kapitis tergantung pada penyebabnya (tabel).

Inflamasi Non-Inflamasi Black Dot Favus

M. Audouinii M. Audouinii T. Tonsurans M. Gypseum

M. Canis M. Canis T. Violaceum T. Schoenleinii

M. Gypseum M. Ferrugineym T. Violaceum

M. Nanum T. Tonsurans

T. Mentagrophytes

T. Schoenleinii

T. Tonsurans

T. Verrucosum

Tipe Non-Inflamasi

Tipe ini lebih sering dilihat dengan organisme antropofilik eksotrik M.

Audounii atau M. Ferrugineum. Lesi dumulai sebagai daerah papul eritem yang

kecil mengelilingi satu tangkai rambut dan tersebar secara sentrifugal, yang

meliputi daerah sekitar rambut. Skuama biasanya selalu ditemukan, tetapi proses

inflamasi minimal. Rambut yang terkena berubah menjadi abu-abu selanjutnya

kusam pada kantung rambut dari artrokonidia, dan pecah pada bagian bawah dari

3

Page 4: Pembahasan Tinea

kulit kepala. Lesi ini lebih sering terlihat sebagai satu atau lebih batas pinggir

patch yang jelas pada occiput atau posterior leher.

Tipe Inflamasi

Pola ini biasanya terlihat bersamaan dengan patogen zoofilik atau geofilik.

Contoh yang paling seringa adalah M. Canis dan M. Gypseum secara berturut-

turut. Spektrum dari tingkat inflamasi dari folikulitis pustular pada kerion. Kerion

adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa pembengkakan

yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat

disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum caniis dan Microsporum gypseum,

pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak kurang bila penyebabnya adalah

Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan

berakibat alopesia yang menetap, parut yang menonjol kadang – kadang dapat

terbentuk.2,5

Mansur dkk serta Nelson dkk yang mengemukakan bahwa lesi kerion ini

berupa massa/benjolan lunak, basah dengan rambut yang patah dan pus. Keluhan

subjektif berupa gatal. Keadaan ini dapat menimbulkan alopesia. Keluhan alopesia

ini juga dirasakan oleh pasien.2,3

Gambar 1. Lesi Tinea Kapitis tipe Kerion3

VI. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan

lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Pada

4

Page 5: Pembahasan Tinea

pemeriksaan mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut ( ektotriks ) atau di

dalam rambut ( endotriks ).

Diagnosis laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada pemeriksaan

dan kultur dari kikisan lesi. Infeksi pada rambut ditandai dengan kerusakan yang

ditemukan pada pemeriksaan. Lesi dapat dilepaskan dengan forsep tanpa disertai

dengan trauma atau dikumpulkan dengan potongan – potongan yang halus dengan

ayakan halus atau sikat gigi.2

Sampel rambut terpilih di kultur atau dilembutkan dalam 10 – 20 %

potassium hydroxide ( KOH ) sebelum pemeriksaan di bawah mikroskop.

Pemeriksaan dengan preparat KOH ( KOH mount ) selalu menghasilkan diagnosa

yang tepat adanya infeksi tinea.3

Pada pemeriksaan lampu wood didapatlkan infeksi rambut oleh M. canis,

M.ferrugineum, akan memberikan flouresensi cahaya hijau terang hingga kuning

kehijauan. Infeksi rambut oleh T. schoeiileinii akan terlihat warna hijau pudar atau

biru keputihan, dan hifa didapatkan di dalam batang rambut. Pada rambut sapi T.

verrucosum memperlihatkan fluoresensi hijau tetapi pada manusia tidak

berfluoresensi.2

Gambar 2. Pemeriksaan dengan lampu wood pada daerag gray patch pada kulit

kepala. Pada infeksi Microsporum canis, rambut kulit kepala

memancarkan fluoresensi hijau. Trichophyton tonsurans tidak

berpendar dengan lampu Wood3

Infeksi yang disebabkan oleh spesies Microsporum memberikan

fluoresensi warna hijau.2

VII. Diagnosis Banding

Diagnosa dari tinea kapitis, khususnya pada anak-anak memberikan

gambaran eritematous, sisik tebal dan alopesia. Rambut rapuh dan tak bercahaya ,

infiltrat, lesi ulserasi dapat menjadi tanda infeksi jamur. Dermatitis seboroik,

5

Page 6: Pembahasan Tinea

psoriasis, lupus erytrematosus, alopesia areata, impetigo, trikotilomania,

pyoderma, folikulitis decalcans dan sifilis sekunder adalah diagnosis banding

tinea kapitis.2,3

Pada dermatitis seboroik, rambut yang terlibat lebih difus, rambut tidak

rapuh dan kulit kepala merah, bersisik dan gatal. Dermatitis seboroik dan penyakit

