pbl kelompok i ped_pneumonia

61
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan PNEUMONIA Oleh: Yessica Tania 0902005003 Made Arya Wiryanatha 0902005007 Made Edwin Sridana 0902005028 Ida Bagus Suryajaya Suadnyana 0902005032 Putu Ayu Paramita Satriawan 0902005035 A.A Patriana Puspaningrat 0902005065 Gede Wara Samsarga 0902005073 Pembimbing: i

Upload: patrianaaa

Post on 28-Nov-2015

57 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

Page 1: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Laporan Pengalaman Belajar Lapangan

PNEUMONIA

Oleh:

Yessica Tania 0902005003Made Arya Wiryanatha 0902005007Made Edwin Sridana 0902005028Ida Bagus Suryajaya Suadnyana 0902005032Putu Ayu Paramita Satriawan 0902005035A.A Patriana Puspaningrat 0902005065Gede Wara Samsarga 0902005073

Pembimbing:

Dr. I Gusti Ayu Trisna Windiani, Sp.A

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

i

Page 2: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

2014KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia-Nya sehingga laporan PBL yang berjudul Pneumonia ini dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di bagian/SMF

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah

Denpasar.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,

petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

yang terhormat :

1. Dr. BNP Arhana, Sp.A(K) selaku kepala bagian/SMF IKA FK UNUD/RSUP

Sanglah.

2. Dr. Dharma Artana, Sp.A(K) selaku koordinator pendidikan dokter muda di

bagian/SMF IKA FK UNUD/RSUP Sanglah.

3. Dr. IGA Trisna Windiani, Sp.A selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan paper ini.

4. Para residen subdivisi tumbuh kembang-gizi yang telah memberikan masukan

dalam pembuatan laporan ini.

5. Rekan-rekan dokter muda sekalian atas motivasi dan bantuannya sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

6. Pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan laporan ini.

Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Denpasar, Januari 2014

Penulis

ii

Page 3: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2

2.1. Definisi Pneumonia 2

2.2. Epidemiologi Pneumonia 2

2.3. Etiologi Pneumonia 2

2.4. Patologi Pneumonia 4

2.5. Patogensis Pneumonia 4

2.6. Klasifikasi 6

2.7. Manifestasi Klinis 7

2.8. Pemeriksaan Penunjang 8

2.8.1. Penilaian Laboratorium 8

2.8.2. Pemeriksaan Radiografi 9

2.9. Diagnosis Pneumonia 9

2.10.Diagnosis Banding Pneumonia 9

2.11.Penatalaksanaan

11

2.12.Prognosis

13

2.13.Pencegahan

14

iii

Page 4: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

BAB 3 LAPORAN KASUS...............................................................................

15

3.1. Identitas Penderita 15

3.2. Heteroanamnesa 15

3.3. Pemeriksaan Fisik 17

3.4. Pemeriksaan Penunjang 19

3.5. Diagnosis Klinis 20

3.6. Penatalaksanaan 20

BAB 4 LAPORAN KUNJUNGAN....................................................................

21

4.1 Identitas 21

4.2 Heteroanamnesis 22

4.3 Pemeriksaan Fisik 24

4.4 Diagnosis Klinis 26

4.5 Keadaan Lingkungan Rumah 26

4.6 Analisa Kasus 26

3.3.1.Kebutuhan Dasar Anak 27

3.3.2.Analisis Bio-Psiko-Sosial 30

4.7 KIE 31

BAB IV. SIMPULAN 32

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran

iv

Page 5: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Bakteri Penyebab Pneumonia 3

Tabel 2.2. Perbedaan Diagnosis 10

Tabel 2.3. Perkiraan Volume Tidal menurut Umur dan Panjang Badan 11

Tabel 2.4. Antiviral 12

Tabel 2.5. Antibiotika berdasarkan Usia 12

Tabel 2.6. Antibiotika berdasarkan Asal Infeksi 13

Tabel 3.1. Hasil AGD dan Imunologi 19

Tabel 3.2. Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap 19

Tabel 3.3. Susunan Anggota Keluarga 21

v

Page 6: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Faktor Resiko Pneumonia 4

Gambar 2.2. Patogenesis Pneumonia 5

Gambar 2.3. Proses Terjadinya Pneumonia 6

Gambar 3.1. Denah Rumah 26

vi

Page 7: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: Lembar konsultasi

LAMPIRAN 2: Foto saat Kunjungan Program Belajar Lapangan

LAMPIRAN 3: Denver II

LAMPIRAN 4: CDC Growth Chart : Berat badan~umur dan Tinggi badan~umur

vii

Page 8: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

BAB I

PENDAHULUAN

Pneumonia hingga saat ini merupakan masalah yang serius di bidang kesehatan

utamanya di bidang kesehatan anak. Menurut WHO, angka insiden dari

community acquired pneumonia di negara berkembang adalah 0,026 episode per

anak per tahun. Pada suatu penelitian multisentrik prospektif yang dilakukan

terhadap 154 anak imunokompeten dengan community acquired pneumonia

didapatkan adanya patogen pada 79% anak dengan 60% dari patogen tersebut

adalah bakteria dan 45% disebabkan oleh virus. Bakteri penyebab tersering adalah

spesies Streptococcus pneumoniae yang didapatkan sebesar 73% dari seluruh

bakteri penyebab pneumonia.1,2

Pneumonia adalah suatu keradangan pada saluran napas bagian bawah

yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan

benda asing. Pnemonia ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekwensi

pernapasan), napas cuping hidung, retraksi dinding dada dan kadang-kadang

sianosis.3

Banyak faktor yang dapat menyebabkan pneumonia diantaranya adalah

faktor host, infeksi maupun penyebab non infeksi. Pada anak-anak penyebab

pneumonia terbanyak adalah infeksi virus, infeksi bakteri hanya sekitar 10-30%

dari semua kasus pneumonia pada anak.4

Gejala klinis pneumonia meliputi gejala klinis penyakit yang

mendasarinya, dan juga terdapat gejala umum pneumonia sendiri yang meliputi

pilek, batuk, demam, sesak (napas cepat/napas cuping hidung), retraksi dinding

dada, sianosis. Dalam menegakkan diagnosis pneumonia meliputi gejala klinis

pneumonia, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

radiologis Sebagian besar pneumonia pada anak-anak sembuh dengan cepat dan

sempurna, pada pemerikksaan rontgen ditemukan hasil yang normal antara

minggu ke 6-8. Sedangkan sebagian kecil pneumonia pada anak-anak sembuh

lebih lama(>1 bulan) dan mungkin berulang.4

1

Page 9: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah infeksi akut perenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan

