laporan kel 6

21
LAPORAN KELOMPOK VI BLOK XI NEOPLASMA SKENARIO 2 PERDARAHAN JALAN LAHIR AKIBAT KARSINOMA SERVIKS DISUSUN OLEH: CHERELIA DINAR P. A. G0008071 CICIE ARINA G0008073 DEANITA PUSPITASARI G0008075 DELIZA ARDELA P. G0008077 DEVIKA YULDHARIA G0008079 ALVEUS KRISTIANTO G0008195 ANDHIKA AJI NUGROHO G0008197 APRIANY DARMA WULAN G0008199 ARTHA WAHYU W. G0008201 BENING RAHIMI TITISARI G0008203 DESTIA WINDI D. G0008205 NAMA TUTOR: dr. MOERBONO MOCHTAR, Sp.KK

Upload: teffi-widya-jani

Post on 27-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Kel 6

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kel 6

LAPORAN KELOMPOK VI

BLOK XI NEOPLASMA

SKENARIO 2

PERDARAHAN JALAN LAHIR AKIBAT

KARSINOMA SERVIKS

DISUSUN OLEH:

CHERELIA DINAR P. A. G0008071

CICIE ARINA G0008073

DEANITA PUSPITASARI G0008075

DELIZA ARDELA P. G0008077

DEVIKA YULDHARIA G0008079

ALVEUS KRISTIANTO G0008195

ANDHIKA AJI NUGROHO G0008197

APRIANY DARMA WULAN G0008199

ARTHA WAHYU W. G0008201

BENING RAHIMI TITISARI  G0008203

DESTIA WINDI D. G0008205

NAMA TUTOR: dr. MOERBONO MOCHTAR, Sp.KK

 

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2009

Page 2: Laporan Kel 6

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan jaman ternyata memiliki dampak pada tingkat kesehatan masyarakat.

Dengan semakin canggihnya teknologi yang sekarang ini disebut-sebut sebagai jaman

yang serba instan, mau tidak mau juga mengubah pola dan gaya hidup dari para

pelakunya. Dengan demikian paradigma penyakit yang ada dimasyarakat terutama di

negara berkembang juga berubah. Penyakit infeksius yang semula berada ditingkat

terwahid pelan-pelan mengalami pergeseran. Penyakit ini perlahan digantikan oleh

penyakit-penyakit non infeksius atau disebut sebagai penyakit degeneratif seperti kanker,

diabetes mellitus, hipertensi dan lainnya.

Salah satu penyakit yang sekarang ini cukup menjadi momok bagi masyarakat adalah

kanker. Kanker dengan berbagi macam variannya mulai dari yang menyerang kulit,

tulang, bahkan alat genital adalah masalah khusus tersendiri yang saat ini tengah

diupayakan penurunan angka kejadiannya. Kenapa? Karena ternyata angka mortalitas/

kematian dari penyakit ini cukup tinggi bahkan meningkat secara signifikan.

Kanker diibaratkan sebagai pembunuh diam-diam. Mengapa demikian? Karena pada awal

kemunculannya, para penderita tidak mengalami gejala dan tanda atau asimptomatik.

Kemudian mereka akan mengeluhkan tanda dan gejala itu ketika sudah memasuki stadium

lanjut. Tak terkecuali dengan kanker leher rahim atau Ca Serviks (Karsinoma serviks).

Dari berbagai data penelitian yang telah dilakukan oleh pakar-pakar medis di Indonesia,

kanker ini menduduki peringkat pertama dari penyakit kanker itu sendiri. Oleh sebab itu,

kami menyusun laporan ini, sebab pada dasarnya skenario ini merupakan suatu jembatan

di dalam mempelajari, menghubungkan, dan menerapkan ilmu kedokteran, khususnya di

bidang neoplasma.

Berikut ini adalah skenario 2:                                                    

Seorang penderita perempuan umur 40 tahun mengikuti pemeriksaan pap-test yang

diadakan Tim Puskesmas dalam rangka Peringatan Hari Kesehatan Nasional.

Dari anamnesis didapati paritas ibu P5AO, menikah usia 17 tahun, mengeluh perdarahan

setelah melakukan hubungan seksual. Keluhan perdarahan melalui jalan lahir yang terjadi

di luar siklus menstruasi dimulai sejak 4 bulan yang lalu, keputihan berbau sejak 1 tahun

yang lalu. Pemeriksaan fisik, tidak didapatkan kelainan sistemik berarti. Selanjutnya

dokter yang memeriksa merujuk ke RS bagian Onkologi Obsgyn.

