laporan tutorial minggu 2, kelompok 20c
TRANSCRIPT
Laporan Tutorial
Skenario 2
Mengapa Saya?
Kelompok 20C
Tutor : dr. Yenita,M.Biomed,SpPA
Ketua : Mulfa Satria Asnel (1010313109)
Sekretaris 1 : Arzia Rahmi (1010311021)
Sekretaris 2 : Ari Rahmawati (1010313045)
Anggota :
Rezki Meizikri (1010311010)
Muhammad Nadirsyah (1010313007)
Ivan Maulana Fakh (1010313019)
Nelvita Sari Ramadhan (1010312077)
Dhania Pratiwi (1010312066)
Nidya Khaireza (1010313037)
Raudhatul Husnia Agus (1010313061)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Modul 2
Mengapa Saya?
Ny.Nita, 38 tahun, dengan ditemani suaminya, datang ke praktek dokter karena
menemukan benjolan di payudara kanannya, yang semakin membesar. Sebenarnya benjolan
ini telah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu tetapi dia takut memeriksakan diri ke dokter. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan massa di sekitar areola, diameter 2 cm, batas tidak jelas, padat,
agak sulit digerakkan dari dasarnya. Di regio aksila ditemukan limfadenopati multipel,
diameter 1cm, padat. Dokter segera memberikan surat pengantar untuk dilakukan
pemeriksaan FNAB dan hasilnya adalah atypical ductal hyperplasia dengan bagian ductal
carcinoma. Akhirnya dilakukan operasi dan jaringan tumor diperiksa dengan frozen section,
dilanjutkan pembuatan blok parafin. Hasilnya adalah
ductal carcinoma in situ dengan bagian invasif. Dokter menyarankan untuk melakukan
mastektomi dan limfedektomi. Jaringan tumor payudara juga akan diperiksa menggunakan
metode imunohistokimia.
Ny.Nita sangat sulit untuk menerima kenyataan ini. Ketiga anaknya selalu disusui
sampai usia 2 tahun, dia juga rajin berolahraga, minum suplemen dan imunostimulan. Dalam
keluarganya juga tidak ada yang menderita kanker. Bagaimana mungkin dia bisa menderita
penyakit menakutkan ini? Apakah dia akan meninggal karena penyakit ini? Bagaimana anda
menjelaskan permasalahan ini pada Ny.Nita?
TERMINOLOGI
1. Atypical Ductal Hyperplasia Hiperplasia dari lapisan sel-sel duktus laktiferus dan
penambahan jumlah sel yang tidak teratur pada duktus.
2. Ductal Carcinoma Merupakana kanker epitel pada saluran mammae.
3. Frozen Section Merupakan salah satu cara untuk memeriksa suatu jaringan yang
dibawa kebagian patologi untuk dicetak beku secara cepat, diwarnai, dan didiagnosis.
4. Blok Parafin Merupakan cara untuk mendiagnosis jaringan sampel yang
didehidrasi yang kemudian ditanam dalam parafin padat, lalu dipotong, diwanai, dan
diperiksa dibawah mikroskop.
5. Ductal Carcinoma In-Situ Kanker pada duktus yang menunjukkan sel dismorfik
mengenai seluruh lapisan sel epitel mukos atau sel epidermis, tapi belum menembus
membrana basalis.
6. Invasif Merupakan suatu sifat yang dapat beremetastasis pada daerah lain dalam
tubuh.
7. Mastektomi Merupakan suatu operasi dalam pengangkatan payudara.
8. Limfedektomi Merupakan pengangkatan kelenjar getah bening yang mengalami
pembengkakan.
9. Imunohistokimia Merupakan suatu teknik dalam penentuan antigen (protein target)
dalam jaringan ataupun sel yang menggunakan prinsip antigen-antibody.
10. Imunostimulan Merupakan suatu zat yang dapat memicu sistem kekebalan tubuh.
MASALAH
1. Mengapa bisa ditemukan benjolan pada payudara kanan Ny.Nita dan benjolan itu
semakin membesar?
2. Apa saja faktor penyebab dan faktor resiko pada seseorang yang mengalami tumor
payudara?
3. Mengapa Ny.Nita takut memeriksakan diri ke dokter?
4. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan dokter?
5. Mengapa bisa ditemukan limfedenopati multipel diregio axila?
6. Mengapa dokter menganjurkan pemeriksaan FNAB?
7. Mengapa ditemukan atypical ductal hyperplasia dengan bagian ductal carcinoma
setelah pemeriksaan FNAB?
8. Apa tujuan dilakukan operasi dan jaringan tumor yang diperiksa dengan frozen
section kemudian dilanjutkan dengan blok parafin?
9. Mengapa setelah pemeriksaan hasilnya ductal carcinoma in-situ dengan bagian
invasif?
10. Apa yang dimaksud dengan carcinoma in-situ dengan sifat invasif?
11. Apa indikasi dilakukannya mastekomi dan limfedektomi?
12. Apa hubungan antara limfedenopati dengan benjolan payudara?
13. Mengapa dilakukan pemeriksaan tumor dengan imunohistokimia?
14. Bagaimana pengaruh pada anak Ny.Nita karena kanker tersebut?
15. Mengapa Ny.Nita bisa mengalami kanker padahal dia selalu menyusui anaknya
sampai usia 2tahun, rajin olahraga, minum suplemen dan imunostimulan?
16. Bagaimana prognosis dari penyakit yang diderita oleh Ny.Nita?
BRAINSTORMING
1. hal yang pertama yang perlu diketahui apakah benjolan itu merupakan neoplasma
atau non-neoplasma.
Kalau seandainya non-neoplasma, bisa dilihat apakah ada tanda-tanda radang.
kalau tergolong neoplasma, perlu diketahui seberapakah besarnya, bagaimana
pergerakannya, sudah berapa lama itu dirasakan, dan bagaimana perkembangan dari
tumor tersebut. Apakah tergolong jinak ataupun ganas.
dari skenario, Ny.Nita kemungkinan mengalami tumor ganas, karena pertumbuhan
yang berlangsung cepat pada payudaranya. Hanya dalam jangka waktu 3bulan saja,
benjolan yang terdapat pada Ny.Nita tersebut telah semakin membesar.
2. Terdapat beberapa faktor resiko yang mungkin menyebabkan tumor payudara,
diantaranya :
- Jenis kelamin, perempuan mempunyai resiko jauh lebih besar dibandingkan laki-
laki.
- Obesitas,
- Usia menarche, karena semakin cepat seseorang menarche maka monopouse nya
akan lebih lama. Dalam keadaan yang demikian maka seorang perempuan akan
meningkat resiko tumor karena semakin lama terpapar dengan estrogen.
