laporan tutorial kelompok 1 6.3 versi
DESCRIPTION
semoga bermanfaatTRANSCRIPT
LAPORAN TUTORIAL KELOMPOK 1
Tutor : dr. An Aldia Asrial
Florensia G1A112001
Susan Fatika Sari G1A112002
Muhammad Alif Fahren S G1A112003
Andreas Desmon G1A112020
Luzi Intan Aprianda A G1A112021
Miranti Tiara I P G1A112022
Radi Prawira Darma G1A112042
Zuhriya Aryati G1A112047
Nurfazillah G1A112073
Lily Viva Megawati G1A112080
Novi Rosmayanti G1A111049
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014/2015
SKENARIO :
A. Identitas
Nama : Tn. F.
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Agama : Katolik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Sukasari
Kunjungan I ke Poliklinik Psikiatri : 19 April 2013
Heteroanamnesis didapatkan : 19 April 2013 dari Ny.I 36Th ( Istri Pasien)
Kebenaran anamnesis : dapat dipercaya.
B. Keluhan Utama
Sulit tidur, leher sering tegang
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 1 bulan SMRS pasien diberhentikan kerjanya sebagai supir pribadi karena
atasannya pindah keluar kota, semenjak itu pasien mengganggur saja dan hanya mengurus
anaknya yang berusia 1 tahun. Untuk biaya sehari-hari didapatkan dari istri pasien yang
berjualan baju di pasar baru. Karena kondisi tersebut pasien jadi merasa sedih, merasa
bersalah dan harga diri kurang karena merasa seharusnya dia yang mencari nafkah, bukan
istrinya. Sejak itu pasien jadi sering sulit tidur karena memikirkan masa depan anaknya serta
bagaimana menafkahi istrinya, merasa masa depannya akan suram. Pasien tidak ingin
membicarakan keluhan ini kepada istri karena takut malah akan menambah beban kepada
istrinya yang sudah capek untuk mencari uang untuk keluarga.
Sejak 2 minggu SMRS pasien merasakan semangatnya semakin berkurang,
kehilangan minat untuk bekerja dan juga hal-hal yang biasanya membuat pasien senang.
Pasien juga mengatakan bahwa dirinya mengalami penurunan nafsu makan, lambung yang
terasa nyeri.
Sejak 1 minggu SMRS pasien merasa jantungnya jadi berdebar-debar, karena keluhan
tersebut dirinya takut dirinya akan meninggal karena penyakit jantung, kalau naik kendaraan
umum dirinya takut akan terjadi kecelakaan. Pasien juga jadi sering mengeluh nyeri kepala,
sakit-sakit di badan, lehernya terasa tegang sehingga jadi sering mengeluh kepada istrinya.
Karena keluhan tersebut pasien berobat ke poliklinik penyakit dalam RSJ dan dilakukan
pemeriksaan laboratorium dan EKG untuk mengetahui penyebab penyakitnya. Setelah
diketahui tidak ada masalah dengan pemeriksaannnya pasien dirujuk ke poliklinik psikiatri.
Riwayat keluarga
Struktur keluarga yang tinggal serumah sampai pasien berumur 10 tahun :
No Nama Usia L/P Hubungan Sifat
1. Tn. S 33 th L Ayah Tiri Keras, pemarah, otoriter
2. Ny. I 30 th P Ibu kandung Sabar, penurut, pencemas
3. E 12 th P Kakak kandung Keras
4. F 10 th L Pasien Perasa
Struktur keluarga yang tinggal sermah dengan pasien saat ini :
No Nama Usia L/P Hubungan Sifat
1. Tn .F 35 th L Ayah Tiri Perasa
2. Ny. I 36 th P Ibu kandung Sabar
3. T 1 th L Anak kandung Pasien
Pasien dibesarkan dalam lingkungan sosio-kultural batak, dengan status sosial
ekonomi pas-pasan.Ayah pasien seorang pedagang baju keliling, sedangkan ibu tidak
bekerja. Tidak ada hubungan darah antara ayah dan ibu. Ibu lebih dominan dalam mendidik
anaknya dengan sifatnya yang agak cerewet dan penyabar. Ibu bersifat pencemas, lebih
banyak diam dan menurut apa saja yang dikatakan suaminya. Kepada anak-anaknya pun ibu
selalu mengajarkan tidak boleh membantah apapun yang dikatakan ayah. Pasien lebih dekat
dengan ibunya meskipun cenderung banyak dilarang dalam segala aktifitas masa kanak-
kanak. Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal.