interstitiil.1 ditandai oleh demam, batuk, sesak (peningkatan frekuensi

pernapasan), napas cuping hidung, retraksi dinding dada dan kadang-kadang

sianosis.sedangkan bronkopneumonia adalah pneumonia yang disertai radang

yang meluas ke bronkus4

2.2 Epidemiologi Pneumonia

Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara

terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan penyebab

kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan Departemen

Kesehatan mendapatkan pneumonia penyebab kejadian dan kematian tertinggi

pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain

virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk

terjadinya dan beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan,

defisit imunologi, polusi, GE, dan aspirasi.5

2.3 Etiologi Pneumonia

Virus adalah penyebab paling banyak pneumonia pada anak-anak akan tetapi 20-

30% penyebabnya merupakan bakteri. Banyak faktor yang bisa meningkatkan

resiko pneumonia seperti cacat kongenital, kekurangan sistem imun oleh karena

suatu penyakit atau obat, penyakit genetik seperti tracheoesophageal fistula,

fibrosis cistik, sel bulan sabit, reflux gastroesophageal, aspirasi benda asing,

ventilasi mekanik, serta lama diopname di rumah sakit.5

Patogen penyebab pneumonia bermacam-macam, virus merupakan

penyebab pada kebanyakan kasus, seperti : adenovirus, respiratory syncytial,

parainfluenza, serta virus influenza. Pneumonia pada bayi baru lahir biasanya

disebabkan oleh organisme yang berasal dari organ genital wanita sewaktu dia

hamil, termasuk Group A dan B Streptococci, Moraxella catarrhalis merupakan

penyebab yang tidak umum atau jarang, Haemophillus influenza penyebab yang

2

Page 10: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

kasusnya semakin menurun karena telah ditemukan vaksinnya, Mycobacterium

tuberculosis, lung flukes penyebab pneumonia pada anak-anak.5

Mycoplasma pneumoniae, Streptococcus pneumoniae penyebab paling

umum kasus pneumonia pada anak-anak di atas 6 tahun, Chlamydia pneumoniae

menimbulkan infeksi pada anak-anak (5-14 tahun), beberapa kasus pneumonia

disebabkan oleh kontak langsung dengan binatang, seperti : Francisella tularensis

(kelinci), Chlamydia psittaci (burung), Coxiella burnetti (domba), Salmonella

choleraesuis (babi).5

Pneumococcus adalah bakteri diplococcus gram positif yang biasanya

sering ditemukan pada saluran pernapasan atas, infeksi serius biasanya disebabkan

oleh 14 serotipe, seperti 14,6,18,19,23,8,9,7,1 dan 3.5

Beberapa bakteri penyebab pneumonia pada anak usia > 1 bulan dengan

status imunkompeten dan imunokompromise disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Bakteri Penyebab Pneumonia

Imunokompeten ImunokompromiseBakteri Streptococcus pneumoniae Pseudomonas spp.

Haemophillus influenza EnterobacteriaceaeStaphylococcus aureus Legionella pneumophiliaGroup A Streptococci Nocardia spp.Bordetella pertusis Rhodococcus equiMoraxella catarrhalis Actinomyces spp.Yersinia pestis Anaerobis bacteriaPasteurella multocida Enterococcus spp.Brucella spp.Francisella tularensisNeisseria meningitidisSalmonella spp.

Agen serupa bakteri Mycoplasma pneumoniaeChlamydia pneumoniaeChlamydia trachomatisChlamydia psittaciCoxiella burnettiRickettsia ricketsii

3

Page 11: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Selain kuman yang menyebabkan timbulnya pneumonia, terdapat beberapa

faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang terjangkit pneumonia antara lain

berat badan lahir yang rendah, malnutrisi dan polusi udara seperti yang

ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Faktor Resiko Pneumonia

2.4 Patologi Pneumonia

Infitrasi atau konsolidasi jaringan intersisial dan parenkim paru oleh sel-sel

radang.4

2.5 Patogenesis Pneumonia

Infeksi pada paru-paru terjadi bila salah satu pertahanan tubuh diubah (barier

mekanik, otonom, sistem imun lokal atau sistemik) ketika tubuh diserang oleh

organisme virulen. Agen yang menyebabkan infeksi ini berasal dari inhalasi, atau

melalui pembuluh darah (endapan dalam darah). Tubuh berusaha untuk

membersihkannya dengan sistem respon tubuh.5

Pneumonia oleh karena bakteri pada parenkim paru menimbulkan

konsolidasi bila terjadi pada lobular paru (bronkopneumonia), bisa terjadi pada

4

Peningkatan resiko

terjadinya ARI

Faktor risiko kejadian pneumonia dari ARIFaktor risiko kejadian pneumonia dari ARI

Malnutrisi, riwayat pemberian ASI yang buruk

Defisiensi vitamin A

Berat badan lahir rendah

Cuaca dingin

Terpapar dengan polusi udara:Paparan asap rokokUdara lingkungan yang kotor pollution

Lack of immunization

Umur Muda

Crowding

Prevalensi pembawa pethogen yang tinggi

Page 12: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

lobar maupun interstitial. Diawali tahap ”Red Hepatization” dengan hiperemi

oleh karena pembesaran pembuluh darah, timbul eksudat intraalveolar, deposit

fibrin, infiltrasi neutrofil. Tahap selanjutnya disebut ”Gray Hepatization”

didominasi oleh deposit fibrin, disintegrasi sel inflamasi secara progresif,

kemudian terjadi resolusi (8-10 hari) dimana eksudat yang muncul dibersihkan

melalui mekanisme batuk dan dihancurkan dengan enzim pencernaan. Konsolidasi

dari jaringan paru menurunkan lung compliance dan kapasitas vital paru,

menyebabkan hipoksemia dengan kompensasi meningkatkan aliran darah ke paru

sehingga kerja jantung menjadi meningkat. Apabila meluas ke rongga pleura bisa

menimbulkan empyema. Penebalan fibrous terjadi pada tahap resolusi.5 Proses ini

dapat dilihat pada gambar 2.2.

Inokulasi pathogen melalui inhalasi / hematogen

Respon imun tubuh untuk ”Clearing Mechanism”

“Red Hepatization”

“Gray Hepatization”

Resolusi (fibrosis paru) Lung Compliance menurun

Blood flow meningkat

Kerja jantung meningkat

Gambar 2.2 Patogenesis Pneumonia

Kerusakan jaringan intersisial parenkim paru sebagai akibat inhalasi droplet dan

adanya fokus infeksi dalam tubuh selain bermanifestasi sebagai pneumonia, juga

dapat muncul sebagai pneumonitis dan bronkiolitis. Proses ini dapat disajikan

pada gambar 2.3.