berskuama kronik lain seperti psoriasis dapat menyebabkan pengumpulan sisik

menjadi massa padat di kulit kepala. Kondisi ini disebut pitiriasis amiantacea.

Sisik lebih kasar pada psoriasis tetapi tidak rapuh. Impetigo sulit dibedakan

dengan inflamasi ringworm, tetapi nyerinya lebih parah. Alopesia areata dapat

agak eritematous pada tahap awal penyakit tetapi dapat kembali normal seperti

warna kulit.6

VIII. Terapi

Pengobatan dermatofitosis mengalami kemajuan sejak tahun 1958.

GENTLES ( 1958 ) dan MARTIN ( 1958 ) secara terpisah melaporkan, bahwa

griseofulvin peroral dapat menyembuhkan dermatofitosis yang ditimbulkan pada

binatang percobaan. Sebelum zaman griseofulvin pengobatan dermatofitosis

hanya dilakukan secara topikal dengan zat – zat keratolitik dan fungistatik.6

Pada masa sekarang dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi dengan

pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Griseofulvin akan terkumpul

pada lapisan keratin pada rambut, kuku menimbulkan resistensi terhadap invansi

jamur, namun pengobatan harus berlangsung dalam waktu lama karena waktu

yang dibutuhkan griseofulvin untuk menghasilkan lapisan keratin yang resisten

cukup lama sekitar 4 – 8 minggu, 2 x 250 mg. Pada pasein ini juga diberikan

Griseofulvin 10 gm/KgBB/hari (8 minggu).3

Griseofulvin menimbun keratin berlapis – lapis di rambut dan kuku,

membuat mereka menjadi resisten terhadap invasi jamur. Terapi infeksi keratin

memerlukan waktu yang cukup lama dan kontinu agar dapat digantikan oleh

keratin yang resisten, biasanya 4 – 6 minggu. Pada lesi yang mengalami

peradangan, kompres sering diperlukan untuk membersihkan pus dan sisik-sisik

infeksi. Kemajuan terapi di monitor dengan pemeriksaan klinik yang rutin dengan

6

Page 7: Pembahasan Tinea

bantuan lampu wood untuk fluoresensi dari spesies seperti M. audouinii dan M.

Canis3

Tabel 1. Obat yang direkomendasikan5

Beberapa anti mikotik terbaru termasuk itraconazol, terbinafine, dan

fluconazol, telah dilaporkan sebagai obat yang efektif dan aman. Terbinafine

tablet dengan dosis 3 – 6 mg/kg/hari digunakan ± 2 – 4 minggu dan telah berhasil

digunakan untuk T. tonsurans. M. canis relatif resisten untuk jenis obat ini, tetapi

obat ini merupakan terapi yang efektif jika digunakan dalam jangka waktu yang

lama. Petunjuk umum untuk tinea kapitis dengan BB > 40 kg ( 250 mg / hari ),

Untuk BB 20 – 40 kg ( 125 mg / hari), Untuk BB 10 – 20 kg ( 62,5 mg / hari )

selama 2 – 4 minggu.2

Tablet fluconazol atau suspensi oral ( 3 – 6 mg / kgbb/ hari ) diatur untuk 6

minggu. Dalam suatu pengobatan lebih dari seminggu ( 6 mg /kg/ hari ) dapat di

atur jika indikasi klinik ditemukan pada saat itu. Pada infeksi ektotriks ( misalnya

M.audouinii, M.canis ), pengobatan dalam jangka yang lama diharuskan.