- Usia, semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar resiko yang
didapatinya karena makin lama tubuh akan mengalami banyak penuaan.
- Riwayat menyusui, pada seorang wanita yang tidak menyusukan anaknya, maka
memiliki resiko kanker yang lebih tinggi karena tidak ada pengurangan kadar
estrogan dari dalam tubuhnya. Sebagaimana yang kita ketahui, selama seorang
wanita menyusui anaknya maka akan secara otomatis kadar estrogennya akan
berkurang.
- Penundaan riwayat kehamilan pertama.
- Gaya hidup, bila seseorang memiliki gaya hidup yang tidak sehat maka secara
otomatis akan meningkatkan resiko kanker.
Selain beberapa faktor resiko diatas, ada juga faktor penyebab yang dapat menyebabkan
terjadinya tumor payudara, diantaranya:
- Virus, apabila infeksi virus telah merusak DNA maka akan menyebabkan
terjadinya mutasi pada gen.
- Kimia, sebagaimana yang kita ketahui zat-zat kimia memang memiliki andil yang
besar dalam menyebabkan tumor. Misalnya saja, polisiklik aromatik yang berasal
dari pembakan batubara akan menyebabkan tumor. Namun, zat kimia ini
menimbulkan efek tumor yang bermacam berdasarkan struktur.
- Fisika, bisa dalam bentuk radiasi ionisasi (x-ray) dan juga radiasi non-ionisasi
(uv).
- Selain faktor diatas, ada juga faktor yang bisa menyebabkan tumor payudara,
misalnya saja karena mammae nya sering terbentur ataupun sering terkena trauma.
3. Ada banyak faktor yang menyebabkan mengapa Ny.Nita takut memeriksakan
diri pada dokter, diantaranya ;
- Masyarakat Indonesia yang masih agamis, terkadang banyak yang tidak mau
memeriksakan diri pada dokter karena merasa berdosa ataupun segan apabila
organ vitalnya diperiksa oleh orang lain apalagi yang memeriksa itu adalah orang
yang berlawanan jenis dengannya.
- Mungkin juga Ny.Nita merasa apa yang telah terjadi padanya masih dapat diatasi
sendiri tanpa harus memeriksakan diri pada dokter. Misalnya mereka mempunyai
alternatif dengan menggunakan obat-obat herbal.
- Mungkin juga Ny.Nita merasa takut kerana telah mengetahui bahwa penyakit
yang dideritanya sangat berbahaya, jadi dia lebih memilih untuk menerima nasib
apa yang akan diterimanya. Jadi lebih kepada faktor psikologis.
4. Interpretasi yang didapat setelah dokter melakukan pemeriksaan pada Ny.Nita
adalah tumor ganas pada mammae nya. Karena pada mammae tersebut telah
ditemukan massa di sekitar areola yang berdiameter 2cm, batas yang dapat
ditentukan, terasa padat dan immobile . Dari tanda-tanda diatas yang telah ditemukan
maka tumor yang telah dialami oleh Ny.Nita bisa digolongkan pada stadium 2.
5. Adanya limfedenopati di regio aksila karena Ny.Nita mengalami kanker payudara
yang telah bermetastasis dan invasif melalui pembuluh limfe. Kemudian karena letak
kanker itu terletak di mammae yang dekat dengan aksila maka kemungkinan besar
jaringan limfe yang mengalami kerusakan adalah regio aksila. Kemudian juga,
semakin dekat dengan mammae maka akan semakin banyak nodulus-nodulusnya,
sehingga sel mudah bermetastasis disana.
6. Ny.Nita disarankan untuk melakukan pemeriksaan FNAB adalah untuk
memastikan apakah pembengkakan yang terjadi pada Ny.Nita itu telah bermetastasis
atau tidak. FNAB merupakan suatu proses diagnostik yang digunakan untuk
menyelidiki benjolan atau massa dibawah kulit.
7. Atypical Ductal Hyperplasia merupakan suatu ciri awal dari dari tumor. Namun
dalam keadaan ini seseorang harus dalam keadaan AWAS! Karena dapat
berkembang menjadi tumor.
8. Operasi yang dilakukan pada Ny.Nita bertujuan untuk tindakan kuratif untuk
mencegah metastasis dari kanker tersebut. Kamudian dilanjutkan dengan pelaksanaan
frozen section bertujuan untuk mengetahui apakah kanker tersebut telah
bermetastasis. Frozen section dilakukan dalam waktu yang cepat karena untuk
memberikan kepastian secara cepat. Namun dalam pemeriksaan selanjutnya,
dilakukan juga blok parafin untuk diagtnosis yang lebih jelas dan juga berfungsi besar
dalam penentuan terapi.
9. Karena setalah dilakukan pemeriksaan ditemukan tumor tersebut belum
menembus membrana basalis tetapi bentuk sel tidak normal. Namun walaupun
demikian, tumor yang diderita Ny.Nita ini bersiafat invasif. Karena Ny.Nita
mengalami tumor ganas namun karena cepat ditangani jadi tumornya tersebut belum
bersifat terlalu ganas.
10. Ductal Carcinoma In-Situ merupakan suatu jenis kanker yang menunjukkan sel
ayang dismorfik namun dia belum menembus membrana basalis. Namun bukan
berarti dia belum menembus membrana basalis, kanker ini digolongkan pada tumor
jinak. Kanker ini bersifat invasif akan tetapi pada Ny.Nita cepat mendapatkan
penanganan sehingga invasif dari tumor tersebut belum menjadi-jadi.
11. Indikasi melakukan mastektomi dan limfedektomi dilihat dari berbagai aspek yang
tampak.
Matektomi :
- Apabila ukurannya lebih 5cm.
- Seberapa jauh jarak antara tumor.
- Apabila kanker yang terjadi lebih besar dibandingkan mammae itu sendiri
Limfedektomi :
- Bukan merupakan tumor ganas lagi, untuk mencegah metastasis.
- Supaya tidak menyebar kedaerah lain.
12. Benjolan yang terjadi pada Ny.Nita itu kan merupakan suatu bentuk dari tumor
ganas. Kalau tumor ganas, maka secara otomatis akan berinvasi atau bermetastasis
kedaerah terdekat. Kecenderungan kanker itu adalah bermetastasis melalui pembuluh
limfe. Sehingga limfedenopati itu bisa terjadi.
