case mola a

Upload: m-alif-nurma-rachman

Post on 06-Apr-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 Case Mola a

    1/33

    1

    OLEH:

    M.Alif F S.Ked

    BAB I

    REKAM MEDIS

    I. IDENTIFIKASINama : Ny Sri Dayati

    No. Medrek : 10.82.46

    Umur : 37 tahun

    Pendidikan : Tamat SMP

    Alamat : Ds Sumber Jaya

    Agama : Islam

    Status : Menikah

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    MRS : 26 Oktober 2011

    II. ANAMNESIS (autoanamnesis)Keluhan Utama : Hamil muda dengan keluar darah dari kemaluan

    Riwayat Perjalanan Penyakit :+ 1 hari sebelum masuk rumah sakit, os mengeluh keluar darah dari kemaluan

    bewarna merah kehitaman seperti gumpalan hati ayam, banyak nya 1 kali

    ganti celana.Os juga mengeluh keluar flek sejak 1 bulan smrs. Keluar

    gelembung seperti mata ikan (-), perut mules dan nyeri perut (+). Riwayat

    payudara tegang (+). Riwayat mual muntah (+) sejak 2 minggu frekuensi 1-2

    x/hari dengan volume

  • 8/2/2019 Case Mola a

    2/33

    2

    riwayat trauma atau di urut-urut (-), riwayat pasca senggama (-). Os mengaku

    hamil 4 bulan, namun gerakan janin tidak pernah dirasakan.

    Riwayat Reproduksi :

    Menars : 13 tahun

    Siklus haid : 28 hari, teratur lamanya 7 hari

    HPHT : 18-06-2011

    Riwayat perkawinan : 1 kali, lamanya 20 tahun

    Riwayat obstetri : G5P4A0

    anak I perempuan lahir aterm 1991

    (BBL=2600 g, meninggal umur 3 hari)

    anak II laki-laki lahir aterm 1992

    (BBL=3000 g)

    anak III laki-laki lahir aterm 1994

    (BBL=2900 g)

    anak IV laki-laki lahir aterm 2008

    (BBL=2800 g)

    Riwayat penyakit yang pernah diderita : (-)

    Riwayat operasi : (-)

    Riwayat aborsi : (-)

    Riwayat memakai kontrasepsi : (-)

    Riwayat nyeri saat BAK sebelumnya : (-)

    Riwayat keputihan : (-)

    III. PEMERIKSAAN FISIKStatus Present

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis

    Tekanan darah : 110/60 mmHg

    Nadi : 98 x/mnt, isi dan tegangan cukup

    Frekuensi pernafasan : 20 x/mnt

  • 8/2/2019 Case Mola a

    3/33

    3

    Suhu : 36,4oC

    Berat badan : 45 kg

    Tinggi badan : 150 cm

    Konjunctiva palpebra pucat : -/-

    Sklera ikterik : -/-

    Gizi : cukup

    Payudara hiperpigmentasi : (+/+)

    Jantung : gallop (-), murmur (-)

    Paru-paru : bising nafas vesikuler normal,

    wheezing (-), ronkhi (-)

    Hati dan lien : sulit dinilai

    Edema pretibia : (-/-)

    Varises : (-/-)

    Refleks fisiologis : +/+

    +/+

    Refleks patologis : -/-

    -/-

    Status Ginekologi

    Pemeriksaan luar:

    Abdomen cembung tidak sesuai usia kehamilan, simetris, kontraksi(-) tinggi

    fundus uteri setinggi pusat (16 cm), massa (-), tanda cairan bebas (-), nyeri

    tekan (-).djj (-), bu(+) N

    Pemeriksaan dalam :Inspekulo : portio livid, fluxus (+), fluor (-)

    VT:

    Vulva/Vagina : vulva tenang, mukosa licin

    Serviks : Portio lunak, OUE tertutup

    Corpus uteri : setinggi pusat

    Adnexa/parametrium : kanan dan kiri lemas

    Cavum Douglas : tidak menonjol

  • 8/2/2019 Case Mola a

    4/33

    4

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan laboratorium

    Hb = 13,6 g%

    Trombosit: 250.000g%

    Leukosit: 6600 g%

    Ht: 39 %

    Gol.Darah: O, Rh (+)

    DC:0/1/15/68/10/6

    SGOT: 28

    SGPT: 18

    Urin rutin:

    Protein: negatif

    Bilirubin: negatif

    Urobilinogen: normal

    Ph: 7,0

    BJ: 1

    Darah: negatif

    Glukosa: negatif

    Urine rutin sedimen:

    Sel epitel : negatif

    Leukosit: 4-6 /lpb

    Eritrosit: 0-1 /lpb

    2.

    Pemeriksaan USG: tampak uterus membesar, tampak gambaran honey combappearance di kavum uteri, fetal echo (-), GS (-).

    Kesan: mola hidatidosa komplit

    3. Tes Kehamilan : (+)

    V. DIAGNOSA KERJAMola hidatidosa

  • 8/2/2019 Case Mola a

    5/33

    5

    VI. RENCANA TERAPI Inform consent Observasi tanda vital, perdarahan Resusitasi cairan, IVFD Asering gtt X/m Rencana kuretase di OK 27 oktober 2011 Rongent thorax PA (hasil : t.a.k) Persiapan operasi (izin, alat, obat, darah) Periksa lab DR,UR, cross match

    VII. PROGNOSISQuo ad vitam et fungsionam : bonam

    INSTRUKSI PRE-KURETASE

    Inform consent Rencana kuretase, Kamis 27 Oktober 2011, pukul 11:00 WIB IVFD asering gtt XX/menit Misoprostol/ invitec 2 tab (pukul 05:00 subuh dan pukul 10:00) Inj. Cefotaxim 2x1g IV (skin test) Dulcolax 1 x 2 Puasa 6 jam sebelumnya Observasi TVI Cukur rambut pubis Pasang catheter Cek lab. Darah lengkap

    LAPORAN JALANNYA OPERASI

    Pukul 11.30

    Tidakan di mulai Penderita dalam posisi litotomi Dilakukan tindakan aseptik dan anti septik Dilakukan pengosongan kandung kemih Pemasangan sim atas bawah

  • 8/2/2019 Case Mola a

    6/33

    6

    Tampakkan porsio secara avoe Porsio di jepit dengan penster klem pada jam 11 Sondase lebih kurang 11 cm AF Dilakukan kuret hisap secara sistematik Tindakan dilanjutkan dengan kuret tumpul Didapatkan darah dan jaringan lebih kurang 70 cc Setelah di jalani tidak ada perdarahan, penster klem di lepaskan Jaringan di PA kan

