laporan tutorial 2 kelompok 5 dr esa

63
LAPORAN TUTORIAL Skenario 2 Tutor : dr. Esa Indah Ayudia Tan Anggota kelompok 5 : Abdul Rahman Saputra G1A112016 Siska meliana G1A112017 Nusi Novia Alisma G1A112018 Diga Ana Rusfi G1A112019 Andreas Desmon G1A112020 Miftahul Hayati G1A112025 Nadya Fitrianafani G1A112026 Khaisha Badriani G1A112027 Nusi A Hotabilardus G1A112052 Rina Silvia Barbara S G1A112053 Esty Gusmelisa G1A112055

Upload: diga-ana-rusfi

Post on 11-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

blok reproduksi

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIALSkenario 2

Tutor : dr. Esa Indah Ayudia TanAnggota kelompok 5 :Abdul Rahman Saputra G1A112016Siska meliana G1A112017Nusi Novia Alisma G1A112018Diga Ana RusfiG1A112019Andreas Desmon G1A112020Miftahul HayatiG1A112025Nadya Fitrianafani G1A112026Khaisha BadrianiG1A112027Nusi A Hotabilardus G1A112052Rina Silvia Barbara SG1A112053Esty Gusmelisa G1A112055

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI2014/2015A. SKENARIO 2 Shanti, 50 tahun, ibu rumah tangga, datang ke poliklinik obstetri dan ginekologi, karena post coital bleeding sejak 8 bulan yang lalu. Siklus menstruasi normal. Riwayat KB suntik 1 bulan sejak 20 tahun yang lalu. Sebelum melakukan pemeriksaan, dokter menjelaskan mengenai gangguan haid dan siklus menstruasi. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan ginekologi dan paps smear. Dari hasil pemeriksaan paps smear dokter menyimpulkan sel cervix Shanti mengalami dysplasia ringan. Dokter menjelaskan bahwa displasia ini dapat berkembang menjadi kanker cervix jika tidak ditangani dengan baik. Dokter juga menyarankan Shanti untuk melakukan pemeriksaan paps smear secara berkala. Dari anamnesis lebih lanjut dokter mendapatkan informasi bahwa Shanti tidak memiliki banyak pasangan, belum pernah mendapat imunisasi HPV, memiliki 5 orang anak dan ternyata saudara perempuan Shanti juga ada yang menderita kanker ovarium.

B. KLARIFIKASI ISTILAH1. Obstetri: Spesialis pembedahan yang menangani pelyanan kesehatan wanita selama masa kehamilan, persalinan dan nifas.12. Ginekologi: Ilmu yang mempelajari dan menangani kesehatan alat reprouksi wanita. 13. Postcoital bleeding : Perdarahan yang terjadi setelah/selama hubungan seksual, tidak berhubungan dengan menstruasi. 24. Paps smear: Tes skrining untuk mendetaksi dini perubahan/ abnormalitas dalam sevix sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker. 35. Dysplasia: Suatu keadaan dimana terjadi perubahan sel. 16. Kanker servix: Keganasan oleh virus yang menyebabkan terjadinya perubahan sel. 37. Imunisasi HPV: Imunisasi yang dapat melindungi wanita terhadap jenis infeksi human papiloma virus mungkin bisa menurunkan resiko kanker servik. 38. Kanker ovarium : Perkembangan sel abnomal pada ovarium. 3

C. IDENTIFIKASI MASALAH1. Jelaskan penyebab postcoital bleeding dan mekanismenya?2. Jelaskan pemeriksaan penunjang postcoital bleeding?3. Apa hubungan riwayat suntik KB dengan keluhan yang di alami Shanti?4. Apa saja jenis-jenis KB sertakan keuntungan dan kerugiaannya? 5. Apa saja gangguan pada siklus menstruasi? 6. Apa tujuan dan indikasi pemeriksaan ginekologi? 7. Bagaimana cara pemeriksaan ginekologi? 8. Jelaskan indikasi, kontraindikasi, cara pemeriksaan dan jadwal dari pemeriksaan paps smear! 9. Bagaimana interprestasi paps smear? 10. Jelaskan tentang program pemerintah mengenai paps smear?11. Apa saja faktor penyebab terjadinya dysplasia?12. Bagaimana mekanisme displasia menjadi kanker servik? 13. Apa klasifikasi dysplasia?14. Jelaskan tentang kanker servik!15. Mengapa dysplasia ringan dapat menadi kanker?16. Apa makna klinis dari hasil anamnesis Santi?17. Apa tujuan, manfaat,dan kapan waktu pemberian imunisai HPV?18. Jelaskan tentang kaker ovarium !

D. ANALISIS MASALAH1. Jelaskan penyebab postcoital bleeding dan mekanismenya? Jawab:Penyebab: 3 Displasia serviks: merupakan perubahan pra-kanker pada leher rahim. Dalam teorinya dikatakan disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Cara deteksi displasia dilakukan dengan pemeriksaanPaps Smear. Infeksi di vagina atau serviks: yang disebabkan oleh Chlamidia, Gonorea (kencing nanah), Trikomonas, dan infeksi jamur. Polip serviks, massa bertangkai pada serviks. Kanker leher rahim (Carcinoma Cervix) Endometriosis terutama adenomiosis yaitu adanya pertumbuhan endometrium (lapisan dalam rahim yang keluar waktu haid) yang masuk /infiltrasi ke otot2 rahim. Polip rahim, mirip dengan polip serviks, cuma yang ini tumbuhnya didalam rongga rahim Infeksi menular seksual Uterina fibroid tumor.