13. IHC dilakukan dengan reaksi antigen-antibodi yang sangat berperan besar dalam
mendiagnosis tumor. IHC mempunyai beberapa peranan penting dalam hal ini,
- Lebih memperjelas diagnosis dan klasifikasi tentang tumor karena banyak
kemiripan pada tumor yang berbeda.
- Dapat membantu menentukan asal sebagian tumor, menentukan lokasi primer
kanker metastatik.
- Memperkirakan sifat biologis tumor dan memberikan dasar bagi penentuan terapi
secara klinis.
14. Hal yang pertama yang menyebabkan kanker adalah mutasi gen yang terjadi pada
tubuh seseorang disamping faktor-faktor resiko yang akan meningkatkan prevalensi
kanker tersebut. Jadi anak Ny.Nita bisa jadi memiliki kemungkinan mendapatkan
kanker namun itu semua tergantung bagaimana faktor-faktor lingkungan lain yang
mengambil peran.
15. Faktor utama yang menyebabkan kanker itu sendiri adalah gen yang mengalami
mutasi yang makin lama kelamaan akan bertambah banyak dan akan berkembang
menjadi kanker.
Selain itu, kebiasaan Ny.Nita mengkonsumsi imunostimulan yang berasal dari
kacang kedelai yang mengandung isoprofan yang nanti akan meningkatkan reseptor
estrogen dan ada juga imunostimulan yang memiliki zat yang bersifat karsiogenik.
16. Prognosis dari penyakit yang dialami oleh Ny.Nita memiliki dua kemungkinan.
Bisa menjadi baik dan bisa juga buruk.
- Baik
Apabila terapi yang diberikan pada Ny.Nita itu tepat dan Ny.nita menjaga
kesehatan maka prognosis Ny.Nita bisa baik.
- Buruk
Apabila Ny.nita mendapatkan penanganan yang lambat, terapi yang tidak tepat,
dan tidak menjaga kesehatan maka prognosis dari Ny.Nita bisa buruk.
SISTEMATIKA
In-Situ
Ciri-Ciri
Karsinogenesis
GanasJinak
Faktor Penyebab
Faktor Resiko
Non-Neoplasma
Neoplasma
Benjolan
Invasif
Prognosis
Terapi
Diagnosis
Pemeriksaan
Metastasis
LEARNING OBJECTIVE
1) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang terminologi dan penamaan neoplasma.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan epidemiologi dan faktor resiko penyebab kanker.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang karsinogenesis dan karsinogen.
4) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang siklus sel neoplasma.
5) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang gen yang berperan dalam terjadinya
neoplasma.
6) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang histopatologi neoplasma.
7) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang invasi dan metastasis sel kanker.
8) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang immunologi tumor.
9) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prognosis tumor.
PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
1. Terminologi dan penamaan neoplasma (Patologi Robbins)
Setiap tumor, ganas ataupun jinak memiliki dua komponen dasar :
- Parenkim, yang terdiri dari sel yang telah mengalami transformasi atau neoplastik.
- Stroma penunjang nonneoplastik yang berasal dari pejamu dan terdiri atas
jaringan ikat dan pembuluh darah.
a. Tumor jinak
Secara umum, tumor jiinak diberi akhiran –oma ke jenis sel asal tumor tersebut.
Contohnya, fibroma tumor jinak yang berasal dari jaringan fibrosa, kondroma
tumor tulang rawan yang jinak.
Tata nama untuk tumor epitel jinak lebih rumit karena kadang di klasifikasikan
dalam bentuk mikroskopiknya ataupun makroskopiknya. Beberapa contohnya:
- Adenoma merupakan neoplasma epitel jinak yang menghasilkan pola kelenjar.
- Papiloma neoplasma epitel jinak yang tumbuh dipermukaan dan menghasilkan
tonjolan mirip jari, baik secara mikroskopik maupun makriskopik.
- Polip suatu massa yang menonjol dipermukaan mukosa, seperti pada usus,
untuk membentuk struktur yang terlihat dengan mata telanjang.
- Kistadenoma adalah massa kistik berongga yang khas terdapat di ovarium.
b. Tumor ganas
Tata nama tumor ganas pada dasarnya mengikuti tumor jinak, dengan
penambahan dan pengecualian tertentu.
Neoplasma yang berasal dari jaringan mesenkim atau turunannya disebut
sarkoma. Kanker yang berasal dari jaringan fibrosa disebut fibrosarkoma, dan
neoplasma yang berasal dari kondrosit disebut kondrosarkoma. Sarkoma diberi nama
berdasarkan histogenesisnya yaitu sejenis sel yang membentuknya.
Neoplasma yang ganas berasal daris el epitel disebut karsinoma. Perlu diingat
bahwa epitel tubuh berasal dari 3 lapisan sel germinativum; neoplasma yang muncul
di epitel tubulus ginjal (mesoderm) adalah karsinoma, demikian juga kanker yang
tumbuh dikulit (ektoderm) dan epitel yang melapisi usus (endoderm). Karsinoma sel
squamosa menandakan suatu kanker yang sel tumornya mirip dengan epitel skuamosa
berlapis, dan adenokarsinoma berarti lesi yang sel epitel neoplastiknya tumbuh dalam
pola kelenjar. Kadang-kadang tumor tumbuh dalam pola tidak berdiferensiasi dan
harus disebut karsinoma berdiferensiasi buruk.
Sel parenkim pada suatu neoplasma, baik jinak maupun ganas, mirip satu sama
lain, seolah-olah semua berasal dari progenitor. Namun, pada beberapa kasus, sel
bakal mengalami diferensiasi divergen yang menghasilkan tumor campuran.
Contohnya tumor campuran pada kelenkar liur yang memiliki komponen epitel yang
tersebar di seluruh stroma fibromiksoid, kadang-kadang mengandung pulau tulang
rawan ataupun di tulang. Semua elemen yang beragam ini diperkirakan berasal dari
sel epitel, sel mioepitel, atau keduanya di kelenjar liur dan nama yang dianjurkan
untuk neoplasma ini adalah adenoma pleomorfik.
