laporan pbl merokok kelompok 2

Upload: dian-utami

Post on 14-Apr-2018

266 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    1/30

    1

    SISTEM RESPIRASI

    LAPORAN PBL

    MEROKOK

    OLEH : KELOMPOK 2

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2011

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    2/30

    2

    SISTEM RESPIRASI

    LAPORAN PBL

    MEROKOK

    OLEH :

    KELOMPOK 3

    Dian Utami C 111 09 134

    Fatimah Yunikartika Akbar C 111 09 252

    Astari Pratiwi Nuhrintama C 111 09 270

    Hardiansyah Muslimin C 111 09 008

    Alvin Adrean Jiwono C 111 09 115Rizky Amalia Ramahani C 111 09 290

    Ilham Djamaluddin C 111 09 308

    Yusri Asri C 111 09 327

    Andi Riskayani C 111 09 345

    Frinidya C 111 09 364

    Nur Raisah Ulfah C 111 09 382

    Chandra C 111 09 401

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2011

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    3/30

    3

    SKENARIO

    Seorang laki-laki 56 th datang ke rumah sakit karena batuk hebat & sesak napas. Ia

    memiliki riwayat sesak berulang sejak 3 tahun lalu dan semakin memburuk terutama selama

    3 bulan terakhir. Hasil pemeriksaan tanda vital: suhu 37oC, denyut nadi adalah 104x/mnt, dan

    pernafasan 34x/menit yang tampak terengah-engah pada pemeriksaan dada. Dokter

    melakukan tes spirometry dan hasilnya menunjukkan PEF 50% dari nilai prediksi. Tes yang

    oksimetri 84%. Dia adalah seorang perokok berat yang mulai merokok sejak ia berusia 15

    tahun. Dia biasanya merokok 2 bungkus rokok per hari, tapi sejak gejala penyakitnya makin

    berat ia hanya merokok 1 bungkus per hari

    KATA KUNCI

    Laki-laki 56 tahun Batuk hebat kronik Sesak napas Suhu normal Takikardi Takipneu PEF 50% Tes Oksimetri 84% Riwayat merokok berat

    ISTILAH

    SpirometriAlat untuk mengukur aliran udara yang masuk dan keluar paru dan dicatat dalam

    grafik volume per waktu

    PEFPengukuran jumlah aliran udara maksimal yang dpat dicapai saat ekspirasi paksa

    Tes OksimetriTes untuk memantau saturasi oksigen arteri. Nilai normalnya 95%

    PERTANYAAN

    1. Bagaimanakah anatomi, fisiologi dan histologi saluran pernafasan?2. Apa sajakah kandungan rokok?3. Bagaimanakah mekanisme gejala pada skenario?

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    4/30

    4

    4. Penyakit apa sajakah yang mungkin diderita pasien tersebut?ANALISIS PERTANYAAN

    1. Anatomi sistem respirasiPernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke

    dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari

    oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang

    kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan

    CO2 hasil dari metabolisme .

    a. Hidung

    Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat

    septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.

    Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis

    media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.

    b. Faring

    Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di

    bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang

    leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel

    getah bening.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    5/30

    5

    c. Laring

    Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan

    bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.

    Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh

    sel epitelium berlapis.

    d. Trakea

    Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 1620 cincin yang terdiri dari tulang

    rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    6/30

    6

    agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut

    sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama

    dengan udara pernapasan.

    e. Bronkus

    Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis

    IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.

    Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 68 cincin

    dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 912 cincin dan mempunyai 2 cabang.

    Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat

    gelembung paru yang disebut alveolli.

    f. Paru-paruMerupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah

    tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

    Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring,

    trakea, bronkus, dan bronkiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi

    oleh membran mukosa yang bersilia. Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak

    suara. Laring merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan

    mengandung pita suara. Di antara pita suara terdapat ruang berbentuk segitiga yang bermuarake dalam trakea dan dinamakan glotis.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    7/30

    7

    Fisiologi sistem respirasi

    Pertukaran gas pada manusia, umumnya terjadi dalam tiga fase, yaitu bernafas

    (breathing), transpor gas melalui sistem sirkulasi, dan pertukaran gas antara kapiler darah

    dengan sel tubuh. Pada saat burung atau mamalia menghirup udara (inhalase), O2 akan masuk

    ke dalam paru-paru, sedangkan pada saat mengeluarkan udara (exhalase), maka CO 2

    dikeluarkan dari paru-paru ke lingkungan luar. Tranpor gas melalui sistem sirkulasi, dimulai

    dari proses difusi O2 dari paru-paru ke kapiler darah. Oksigen kemudian dibawa oleh

    hemoglobin darah ke sel-sel tubuh. Pada saat bersamaan, darah juga berperan dalam CO2

    transpor dari jaringan ke paru-paru. Fase ke tiga pertukaran gas terjadi di dalam jaringan

    tubuh, dimana se-sel menerima O2 dari darah dan memberikan CO2 ke darah. Oksigen di

    dalam sel-sel tubuh digunakan untuk pembakaran molekul-molekul makanan untuk

    mendapatkan energi, dengan proses yang disebut respirasi seluler.

    Organ respirasi pada manusia meliputi rongga nasal, laring, trakea, bronkus,

    bronkiolus, dan alveolus. Paru-paru manusia terdapat dalam rongga dada, yang dibatasi oleh

    diafragma dengan rongga perut.

    Udara dari rongga hidung (dapat juga dari rongga mulut), masuk ke laring, kemudian

    ke trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Pada saluran udara dari rongga hidung sampai

    ke paru-paru, dilindungi oleh epitelium yang lembab. Silia dan mukus merupakan elemen

    pembersih. Mukus sebagai perangkap bagi debu, pollen, dan kontaminan yang lain.