    Diagnosa pratindakan: abortus mola

    Diagnosa pasca tindakan: pasca kuretase atas indikasi mola hidatidosa

    INSTRUKSI POST-KURETASE

    Observasi Tvi, perdarahano Tiap 15 menit selama 1 jam post kuretaseo Tiap 30 menit selama 3 jam post kuretaseo Tiap 60 menit selama 20 jam post kuretase

    Cek Hb post kuretase IVFD asering : D5%= 1:3 gtt xxv/menit IVFD asering +oxytocin 20 IU 2 kolf Puasa 2 jam, setelah itu diet biasa Catheter menetap, catat intake output Imobilisasi Obat-obatan

    o Inj Cefotaxim 2x1 g IVo Inj metronidazol 3 x 500mg IVo Inj kalnex 3x200mg IVo Inj Tramadol 3x100mg IV

    Follow Up (28 Oktober 2011, pkl.07.00 WIB)

    Keluhan : nyeri perut (-), flek darah (+)

    Status present: tampak sakit ringan

  • 8/2/2019 Case Mola a

    7/33

    7

    KU : sedang Sense : CM

    TD : 110/60 mmHg N : 90 kali/menit

    T : 36,4o

    C RR : 20 kali/menit

    Pemeriksaan ginekologis : Status Ginekologi

    Pemeriksaan luar : Abdomen datar, simetris, lemas, tinggi fundus uteri tak

    teraba, massa (-), nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-),

    perdarahan aktif (-).

    Pemeriksaan Laboratorium

    Darah: Hb = 10,4 g%

    Diagnosa:

    Pasca kuretase atas indikasi mola hidatidosa

    Penatalaksanaan:

    Observasi tanda vital Ibu dan perdarahan IVFD asering: D5= 1:3, gtt xx/m Kateter menetap, catat input output Ciprofloxacin 2x1g tab Asam Mefenamat 3x500mg tab Methergin 3x1 tab

    Follow up (29 Oktober 2011, pkl 07.00)

    Keluhan : flek darah (+)

    Status present:

    KU : baik Sense : CM

    TD : 120/80 mmHg N : 88 kali/menit

    T : 36,6o

    C RR : 20 kali/menit

  • 8/2/2019 Case Mola a

    8/33

    8

    Pemeriksaan ginekologis : Status Ginekologi

    Pemeriksaan luar : Abdomen datar, simetris, lemas, tinggi fundus uteri tak

    teraba, massa (-), nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-),

    perdarahan aktif (-).

    Diagnosa:

    Pasca kuretase atas indikasi mola hidatidosa

    Penatalaksanaan:

    Observasi tanda vital Ibu dan perdarahan IVFD asering: D5= 1:3, gtt xx/m Up kateter Ciprofloxacin 2x1g tab Asam Mefenamat 3x500mg tab Methergin 3x1 tab Cek PT pengenceran

    Follow up (30 Oktober 2011, pkl 07.00)

    Keluhan : (-)

    Status present:

    KU : baik Sense : CM

    TD : 120/80 mmHg N : 80 kali/menit

    T : 36,6o

    C RR : 20 kali/menit

    Pemeriksaan ginekologis : Status Ginekologi

    Pemeriksaan luar : Abdomen datar, simetris, lemas, tinggi fundus uteri tak

    teraba, massa (-), nyeri tekan (-), tanda cairan bebas (-),

    perdarahan aktif (-).

    Pemeriksaan Laboratorium

    PT pengenceran: 1/640.000

  • 8/2/2019 Case Mola a

    9/33

    9

    Diagnosa:

    Pasca kuretase atas indikasi mola hidatidosa

    Penatalaksanaan:

    Observasi tanda vital Ibu dan perdarahan Up IV catheter Ciprofloxacin 2x1g tab Asam Mefenamat 3x500mg tab Methergin 3x1 tab Motivasi KB Rencana Pulang dan kontrol di poli kebidanan (cekHcG 2 minggu

    pasca tindakan)

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Mola hidatidosa adalah penyakit trofoblas gestasional yang sering

    ditemukan.

    Angka kejadian mola di rumah sakit besar di Indonesia kira-kira 1 di

    antara 80 persalinan normal.1

    Angka kejadian tersebut jauh lebih tinggi

    dibandingkan dengan angka kejadian di USA, yaitu sebesar 1: 1000. Secara umum

    angka kejadian mola pada wanita Asia lebih tinggi daripada wanita di negara

    barat2. Wanita yang berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

    mempunyai risiko 10 kali lebih besar untuk menderita mola. 2

    Mola hidatidosa dapat digolongkan sebagai komplit atau parsial,

    berdasarkan atas morfologi makroskopik, histopatologi dan kariotipe. Insidens

    terbanyak adalah mola hidatidosa komplit sedangkan mola hidatidosa

    inkomplit/parsial ditemukan sebanyak 2574% dari kasus mola.1,2

    Delapan puluh persen mola bersifat jinak, meskipun demikian

    kemungkinan keganasan pada kasus mola juga harus dipikirkan. Penanganan

    kasus mola haruslah tuntas terutama penatalaksanaan pasca evakuasinya.

  • 8/2/2019 Case Mola a

    10/33

    10

    Pemantauan lanjutan pasien sangat diperlukan untuk memantau perkembangan

    penyakit tersebut.

    Definisi

    Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villus

    korialis langka vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi

    villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus.

    Gambaran makroskopis yang diberikan adalah sebagai segugus buah

    anggur. Jaringan trofoblas pada villus kadang-kadang berproliferasi ringan

    kadang-kadang keras, dan mengeluarkan human chorionic gonadotropin (HCG)

    dalam jumlah lebih besar daripada kehamilan biasa.

    Ada atau tidak adanya fetus atau embrio telah digunakan sebagai pemisah

    apakah mola hidatidosa komplit atau parsial.