Nama neoplasma terkadang terlihat tidak konsisten, contohnya istilah limfoma,
mesotelioma, melanoma, dan seminoma digunakan untuk tumor ganas padahal
penambahan –oma digunakan untuk penamaan pada tumor
Contoh penamaan neoplasma
Jaringan Asal Jinak Ganas
Jaringan ikat dan turunannya Fibroma Fibrosarkoma
Lipoma Liposarkoma
Kondroma Kondrosarkoma
osteoma Osteosarkoma
Pembuluh darah Hemangioma Angiosarkoma
Pembuluh limf limfangioma Limfangiosarkoma
Sinovium - Sarkoma sinovium
Mesotelium - Mesotelioma
Selaput otak Meningioma Meningioma invasif
Otot polos Leiomioma Leiomiosarkoma
Otot lurik Rabdomioma Rabdomiosarkoma
Skuamosa berlapis Papiloma skuamosa Karsinoma apidermoid
Sel basal kulit - Karsinoma sel basal
duktus Adenoma Adenokarsinoma
Papiloma Karsinoma papilar
Kistadenoma Kistadenokarsinoma
Sel hematopoietik - Leukemia
Jaringan limfod - Limfoma
Saluran napas Adenoma bronkus Karsinoma bronkogenik
Epitel ginjal Adenoma tubulus ginjal Karsinoma sel ginjal
Sel hati Adenoma sel hati Karsinoma hepatoseluler
Epitel saluran kemih Papiloma sel transisional Karsinoma sel transisional
Epitel plasenta Mola hidatidiformis Koriokarsinoma
Epitel testis - Seminoma
Tumor melanosit Nevus Melanoma maligna
Kelenjar liur Adenoma pleomorfik Tumor wilms
Embryonic rests Teratoma matur Teratokarsinoma
2. Epidemiologi dan faktor resiko kanker (Onkologi Ginekologi dan Patologi Robbins)
- Epidemiologi
Berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata : # epi diantara, #demos
masyarakat, #logos ilmu. Berarti epidemiologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari
distribusi suatu penyakit di masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi
tersebut dengan menggunakan perhitungan statistik.
Epidemiologi bertujuan untuk mengatahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
suatu penyakit sehingga dapat dilakukan sesuatu intervensi yang dalam hal ini terutama
bertujuan untuk intervensi yang berupa tindakan preventif.
Insiden dan prevalensi
Insiden merupakan jumlah kasus baru yang terjadi dalam kurun waktu
tertentu.
Rumus : kasus dalam waktu tertentu / populasi yang beresiko mendapat
penyakit tersebut dalam waktu tertentu.
Prevalensi merupakan frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan
dalam kurun waktu tertentu.
Rumus : kasus lama + kasus baru / populasi total.
Survival
Dalam bidang kanker ada istilah “survival” karena sifat kanker yang
selalu dapat kambuh/resiidif sehingga digunakan survival untuk mengukur
suatu pengobatan kanker.
Dalam “cancer survival rate” ada istilah 5SYR (angka ketahanan hidup
5tahun) yang bersifat overall survival tidak mempertimbangkan apakah
sampai tahun kelima penderita kanker tersebut masih mendapat pengobatan
ataupun mengalami kematian.
Selain 5SYR ada pemberian informasi yang lebih spesifik, yaitu:
#DFS (Disease Free Survival Rate)
Jumlah penderita kanker yang mencapai kesembuhan atau tidak
menunjukkan adanya tanda kanker lagi.
#PFS (Progression Free Survival)
Jumlah penderita kanker yang masih terdapat kanker/tumor pada
tubuhnya, tetapi tumur/kanker tersebut tidak mengalami pertumbuhan
ataupun perkembangan.
Dalam melakukan tindakan preventif sebagai tujuan utama epidemiologi, ada beberapa
tahapan yang dapat dilakukan:
- Preventif primer, merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah penyakit
terlebih dahulu.
- Preventif sekunder, merupakan tindakan dalam mencari kasus subkliniknya.
- Preventif tersier, merupakan tindakan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya
komplikasi.
- Faktor resiko terjadinya tumor ataupun kanker.
Faktor geografik dan lingkungan
Dalam sebuah penelitian, lingkungan memiliki 65% dalam
menyebabkan kanker. Karsinogen banyak ditemukan di lingkungan. Zat
tersebut bersembunyi dalam lingkungan sekitar, di tempat kerja, dalam
makanan, dan praktek pribadi. Yang paling mencemaskan adalah merokok
dan alkohol.
Misalnya benzena yang dapat menyebabkan leukimia dan limfoma
hodgkin. Benzena marupakan komponen utama dalam minyak ringan.
Walaupun pemakaiannya tidak dianjurkan sebagai pelarut, namun zat ini
banyak terdapat dalam aplikasi percetakan dan litografi, pengecatan karet,
dry cleaning, lem dan pelapis, serta deterjen. Dahulu sering digunakan
sebagai pelarut dan fumigan.
Usia
Frekuensinya akan meningkat apabila usia semakin tua. Sebagian
mortalitas terjadi pada usia 55-75 tahun. Hal ini dapat dijelaskan dengan
akumulasi mutasi somatik yang disebabkan oleh berkembangnya
neoplasma ganas, menurunnya fungsi imunitas, serta penuaan yang juga
turut mengambil bagian dalam hal ini.
Kalau dari anak-anak, kanker menyebabkan 15% mortalitas pada
anak-anak yang berumur 15 tahun kebawah. Kanker yang paling banyak
menyebabkan kematian pada anak-anak adalah leukemia, tumor SSP,
limfoma, sarkoma jaringa lunak, dan sarkoma tulang.
Herediter
Herediter juga merupakan suatu hal yang dapat meningkatkan faktor
resiko terjadinya kanker. Bentuk herediter tersebut ada 3 macam, yaitu:
Sindrom kanker herediter
Mencakup beberapa kanker yang pewarisan satu gen mutannya
saja akan sangat meningkatkan resiko terjadinya kanker yang
bersangkutan. Hal ini memperlihatkan pewarisan dominan
autosomal.
Misalnya, Retinoblastoma anak yang sekitar 40% kasus ini
terjadi karena herediter. Apabila seseorang mewariskan ini maka
10.000x meningkatnya resiko terkena kanker ini.
Kanker familial
Gambaran yang menandai kanker familial adalah usia onset
dini, tumor timbul pada dua atau lebih anggota keluarga dekat dari
kasus indeks dan kadang-kadang tumor multipel atau bilateral.
Pada transmisi pada kanker familial tidak jelas. Secara umum,
saudara kandung memiliki resiko relatif antara 2 dan 3. Kanker
familial tertentu dapat dikaitkan dengan pewarisan gen mutan.
Misalnya, keterkaitan BRCA1 dan BRCA2 dengan kanker
payudara dan kanker ovarium familial.
Sindrom resesif autosomal gangguan perbaikan DNA
Salain kelainan prakanker yang diwariskan secara dominan,
sekelompok gangguan kecil gangguan resesif autosomal secara
kolektif memperlihatkan ciri instabilitas kromosom atau DNA.
