laporan tutorial kelompok 2

Upload: don-will

Post on 15-Jul-2015

104 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Laporan Tutorial Kelompok 2

Disusun OlehKetua Sekretaris Anggota

:: Agnes Debora Siburian : Yoanda Hutabarat : 1. Novia Bunga Ginting 2. Pasu Theresia Sembiring 3. Dodi Arfinsyah Marbun 4. Dina Gustinawaty Zendato 5. Desi Natalia Simbolon 6. July Krianto Gultom 7. Sumitro Pasaribu 8. Wily Jhon Sinaga

Kelompok 2 Respiratory System

Page 1

Pemicu

:

Seorang anak laki-laki datang ke puskesmas dengan keluhan sesak napas dan batuk. Anamneses seak napas sudah berulang-ulang dialaminya terutama bila ada perubahan udara da menderita pilek. Serangan sesak napas rata-rata 2x/bulan, sehingga dia tidak dapat masuk sekolah atau mengerjakan pekerjaannya sehari-hari. Riwayat family ibu anak sewaktu masa anak-anak menderita sakit yang serupa. Pemeriksaan Nampak seorang anak laki-laki umur 8 tahun seak napas, denyut jantung 120x/menit, pernapasan 24x/menit ekspirasi lebih panjang dari inspirasi pada auskultasi terdengar Wheezing pada seluruh lapangan paru.

More Info Laboratorium darah : WBC 7.900/mm3, RBC 4.380/mm3, HGB 12,5g/dl HCT 38% MCV 87m3 MHC 28,5 pg MCHC 32,8 g/dl RDW 14,4 % PLT 372000/mm3 MPV 6,5m3 Differensial telling : LYM 37,7 % NEU 50,5 % EOS 3 % BAS 1% X-Foto Thoraks : gambaran paru lebih gelap atau lebih hitam (air trapping)

Unfamiliar Terms

:

Wheezing ;

Kelompok 2 Respiratory System

Page 2

Masalah

:

Analisa Masalah

:

Hipotesa :

Asthma Bronkialis

Kelompok 2 Respiratory System

Page 3

Learning Issue :

1. Anatomi Trachea dan Bronkus 2. Histologi Trachea dan Bronkus 3. Fisiologi 4. All About Asthma y Defenisi dan Klasifikasi Asthma y Etiologi, Sign and Symtoms Asthma y Patofisiology Asthma y Penegakan Diagnosa Asthma y Diagnosa Banding y Penatalaksanaan Asthma y Prognosis dan Komplikasi Asthma

Kelompok 2 Respiratory System

Page 4

Anatomi Trachea dan Bronkus

Kelompok 2 Respiratory System

Page 5

Histologi Trachea dan BronkusLaringy y Berada diantar faring dan trakea. Lamina propria : 1. Besar ; - Tiroid - Krikoid - Aritenoid Tulang rawan hialin

2. Kecil : - Epiglotis - Ujung Aritenoid - Kuneiformis -

Trachea

Gambar 1-1. Sediaan trakea yang memperlihatkan epitel respirasi dengan sel goblet dan sel silindris bersilia. Juga tampak kelenjar serosa di dalam lamina propria dan tulang rawan hialin. Cairan

Kelompok 2 Respiratory System

Page 6

mukosa yang dihasilkan sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing keluar sistem pernafasan.