Meskipun ketoconazol oral dapat di terima sebagai alternatif lain dari griseofulvin

tetapi tidak dapat dipercaya sebagai terapi pilihan karena resiko hepatotoksik dan

biayanya yang mahal. Oral steroid dapat membantu mengurangi resiko dan

meluasnya alopesia yang permanen pada terapi kerion. Hindari penggunaan

kortikosteroid topikal selama terapi infeksi dermatofitosis.2

7

Page 8: Pembahasan Tinea

CASE REPORT

Identity of Patient

Name : Firza

Sex : Male

Register : 886080

Age : 9 Years Old

Occupation : Student

Address : Kuta Alam

Weight : 27 Kg

Nursing In : Feb, 20th 2012

Anamnesis

Major Complaint :

Itchy yellowish patch on the head since a month ago.

Another Complaint :

Losing hair

General History of Present :

Patients complained about itching, yellow patch on the scalp since one month ago.

Initially appeared only reddish papules on the scalp to itch but, over time the hair

loss and yellow wet appeared. Previously the patient went to the hospital, after

two weeks taking those medications, his complaint were reduced, but a week later

his complaints became worse. The patient had long hair before, rarely washed and

frequently exposure to sunlight while playing football.

8

Page 9: Pembahasan Tinea

Past Medical History : Denied

Family Medical History : Denied

Social History : Denied

Medication History : Dexamethason

Bacitrasin Polimyxin B zalf

Physical Examination

General Status

1. Head

Hair : Alopecia

Status of Dermatology

Location:

a/r Capitis

Dermatology Status :

9

Page 10: Pembahasan Tinea

Alopecia with well-demarcated erythematous macules with papules and pustules,

surrounded by yellowish crust and scales.

Differential Diagnosis :

1. Tinea Capitis Kerion

2. Tinea Capitis Favosa

3. Seborrheic Dermatitis

4. Psoriasis

5. Areata Alopecia

Supporting Examination:

1. KOH 10-20% Examination: not done

2. Wood Lamp Examination: greenish

Diagnosis:

Tinea Capitis Kerion

Management:

Supportif

1. Education

Not playing with animals infected by the fungus

Not palying with the ground

Not using the comb from the infected person

Maintain personal hygiene by taking a bath regularly (min twice a

day)

Medication

Systemic

1. Griseofulvin (10 mg/KgBB/day for 8 weeks)

2. Antihistamine: AH1 Mebhidroline Napadisilat (1-2mg/KgBB/12 hours)

10

Page 11: Pembahasan Tinea

Topical

1. Salicyl acid 5%

Prognosis: dubia ad bonam

DISKUSI

Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur

superfisial pada kulit kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang tangkai

rambut dan folikel – folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mikosis

superfisialis atau dermatofitosis. Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita

dari genus Trichophyton dan Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T.

mentagrophytes, T. tonsurans, M. audoinii, M. canis, M. ferrugineum

Secara klinis tinea kapitis ditemukan berbeda – beda dari dermatofitosis

non inflamasi dengan sisik mirip dermatitis seboroik sampai inflamasi dengan lesi

bersisik yang eritematous dan kerontokan rambut atau alopesia dan dapat

berkembang menjadi inflamasi yang berat berupa abses yang dalam disebut

kerion, yang mempunyai potensi menjadi jaringan parut dan menyebabkan

alopesia yang menetap.

Dari identitas, pasien merupakan laki-laki usia 9 tahun. Menurut Mansur,

laporan insiden tertinggi ditemui pada anak usia sekolah di Amerika dan Afrika.

Tinea kapitis terjadi lebih dari 92,5 % dari dermatofitosis pada anak – anak

berumur kurang dari 10 tahun. Sedangkan menurut Nelson tinea kapitis adalah

infeksi jamur yang mengenai anak – anak berumur antara 4 dan 14 tahun. Insiden

tinea capitis dapat bervariasi menurut jenis kelamin, tergantung pada organisme

jamur penyebab.

Microsporum audouinii terkait tinea capitis telah dilaporkan sampai 5 kali

lebih sering terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan. Setelah

pubertas, perempuan memiliki eksposur yang lebih besar kepada anak-anak yang

terinfeksi dan mungkin karena faktor hormonal. Pada infeksi oleh M canis,

rasionya bervariasi, namun tingkat infeksi biasanya lebih tinggi pada anak laki-

laki menurut Kao dkk.