3. Karsinogenesis dan Karsinogen (Patobiologi dan Patologi Robbins)
Karsinogenesis merupakan suatu proses perubahan sel normal menjadi sel tumor ganas.
Walaupun banyak jenis tumor, tapi proses perkembangan dasarnya sama dan terjadi pada
tingkat molekular yang diikuti oleh perubahan morfologik.
Tumor Ganas
Progresifitas Tumor
Mutasi Tambahan
Ekspansi Klonal
Apoptosis Berkurang
Perubahan Gen Pengatur Apoptosis
Mutasi Diturunkan
Aktivasi Onkogen
Inaktivasi Gen Supresor Tumor
Mutasi Sel Somatik
Perbaikan DNA Gagal
Perbaikan DNA sukses
Kerusakan DNA
Sel NormalKarsinogen
Lolos dari Sistem Imun
Angiogenesis
Proliferasi Gen Tak Terkontrol
Invasi dan Metastasis
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa proses karsinogenesis adalah
multistep. Tahap-tahapnya adalah inisiasi, promosi dan progresi. Secara
molekular, pada karsinogenesis terjadi mutasi pada onkogen, gen suoresor
tumor, gen repair DNA dan ger pengatur apoptosis.
Tahap inisiasi merupakan tahap dimana terjadi perubahan genetik sel.
Pada tahap ini terjadi mutasi DNA yang disebabkan oleh karsinogen (virus,
kimia dan radiasi). Kerusakan awal ini belum menimbulkan kanker karena
adanya mekanisme DNA repair, sehingga sel dapat kembali normal atau
mengalami apoptosis. Tetapi apabila upaya perbaikan DNA gagal atau
kerusakan terjadi pada gen yang mengatur pertumbuhan dan proliferasi sel
atau DNA repair, mutasi akan menetap dan sel menjadi lebih berisiko untuk
berubah menjadi ganas. Mutasi pada fase inisiasi bersifat irreversibel,
disebabkan oleh komponen kardinogenik, terjadi setelah paparan karsinogen
dan biasanya belum terbentuk tumor secara morfologik.
Selama tahap promosi, sel yang sudah mengalami mutasi tersebut
dirangsang untuk tumbuh dan membelah diri dengan cepat, membentuk
populasi sel. Fase promosi mempunyai karakteristik, perubahan bersifat
reversibel, perubahan hanya terjadi pada sel yang sudah mangalami mutasi
dan membutuhkan paparan berulang. Promosi berarti terjadi proliferasi fokal
sel-sel yang kemudian berperan sebagai prekursor tumor ganas.
Pada fase progresi, terjadi pertumbuhan dan perbanyakan sel yang sudah
mengalami perubahan tersebut. Sel menjadi rentan terhadap mutasi tambahan,
sampai kemudian berubah sepenuhnya menjadi tumor ganas. Mutasi biasanya
mengenai onkogen, gen supresor tumor dan Gen DNA mismatch-repair.
Sementara itu, karsinogen merupakan hal yang menyebabkan terjadinya
kanker. Ada 3 karsinogen yang ditemukan, yaitu:
Karsinogen kimiawi
Agen kimiawi ini terbagi atas 2 bagian,
# Agen yang bekerja langsung
Agen ini tidak membutuhkan konversi metabolik untuk menjadi
karsinogenik. Zat ini secara umum adalah karsinogen lemah, tetapi
penting karena sebagian adalah obat kemoterapi kanker (misalnya zat
pengalkil) yang berhasil menyembuhkan, mengontrol, atau menunda
kekambuhan tipe kanker tertentu (misalnya leukemia, limfoma,
penyakit hodgkin dan karsinoma ovarium), tetapi kemudian dapat
menyebabkan muculnya kanker bentuk kedua yaitu leukemia. Situasi
ini akan lebih tragis apabila zat tersebut digunakan untuk penyakit non-
neoplastik. Memang induksi kanker lemah, akan tetapi kenyataan
bahwa resiko itu ada dan harus mambuat kita untuk berhati dalam
menggunakan zat ini.
# Agen yang bekerja tidak langsung
Merupakan zat kimia yang membutuhkan perubahan metabolik
sebelum menjadi aktif. Misalnya; Beta-naftilamina yang merupakan
penyebab peningkatan 50x insiden kanker kandung kemih pada para
pekerja di industri karet dan zat warna anilin yang banyak terpajan.
Kemudian ada Benzantrassena yang dapat menimbulkan kanker
apabila diaplikasikan. Contohnya, apabila dioleskan ke kulit maka
akan menyebabkan kanker kulit.
Radiasi
Para penambang unsur radioaktif, memiliki 10x insiden terkena
kanker paru. Orang yang selamat dari bom Nagasaki-Hiroshima,
mengalami peningkatan insiden leukemia, terutama leukemia mielotik
akut dan kronik.
Dari beberapa contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa radiasi
merupakan onkogen. Efek radiasi pengion berkaitan dengan efek
mutagenik itu sendiri. Radiasi menyebabkan pemutusan, translokasi
kemudian mutasi titik pada kromosom.
Dalam kasus sinar radiasi sinar UV, ini biasanya dalam bentuk
melanoma, karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel basal. Yang
berisiko besar adalah orang yang memiliki kulit terang/putih dan
tinggal didaerah yang banyak terpajan sinar matahari. Kejadian ini
banyak pada orang Australia dan Selandia Baru. Sinar UV memiliki
efek biologik yang memiliki kemampuan dalam merusak DNA.
Awalnya nanti akan ada suatu rangkaian protein kompleks yang
memperbaiki kerusakan DNA yang terjadi. Namun lama-kelamaan
sistem itu akan rusak sehingga akhirnya terjadilah kanker.
Virus
# Virus onkogenik RNA
Satu-satunya virus retrovirus manusia yang dapat menyebabkan
kanker yaitu “Virus Leukemia Sel-T Manusia Tipe1”. Virus ini dapat
menyebabkan suatu bentuk leukemia yang endemik dibeberapa tempat
di Jepang, lembah karibia dan Amerika Serikat. Infeksi pada manusia
terjadi akibat penularan Sel-T melalui infeksi hubungan sexual, produk
darah, atau ASI. Hal ini akan tampak setelah terpajan antara 20-30
tahun kemudian.
# Virus onkogenik DNA
HPV (Human Papiloma Virus)
Infeksi HPV menyebabkan hilangnya gen penekan tumor,
mengaktifkan siklin, menghambat apoptosis, dan melawan penuaan sel.
Jenis 1,2,4 dan 7 menyebabkan papiloma skuamosa (kutil). HPV juga
berperan dalam beberapa kanker, karsinoma skuamosa di serviks dan
kanker anus, perianus, vulva dan penis.