Mekanisme : 3 Polipus Serviks Uteri karena radang / virus.Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami metaplasi menjadi lebih semakin kompleks. Apabila polip terkena trauma karena penis berdarah. Erosio Portionis UteriEpitel toraks endoserviks dengan stroma vaskular dibawahnya tumbuh sampai di luar ostium uteri eksternum dengan mendesak epitel yang normal ditemukan ditempat tersebut. Vulnus Traumatikum Post Koitum Infeksi gonore/infeksi post partum (streptococcus, stafilococcus, dll)

2. Jelaskan pemeriksaan penunjang postcoital bleeding?3Jawab:- Paps Smear - IVA test : pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat (3-5 %).- Radiologi/USG- Biopsi : pengambilan sedikit sampel jaringan untuk diperiksa di mikroskop.- Laboratorium darah- Kuretase sel endometrium- Tumor Marker (penanda tumor) : Pada ovarium : alfa feto protein (afp) dan cancer antigen 125 (ca-125) dengan menggunakan sampel darah. Pada payudara : CA15-3 , CA27-29 Endometrium stromal sarcoma : Desmin Koloskopi 5Kolposkopimerupakansuatuprosedurpemeriksaanvaginadanserviks dengan menggunakan instrumen kaca pembesar dengan pencahayaan. Pada awalnya digunakan untuk mendeteksi kanker serviks invasif dini asimptomatiktetapi sekarang digunakan untuk mendeteksi kelainan pre invasif dengan tujuan mencegah perkembangan kanker serviks invasif.Kolposkop adalah mikroskop binokuler dengan pembesaran rendah (10-40 x)untuk visualisasi langsung serviks. Meskipun kolposkopi tidak menggantikan metode lainnya untuk mendiagnosis kelainan serviks, pemeriksaan inimerupakann alat tambahanyang penting.Pasien yang paling mendapat manfaat dari kolposkopi adalah pasien dengan apusan Pap abnormal.

Gambar 1. Pemeriksaan kolposkopi (dikutip dari MFMER.com)Teknik pemeriksaan koloskopia. Bahan dan alat diperiksa sebelum pemeriksaan dimulaib. Pasien dalam posis litotomi dan dipasang duk sterilc. Pemeriksa duduk pada alat kolposkopi, jarak binokular di atur dan kolposkopi dinyalakand. Tergantung pada indikasi kolposkopi, vulva dapat dilihat dengan kolposkopi. Asam asetat 3-5% dapat digunakan untuk mempermudah melihat epitel. Bila terlihat daerah abnormal, maka segera dilakukan biopsi vulva. e. Dimasukkan spekulum ukuran paling besarf. Serviks harus dapat dilihat sempurna, kadang perlu dilakukan usapan mukus yang menutupi serviks. Bila posisi serviks kurang pas maka dapat diselipkan kasa basah di fornki dengan memakai forsepg. Diambil sampel untuk pemeriksaan sitologi, bila ada perdarahan cukup ditekan biasanya akan berhentih. Serviks disinari dengan cahaya putih dengan perbesaran 4-8x, dicatat temuan makroskopisi. Pola pembuluh darah dinilai dengan tabir /saringan berwarna hijau dengan perbesaran rendah dan tinggi. Asam asetat sebaiknya baru digunakan setelah pembuluh darah dilihatj. Kemudian digunakan asam asetat 3-5% secara hati-hati sampai semua bagian serviks basah, diikuti asam asetat terlarut untuk menjamin terjadinya reaksi memutih karena asetat (acetowhite reaction)k. Epitel serviks dinilai dengan perbesaran rendah, sedang, dan tinggi. Acetowhite reaction pelan-pelan akan hilang tergantung pada parahnya abnormalitas epitel. Dengan menghilangnya reaksi ini maka gambaran mosaik pembuluh darah akan menjadi lebih jelas karena kontras dengan jaringan sekitarnya. Bila terlihat pembuluh darah maka harus dilihat dengan pembesaran tinggi.l. Epitel normal dan abnormal serta pola pembuluh darah diingat dengan baik karena akan diperlukan saat mengisi datam. Bila memungkinkan diambil sampel endoserviks dengan kuret endoservik atau dengan cytobrush. Kuret dipegang seperti memegang pensil dan dimasukkan kedalam os servikalis dan seluruh kanalis di kuret dengan tarikan definitif. Sampel difiksasi dan ditempatkan dalam botol sampel serta diberi labeln. Dilakukan biopsi yang dipandu kolposkopi. Tempat biopsi dipilih dan sampel di ambil dengan tang biopsi. Perdarahan dirawato. Vagina dilihat kembali bersamaan dengan dikeluarkannya spekulump. Bila diperlukan dilanjutkan dengan iopsi vulvaq. Pasien diberitahu tentang hasil pemeriksaan awal kolposkopiSpesimen diperiksa kelengkapannya, dilakukan dokumentasi serta kolposkopi dibersihkan dan alat-alat yang digunakan disterilkan kembali.

3. Apa hubungan riwayat suntik KB dengan keluhan yang di alami Shanti?4Jawab:Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang berhubungan dengan peningkatan kecil angka kejadian kanker leher rahim dan neoplasia intraepitel. Penggunaan kontrasepsi oral yang lama harus menjalani pemeriksaan sitologi serviks secara teratur.