11

Page 12: Pembahasan Tinea

Mengingat anak-anak yang masih aktif dalam bermain, tentu sangat

mudah bagi anak untuk terinfeksi penyakit jamur. Apalagi jika nutrisinya tidak

terpenuhi dengan baik. Jamur penyebab tinea kapitis ini juga terdapat pada hewan

dan dapat menular ke manusia. Anak-anak yang sangat suka bermain dengan

hewan dapat saja tertular penyakit tersebut. Seperti kucing, anjing, lembu, bahkan

dari alat-alat yang sering dipakai sehari-hari seperti topi atau sisir.

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluhkan bercak kekuningan

dikulit kepala terasa gatal disertai kebotakan rambut. Mansur dkk serta Nelson

dkk yang mengemukakan bahwa lesi kerion ini berupa massa/benjolan lunak,

basah dengan rambut yang patah dan pus. Keluhan subjektif berupa gatal.

Keluhan gatal biasanya minimal namun dirasakan terus-menerus. Keadaan ini

dapat menimbulkan alopesia. Secara klinis tinea kapitis ditemukan berbeda – beda

dari dermatofitosis non inflamasi dengan sisik mirip dermatitis seboroik sampai

inflamasi dengan lesi bersisik yang eritematous dan kerontokan rambut atau

alopesia dan dapat berkembang menjadi inflamasi yang berat berupa abses yang

dalam disebut kerion, yang mempunyai potensi menjadi jaringan parut dan

menyebabkan alopesia yang menetap menurut James dkk.

Dari anamnesis di atas kita dapat memikirkan diagnosis tinea kapitis.

Namun untuk memastikan diagnosis kita memerlukan pemeriksaan penunjang.

Yaitu lampu wood dan kerokan dengan KOH 10-20%. Pada pasien ini setelah

dilakukan pemeriksaan Lampu Wood, didapatkan pendar kehijauan. Infeksi yang

disebabkan oleh spesies microsporum memberikan fluoresensi warna hijau.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan status dermatologis yaitu kebotakan

rambut dengan makula eritem batas tegas dengan papul dan pustul yang

dikelilingi krusta kekuningan dan skuama. Pada tinea kapitis kerion pemeriksaan

fisik dapat ditemukan kelainan terbatas pada kulit kepala, alis mata dan bulu mata.

Lesi kerion dapat berkembang sebagian atau secara difus, lesi basah, purulen

selain itu terjadi inflamasi dan nodul yang nyeri. Pada keadaan yang lebih berat

dapat terjadi alopesia dan pembesaran kelenjar getah bening servikal. Namun pada

pasien ini tidak ditemukan.

12

Page 13: Pembahasan Tinea

Seringkali diagnosis kerion dapat ditegakkan hanya dengan melihat

keadaan lesi pada pasien. Walaupun demikian sebaiknya untuk menegakkan

diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan dengan mengambil bahan kerokan dari

tempat lesi dan diletakkan di atas slide dan diteteskan KOH (potassium hidroksi)

kemudian dilihat dibawah mikroskop. Dilakukan dengan mikroskop cahaya,

mula-mula dilihat dengan pembesaran 10x10 kemudian dilanjutkan dengan

pembesaran 10x45. Preparat langsung dari kerokan kulit dengan larutan KOH

10% - 20%, dapat terlihat hifa atau spora dan miselium. Fungsi KOH untuk

melarutkan debris dan lemak, KOH 10% dapat melarutkan debris dan lemak dari

kerokan kulit, rambut dan mukosa, sedangkan KOH 20% merupakan pelarut yang

kuat dan biasanya dipakai untuk spesimen kuku.

Pada sedian rambut yang dilihat adalah spora kecil (mikrospora) atau besar

(makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam

rambut (endotriks). Kadang-kadang terlihat pula hifa pada sediaan rambut.

Pemeriksaan dengan KOH akan terlihat hyfa yang teratur menurut panjangnya di

sekitar atau di dalam tangkai rambut, jarang ditemukan artrokonidia dan kantong

udara. Pada pasien ini pemeriksaan KOH tidak dilakukan karena keterbatasan alat

waktu.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perlu dilakukan kultur.

Dengan kultur kita bisa mengetahui jamur atau organisme penyebab kerion.

