lapsus mola

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit trofoblas gestasional (PTG) adalah sekelompok penyak khorion janin. Berdasarkan gambaran proliferasi abnormal trofoblas pada pemeriksaan patologi anatomi, PTG terdiri dari mola hidatidosa, korio aden koriokarsinoma dan plasental site trophoblastic tumor . 1 ola hidatidosa sebagai pe trofoblas gestasional jinak dibagi atas mola komplit dan mola par se!ara makros dan histopatologis 1," ola #idatidosa di masyarakat umum dikenal dengan kehamilan insiden mola hidatidosa bervariasi dari populasi yang ada diberba ada, di %merika &erikat 1'1 kehamilan, ropa 1'" kehamilan. %sia berkisar 1'* kehamilan yang mana di %sia Tenggara angka kejadian + kali lebih sering terjadi pada usia reproduktif (1* -* tahun), danpada multipara. adi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola akan lebih besar. / 0asus mola hidatidosa dapat terjadi berulang pada kehamilan berikutny molahidatidosa berulang (re!urrent hydatidiform mole) yang mana terjadi se!ara ber turut atau diselingi oleh kehamilan normal. esiko terjadi mola h 1 kehamilan mola dan kejadiannya berkisar antara ,2 3 ",*4 3 terutama pada mola hidatidosa komplit. 1,/ Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai sal trofoblas. 1.2 Tujuan Tujan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan hidatidosa dari segi klinis dan kedokteran keluarga 1.3 Manfaat enambah pengetahuan medis terhadap penyakit mola hidatidosa kedokteran keluarga BAB II LAPORAN KAU 1

Upload: fahmi-majid-al-maghfur

Post on 08-Oct-2015

46 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

BAB 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit trofoblas gestasional (PTG) adalah sekelompok penyakit yang berasal dari khorion janin. Berdasarkan gambaran proliferasi abnormal trofoblas pada pemeriksaan patologi anatomi, PTG terdiri dari mola hidatidosa, korio adenoma destruen (mola invasif), koriokarsinoma dan plasental site trophoblastic tumor.1 Mola hidatidosa sebagai penyakit trofoblas gestasional jinak dibagi atas mola komplit dan mola parsialis yang dapat dibedakan secara makros dan histopatologis1,2

Mola Hidatidosa di masyarakat umum dikenal dengan kehamilan anggur. Prevalensi insiden mola hidatidosa bervariasi dari populasi yang ada diberbagai negara. Dari data yang ada, di Amerika Serikat 1:1000 kehamilan, Eropa 1:2000 kehamilan. Asia berkisar 1:500 kehamilan yang mana di Asia Tenggara angka kejadian 8 kali lebih lebih besar. Biasanya lebih sering terjadi pada usia reproduktif (15-45 tahun), dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola akan lebih besar.3Kasus mola hidatidosa dapat terjadi berulang pada kehamilan berikutnya , disebut mola hidatidosa berulang (recurrent hydatidiform mole) yang mana terjadi secara berturut-turut atau diselingi oleh kehamilan normal. Resiko terjadi mola hidatidosa berulang sekitar 1 :100 kehamilan mola dan kejadiannya berkisar antara 0,6 % - 2,57 % terutama pada mola hidatidosa komplit.1,3Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus mola hidatidosa pada wanita mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyakit kelainan trofoblas.1.2Tujuan

Tujan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami kasus mola hidatidosa dari segi klinis dan kedokteran keluarga1.3Manfaat

Menambah pengetahuan medis terhadap penyakit mola hidatidosa dari segi klinis dan kedokteran keluargaBAB IILAPORAN KASUS

2.1. IDENTITAS PENDERITA Nama : Ny. A. Umur : 23 tahun Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam Suku : Jawa Alamat : Jln MT Haryono No RM : 09-02-40 MRS tanggal : 1 Desember 2013 KELUHAN UTAMA Keluar bercak darah dari vagina ANAMNESAKeluhan Utama

Keluar bercak darah dari vaginaHarapan

:Pasien berharap agar keluhannya bisa cepat sembuh

Kekhawatiran:Bila keluhannya menjadi parah dan terjadi apa-apa dengan dirinya Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan setelah terpeleset keluar bercak darah dari vagina. Selain itu pasien mengeluh perut terasa kencang serta keluar sedikit gumpalan. Riwayat pingsan, jantung berdebar, keringat dingin malam hari disangkal oleh pasien. BAK dan BAB pasien normal. Pasien merasa semakin gemuk, sehingga pasien melakukan diet ketat beberapa bulan terakhir setelah berhenti KB. Pasien mengatakan belum pernah melakukan tes kehamilan sejak menstruasi terakhir. Selain itu pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak beberapa hari yang laluRiwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit serupa: disangkal Riwayat DM

: disangkal

Riwayat penyakit jantung: disangkal

Riwayat hipertensi: disangkal

Riwayat alergi obat: disangkal

Riwayat alergi makanan: disangkal

Riwayat MRS : pernah (GEA, ISK)

Riwayat Kuratse : (+)Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa: disangkal

Riwayat hipertensi: disangkal

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat penyakit jantung: disangkal

Riwayat penyakit paru: disangkalRiwayat Kebiasaan Riwayat merokok dan minum kopi: suami merokok 5 batang per hari hanya diluar rumah.