4. Apa saja jenis-jenis KB sertakan keuntungan dan kerugiaannya?2Jawab: Definisi KontrasepsiKontrasepsi merupakan suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan sehingga tidak terjadi kehamilan. Negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar mendukung program kontraspesi untuk mengendalikan pertumbuhan jumlah penduduk dan untuk meningkatkan kesejahteraaan keluarga. Dalam hal ini pemerintah Indonesia menyelenggarakan program Keluarga Berencana atau KB melalui pengaturan kelahiran.Jenis KontrasepsiKontrasepsi dapat dilakukan dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu. Metode kontrasepsi tanpa alat bantu disebut juga KB sistem kalender atau abstinesia. Cara KB dengan sistem kalender adalah mengatur kehamilan dengan tidak melakukan hubungan cekcual pada saat wanita dalam masa subur. Masa subur berkaitan dengan terjadinya siklus menstruasi atau datang bulan. Masa subur wanita adalah kurang lebih satu minggu sebelum menstruasi dan satu minggu sesudah menstruasi.Jenis kontrasepsi yang kedua adalah kontrasepsi dengan alat bantu. Dengan alat bantu kontrasepsi memungkinkan sperma dan sel telur tidak dapat bertemu walaupun terjadi ejakulasi di dalam pagina saat melakukan hubungan cekcual. Pemakaian alat kontrasepsi masih menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, terutama golongan agamawan. Namun saat ini masyarakat telah banyak memanfaatkan alat kontrasepsi untuk membantu mengatur kelahiran anak.Macam-macam Alat KontrasepsiBerikut ini contoh alat kontrasepsi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini beserta kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan dalam pemakaiannya.1. IUD (Intra Uterine Device)IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, dan harus diganti apabila sudah dipakai dalam masa tertentu. Kelebihan penggunaan IUD adalah sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Sedangkan kekurangan penggunaan IUD adalah dapat menyebabkan pendarahan di luar siklus menstruasi yang dialami wanita.Cara kerja IUD, banyak yang berpendapat bahwa cara kerja dari IUD ini adalah dengan menyulitkan bertemunya sperma dan sel telur. Namun beberapa dokter muslim menjelaskan bahwa sifat kerja IUD adalah mencegah bersemainya sel telur yang telah dibuahi di dalam Rahim (telah berbentuk zygot), sehingga dapat diartikan membunuh bayi diusia dini. Sehingga beberapa ulama berpendapat bahwa penggunaan IUD haram.2. Kondom.Kondom digunakan pada fenis pria untuk mencegah sperma bertemu sel telur ketika terjadi ejakulasi. Kondom berupa sarung karet yang terbuat dari bahan lateks. Kelebihan penggunaan kondom adalah mudah digunakan dan tidak membutuhkan bantuan medis untuk memakai. Kekurangan penggunaan kondom adalah terjadinya kebocoran cairan mani dan alergi pada pemakaian bahan-bahan kondom tertentu.3. KB Suntik.KB Suntik dilakukan setiap 3 bulan sekali pada seorang wanita untuk mencegah terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur). Kelebihan menggunakan KB Suntik adalah efektif mencegah kehamilan tanpa perlu banyak tahap yang sulit. KB Suntik juga termasuk metode kontrasepsi yang terhitung murah untuk masyarakat Indonesia. Meski demikian, suntikan KB pada uji coba hewan bisa meningkatkan terjadi resiko kanker.4. Pil KB.Pil KB disebut juga kontrasepsi oral. Pil KB berisi hormon yang menghambat pengeluaran sel telur. Keunggulan menggunakan Pil KB adalah bisa mengatur kehamilan sekaligus efektif mencegah kanker ovarium dan endometrium. Sedangkan kelemahan penggunaan pil KB adalah harus diminum oleh wanita secara rutin. Bila tidak diminum secara rutin dan disiplin maka kemungkinan hamil tetap terjadi.5. ImplantMetode kontrasepsi implant (susuk) ditempatkan di bawah kulit lengan wanita dan mengeluarkan hormon yang mencegah pelepasan ovum. Metode kontrasepsi ini terbilang efektif dan tidak memerlukan kedisiplinan tinggi seperti penggunaan Pil KB. Kekurangan penggunaan implant adalah bisa menyebabkan fase menstruasi tidak teratur. Selain itu, sejumlah kasus melaporkan implant yang tertanam tidak berdiam di lengan namun bergerak ke bagian tubuh terdekat lainnya.6. DifragmaDiafragma atau cervical cap berguna untuk menutupi uterus sehingga mencegah sperma membuahi sel telur. Metode ini tidak biasa di Indonesia karena selain mahal, pemasangannya harus dengan tenaga medis dengan biaya yang mahal. Ditambah lagi angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi, membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan

Gambar 2. Kontrasepsi cervical cap

7. Jeli, busa atau sponsJeli termasuk alat kontrasepsi yang dipakai oleh wanita yang mengandung spermisida (zat yang membunuh sel sperma) sehingga sperma gagal memasuki uterus. Jeli saat ini jarang dipakai dalam metode kontrasepsi karena tidak efektif mencegah kehamilan dan menimbulkan alergi pada sebagian besar wanita yang memakai.Demikian informasi seputar jenis, metode dan alat kontrasepsi yang umum dipakai oleh manusia. Selain cara ini, pencegahan kehamilan juga bisa dilakukan dengan metode operasi vasektomi dan tubektomi. Penjelasan lengkap mengenai dua cara itu akan kita bahas pada artikel selanjutnya. Mudah-mudahan artikel ini bisa menambah pengetahuan Anda untuk mengatur kelahiran anak.

Jenis-jenis kontrasepsi nonhormonala. Senggama terputus (Koitus interruptus)Senggama terputus iyalah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi.keuntungan cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat ataupun persiapan, tetapi kekuranggannya adalah untuk menyukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak laki-laki.b. Pembilasan pasca senggama (postcoital douche)Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat setelah coitus.c. Perpanjangan masa menyusui anak (Prologed lactation)Memperpanjang masa laktasi dapat mencegah kehamilan karena mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea postpartum. Akan tetapiovulasi suatu saat akan terjadi lagi dan akan mendahului haid pertama setelah partus. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan.d. Rhythm MethodYakni menghitung masa ovulasi sehingga pada masa ovulasi tidak dapat terjadi kehamilan, akan tetapi tidak dapat di tterapkan pada wanita yyang siklus ovulasinya tidak tteratur.5. Apa saja gangguan pada siklus mentruasi?5Jawab:Kelainan pada siklus menstruasi digolongkan dalam:1) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:a. Hipermenorea atau menoragiaHipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari).Penyebab adalah mioma uteri, polip endometrium, dan lain-lain.b. HipomenoreaHipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih kurang dari biasa.Sebab-sebanya terletak pada konstitusi penderita pada uterus (misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin, dna lain-lain.

2) Kelainan siklus:a. PolimenoreaPolimenorea adalah siklus haid lebih pendek dari biasa ( kurang dari 21 hari).Disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi atau menjadi pendeknya masa luteal.b. OligomenoreaDisini siklusnya lebih panjang lebih dari 35 hari.Pada kebanyakan kasus oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.c. AmenoreaAmenorea adalah keadaan tidak adanya hadi untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.Dibagi 2 jenis : Primer : wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah haid, sebab-sebab kelainan lebih berat misalnya kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Sekunder : wanita pernah mendapat haid tetapi kemudian tidak dapat lagi, sebab-sebabnya seperti gangguan gizi, metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi dan lain-lain.