    Epidemiologi

    Kehamilan mola telah dilaporkan insidennya berkisar antara 0,5 sampai

    2,5 dari 1000 wanita hamil.3

    Tingginya insiden kehamilan mola pada beberapa

    tempat disebabkan oleh banyak faktor termasuk ras, status ekonomi, usia,

    kebiasaan makan, riwayat reproduksi dahulu. Wanita Asia diketahui memiliki

    kemungkinan untuk mengalami kehamilan mola 10 kali lebih tinggi dari pada

    wanita Eropa dan Amerika Utara. Peningkatan progresif kejadian kehamilan mola

    telah diobservasi dan diduga adanya konsumsi karoten dan lemak hewani yang

    kurang. Wanita pada akhir usia reproduktifnya lebih tinggi kemungkinannyauntuk mengalami kehamilan mola, apalagi jika mereka berusia tua, risiko untuk

    mengalami kehamilan mola antara 300-400 kali lipat bila dibandingkan dengan

    wanita usia 20 29. Parazzini dkk menyimpulkan risiko mengalami kehamilan

    mola komplet bertambah seiring dengan bertambahnya usia pria, tapi tidak ada

    efek yang ditemukan terhadap kehamilan mola parsial. Sebagai tambahan wanita

    dengan riwayat kehamilan mola memiliki risiko 10 kali lipat untuk terjadinya

    kehamilan mola kedua.3

  • 8/2/2019 Case Mola a

    11/33

    11

    Etiologi dan faktor risiko1,2,6

    Mola hidatidosa mempunyai faktor risiko

    1. Umur

    Insidensi kehamilan mola meningkat 2x lipat pada wanita berumur lebih

    dari 35 tahun. Pada wanita di atas 40 tahun kejadiannya meningkat 5-7,5

    kali lipat5. Beberapa penelitian menunjukan peningkatan insiden mola

    pada wanita hamil usia belasan tahun. La Vecchia dkk melaporkan

    peningkatan kejadian sebanyak 4 kali lipat bila usia ayah lebih dari 45

    tahun. Pada mola parsial tidak ada hubungan antara umur ibu dengan

    angka kejadian.6

    2. Etnis

    Penelitian di Hawaii oleh Matsuura dkk menunjukan kejadian yang lebih

    tinggi pada wanita Filipina dan Jepang dibandingkan dengan kejadian

    tersebut pada wanita kulit putih dan penduduk asli Hawaii. Di Singapura

    juga didapatkan wanita keturunan Eurasian mempunyai kemungkinan dua

    kali lipat dibandingkan wanita keturunan Cina, India dan Malaysia. Di

    Cina, etnis yang terbesar yaitu Han mempunyai tingkat kejadian yang

    paling rendah dibandingkan etnis Zhuang dan Mongolia.

    3. Riwayat mola

    Wanita dengan kehamilan mola sebelumnya mempunyai risiko 10 kali

    lipat dibandingkan populasi pada umumnya.

    4. Faktor reproduktif dan kontrasepsi

    Kejadian mola hidatidosa mengalami peningkatan 2 kali lipat pada wanita

    yang sebelumnya mengalami abortus spontan.6

    Peningkatan paritas tidak

    secara signifikan mempengaruhi kejadian mola. Tahun 1976 Stone dkkmenemukan hubungan antara pemakaian kontrasepsi oral dengan kejadian

    Mola, tetapi peneliti lain tidak menemukan hubungan tersebut.

    5. Faktor Nutrisi

    Studi perbandingan kasus di Amerika dan Itali memperlihatkan penurunan

    insidensi mola dengan intake lemak hewani dan beta karoten yang tinggi.

  • 8/2/2019 Case Mola a

    12/33

    12

    6. Paparan herbisidaPenelitian di Vietnam menunjukan pengaruh buruk agen orange dan

    kontaminannya, yaitu TCDD (2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin)

    terhadap kejadian mola.

    Patogenesis

    Beberapa teori yang menerangkan patogenesis penyakit ini adalah:,

    a. Teori missed abortionKematian mudigah pada usia kehamilan 3-5 minggu, saat seharusnya sirkulasi

    fetomaternal sudah terbentuk, menyebabkan gangguan peredaran darah.

    Sekresi dari sel-sel yang mengalami hiperplasia menghasilkan substansi-

    substansi yang berasal dari sirkulasi darah ibu, dan substansi substansi

    tersebut diakumulasikan ke dalam stroma vili sehingga terjadi kista vili yang

    kecil-kecil. Cairan yang terdapat dalam kista tersebut adalah cairan interstitial

    yang menyerupai cairan asites atau edema, tetapi kaya akan hCG.

    b. Teori neoplasma dari ParkTeori ini mengemukakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang

    mempunyai fungsi yang abnormal pula, yaitu terjadi resorpsi cairan yang

    berlebihan ke dalam vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan

    gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Sebagian dari vili berubah

    menjadi gelembung-gelembung yang berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada

    janin, hanya pada mola parsial kadang-kadang ditemukan janin. Gelembung-

    gelembung ini sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur.

    Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uteri.

    Patogenesis molekuler penyakit ini secara pasti belum diketahui.Penelitian yang dilakukan oleh Berkowitz menunjukan peningkatan ekspresi

    onkoprotein seperti c-myc, c-erb B-2 dan bcl-2, demikian jugap53, p21, Rb dan

    MdM2. Zat-zat ini mungkin mempunyai peranan penting dalam patogenesis

    penyakit ini. Penelitian terhadap gen p53 tidak menunjukan hasil yang berarti.6

    Namun relaksasi paternal imprinting tampaknya mempunyai peran penting.

    Komposisi kromosom yang abnormal mengakibatkan proliferasi trofoblas, yang

  • 8/2/2019 Case Mola a

    13/33

    13

    abnormal pula. Sinsitiotrofoblas yang berproliferasi menghasilkan hCG,

    sehingga pada penyakit ini terjadi peningkatan kadar hCG di serum dan urin

    Histopatologi2

    Mola hidatidosa adalah lesi dari plasenta dengan ciri degenerasi hidropik dari vili

    korialis dan proliferasi trofoblas yang dibagi menjadi mola komplit dan mola

    parsial

    Mola Komplit

    Gambaran makroskopis

    Gambar 1-Makroskopis Mola Komplit

    Villi edematus, secara masif membesar membentuk gambaran seperti buah

    anggur, ukuran diameternya mulai dari beberapa milimeter sampai yang terbesar

    lebih kurang 3 cm, rata-rata diameternya adalah 1,5 cm.

    Gambaran mikroskopis

  • 8/2/2019 Case Mola a

    14/33

    14

    Gambar 2-Mikroskopis Mola Komplit

    Tampak proliferasi trofoblas, banyak trofoblas yang menunjukan sitologi atipia.

    Stroma vili berdegenerasi hidropik dan edematus, tidak ada jaringan embrio atau

    fetus. Kebanyakan villi membentuk central cistern yaitu daerah di tengah-

    tengah yang acelular. Villi ini biasanya avaskular, kadang-kadang ada daerah

    yang vaskular yang mengandung debris nekrotik. Dapat ditemukan kalsifikasi

    pada villi.