Riwayat minum alkohol: disangkal

Riwayat olahraga

: jarang Riwayat pengisian waktu luang: bersih-bersih di rumah bersama keluargaRiwayat Gizi

Penderita makan sehari-hari biasanya 3 kali dengan nasi sepiring, lauk pauk tahu, tempe, ayam, daging, ikan, sayur, buah. Tapi pasien sedang kondisi diet ketat untuk menurunkan berat badannya.Riwayat Obstetri

Anak:1. kuretase

2. Laki laki, BBL 2800 gr, aterm, spontan, spesialis, 4 tahunRiwayat Menstruasi

Pasien mengalami menstruasi pertama kali umur 11 tahun, teratur dengan siklus antara 28 30 hari, lama menstruasi 6 7 hari. Pasien menyangkal merasa nyeri pada saat menstruasi. HPHT : 4 9 - 2013Riwayat kontrasepsi

Pasien pernah menggunakan KB suntik, lalu siklus menstruasi jadi tidak tereatur. Pasien lalu berhenti menggunakan KB suntik sejak 9 bulan yang laluReview of Sistem

1. Kulit: kulit gatal (-), bintik merah di kulit (-)2. Kepala: pusing (+), rambut rontok (-), luka (-), benjolan (-)

3. Mata: merah (-/-), katarak (-/-)

4. Hidung: tersumbat (-/-), mimisan (-/-), sekret/rhinorrea (-/-)

5. Telinga : Cairan (-/-), nyeri (-/-)

6. Mulut: Sariawan (-), mulut hiperemis (-)

7. Tenggorokan: Sakit menelan (-), serak (-), ada rasa tersendat (-)

8. Pernafasan: Sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)

9. Kardiovaskuler: Berdebar-debar (-), nyeri dada (-),

10. Gastrointestinal: Mual (+), muntah (+), diare (-), nyeri perut (-) , kembung (-), BAB (-), perut trasa kenceng (+)11. Genitourinaria: BAK (normal), keluar darah dari vagina (+), 12. Neurologic

: Kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-)

13. Muskuluskeletal: Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-)14. Ekstremitas:

a. Atas kanan: bengkak (-), hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)

b. Atas kiri: bengkak (-), hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)

c. Bawah kanan: bengkak (-),hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)

d. Bawah kiri: bengkak (-),hangat (-), pucat (-), luka (-), dingin (-)

2.2 PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan umum: keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan over weight.2. Atropometri: BB = 66 kg

TB = 160 cm

BMI = BB/TB2(25,78 (over weight)3. Tanda vital: Tensi = 100/70 mmHg

To = 36,5 oC

HR = 80 x/mnt

RR = 22x/mnt

4. Kepala dan wajah: bentuk kepala mesocephal, luka (-), keriput (-), warna kulit kuning, papul (-), nodul (-), makula (-)5. Mata: warna kelopak putih, radang (-/-), eksoftalmus (-), strabismus (-)6. Hidung: nafas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (-/-), epistaksis (-), deformitas hidung(-)7. Mulut: mukosa bibir pucat (-), sianosis bibir (-)8. Telinga: otorrhea (-/-), kedua cuping teling normal

9. Leher: lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)10. Thorax: bentuk normal, simetris

Cor : Inspeksi: -Palpasi: -Perkusi: batas kiri atas: -

Batas kanan atas: -

Batas kiri bawah: -

Batas kanan bawah: -Auskultasi: -Pulmo :

Inspeksi : pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi: fremitus taktil kiri sama dengan kanan

Perkusi: sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi :++--

- -

suara dasar vesikuler + wheezing- ronkhi basah & kering -

++ - -

- -

2. Abdomen Inspeksi : bentuk simetris, tidak terlihat cembung (-)Palpasi : supel, hepar dan lien tdk teraba, turgor baik, nyeri tekan (-)Perkusi : timpani seluruh lapangan perut (-)Auskultasi : peristaltik (+) normal (-)3. System Collumna Vertebralis:

Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

13. Ekstremitas : palmar eritem (-)

Akral dingin

Oedem

--

--

--

--

L : deformitas (-), luka (-)

F : nyeri tekan (-), krepitasi (-)

M: normal

4. Sistem genitalia : dalam batas normal

5. Pemeriksaan neurologis:

kesadaran : composmentis

NN

NN

fungsi sensorik

fungsi motorik

55

55

NN

NN

NN

NN

--

--

Kekuatan tonus Ref.Fisiologi Ref.Patologis6. Pemeriksaan psikiatri

Penampilan : perawatan diri baik

Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif composmentis

7. Pemeriksaan GynekologiInspekulo : portio livide (+)VT (-)

8. Pemeriksaan Obstetri

TFU : (-)HPHT : 4-9-2013UK : (-)VT: (-)Pelepasan: darah dan jaringan sedikitDiagnosa banding :- Abortus imminen

- Kehamilan ektopik

- Mola Hidatidosa

2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG USG (30-11-2013)

Tampak gambaran multivesikuler bentuk dan besar seperti sarang tawon

Kesimpulan : Suspect Mola Hidatidosa Pemeriksaan Plano Test : (+) Darah Lengkap (1-12-2013)Tabel .1 Darah lengkapPemeriksaan1 Desember 2013