6. Apa tujuan dan indikasi pemeriksaan ginekologi?2Jawab:Tujuan Untuk mengetahui kesehatan alat reproduksi wanita Untuk membantu dalam menegakkan diagnosisIndikasi Infeksi alat genital Perdarahan pervaginam Ada masa di alat genital

7. Bagaimana cara pemeriksaan ginekologi? 6Jawab:Pemeriksaan GinekologiNoLangkah

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan dan imformed consent

3. Persiapkan alat yang dibutuhkan : sarung tangan steril, kapas DTT, pelumas/jelli, speculum, larutan klorin 0,5 %

4. Cuci tangan dan kenakan handscoon

5. Persilahkan pasien berbaring dalam posisi litotomi dan pemeriks aberdiri didepan vulva

6. Lakukan tindakan aseptic antiseptic pada vulva dengan menggunakan kapas sublimatdari arah atas kebawah

Inspeksi:

7. Nilai kondisi : mons pubis, labia mayora dan minora, klitoris, hymen, anus, dan perineum (hematoma/ edema, sikatrik, benjolan, tanda radang)

Inspekulo:

8. Beri pelumas/jelli pada speculum , usahakan speculum telah dihangatkan

9. Masukkan speculum dengan ukuran sesuai secara miring, agar tidak mengenai meatus uretra eksternum

10. Spekullum dimasukkan sejauh mungkin kedalam vagina lalu dibuka hingga serviks terlihat jelas

11. Kencangkan/kunci speculum

12. Nilai kondisi serviks : warna, ulserasi, tumor, perdarahan, keputihan

13. Sekrup speculum dikendurkan dan speculum diputar kembali pada posisi semula (miring). Speculum perlahan-lahan ditarik keluar

Pemeriksaan bimanual:

14. Beri jeli pada jari telunjuk dan jari tengah

15. Ibu jari dan telunjuk tangan kiri membuka labia

16. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina dengan menekankan kearah komisura posterior yang kemudian diikuti jari telunjuk

17. Setelah jari tengah dan telunjuk tangan kanan masuk, tangan kiri dipindahkan keatas sympisis untuk memfiksasi uterus

18. Nilai kondisi serviks: posisi , ukuran, nyeri goyang portio

19. Nilai kondisi uterus: ukuran, bentuk, nyeri tekan benjolan

20. Letakkan tangan kanan disamping serviks, tangan kiri pada sisi yang sama diatas perutNilai kondisi ovarium : ukuran, konsistensi, nyeri, mobilitas

21. Keluarkan tangan pelan-pelan

22. Cuci tangan pada larutan klorin, sarung tangan dibuka dan rendam dalam keadaan terbalik

8. Jelaskan tujuan, indikasi, kontraindikasi, cara pemeriksaan dan kapan pemeriksaan paps smear dilakukan! 2.3Jawab:Tujuan: Dilakukan untuk kepentingan diagnosis dini karsinona serviks uteri dan karsinoma korpus uteri Secara tidak langsung untuk mengetahui fungsi hormonal karena pengaruh esterogen dan progesteron menyebabkan perubahan-perubahan khas pada sel-sel selaput lendir vaginaIndikasi: Menikah usia 3x Pernah menggunakan alat kontrasepsi (IUD>5tahun) Mengalami pendarahan setiap koitus Mengalami keputihan

Kontraindikasi : Wanita yang belum pernah koitus Wanita dengan histerektomi: skrining rutin tidak dilanjutkan apabila serviks telah diangkat dan tidak ada riwayat pertumbuhan sel yang abnormal atau ke arah keganasanSebelum melakukan prosedur pemeriksaan paps smear terlebih dahulu kita menyiapkan- klorin 0,5 % untuk merendam alat selama 10 menit- cairan DTT ( desinfektan tingkat tinggi).DTT (Disinfektan Tingkat Tinggi) adalah cara pemusnahan dan penghancuran mikroorganisme pathogen pada suatu benda DTT dicapai dengan cara merebus, mengukus atau secara kimiawi Jenis-jenis DTTDTT dengan merebus: peralatan direbus sedikitnya 20 menit (mendidih). Pakailah alat-alat tersebut sesegera mungkin atau tempatkan di wadah tertutup dan kering.DTT dengan bahan kimia : etil atau isopropil alkohol, klorin, glutaraldehid atau formaldehid (formalin) 8 % .Tatacara:a. Beri label nama pada ujung kaca objekb. Masukkan spekulum, dapat diberikan air atau salin jika perluc. Lihat adanya abnormalitas serviksd. Identifikasi zona transformasie. Pilih ujung spatula yang paling cocok dengan mulut serviks dan zona transformasi f. Putar spatula 3600 disekitar mulut serviks sambil mempertahankan kotak dengan permukaan epitelialg. Dengan putaran searah jarum jam diawali dan diakhiri pada jam 9 (atau berlawanan arah jarum jam dari jam 3 ke jam 3), hasil yang terkumpul dipertahankan horizontal pada permukaan atasnya ketika instrumen dikeluarkan.h. Jangan memulas sampel pada saat ini jika belum akan difiksasi. Pegang spatula antara jari dari tangan yang tidak mengambil sampel (atau letakkan pada kaca objek dengan spesimen muka diatas), sementara sempel dari cytobrush dikumpulkan.i. Cytobrush mempunyai bulu sikat sirkumferen yang dapat kontak dengan seluruh permukaan mulut serviks ketika dimasukkan.j. Cytobrush hanya perlu diputar minimal -1 putaran searah jarum jam, tergantung keadaan ostium serviksk. Pulas sampel pada spatula pada kaca objek dengan satu gerakan halusl. Kemudian pulas cytobrush tepat diatas sampel sebelumnya dengan memutar ganggangnya berlawanan dengan arah jarum jamm. Pulasan harus rata dan terdiri dari satu lapisan, hindari gumpalan besar sebisanya tapi juga hindari manipulasi berlebihan yang dapat merusak sel, pindahkan sampel dari kedua instrumen ke kaca objek dalam beberapa detikn. Fiksasi spesimen secepatnya untuk menghindari ertefak karena pengeringan oleh udara yang akan menyebabkan perubahan degeneratif yang akan menyebabkan kehilangan bentuk sel. Slide direndam dengan cepat dalam tempat tertutup yang berisi larutan ethanol 95% selama 20 menito. Keringkan dan kirim ke bagian Sitologi Patologi Anatomip. Hasil pemeriksaan dibaca dengan sistem BethesdaKapan dilakukanAmerican Cancer Society(2009) merekomendasikan semua wanita sebaiknya memulai skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun.Selain itu wanita yang telah mendapat histerektomi total tidak dianjurkan melakukan tes Pap Smear lagi. Namun pada wanita yang telah menjalani histerektomi tanpa pengangkatan serviks tetap perlu melakukan tes Pap atau skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.MenurutAmerican College of Obstetricians and Gynecologists(1989) merekomendasikan setiap wanita menjalani Pap Smear setelah usia 18 tahun atau setelah aktif secara seksual. Bila tiga hasil Pap Smear dan satu pemeriksaan fisik pelvik normal, interval skrining dapat diperpanjang, kecuali pada wanita yang memiliki partnerseksual lebih dari satu.Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien yang menderita peradangan berat pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan obat tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut juga dilarang melakukan hubungan seksual selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear .PemeriksaanPap Smeardilakukan paling tidak setahun sekali bagiwanitayang sudah menikah atau yang telah melakukanhubungan seksual. Parawanitasebaiknya memeriksakan diri sampai usia 70 tahun.Pap Smeardapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masahaid. Persiapan pasien untuk melakukanPap Smearadalah tidak sedanghaid, tidakcoitus1 3 hari sebelumpemeriksaandilakukan dan tidak sedang menggunakan obat obatan vagina