    Mola parsial

    Gambaran makroskopis

    Volume jaringan biasanya kecil kurang dari 100 sampai 200 ml. Villi tampak

    membesar tetapi biasanya ukurannya lebih kecil dari pada mola komplit.

    Biasanya terlihat plasenta normal, demikian pula fetus atau selaput amnion.

    Gambar 3-Makroskopis Mola parsial

    Gambaran mikroskopis

    Terdapat 2 jenis trophoblas, sebagian dengan ukuran normal dengan degenerasi

    hidropik dan proliferasi trophoblas fokal. Sentral cistern jarang terlihat, villi

    memperlihatkan fibrosis pada stroma. Hiperplasia trofoblas lebih jelas terlihat

    dibandingkan mola komplit. Sel atipia jarang terlirhat. Ciri lain yang biasa

    http://terlir.at/http://terlir.at/
  • 8/2/2019 Case Mola a

    15/33

    15

    terdapat adalah invaginasi trofoblas pada stroma villi, sehingga membentuk

    scalloping.

    Gambar 4- Mikroskopis Mola Parsial

    Klasifikasi

    Berdasarkan gambaran histopatologi mola hidatidosa diklasifikasikan menjadi dua

    kelompok yaitu:2

    1. Mola hidatidosa komplit (klasik)

    Struktur dan gambaran histologinya ditandai oleh:

    Degenerasi hidropik dan pembengkakan stroma villi Tidak adanya pembuluh darah dalam vili Proliferasi epitel trofoblas sehingga mencapai derajat yang beragam Tidak ditemukan janin dan amnion

    Kehamilan mola komplit sepenuhnya diturunkan dari pihak laki-laki dan

    memiliki karakteristik predominan kariotipe 46 xx ( > 90%), dengan kromosom

    sepenuhnya berasal dari ayah. Ovum dibuahi oleh sebuah sperma haploid yang

    kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri setelah miosis dan nukleus

    ovum tersebut dapat hilang atau tidak-teraktivasi. Kromosom ovum biasanya tidak

    terlihat atau tampak tidak aktif. Walaupun sebagian besar mola komplit memiliki

    pola kromosom 46xx, sekitar 10% memiliki kariotipe 46xy. Kromosom pada mola

    komplit 46xy juga tampaknya berasal dari paternal seluruhnya, tetapi pada

    keadaan ini, telur yang kosong difertilisasi oleh dua sperma. Kariotipe ini

    mungkin berhubungan dengan kejadian keganasan di kemudian hari. Variasi lain

    juga pernah dikemukakan yaitu 45x. Risiko neoplasia trofoblastik yang terjadi

    pada mola komplit kurang lebih sebesar 20%.

    2. Mola hidatidosa parsial

  • 8/2/2019 Case Mola a

    16/33

    16

    Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih

    terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai

    mola hidatidosa parsial. Pada sebagian villi yang biasanya avaskuler terjadi

    pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat, sementara villi lainnya yang

    vaskuler dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang masih berfungsi tidak

    mengalami perubahan.

    Hiperplasia trofoblastik yang terjadi, lebih bersifat fokal daripada

    generalisata, kariotipe secara khas lebih tripoid, yang bisa 69, XXY atau 69,

    XYY, dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua komplemen

    haploid paternal. Janin secara khas menunjukkan stigmata triploid yang mencakup

    malformasi kongenital multipel dan retardasi pertumbuhan. Risiko terjadinya

    koriokarsinoma yang berasal dari mola hidatidosa parsial sangat kecil.

    Gambar 3.

    Tabel 1- Karakteristik Mola Hidatidosa Komplit dan Parsialis

    Gambar 7-KariotipeMola Hidatidosa Parsial

  • 8/2/2019 Case Mola a

    17/33

    17

    *The American College of Obstetricians and Gynecologists 1993

    Diagnosis2,3

    1. Gejala KlinikPada umumnya kehamilan dengan mola hidatidosa memberikan gejala klinis

    sebagai berikut :

    a. Perdarahan pervaginamPerdarahan pervaginam merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada

    pasien dengan kehamilan mola hidatidosa komplit, dan terjadi pada 97%

    kasus. Jaringan mola dapat terpisah dari desidua dan merusak pembuluh darah

    maternal, dan sejumlah besar darah yang tertahan dapat mengganggu

    pembuluh darah maternal. Ketika bekuan-bekuan darah intrauterin mengalami

    Mola hidatidosa/komplet Mola hidatidosa parsial

    Kariotipe

    Patologi

    Fetus

    Amnion, sel darah merahjanin

    Edema villa

    Proliferasi trofoblastik

    Diploid(46,XX atau

    46,XY)

    Tidak adaTidak ada

    Difus

    Bervariasi, ringan sampai

    berat

    Triploid (69,XXX atau

    69, XXY)

    kadang-kadang ada

    kadang-kadang ada

    Bervariasi, fokal

    Bervariasi, fokal, ringan

    sampai sedang

    Gambaran klinis

    Diagnosis

    Ukuran uterus

    Kista teka-lutein

    Komplikasi

    Penyakit post mola

    -Hcg

    Kehamilan mola

    50% lebih besar untuk

    umur kehamilan

    25-30%

    Sering terjadi

    20%

    Meningkat (> 50.000)

    Missed Abortion

    Kecil untuk umur

    kehamilan

    Jarang

    Jarang

    < 5-10%

    Meningkat sedikit

    (

  • 8/2/2019 Case Mola a

    18/33

    18

    oksidasi dan pencairan, cairan seperti jus buah prune akan mengalir ke

    dalam vagina. Oleh karena perdarahan pervaginam dapat banyak dan

    memanjang, setengah dari pasien akan mengalami anemia (kadar hemoglobin

    < 10 g/100 mL). American College of Obstetrics and Gynecology

    merekomendasikan setiap perdarahan abnormal pervaginam yang berlangsung

    lebih dari enam minggu harus dilakukan pemeriksaan -hCG7.

    b. Tidak adanya aktivitas janin.Meskipun uterus cukup besar untuk mencapai simfisis secara khas tidak

    ditemukan aktifitas janin sekalipun dideteksi dengan instrumen yang paling

    sensitif tidak teraba bagian janin dan tidak teraba gerakan janin.