Jumlah sel darahNormal

Hemoglobin (g/dl)12,213,0-18

-hematokrit (%)37,040-45

-leukosit (ribu/uL)+10,763,8-10,6

-trombosit (ribu/uL)340150-440

-eritrosit (juta/uL)4,194,5-8,5

-PDW (fL)12,09-13

-MPV (fL)7,947,2-11,1

-PCT (%)0,3

Index

-MCV (%)88,380-100

-MCH (pg)29,126-34

-MCHC (%)33,032-36

Differential

-Basofil (%)0,00-1

-Eosinofil (%)2,81-6

-Limfosit (%)- 26,530-45

-Monosit (%)6,82-8

-Netrofil (%)63,950,70

Large imm, cell (%)0,9

Atyp. Limfosit (%)0,1

Jumlah total sel

Lymp # (ribu/uL)2,85

Total basofil (ribu/uL)0,00

Total monosit (ribu/uL)0,73

Total eosinofil (ribu/uL)0,30

Total neutrofil (ribu/uL)6,88

Total large imm cell (ribu/uL)0,10

Total atyp limfosit (ribu/uL)1,25

RESUME KU : Keluar bercak darah dari vagina K. Penyerta : perut terasa kencang dan keluar sedikit gumpalan serta mual dan muntah (+) RPD : pernah kuret anak1 R. pengobatan : - R. Obstetri : An. Laki-laki, BBL 2800 gr, aterm, spontan, spesialis, 3 tahun P. Fisik Ginekologi :Inspekulo :Porsio livide (+) P. Penunjang : Darah lengkap: Pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosistosis, Sedangkan limfosit mengalami penurunan

USG : Tampak gambaran multivesikuler bentuk dan besar seperti sarang tawonPlano test (+)

Kesimpulan : Suspect Mola Hidatidosa2.4 DIAGNOSA

Mola Hidatidosa2.5 PENATALAKSANAAN Tx :Asam mefenamat 3 x 500 mg

Konsul TS Anestesi

Kuretase KIE : Rencana tindakan pada pasien dan keluarga2.6 RIWAYAT PERJALANAN PENYAKITTabel.2 Riwayat perjalanan penyakit

NoTanggalSOAP

1.14/11/13

Pasien datang ke Poli Kandungan untuk periksa karena habis jatuh terpeleset. Pasien mengatakan ada keluar bercak darah dari vagina setelah terpeleset.Vital sign:

TD: 100/70 mmHg,

RR:20x/menit

HR: 78 x/menit

T: 36,5 oC

HCG (+)

Status general : DBN

Status ginekologi :-USG Abdomen

2.30/11/13gumpalan seperti keputihan (+), keluar bercak darah (+)Vital sign:

TD: 100/70 mmHg,

RR: 22x/menit

HR:80 x/menit

T: 36,5 oC

Status general : DBN

Status ginekologi :-USG : ditemukan gambaran multivesikuler bentuk dan besar sepereti sarang tawon

Mola hidatidosa

suction kuretase tanggal 1 12 2013KIE : Pasien dan keluarga tentang rencana tindakan.

3.1/12/13nyeri perut kenceng-kenceng (+), perdarahan pervaginam (+), gumpalan putih pervaginam (+)

Vital sign:

TD: 100/70 mmHg,

RR: 22x/menit

HR: 80 x/menit

T: 36,5 oC

Status general : DBN

Status ginekologi :-

Mola hodatidosa pro kuretaseIVFD RL 30 tpmInj. Ranitidin (jam 18.00)Inj. Primperan (jam 18.00 Suction kuretase (jam 19.00)Pdx : periksa PA

Obv. Vital SignKIE

4.1/21/213

21.45Vital sign:

TD: 100/70 mmHg,

RR: 22x/menit

HR: 89 x/menit

T: 36,5 oC

Status general : DBN

Status ginekologi : (-) Dilakukan suctioncurretase : didapatkan jaringan normal, gelembung mola (+)Post-operative suctioncurretase mola hidatidosaRL 30 tpm

Cefadroxil 2 x 500 mg Sanmol 3 x 500 mgMetilat 2 x 1 (0,125 mg) Vitamulti 1 x 1Asam Mefenamat 3 x 500 mgObv. Keluar fluksus, dan Vital SignKIE : Kontrol lagi 1 minggu

5.7/12/13Masih ada bercak darah

Vital sign:

TD: 100/60 mmHg,

RR:

HR:

T:

Ginekologi :

Vagina : bercak darah (+)

WBC : 7,17 ribu/UL MCV : 88,2 fL

RBC : 3.82 juta/UL MCH : 29,8 pg

HGB : 11.4 g/Dl MCHC : 33,8 %

HCT : 33,7 % MPV : 8.19 fL

Post-operative suctioncurretase mola hidatidosa 1Pdx : PA (Mola hidatidosa proliferasi sedang)