9. Bagaimana interprestasi paps smear? Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear, sistem Papanicolaou, sistemCervical Intraepithelial Neoplasma(CIN), dan sistem Bethesda.Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 yaitu:a.Kelas I : tidak ada sel abnormal.b.Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan.c.Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang.d.Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat.e.Kelas V : keganasan.

Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari :a. CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari sepertiga lapisan epitelium.b.CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium.c.CIN III merupakan displasia berat atau karsinomain situyang dimana telah melibatkan sampai kebasement membranedari epitelium.

Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah melalui beberapa kali pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda 2001. Klasifikasi Bethesda 2001 adalah sebagai berikut:a.Sel skuamosa1)Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)2)Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)3)High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)4)Squamous Cells Carcinomab.Sel glandular1)Atypical Endocervical Cells2)Atypical Endometrial Cells3)Atypical Glandular Cells4)Adenokarsinoma EndoservikalIn situ5)Adenokarsinoma Endoserviks6)Adenokarsinoma Endometrium7)Adenokarsinoma Ekstrauterin8)Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)

10. Jelaskan tentang program pemerintah mengenai paps smear?21Jawab:Kini, peserta BPJS Kesehatan mendapat kesempatan untukmemeriksakan diri untuk mendeteksi kanker serviks secara dini di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan lembaga yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan seperti Yayasan Kanker Indonesia. Deteksi dini kanker serviks itu masuk dalam skema pembiayaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), sehingga peserta tidak perlu membayar biayanya.Upaya ini merupakan program berbasis managed care yang sudah diterapkan BPJS Kesehatan sejak lembaya ini bernama PT Askes (Persero). Ada empat pilar prinsip dasar di dalam pelaksanaannya, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sebagai salah satu upaya mengoptimalisasikan fungsi promotif dan preventif, BPJS Kesehatan melakukan sosialisasi pada masyarakat mengenai pentingnya melakukan deteksi dini kanker leher rahim atau serviks.Beberapa waktu lalu, BPJS Kesehatan bersama Yayasan Kanker Indonesia mencanangkan Gerakan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim, yang dimulai di PT Tuntext Garment Indonesia Cikupa Tangerang, Banten. Wilayah Tangerang merupakan kota industri yang memiliki sekitar 90 persen pekerjanya adalah perempuan berusia produktif.Peserta BPJS Kesehatan yang ingin melakukan deteksi dini kanker serviks dapat menandatangani formulir permohonan pelayanan pemeriksaan deteksi kanker di Kantor Cabang BPJS Kesehatan. Selanjutnya, ia bisa mengunjungi fasilitas kesehatan tingkat pertama yang memiliki pelayanan pap smear dan IVA, untuk melakukan pemeriksaan pap smear maupun Inspeksi Visual Asetat (IVA). Jika dari hasil pemeriksaan IVA peserta tersebut terdiagnosa menderita kanker serviks, maka dapat dilakukan krioterapi. Krioterapi adalah metode pengobatan kanker leher rahim dengan melakukan perusakan sel-sel pra-kanker dengan cara dibekukan (dengan membentuk bola es pada permukaan leher rahim). Tindakan ini dapat dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti puskesmas oleh dokter umum/dokter spesialis kebidanan yang terlatih. Selanjutnya, peserta BPJS Kesehatan dapat memperoleh pengobatan lebih lanjut jika diperlukan.Tes Pap Smear dan inspeksi visual asam asetat (IVA) merupakan cara praktis deteksi dini kanker serviks. Kerjasama YKI dengan BPJS Kesehatan mempunyai sasaran untuk memberikan tes IVA gratis untuk 5 juta orang dan papsmear gratis untuk 1,6 juta orang. Program ini telah bergulir sejak Juni 2014.

11. Apa saja faktor penyebab terjadinya displasia?11Jawab:Displasia serviks disebabkan oleh HPV (Human Papilloma Virus), yang merupakan factor terpenting dalam onkogenesis serviks. Faktor faktor resiko yang dapat menyebabkan neoplasia serviks yaitu :a. Usia dini saat berhubungan seks pertama kalib. Banyak pasangan seks atau memiliki pasangan pria yang punya banyak pasangan seksc. Terdeteksi HPV resiko tinggi secara persistend. Subtipe HLA dan virus tertentue. Pajanan kontrasepsi oral dan nikotinf. Infeksi genital (klamida)

12. Bagaimana mekanisme displasia menjadi kanker servik? Jawab:Servix dilapisi oleh 2 macam epitel yaitu epitel squamosa dan epitel kolumner. Epitel squamosa menutupi serviks bagianluar dan epitel kolumner menutupikanalisservikalis Epitel squamosa dan epitel kolumner bertemu membentuksambungan squamokolumner (SSK).Dengan adanya pH vagina yang rendah dapat terjadi perubahan epitel kolumner menjadi epitel squamosa, perubahan tersebut dinamakan metaplasia. Prosesmetaplasia ini dianggap sebagai peristiwa normal dan terjadi pada kebanyakan wanita. Epitel squamosa yang terjadi akibat proses metaplasia disebut epitel squamosa metaplastik dan daerah yang terjadi akibat metaplasia disebut zone transpormasi.Jika terdapat mutagen pada serviks seperti sperma yang mengandung virus HSV tipe 2, klamidia dan HPV pada saat fase aktif atau fase awal dari metaplasia, maka sel-sel metaplastik dapat berubah menjadi sel yang berpotensi ganas dan dapat menyebabkan kelainan yang disebut displasia. Displasiayang terjadi dari yang ringan, sedang, berat dan selanjutnya dapat berkembang menjadi kanker serviks jika daya tahan tubuh tidak dapat mengatasi sel-sel tersebut. Perubahan dari displasia ringan ke sedang dan selanjutnya membutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 3 5 tahun sehimgga kita mempunyai waktu untuk melakukan deteksi dini dengan Pap Smear.3,12