    c. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilanHal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan, volume

    vesikuler villi yang besar rasa tidak enak pada uterus akibat regangan

    miometrium yang berlebihan. Pada sebagian besar pasien ditemukan tanda ini

    tetapi pada sepertiga pasien uterus ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan

    d. Eklampsi dan preeklampsiEklampsi dan preeklamsi pada trimester pertama

    pada awal trimester kedua yang merupakan hal yang tidak biasa pada

    kehamilan normal, telah dikatakan sebagai hal patognomonik pada mola

    hidatidosa, walaupun hanya terjadi pada 10-12% pasien.

    e. HiperemesisMual dan muntah yang sering berlebihan, dilaporkan terjadi 14-32% pasien

    mola, walaupun hal ini sulit untuk dibedakan dengan kehamilan biasa. 10%

    pasien mola dengan mual dan muntah cukup berat sehingga membutuhkan

    perawatan di rumah sakit.

    f. Mola hidatidosa sering disertai dengan kista luteinKista teka lutein multipel yang menyebabkan pembesaran satu atau kedua

    ovarium terjadi pada 15-30% penderita mola8. Umumnya kista ini menghilang

    setelah jaringan mola dikeluarkan tetapi ada juga kasus kista lutein baru

    ditemukan pada saat pemantauan. Kasus mola dengan kista lutein mempunyai

  • 8/2/2019 Case Mola a

    19/33

    19

    risiko 4 kali lebih besar untuk mendapatkan degenerasi keganasan di

    kemudian hari. Kista lutein ini diperkirakan terjadi akibat rangsangan elemen

    lutein yang berlebih oleh hormon korionik gonadotropin dalam jumlah besar

    yang disekresi oleh trofoblas yang berproliferasi. Pada setengah jumlah kasus,

    kedua ovarium membesar dan involusi dari kista terjadi setelah beberapa

    minggu, biasanya seiring dengan penurunan kadar hCG. Tindakan bedah

    hanya dilakukan bila ada ruptur dan perdarahan atau pembesaran ovarium tadi

    mengalami infeksi. Setelah evakuasi mola, kista lutein normalnya mengecil

    secara spontan dalam waktu 2 sampai 4 bulan.

    g. EmbolisasiSejumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma vili keluar dari uterus ke vena

    pada saat evakuasi. Sebetulnya pada setiap kehamilan selalu ada migrasi sel

    trofoblas ke peredaran darah kemudian ke paru tanpa memberi gejala apapun.

    Tetapi pada kasus mola kadang-kadang sel trofoblas ini sedemikian banyak

    sehingga dapat menimbulkan emboli paru akut yang dapat menyebabkan

    kematian. Jumlah dan volume akan menentukan gejala dan tanda dari emboli

    paru akut bahkan akibat yang fatal, walaupun kefatalan jarang terjadi.

    h. TirotoksikosisKadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering meningkat,

    namun gejala hipertiroid jarang muncul. Terjadinya tirotoksikosis pada mola

    hidatidosa berhubungan erat dengan besarnya uterus. Makin besar uterus

    makin besar kemungkinan terjadi tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola

    dengan uterus besar masih banyak ditemukan, maka dianjurkan agar pada

    setiap kasus mola hidatidosa dicari tanda-tanda tirotoksikosis secara aktif.

    Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih buruk, baikdari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya keganasan. Biasanya

    penyebab kematian adalah krisis tiroid. Peningkatan tiroksin plasma biasanya

    disebabkan oleh efek dari estrogen seperti yang dijumpai pada kehamilan

    normal. Kadar tirosin bebas dalam serum yang meningkat disebabkan oleh

    thyrotropin like effectdari hormon korionik gonadotropin. Terdapat korelasi

    antara kadar hCG dan fungsi endogen tiroid, tetapi hanya kadar hCG yang

    melebihi 100.000 IU/L yang bersifat tirotoksis.

  • 8/2/2019 Case Mola a

    20/33

    20

    2. Pemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik didapatkan:

    1,2,3,4

    Inspeksi- Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-

    kuningan yang disebut muka mola (mola face).

    - Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas

    Palpasi- Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba

    lembek

    - Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen dengan gerakjanin

    Auskultasi- Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin (pada mola

    hidatidosa parsial mungkin dapat didengar BJJ)

    - Terdengar bising dan bunyi khas Pemeriksaan dalam

    - Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak adabagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam

    kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks.

    3. Pemeriksaan Penunjang 2,6a. Laboratorium

    Karakteristik yang terpenting pada penyakit ini adalah

    kemampuannya untuk memproduksi hCG, sehingga jumlahnya

    meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan kadar -hCG

    seharusnya pada usia kehamilan yang sama.

    Hormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin penderita dan

    pemeriksaan yang lebih sering dipakai adalah -hCG kuantitatif

    serum. Pemantauan secara hati-hati dari kadar -hCG penting

    Gambar 8 - Gelembung mola

  • 8/2/2019 Case Mola a

    21/33

    21

    untuk diagnosis, penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua

    kasus penyakit trofoblastik. Jumlah hCG yang ditemukan pada

    serum atau pada urin berhubungan dengan jumlah sel-sel tumor

    yang ada.

    Kadar -hCG yang negatif tidak menyingkirkan diagnosis mola.

    Terdapat laporan kasus dimana terdapat gejala mola berupa

    perdarahan pervaginam dan hasil USG menampakkan gambaran

    badai salju namun tes -HCG negatif9. Negatif palsu tersebut

    terjadi karena peningkatan kadar -hCG yang terlalu tinggi tidak

    dapat dideteksi oleh sistem assay sehingga harus dilakukan

    pengenceran beberapa kali9.

    b. UltrasonografiPada kelainan mola, bentuk karakteristik berupa gambaran seperti

    badai salju dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin. USG

    dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk membedakan

    antara kehamilan normal dengan mola hidatidosa.

    Gambar 9 -USG mola Komplit

    Pada 1525 % kasus mola komplit dijumpai adanya massa kistik

    di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista teka lutein

  • 8/2/2019 Case Mola a

    22/33

    22

    ukuran > 6 cm.8

    USG telah menggantikan semua sarana diagnostik

    dalam menegakkan diagnostik mola.8,10

    Gambar 10 -USG Kista Teka Lutein

  • 8/2/2019 Case Mola a

    23/33

    23

    c. Uji sonde HanifaSonde dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis

    servikalis dan cavum uteri . Bila tidak ada tahanan sonde diputar

    setelah ditarik sedikit bila tetap tidak ada tahanan maka

    kemungkinan adalah mola.