Tx : RL 20 tpm

Inj. Otogenta 80 mg

Pro curetase

Obv.Fluksus,Keluhan, Vital Sign Bila stabil boleh pulang

KIE

2.7 Resume

Pasien perempuan, 23 tahun datang ke BKIA RSI Unisma pada tanggal 1 Desember 2013 dengan keluhan keluar bercak darah dari vagina. Selain itu pasien juga mengeluh perut terasa kenceng-kenceng dan juga ada gumpalan putih dari vagina. Sebelumnya pasien telah memeriksakan diri di dokter spesialis kandungan dan didiagnosa suspect mola hidatidosa.Pada pemeriksaan fisik didapatkan Nadii 80x/menit, TD 100/70mmHg, RR 22x/menit, Tax 36,5oC. 2.8 Diagnosis HolistikDiagnosis dari segi biologisMola HidatidosaDiagnosis dari segi psikososialPasien tinggal serumah bersama suami, dan anak pertama. Sehari-hari pasien beraktivitas sebagai ibu rumah tangga pada umumnya. Hubungan dengan anggota keluarga berjalan baik dan tidak ada masalah. Diagnosis dari segi sosialKeluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Pasien banyak beraktivitas diluar sebagai IRT dan rajin mengikuti kegiatan masyarakat.Aspek Klinis : Mola HidatidosaAspek Resiko Internal : Pasien pernah kuretaseAspek Resiko Eksternal: Pasien melakukan diet ketat untuk menurunkan berat badan, tanpa menyadari bahwa sedang dalam kondisi hamil.Aspek Fungsional : Derajat 2. Pasien masih mampu melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.2.9 Penatalaksanaan

Planning Terapi

Non Farmakoterapi

Edukasi

1. Anjurkan untuk makan dengan takaran gizi 4 sehat 5 sempurna 2. Bila terjadi keluhan yang terkait dengan penyakit, segera konsultasikan ke dokter atau ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.3. Hindari diet ketat.4. Tidak melakukan hubungan badan minimal 40 hari setelah operasi, sedangkan untuk hamil lagi harus menunggu minimal 3 bulan.Terapi Nutrisi Pasca Operasi

Analisa dan Pola Pengaturan Gizi :

Perhitungan BMR dengan rumus Harris Benedict

665 + (9,6xBB) + (1,7xTB) - (4,7xU)

= 665 + (9,6x66) + (1,7x160) (4,7x23)

= 1.470 kkal

Kebutuhan kalori terkait aktivitas dan stress:

Aktifitas istirahat di tempat tidur (faktor: 1,2)

Trauma stress ringan: (faktor: 1,2)

Pos operatif (faktor: 1,1)

Kalori = BMR x faktor aktifitas x faktor stress

= 1470 x 1,2 x 1,2 x 1,1 = 2.328 kkal

Kalori ini dibagi dalam 3 porsi besar dan 2 porsi tambahan, yakni:

Makan pagi 20% = 465,6 kalori

Makan siang 30% = 698,4 kalori

Makan malam 25% = 582 kalori

Asupan di sela makan pagi dan siang 10% = 232,8 kalori

Asupan di sela makan siang dan malam 15% = 377,28 kaloriTabel 3. Distribusi makanan setiap waktu makan:

Waktu makanKarbohidrat 65%Protein 25%Lemak 10%Total

Pagi302,64 kalori116,4 kalori46,56 kalori465,6 kalori

Siang453,96 kalori174,6 kalori69,84 kalori698,4 kalori

Malam378,3 kalori145,5 kalori58,2 kalori582 kalori

Farmakoterapi

R/ Sefadroksil 2x500

tiap kapsul mengandung cefadroxil monohydrateIndikasi: Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif seperti:Infeksi saluran pernafasan : tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis media.Infeksi kulit dan jaringan lunak.Infeksi saluran kemih dan kelamin.Infeksi lain: osteomielitis dan septisemia.

Efek Samping: Gangguan saluran pencernaan, seperti mual, muntah, diare, dan gejala kolitis pseudomembran.Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis.Efek samping lain seperti vaginitis, neutropenia dan peningkatan transaminase.

Kontraindikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.Dosis:

Dewasa:Infeksi saluran kemih : 1 - 2 gram / hari dalam dosis tunggal atau terbagi. Biasanya 2 gram perhari dalam dosis terbagi. Infeksi kulit dan jaringan lunak : 1 gram / hari atau 500 mg / 12 jam. Faringitis, tonsillitis yang disebabkan oleh Streptococcus -haemolyticus : 1 gram / hari dalam 2 dosis terbagi diberikan selama 10 hari. Infeksi ringan : 1 gram / hari dalam dosis terbagi dua (2 x 500 mg). Infeksi sedang sampai berat : 1 - 2 gram / hari dalam dosis terbagi 2 (500 mg 1 gram tiap 12 jam).

Anak-anak : 30 mg / kg BB / hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam.

Sediaan: Cefadroxil 125 mg / 5 mL, sirup kering, dalam botol 60 mL. Cefadroxil 250 mg kapsul (1 box berisi 5 strip @ 10 kapsul). Cefadroxil 500 mg kapsul (1 box berisi 5 strip @ 10 kapsul).