5

Page 13: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Gambar 2.3 Proses terjadinya pneumonia

2.6 Klasifikasi 6

Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan anatomis dan etiologis

Pembagian anatomis meliputi :

Pneumonia lobaris

Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)

Pneumonia interstitialis (bronkiolitis)

Sedangkan pembagian secara etiologis meliputi :

Bakteri : Diplococcus pneumonia, pneumococus, Streptococcus aureus, dll

Virus : respiratory syncitial virus, virus influenza, adeno virus dll

Mycoplasma pneumonia

Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda

asing

2.7 Manifestasi Klinis

6

INHALASI DROPLET

ASPIRASI DLL

SALURAN NAFAS ATAS

SALURAN BAWAH

FOKUS INFEKSI(DLM TUBUH)

ALIRAN LIMFE

ALIRAN DARAH

JARINGAN INTERSISIAL PARENKIM PARU

1. PNEMONIA 2. PNEMONITIS( BRONKOPNEMONIA)

BRONKIOLITIS

Page 14: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Gejala klinis yang muncul tergantung dari umur pasien, dan pathogen

penyebabnya, sedangkan pada anak-anak bisa tidak muncul gejala.5 Pada neonatus

sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-

bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah

takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.1

Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk

(non produktif /produktif), takipneu, dan dispneu yang ditandai dengan retraksi

dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas,

batuk (non produktif / produktif ), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.

Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya napas cuping hidung.1

Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernapasan menurun. Fine crackles

(ronki basah halus) yang khas pada anak besar, bisa ditemukan pada bayi. Gejala

lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun,

suara panas menurun, dan terdengar fine crackles (ronki basah halus) di daerah

yang terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat gerakan

dada menurun waktu inspirasi anak berbaring ke arah yang sakit dengan kaki

fleksi. Rasa nyeri, dapat menjalar ke leher, bahu, dan perut.1

Pada bronkopneumonia gejala klinisnya adalah sebagai berikut3:

1. Gejala URI : Coryza, malaise, febris ringan, sneezing, 2-3 hari

2 Gejala infeksi saluran napas tengah dan bawah: Batuk, malaise, febris, dapat

wheezing, sesak

Febris:

- Dapat akut, tinggi sampai 39-40 C, meningkat cepat

- Fluktuatif

- Turun secara lisis

- Sering terjadi relaps oleh karena terjadi daerah

konsolidasi yang baru, berlangsung 3-4 minggu

- Pada anak yang lemah kadang-kadang : subfebril

Jantung paru :

- Nadi relatif lebih cepat dari lobar pneumonia

- Sesak

- Respirasi cepat dan dangkal dapat sampai 100 X permenit

7

Page 15: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

- Sering dengan grunting

- Pernapasan cuping hidung

- Sianosis sekitar mulut dan hidung

- Batuk variable, pada awalnya kering, kemudian produktif

Lain-lain:

- Gelisah dan cemas

- Muntah dan diarrhea

- Tampak sakit berat, gangguan respirasi lebih nyata dari

lobar pneumonia, sayu, pucat, lidah kering

Fisik :

- Tergantung luas infiltrat

- Sering negatif pada awal, bila menyatu : dullness

- Suara respirasi mengeras/ kasar, terutama dekat basal

paru-paru

- Ronki basah, nyaring, halus sampai sedang pada daerah

konsolidasi

- Retraksi ringan pada ICS terutama pada anak dibawah 2

tahun, karena dinding thorax lemah

- Perkusi : variable, normal, hipersonor (karena

emphysema komponsantoir), bila konsolidasi luas :

demping yang absolut

Stadium terminal : respirasi dan jantung ireguler cheyne stoke apneu

bradikardia nadi tak teraba gasping eksitus

2.8 Pemeriksaan Penunjang

2.8.1 Penilaian Laboratorium

Pada pasien pneumonia oleh karena bakteri jumlah sel darah putih

meningkat (neutrofil) (>15000/mm3), trombositosis terjadi lebih dari 90 %

anak dengan empyema. Hiponatremia akibat sekunder dari meningkatnya

hormon ADH. Sputum bisa menjadi bahan pemeriksaan pada orang dewasa

dan jarang diproduksi pada anak-anak dibawah 10 tahun, kualitas sputum

yang baik mengandung 25 polimorfonuklear sel per lapangan pandang.

8

Page 16: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Kultur darah positif hanya 3-11 % pasien pneumonia. Pemeriksaan antigen

bakteri pada serum dan urin mempergunakan latex particle aglutination atau

CIE memiliki sensitivitas dan spesivisivitas yang rendah. Teknik invasive

pada pasien pada pasien dengan efusi pleura bertujuan untuk memeriksa

cairan pleura atau dengan Flexible bronchoscopy (FB) dengan

bronchoalveolar lavage (BAL). Ada cara lain yakni open lung biopsy

dipergunakan bila cara invasif lainnya gagal dalam mendiagnosa akan tetapi

cara ini memiliki kelemahan seperti dapat membentuk broncopleural

fistula.5

2.8.2 Pemeriksaan Radiografi

Gambaran padat radiografi paru secara klasik dibagi menjadi 3, yaitu :

alveolar (disebabkan oleh pneumococcus dan bakteri lain), interstitial

pneumonia (disebabkan oleh virus atau mycoplasma), serta

bronkopneumonia (oleh karena S. aureus atau bakteri lain) memiliki pola

difus bilateral dengan meningkatnya batas peribronkial, adanya infiltrat

fluffy (seperti benang/rambut halus) yang kecil dan meluas ke perifer.

Staphylococcal pneumonia terkait dengan gambaran pneumatoceles dan

efusi pleura (empyema). Mycoplasma penyebab pneumonia memiliki pola

yang sama dengan pola bakteri atau virus, ditambah dengan adanya infiltrat

retikuler dan retikulonoduler yang terlokalisir pada satu lobus. Pada anak-

anak konsolidasi pneumonia berbentuk sferis menyerupai tumor pada

awalnya dan selanjutnya meluas, single dengan batas tidak jelas.5

2.9 Diagnosis Pneumonia

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang.3

2.10 Diagnosa Banding Pneumonia7

Beberapa diagnosa banding pneumonia antara lain :

1. Asma bronkiale

Umumnya asthma terdapat pada usia lebih dari 9-12 bulan, tapi terbanyak di

atas usia 2 tahun. Perlu pula diketahui, bahwa 10-30 % dari anak yang

menderita bronkiolitis setelah agak besar menjadi penderita asma.

9

Page 17: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Yang dapat membantu diagnosis asma diantaranya, ialah :

- Anamnesa keluarga : penderita asma positif atau penyakit atopik

- Serangan asma lebih sering berulang atau episodik.

- Mulai lebih akut seringkali tidak perlu didahului oleh adanya infeksi

saluran pernapasan bagian atas.

- Ekspirasi yang sangat memanjang

- Ronki lebih terbatas

- Pulmonary inflation lebih ringan

- Laboratoris ditemukan eosinofilia

- Reaksi terhadap bronkodilator pada umumnya nyata, juga epinephrine.

2. Bronchiolitis akut

- inflamasi di bronkiolus

- menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun

- karakteristik: napas yang cepat, dada tertarik, dan wheezing

- ditandai dengan respiratory distress dan overdistensi pada paru

- Gambaran radiologis didapatkan hiperinflasi paru, sela iga melebar,

penekanan diafragma dan sudut costoprenikus menyempit. Diameter AP

meningkat pada fotolateral.