HBV (Virus Hepatitis B)
HBV terkait dengan karsinoma hepatoseluler. Efeknya berupa :
@ Menyebabkan cedera klonik pada sel hati disertai regenerasi, HBV
mempermudah mutasi yang mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan.
@ HBV nantinya akan mengkode suatu elemen yang dianamakan HBx
yang dapat mengganggu pertumbuhan normal sel hati yang terinfeksi.
@ Transduksi signal di sitosol mengaktifkan TAX yang merupakan suatu
protein yang dapat menekan beberapa gen tumor yang mengendalikan
siklus sel.
EBV (Virus Epsten - Barr)
Virus ini berkaitan dengan limfoma burkitt, limfoma proliferatif pasca
transplantasi, limfoma SSP pada pasien AIDS, subset limfoma hodgkin,
dan karsinoma nasofaring.
4. Siklus sel neoplasma (Patobiologi)
Sebelum melihat siklus sel neoplasma maka perlu kita lihat terlebih dahulu bagaimana siklus
sel yang normal.
Siklus sel normal:
1. Interfase
Fase G0 : fase istirahat, sel deprogram untuk melaksanakan fungsi-
fungsi khusus.
Fase G1 : terjadi sintesis RNA dan protein.
Fase S : terjadi sintesis DNA (terjadi replikasi DNA).
Fase G2 : fase premitosis, terjadi sintesa DNA terakhir, sintesa protein, dan
RNA berlanjut dan precursor mitotic spindle dibentuk.
2. Mitosis
Fase pembelahan sel, dimana pada fase ini proses sintesa protein dan RNA
berhenti disertai dengan pemisahan material genetik pada kedua anak sel,
dilanjutkan dengan pembelahan sel menjadi 2 anak sel. Setelah fase ini selesai,
maka anak sel akan memasuki fase G0 atau fase G1.
Kemudian bisa kita lihat bagaimana siklus sel neoplasma;
Pada sel normal, kalau terjadi kesalahan dalam fase interfase maka akan ada check
point waktu peralihan G1-S. pada saat check point akan dilakukan DNA repair, kembali ke
G0, dan apoptosis.
Pada sel kanker, kesalahan tersebut tidak diperbaiki karena mungkin terjadi mutasi
pada p53, gen yang mengatur apoptosis. Sehingga kesalahan tersebut terus berlanjut pada
generasi selanjutnya.
Pada check point, yang berperan adalah protein Rb dan normalnya akan berikatan
dengan E2F. kalau ada kesalahan protein Rb akan melepaskan ikatannya dengan E2F agar
bisa melakukan fosforilasi dengan bantuan cdk4 dan cdk6. Sedangkan E2F akan menjadi
protein cyclin E sehingga sel bisa masuk ke fase berikutnya.
Sedangkan pada sel kanker, kalau ada kesalahan tidaka akan terjadi fosforilasi
sehingga E2F tetap terikat.
5. Gen yang berperan dalam terjadinya neoplasma (Onkologi Ginekologi)
Dalam siklus sel, terdapat protein yang bekerja untuk menghentikan aktivitas siklus sel
yang bertujuan untuk memberi kesempatan pada sel tersebut untuk memperbaiki protein atau
gen yang mengalami kerusakan. TSG merupakan suatu gen yang berfungsi dalam mengontrol
siklus sel dalam keadaan normal. Apabila TSG mengalami kerusakan maka akan terjadi
percepatan siklus sel dan konsep ini merupakan salah satu hipotesis karsinogenesis.
Retinoblastoma (Rb)
Gen ini dalam keadaan normal berikatan dengan faktor transkripsi E2F
yang berada pada fase G0 dan G1. Apabila terinfeksi virus dapat
menginaktifkan Rb, misalnya infeksi HPV. Mutasi gen RB banyak
ditemukan pada penderita kanker payudara, kanker paru, kanker ginjal,
kanker tulang dan lain-lain.
P53
P53 berperan pada siklus G1 dan G2, apabila terjadi mutasi (point
mutation, delesi, insersi) akan menimbulkan fungsi gangguan gen.
Sehingga fungsi gen saat check point akan hilang sehingga siklus akan
terus berlanjut tanpa adanya perhentian fase apabila terjadi kerusakan. Saat
P53 mengalami kerusakan maka tidak akan terjadi apoptosis sehingga sel
yang mengalami kelainan DNA akan tetap terus membelah mengikuti fase
pembelahan.
BRCA1 dan BRCA2
BRCA berperan dalam memperbaiki DNA yang rusak akibat oksidasi.
Gen ini memiliki 2329 asam amino. Gen ini berperan besar sebagai TSG
pada sindroma kanker ovarium dan payudara.
Mismatch Repair DNA (MMR)
Merupakan gen yang berperan dalam memperbaiki DNA yang
mengalami kerusakan atau kesalahan pada replikasi yang disebabkan
karena mutasi.
6. Histopatologi neoplasma (Histopatologi dan Onkologi klinik)
Transformasi malignant atau perubahan sel normal menjadi sel ganas terjadi pada sitoplasma,
inti dan struktur atau arsitektur sel. Perubahan tersebut dapat dilihat pada inti, sitoplasma,
perubahan secara metabolik dan perubahan arsitektural.
- Parubahan pada inti
o Ukuran inti meningkat, dibanding sitoplasma. Rasio normal inti :
sitoplasma adalah 1:4 atau 1:6. Rasio ini dapat berubah menjadi 1:1. Hal
ini disebabkan oleh pembelahan sel yang cepat dan terus menerus sehingga
volume sitoplasma sel tidak memiliki kesempatan untuk bertambah.
o Peningkatan kandungan DNA inti karena DNA dapat bereplikasi sendiri.
Akibatnya inti menjadi poliploid, dengan kromatin yang juga bertambah
sehingga inti menjadi gelap (hiperkromatik). Perubahan bentuk dan ukuran
inti yang bermacam-macam ini diistilahkan dengan pleomorfisme.
o Karena sel membelah terus-menerus, akan terbentuk rRNA yang
berlebihan. Akibatnya ukuran nukleolus (tempat produksi rRNA)
meningkat.
o Duplikasi DNA yang berulang terkadang dapat membentuk banyak inti,
tanpa disertai pembelahan sitoplasma, sehingga terbentuk sel datia.
o Abnormalitas kromosom nonspesifik karena duplikasi DNA dan meiosis
sel tumor ganas.
o Mitosis yang meningkat, serta mitosis yang abnormal.