    Alveoli (tunggal: alveolus), berbentuk seperti sekumpulan buah anggur. Satu dari

    paru-paru kita, mengandung jutaan alveoli. Di alveoli ini terjadi pertukaran gas O2 dari

    kapiler darah ke alveoli dan CO2 dari olveoli ke kapiler darah. Setelah bekerja berat, seperti

    berlari atau olah raga, maka laju pernafasan akan lebih cepat. Pada saat menghembuskan

    nafas, sejumlah CO2 dilepaskan.

    Proses respirasi berlangsung beberapa tahap, yaitu:

    a. Ventilasi, yaitu pergerakan udara ke dalam dan ke luar paru

    b. Pertukaran gas di dalam alveol dan darah. Proses ini disebut pernapasan luar

    c. Transportasi gas melalui darah

    d. Pertukaran gas antara darah dengan sel-sel jaringan. Proses ini disebut pernapasan dalam.

    http://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/tiga_fase.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/diffusi.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/co2_transport.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/co2_transport.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/co2_transport.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/co2_transport.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/organ_respirasi.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/diffusi.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/diffusi.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/organ_respirasi.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/co2_transport.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/co2_transport.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/diffusi.jpghttp://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/bio100/Gambar/respirasi_hw/tiga_fase.jpg
  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    8/30

    8

    e. Metabolisme penggunaan oksigen di dalam sel serta pembuatan karbondioksida yang

    disebut juga pernapasan seluler

    Fase-FaseRespirasi

    Kebanyakan orang mengira respirasi hanya sekedar proses keluar-masuknya udara dari paru,

    atau istilah awamnya pernapasan (breathing). Menurut definisi ilmiah, respirasi adalah proses

    di mana oksigen diperoleh dari lingkungan dan dibawa ke sel-sel tubuh. Karbon dioksida

    diangkut ke luar tubuh dengan arah berlawanan.

    Respirasi terdiri atas tiga fase:

    * Ventilasi paru, yang merupakan pertukaran udara antara atmosfer dan alveolus. Ini

    biasanya dilakukan dengan inhalasi dan ekshalasi ketika bernapas.

    * Pertukaran gas eksternal, yang terjadi di paru ketika oksigen (O2) berdifusi dari alveolus

    ke dalam darah dan karbon dioksida (CO2) berdifusi keluar dari darah untuk dibuang.

    * Pertukaran gas internal, yang terjadi di jaringan ketika oksigen berdifusi dari darah ke

    dalam sel, sedangkan karbon dioksida meninggalkan sel untuk masuk ke dalam darah.

    Pertukaran gas memerlukan hubungan erat antara sistem pernapasan dan sitem sirkulasi,

    karena darah sirkulasi dibutuhkan untuk mengangkut oksigen ke dalam sel dan mengangkut

    karbon dioksida balik ke paru. Istilah respirasi juga digunakan untuk melukiskan proses

    terkait yang terjadi di tingkat sel. Pada respirasi seluler, oksigen diambil ke dalam sel dan

    digunakan pada pemecahan nutrien dengan pelepasan energi. Karbon dioksida adalah produk

    sisa respirasi seluler.

    Ventilasi

    Ventilasi adalah perpindahan udara keluar masuk paru, yang pada keadaan normal terjadi

    dengan bernapas.

    Ada dua fase ventilasi :

    * Inhalasi, atau inspirasi, yakni penghirupan udara ke dalam paru

    * Ekshalasi , atau ekspirasi, adalah pembuangan udara dari paru.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    9/30

    9

    Pada inhalasi, atau fase aktif dari pernapasan, otot-otot pernapasan berkontraksi untuk

    memperbesar rongga dada. Selama pernapasan tenang, gerakan diafragma berperan untuk

    sebagian besar dari peningkatan volume toraks. Diafragma merupakan otot yang kuat

    berbentuk kubah dan melekat ke dinding tubuh di sekeliling dasar sangkar iga. Kontraksi dan

    pendataran drafragma menyebabkan gerakan ke bawah seperti piston yang menambah

    dimensi vertikal dari dada. Otot-otot lain yang ikut serta dalam pernapasan adalah otot

    interkostal eksterna dan interna. Otot-otot ini berjalan pada sudut berbeda dalam dua lapis

    antara iga. Ketika otot-otot interkosta eksterna berkontraksi untuk inhalasi, sangkar iga

    terangkat ke arah atas dan luar. Letakkan telapak tangan anda pada kedua sisi sangkar iga

    untuk merasakan aksi ini saat anda menghirup udara. Selama inhalasi kuat, sangkar iga

    bergerak lebih ke atas dan keluar oleh kontraksi otot-otot dalam leher dan dinding dada.