    Kriteria Diagnostik2

    Pada beberapa kasus, vesikel mola hidatidosa yang berupa gambaran

    anggur dikeluarkan sebelum mola secara spontan abortus atau dikeluarkan dengan

    operasi. Pengeluaran secara spontan umum terjadi pada minggu ke-16 dan jarang

    terjadi setelah 28 minggu. Penemuan klinik berupa perdarahan yang menetap dan

    pembesaran uterus lebih dari usia kehamilan harus dicurigai sebagai kehamilan

    mola. Harus juga dipikirkan apakah pembesaran uterus tersebut disebabkan oleh

    mioma uteri, hidramnion atau kehamilan ganda. Penegakkan diagnosis yang

    akurat ialah dengan pemeriksaan USG.

    Sebagai kesimpulan, kriteria diagnostik mola hidatidosa komplit sebagai

    berikut2,3,4

    :

    1. Perdarahan yang terus menerus pada kehamilan kurang lebih 12minggu yang biasanya bersifat masif dan berwarna kecoklatan.

    2. Pembesaran uterus melebihi usia kehamilan.3. Tidak adanya bagian janin dan denyut jantung janin walaupun uterus

    membesar setinggi pusat atau lebih.

    4. Gambaran USG yang khas yaitu badai salju.5. Kadar serum HCG yang lebih tinggi daripada kadar umum berdasarkan

    usia kehamilan.6. Preeklampsia dan eklampsia yang muncul sebelum minggu ke-24.7. Hiperemesis gravidarum.

    Diagnosis pasti ditegakkan bila kita melihat lahirnya gelembung-

    gelembung mola. Tetapi bila menunggu sampai gelembung mola keluar

    biasanya sudah terlambat, karena pengeluaran gelembung umumnya

    disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun.

  • 8/2/2019 Case Mola a

    24/33

    24

    Yang baik ialah bila diagnosis mola dapat ditegakkan sebelum keluar

    gelembung.

    Diagnosis banding

    - Abortus- Kehamilan ganda- Kehamilan dengan mioma- Hidramnion

    Penatalaksanaan1,2,3,6

    Penatalaksanaan mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu :

    1. Perbaikan keadaan umumYang termasuk dalam usaha ini misalnya transfusi darah pada anemia

    berat atau tatalaksana syok, dan menghilangkan atau mengurangi

    penyulit seperti preeklampsia dan tirotoksikosis. Preeklampsia diobati

    seperti pada kehamilan biasa, sedangkan untuk tirotoksikosis diobati

    sesuai protokol dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam.

    2. Pengeluaran jaringan molaBila diagnosis telah ditegakkan dan kondisi yang berkaitan dengan

    kehamilan mola seperti anemia berat, hipertensi, hipertiroidisme telah

    ditegakkan, kehamilan mola harus segera diakhiri. Ada dua cara

    evakuasi, yaitu :

    a. Kuret hisapMerupakan tindakan pilihan untuk mengevaluasi jaringan mola,dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU

    oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL (sebagai tindakan preventif

    terhadap perdarahan hebat dan pencapaian efektifitas kontraksi

    terhadap pengosongan uterus secara cepat). Sondase tidak boleh

    dilakukan untuk mencegah terjadinya perforasi uterus

    Kuret hisap sebaiknya diikuti dengan kuret tajam, dan jaringan

    yang diambil dengan kuret tajam, dikirimkan secara terpisah ke

  • 8/2/2019 Case Mola a

    25/33

    25

    Bagian Patologi Anatomi untuk membedakan dengan

    khoriokarsinoma. Bila sumber vakum adalah tabung manual,

    siapkan peralatan minimal 3 set agar dapat dipergunakan secara

    bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Jika terdapat

    mola hidatidosa yang besar (ukuran uterus >12 minggu, dan

    dievakuasi dengan kuret hisap, laparotomi harus dipersiapkan, atau

    mungkin diperlukan ligasi arteri hipogastrika bilateral bila terjadi

    perdarahan atau perforasi).

    b. HisterektomiSebelum adanya kuret hisap, histerektomi dahulu sering dilakukan

    pada pasien dengan ukuran uterus di atas 12-14 minggu. Namun

    histerektomi saat ini tetap merupakan pilihan pada wanita yang

    telah cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk

    melakukan histerektomi adalah karena umur tua merupakan faktor

    predisposisi timbulnya keganasan. Batasan yang dipakai adalah

    umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang bahwa pada

    sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan histopatologi

    sudah tampak adanya tanda-tanda mola invasif.

    3. Terapi profilaksis dengan sitostatikaPemberian kemoterapi profilaksis belum secara pasti ditetapkan,

    namun biasanya diberikan pada kasus mola dengan risiko tinggi

    keganasan, biasanya diberikan metotreksat atau aktinomisin D.4

    Tidak

    semua ahli setuju dengan cara ini, dengan alasan jumlah kasus mola

    menjadi ganas tidak banyak dan sitostatika merupakan obat yangberbahaya. Goldstein berpendapat bahwa pemberian sitostatika

    profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan metastase, serta

    mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak 3 kali.4

    Kadar hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai risiko

    tinggi untuk perubahan ke arah ganas. Pada kasus ini dapat

    dipertimbangkan untuk memberikan metotreksat (MTX) 3x5 mg

    sehari selama 5 hari dengan interval 2 minggu sebanyak 3 kali

  • 8/2/2019 Case Mola a

    26/33

    26

    pemberian. Dapat juga diberikan aktinomisisn D 12 g/kgBB/hari

    selama 5 hari.

    4. Pemeriksaan tindak lanjutSetelah evakuasi mola atau histerektomi dengan mola in situ, pasien

    haruslah menjalani pemeriksaan kadar subunit-beta hCG setiap

    minggu sampai hasilnya normal untuk tiga minggu berturut-turut, dan

    setiap bulan sampai kadarnya normal pada 6 bulan berturut-turut.

    Grafik 1-Kurva regresi serum hCG normal

    Lama pengawasan masih belum pasti, namun berkisar antara satu

    atau dua tahun, mengingat kemungkinan terjadi keganasan setelah

    mola hidatidosa ( 20%).

    4

    Untuk tidak mengacaukan pemeriksaanselama periode ini pasien dianjurkan untuk tidak hamil dulu, dengan

    pemakaian alat kontrasepsi. Selama pengawasan, secara berkala

    dilakukan pemeriksaan ginekologik, kadar -hCG dan radiologi.