- Perubahan pada sitoplasma
Pada sel tumor ganas, terdapat banyak mutasi gen, ada gen yang
overekspresi dan sebaliknya ada gen yang tidak berfungsi lagi. Hal ini
menyebabkan perubahan pada sitoplasma misalnya berlebihnya produksi
mitokhondria dan lisosom yang menyebabkan sitoplasma sel menjadi asidofilik;
peningkatan filament miosin kontraktil dan aktin berpolimerasi, yang terlihat
sebagai sitoplasma subplasmalemmal. Meningkatnya produksi ribosom juga dapat
menyebabkan sitoplasma menjadi basofilik.
- Perubahan metabolik
o Produksi enzim tertentu yang berbeda dari sel asalnya, contohnya
leiomioma uteri, yang memproduksi isoenzim A atau B, berbeda dari sel
miometrium yang mampu memproduksi kedua jenis isoenzim.
o Derajat glikolisis anaerobik yang tinggi.
o Tumor tertentu membutuhkan bahan metabolik yang tidak diperlukan sel
normal misalnya kebutuhan akan sistein-sistin yang tinggi.
o Tumor yang diinisiasi oleh kersinogen, biasanya resisten terhadap bahan
karsinogen kimiawi tersebut.
- Perubahan arsitektural
Merupakan hilangnya polritas sel sehingga sel tumor ganas berkembang dan
membentuk struktur yang abnormal, tidak terorganisasi seperti halnya sel yang
normal. Sel tumor ganas juga mempunyai ikatan yang kohesif antar sel yang
longgar, yang memudahkan terjadinya invasi ke jaringan sekitar (dan metastasis).
Karakteristik tumor jinak dan tumor ganas
No Karakteristik Tumor jinak Tumor ganas
1. Tumor
Batas-batas Jelas Tidak jelas
Kapsul Jelas Tidak jelas
Bentuk Teratur Tidak teratur
Tumbuh Pelan Sangt cepat
Cara tumbuh Ekspansif Infiltratif
Infiltrasi Tidak ada Ada dan khas
Progresi Stasioner Cepat sampai fatal
Vaskularisasi Sedikit Banyak
Temperatur Normal Hipertensi
Ulserasi Sangat jarang Sering
Struktur jaringan Menunjukkan jaringan
asal
Atypi jaringan baru
Bentuk sel Uniform Polimorphi
Warna inti Normal Hiperkromasi dan
polikromasi
Warna sitoplasma Normal Hiperkromasi dan
polikromasi
Rasio plasma Normal Naik
Rasio neklear Normal Naik
Jumlah mitosis Sedikit Banyak
Type mitosis Normal Abnormal
7. Invasi dan Metastasis (Patobiologi)
Salah satu ciri khas dari tumor ganas yang membedakan dengan tumor jinak adalah
kemampuannya dalam menginvasi jaringan sekitar, masuk kedalam pembuluh darah dan
pembuluh limfe, untuk kemudian tumbuh dan berkembang di organ ataupun jaringan lain
(metastasis). Proses invasi dan metastasis tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan
yang lain karena proses ini terjadi secara bersamaan, dimulai dari lokasi primer tumor ganas
tersebut sampai kedaerah metastasis.
Mekanisme invasi yaitu:
- Adhesi seluler
Suatu sel, termasuk sel tumor memiliki perlekatan antara yang satu dengan yang
lain dengan membrana basalis serta stroma inang melalui molekul adhesi seperti
integrins, cadherins. Pada tahap invasi, sel tumor melekat pada matriks
ekstraseluler melalui perantara molekul adhesio tersebut. Hilangnya molekul
adhesi menyebabkan antara sel tumor tidak memiliki perlekatan lagi sehingga sel
mudah berpindah dan menginvasi jaringan sekitar.
- Proteolisis lokal
Pada tahap berikutnya, sel tumor harus mensekresi enzim yang dapat
mendegredasi barier matriks ektraseluler. Contohnya Plasminogen Activator
Family dan MMPs.
- Peningkatan motilitas sel tumor
Walaupun sel tumor sudah mampu menghancurkan ECM, sel tumor harus dapat
bergerak aktif ke dalam stroma atau pembuluh darah ataupun pembuluh limfe. Sel
tumor dapat bergerak karena adanya chemoattractans seperti sitokin, collagen
peptides, formyl peptides dan aotutaxin.
Ketiga tahap invasi ini adalah bagian dari proses atau mekanisme metastasis.
Metastasis dimulai dari angiogenesis. Selanjutnya sel tumor melalui tahap-tahap
invasi. Selain menginvasi stroma, sel masuk akan mengalami intravasasi yaitu
penetrasi sel tumor ke dalam dinding kapiler, selanjutnya sel tumor di transport
melalui sirkulasi dan mencapai mikrovesel dari jaringan/organ yang jauh. Di
dalam mikrovesel tersebut, sel tumor akan melekat pada sel endotel mikrovesel,
ekstravasasi atau penetrasi dinding mikrovesel oleh sel tumor akan berproliferasi
dan membentuk massa tumor baru, membentuk tumor sekunder. Proliferasi sel
tumor sekunder tersebut juga memerlukan proses angiogenesis.
Tumor yang berbeda, mempunyai kecenderungan bermetastasis pada organ
tertentu pula. Misalnya, kanker payudara sering bermetastasis pada paru-paru dan
tulang, sedangkan kanker kolorektal lebih sering bermetastasis ke hati.
8. Immunologi tumor (Onkologi Ginekologi)
Selama 25 tahun terakhir ini terjadi perkembangan yang sangat pesat dalam bidang
imunologi. Hal ini ditandai dengan penemuan molekul yang berperan dalam sistemm imun
seperti komplemen, interleukin, reseptor sel, dan gen rsepons imun yang berhubungan dengan
major histocompability complex.
Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan untuk mempertahankan keutuhan
tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan
dalam lingkungan hidup. Berikut ada 3 fungsi utama sistem imun :
- Merupakan pertahanan melawan invasi mikroorganisme.
- Merupakan homeostasis yang memenuhi segala kebutuhan umum organisme
multiseluler untuk mempertahankak jenis sel tertentu.
- Memonitor pengenalan jenis sel-sel yang abnormal yang secara bergantian akan
tetap timbul dan tumbuh.