2

Page 3: Laporan Kel 6

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan kasus yang ada pada skenario 2, timbul beberapa permasalahan yang dapat

dijadikan rumusan masalah, antara lain:

1. Bagaimana etiologi dan patogenesis dari gejala-gejala yang dikeluhkan oleh

penderita perempuan tersebut?

2. Apa sajakah diagnosis banding bagi penderita perempuan tersebut?

3. Bagaimana pencegahan dan penatalaksanaan bagi penyakit yang diderita ibu

tersebut?

4. Bagaimana prosedur pemeriksaan Pap-test?

C.    TUJUAN PENULISAN

1. Mampu menetapkan diagnosis atau diagnosis banding berbagai lesi neoplastik

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan Sito-Histo patologik dan

pemeriksaan lain yang diperlukan.

2. Mampu memberi penjelasan kepada penderita dan keluarga mengenai patogenesis

penyakit neoplasma yang dideritanya untuk keperluan promotif, preventif, kuratif.

3. Mampu memutuskan dan menangani problem secara mandiri dengan kemampuan

penatalaksanaannya atau dirujuk ke dokter spesialis yang relevan.

D.    MANFAAT PENULISAN

1. Sebagai sarana pelaporan akan hasil kegiatan diskusi tutorial yang telah

berlangsung di dalam dua sesi pertemuan.

2. Sebagai sarana pembelajaran di dalam pembuatan laporan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.    NEOPLASMA

Suatu neoplasma merupakan massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan

dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal, serta terus demikian

walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti. Hal mendasar

tentang asal neoplasma adalah hilangnya responsivitas terhadap faktor pengendali

3

Page 4: Laporan Kel 6

pertumbuhan yang normal. Dan neoplasma ini bersifat parasit bagi tubuh, bersaing dengan

sel dan jaringan normal untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya. (1)

Neoplasma dapat terjadi karena banyak faktor/multi faktor, terkena paparan yang terus-

menerus/multi hit, dan terbentuk secara bertahap/multi stage, yang meliputi inisiasi

(mutasi genetik asli), promosi (proliferasi klon ganas dan mutasi tambahan), serta progresi

(proliferasi yang diperoleh akibat kerja tumor gans termasuk infiltrasi dan metastasis). (2)

Berdasarkan tingkat keganasannya, neoplasma terbagi menjadi neoplasma jinak dan

neoplasma ganas yang memiliki sifat dan ciri-ciri yang berbeda. Berikut ini adalah tabel

perbedaan antara neoplasma jinak dan neoplasma ganas (1):

Karakteristik Neoplasma Jinak Neoplasma Ganas

Diferensiasi/

Anaplasia

Berdiferensiasi baik; struktur

mungkin khas jaringan asal

Sebagian tidak memperlihatkan

diferensiasi disertai anaplasia;

struktur sering tidak khas

Laju

pertumbuhan

Biasanya progresif dan

lambat; mungkin berhenti

tumbuh atau menciut;

gambaran mitotik jarang dan

normal

Tidak terduga dan mungkin cepat

atau lambat; gambaran mitotik

mungkin banyak dan abnormal

Invasi lokal Biasanya kohesif dan

ekspansil, massa berbatas

tegas yang tidak menginvasi

atau menginfiltrasi jaringan

normal di sekitarnya

Invasif lokal, menginfiltrasi

jaringan normal di sekitarnya;

kadang-kadang mungkin tampak

kohesif dan ekspansil tetapi dengan

invasi mikroskopik

Metastasis Tidak ada Sering ditemukan; semakin besar

dan semakin kurang berdiferensiasi

tumor primer, semakin besar

kemungkinan metastasis

 

Biasanya neoplasma jinak dinamai dengan akhiran –oma pada sel asli. Penamaan

neoplasma ganas mengikuti jalur yang sama dengan beberapa modifikasi. Neoplasma

ganas dari sel epitel asli dinamakan karsinoma, sedangkan neoplasma ganas yang muncul

pada jaringan mesenkim disebut sarkoma. (2)

Neoplasma terbentuk karena terjadinya kerusakan genetik pada sel normal. Zat-zat

perusak ini dapat berupa unsur-unsur kimiawi, radiasi, atau virus. Neoplasma baru dapat

4

Page 5: Laporan Kel 6

terjadi bila kerusakan genetiknya terletak pada tiga kelas gen regulatorik normal, yaitu:

protoonkogen, gen yang mendorong pertumbuhan; antionkogen, gen yang menghambat

pertumbuhan; dan gen yang mengatur kematian sel terencana (apoptosis). Selain ketiga

kelas gen tersebut, kerusakan gen yang mengatur perbaikan DNA juga merupakan

penyebab dari pertumbuhan neoplasma ini sendiri. Dengan pengaktifan onkogen

pendorong pertumbuhan ini, disertai penonaktifan gen supresor kanker (antionkogen), gen

pengatur apoptosis, serta gen pengatur perbaikan DNA; maka sel yang normal dapat

tumbuh berlebih dan tidak terkoordinasi. Hal inilah yang disebut dengan neoplasma.