    Ketika ukuran rongga dada bertambah, tekanan gas dalam rongga menurun.Fenomena ini mengikuti hukum fisika yang menyatakan bila volume tertentu dari suatu gas

    meningkat, maka tekanan akan menurun. Kebalikannya, bila volume berkurang ,tekanan

    meningkat. Jika ada meniup balon yang kenyal dan tidak mudah berkembang, partikel-

    partikel gas akan berdekatan dan akan sering memukul balon, sehingga menciptakan tekanan

    yang besar.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    10/30

    10

    Jika leher balon dilepas, maka balon akan langsung kembali ke bentuk asalnya Bila

    anda meniup ke balon yang lunak dan mudah berkembang, partikel-partikel gas akan

    menyebar ke daerah yang lebih luas dan tidak akan sering mengenai dinding balon. Jika gas

    dikeluarkan, akan terlihat bekas jari. Jadi, tekanan dalam rongga dada menurun saat toraks

    mengembang. Ketika tekanan menurun sedikit di bawah tekanan udara di luar paru, udara

    akan tertarik ke dalam paru, seperti tersedot. Kelenturan paru dan rongga dada untuk

    mengembang disebut compliance. Elastisitas normal dari jaringan paru, yang dibantu oleh

    surfaktan, memungkinkan paru untuk mengembang pada tekanan dan terisi cukup udara

    selama inhalasi. Compliance berkurang bila paru menahan ekspansi. Kondisi-kondisi yangbisa mengurangi compliance meliputi penyakit-penyakit yang merusak atau membentuk

    jaringan parut pada paru, akumulasi cairan dalam paru, defisieinsi surfaktan, dan gangguan

    kerja otot pernapasan

    Tegangan permukaan di dalam alveoli membantu mengembalikan paru ke ukuran

    seula. Selama ekshalasi kuat, otot-otot interkosta interna berkontraksi, menarik dasar sangkar

    iga ke dala dan ke bawah. Otot-otot dinding abdomen akan berkontraksi, mendorong visera

    abdomen ke arah atas untuk bersandar ke diafragma yang relaksasi.

    Udara memasuki jalan napas dan mengalir melalui bronkus yang bercabang-cabang. Makin

    ke arah distal, gerakan makin lambat dan akhirnya tidak ada aliran maju saat udara mencapai

    alveoli. Udara yang masuk bercampur dengan udara residual yang tinggal di saluran napas,

    sehingga gas akan tersebar rata. Setiap napas menyebabkan relatif sedikit perubahan dalam

    komposisi gas alveoli, namun pernapasan normal yang kontinyu menjamin adanya oksigen

    yang cukup dan membuang karbon dioksida. Pada ekshalasi, atau fase pernapasan pasif, otot-

    otot pernapasan relaksasi, memungkinkan iga dan diafragma kembali ke posisi semula.Jaringan paru bersifat elastis dan kembali ke ukuran semula ketika ekshalasi.

    http://d/IIS%20PUNYA/respirasi%20internet/twinsis%20itrade_berkas/gambar-2.jp
  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    11/30

    11

    2. Kandungan RokokRokok tentu tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatannya, yakni tembakau. Di

    Indonesia, tembakau ditambah cengkih dan bahan-bahan lain dicampur untuk dibuat rokok

    kretek. Selain kretek, tembakau juga dapat digunakan sebagai rokok linting, rokok putih,

    cerutu, rokok pipa, dan tembakau tanpa asap (chewing tobacco atau tembakau kunyah).

    Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat, nitrogen

    oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbarzol, dan kresol. Zat-zat

    ini beracun, mengiritasi, dan menimbulkan kanker (karsinogen).

    NIKOTIN

    Zat yang paling sering dibicarakan dan diteliti orang, meracuni saraf tubuh, meningkatkan

    tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan

    dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang diisap oleh orang dewasa

    setiap hari sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Di Amerika Serikat, rokok putih yang

    beredar di pasaran memiliki kadar 8-10 mg nikotin per batang, sementara di Indonesia

    berkadar nikotin 17 mg per batang.

    TIMAH HITAM (Pb)

    Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok (isi 20

    batang) yang habis diisap dalam satu hari akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas

    bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa dibayangkan,

    bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2 bungkus rokok per hari, berapa banyak zat

    berbahaya ini masuk ke dalam tubuh!

    GAS KARBONMONOKSIDA (CO)

    Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin

    dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan dengan oksigen yang

    sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada

    oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya di sisi hemoglobin. Jadilah, hemoglobin

    bergandengan dengan gas CO. Kadar gas CO dalam darah bukan perokok kurang dari 1

    persen, sementara dalam darah perokok mencapai 415 persen. Berlipat-lipat!

    TAR

    Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan

    bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam rongga mulut sebagai uap

    padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    12/30

    12

    permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40

    mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 2445 mg.

    DAMPAK PARU-PARU

    Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan

    paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus

    bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga

    penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru,

    terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

    Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada

    fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama

    terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan

    penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.

    Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir

    ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya

    kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab

    utama terjadinya kanker paru-paru.

    Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai

    bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan

    dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30

    kali lebih sering.

    PEROKOK PASIF

    Perokok Pasif adalah orang-orang yang tidak merokok, namun menjadi korban rokok

    karena turut mengisap asap sampingan(di samping asap utama yang dihembuskan balik oleh

    perokok). Ada dua macam asap rokok yang mengganggu kesehatan. Asap utama

    (mainstream), adalah asap yang dihisap oleh si perokok. Asap sampingan (sidestream),

    adalah asap yang merupakan pembakaran dari ujung rokok, kemudian menyebar ke udara

    Asap sampingan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, karena tidak melalui proses

    penyaringan yang cukup. Dengan demikian pengisap asap sampingan memiliki resiko yang

    lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. Perokok pasif memiliki resiko

    yang cukup tinggi atas kanker paru-paru dan jantung koroner, serta gangguan pernafasan.

    Bagi anak-anak di bawah umur, terdapat resiko kematian mendadak akibat terpapar asap

    rokok. Setidaknya tercatat 4000 kematian perokok pasif per tahun di US.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    13/30

    13

    Efek merokok pada perokok pasif adalah :

    Pada dewasa:

    1. Efek terhadap Otak dan Kejiwaan, Stroke2. Rambut berbau tidak sedap3. Mata berair, kebutaan4. Iritasi hidung5. Kanker paru, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Asthma, Emphysema6. Penyumbatan Pembuluh Arteri, Serangan jantung, Angina7. Pada wanita hamil; Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), keguguran spontan, lahir mati,

    komplikasi saat melahirkan.