2. Bronchitis Acuta

- Terjadi di bronchus

- Gejala obstruksi dan gangguan pertukaran tidak nyata atau ringan. Ronki:

basah, kasar

- Dapat berkembang menjadi bronkiolitis.

Pneumonia dengan penyebab bakteri maupun non bakteri dapat dilihat

dengan perbedaan diagnosis sepeerti yang tertera pada tabel berikut.

Tabel 2.2. Perbedaan Diagnosis

Bacterial Viral MycoplasmaUmur Semua Semua 5-15 tahunWaktu Musim dingin Musim dingin Semua tahunPermulaan Abrupt Variabel Tiba-tibaDemam Tinggi Variabel RendahNapas cepat dan dangkal

Umum Umum Tidak umum

10

Page 18: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Batuk Produktif Nonproduktif NonproduktifGejala yang menyertai

Mild coryza, sakit abdomen

Coryza (rhinitis akut) Bullous myringitis, pharingitis

Keadaan fisik Konsolidasi, sedikit crackle

Variabel Fine crackle, wheezing

Leukositosis Umum Variabel Tidak umumRadiografi Konsolidasi Infiltrate difus

bilateralVariabel

Efusi pleura Umum Jarang Kecil dalam 10-20%

2.11 Penatalaksanaan4

1. Oksigen

Bila terdapat tanda hipoksemia; gelisah, sianosis dan lain-lain. Cukup

40%. Kecepatan diperkirakan dari volume tidal dan frekuensi pernapasan.

Di bawah 2 tahun biasanya 2 ltr/ mnt; di atas 2 tahaun hingga 4 ltr/ mnt.

Perkiraan volume tidal menurut umur dan panjang badan dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 2.3. Perkiraan Volume Tidal menurut Umur dan Panjang Badan

Bayi( 50 cm )

5 tahun( 110 cm )

10 tahun( 130 cm )

15 tahun( 160 cm )

18 ml 200 ml 300ml 500 ml

2. Humiditas

Hanya bila udara terlalu kering, atau anak dengan intubasi/ trakeostomi.

Biasanya dengan mengalirkan melalui cairan.

3. Deflasi abdomen

Bila distensi abdomen mengganggu pernapasan. Dengan sonde lambung

(maag slang) atau sonde rektal (darm buis).

4. Cairan dan makanan bergizi

Cairan: a) komposisi paling sederhana D5; komposisi lain tergantung

kebutuhan. b) jumlah : 60-75 % kebutuhan total; beberapa penulis

menyatakan dapat diberikan sesuai kebutuhan maintenance.

Makanan : Bila tidak dapat peroral dapat dipertimbangkan intravena: asam

amino, emulasi lemak dan lain-lain.

5. Simtomatis

11

Page 19: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

a. Antipiretika bila terdapat hiperpireksia. Hindari asetosal karena dapat

memperberat asidosis.

b. Mukolitik/ ekspektorans. Tidak menunjukan faedah yang nyata.

c. Antifusif umumnya tidak diberikan.

d. Antikonvulsan; dapat dipertimbangkan bila kejang bukan karena

hipoksemia; dapat dicoba kloralhidrat 50mg/kg/hari ( dibagi 3 dosis )

atau diazepam 05-0.73/kg/kali, im/IV

6. Antiviral / antibiotika

a. Antiviral

Antiviral digunakan hanya untuk pnemonia viral yang berat/cenderung

menjadi berat yang disertai kelainan jantung atau penyakit dasar yang

lain. Penggunaan antiviral dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.4. Antiviral

Virus Anti virus Virus Anti virusResp. sinsitialVarisela

RibavirinAnsiklovir

Influensa- ASitomegalovirus

AmantdinGaniklovir

b. Antibiotika

pemilihan Antibiotik dibedakan menurut umur dan perkiraan asal infeksi,

yang dapat dilihat pada tabel 2.5 dan 2.6

Tabel 2.5. Antibiotik berdasarkan Usia

Usia Etiologi Rawat jalan Rawat inap0-2 minggu

2-4 minggu1-6 bulan

6 bulan – 6 tahun

Strep gr ( + ) Enterrobakt gr ( - )Idem = H. InfluensaPnemokok, H influ-ensa, Staf Aureus mungkin klamidia

Pnemokok, H influensa, Staf. Aureus

( - ) ( - )( - ) Eritro/ Sulfisoksasol

Eritra / sulfisoksasol atau amoksisilin/ klavulanat atau

Ampi + gentaAmpi + sefotaksinAmpi + seftriaksinSeftriakson / nafsilin + kloramfenikol EritromisinSeftriakson atau naf- silin + kloramfenikol

12

Page 20: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

6 tahunDengan gangguan imunologis

M. pnemonia, pnemokok Banyak penyebab

trimetoprimsulfa metoksasol Eritro atau penisilin (- )

Nafsilin atau eritroVankomisin dan sef tasidim

Tabel 2.6. Antibiotik berdasarkan Asal Infeksi

Asal infeksi Perkiraan Kuman

BeratSakit

Antibiotika

Lingkungan( komonitas )

Nosokomial

Aspirasi

Pnemokokus,H influensa,Mikoplasama

Enterobakteri gr( -) Staf, Aureus

Staf. Aureus, Pnemo-kok, Hinfluensa

Ringan

Berat

Ringan

Berat

Aminopenisilin: amoksisilin atau makrolid: eritomisinSefalosporin generasi II/II: sefuroksim + makrolid: eritomisin

Sefalosporin generasiII/III: sefuroksimSefalosporin generasiII/III: sefuroksim + aminoglikosida: gentamisinAminopenisilin: amoksilin + metronidasol

7. Obat khusus: tuberkulostatika dan lain-lain tergantung sebab.

8. Kortikosteroid: Kadang-kadang diberikan pada kasus yang berat

(konsolidasi masif ), atelektasis, infiltrasi milier ( dengan sesak dan

sianosis ). Jangka pendek.