13. Apa saja klasifikasi displasia? 3Jawab:1. CIN (Cervikal intraepitelial neoplasma) tipe I : displasia ringan dimana sel-sel abnormal terbatas pada sepertiga bagian luar dari lapisan sel epitel permukaan yang melapisis servik2. CIN II : displasia moderat/sedang,dimana sel-sel abnormal menyusun sekitar duapertiga bagian luar dari ketebalan lapisan permukaan epitel. 3. CIN III : displasia berat,dimana sel-sel abnormal pada seluruh ketebalan permukaan epitel,tetapi belum menyebar ke bawah permukaan

14. Jelaskan tentang kanker servika. Etiologi 3 Sebab langsung belum diketahui Bukti kuat mempunyai hubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik : jarang ditemukan pada perawan insiden tinggi pada mereka yang kawin dari pada yang tidak, terutama pada gadis yang koitus pertama dialami pada usia muda (12 tahun). Belum cukup data efektivitas pemberian vaksin HPV pada laki-laki. Vaksin HPV terdiri dari tiga suntikan pada lengan atas sepanjang waktu enam bulan.18Waktu pemberian vaksin sebaiknya dilakukan sejak masa remaja, yaitu sejak usia 10 tahun pada orang Indonesia dengan jadwal vaksinasi bulan ke - 0, 1, dan 6. Pada usia ini anak sudah mulai memasuki masa reproduktif dan belum terkontaminasi oleh virus HPV. Sehingga dengan vaksinasi, respons titer antibodi yang terbentu jauh lebih tinggi dibandingkan usia dewasa.Berdasarkan pustaka vaksin diberikan pada perempuan usia antara 9 -26 tahun (rekomendasi FDA -US). Populasi target tergantung usia awal hubungan seksual (di negara Uni Eropa usia 15 tahun, Italia usia 20 tahun, di Czech 29 tahun, Portugal usia 18 tahun hanya 25% dan di Iceland 72%)ISGO vaccination guidelines Vaksin diberikan pada kelompok 10-55 tahun dan dapat dikelompokkan menjadi Kelompok 10 -12 tahun (sekolah dasar) 13-15 (SMP) 16-25 (SMA atau Perguruan Tinggi) 26-55 Pada usia 26 -55 tahun dapat diberikan setelahhasil tes pap (-) dan IVA (-)

18. Jelaskan tentang kaker ovarium !2Jawab:EtiologiAda beberapa teori tentang etiologi kanker ovarium yaitu:1. Hipotesis Incessant OvulationTeori ini pertama kali diperkenalkan oleh Fathalla pada tahun 1972, yang menyatakan bahwa pada saat terjadi ovulasi, terjadi kerusakan pada sel-sel ovarium. Untuk penyembuhan luka yang sempurna diperlukan waktu. Jika sebelum penyembuhan tercapai terjadi lagi ovulasi atau trauma baru, proses penyembuhan akan terganggu dan kacau sehingga dapat menimbulkan transformasi menjadi sel-sel tumor.2. Hipotesis gonadotropinTeori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan binatang dan data epidemiologi. Hormon hipofisis diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada beberapa percobaan pada rodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotrofin juga menigkat. Peningkatan kadar hormon gonadotrofin ini ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.Kelenjar ovarium yang telah terpapar pada zat karsinogenik dimetilbenzatrene (DMBA) akan menjadi tumor ovarium jika ditransplantasikan pada tikus yang telah di ooforektomi, tetapi tidak menjadi tumor jika tikus tersebut telah di hipofisektomi.Berkurangnya resiko kanker ovarium pada wanita multipara dan wanita pemakai pil kontrasepsi dapat diterangkan dengan rendahnya kadar gonadotrofin.3. Hipotesis androgenTeori ini pertama kali dikemukakan oleh Rish pada tahun 1998 yang mengatakan bahwa androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Teori ini didasarkan pada bukti bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Epitel ovarium selalu terpapar pada androgenic steroid yang berasal dari ovarium itu sendiri dan kelenjar adrenal, seperti androstenedion, dehidroepiandrosteron, dan testosterone. Dalam percobaan invitro androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan juga sel-sel kanker ovarium epitel dalam kultur sel.4. Hipotesis progesteronBerbeda dengan efek peningkatan resiko kanker ovarium oleh androgen , progesteron ternyata mempunyai peranan protektif terhadap terjadinya kanker ovarium. Epitel normal ovarium mengandung reseptor progesteron.Pemberian pil yang mengandung estrogen saja pada wanita pasca menopause akan meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium, sedangkan pemberian kombinasi dengan pemberian progesteron akan menurunkan resikonya. Kehamilan, dimana kadar progesteron tinggi, menurunkan resiko kanker ovarium. Pil kontrasepsi kombinasi menurunkan resiko terjadinya kanker ovarium. 5. ParitasPenelitian menunjukkan bahwa wanita dengan satu paritas yang tinggi memiliki resiko terjadinya kanker ovarium yang lebih rendah daripada nulipara, yaitu denga risiko relative 0,7. Pada wanita yang mengalami 4 atau lebih kehamilan aterm, resiko terjadinya kanker ovarium berkurang sebesar 40% jika dibandingkan dengan wanita nulipara.6. Pil kontrasepsiPenelitian dari center for disease control menemukan penurunan resiko terjadinya kanker ovarium sebesar 40% pada wanita usia 20-54 tahun yang memakai pil kontasepsi, yaitu dengan resiko relative 0,6.7. TalkPemakaian talk pada daerah perineum dilaporkan meningkatkan resiko terjadinya kanker ovarium dengan resiko relative 1,9%. 8. Ligasi tubaPengikatan tuba ternyata menurunkan terjadinya kanker ovarium dengan resiko relatif 0,3. Mekanisme terjadinya efek protektif ini diduga dengan terputusnya akses talk atau karsinogen lainnya dengan ovarium.