    Pada Anak-anak:

    1. Rambut berbau tidak sedap2. Berhubungan dengan tumor otak, yang berefek jangka panjang, dan berpengaruh

    terhadap kejiwaan

    3. Mata berair, kebutaan4. Otitis Media Kronik5. Pneumonia, Asthma, gejala saluran pernafasan kronik, dan penurunan fungsi paru6. Menurunnya penyerapan oksigen7. Meningkatnya penyerapan nikotin8. Berhubungan dengan limfoma (kanker kelenjar getah bening)

    TERAPI

    Terapi Farmakologis

    Terapi ini adalah terapi dengan menggunakan obat yang bernama Varenicline. Varenicline

    adalah obat tidak bernikotin pertama yang secara khusus diciptakan untuk berhenti merokok.

    Obat ini bekerja sebagai reseptor yang dapat mengurangi gejala kecanduan. Varenicline

    memiliki cara kerja yang unik dengan menghalangi nikotin yang menempel pada otak.

    Varenicline juga mampu mengurangi rasa nikmat yang ditimbulkan oleh rokok jika seorang

    pasien merokok kembali. Terapi ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu; untuk tahap

    awal, pasien diberikan dosis awal Varenicline sebanyak 0,5 mg selama beberapa hari. Setelah

    itu dilanjutkan dengan 1 mg Varenicline hingga dosis tetap Varenicline yang harus diminum

    dua kali sehari.

    http://dokternasir.web.id/2009/03/rokok-gerbang-menuju-tumor-paru.htmlhttp://dokternasir.web.id/2009/03/anda-nyeri-dada-waspadai-serangan-jantung.htmlhttp://dokternasir.web.id/tag/efek-adiksi-nikotinhttp://dokternasir.web.id/tag/efek-adiksi-nikotinhttp://dokternasir.web.id/2009/03/anda-nyeri-dada-waspadai-serangan-jantung.htmlhttp://dokternasir.web.id/2009/03/rokok-gerbang-menuju-tumor-paru.html
  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    14/30

    14

    Terapi Pengganti Nikotin

    Terapi pengganti nikotin adalah pemberian zat pengganti nikotin dalam dosis kecil dan

    bertahap untuk mengurangi gejala kecanduan menagih kembali nikotin (withdrawal

    symptoms). Ada empat bentuk terapi pengganti nikotin ini, yaitu bentuk temple, permen,

    semprot, dan hirup. Kombinasi di antaranya dinyatakan menghasilkan rata-rata waktu

    berhenti merokok yang lebih panjang dibandingkan terapi tunggal. Terapi ini sebaiknya

    melibatkan jasa konseling dokter, dokter gigi, farmasi, atau penyedia layanan kesehatan

    lainnya.

    3. Mekanisme Gejala Pada SkenarioBATUK

    Batuk dapat dicetuskan secara volunter atau refleksif. Sebagai refleks defensif, batuk

    mempunyai jaras aferen dan eferen. Jaras aferen termasuk reseptor di dalam serabut sensorik

    saraf trigeminus, glosofaringeus, laringeus superius dan vagus. Jaras eferen termasuk saraf

    laringeus rekuren (yang menyebabkan penutupan glotis) dan saraf spinalis (yang

    menyebabkan kontraksi otot-otot abdominal dan toraks). Urutan batuk terdiri dari stimulus

    yang sesuai yang memulai inspirasi dalam. Keadaan ini diikuti oleh penutupan glotis,

    relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan glotis yang tertutup sehingga menghasilkantekanan dalam jalan napas dan intratoraks positif maksimal.

    Tekanan intratoraks positif ini menyebabkan penyempitan trakea, yang ditimbulkan

    oleh lipatan ke dalam membrana posterior yang lebih lentur. Begitu glotis terbuka, kombinasi

    perbedaan tekanan yang besar antara jalan napas dan atmosfer yang disertai penyempitan

    trakea ini menyebabkan laju aliran melalui trakea mendekati kecepatan suara. Tekanan

    pembersihan yang timbul membantu eliminasi mukus dan benda-benda asing. Sirkuit pendek

    trakeostomi dan tuba endotrakeal mencegah penutupan glotis. Oleh karena itu, keduanya

    menurunkan efektivitas mekanisme batuk.

    Biasanya sesak dicetuskan oleh adanya alergen atau bahan pirogen dari luar. Adanya

    alergen yang masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan reaksi imun yang terdapat tubuh

    akan berusaha melawan dengan cara mengeluarkan mediator-mediator seperti TNF alfa dan

    IL-1, IL-6. TNF alfa yang dihasilkan akan menekan reseptor saraf yaitu nervus vagus

    sehingga timbullah refleks berupa batuk.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    15/30

    15

    Namun, hubungan antara batuk berlendir dan sesak juga dapat dijelaskan melalui

    mekanisme peradangan atau inflamasi yang disebabkan oleh bakteri atau virus yang

    menyerang sistem pernapasan. Alveoli yang sudah terisi oleh pengeluaran sekret yang

    berlebihan akan menyebabkan pertukaran gas oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan

    sel darah merah akan mengalami gangguan. Sehingga mekanisme kompensasi yang

    dihasilkan oleh tubuh adalah terjadinya hipoventilasi. Adanya hipoventilasi akan

    menyebabkan terjadinya peningkatan kadar karbondioksida dalam tubuh sehingga otak akan

    memberi perintah kepada tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang berkurang

    sehingga otot-otot pernapasan akan dipaksa untuk bekerja dan timbullah sesak napas.