Asam Mefenamat 3x500

Asam mefenamat 500 mgIndikasi: Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengansakit kepala,sakit gigi,dismenore primer, termasuk nyeri karenatrauma,nyeri ototdannyeri sesudah oprasi.Efek Samping: sistem pencernaan :mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal. Sistemhematopoetik:leukopenia, eosinophilia, trombocytopenia, dan agranulocytopenia. Sistem saraf:rasa mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.Kontraindikasi: Pasien yanghipersensitifterhadap Asam Mefenamat. Pasien yang denganaspirinmengalamibronkospasme,alergi rhinitisdanurtikaria. Penderita dengantukak lambungdanusus. Penderita denganganguan ginjalyang berat.Dosis: Asam Mefenamat 250 mg dan 500 mg, kotak, 10 strip x 10 tablet. Sanmol 3 x 500 mgparasetamolIndikasi: Meredakan nyeri termasuk sakit kepala, sakit gigi, demam yang menyertai flu dan setelah imunisasiEfek Samping: Reaksi hematologi, reaksi kulit dan reaksi alergi lainnya

Kontraindikasi: Disfungsi hati dan ginjal

Pemberian obat : sesudah makanDosis: Dewasa : 1-2 tablet. Anak : -1 tablet.

Kemasan : tablet 500mg x4 x25 Metilat 2 x 1

Tiap tablet mengandung : Methylergometrine maleat. 0,125 mg.Indikasi: Melancarkan kala 3 pada partus, Perdarahan uterus setelah placenta lepas, atoni uterus subinvolusi uterus pada puerperium lokhiometra, Perdarahan uterus karena pembedahan caesaria, Perdarahan uterus karena abortus.Efek Samping: Mual, muntah-muntah dan sakit perut dapat terjadi pada pem-berian dosis yang besar. Hipertensi jarang dilaporkan timbul nya kelainan-kelainan kulit, nyeri kepala atau reaksi kardiovas kuler seperti hipertensi, vertigo, tachikardia, bradikardia.Kontraindikasi: Kehamilan, kala satu dan kala dua partus sebelum korona kepala terlihat: inersia uterus primer dan sekunder, hipertensi, toksemia, hipersensitivitas.Dosis: Melancarkan kala 3 : im. 1/2 sampai 1 ml. (0,1-0,2 mg) setelah kepala atau bahu anterior keluar atau selambat-lambatnya segera setelah bayi dilahirkan. Kala tiga pada partus dengan anestesi umum : 1 ml. Seksio caesaria : setelah bayi dikeluarkan secara ekstraksi i.m. 1 ml. atau i.v. 1/2 sampai 1 ml intramural. Membantu involusi uterus : 1 tablet 3 kali sehari, umumnya selama 3 - 4 hari. Perdarahan puerperal, subinvolusi, lokhiometra : 1 atau 2 tablet 3 kali sehari atau im. 1/2 - 1 ml. atau 1 tablet setiap 2 - 4 jam, apabila diperlukan.

Kemasan : Doos 10 strip 10 tablet

Vitamulti 1 x 1

Vitamin A 6000 iu, vitamin B1 10 mg, vitamin B2 2 mg, vitamin B6 2.5 mg, vitamin B12 4 mcg, vitamin C 100 mg, vitamin D3 400 iu, nicotinamide 20 mg, Ca pantothenate 7.5 mg, folic acid 0.4 mg, Fe fumarate 90 mg, Ca lactate 250 mg, vitamin E 10 mg, Fe fumarate 90 mg, copper sulphate 0.15 mg, K iodide 0.1 mgIndikasi: Suplemen untuk ibu hamil dan laktasiPemberian obat : Dapat diberikan bersama makanan agar diabsorpsi lebih baik atau jika timbul rasa tidak nyaman pada GIDosis: 1 kaplet/hari

Kemasan : Kaplet 100 Ceftriaxone 2x1 gr

Ceftriaxone 1 gram injeksi

Indikasi: Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh patogen yang sensitif terhadap Ceftriaxone, seperti: infeksi intra abdominal, profilaksis perioperatif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan pertahanan tubuh.

Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap cephalosporin dan penicillin (sebagai reaksi alergi silang)

Efek samping: Ggn GI, reaksi kulit, hematologi, sakit kepala, pusing, reaksi anafilaktik, nyeri di tempat suntik (IM), flebitis (IV). Reversibel.

Dosis: Dewasa dan anak > 12 tahun dan anak BB > 50 kg : 1 - 2 gram satu kali sehari. Pada infeksi berat yang disebabkan organisme yang moderat sensitif, dosis dapat dinaikkan sampai 4 gram satu kali sehari. Bayi 14 hari : 20 - 50 mg/kg BB tidak boleh lebih dari 50 mg/kg BB, satu kali sehari. Bayi 15 hari -12 tahun : 20 - 80 mg/kg BB, satu kali sehari. Dosis intravena > 50 mg/kg BB harus diberikan melalui infus paling sedikit 30 menit.

Sediaan: Vial 1 gram x 2.