Kedua orang tua pasien bercerai ketika pasien berusia 11 tahun karena ketidak
harmonisan rumah tangga, pasien ketika itu bingung karena sering melihat kedua orang
tuanya bertengkar dan tidak tahu harus menurut yang mana. Setelah orang tuanya bercerai
pasien ikut dengan ibunya karena bapaknya pindah ke Medan dan diharapkan dengan ibunya
pasien masih bisa mendapatkan pengasuhan yang lebih baik.
Ibu kandung pasien menikah lagi setahun setelah itu, pasien bisa menerima ayah
tirinya
A. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kesan sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis
Gizi : cukup
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 88 X / menit
Respirasi : 24 X / menit
Suhu : 36.8 ° C
Kulit : turgor baik
Kepala : tidak ada deformitas
Mata : konjunctiva tak anemis, sklera tak ikterik
pupil bulat, isokor, diameter 3 mm, RC +/+
Hidung : tak ada kelainan
Telinga : tak ada kelainan
Leher : JVP tak meninggi, kelenjar getah bening tak teraba
Thoraks : bentuk dan gerak simetris
Jantung : konfigurasi dalam batas normal
bunyi jantung murni, reguler
Paru – paru : sonor, vesiculer kanan = kiri normal
Abdomen : datar, lembut
Hepar / lien : tak teraba
Bising usus : (+) normal
Ekstremitas : tak ada kelainan
KLARIFIKASI ISTILAH :
1. Psikiatri : cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kesehatan jiwa dan pengaruhnya timbal
balik terhadap fungsi organobiologi tubuh manusia
2. Heteroanamnesis : anamnesis yang dilakukan pada keluarga pasien
3. Sulit Tidur : seseorang susah untuk memasuki tidur, mempertahankan tidur, atau tidak
cukup tidur
4. Cemas : reaksi emosional yang timbul oleh sebab yang tidak jelas dan menyebabkan
rasa tidak nyaman
IDENTIFIKASI MASALAH :
1. Apakah ada hubungannya antara diberhentikan kerja dengan keluhan sekarang ?
2. Apakah ada hubungan umur dengan keluhan pasien ?
3. Bagaimana fisiologi dari tidur ?
4. Apa saja penyebab sulit tidur ?
5. Mengapa Tn. F mengalami sulit tidur ?
6. Apa saja jenis-jenis gangguan tidur ?
7. Apa saja dampak dari gangguan tidur ?
8. Apa hubungan keluhan utama dengan semangat semakin berkurang, berkurang nafsu
makan dan lambung terasa nyeri ?
9. Makna klinis dari jantung terasa berdebar-debar ?
10. Makna klinis darinya takut meninggal karena sakit jantung dan takut kecelakaan saat
berkendara ?
11. Makna klinis pasien sering mengeluh sakit kepala, sakit-sakit di badan dan leher terasa
tegang ?
12. Apa hubungan riwayat keluarga Tn.F saat berusia 10 tahun dengan keluhannya saat ini ?
13. Apa hubungan riwayat keluarga Tn.F sekarang dengan keluhannya saat ini ?
14. Apa hubungan lingkungan pasien saat dibesarkan dengan keluhannya saat ini ?
15. Makna klinis dari hasil pemeriksaan fisik, lab dan EKG ?
16. Bagaimana alur penegakan diagnosi pada Tn.F ?
17. Apa saja diagnosis banding dari penyakit Tn.F ?
18. Apa yang terjadi pada Tn.F ?
19. Defenisi dari penyakit Tn.F ?
20. Apa saja etiologi penyakit Tn.F ?
21. Bagaimana epidemiologi penyakit Tn.F ?
22. Bagaimana patofisiologi dan patogenesis penyakit Tn.F ?
23. Apa saja klasifikasi dan manifestasi klinis penyakit Tn.F ?
24. Apa saja faktor Resiko dari penyakit Tn.F ?
25. Bagaimana tatalaksana penyakit Tn.F ?
26. Bagaimana komplikasi penyakit Tn.F ?
27. Bagaimana prognosis penyakit Tn.F ?
ANALISIS MASALAH :
1. Apakah ada hubungannya antara diberhentikan kerja dengan keluhan sekarang ?
Jawab :
Ada hubungan antara di berhentikan bekerja dengan keluhan yang di alami Tn.F
sekarang. Diberhentikan bekerja merupakan salah satu faktor pemicu ( stressor ) sehingga
terjadi penurunan sensitivitas dari Alfa 2 adrenergik menyebabkan gangguan yang
menyebabkan munculnya depresi.