    SESAK

    Sesak napas atau dispnea terjadi bila kerja pernapasan berlebihan. Peningkatan

    generasi tekanan diperlukan otot pernapasan untuk menimbulkan perubahan volume yang

    diberikan jika dinding dada atau paru kurang lentur atau jika resistensi terhadap aliran udara

    ditingkatkan. Peningkatan kerja pernapasan juga terjadi bila ventilasi berlebihan untuk

    tingkat aktivitas. Meskipun seseorang lebih mudah menjadi dispnetik bila kerja pernapasan

    ditingkatkan, teori kerja tidak menerangkan perbedaan persepsi antara napas dalam dengan

    beban mekanis normal dan napas dalam batas normal dengan peningkatan beban mekanis.

    Kerja mungkin merupakan hal yang sama dengan kedua pernapasan, tetapi yang normaladalah dengan peningkatan beban akan disertai dengan rasa tidak nyaman.

    Sebenarnya, dengan beban respirasi, seperti penambahan resistensi pada mulut,

    terdapat peningkatan haluaran pusat pernapasan, yang diukur dengan indeks terbaru, yang

    tidak sesuai terhadap peningkatan kera pernapasan. Setiap saat tekanan yang ditimbulkan otot

    selama pernapasan mendekati beberapa fraksi kemampuan yang menimbulkan tekanan

    maksimalnya, yang dapat bervariasi di antara individu, dispnea terjadi karena transduksi

    mekanis terhadap rangsangan saraf. Sangat mungkin, dalam keadaan ini, sinyal dari paru dan

    atau jalan udara beredar melalui saraf vagus ke sistem saraf pusat untuk menimbulkan

    sensasi.

    Pada semua kemungkinan, beberapa mekanisme yang berbeda bekerja pada tingkat

    yang berbeda dalam berbagai situasi klinis yang disertai dispnea. Terdapat hubungan antara

    deskriptor sensorik dispnea dan metode dengan dispnea yang diinduksi pada subyek normal.

    Selain itu, terdapat hubungan antara kelompok deskripsi sensorik tertentu dan proses penyakit

    yang menyebabkan dispnea.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    16/30

    16

    4. Diagnosis penyakit yang mungkin Tuberculosis Paru Kanker Paru

    Penyakit Paru Obstruktif Kronik Asma

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    17/30

    17

    INFORMASI TAMBAHAN

    BRONKTIS KRONIS

    DEFINISI

    Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan

    tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara

    (Samer Qarah, 2007). Definisi bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi

    dahak tidak lebih dari tiga minggu (Samer Qarah, 2007). Definisi bronkitis kronis adalah

    batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling

    sedikit 2 tahun berturut-turut.

    ETIOLOGI

    1. Merokok

    merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan

    resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah

    rokok yang dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).

    2. Polusi

    udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren

    karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat

    kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O,

    hidrokarbon, aldehid, ozon.

    3. Defisiensi alfa-1 antitripsin

    Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada

    sekitar 5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum)

    karena protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan penting dalam

    mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase (Rubenstein, et al.,

    2007).

    4. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan

    industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen

    sufilda, sulfur dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.

    5. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita

    bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta

    menyebabkan kerusakan paru bertambah.

    7. Virus, bakteri (Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae) dan

    organisme lain sepertiMycoplasma pneumoniae.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    18/30

    18

    EPIDEMIOLOGI

    Di Amerika Serikat, menurut National Center for Health Statistics, kira-kira ada 14 juta

    orang menderita bronkitis. Lebih dari 12 juta orang menderita bronkitis akut pada tahun

    1994, sama dengan 5% populasi Amerika Serikat. Di dunia bronkitis merupakan masalah

    dunia. Frekuensi bronkitis lebih banyak pada populasi dengan status ekonomi rendah dan

    pada kawasan industri. Bronkitis lebih banyak terdapat pada laki-laki dibanding wanita.

    Data epidemiologis di Indonesia sangat minim (Samer Qarah, 2007)

    PATOLOGI

    Kelainan utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus

    bronkus, dimana dapat menyebabkan penyempitan pada saluran bronkus, sehingga diameter

    bronkus ini menebal lebih dari 30-40% dari normal. Terdapat juga peradangan difus,

    penambahan sel mononuklear di submukosa trakeo bronkial, metaplasia epitel bronkus dan

    silia berkurang. Yang penting juga adalah perubahan pada saluran napas kecil yaitu sekresi

    sel goblet, bukan saja bertambah dalam jumlahnya akan tetapi juga lebih kental sehingga

    menghasilkan substansi yang mukopurulen, sel radang di mukosa dan submukosa, edema,

    fibrosis peribronkial, penyumbatan mukus intraluminal dan penambahan otot polos.

    PATOFISIOLOGI

    Pada bronkitis terjadi penyempitan saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat menyebabkan

    obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronik, disebabkan karena

    perubahan pada saluran pernapasan kecil, yang diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih

    sempit, berkelok-kelok dan kadang-kadang terjadi obliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga

    oleh metaplasia sel goblet. Saluran pernapasan besar juga menyempit karena hipertrofi dan

    hiperplasia kelenjar mukus. Pada penderita bronkitis saat terjadi ekspirasi maksimal, saluran

    pernapasan bagian bawah paru akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup. Hal ini akan

    mengakibatkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang, sehingga penyebaran udara

    pernapasan maupun aliran darah ke alveoli tidak merata. Timbul hipoksia dan sesak napas.

    Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah paru dan

    polisitemia. Terjadi hipertensi pulmonal yang dalam jangka lama dapat menimbulkan kor

    pulmonal.

    MANIFESTASI KLINIK

    1. Batuk berdahak.

    Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya pasien

    mengalami batuk produktif di pagi hari dan tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    19/30

    19

    akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi

    purulen atau mukopurulen.

    2. Sesak nafas

    Bila timbul infeksi, sesak napas semakin lama semakin hebat. Terutama pada musim

    dimana udara dingin dan berkabut.

    3. Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).

    4. Wheezing (mengi).

    Saluran napas menyempit dan selama bertahun-tahun terjadi sesak progresif lambat

    disertai mengi yang semakin hebat pada episode infeksi akut (McPhee, et al., 2003).

    5. Pembengkakan pergelangan kaki dan tungkai kiri dan kanan.

    6. Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan. Bronkitis

    infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah,

    menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Pada

    bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam

    tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu (Anonim,

    2004).

    DIAGNOSIS

    1. Anamnesis : riwayat penyakit yang ditandai tiga gejala klinis utama (batuk, sputum,

    sesak) dan faktor-faktor penyebabnya.

    2. Pemeriksaan fisik.

    a. Bila ada keluhan sesak, akan terdengar ronki pada waktu ekspirasi maupun

    inspirasi disertai bising mengi.

    b. Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shape chest(diameter anteroposterior

    dada meningkat).

    c. Iga lebih horizontal dan sudut subkostal bertambah.

    d. Perkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,

    pekak jantung berkurang.

    e. Pada pembesaran jantung kanan, akan terlihat pulsasi di dada kiri bawah di pinggir

    sternum.

    f. Pada kor pulmonal terdapat tanda-tanda payah jantung kanan dengan peninggian

    tekanan vena, hepatomegali, refluks hepato jugular dan edema kaki.

    3. Pemeriksaan penunjang.

    a. Pemeriksaan radiologi.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    20/30

    20

    Ada hal yang perlu diperhatikan yaitu adanya tubular shadow berupa bayangan garis-

    garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang

    bertambah.

    b. Pemeriksaan fungsi paru.

    Terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR yang bertambah dan KTP yang normal.

    Sedang KRF sedikit naik atau normal. Diagnosis ini dapat ditegakkan dengan

    spirometri, yang menunjukkan (VEP) volume ekspirasi paksa dalam 1 detik < 80%

    dari nilai yang diperkirakan, dan rasio VEP1 : KVP

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    21/30

    21

    pasien yang mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat pertumbuhan

    dan membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya

    dalam 7-10 hari selama periode eksaserbasi.

    Pemberian

    moxifloxacin 400 mg sekali sehari aman dan dapat ditoleransi dengan

    baik, sangat efektif untuk pengobatan enfeksi saluran napas oleh bakteri,

    terutama bronkitis, pneumonia komunitas dan sinusitis dengan perbaikan

    gejala yang cepat (Setiawati, et al., 2005).

    b. Terapi oksigen.Diberikanjika terjadi kegagalan jalan napas karena hiperkapnia dan

    berkurangnya sensitivitas terhadap CO2. Pemberian oksigen jangka panjang

    (> 15 jam/hari) meningkatkan angka bertahan hidup pada pasien dengan

    gagal napas kronis (Rubenstein, et al., 2007).

    c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum.d. Bronkodilator.

    Untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di dalamnya adrenergik

    b dan antikoligernik, dan gejala agonisB, pasien dapat diberikan sulbutamol 5

    mg dan atau ipratropium bromida 250 mikrogram diberikan tiap 6 jam dengan

    nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5 g iv secara perlahan.

    4. Terapi jangka panjang.a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25-

    0,5/hari dapat menurunkan eksaserbasi akut.

    b. Bronkodilator. Tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiappasien, maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif

    dari fungsi faal paru.

    c. Fisioterapi.d. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.e. Mukolitik dan ekspektoran.f. Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II

    dengan PaO2 < 7,3 kPa (55mmHg).

    g. Rehabilitasi.Postural drainage, perkusi dan vibrasi dada digunakan untuk mengeluarkan

    mukus. Untuk memperbaiki efisiensi ventilasi, penderita dapat berlatih napas

    tipe abdominal dan purse lips. Untuk merehabilitasi fisiknya, kepercayaan

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    22/30

    22

    terhadap dirinya dan meningkatkan toleransi latihan, dapat dilakukan latihan

    fisis yang teratur secara bertingkat dan dilatih untuk melakukan pekerjaan

    secara efisien dengan energi sedikit mungkin.

    PROGNOSIS

    Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung pada umur dan gejala

    klinisnya. Pada eksaserbasi akut, prognosis baik dengan terapi. Pada pasien bronkitis kronik

    dan emfisema lanjut dan VEP1 < 1 litersurvival rate selama 5-10 tahun mencapai 40%.

    TUBERKOLOSIS PARU

    DEFINISI

    Tuberkolosis Paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium

    Tuberculosis. Tuberkolosis paru merupakan salah satu penyakit pernapasan bagian bawah.