Prosedur nya meliputi: mencabut sedikit rambut atau menusuk lesi yang berisi

nanah pada area kepala yang terkena, selain itu untuk mendapatkan nanah,

gosokkan cotton steril pada lesi, kirim spesimen yang didapat ke laboratorium,

hasil labor ini didapatkan setelah 2-3 minggu. Pada umumnya hasil labor dapat

mengidentifikasi jenis dari dermatofita penyebab tinea kapitis dan kerion.

Disamping itu perlu dilakukan konfirmasi lebih lanjut untuk melihat hasil kultur

bakteri. Namun mengingat biaya dan waktu, pada pasien ini tidak dilakukan

kultur.

Pasien ini yag diterapi dengan Griseofulvin 10mg/KgBB/hari selama 8

minggu. Masih merupakan obat pilihan karena keamanannya dan dapat ditoleransi

baik oleh anak. Pada masa sekarang dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi

13

Page 14: Pembahasan Tinea

dengan pemberian griseofulvin yang bersifat fungistatik. Griseofulvin akan

terkumpul pada lapisan keratin pada rambut, kuku menimbulkan resistensi

terhadap invansi jamur, namun pengobatan harus berlangsung dalam waktu lama

karena waktu yang dibutuhkan griseofulvin untuk menghasilkan lapisan keratin

yang resisten cukup lama sekitar 4 – 8 minggu, 2 x 250 mg. Kontra indikasi relatif

ialah pasien Sistemik Lupus Eritematosus (SLE), porfiria, alergi penisilin. Jika

obat tidak tersedia atau terdapat kontra indikasi, selain griseofulvin masih ada

beberapa obat yang dapat digunakan untuk terapi tine kapitis kerion ini seperti

Ketokonazol, yang terutama efektif untuk tinea kapitis yang disebabkan oleh

spesies Trichophyton namun kurang efektif bila disebabkan oleh Microsporum

canis.Dosis yang diberikan ialah 3,3-6,6mg/kgbb selama 3-6 minggu, diminum

bersama soda atau sari jeruk. Namun karena sifat hepatotoksiknya, obat ini bukan

merupakan pilihan utama tinea kapitis. Selain itu dapat juga diberikan Itrakonazol

Sangat efektif untuk tinea kapitis baik spesies Microsporum maupun

Trichophython, dengan dosis 100 mg/hari selama 5 minggu (3-5mg/kgbb). Tetapi

tidak tersedia dalam bentuk sirup dan hanya tersedia dalam bentuk tablet 100 mg

yang tidak dapat dibagi, maka sulit ditentukan dosis yang tepat. Flukonazol

Efektif untuk tinea kapitis dan tersedia dalam bentuk sirup yang cocok untuk

anak-anak. Pemberian tidak tergantung makanan, tidak ada efek gastrointestinal,

keamanan tinggi dan ditoleransi dengan baik.

Selain obat anti jamur pada pasien ini juga diberikan anti histamin yaitu

Antihistamin: AH1 Mebhidroline Napadisilat (1-2mg/KgBB/12 jam), hal ini

untuk mengatasi simptomatis, rasa gatal yang ditimbulkan. Rasa gatal ini harus

diatasi karena kalau tidak pasien akan terus menggaruk sehingga menimbulkan

luka dan menyebabkan infeksi sekunder. Selain itu rasa gatal ini juga akan

mengganggu aktifitas si anak, seperti sekolah.

Asam salisilat 5% juga diberikan sebagai terapi topikal pada pasien ini.

Asam salisilat memiliki efek keratolitik dan digunakan sebagai terapi topikal pada

kasus hiperkeratotik dan terdapatnya skuama seperti pada penyakit ketombe,

iktiosis dan psoriasis. Konsentrasi awal yang digunakan umumnya 2% namun jika

diperlukan boleh dipakai hingga 6%. Dan menurut Raynold (1996) asam salilisat

14

Page 15: Pembahasan Tinea

ini memiliki efek fungisida dan hal ini membuat asam salisilat digunakan secara

topikal pada pengobatan infeksi seperti tinea. Pada beberapa orang pemakaian

topikal ini dapat menimbulkan alergi, dalam hal ini harus dihentikan

pemakaiannya.

15