    Pemeriksaan kadar -hCG dilakukan setiap minggu sampai kadar

    menjadi negatif selama 4 6 minggu dan selanjutnya tiap bulan

    selama 1 tahun dan setelah itu pemeriksaan dilakukan dengan interval

  • 8/2/2019 Case Mola a

    27/33

    27

    3 bulan. PemeriksaanRoentgen paru-paru dilakukan untuk mengetahui

    adanya metastasis.

    Pemeriksaan -hCG serial setelah keguguran pada trimester pertama

    juga merupakan cara efektif untuk mendeteksi adanya kehamilan mola

    ataupun ektopik karena setelah terjadi keguguran masih ada

    kemungkinan terdapat kehamilan mola atau ektopik.7

    5. KontrasepsiPasien dimotivasi untuk menggunakan kontrasepsi yang efektif selama

    tindak-lanjut pemantauan kadar gonadotropin. Alat kontrasepsi dalam

    rahim (AKDR) sebaiknya tidak dipasang sampai pasien mencapai

    kadar hCG normal, oleh karena adanya risiko potensial perforasi

    uterus. Jika pasien tidak menginginkan sterilisasi bedah, pilihan

    kontrasepsi adalah hormonal atau metoda barrier. Penggunaan

    kontrasepsi oral kombinasi maupun AKDR terbukti aman dan efektif

    serta tidak meningkatkan resiko terjadinya postmolar trophoblastic

    disease11

    . Penggunaan kontrasepsi oral terbukti tidak menyebabkan

    penyakit trofoblas persisten12.

    Komplikasi

    1. Komplikasi non malignaa. Perforasi uterus

    Selama kehamilan kadang-kadang terjadi dan jika terjadi perforasi uterus,

    kuretase harus dihentikan. Laparoskopi atau laparotomi harus dilakukan

    untuk mengetahui tempat terjadinya perforasi.

    b.PerdarahanMerupakan komplikasi yang terjadi sebelum selama dan bahkan setelah

    tindakan kuretase. Oleh karena itu oksitosin intravena dilakukan sebelum

    memulai tindakan kuretase sehingga mengurangi kejadian perdarahan ini.

    c. DICFaktor yang dilepaskan jaringan mola mempunyai aktivitas fibrinolitik.

    Semua pasien diskrining untuk melihat adanya koagulopati.

    d. Embolisme trofoblastik

  • 8/2/2019 Case Mola a

    28/33

    28

    Dapat menyebabkan insufisiensi pernapasan akut. Faktor resiko terbesar

    terjadi pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan pada usia gestasi

    16 minggu. Keadaan ini bisa fatal.

    e. Infeksi pada servikal atau vaginal.Perforasi pada dinding uterus yang tipis selama evakuasi mola dapat

    menyebabkan penyebaran infeksi. Ruptur uteri spontan bisa terjadi pada

    mola benigna dan mola maligna.

    2. Komplikasi malignaMola invasif atau koriokarsinoma berkembang pada 20 % kasus mola dan

    identifikasi pasien penting untuk tindakan selanjutnya. Setelah mola

    komplit invasi uteri terjadi pada 15 % pasien dan metastase 4% pasien.

    Tidak terdapat kasus koriokarsinoma yang dilaporkan setelah terjadi mola

    inkomplit meskipun ada juga yang menjadi penyakit tropoblastik non

    metastase yang menetap yang membutuhkan kemoterapi.

    Prognosis

    Pemantauan yang dilihat pada pasien mola hidatidosa yang telah menjalani

    evakuasi mengindikasikan bahwa tindakan ini bersifat kuratif pada lebih dari

    80% pasien. Mola hidatidosa yang berulang terjadi pada 0,5 sampai 2,6%

    dengan risiko yang lebih besar untuk menjadi mola invasif atau

    koriokarsinoma. Kurang lebih 20% mola hidatidosa komplit menjadi

    metastatik koriokarsinoma yang potensial invasif.

  • 8/2/2019 Case Mola a

    29/33

    29

    BAB III

    ANALISIS KASUS

    Diagnosis mola hidatidosa pada kasus ini ditegakkan berdasarkan

    anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada

    pasien.

    Pasien wanita berusia 37 tahun. Umur pasien tersebut mempunyai

    peningkatan angka kejadian mola hidatidosa sebanyak 2 kali lipat. Selain umur,

    faktor resiko yang terdapat pada pasien ini adalah faktor nutrisi. Pasien berasal

    dari kelas sosial ekonomi rendah dimana pada keadaan ini intake lemak hewani

    dan beta karoten mungkin tidak terpenuhi.

    Gejala klinik yang didapatkan dari anamnesis berupa perdarahan

    pervaginam disertai mual muntah, perut makin membesar dengan test kehamilan

    positif. Perdarahan merupakan gejala utama mola dengan waktu terjadinya pada

    bulan pertama kehamilan. Sifat perdarahan pada pasien ini adalah sedikit-sedikit,

    sehingga pasien tidak langsung memeriksakan keadannya ini karena dianggap

    tidak berarti oleh pasien. Barulah pada saat terjadi perdarahan banyak pasien

    datang. Mual muntah yang terjadi pada pasien ini biasa terjadi pada 14-32%

    pasien mola. Gejala perut makin membesar dengan tes kehamilan positif juga

    sesuai dengan mola hidatidosa.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan TFU setinggi pusat, inspekulo porsio

    livid. Perut yang membuncit dengan TFU sepusat pusat yang tidak sesuai dengan

    kehamilan 16 minggu dimana ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan sesuai

    dengan mola hidatidosa.

    Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya PT pengenceran:1/640.000.

    Hasil pemeriksaan USG didapatkan gambaran khas yang menunjang

    diagnosis mola hidatidosa yaitu gambaran sarang tawon (honey comb

    appearance).

    Setelah diagnosis kehamilan mola ditegakkan, persiapan pre-operatif harus

    dilakukan yang meliputi penapisan metastasis dan stabilisasi keadaan umum

  • 8/2/2019 Case Mola a

    30/33

    30

    pasien. Hal tersebut meliputi pemeriksaan fisik menyeluruh, thorax foto,

    hematologi, tes fungsi ginjal dan hati.3,13

    Dilakukan evakuasi mola dengan kuret hisap untuk mengeluarkan

    gelembung..Hasil evakuasi juga dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk

    mengevaluasi apakah terdapat keganasan atau tidak dalam kasus ini.