    ETIOLOGI

    Mycobacterium Tuberculosis

    Mycobacterium Bovis

    PATOMEKANISME

    Mycobacterium tuberculosis dapat masuk melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan

    dan lika terbuka pada kulit melalui inhalasi droplet dari orang-orang yang telah terinfeksi

    basil tuberkel masuk ke alveolus kemudiuan terjadi radang di lobus atas dan bawah dan

    guympalan basil tuberkel tertahan di hidung dan cabangbesar bronkus dimana gumpalan basil

    ini tidak menjadi suatu penyakit. Radang pada lobus atas dan bawah paru kemudian akan

    difagosit oleh leukosit dan makrofag. Penderita dapat sembuh. Di lain pihak bakteri

    berkembang biak di sitoplasma makrofag kemudian kuman bersarang di jaringan paru dan

    membentuk sarang pneumonia tuberkulosis kecil. Ada dua kemungkinan: 90% sembuh

    sendiri, 10% terjadi TB pasca primer yang menyebabkan sarang membesar dan

    menghancurkan jaringan ikat sekitar dan bagian tengah nekrosis membentuk jaringan keju

    yang kemudian dibatukkan. Terbentuk kavitas (lesi kecil dengan jumlah bakteri yang banyak.

    ANAMNESIS TAMBAHAN

    Keluhan : batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada, wheezing, dispneu, keringat

    malam, anoreksia, malaise, gangguan menstruasi, demam, menggigil

    PEMERIKSAAN FISIS TAMBAHAN

    Didapatkan kelainan berupa:

    Inspeksi : daerah yang terkena penyakit akan berkurang gerakannya, lemahbadan, menggigil

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    23/30

    23

    Palpasi : pergeseran trakea, mediastinum, fossa supraclavicularis daninfraclavicularis, pergerakan dada tidak simetris

    Perkusi : tanda-tanda konsolidasi paru

    Auskultasi : didapatkan suara napas bronko-vaskuler atau bronki, didapatkanbronkofoni, suara bisik, ronki kasar pada daerah yang mengandung banyak sekret

    GEJALA KLINIS

    Demam Batuk Batuk berdarah Sesak napas

    Keringat malam Anoreksia Gangguan menstruasi Lemah badan

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Beberapa jenis pemeriksaan penunjang:

    Gambaran radiologi

    Tampak gambaran fibrosis, kavitas, kelainan noduler dengan bermacam-macam ukuran serta proses eksudatif pada tuberkolosis menahun yang telah

    mengalami penyembuhan sebagian jaringan paru

    Kelainan akibat penyebaran hematogen, bersifat difus atau simetris kecil-kecil(milier)

    Efusi pleura unilateral, bayangan berawan Lesi minimal mengenai sebagian kecil dari satu atau dua paru dengan luas

    tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrosternal junction dari

    iga kedua dan processus spinosus dari vertebra thoracalis IV atau corpus

    vertebra thoracalis V dan tidak dijumpai kavitas

    Lesi sedang mengenai seluas satu paru Lesi luas lebih luas dari lesi sedamg

    Pemeriksaan laboratorium Dahak : BTA didapatkan nilai positif 3x Uji tuberkulin

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    24/30

    24

    Pemeriksaan darah : LED meningkat, Leukosit dapat normal atau sedikitmeningkat, hemoglobin turun

    Cairan pleuraPENATALAKSANAAN

    Obat anti tuberkulosis (OAT):

    Obat lini utama

    Rifampisin(R) Isoniazid(H) Pirazinamid(Z) Etambutol(E) Streptomicin(S)

    Obat lini kedua

    Quinolon Kanamisin MakrolideTreatment

    categoryPatients TB treatment regimens

    I New cases:

    Sputum smear (+) 2HRZE (S)/4H3R3

    /4HR

    /6HE

    Sputum smear (-): far advanced

    Severe extra-pulmo TB

    II Old cases:

    Sputum smear (+)

    Relaps, failure

    2HRZES-1HRZE/5H3R3E3

    /5HRE

    III New cases:

    Sputum smear (-): minimal lession

    Less severe extra-pulmo TB

    2HRZ/4H3R3

    /4HR

    /6HE

    IV Old cases:

    Chronic case

    Rujuk ke dokter spesialis

    PROGNOSIS

    Dengan pengobatan yang teratur dan adekuat maka prognosis pasien baik. Akan tetapi,

    dengan pengobatan tidak teratur meskipun adekuat prognosis dapat menjadi buruk.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    25/30

    25

    ASMA

    DEFINISI

    Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena

    hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini

    bersifat sementara.

    ETIOLOGI

    Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap

    rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan.

    Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu

    binatang, asap, udara dingin dan olahraga.Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang

    melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan

    pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran

    udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha

    sekuat tenaga supaya dapat bernafas.

    Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab

    terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di sepanjang bronki melepaskan

    bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya: - kontraksi ototpolos -

    peningkatan pembentukan lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit

    mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai

    benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu

    binatang.

    Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama

    terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan

    kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.

    Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan

    bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran udara.

    PATOGENESIS

    Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang

    melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan

    lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saluran_pernafasan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyempitan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Debuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Olahragahttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Diameterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Udarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Tenagahttp://id.wikipedia.org/wiki/Selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mastosithttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Darah_putihhttp://id.wikipedia.org/wiki/Debuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Rumahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Alergihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Reaksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Olah_ragahttp://id.wikipedia.org/wiki/Streshttp://id.wikipedia.org/wiki/Streshttp://id.wikipedia.org/wiki/Olah_ragahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Reaksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Alergihttp://id.wikipedia.org/wiki/Rumahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Debuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Darah_putihhttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Mastosithttp://id.wikipedia.org/wiki/Selhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tenagahttp://id.wikipedia.org/wiki/Udarahttp://id.wikipedia.org/wiki/Diameterhttp://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/wiki/Olahragahttp://id.wikipedia.org/wiki/Debuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paruhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyempitan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Saluran_pernafasan&action=edit&redlink=1
  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    26/30

    26

    bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga

    supaya dapat bernafas.