Faktor resikoPenyebab timbulnya kanker ovarium belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan penyakitkanker ovarium yaitu :a) Riwayat kanker payudarab) Riwayat kanker ovarium dalam keluarga (faktor genetik).c) Berawal dari hiperplasia endometrium yang berkembang menjadi karsinoma.d) Menarche dini.e) Diet tinggi lemak.f) Riwayat kanker payudara.g) Merokok.h) Alkohol.i) Penggunaan bedak talk perineal.j) Nulipara.k) Infertilitas.l) Tidak pernah melahirkan.m) Terapi penggantian hormon.n) Kontrasepsi oral.

Manifestasi KlinisSebagian besar pasien tidak merasa ada keluhan (95%) dan keluhan-keluhan yang timbul tidak spesifik seperti perut membesar / ada perasaan tekanan, dispareunia, berat badan meningkat karena ada asites atau massa. (ilm kandungan hal 308)Pemeriksaan tumor marker Ca-125 berguna untuk membedakan dan mengevaluasi kanker ini tetapi tidak efektif untuk skrining stadium dini. Bila dikombinasikan dengan ultrasound transvaginal dapat digunakan untuk mendeteksi tumor ovarium secara dini, khususnya pada perempuan beresiko tinggi, yaitu perempuan post menopause dan perempuan dengan riwayat kanker ovarium dalam keluarga.

Stadium2stadium surgikal pada kanker ovarium (FIGO 1998)IA: tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau pada bilasan peritoneum.IB: Tumor terbatas pada kedua ovarium, kapsul utuh, tidak terdapat tumor pada permukaan luar, tidak terdapat sel kanker pada cairan asites atau bilasan peritoneumIC: tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan satu dari tanda-tanda sebagai berikut: kapsul pecah, tumor pada permukaan luar kapsul, sel kanker positif pada cairan asites atau bilasan peritoneum.Tumor mengenai satu atau dua ovarium dengan perluasan ke pelvis.IIA: perluasan dan/implan ke uterus dan/atau tuba fallopi. Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan peritoneumIIB: perluasan ke organ pelvis lainnya. Tidak ada sel kanker di cairan asites atau bilasan peritoneum.IIC: tumor pada stadium IIA/IIB dengan sel kanker positif pada cairan asiter atau bilasan peritoneumTumor mengenai satu atau dua ovarium dengan metastasis ke peritoneum yang dipastikan secara mikroskopik di lluar pelvis dan/atau metastasis ke kelenjar getah bening regional.IIIA: metastasis peritoneum mikroskopik di luar pelvisIIIB: metastasis peritoneum di makroskopik di luar pelvis degan diameter 2cm atau kurangIIIC: metastasis peritoneum di luar pelvis dengan diameter terbesar lebih dari 2cm dan/atau metastasis kelenjar getah bening regionalIV: metastasis jauh di luar rongga peritoneum. Bila terdapat efusi pleura, maka cairan pleura mengandung sel kanker positif. Termasuk metastasis pada parenkim hati.Diagnosis dan pemeriksaan penunjang2Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan pemeriksaan hispatologis yang dilakukan dengan :a) Metode anamnesis (wawancara dan pemeriksaan fisik)Pada saat anamnesis pasien akan ditanya (diwawancarai) secara lisan mengenai sakit yang dirasakan beserta sejarah penyakitnya (jika ada) yang akan dicatat dalam rekam medik.b) Pemeriksaan USG untuk dapat membedakalesi/tumor yang solid dan kristik.c) Tes laboratoriumTes alkaline phospatase (atau disingkat ALP), yaitu suatu tes laboratorium di mana kadar ALP yang tinggi menunjukkan adanya sumbatan empedu atau kanker yang telah bermetastasis ke arah hati atau tulangd) Penanda tumor (tumor marker)Cancer antigen 125 (CA 125). Pada pasien penderita kanker ovarium sering ditemukan peningkatan kadar CA 12e) X-rayX-ray merupakan pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan memancarkan gelombang lalu mengukur serapannya pada bagian tubuh yang sedang diperiksa tulang akan memberikan warna putih, jaringan akan memberikan warna keabuan, sedangkan udara memberikan warna hitamf) Pencitraan lain Magnetic Resonance Imaging (MRI). Prinsip kerja MRI adalah memvisualisasikan tubuh, termasuk jaringan dan cairan, dengan menggunakan metode pengukuran sinyal elektromagnetik yang secara alamiah dihasilkan oleh tubuh. Position Emission Tomography (PET SCAN). PET SCAN bekerja dengan cara memvisualisasikan metabolisme sel-sel tubuh. Sel-sel kanker (yang berkembang lebih cepat daripada sel hidup) akan memecah glukosa lebih cepat/banyak daripada sel-sel normal.g)CT SCAN, merupakan alat diagnosis noninvasif yang digunakan untuk mencitrakan bagian dalam tubuh. h) Scanning radioaktif. i) Ultrasound.Ultrasound (atau juga disebut ultrasonografi, echografi, sonografi, dan sonogram ginekologik) merupakan teknik noninvasif untuk memperlihatkan abnormalitas pada bagian pelvis atau daerah lain dengan merekam pola suara yang dipantulkan oleh jaringan yang ditembakkan gelombang suara. j)EndoskopiEndoskopi merupakan pemeriksaan ke dalam suatu organ/rongga tubuh menggunakan alat fiberoptik. Hasil pemeriksaan dapat berupa adanya abnormalitas seperti bengkak, sumbatan, luka/jejas, dan lain-lain.

Tatalaksana2Tindakan pembedahan ada dua tujuan yakni pengobatan dan penetuan stadium surgikal. terapi pembedahan termasuk histerektomi, salpingo- ooforektomi, omentektomi, pemeriksaan asites, bilasan peritoneum, dan mengupayakan debulking optimal (kurang dari 1cm tumor residu), limfadenoktomi (pengambilan sampe untuk pemeriksaan histopatologi) pada stadium awal, stadium I A sampai stadium I B derajat 1 dan 2, atau semua stadium pada jenis tumor potensial rendah pada ovarium. kemudian dilakukan observasi dan pengamatan lanjut dengan pemeriksaan CA 125.Pasien dengan stadium I A derajat 1 dan 2 jenis epitel mempunyai kesintasan hidup 5 tahun 95% dengan atau pemberian kemoterapi. beberapa klinikus akan memberikan kemoterapi pada kanker ovarium derajat 2 stadium I A dan I B derajat 3, stadium II sampai IV: kemoterapi, paclitaxel (taxol) dengan carboplatin atau cisplatin.Setelah selesai pengobatan dengan kemoterapi, ada 3 pilihan yang ditetapkan pada pasien: observasi, teruskan pengobatan, bila tumor regresi tapi belum hilang seluruhnya dan terapi konsolidasi dengan kemoterapi lain. biasanya diberikan hexamethylmelamine secara terus menerus untuk menekan agar tidak timbul residif.Untuk kanker ovarium residitif Jika residitif lebih dari 6 bulan setelah selesai kemoterapi berbasis platinum, dapat dipertimbangkan pemberiaan ulang kemoterapi berbasis platinum Jika residitif kurang dari 6 bulan setelah kemoterapi berbasis platinum, dipertimbangkan kemoterapi topotecan dan doxorubicin, ifosfamid, cyclophosphamide atau palclitaxel per minggu Operasi (debulking )sangat tidak efektif