    Kuret hisap memang merupakan terapi pilihan untuk mola hidatidosa

    tetapi pada kasus ini mengingat pasien sudah berusia 37 tahun dan ini merupakan

    kehamilan yang kelima, menurut kepustakaan histerektomi lebih dipilih untuk

    penatalaksanaan mola pada pasien seperti ini daripada kuret hisap. Histerektomi

    merupakan prosedur yang logis dilakukan pada wanita berusia di atas 35 tahun

    karena mola hidatidosa pada sepertiga dari populasi tersebut akan berkembang

    menjadi neoplasia trofoblastik gestasional.2

    Pada pasien ini tidak diberikan kemoterapi profilaksis. Peran kemoterapi

    sendiri masih menjadi kontroversi pada mola hidatidosa karena tidak terbukti

    meningkatkan prognosis jangka panjang, belum lagi efek toksik yang

    ditimbulkan.2

    Pemberian kemoprofilaksis dapat dipertimbangkan pada keadaan

    dimana pemantauan kadar HcG tidak dapat dilakukan atau tidak dapat dilakukan

    follow-up secara teratur.2

    Seharusunya dalam kasus ini diberikan penjelasan untuk melakukan

    kontrol kadar hCG secara rutin, dua minggu sekali, bila telah tercapai kadar

    normal selama tiga minggu berturut-turut pemeriksaan hCG dilakukan setiap

    bulan sampai enam bulan dan kemudian setiap dua bulan sampai satu tahun.

    hCG mencapai kadar normal pada minggu kedelapan pasca evakuasi akan tetapi

    karna sulitnya dilakukan maka hanya dilakukan pemeriksaan PT pengenceran dan

    kontrol ke poli.Pasien harus menunda kehamilan berikutnya supaya hasil follow-up kadar

    hCG tidak menjadi rancu dengan peningkatan hCG karena kehamilan.

    Dilakukan pencegahan kehamilan selama satu tahun. Penundaan

    kehamilan pada kasus ini dapat dianjurkan dengan pemakaian kontrasepsi. Pasien

    dimotivasi untuk menggunakan kontrasepsi yang efektif selama tindak-lanjut

    pemantauan kadar gonadotropin. Bahkan pada pasien ini dimana sudah

    merupakan kehamilan yang kelima, sebaiknya disarankan untuk melakukan

  • 8/2/2019 Case Mola a

    31/33

    31

    sterilisasi. Pada pasien ini sudah dilakukan motivasi KB namun tidak dilakukan

    dengan alasan tidak mendapat persetujuan dari suami pasien.

  • 8/2/2019 Case Mola a

    32/33

    32

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti sehingga tidak dapat

    diketahui usaha pencegahan yang harus dilakukan, oleh karena itu sangatlah

    penting untuk dapat mendeteksi dan menangani kasus ini sedini mungkin

    terutama karena kecenderungannya menjadi ganas.

    Perdarahan yang terjadi saat kehamilan muda dengan uterus yang lebih

    besar dari usia kehamilan yang sebenarnya merupakan kecurigaan terhadap

    kemungkinan adanya mola hidatidosa, walaupun harus dipikirkan kemungkinan

    lainya seperti kesalahan data tentang HPHT, kehamilan dengan mioma,

    hidrammnion, atau gemeli.

    Diagnosa ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

    pemeriksaan penunjang. Diagnosa pasti ditegakkan dari adanya gelembung mola

    atau jaringan mola. Bila masih terdapat keraguan dalam penegakan diagnosa, cara

    yang sangat membantu adalah adalah dengan pemeriksaan USG. Pengukuran

    kadar -HCG secara serial digunakan dalam mendeteksi penyakit trofoblast ganas

    yang terjadi setelah evakuasi jaringan mola.

    Penanganan yang cepat dan tepat dibutuhkan karena biasanya pasien

    datang setelah terjadinya perdarahan. Selain itu informed concent pada pasien dan

    keluarga pasien juga perlu diperhatikan dalam prosedur tindakan medis.

    Disarankan kepada penderita untuk kontrol ke poli secara teratur dan

    memeriksakan kadar -HCG, untuk melihat adakah perubahan ke arah keganasan

    akan tetapi karena keterbatasan untuk melakukan pemeriksaan kadar -HCG maka

    pemeriksaan ke poli secara teratur dan pemeriksaan PT pengenceran sudah cukupuntuk memantau perbaikan .

  • 8/2/2019 Case Mola a

    33/33

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wiknjosastro H. Mola Hidatidosa dalam: Ilmu Kandungan. Edisi ke-2.Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006; 262266.

    2. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL et al. Gestational TrophoblasticDisease, in William Obstetrics. 22

    nd. New York, Mc Graw Hill ; 2007 ;

    Chapter 11.

    3. H Alan, De Cherney, Nathan L. Gestational Trophoblastic Disease. In :Current Obstetric Gynecologic Diagnose and Treatment. 10

    thed. Lange.

    Baltimore NY. Mc Graw Hill. 2007; Chapter 53.

    4. Berkowitz RS, Goldstein DP. Molar Pregnancy. In N Engl J Med : 2009;360;16.

    5. Parazzini F, La Vecchia C Pampallona S. Parental age and risk completeand partial hydatidiform mole. Br J Obstet Gynaecol. 1996;93:582.

    6. Society of Gynecologic oncologies, Diagnosis and treatment of gestationaltrophoblastic disease. In : ACOG practice buletin, Clinical management

    guidelines for obstetrician and gynecologists number 53, June 2004.

    7. Dresang, LT. A Molar Pregnancy Detected by Following HumanChorionic Gonadotropin Levels after a First Trimester Loss. JABFP 2005

    (18).

    8. Montz FJ, Schlaerth JB, Morrow CP. The Natural history of theca luteincysts. In : Obstet Gynecol 1988;72:247-51

    9. Case Report :A False Negative Pregnancy Test in a Patient with aHydatidiform Molar Pregnancy. N Engl J Med; 349;22.

    10.Soto Wright V, Bernstein M, Goldstein DP, Berkowitz RS. The changingclinical presentation of complete molar pregnancy. Obstet Gynecol 1995

    11.Gaffield ME, Kapp N, Curtis KM. Combined oral contraceptive andintrauterine device use among women with gestational trophoblastic

    disease, Contraception, June 2009 (80); 363-371.

    12.Parazzini F, et al. Oral contraceptives and risk of gestational trophoblasticdisease. Contraception, June 2002 (65); 425-427.

    13.Ilancheran A. Optimal treatment in gestational trophoblastic disease. AnnAcad Med Singapore, 1998; 27:698-704.