Tetapi jika ada kerusakan genetik lebih lanjut, di mana suatu neoplasma memiliki enam

sifat sebagai berikut: self-sufficiency (menghasilkan sendiri) sinyal pertumbuhan,

insensitivitas terhadap sinyal penghambat pertumbuhan, menghindari apoptosis, potensi

replikasi tanpa batas, angiogenesis berkelanjutan, serta kemampuan menginvasi dan

metastasis; maka neoplasma ini sudah tergolong ke dalam neoplasma ganas (1)

Tanda utama neoplasma ganas (kanker) adalah adanya metastasis. Penyebaran atau

metastasis kanker ini dapat timbul melalui tiga cara: penyebaran limfatik, penyebaran

melalui darah, serta melalui permukaan dan rongga tubuh. Penyebaran kanker juga bisa

melalui implantasi langsung sel-sel kanker pada sarung tangan operasi dan alat-alat

selama biopsi dan manipulasi bedah pada tumor. (2)

Efek sistemik pada neoplasma ganas dapat berupa kakeksia (wasting syndrome), anemia

(akibat supresi sumsum tulang atau perdarahan), dan gejala-gejala akibat sekresi homon

yang tidak normal. (2)

Penentuan derajat histologi dan penentuan stadium klinis dilakukan untuk membantu

menetapkan prognosis dan menuntun pada terapi keganasan. Penentuan derajat histologi

didasarkan pada tingkat diferensiasi sel-sel tumor dan jumlah mitosis diduga berhubungan

dengan keganasan neoplasma ganas. Sistem penentuan stadium klinis TNM didasarkan

pada ukuran lesi primer, penyebarannya ke kelenjar getah bening regional, dan ada atau

tidak adanya metastasis jauh. Cara pengobatan kanker yang tersering adalah pembedahan

eksisi, iradiasi, dan kemoterapi. (2)

B.     Diagnosis Banding

1. Hiperplasia Endometrium

Hiperplasia endometrium adalah suatu kondisi dimana lapisan di dalam rahim tumbuh

secara berlebihan. Pada suatu saat hiperplasia endometrium mungkin dapat

berkembang menjadi karsinoma endometrium. (5)

5

Page 6: Laporan Kel 6

Hiperplasia endometrium disebabkan oleh adanya kelebihan estrogen, kegagalan

ovulasi pada saat menopause, pemberian steroid estrogenik jangka panjang, atau

karena adanya tumor sel teka granulosa ovarium. (5)

Gejala-gejala hiperplasia endometrium adalah perdarahan abnormal, sekresi abnormal

per vagina, timbul batuk darah, nyeri area hati, nyeri tulang, sakit kepala, keram di

area perut bagian bawah (rahim). (5)

2. Disfunctional Bleeding

Disfunctional bleeding atau perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan

abnormal yang dapat terjadi di dalam siklus atau di luar siklus menstruasi karena

gangguan fungsi mekanisme pengaturan hormon tanpa kelainan organ. (4)

Macam disfunctional bleeding yaitu menorrhagia (menstruasi berlebihan),

metrorrhagia (perdarahan diantara dua siklus menstruasi), meno-metrorrhagia, dan

inter menstrual bleeding (perdarahan rahim yang bervariasi dalam hal jumlahnya pada

periode menstruasi). (4)

Penyebab disfunctional bleeding adalah adanya kegagalan ovulasi. Kegagalan ovulasi

ini dapat disebabkan oleh adanya gangguan endokrin, lesi primer di ovarium,

gangguan metabolisme (obesitas, malnutrisi, penyakit sistemik). (4)

3. Karsinoma Serviks

Karsinoma serviks adalah tumor ganas kedua yang paling sering ditemukan pada

sistem reproduksi wanita. Kebanyakan kasus berupa karsinoma epitel skuamosa,

tumor tumbuh setempat, umumnya menginvasi jaringan parametrium dan organ pelvis

serta menyebar ke kelenjar limfe kavum pelvis. (3)

a. Epidemologi

Insiden karsinoma serviks hanya dibawah karsinoma mamae dalam tumor ganas

pada wanita. Wanita segala usia dapat terkena karsinoma serviks uteri, tapi jarang

ditemukan pada usia sebelum 20 tahun. Pertumbuhan 30-60 tahun relatif cepat.