Primperan

Metoclopramide HClIndikasi : Gangguan saluran cerna, mual dan muntah akibat obat, anoreksia, kembung, ulkus peptikum, stenosis piloris (ringan), dispepsia, epigastralgia, gastroduodenitis, travel sickness, morning sickness, endoskopi, dispepsia pasca gastektomi, dan intubasi.Kontraindikasi: Merangsang motilitas GI seperti obstruksi intestinal, epilepsi, feokromositomaEfek samping: Mengantuk, sakit kepala, depresi, gelisah, reaksi ekstrapiramidal, pusing, lelah, hipertensi, gangguan GI.Dosis: Tablet : Dewasa : 10 mg 3 kali/hari . Sirup : Dewasa : 1-2 sendok takar 3 kali/hari. Anak 5-15 tahun : 0.5 mg/kg berat badan/hari dalam dosis terbagi. Drops Anak < 5 tahun : 0.1 mg/kg berat badan 3 kali/hari atau 0.5 mg/kg berat badan/hari dalam beberapa dosis. Ampul : Dewasa : 1 ampul 3 kali/hari.Sediaan: Ampul 10 mg/2 mL x 6. Ringer Laktat (RL)(mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30 mEq/l.

Cara Kerja Obat: keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.

Indikasi: mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.

Kontraindikasi: hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.

Adverse Reaction: edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.

Peringatan dan Perhatian: Not for use in the treatment of lactic acidosis. Hati-hati pemberian pada penderita edema perifer pulmoner,heart failure/impaired renal function& pre-eklamsia.

Kemasan: 500, 1000 ml.Tabel. 4 Kebutuhan Cairan Ny.AKebutuhan cairan Ny.A

Kebutuhan cairanKebutuhan natriumT/M

=50cc/kgBB/24 jam

=50cc x 66/24jam

=3300cc/24 jam=3-5 mEq/kgBB/24 jam= 3-5 mEq x 66/24 jam

=198 330Otsuka (3300 x 15)/24 x 60

= 49.500/1.440

= 34

FOLLOW UPTabel 5. Follow Up Ny. ATanggalSOAP

1/12/13nyeri perut kenceng-kenceng (+), perdarahan pervaginam (+), gumpalan putih pervaginam (+), mual muntah (+)Pem. Fisik

KU: tampak sakit sedang

Kesadaran: CM, GCS (E4V5M6)

T: 100/70 mmHg

N: 80 x/menit

R: 22x/menit

Tax: 36,50C

Status generalis : Tidak ada dataStatus lokalis : nyeri

Ddx : -Mola HidatidosaPre op

Infuse :

-RL 30 tpm

Injeksi :

-ceftriaxone 2x1g

-primperan bolus pelan-pelanRencana operasi suctioncuretasei jam 19.00 WIB

Post op

Infuse :

-RL 30 tpm

Injeksi :

Cefadroxil 2 x 500 mg

Sanmol 3 x 500 mg

Metilat 2 x 1

Vitamulti 1 x 1

Asam Mefenamat 3 x 500 mgObv. Fluksus

1/12/13Jam 21.45Pusing (-), bercak darah (+)Pem. Fisik

KU: tampak sakit sedang

Kesadaran: CM

GCS (E4V5M6)

T: 110/70 mmHg

N: 89 x/menit

R:tidak ada dataTax: 36,50C

-post suctioncuretase e.c mola hidatidosaPasien boleh pulang jika VS stabil dan pusing(-)Lab PA

KIE :

Kontrol lagi untuk mengetahui perkembangan

7/12/13Bercak darah pervagina (+),Hasil PA (mola hidatidosa proliferasi sedang)Pem. Fisik

KU: tampak sakit ringan

Kesadaran: kompos mentis, GCS (E4V5M6)

T: 110/60 mmHg

N: 87 x/menit

R: tidak ada dataTax: 36,50C

St. General

Status lokalis : pervag (+) sedikit-post suctioncuretase e.c mola hidatidosaInjeksi :

-ottogenta 80mgPre op

Infuse :

-RL 30 tpm

Injeksi :

-ceftriaxone 2x1g

-primperan bolus pelan-pelanRencana operasi suctioncuretasei II jam 16.00 WIB

Post op

Infuse :

-RL 30 tpm

Injeksi :

Amoxicilin 3 x 500 mg

Metilat 2 x 1

Vitamulti 1 x 1

Asam Mefenamat 3 x 500 mg

Obv. Fluksus dan VS

Boleh pulang bila VS stabil

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

Karakteristik Demografi Keluarga

Nama Kepala Keluarga: Tn. A

Alamat Lengkap

: Jl. MT Haryono 165

Bentuk Keluarga

:

Tabel 6. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No.NamaKedu-dukanL/PUmurPendi-dikanPekerjaanPasien RSKet.

1Tn. ASuamiL34 thDiplomaKaryawan swastaTidak -

2Ny. AIstriP23 thSMAIRTYa Mola Hidatidosa

3An. AAnakL4 th--Tidak-

Sumber: Data Primer, 15 Desember 2013

Kesimpulan:

Keluarga Ny.D adalah nuclear family yang terdiri atas 3 orang yang tinggal dalam satu rumah. Terdapat satu orang sakit yaitu Ny. A, umur 23 tahun, beralamat di jalan Budi Utomo. Diagnosis klinis penderita adalah Mola Hidatidosa. Penderita adalah tamatan SMA. Penderita sebagai istri yang tinggal dalam satu rumah.3.1 Fungsi Holistik

3.1.1 Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari penderita (Ny. A, 23 tahun), Suaminya (Tn. A, 34 tahun), dan anaknya (An. A, 4 tahun). Pasien tinggal bertiga. Pasien beraktivitas sebagai ibu rumah tangga dan tetap memperhatikan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah tersebut.3.1.2 Fungsi Psikologis

Hubungan keluarga terjalin akrab, terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan dengan anggota keluarga yang lain saling mendukung terbukti keluarga menjenguk pasien saat dirawat di RS sehingga untuk kesembuhan pasien juga dinilai baik.3.1.3 Fungsi Sosial

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita aktif berkumpul dengan tetangga dan kegiatan di desanya.