Sistem imun dibagi atas 2 bagian secara umum yaitu:
1. Sistem imun non spesifik
Merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme
karena dapat memberikan respons langsung terhadap antigen. Sementara itu, sistem imun
onospesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu sebelum dapat
memberikan responsnya. Sistem tersebut disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap
mikroorganisme tertentu. Sistem imun ini telah ada dan berfungsi saat kita telah lahir yang
berupa permuukaan tubuh dan berbagai komponen dalam tubuh. Sistem imun nonspesifik
dibagi atas :
- Pertahanan fisik/mekanik
Kulit, selaput lendir, silis saluran napas, batuk atau bersin merupakan sistem
pertahanan mekanin dalam mencegah masuknya patogen kedalam tubuh.
- Pertahanan biokimiawi
Bahan yang disekresi oleh mukosa saluran napas dan telinga merupakan
pertahanan tubuh secara biokimiawi. Lisosom dalam keringat, air ludah, air mata,
dan air susu melindungi tubuh terhadap berbagai kuman gram positif karena dapat
menghancurkan dinding selnya..
Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, dan empedu dalam usus
halus membantu menciptakan lingkungan yang dapat mencegah infeksi
mikroorganisme. Demikian pula pH yang rendah dalam vagina dan cairan semen
yang mencegah hidupnya mikroorganisme didalamnya.
- Pertahanan humoral
Beberapa bahan yang berperan dalam humoral adalah:
Komplemen yang berperan meningkatkan fagositosis dan mempermudah
destruksi bekteri dan parasit karena komplemen dapat menghancurkan sel
membran banyak bakteri. Komplemen dapat melepaskan bahan
kemotaktik yang mengarahkan makrofag ke tempat bekteri. Komplemen
lain juga ada yang berperan supaya makrofag mudah mengenal bakteri dan
memakannya.
Interferon merupakan suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh berbagai sel
tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap
infeksi virus. Kemudian interferon juga akan mengaktifkan Natural Killer
cell yang mengenali adanya perubahan pada permukaan sel apabila
terinfeksi virus/bakteri.
C Reaktif Protein merupakan protein yang kadarnya dapat meningkat 100x
secara cepat setelah adanya inflamasi atau infeksi.
- Pertahanan seluler
Ada beberapa bahan yang berperan dalam pertahanan seluler, yaitu:
Fagosit, yang berperan besar adalah mononuklear dan granulosit yang
merupakan fagosit yang berasal dari hemopoetik.
Makrofag, yang memiliki umur yang panjang, mempunyai granul, dan
melepaskan bahan antara lain lisozim, komplemen, dan interferon yang
semuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan nonspesifik.
Sel NK, yang dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau sel
neoplasma dan interferon mempunyai pengaruh dalam mempercepat
pematangan dan efek sitolitik sel NK.
2. Sistem imun spesifik
Sistem imun psesifik memiliki kemampuan dalam menganali benda asing bagi dirinya.
Sistem imun spesifik dapat bekerja tanpa bantuan sistem imun nonspesifik, namun pada
umumnya terjadi kerjasama yang bagus antara antibodi-komplemen-fagosit dan sel T
makrofag.
Penyimpangan mekanisme pengawasan sistem imun hospes diduga terlibat dalam
pertumbuhan neoplasma. Sel tumor, baik ditransplantasikan atau ditumbuhkan dengn
rangsangan, merupakan benda asing terhadap hospes tempat sel tumor tersebut tumbuh. Pada
beberapa penderita kanker, terlihat bahwa limfosit spesifik yang membunuh sel tumor asli.
Pada beberapa individu penderita tumor, dapat ditunjukkan adanya antibodi spesifik.
Antibodi spesifik terhadap antigen tumor telah terbukti membunuh sel-sel sasaran kanker
dengan 2 cara yaitu:
- Tergantung komplemen.
- Reaksi sitotoksik selular antibodi.
Kanker dapat luput dari pengawasan sistem imun karena:
- Kinetik tumor, sel tumor dapat menyelinap sehingga luput dari pengawasan
sehingga akan diketahui apabila telah berkembang dan diluar sistem imun untuk
mampu menghancurkannya.
- Modulasi antigenik
- Masking antigen
- Pelepasan antigen
- Toleransi
- Limfosit yang teperangkap
- Faktor genetik
- Faktor penyekat
- Produk tumor, prostaglandin yang dihasilkan sel tumor dapat mengganggu sel NK
dan sel K.
- Faktor pertumbuhan
9. Prognosis tumor (Breast-Cancer-Prognosis-(Indonesian).aspx.htm)
Prognosis adalah "tebakan terbaik" tim medis dalam bagaimana kanker akan
mempengaruhi pasien. Ada faktor prognostik yang berhubungan dengan kanker payudara:
pementasan, ukuran tumor dan lokasi, kelas, apakah penyakit sistemik (telah menyebar, atau
bepergian ke bagian lain dari tubuh), kambuhnya penyakit, dan usia pasien.
Tahap yang paling penting, karena memperhitungkan ukuran pertimbangan,
keterlibatan status, lokal kelenjar getah bening dan apakah penyakit metastasis hadir.
Semakin tinggi stadium saat diagnosis, semakin buruk prognosisnya. Panggung yang
diangkat oleh invasiveness penyakit kelenjar getah bening, dinding dada, kulit atau di luar,
dan agresivitas sel kanker. Panggung diturunkan oleh kehadiran kanker zona bebas dan
dekat-ke-normal perilaku sel (grading). Ukuran bukanlah faktor dalam pementasan kecuali
kanker invasif.
Penilaian didasarkan pada bagaimana dibiopsi, sel kultur berperilaku. Lebih dekat ke
sel-sel kanker normal, semakin lambat pertumbuhan mereka dan semakin baik prognosisnya.
Jika sel tidak baik dibedakan, mereka akan muncul belum matang, akan membelah lebih
cepat, dan akan cenderung untuk menyebar. Yang dibedakan diberi kelas 1, kelas 2 moderat,
sedangkan miskin atau dibeda-bedakan diberi kelas yang lebih tinggi 3 atau 4 (tergantung
pada skala yang digunakan).
Dampak emosional dari diagnosa kanker, gejala, pengobatan, dan isu-isu terkait
dapat parah. Sebagian besar rumah sakit yang lebih besar berhubungan dengan kelompok-
kelompok pendukung kanker yang menyediakan lingkungan yang mendukung untuk
membantu pasien mengatasi dan mendapatkan perspektif dari penderita kanker. Kelompok
kanker dukungan online juga sangat bermanfaat bagi pasien kanker, terutama dalam
menghadapi masalah ketidakpastian dan tubuh-citra yang melekat dalam pengobatan kanker.
DAFTAR PUSTAKA
Asri, Aswiyanti. Patobilogi.
Aziz, Farid. 2006. Onkologi Ginekologi. Jakarta : Tridasa Printer.
Kumar, Vinay. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta : EGC.