Sistem neuroendokrin ( hipotalamus,pituitary,dan korteks adrenal ) yang bekerja sama dalam
feedback biologis yang secara penuh berkoneksi dengan sistem limbic dan korteks serebral
menjadi terganggu akibat adanya stressor sehingga terjadi gangguan hormone yang salah
satunya menyebabkan gangguan tidur.
2. Apakah ada hubungan antara umur dengan keluhan dari pasien ?
Jawab :
Kemungkinan tn.F mengalami gangguan depresi. Dalam hal ini, umur berpengaruh.
Umumnya depresi sering terjadi pada dewasa muda dengan rata- rata onsetnya pada usia 20
tahun ke atas. Pada usia sekitar 20 – 50 tahun,merupakan suatu kondisi yang labil dimana
tingkat stress lebih tinggi sehingga terkadang sulit untuk beradaptasi terhadap stressor yang
terjadi di hidupnya.
3. Bagaimana fisiologi dari tidur ?
Jawab :
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak, yaitu Reticular
Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas
batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba, serta emosi dan
proses berfikir. RAS melepaskan katekolamin pada saat sadar, sedangkan pada saat tidur
terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR.
Tahapan Tidur
Penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat elektro ensefalogram (EEG), elektro
okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-
rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
a. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena gelombang otak
yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek dari pada gelombang alfa dan beta yang
ditunjukkan orang yang sadar. Tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi
tubuh. Semua proses metabolisme termasuk tanda-tanda vital, metabolisme, dan kerja otot
melambat.20
Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan ( light
sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep) atau (delta sleep).5
1) Tahap 1 NREM
a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur
b) Tahap berakhir beberapa menit
c) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda-
tanda vital dan metabolisme
d) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara
e) Seseorang ketika terbangun merasa seperti telah melamun
2) Tahap 2 NREM
a) Tahap 2 merupakan periode tidur bersuara
b) Kemajuan relaksasi
c) Terbangun masih relatif mudah
d) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit
e) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban
3) Tahap 3 NREM
a) Tahap 3 meliputi tahap awal dari tidur yang dalam
b) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak
c) Otot-otot dalam keadaan santai penuh
d) Tanda-tanda vital menurun tapi tetap teratur
e) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit
4) Tahap 4 NREM
a) Tahap 4 merupakan tahap tidur terdalam
b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur
c) Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada
tahap ini
d) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga
e) Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit
f) Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi
b. Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit.
Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini.
Otak cenderung aktif selama tidur REM dan metabolismnya meningkat hingga 20%. Tahap
ini individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus
otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan pernapasan sering kali
tidak teratur.20
4. Apa saja peyebab sulit tidur ?
Jawab :
a. Stres atau kecemasan
Didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang
dihadapi.
b. Depresi
Depresi selain menyebabkan insomnia, depresi juga bisa menimbulkan keinginan untuk tidur
terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa
menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.
c. Kelainan-kelainan kronis
Kelainan tidur (seperti tidur apnea), diabetes, sakit ginjal, artritis, atau peyakit yang
mendadak sering kali menyebabkan kesulitan tidur.
d. Efek samping pengobatan
Pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab insomnia.
e. Pola makan yang buruk
Mengonsumsi makanan berat saat sebelum tidur bisa menyulitkan untuk tertidur.
f. Kafein, Nikotin, dan Alkohol
Kafein dan nikotin adalah zat stimulan. Alkohol dapat mengacaukan pola tidur.
g. Kurang olahraga
Kurang olahraga juga dapat menjadi faktor sulit tidur yang signifikan.
Penyebab lainnya bias berkaitan dengan kondisi-kondisi spesifik, seperti:
a. Usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia diatas 60 tahun).
b. Wanita hamil
c. Riwayat depresi/penurunan
Insomnia ringan atau hanya sementara biasanya dipicu oleh:
a. Stres
b. Suasana yang ramai
c. Perbedaan suhu udara
d. Perubahan lingkungan sekitar
e. Masalah jadwal tidur dan bangun tidur yang tidak teratur
f. Efek samping pengobatan
5. Mengapa Tn.F mengalami sulit tidur ?
Jawab :
Etiologi sulit tidur sebenarnya bermacam-macam, namun pada skenario ini
yang dialami Tn.F pada pemeriksaan fisik normal . Oleh karena itu, gejala sulit tidur
bukanlah suatu penyakit namun sebagai gejala dari gangguan mental ataupun spiritual
Tn.F
Yang dialami Tn. F saat ini meliputi kecemasan dan depresi yang diakibatkan
putusnya kerja Tn.F, yang kemudian beban keluarga diberikan kepada istrinya yang
bekerja sendirian, ditambah lagi masa depan anaknya yang menganggu pikiran Tn.F
sehingga Tn.F mengalami sulit tidur.