Trakea adalah saluran pendek (10-12 cm panjangnya) dengan diameter sekir 2 cm. Trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Sejumlah sel-sel goblet terdapat di antara sel-sel

epitelnya, dan jumlah tergantung ada tidaknya iritasi kimia atau fisika dari epitelium ( yang dapat meningkatkan jumlah sel goblet). Iritasi yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat mengubah tipe sel dari tipe sel epitel berlapis pipih menjadi metaplasia. Pada lapisan epitel terdapat sel brush, sel endokrin (sel granul kecil ), sel klara (sel penghasil surfaktan) dan sel serous. Lapisan-lapisan pada trakea meliputi lapisan mukosa, lapisan submukosa dan

lapisan tulang rawan trakeal dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa meliputi lapisan sel-sel epitel respirasi dan lamina propria. Lamina proprianya banyak mengandung jaringan ikat longgar dengan banyak serabut elastik, yang selanjutnya membentuk membran elastik yang menghubungkan lapisan mukosa dan submukosa. Pada submukosa terdapat kelenjar mukoserous yang mensekresikan sekretnya menuju sel-sel epitel.

Kelompok 2 Respiratory System

Page 7

Tulang rawan pada trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin. Ujung-ujung dorsal dari huruf C dihubungkan oleh otot polos dan ligamentum fibroelastin. Ligamentum mencegah peregangan lumen berlebihan, dan kontraksi otot polos

menyebabkan tulang rawan saling berdekatan. Hal ini digunakan untuk respon batuk. Tulang rawan trakea dapat mengalami osifikasi dengan bertambahnya umur. Lapisan adventitia terdiri dari jaringan ikat fibrous. Trakea bercabang dua yaitu dua bronkus utama

Bronkus

Gambar 1-2. Struktur sebuah bronkus. Otot polos terdapat disepanjang percabangan bronkioli, termasuk bronkiolus respiratorius.

Kelompok 2 Respiratory System

Page 8

Gambar 1-3. Sediaan dinding bronkus yang memperlihatkan epitel respirasi dengan sel goblet dan sel-sel silindris bersilia. Jaringan ikat lamina propria mengandung kelenjar serosa dan otot polos (SM). Dibagian bawah gambar terlihat jelas potongan besar tulang rawan hialin.

Bronkus primer kiri dan kanan bercabang membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan dan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus-bronkus ini bercabang berulang-ulang membentuk bronkus-bronkus yang lebih kecil, dan cabang-cabang terminalnya dinamakan bronkiolus. Masing-masing bronkiolus bercabang-cabang lagi membentuk 5 7 bronkiolus terminalis. Tiap-tiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi 2 bronkiolus respiratorius atau lebih. Histologi bronkus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa terdiri dari lapisan sel-sel epitel silindris berlapis semu bersilia dengan lamina propria yang tipis (dengan banyak serabut elastin), limfosit yang tersebar dan berkas otot polos yang silang menyilang tersusun seperti spiral. Limfosit dapat berupa nodulus limfatikus terutama pada percabangan bronkus. Lapisan submukosa terdiri dari alveoli dari kelenjar mukosa dan seromukosa. Pada lapisan adventitia terdapat tulang rawan berupa lempeng-lempeng tulang rawan dan jaringan ikat longgar dengan serabut elastin.

Kelompok 2 Respiratory System

Page 9

Fisiologi

Kelompok 2 Respiratory System

Page 10

All About Asthma

1. Defenisi dan Klasifikasi Asthmaa. Defenisi AsmaMenurut WHO Pada Tahun 1975 : Asma adalah suatu keadaan kronik yang ditandai oleh bronkospasme rekuren akibat penyempitan lumen saluran napas sebagai respon terhadap suatu stimuli yang tidak menyebabkan penyempitan serupa pada kebanyakan orangKelompok 2 Respiratory System Page 11

Menurut Global Initiative For Asthma (GINA) 2006 : Asma adalah gangguan inflamasi kronis saluran nafas yang disertai oleh peranan berbagai sel, khususnya sel Mast, Eosinofil, dan Limfosit T..

b. Klasifikasi AsmaMenurut GINA 2006 asma diklasifikasikan berdasarkan etiologi, derajat penyakit asma, serta pola obstruktif aliran udara di saluran napas.