2.12 Prognosis

Dengan terapi adekuat, mortalitas kurang dari 1%. Tergantung pada umur

anak, beratnya penyakit dan penyulit yang menyertai seperti5:

1. Apneu yang berkepanjangan

2. asidosis respiratorik berat yang tidak terkompensasi

3. dehidrasi berat yang tidak segera ditanggulangi

13

Page 21: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

4. disertai dengan kelainan lain seperti penyakit jantung congenital, cystic fibrosis

pancreas dan immunodefisiensi

2.13 Pencegahan

1. Perbaikan sosial ekonomi: perumahan, sanitasi, nutrisi, hygiene3

2. Imunisasi: terhadap infeksi lain, kadang menurunkan pula pneumonia3

3. Bila ada faktor predisposisi: pengobatan dini dan adekuat, bila mungkin

menjauhkan infeksi.3

4. Vaksin khusus: pneumococcus dengan vaksin 23-valent pneumococcal,

Haemophillus Influenza dengan Vaksin konjugat H. Influenza memiliki

jadwal yang rutin diberikan pada anak-anak, atau dengan rifampin

prophylaxis untuk yang beresiko tinggi terkena.4

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : NPAPA

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 8 Bulan 2 hari

Tempat/Tanggal Lahir : Gianyar/30 April 2013

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Sugriwa No.20 Padang Tegal Ubud

Tanggal MRS : 10 Desember 2013

Tanggal Pemeriksaan : 15 Desember 2013

3.2 Anamnesis

14

Page 22: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Riwayat Penyakit Sekarang:

Keluhan Utama : sesak

Heteroanamnesis (Ibu Pasien):

Pasien datang ke rumah sakit diantar oleh ibunya. Pasien dikeluhkan sesak sejak 2

hari SMRS (8 Desember 2013). Sesak dikatakan berupa napas yang lebih cepat

dari biasanya dan tampak tersengal-sengal yang mulai memberat kurang lebih 10

jam SMRS. Selain sesak pasien mengalami demam dan muntah.

Demam dikatakan terjadi sejak 2 hari SMRS (8 Desember 2013). Saat itu suhu

axila terukur 38oC, suhu badan turun dengan pemberian obat penurun panas.

Panas dikatakan naik turun dan menyebabkan pasien menjadi lebih rewel. Satu

hari SMRS suhu badan terukur setinggi 39.5oC. Keluhan demam juga disertai

dengan batuk.

Muntah dikatakan terjadi sejak satu hari SMRS. Muntahannya dikatakan berisi

susu yang diminumnya dan lendir dahak dengan volume kurang lebi 150 cc setiap

kali muntah, frekuensi 4-5 kali.

BAB dan BAK dikatakan masih sama seperti sebelum pasien sakit. Keluhan lain

seperti pilek, kejang, dan muncul bintik merah disangkal

Riwayat Pengobatan

Pada hari minggu, 8 Desember 2013 pasien dibawa ke dokter spesialis anak dan

diberikan antibiotik dan obat penurun panas. Dua hari kemudian keluhan pasien

dikatakan tidak membaik, sehingga pasien dibawa ke klinik mas dan disarankan

untuk rawat inap.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien dikatakan tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

Riwayat alergi obat dan makanan disangkal. Riwayat operasi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:

15

Page 23: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Dikatakan terdapat riwayat hipertensi di keluarga yang dialami oleh nenek pasien.

Ayah pasien dikatakan memiliki riwayat asma sejak kecil. Riwayat penyakit TBC,

demam berdarah, tifoid, dan campak di keluarga pasien disangkal.

Riwayat Sosial:

Pasien merupakan anak tunggal

Riwayat Imunisasi:

Pasien sudah melakukan imunisasi BCG, polio sebanyak 4 kali, hepatitis B

sebanyak 3 kali, DPT sebanyak 3 kali. Imunisasi campak dan lainnya belum

dilakukan.

Riwayat Persalinan:

Pasien lahir normal di rumah sakit ditolong oleh dokter dengan berat badan lahir

3300 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala dikatakan lupa. Pasien dikatakan

segera menangis dan tidak mengalami komplikasi pasca persalinan.

Riwayat Nutrisi:

Pasien diberikan ASI eksklusif on demand dari dari lahir sampai usia 1 bulan.

Saat itu ASI dihentikan karena ibu pasien menderita demam tifoid. Sejak usia 1

bulan hingga saat ini pasien mendapatkan susu formula on demand. Bubur susu

mulai diberikan sejak usia 4 bulan hingga saat ini dengan frekuensi 3 kali sehari.

Riwayat Perkembangan:

Pasien mulai bisa menegakan kepala pada usia 3 bulan, membalikan badan usia 4

bulan, duduk usia 6 bulan. Saat ini pasien belum bisa merangkak

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present:

Kesan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

16

Page 24: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Nadi : 114 x/menit

RR : 30 x/menit

Tax : 36.5oC

Skala nyeri : 0/10

Status General:

Kepala : Normocephali

Mata : anemia -/-, Ikterus -/- ,Refleks pupil +/+ isokor, mata cowong -/-

THT :

Telinga : Sekret : -/-

Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-)

Tenggorok : Faring hiperemi (-), Tonsil: T1/T1

Lidah : Mukosa lidah basah (+), sianosis (-)

Bibir : Mukosa bibir basah (+), sianosis (-)

Leher :

Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)

Palpasi : pembesaran kelenjar (-), kaku kudu (-)

Thoraks : simetris, retraksi (-)

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : thrill (-)

Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur ( - )

Paru

Inspeksi : gerakan dada simetris statis dinamis, retraksi

subcostal (-)

Palpasi : gerakan dada simetris

Perkusi : perkusi paru sonor, batas jantung paru dalam batas

normal

Auskultasi : bronkovesiculer +/+ , Ronchi -/-, Wheezing -/-

Abdomen :

17

Page 25: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Inspeksi : Distensi (-)

Auskultasi : Bising Usus (+) normal

Palpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan

(-), massa (-), distensi (-), Turgor: kembali cepat

Perkusi : Timpani

Ekstremitas :

CRT: < 2 detik

Status Antopometri:

BB : 8,1 kg

PB : 70,2 cm

BBI : 8 kg

Lingkar Kepala : 43 cm

LLA : 13 cm

Berat badan menurut umur : Z score 0,16 (normal)

Panjang badan menurut umur : Z score 0,62 (normal)

Berat badan menurut tinggi badan : Z score -0,14 (normal)

3.4 Pemeriksaan Penunjang:

Darah Lengkap (10 Desember 2013)

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

WBC 18.1 4,10-11,0

NEU 11.3 2,5-7,5

LYM 4.65 1,00-4,00

MONO 2.05 0,1-1,2

EOS 0.009 0,00-0,50

BASO 0.159 0,00-0,100

RBC 4.05 4,50-5,90

HGB 9.67 13,5-17,5

HCT 30.2 41,0-53,0

MCV 74.6 80,0-100,0

MCH 23.9 26,0-34,0

18

Hangat + + Edema - -

+ + - -

Page 26: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

MCHC 32.0 31,0-36,0

RDW 13.4 11,6-14,8

PLT 419 150-440

MPV 5.75 6,80-10,0

Kimia Darah (10 Desember 2013)

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

Ferritin 154.5 13-400

CRP 24.5 0.0 – 0.50

Pemeriksaan Radiologi (10 Desember 2013)

Cor: besar dan bentuk kesan normal

Pulmo: tampak infiltrat di suprahiler paracardial kiri

Sinus pleura: kanan kiri tajam

Diafragma: kanan kiri normal

Tulang-tulang: tidak tampak kelainan

Kesan: suspek pneumonia

3.5 Diagnosis:

Pneumonia berat (membaik) + Anemia ringan hipokromikmikrositer e.c susp

defisiensi besi dd/ penyakit kronis + Gizi Baik

3.6 Penatalaksanaan:

Terapi:

O2 1 liter per menit via nasal kanul

Kebutuhan cairan 725 ml per hari

o Mampu minum 225 ml/hari

o IVFD D5 ¼ NS ~ 500 ml ~ 20 tetes mikro per menit

Cefotaxime 50 mg/kg/hari ~ 350 mg setiap 8 jam

Nebulisasi ventolin 0.7 ml + NaCl 0.9 % 4 ml setiap 6 jam + suction dahak

Ambroxol syrup 3.5 mg ~1.2 ml setiap 8 jam

19

Page 27: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Diagnostik:

Kultur darah dua sisi

Blood smear + retikulosit

Monitoring: Vital Sign, Keluhan

KIE: Kondisi pasien, pengobatan, rencana tindakan

BAB IV

LAPORAN KUNJUNGAN

4.1 Identitas

Nama : NPAPA

Tempat/ tanggal lahir : Gianyar / 30 April 2013

Umur : 8 bulan 2 hari

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Sugriwa No.20 Padang Tegal Ubud

Agama : Hindu

Suku : Bali

Pendidikan : Belum sekolah

Tanggal Kunjungan : 29 Desember 2013

20

Page 28: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Tabel 1. Susunan anggota keluarga

No Nama keluarga Umur (th) Status Pendidikan Pekerjaan

1.

2.

3..

KSD

NNM

NPAPA

24 tahun

22 tahun

8 bulan

Ayah penderita

Ibu penderita

Penderita

D3

D3

Belum sekolah

Wiraswasta

Pegawai swasta

4.2 Heteroanamnesis (Ayah dan Ibu Kandung Pasien)

Riwayat penyakit saat ini

Saat pemeriksaan dilakukan, pada penderita tidak didapatkan adanya

keluhan sesak maupun demam. Penderita dikatakan tidak mengalami tidak batuk,

ataupun pilek. Buang air kecil dikatakan normal, warna jernih kekuningan. Buang

air besar dikatakan normal dengan warna kuning, konsistensi lembek, tidak ada

darah ataupun lendir, dan frekuensi 1-2 kali sehari, biasanya pada pagi hari. Saat

ini penderita diberikan bubur susu 3x sehari . Penderita dikatakan minum susu

dengan kuat. Susu yang diminum adalah susu Dancow sebanyak lebih kurang

100cc, 4 kali dalam sehari.

Riwayat Penyakit dan Riwayat Pengobatan

Penderita mulai dirawat di RSUP Sanglah (10/12/13), dimana 2 hari

sebelumnya (8/12/13) orangtua pasien mengeluhkan pasien sesak dan tampak

tersengal sengal sejak pagi hari. Demam dikatakan sejak hari Minggu (8/12/13)

saat itu suhu aksila terukur 38 º C, dimana panas dikatakan turun dengan obat

penurun panas. Panas naik turun, dengan suhu tertinggi 39,5 º C . Pasien juga

mengeluhkan muntah berisi susu yang diminum dan lendir dahak, volume ± 50 cc

tiap kali muntah, frekuensi 4-5 kali.

Riwayat Prenatal

Ibu penderita menikah satu kali sejak tahun 2013. Penderita merupakan

kehamilan pertama. Saat hamil anak pertama ini, ibu penderita berusia 23 tahun.

Selama hamil, ibu penderita rutin melakukan kontrol kehamilan di bidan setiap

bulan. Selama hamil, ibu pasien pernah memeriksakan kandungannya di dokter

21

Page 29: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

spesialis kandungan selama 2 kali. Dalam masa kehamilan juga pernah di USG

pada usia kehamilan 7 bulan dan dikatakan jenis kelaminnya perempuan. Ibu

penderita biasanya mengonsumsi makanan sesuai dengan apa yang bisa ia

sediakan untuk keluarga dan dirinya sendiri. Saat hamil ia juga tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan, jamu, alkohol atau merokok. Ibu penderita tidak

pernah mengalami sakit maupun kecelakaan (trauma) selama masa kehamilannya.

Selama kehamilan ibu penderita tetap bekerja seperti biasa di kantor travel yang

letaknya dekat dengan rumah.

Riwayat persalinan

Penderita dilahirkan di RS secara spontan dengan usia kehamilan 9 bulan,

saat dilahirkan penderita langsung menangis dengan berat badan lahir 3300 gram,

panjang badan 43 cm, anus (+). Penderita dirawat selama 2 hari sebelum

diperbolehkan pulang.

Riwayat imunisasi

Penderita dikatakan sudah mendapat beberapa imunisasi, seperti:

Hepatitis B sebanyak 3 kali

BCG 1 kali

Polio sebanyak 3 kali

DPT sebanyak 3 kali

Riwayat nutrisi

Ibu penderita memberikan ASI eksklusif hanya sampai usia 1 bulan. ASI

eksklusif dihentikan oleh ibu pasien karena saat itu Ibu pasien menderita demam

tifoid. Mulai usia 1 bulan setelah ibunya sakit demam tifoid, pasien mulai

diberikan susu formula. Disamping itu, penderita juga diberikan bubur susu sejak

umur 4 bulan dengan frekuensi 3 kali sehari. Makanan tambahan seperti biskuit,

dan pisang diberikan diberikan sejak usia 6 bulan secara selang-seling

Riwayat Tumbuh Kembang

Personal Sosial

22

Page 30: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

- Melambaikan Tangan (Da-da) : 8 bulan

- Menyatakan Keinginan : 8 bulan

- Tepuk Tangan : 7 bulan

- Berusaha meraih makanan : 4 bulan

Motorik Halus

- Mengambil 2 kubus : 7 bulan

- Memindahkan kubus ke tangan lain : 7 bulan

- Meraup manik-manik : 7 bulan

Bahasa

- Papa Mama berpengertian : 7 bulan

- Mengoceh : 7 bulan

- Kombinasi 2 suku kata yang sama : 7 bulan

- Papa Mama Asal bunyi : 6 bulan

Motorik Kasar

- Bangun duduk sendiri : 7 bulan

- Bangkit sendiri untuk berdiri : 7 bulan

- Berdiri dengan pegangan : 7 bulan

- Duduk tanpa ditopang : 5 bulan

Pertumbuhan dan perkembangan pasien termasuk baik untuk anak

seusianya. Berdasarkan pemeriksaan Denver II didapatkan :

Personal sosial = normal

Motorik halus = normal

Bahasa = normal

Motorik kasar = normal

Interpretasi Denver II pada pasien ini adalah normal

Riwayat pribadi dan sosial

Penderita merupakan anak pertama di keluarganya. Ayah penderita

merupakan seorang wiraswasta yang bergerak di bidang desain grafis. Ayah

penderita mengaku mendapat penghasilan sekitar 1.500.000. Ibu penderita saat ini

bekerja di salah satu travel yang terletak di Ubud. Ibu penderita mengaku

mendapat penghasilan sekitar 1.000.000. Penghasilan dari Ayah dan Ibu penderita

23

Page 31: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga, terutama kebutuhan

pangannya. Ayah penderita lulusan D3 desain grafis dan Ibu penderita lulus D3

pariwasata. Orang tua pasien mengaku menikah muda dimana saat menikah usia

Ibu penderita adah 21 tahun sedangkan ayah pasien berusia 24 tahun

4.3 Pemeriksaan fisik

Status Present

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

N : 140 kali/ menit, reguler, teraba kuat.