Sulit tidur yang dialami Tn.F bisa diakibatkan karena peningkatan
neurotransmitter norepinefrin yang dicetuskan ketika Tn.F mengalami cemas atau
depresi sehingga sulit untuk memulai tidur.
6. Apa saja jenis - jenis gangguan tidur ?
Jawab :
Menurut PPDGJ III, gangguan tidur secara garis besar dibagi menjadi dua.
Yaitu dissomnia dan parasomnia. Dissomnia merupakan suatu kondisi psikogenik
primer dengan ciri gangguan utama pada jumlah, kualitas atau waktu tidur yang
terkait faktor emosional. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah insomnia,
hipersomnia dan gangguan jadwal tidur. Parasomnia merupakan peristiwa episodik
abnormal yang terjadi selama tidur. Termasuk dalam golongan ini adalah
somnabulisme, teror tidur, dan mimpi buruk. Penggolongan gangguan tidur lain
berdasarkan PPDGJ adalah gangguan tidur organik. Gangguan nonpsikogenik
termasuk narkolepsi dan katapleksi, Apneu waktu tidur, gangguan pergerakan
episodik termasuk mioklonus nokturnal dan enuresis.
7. Apa saja dampak dari gangguan tidur ?
Jawab :
Tidur berhubungan dengan kualitas dan kuantitas morbiditas dan mortalitas.
Menurut data epidemiologi, tidur yang kurang dari 6 jam atau tidur yang lebih dari 9
jam perhari erat hubungannya dengan peningkatan mortalitas. Adapun contoh- contoh
yang dapat meningkatkan mortalitas tersebut seperti penyakit jantung dan kanker.
Dampak akibat gangguan tidur pada aspek Mood, meliputi iritabilitas, Mood
yang berubah- rubah dan kendali emosional yang buruk. Dampak pada fungsi
kognitif, meliputi atensi dan konsentrasi yang berkurang. Waktu reaksi yang
melambat kewaspadaan yang berkurang, penurunan fungsi eksekutif ( pengambilan
keputusan, penyelesaian masalah ), gangguan pembelajaran, dan prestasi belajar yang
buruk. Sedangkan dampak gangguan tidur pada aspek perilaku, meliputi
hiperaktivitas, ketidakpatuhan, perilaku membangkang, kendali impuls yang buruk,
peningkatan keinginan untuk mengambil resiko. Gangguan tidur juga dapat
berdampak pada kehidupan berkeluarga, seperti afek negatif pada orang tua, stres
keluarga, gangguan dalam pernikahan, serta masalah sosial lainnya.
8. Apa hubungan keluhan utama dengan semangat semakin berkurang, berkurang
nafsu makan dan lambung terasa nyeri ?
Jawab :
keluhan utama yang dirasakan oleh tn.s disebabkan karna stressor yang sedang dihadapi tn.s
sehingga menyebabkan tn.s sulit tidur dan leher terasa tegang. Jika hal ini terus menerus
terjadi maka akan berdampak pada berkurangnya semangat dan nafsu makan yang dirasakan
oleh tn.s sekarang. Kemudian lambung terasa nyeri yang sering dirasakan tn.s diakibatkan
karena berkurangnya nafsu makan tn.s sehingga menyebabkan lambung kosong, lambung
yang kosong akan meningkatkan asam lambung, kontriksi pembuluh darah disaluran
pencernaan, dan penurunan produksi mukus yang melindungi saluran pencernaan.
9. Makna klinis jantung bedebar-debar ?
Jawab :
Jantung berdebar-debar
Stresor meningkatkan epineprin/ menurunkan norepineprin vasokonstriksi terjadi
hipoksia di jaringan perifer meningkatkankan CO HR meningkat.
10. Makna klinis dirinya takut meninggal karena sakit jantung dan takut kecelakaan
saat berkendara ?
Jawab :
Keluhan takut meninggal biasanya dialami oleh orang-orang yang mengalami kecemasan.