    Sel-sel tertentu di dalam saluran nafas (terutama sel mast) diduga bertanggungjawab

    terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang bronki melepaskan

    bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan terjadinya:kontraksi otot polos

    peningkatan pembentukan lendirperpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Sel mast

    mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai

    benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu

    binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi

    yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin.

    Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien. Sel lainnya

    (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma melepaskan bahan lainnya

    (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan saluran nafas.

    MANIFESTASI KLINIS

    Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang

    berbunyi ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu

    subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah ketika

    pagi dan berbagai faktor lainnya.

    Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada waktu bernafas tidak

    dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas yang sempit dan hal ini juga yang

    menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik pada saat bernafas. Pada penderita asma,

    penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa pengerutan dan tertutupnya saluran

    oleh dahak yang dirpoduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk

    mengeluarkan dahak tersebut. Gambar dibawah ini adalah gambar penampang paru dalam

    keadaan normal dan saat serangan asma.

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    27/30

    27

    Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya, pada saat

    serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk, sesak napas hebat dan

    bahkan sampai seperti tercekik), tetapi di luar serangan dia sehat-sehat saja (bisa main tenis 2

    set, bisa jalan-jalan keliling taman, dan lain-lain). Inilah salah satu hal yang membedakannya

    dengan penyakit lain (keluhan sesak pada asma adalah revesibel, bisa baik kembali di luar

    serangan, sementara pada PPOK adalah irreversible , tetap saja sesak setiap waktu).

    DIAGNOSIS

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.

    Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaanspirometri berulang. Spirometri

    juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran udara dan untuk memantau

    pengobatan.

    Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit alergi bisa membantu

    menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika diagnosisnya masih

    meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya asma,

    maka bisa dilakukan bronchial challenge test.

    PENATALAKSANAAN

    Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan

    segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan pengobatan rutin untuk

    mencegah serangan.

    Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan

    asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh

    olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-

    adrenergik.

    Bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya

    adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit

    kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-

    adrenergik(yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit

    efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan

    lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua

    reseptor beta-adrenergik.

    Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya

    berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kulithttp://id.wikipedia.org/wiki/Jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Kepalahttp://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Efekhttp://id.wikipedia.org/wiki/Efekhttp://id.wikipedia.org/wiki/Paru-paruhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kepalahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Kulit
  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    28/30

    28

    panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan

    untuk mencegah serangan.

    Bronkodilatortersedia dalam bentuktablet, suntikan atau inhaler(obat yang dihirup) dan

    sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam

    saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara

    yang mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat

    menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung

    lebih lambat.

    Jenis bronkodilatorlainnya adalah theophylline. Theophylline biasanya diberikan per-oral

    (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai

    kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena

    (melalui pembuluh darah).

    Jumlah theophylline di dalam darahbisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara

    ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang

    terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormalatau kejang. Pada saat pertama kali

    mengkonsumsi theophylline, penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah. Kedua efek

    samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada

    dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi

    (jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan),

    muntah, dan kejang.

    Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi

    gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap corticosteroid akan

    menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi

    kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.

    Tetapi penggunaan tablet atau suntikan corticosteroidjangka panjang bisa menyebabkan:

    gangguan proses penyembuhan luka terhambatnya pertumbuhan anak-anak hilangnya kalsium dari tulang perdarahan lambung katarak prematur peningkatan kadar gula darah penambahan berat badan kelaparan kelainan mental.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Tablethttp://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mual&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dosishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Denyut&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Denyut&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Dosishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mual&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pembuluh_darahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tablet
  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    29/30

    29

    Tablet atau suntikan corticosteroidbisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi

    serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler

    corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak

    dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya. Corticosteroid per-oral (ditelan)

    diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan

    gejala asma.

    Cromolin dan nedocromildiduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast

    dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini

    digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan. Obat ini

    terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. Obat ini sangat aman,

    tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.

    Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan

    menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus

    oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada

    penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.

    Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton) merupakan obat

    terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan

    leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala

    asma).

    PENCEGAHAN

    Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan

    yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah

    raga.

    PROGNOSIS

    Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir menunjukkan

    kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi berisiko yang berjumlah kira-kira 10

    juta. Namun, angka kematian cenderung meningkat di pinggiran kota dengan fasilitas

    kesehatan terbatas.

    Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik ditemukan

    pada 50 sampai 80 persen pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan timbul pada

    masa kanak-kanak. Jumlah anak yang menderita asma 7 sampai 10 tahun setelah diagnosis

  • 7/30/2019 Laporan PBL Merokok Kelompok 2

    30/30

    pertama bervariasi dari 26 sampai 78 persen, dengan nilai rata-rata 46 persen; akan tetapi

    persentase anak yang menderita penyakit yang berat relative rendah (6 sampai 19 persen).

    Tidak seperti penyakit saluran napas yang lain seperti bronchitis kronik, asma tidak

    progresif. Walaupun ada laporan pasien asma yang mengalami perubahan fungsi paru yang

    irreversible, pasien ini seringkali memiliki tangsangan komorbid seperti perokok sigaret yang

    tidak dapat dimasukkan salam penemuan ini. Bahkan bila tidak diobati, pasien asma tidak

    terus menerus berubah dari penyakit yang ringan menjadi penyakit yang berat seiring

    berjalannya waktu. Beberapa penelitian mengatakan bahwa remisi spontan terjadi pada kira-

    kira 20 persen pasien yang menderita penyakit ini di usia dewasa dan 40 persen atau lebih

    diharapkan membaik dengan jumlah dan beratnya serangan yang jauh berkurang sewaktu

    pasien menjadi tua.