Untuk kanker ovarium sel germinal Semua pasien dengan tumor sel germinal perlu mendapat adjuvant kemoterapi kecuali disgerminoma stadium IA, atau teratoma imatur stadium I derajat 1. Standar pengobatan : pembedahan dilanjutkan dengan kemoterapi bleomycin, etoposid, dan platinum (BEP) untuk semua stadium.

Pencegahan dan prognosis Melakukan pemeriksaan-pemeriksaan fisik pada daerah abdomen yang meliputi :Anamnesis penderita kelainan abdomen harus meliputi riwayat kehamilan dan ginekologi.1. InspeksiBaju pasien yang menutupi abdomen di tanggalkan, atur posisi pasien senyaman mungkin (Trandelembur). Abdomen diinspeksi terhadap kesimetrisan dan konsistensi. Kulit diinspeksi terhadap warna, polavenosadan ketebalan atau edema. Eritema (kemerahan) dapat menunjukkan inflamasi lokal jinak atau invasi limfatik superfisial oleh neoplasma. Polavenosayang menonjol dapat menandakan peningkatan suplai darah yang dibutuhkan oleh tumor. Edema kulit dapat terjadi akibat neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga kulit nampak orange-peel yang merupakan tanda klasik dari kanker ovarium tingkat lanjut.2. Palpasi.Kedua tangan bebas untuk melakukan palpasi pada daerah abdomen. Normalnya indung telur tidak terpalpasi jika organ tersebut tidak membesar. Ukuran, lokasi, mobilitas, konsistensi dan nyeri tekan pada daerah abdomen (ovarium).

Komplikasi2Cancer menyebar perkontinuetatum / organ sekitar . Sel kanker menyebar mengikuti aliran cairan perikonium dan terimplantasi ke organ dalam peritoneum.Beberapa komplikasi yang dapat terjadia. Asites Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsun ke struktur-struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.b. Efusi pleuraDari abdomen cairan yang megandung sel-sel ganas melalui saluran limfa menuju pleura.Komplikasi lain yang dapat disebabkan pengobatana. Infertilitas adalah akibat dari pembedahan pada pasien menopauseb. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi. Dapat juga muncul masalah potensial ototoksik, nefrotoksik, neurotoksikc. Penyakit berulang yang tidak terkontrol dikaitka dengan obstruksi usus, asites fistula dan edema ekstremitas bawah.

E. HIPOTESISSanti mengalami dysplasia ringan pada sel serviknya.

F. KERANGKA KONSEP

KBShanty 50 tahun

Keganasan pada organ reproduksi

Post coital bleedingPemeriksaan ginekologi

DisplasiaPaps smear

Kanker servik

Imunisasi HPV

Kanker ovarium

DAFTAR PUSTAKA1. Dorlan,W.A.Newman ; alih bahasa , Huriawati, Hartanto, dkk ;editor edisi bahasa indonesia, Huriawati, Hartanto, dkk :Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29,Jakarta, EGC. , 20022. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan . Edisi ketiga. Jakarta : PT Bina Pustaka, 2011. 3. Nuranna, Laila, dkk. Buku Acuan untuk Dokter dan Bidan. Jakarta : Female Cancer Programme, 2011.4. Hanretty, Kevin P. Ilustrasi Obstetri.Edisi ke-7. Singapure. Churchill Livingstone Elsevier; 2010.5. Robin, Kumar,dkk. Patologi Anatomi: Sistem Genitalia Perempuan dan Payudara. Edisi 7. Jakarta : ECG, 20076. Frank E. Jennifer, The colposcopic examination, Journal of Midwifery & Womens Health, Volume 53, No. 5, 20087. Sjamsuhidayat R. dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : EGC; 20048. Leveno, J kenneth, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC , 20099. Wirakusumah F, Firman., dkk. Obstetri Fisiologi - Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Bandung: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung, 2009. 10. Leslie P,Gartner. Atlas Berwarna Histologi.Edisi ke 5. Pamulang: Binarupa Aksara, 2012 11. Aziz SPOG (K), Prof.Dr.dr.M.Farid,dkk. Buku Acuan nasional:Onkologi Ginekologi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,200912. Kumar, Vinay, Abdul K. Abbas, dan Nelson Fausto. Robbins dan Cotran Dasar Patologis Penyakit. Edisi ke-7. Jakarta : EGC; 2005.13. Sastrawinata, Sulaiman, dkk. Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC, 200414. Andrijono.Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks. Maj KedoktIndon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 200715. Lukman Hakim.Biologidan patogenesishuman papilomavirus. PKB New Perspective ofSexually Transmitted Infection Problems Surabaya 7-8 Agustus 201016. Nugroho K. kankerr ganas alat genital. Dalam : Prawirohardjo S, Wiknjosastro H,Sumapraja S, Saifuddin AB,.Editor. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,2011.17. Buku Saku Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat Jendral PP & PL Departemen Kesehatan RI 200918. Skrining kanker rahim dengan metode inspeksi visual dengan asam asetat. Departemen kesehatan Indonesia. 200819. Vaccine Human Papiloma Virus. 2012. 50 Lonsdale St, Melbourne. Department of Health, Diunduh pada kamis 23 Mei 2013, 10.30 di [email protected]. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri, Jilid 2 Lutan, D. (Eds), EGC, Jakarta, 201221. BPJS Kesehatan. Integrasi Jamkesda dalam Optimalisasi Program JKN. Jakarta : BPJS Kesehatan. 2014;3:7.