Keluhan cemas bisa timbul karena ada faktor stres yang akut atau stres yang bersifat kronis
(berkepanjangan). Sebenarnya orang menjadi cemas jika ada sesuatu yang "mengancam"
keseimbangan tubuh dan otaknya, dan mekanisme timbulnya cemas itu adalah sebagai respon
adaptasi tubuh untuk menyiapkan diri melawan ancaman itu. Namun pada beberapa orang,
respon ini menjadi berlebihan bahkan ketika tidak ada ancaman.
Hal ini terjadi karena stres yang lama bisa mengakibatkan perubahan struktur sistem saraf di
otak yang melibatkan sistem neuroendokrin (hubungannya dengan hormon adrenalin dan
hormon stres kortisol) dan sistem saraf otonom (sistem saraf simpatis dan parasimpatis).
Perubahan pada sistem otak inilah yang mengakibatkan walaupun tidak ada hal yang
mengancam tetapi otak mempersepsikan sebagai suatu kecemasan. Intinya ada sistem alarm
yang salah terhadap kondisi lingkungan.
11. Makna klinis pasien sering mengeluh sakit kepala, sakit-sakit di badan dan leher
terasa tegang ?
Stressor
Hipofisis Anterior
Hipotalamus Perubahan sinyal intraneural &
adrenergik
ACTHSistem saraf
otonomPenurunan
norepinefrin dan seratonin
Korteks adrenal
Peningkatan hormon
glukortioid
Peningkaan stimulasi simoatis
Peningkatan kerja lambung
Tukak Lambung
Sinyal dikirim ke cerebral, sistem
limbik, M. Oblongata dan M.
spinalis
Rasa Sakit
Cemas dan gelisah
Penurunan Hr.
melatonin
Otot kepala dan leher
tegang
Gangguan memori
Peningkatan ion kalsium di
hipokampus
Penurunan endorfin
Penurunan imun
palpitasi
Atrofi hipokampus
Sakit kepala
Infeksi H. pylori
Ulkus tukak
Jantung berdebar
Gangguan tidur
12. Apa hubungan riwayat keluarga Tn.F saat berusia 10 tahun dengan keluhannya
saat ini?
Jawab:
Sifat dari ayah Tn.F yang keras, pemarah, dan otoriter membuat Tn.F menjadi seseorang
yang perasa, dan dibesarkan dalam lingkungan sosio-kultural batak membuat Tn.F tumbuh
menjadi seseorang yang disiplin dan mempunyai rasa tanggung jawab yang besar.
Dikarenakan Tn.F diberhentikan kerjanya hal ini membuat Tn.F merasa hilang tanggung
jawabnya sebagai kepala keluarga; ditambah yang mencari nafkah istrinya sehingga Tn.F
merasa minder dan tidak punya harga diri. Faktor-faktor inilah menjadi tekanan dalam
kehidupan Tn.F sehingga memicu adanya stress. Dan juga 11 tahun yang lalu orang tua Tn.F
sering bertengkar dan akhirnya bercerai, sehingga memberikan trauma psikologis kepada
Tn.F.
13. Apa hubungan riwayat keluarga Tn.F sekarang dengan keluhan saat ini?
Jawab:
Keluarga Tn.F saat ini dikaruniai oleh satu orang anak berumur 1 tahun, dan seorang istri
yang sifatnya sabar. Adanya Tn.F diberhentikan kerja membuat Tn.F merasa terbebani
mengenai masa depan keluarganya terutama anak Tn.F yang masih butuh banyak biaya. Hal
ini membuat Tn.F menjadi semakin stress karena persoalan tersebut.
14. Apa hubungan lingkungan pasien saat dibesarkan dengan keluhan saat ini ?
Jawab :
Tn.F yang lebih dekat dengan ibunya yang memiliki sifat penyabar sehingga Tn.F memiliki
sifat perasa. Dengan adanya stressor ini ( kehilangan pekerjaan ) membuat Tn.F merasa
bahwa dirinya lepas dari tanggung jawab keluarga.