Penghasilan keluarga berasal dari Tn. A yang bekerjasebagai karyawan swasta, dengan penghasilan yang cukup dalam 1 bulan. Kalau ada dalam keluarga yang sakit periksa ke rumah sakit atau dokter.

Kesimpulan:

Secara umum, fungsi holistik keluarga Ny. D baik. fungsi sosial baik karena aktif dalam kegiatan di masyarakat. Fungsi psikologis baik karena hubungan pasien dengan keluarga yang lain adanya sikap saling mendukung.3.2 Fungsi Fisiologis

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunaka untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi:

1. Adaptation

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.Skoring:

kriteria nilai APGARHamir selalu

: 2 poin

8-10: baik

Kadang-kadang: 1 poin

6-7: sedang

Hampir tak pernah: 0 poin

300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Palpasi :

Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek

Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

Pemeriksaan dalam :

Memastikan besarnya uterus

Uterus terasa lembek

Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan kadar B-hCG

BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml

Beta HCG serum > 40.000 IU/mlBerikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi parameter dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.

Gambar 4.2 Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang menggambarkan kurva regresi normal gonadotropin korionik subunit pasca mola. 10 Pemeriksaan kadar T3 /T4

B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin, mengakibatkan aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat. Terjadi gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia, tremor, hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, nafsu makan meningkat tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Dapat terjadi krisis hipertiroid tidak terkontrol yang disertai hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran sampai delirium-koma. 104. Pemeriksaan Imaging

a. Ultrasonografi

Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin

Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai salju.

b. Plain foto abdomen-pelvis: tidak ditemukan tulang janin 4.7 Penatalaksanaan

1. Evakuasi

a. Perbaiki keadaan umum.

Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap

Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.

b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum penderita.

c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan sisa-sisa jaringan.

d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih

2. Pengawasan Lanjutan

Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.

Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :

Setiap minggu pada Triwulan pertama

Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua

Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

b. Pemeriksaan dalam :

Keadaan Serviks

Uterus bertambah kecil atau tidak

c. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :

1x seminggu sampai hasil negatif

1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya

1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

1x3 bulan selama tahun berikutnya

Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan

3. Sitostatika Profilaksis

Metoreksat 3x 5 mg selama 5 hari4.8 Komplikasi

Perdarahan yang hebat sampai syok

Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

Infeksi sekunder

Perforasi karena tindakan atau keganasan

BAB VPEMBAHASAN5.1. Dasar Penegakan Diagnosis

Diagnosis Mola Hidatidosa ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Dari Anamnesa didapatkan keluhan dari pasien setelah terpeleset keluar bercak darah dari vagina, dan perut terasa kenceng-kenceng dengan tes kehamilan positif yang disertai dengan pendarahan pervaginam, serta tanda-tanda kehamilan seperti mual dan muntah. Sedangkan dari pemeriksaan fisik pada inspikulo didapatkan adanya livide dan gumpalan putih. Pada pemeriksaan fisik lain tidak ada data. Hasil Plano test, HCG positif. Dari anamnesis riwayat telat haidnya adalah sekitar 2 bulan dengan hari pertama haid terakhir pada tanggal 4 September 2013. Dari hasil yang didapatkan secara klinis belum ada kecurigaan mengarah adanya suatu Mola Hidatidosa. Seperti diketahui gejala dari mola hidatidosa yang sering terdapat adalah adanya riwayat perdarahan pervaginam, gerakan anak tidak pernah dirasakan, gejala mual dan muntah berlebihan, pada perabaan konsistensi uterus lembek dan tidak teraba bagian anak atau tidak ada ballotement, serta pada auskultasi tidak terdengar denyut jantung janin. Lalu pasien diminta kontrol beberapa hari kemudian dengan planning pemeriksaan penunjang USG.Dari pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan USG didapatkan gambaran multivesikuler bentuk dan besar sepereti sarang tawon. Dari pemeriksaan darah lengkap tampak adanya leukositosis dan limfopeni. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tersebut dapat disimpulkan diagnosis kerja berupa Mola Hidatidosa. Etiologi

Beberapa penyebab yang dipikirkan sebagai penyebabnya antara lain dapat berupa : Faktor usia, sosial ekonomi rendah, riwayat kehamilan Mola Hidatidosa dan adanya riwayat abortus spontan berulangPenyebab Mola Hidatidosa pada pasien ini belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan penyebab dari Mola Hidatidosa ini adalah faktor diet ketat yang dilakukan pasien yang dihubungkan dengan defisiensi nutrisi.5.2 Dasar Rencana Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan, suction curetase dilakukan pada pasien ini dan didapatkan darah keluar bersama cairan berwarna coklat, gelembung-gelembung mola, dan tidak ditemukan janin sehingga pasien dapat dikatakan mengalami mola komplit. Tindakan suction curetage pada pasien ini sudah tepat dilakukan. Dan perlu tindakan kuret ke-2 (7-10 hari berikutnya) untuk memastikan tidak ada jaringan mola yang tersisa. Sebagai penatalaksanaan lanjutan pasien sebaiknya menunda kehamilan selama 12 bulan dengan menggunakan kontrasepsi non hormonal.