RR : 40 kali/ menit, reguler.

T ax. : 36,2 C

BB : 8,1 kg

PB : 70,2 cm

BBI : 8 kg

Lingkar Kepala : 43 cm

LLA : 13 cm

Status gizi

1. Waterlow : (BB/BBI) x 100% = 101,25% ~ gizi baik

2. Z score (bb/tb) : 0.96 SD terletak antara – 2 SD dan + 2 S D

(kriteria normal)

WHO Antro :

Berat badan menurut umur : Z score 0,16 (normal)

Panjang badan menurut umur : Z score 0,62 (normal)

Berat badan menurut tinggi badan : Z score -0,14 (normal)

Interpretasi WHO antro untuk penderita tersebut adalah gizi baik

3. Lingkar kepala menurut Kurva Nellhaus terletak di antara -2 SD dan +2

SD kriteria normocepali

Status generalis

Kepala : normocepali

24

Page 32: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Mata : konjungtiva pucat (-) , ikterus (-) , RP +/+ isokor

THT :

Telinga : sekret (-)

Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (-), cyanosis (-)

Tenggorok : faring: Hiperemis (-)

tonsil: T1/T1 Hiperemis (-)

Lidah : kotor (-) sianosis (-)

Bibir : mukosa basah (+)

Leher : pembesaran kelenjar (-)

Thoraks :

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis tidak teraba

Auskultasi : S1S2 tunggal reguler mur-mur (-)

Paru-paru

Inspeksi : bentuk torak simetris, gerakan dada simetris,

retraksi (-)

Palpasi : gerakan dada simetris

Auskultasi : broncho vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Aksila : pembesaran kelenjar (-)

Abdomen :

Inspeksi : distensi (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : hepar-lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani

Turgor kembali normal

Genitalia : tidak ada kelainan

Inguinal : pembesaran kelenjar (-)

Ekstremitas : akral hangat (+), cyanosis (-), edema (-) CRT < 2 detik

Status Pubertas: Perempuan: M1P1

4.4 Diagnosis klinis

25

Page 33: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Post pneumonia berat dengan wheezing + Anemia hipokromik mikrositer

e.c Anemia defisiensi besi dd/penyakit kronis

4.5 Keadaan Lingkungan Rumah

Penderita tinggal di sebuah rumah yang ditempati oleh 4 KK dimana

masing-masing KK memiliki bangunan tersendiri. Pasien tinggal bersama kedua

orang tuanya, dengan susunan seperti pada gambar 3.1.

Gambar 1. Denah Rumah

26

Bangunan 3

Rumah pasien

Bangunan 2

Bangunan 1

Bale

Pintu depan

Kamar mandi

TEMPAT TIDUR

Teras

Ruang keluarga

Dapur

Page 34: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Gambar 2. Situasi lingkungan rumah penderita

4.6 Analisa Kasus

4.6.1 Kebutuhan dasar anak

Kebutuhan fisik biomedis (ASUH)

1. Kebutuhan pangan/gizi

Orang tua penderita menyatakan bahwa mereka selalu mengusahakan untuk

memenuhi kebutuhan pangan penderita. Karena penderita saat ini

mengkonsumsi susu formula dan bubur susu, orang tua selalu berusaha untuk

mencukupi kebutuhan penderita.

Analisis gizi :

Asupan : 100 cc setiap 2 jam 1200 cc per hari

Kebutuhan kalori : 110-120 kkal/kgBB/hari

110-120 kkal x 7,6 kg = 836 – 912 kkal

Kebutuhan cairan : 140-150 ml/kgBB/hari

140-150 ml x 7,6 kg = 1064 – 1140 ml

Asupan gizi yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan yang diperlukan.

2. Sandang

Keperluan sandang kurang dianggap sebagai prioritas dalam keluarga, namun

cukup diperhatikan. Mereka membeli pakaian baru saat ada uang lebih atau

saat hari raya. Namun dari pengamatan, kebersihan dari pakaian penderita

dan keluarganya cukup diperhatikan, karena ibu mencuci pakaian anak dan

anggota keluarga lainnya setiap hari.

3. Papan

Penderita tinggal di Jalan Sugriwa No. 20 Padang Tegal Ubud. Rumah ini

merupakan rumah kontrakan, yang baru ditempatinya sejak 5 tahun yang lalu.

Rumah tersebut dihuni oleh keluarga inti penderita. Penderita dan orang

tuanya tidur sekamar yang berukuran 4 x 3,5 meter, dengan dinding semen

bercat, lantai dari keramik, dan ventilasi dengan 1 jendela yang menghadap

27

Page 35: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

ke ruang keluarga sehingga menyebabkan kamar menjadi gelap karena sinar

matahari tidak masuk ke kamar dan pengap karena sirkulasi udara yang tidak

lancar ditambah pintu yang lebih sering ditutup. Rumah keluarga tersebut

hanya memiliki satu kamar mandi dan WC serta pemakaiannya secara

bersama-sama. Kondisi kamar mandi terkesan banyak cucian yang

menumpuk, dan tidak bersih. Sumber air didapatkan dari PDAM. Lingkungan

rumah keluarga cukup tertata rapi dan bersih.

4. Perawatan kesehatan

Keluarga penderita merupakan keluarga yang mempercayakan kesehatannya

kepada paramedis. Bapak penderita menyebutkan bahwa apabila ada keluhan

sakit dari anaknya maka akan langsung dibawa ke puskesmas ataupun ke

rumah sakit. ASI diberikan oleh ibunya hanya sampai pasien berusia 1 bulan.

Sehingga ibu memberikan susu formula untuk anaknya, atas anjuran dari

dokter atau bidan. Penimbangan berat badan penderita masih tetap rutin

dilakukan oleh bapaknya di puskesmas Perawatan kesehatan bagi penderita

merupakan suatu prioritas dalam keluarga, kepercayaan perawatan kesehatan

diberikan kepada paramedis dan bukan alternatif.

5. Waktu bersama keluarga

Ibu penderita bekerja sebagai pegawai swasta pada salah satu agen travel,

sedangkan ayahnya bekerja sebagai wiraswasta sebagai design grafis, bekerja

dari jam 08.00-17.00. Ayah penderita sering meluangkan waktu bersama

penderita sepulang dari bekerja.

Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)

Orang tua penderita terlihat menyayangi penderita, terlihat dengan

kedekatan penderita dengan orang tuanya saat kunjungan. Ibu lebih berperanan

dalam hal perawatan dan pengawasan penderita sehari-harinya. Walaupun

penderita tidak mendapat ASI dari ibunya, namun hubungan antara penderita

demgan ibunya tetap terjalin erat dan ibu tetap memberikan perhatian dengan

28

Page 36: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

selalu berusaha memenuhi kebutuhan gizi anak sesuai dengan yang dianjurkan

oleh dokter.

Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)

Sehari-hari penderita menghabiskan waktunya di rumah. Ibu penderita

jarang sekali mengajaknya untuk keluar rumah. Penderita juga lebih banyak

menghabiskan waktunya untuk tidur. Penderita lebih sering diasuh oleh ibunya.

Bila penderita sedang diasuh/digendong orang lain, penderita tidak rewel.

Hubungan penderita dengan orang tua cukup dekat. Dari segi stimulasi,

permainan edukatif untuk penderita masih kurang karena ketidaktahuan ibu

mengenai pentingnya stimulasi pada umur ini karena nantinya dapat

mempengaruhi personal sosial, motorik halus, motorik kasar dan bahasanya.

Perkembangan penderita secara umum baik.

4.6.2 Analisis Bio-Psiko-Sosial

Biologis

Saat ini pada penderita tidak ditemukan keluhan sesak ataupun keluhan

lainnya. Namun jika dilihat dari kurva CDC, tinggi berbanding umur dan berat

berbanding umur, keduanya memperlihatkan bahwa penderita berada dalam

keadaan normal jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya.

Psikologis

Kedua orang tuanya memberikan perhatian yang cukup terhadap penderita

terutama masalah kesehatannya. Kedua orang tuanya secara sabar dan rutin selalu

menjaga interaksi dengan penderita, yaitu dengan mengajaknya bermain,

berbicara, dan tidur bersama. Ibu penderita begitu begitu sabar dalam meluangkan

waktu untuk merawat penderita.

Sosial

29

Page 37: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Aktivitas penderita selama ini sangat dipengaruhi oleh penyakit yang

dideritanya. Karena umurnya yang masih kecil, penderita menjadi rewel bila

keluhan sesak, batuk atau pilek muncul. Walaupun demikian, penderita mau

diasuh oleh anggota keluarga lain selain kedua orang tuanya dan tidak rewel.

Lingkungan rumah

Penderita tinggal di sebuah rumah keluarga yang sudah ditempati ayah

penderita sejak kecil.. Penderita dan orang tuanya tidur sekamar yang berukuran 4

x 3,5 meter, dengan dinding semen bercat dan lantai dari keramik. Ventilasi

kamar hanya berasal dari 1 jendela yang menghadap keruang keluarga yang

menyebabkan kamar menjadi gelap karena sinar matahari tidak langsung masuk

ke dalam kamar. Sirkulasi udara yang tidak lancar ditambah pintu yang lebih

sering ditutup membuat kamar menjadi pengap. Sumber air didapatkan dari

PDAM. Lingkungan rumah keluarga cukup tertata rapi dan bersih.

4.7 KIE

Asuh

Memberikan penjelasan pada orang tua penderita untuk selalu menjaga

kesehatan terutama gizi penderita dengan selalu berusaha memberikan

asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhan penderita.

Menyarankan pada keluarga penderita untuk rutin kontrol ke

poliklinik baik ke poliklinik tumbuh kembang ataupun poliklinik anak

untuk mencegah terjadinya pneumonia berulang dan memantau

pertumbuhan dan perkembangan yang dialami penderita.

Asah

Memberikan informasi kepada orang tua untuk aktif menstimulasi anaknya

misalnya dengan menelungkupkan badan dan meletakkan mainan di depan

penderita sehingga penderita terangsang untuk menegakkan kepalanya.

Asih

30

Page 38: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

Memberikan penjelasan tentang pentingnya hubungan erat antara

penderita dengan orang tua dan keluarga besar yang lain pada tahun

pertama kehidupan.

31

Page 39: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

BAB IV

SIMPULAN

Adapun simpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut.

1. Kondisi kesehatan pasien semenjak dari rumah sakit sudah membaik, tidak

ada sesak, demam, maupun keluhan lain seperti yang dikeluhkan

sebelumnya. Makan, minum, dan aktivitas dikatakan sudah seperti

sebelum sakitnya terjadi.

2. Berdasarkan skrining dengan Denver II, sampai saat pemeriksaan pasien

memiliki riwayat perkembangan yang normal pada aspek personal sosial,

motorik halus, motorik kasar, dan bahasa

3. Kebutuhan gizi dari pasien sudah terpenuhi dengan baik dan sudah sesuai

dengan kebutuhan yang diperlukan dan hal ini diperkuat dengan status gizi

pasien yang didapatkan dalam rentang yang cukup. Keperluan sandang

belum menjadi prioritas tetapi kebersihannya masih tetap diperhatikan.

Keadaan ventilasi dari tempat tinggal pasien dirasakan tidak baik dan

menyebabkan ruangan tampak gelap dan pengap.

4. Kebutuhan emosi dari pasien terpenuhi dengan baik, orang tua pasien

terlihat sudah memberikan perhatiannya secara cukup. Kebutuhan

stimulasi pasien dinilai kurang dan hal ini terjadi akibat ketidaktahuan Ibu

mengenai pentingnya stimulasi pada periode umur ini.

5. Berdasarkan analisis bio-psiko-sosial tidak ditemukan permasalahan yang

berarti. Penyakit yang dialami oleh pasien dirasakan sangat mempengaruhi

aktivitas pasien tetapi tidak mengganggu interaksi pasien dengan keluarga

yang merawat pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.

Edisi I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2004

32

Page 40: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

2. Suraatmaja S, Soetjiningsih. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan

Anak RSUP Sanglah Denpasar. Cetakan II. Denpasar: Lab/SMF ILmu

Kesehatan Anak FK Unud/RSUP Sanglah; 2000

3. Chernick V, Boat TF, Edwin L. Disorders of The Respiratory Tract in

Children. 6th ed. USA: WB Saunders Company; 1998; p.473-483

4. Suwendra P. Beberapa Penyakit Respirasi Akut Pada Anak. Dalam: Penyakit

Infeksi dan Pediatri Social. Denpasar: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Udayana; 1981

5. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson. Pneumonia. Dalam: Nelson Textbook of

Pediatrics. 17th ed. Philadelphia: WB Saunders Company; 2002 p.1415-1417

6. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Pneumonia. Dalam: Buku Kuliah 3: Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

1985. hal 1229-1234

7. Atkuri LV, King BR. Pediatrics Pneumonia. Available:

http://www.emedicine.com (Accessed: 2013, Desember 31)

33

Page 41: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

LAMPIRANDokumentasi

34

Page 42: PBL Kelompok I Ped_Pneumonia

35