15. Makna klinis dari pemeriksaan fisik, lab, dan EKG ?
Jawab :
Tidak ditemukannya hasil pemeriksaan fisik, lab, dan Ekg menandakan bahwa keluhan Tn.F
tidak disebabkan oleh kelainan organik. Selain itu, untuk menyingkirkan diagnose banding
pada Tn.F
16. Alur penegakan diagnosa pada Tn.F ?
Jawab :
1. Anamnesis
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-
kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dan
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat (F32.2)
hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif
berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang
(F33.-)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Vital
b. Nadi
c. RR
d. Tekanan darah
e. Suhu
3. Pemeriksaan Psikiatri
a. Deskripsi umum
b. Mood, afek dan perasaan
c. Bicara
d. Gangguan persepsi
e. Pikiran, dll
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Dexamethasone suppression test (DST)
b. Peningkatan kortisol serum
c. Penurunan MHPG urin dan 5-HIAA cairan secebrospinal
d. Uji stimulasi TRH
e. Gangguan tidur
f. Uji tantangan stimulant
17. Apa saja diagnosa banding dari penyakit Tn.F ?
Jawab :
1. Depresi berat
2. Depresi sedang
3. Depresi ringan
4. Anxietas
18. Apa yang tyerjadi pada tn.F ?
Jawab:
tn. F mengalami depresi sedang.
Axis I : F32.11
Axis II : (-)
Axis III : (-)
Axis IV : Masalah Pekerjaan
Axis V : 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, hendaya ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik)
19. Defenisi dari penyakit Tn.F ?
Jawab :
Satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
20. Apa saja etiologi penyakit Tn.F ?
Jawab:
1) Faktor organobiologi
Amin biogenic
Norepinefrin
Dopamine
Serotonin
2) Faktor genetik
3) Faktor psikososial
4) Faktor kepribadian
5) Faktor psikodinamik pada depresi
21. Bagaimana epidemiologi penyakit Tn.F ?
Jawab :
Gangguan depresi berat paling sering terjadi, dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15
persen. Perempuan dapat mencapai 25 persen. Sekitar 10 persen perawatan primer dan 15
persen dirawat di rumah sakit. Pada anak sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2 persen. Pada
usia remaja didapatkan prevalensi 5 persen dari komunitas memiliki gangguan depresif ringan.
Perempuan dua kali lipat lebih besar disbanding laki-laki. Diduga adanya perbedaan hormone,
pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial dan model prilaku yang dipelajari tentang
ketidak berdayaan.
22. Bagaimana patofisiologi dan patogenesis penyakit Tn.F ?
Jawab :
Terjadi penurunan regulasi heterogen neurotransmitter kimiawi: amin
biogenik
Depresi
( norepinefrin,serotonin dan dopamin)
STRESSOR
Jika tidak dapat diadaptasi dengan baik
Gangguan penyesuaian (+) terhadap masalah yang ada
Perubahan faktor biologik pada otak
Perubahan keadaan fisiologis berbagai neurotransmitter dan sistem pemberi
signal intraneuronal
Jika dapat diadaptasi dengan baik
Penyesuaian (+)
Gangguan penyesuaian (-)
23. Klasifikasi dan manifestasi klinik ?
Jawab:
a. Manifestasi Klinik (Menurut PPDGJ - III)
Gejala Utama :
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang nyata sesudah kerja sedikit saja dan menurunnya aktifitas
Gejala Lainnya:
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Klasifikasi (menurut PPDGJ – III)
F32. Episode Depresif :
F32.0 Episode Depresif Ringan
- Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut diatas
- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
- Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang – kurangnya sekitar 2 minggu.
- Hanya sedikit kesulitan pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukan.
- Karakter ke lima : F32.00 = Tanpa gejala somatik dan F32.01 dengan gejala somatik
F32.1 Episode Depresif Sedang
- Sekurang-kurangnya harus ada dua dari 3 gejala utama
- Ditambah sekurang-kurangnya 3 dari gejala lainnya
- Lama seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
- Mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga.
Karakter ke lima : F32.10 = Tanpa gejala somatik
F32.11 dengan gejala somatik.
F32.2 Episode Depresif berat tanpa gejala psikotik
- Semua 3 gejala utama depresi harus ada
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa gejala diantaranya
harus berintensitas berat.
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat
masih dapat dibenarkan.
- Paling sedikit telah berlangsung dua minggu atau gejala amat berat dan onset sangat
cepat.
- Sangat tidak mungkin melakukan pekerjaan atau urusan rumah tangga dan kegiatan
sosial kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
F32.3 Episode Depresif berat dengan gejala psikotik
- Episode depresif berat memenuhi kriteria episode depresi berat tanpa gejala psikotik.