Pembagian derajat Asma menurut GINA adalah sebagai berikut : 1. Intermiten Gejala kurang dari 1 kali/minggu Serangan singkat Gejala nokturnal tidak lebih dari 2 kali/bulan (2kali)

2. Persisten Ringan Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur Gejala nokturnal > 2 kali/bulan 3. Persisten Sedang Gejala terjadi setiap hari Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur Gejala nokturnal > 1 kali/minggu

4. Persisten Berat Gejala terjadi setiap hari Serangan sering terjadi Gejala asma nokturnal sering terjadi

Kelompok 2 Respiratory System

Page 12

Menurut Pedoman Nasional Asma Anak Indonesia membagi asma menjadi 3 derajat penyakit : Tabel 1.1 Pembagian derajat penyakit asma pada anak menurut PNAA 2004.No Parameter klinis, kebutuhan obat, dan faal paru 1. 2. Frekuensi Serangan Lama Serangan Asma Episodik Jarang (Asma ringan) < 1 x/bulan < 1 minggu Asma Episodik Sering (Asma Sedang) > 1 x/bulan 1 minggu Asma Persisten (Asma Berat) sering Hampir sepanjang tahun, tidak ada remisi 3. 4. 5. Di antara serangan Tidur dan aktivitas Pemeriksaan Fisik diluar serangan 6. Obat pengendali (Anti inflamasi) 7. Uji faal paru ( diluar serangan) PEF/FEV1 > 80% Tanpa gejala Tidak terganggu Normal (tidak ada kelainan) Tidak perlu Sering ada gejala Sering terganggu Mungkin terganggu ( ada kelainan) Nonsteroid/steroid hirupan dosis rendah PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 15% Variabilitas > 30% Variabilitas > 50% Steroid hirupan/oral Gejala siang dan malam Sangat terganggu Tidak pernah normal

2. Etiologi, Sign and Symtomsa. EtiologiFaktor Resiko dan Faktor Pencetus Asma : Faktor Resiko :

Endogen Factor 1. Faktor Genetik 2. Atopy 3. Jenis Kelamin 4. Etnis Faktor LingkunganKelompok 2 Respiratory System Page 13

1. Asap rokok 2. Infeksi respiratorik 3. Indoor allergens 4. Polusi udara Faktor Pencetus(Triggers) :

b. Sign and Symtoms Mengi pada saan menghirup nafas Riwayat batuk yang memburuk pada malam hari, dada sesak yang terjadi berulang, dan nafas tersengal-sengal Hambatan pernafasan yang reversible secara bervariasi pada siang hari Adanya peningkatan gejala pada saat olahraga, infeksi virus, pemaparan alergen, dan perubahan musim. Terbangun pada malam hari dengan gejala seperti diatas

Penegakan Diagnosa Anamnesisy Awal mula serangan, frekwensi serangan y Faktor pencetus y y Riwayat atopi pada keluarga Jenis obat yang biasa diminum

Pemeriksaan fisikKelompok 2 Respiratory System Page 14

y y y y

Tanda sesak nafas Wheezing expiratoir, experium memanjang Kadang didapatkan ronkhi Tanda-tanda infeksi saluran nafas

Pemeriksaan Penunjangy y Pemeriksaan darah tepi (hitung jenis, hitung eosinofil, kadar IgE total) Pemeriksaan sputum (peningkatan sel-sel radang eosinofil, netrofil, spiral Krushman, Creola bodies) y y y Foto thorak (normal atau peningkatan bronchovascular pattern) Pemeriksaan faal paru (tanda obstruksi, PEFR, FEV1) Uji reversibilitas (pengukuran PEFR, FEV1 sebelum dan sesudah inhalasi agonis F2 ) y y Uji kulit (Skin prick test terhadap beberapa alergen inhalasi, dan lain-lain) Uji provokasi bronkus (methacholine, histamine, udara dingin)

Penanganan Asma

Kelompok 2 Respiratory System

Page 15

Kelompok 2 Respiratory System

Page 16

sp

Kelompok 2 Respiratory System

Page 17