Penderita disarankan melakukan pemeriksaan -hCG urine semi kuantitatif setiap dua minggu sekali hingga hasilnya. Setelah -hCG serum normal, atau Test Pack negative dua kali berturut-turut dengan interval 2 minggu, pasien dianjurkan untuk kontrol tiap satu bulan pada 1 tahun pertama, kontrol tiap 3 bulan pada tahun kedua, dan tahun ketiga kontrol bila ada keluhan. Sebelum tercapai -hCG serum normal atau Test Pack 2 kali berturut-turut interval 2 minggu negative, dianjurkan memakai alat kontrasepsi kondom. Setelah tercapai -hCG serum normal atau Test Pack negative. PrognosisMola hidatidosa diperkirakan 80% akan mengalami remisi spontan pasca evakuasi, dan sisanya 20% dapat berkembang menjadi keganasan atau korio karsinoma. Demikian juga dapat terjadi berulang pada kehamilan berikutnya.Pada kasus ini ada kemungkinan berulangnya Mola Hidatidosa tetapi tetapi masih ada kesempatan terjadinya kehamilan normal.BAB VIPENUTUP

6.1 Kesimpulan Holistik

Ny. A (23 tahun) adalah seorang penderita mola hidatidosa, dengan kondisi keluarga yang harmonis. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat biasa.

1. Diagnosis dari segi biologis

Mola Hidatidosa2. Diagnosis dari segi psikologis

Hubungan antara suami dan anak baik, saling membantu jika terkena masalah. Bila ada yang sakit keluarga berkunjung dan menjaga3. Diagnosis dari segi sosial :

Hubungan pasien dan keluarga aktif membaur dengan masyarakat meski tidak memiliki kedudukan tinggi di masyarakat.6.2 Saran Komprehensif

Ny. A dan keluarga perlu membiasakan pola hidup sehat, mengetahui tentang penyakit mola hidatidosa dan komplikasinya.

1. Promotif

Selalu menjaga kesehatan baik diri sendiri dan lingkungan keluarga dari stress menjadikan seseorang rentan akan sakit. Menghidari pekerjaan yang terlalu berat

Selalu minta saran dokter atau bidan bila ingin diet atau mengkonsumsi obat lain selain dari dokter atau bidan.

2. Preventif

Anjurkan untuk makan makanan yang bergizi, 4 sehat 5 sempurna. Hindari makanan yang berkolesterol.3. Kuratif

Setelah post curretase mengkonsumsi obat terapi antibiotik, metilat untuk mempercepat kesembuhan uterus dan analgesik untuk meringankan rasa nyeri.

4. Rehabilitatif

Olahraga yang teratur, selalu menjaga kebutuhan nutrisi dengan makan tinggi kaloriDAFTAR PUSTAKA

1. Chalik TMA. Penyakit Trofoblas pada Kehamilan. Dalam : Chalik TMA, eds. Hemoragi Utama Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Widya Medika, 1997

2. Cunningham FG, Paul MC, Leveno KJ, et al. Disease and Abnormalities of the Placenta. In : Cunningham FG, Paul MC, Leveno KJ, et al, eds. Williem Obstetrics. 20th edition.

3. Harahap RE. 2008. Mola Hidatidosa. Dalam : Harahap RE, eds. Kanker Ginekologi. Jakarta. http://www.kalbefarma.com/cdk4. Sumapraja, S & Martaadisoebrata, D. 2005. Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. Hal: 342-348.

5. Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.B.G.F., dan Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam: Pengantar Kuliah Obstetri. EGC. Jakarta. Hal: 725-726.

6. Mansjoer, A. dkk. 2001. Mola Hidatidosa Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta. Hal 265-267

7. John T,2006, Gestational Throphoblastic Disease. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Lippincott Williams & Wilkins. Diakses dari http://www.utilis.net/Morning%20Topics/Gynecology/GTN.PDF 8. Mochtar, R. 1998. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi kedua. EGC. Jakarta. Hal : 138-143.

9. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 2009. Hal . 262-264.

10. Cuninngham. F.G. dkk. 2006. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. Hal 930-938.

11. Hacker, N.F., & Moore, J.G. 2001. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial Obstetri dan Ginekologi, Edisi 2. Hipokrates. Jakarta. Hal: 679-680.

Pengetahuan:

Keluarga kurang mengetahui penyakit pasien

Tindakan:

Saat ada anggota keluarga sakit, langsung dibawa ke tempat pelayanan kesehatan

Lingkungan:

Keluarga cukup memahami pentingnya kebersihan lingkungan terhadap kesehatan

Sikap:

Keluarga sangat peduli terhadap penyakit penderita

Keturunan:

pasien menyangkal

Pelayanan Kesehatan:

Jika sakit Ny. D ke tempat dokter praktik dan kadang ke RS

Keluarga Ny.A

Menjalani diet ketat tanpa tahu jika sedang hamil

Ny. A, 23 tahun, Mola Hidatidosa

Ny. A

Tn. A

An. A

20