- Waham, halusinasi atau stupor depresif
F32.8 Episode Depresif lainnya
F32.9 Episode Depresif YTT
24. Faktor Resiko Depresi ?
Jawab :
Usia
Depresi mampu menjadi kronis apabila depresi muncul untuk pertama kalinya pada usia
60 tahun keatas. Berdasarkan hasil studi pasien lanjut usia yang mengalami depresi diikuti
selama 6 tahun, kira – kira 80% tidak sembuh namun terus mengalami depresi atau mengalami
depresi pasang surut.
Status Sosioekonomi
Orang dengan taraf sosioekonomi yang lebih rendah memiliki resiko yang lebih
besar disbanding mereka dengan taraf sosioekonomi yang lebih baik.
Status Pernikahan
Berlangsungnya pernikahan membawa manfaat yang baik bagi kesehatan mental
laki – laki dan perempuan. Pernikahan tidak hanya melegalkan hubungan asmara antara
laki – laki dan perempuan, karena ikatan suami – istri ini juga dipercaya dapat
mengurangi resiko mengalami depresi dan kecemasan. Namun, bagi pasangan suami
istri yang gagal membina hubungan pernikahan atau ditinggalkan pasangan karena
meninggal, justru akan memicu terjadinya depresi.
Jenis Kelamin
Wanita memiliki kecendrungan hampir 2 kali lipat lebih besar untuk mengalami
depresi dibanding pria.
25. TataLaksana Gangguan Suasana Perasaan ?
Jawab :
(Rosani, Selvi dan Hervita Diatri.Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke –
4. 2014. Jakarta: FKUI)
- Psikoterapi
Tujuan tatalaksana:
Keselamatan pasien harus terjamin
Kelengkapan evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan
Rencana terapi bukan hanya untuk gejala, tetapi kesehatan jiwa pasien ke depan juga
harus diperhatikan.
Psikoterapi adalah pengobatan terpilih untuk gangguan kepribadian depresif. Pasien
berespon terhadap psikoterapi berorientasi tilikan, dan karena tes realitas pasien adalah baik,
mereka mampu menggali tilikan ke dalam psikodinamika penyakitnya dan memahami
efeknya pada hubungan interpersonal mereka. Terapi kemungkinan berlangsung lama.
Terapi kognitif membantu pasien mengerti manifestasi kognitif dan perasaan rendah diri dan
pesimisme mereka. Jenis psikoterapi lain yang berguna adalah psikoterapi kelompok dan
terapi interpersonal. Beberapa orang berespons terhadap tindakan menolong diri sendiri.
- Farmakoterapi
Obat antidepresi bila dianggap perlu :
Pertimbangkan pemberian antidepresan jika suasana perasaan sedih atau kehilangan minat
menonjol selama 2 minggu dan 4 atau lebih gejala berikut ditemukan:
Kelelahan atau kehilangan tenaga
Konsentrasi kurang
Agitasi atau pelambatan gerak dan pembicaraan
Gangguan tidur, khususnya terbangun dini hari dan tidak bias tidur kembali
Pikiran tentang kematian atau bunuh diri
Rasa bersalah atau menyalahkan diri
Nafsu makan terganggu
Obat antidepresi yang diberikan :
Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi dalam
beberapa golongan yaitu:
1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan opipramol.
2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.
3. Mono-Amine-Oxydase Inhibitor (MAOI) seperti : moclobemide.
4. Antidepresan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.
5. Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor (SSRI), seperti : sertraline, paroxetine,
fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja obat anti-depresi adalah:
Menghambat “re-uptake aminergic neurotransmitter”
Menghambat penghancuran
Efek samping obat
Efek samping obat anti-depresi dapat berupa:
Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun, dll)
Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardia, dl)
Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)
Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomania)
Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari penderita), biasanya
berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis yang sama.
Pada keadaan overdosis/intoksikasi trisiklik dapat timbul “Atropine Toxic Syndrome”
dengan gejala: eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic confulsional state
(confusion, delirium, disorientation).
Tindakan untuk keadaan tersebut:
a. Gastric lavage (hemodialisis tidak bermanfaat oleh karena obat trisiklik bersifat “protein
binding” forced dieresis juga tidak bermanfaat oleh karena “renal exrection of tree drug”
rendah)
b. Diazepam 10 mg (im) untuk mengatasi konvulsi
c. Prostigmine 0,5 – 1,0 mg (im) untuk mengatasi efek anti-kolinergik (dapat diulangi setiap
30-40 menit sampai gejala mereda)
d. Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung
Pemilihan obat
Pada dasarnya semua obat anti-depresi mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada
dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder (efek samping).
Nama obat Antikolinergik SedasiHipotensi
orthostatikKet.
Amitriptyline
Imipramine
Clomipramine
Trazodone
Maprotiline
Mianserin
Amoxapine
Tianeptine
Meclobemide
Sertraline
Paroxetine
Fluvoxamine
fluoxetine
+ + +
+ + +
+ +
+
+
+
+
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ + +
+ +
+ +
+ + +
+ +
+ +
+
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+ + +
+ +
+
+
+
+
+ +
+ / -
+
+ / -
+ / -
+ / -
+ / -
+++ = berat
++ = sedang
+ = ringan
+/- = tidak
ada/ minimal
sekali
= non spesifik
serotonin
= spesifik
serotonin
Pemilihan jenis obat anti-depresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping
dan penyesuain efek samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu, jenis
depresi).
Mengingat profil efek samping, untuk penggunaan pada sindrom depresi ringan dan
sedang yang datang berobat jalan pada fasilitas pelayanan umum kesehatan umum, pemilihan
obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan (step care).
Step 1 : golongan SSRI (sertaline, ect)
Step 2 : golongan trisiklik (Amitriptyline, etc)
Step 3 : golongan tetrasiklik (maprotiline, etc)
golongan “atypical” (trazodone)
golongan MAOI (moclobemide)
Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat minimal
(meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan pada berbagai kondisi medik), spectrum
efek anti-depresi luas, dan gejala putus obat minimal, serta “lethal dose” yang tinggi (>6000 mg)
sehingga relatif aman.
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang cukup (sekitar
3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan trisiklik, yang spektrum anti
depresinya juga luas tetapi efek sampingnya relatif lebih berat.
Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spectrum anti depresi
yang lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan dibandingkan trisiklik, yang teringan
adalah golongan MAOI.
Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan
waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period” guna mencegah timbulnya “serotonin
malignant syndrome”.
Pemberian Dosis :
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
efek sekunder (efek samping) : sekitar 12-24 jam
waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).
Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu:
1. Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I.
Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV, 100
mg/hari pada hari V dan VI.
2. Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif
kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai 15
hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari.
3. Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan.
Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai dosis
pemeliharaan.
4. Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan
½ dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
5. Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dosage.
Misalnya amytriptylin 150 mg/hari à 100 mg/hari selama 1 minggu, 100 mg/hari à 75
mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari à 25
mg/hari selama 1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian sindrom depresi
kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour
before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis
tunggal pada pagi hari setelah sarapan.
Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena
“addiction potential”-nya sangat minimal.
Kegagalan terapi
Kegagalan terapi pada umumnya disebabkan:
Kepatuhan pasien menggunakan obta (compliance), yang dapat hilang oleh karena adanya
efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi
Pengaturan dosis obat belum adekuat
Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis minimal
Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi pasien yang tendensi negative,
sehingga penilaian menjadi “bias”.
Kontraindikasi
Kontraindikasi obat anti depresan yaitu:
Penyakit jantung koroner, MCI, khususnya pada usia lanjut
Galukoma, retensi urin, hipertofi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsi
Pada penggunaan obat lithium, kelainan fungsi jantung, ginjal dan kelenjar tiroid
Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunakan TCA, resikoteratogenik besar
(khususnya trimester 1) dan TCA dieksresi melalui ASI.
o ECT; terapi untuk depresi berat.
o Terapi Simptomatik; terapi untuk mengurangi penderitaan pasien dengan berbagai gejala
yang mengganggu kualitas hidupnya.
26. Bagaimana komplikasi penyakit Tn.F ?
Jawab :
Menurunkan kualitas hidup
Mencetuskan dan memperlambat penyembuhan atau memperberat penyakit fisik
Meningkatkan beban ekonomi
27. Bagaimana prognosis penyakit Tn.F ?
Jawab :
Prognosis baik : jika episode ringan, tidak ada gejala psikotik, singkatnya rawat inap, indikator
psikososial meliputi mempunyai teman akrab selama masa remaja, fungsi keluarga stabil, lima tahun
sebelum sakit secara umum funsi social baik. Sebagai tambahan, tidak ada komorbiditas dengan
gangguan psikiatri lain, tidak lebih dari sekali rawat inap dengan depresi berat, onsetnya awal pada usia
lanjut.
Prognosis buruk : depresi berat bersamaan dengan distmik, penyalahgunaan alcohol dan zat lain,
ditemukan gejala gangguan cemas, ada riwayat lebih dari sekali episode depresi sebelumnya.