Insiden tertinggi pada usia 40-60 tahun. Terdapat variasi antara suku bangsa, pada

orang hitam, orang meksiko, orang kolombia, orang zimbabwe. Insiden tertinggi

pada orang yahudi. (3)

b. Etiologi (3)

(i). Faktor resiko perilaku

Kehidupan seksual terlalu dini dan mitra seksual terlalu banyak berkaitan erat

dengan kanke serviks uteri. Semakin banyak mitra seksual, risiko relatif kejadian

kanker serviks semakin tinggi.

6

Page 7: Laporan Kel 6

(ii). Faktor Biologis

Berbagai patogen berkaian erat dengan kanker serviks uteri, terutama adalah virus

papiloma humanus (HPV), virus herpes simpleks tipe II (HSV II), sitomegalovirus

humanus (HCMV), klamidia, dan virus EB.

(iii). Faktor lainnya

Selain bergantung pada faktor virusnya, faktor hospes dan lingkungan juga

berperan penting. Faktor hospes yang terpenting adalah fungsi imunitasnya faktr

sinergis lingkungan seperti debris prepusium, vaginoservisitis kronis, merokok,

konsumsi kontrasepsi oral dan lainnya memfasilitasi terjadinya karsinoma serviks.

c. Manifestasi Klinis (3,10)

Gejala

Kanker serviks stadium dini dapat tanpa simptom jelas, gejala yang utama

adalah: :

1. Perdarahan per vaginam : pada stadium awal terjadi perdarahan sedikit pasca

kontak, sering terjadi pada pasca coitus atau periksa dalam. Dengan progresi

penyakit, frekuensi dan volume perdarahan tiap kali bertambah, dapat timbul

hemoragi masif. Penyebab perdarahan pervaginam adalah aksfoliasi jaringan

kanker.

2. Sekret per vaginam: pada stadium awal berupa keputihan bertambah,

disebabkan iritasi oleh lesi kanker atau peradangan glandua seviks, disebabkan

hipersekresi. Dengan progresi penyakit, sekret bertambah, encer seperti air,

berbau amis, bila terjadi infeksi timbul bau busuk atau bersifat purulen.

3. Nyeri: umumnya pada stadium sedang, lanjut atau bila disertai infeksi.sering

berlokasi di abdomen bawah, regiogluteal atau sakrokoksigeal. Bila timbul

hidronefrosis dapat menimbulkan nyeri area ginjal. Nyeri tungkai bawah,

gluteal, sakrum umumnya disebabkan oleh desakan atau invasi tumor terhadap

saraf kavum pelvis.

4. Gejala saluran urinarius: sering kali karena infeksi, dapat timbul poliksuria,

urgensi, disuria. Dengan progresi kanker dapat mengenai buli-buli timbul

hematuria, piuria, hingga terbentuk fistel sisto-vaginal. Bila lesi menginvasi

ligamen kardinal, mendesak atau invasi ureter, timbul hidronefrosis, akhirnya

menyebabkan uremia

5. Gejala saluran pencernaan: ketika lesi kanker serviks menyebar ke ligamen

kardinal, ligamen sakral, dapat menekan rektum, timbul obstipasi, bila tumor

7

Page 8: Laporan Kel 6

menginvasi rektum dapat timbul hematokezia, akhirnya timbul fistel

rektovaginal.

6. Gejala sistemik: semangat melemah, letih, demam, mengurus, anemia, udem.

Tanda fisik

Pada wanita lansia serviks uteri sering terjadi di dalam kanalis servikalis, serviks

pars vaginalis licin. Pada karsinoma in situ atau karsinoma invasif stadium dini,

pada serviks uteri dapat timbul erosi, tukak kecil atau tumor papilar. Dengan

progresi lesi, tumor tumbuh eksofitik berbentuk kembang kol, papilar, polipoid,

jaringan rapuh mudah berdarah dan bersekret; bila tumor tumbuh endofitik,

dapat timbul lesi nodular, dari luar tampak nodul tak beraturan, menginvasi ke

dalam, dipermukaan dapat tampak erosi, perdarahan pervaginam relatif sedikit;

bilatumor disertai infeksi dapat timbul tukak, dapat berupa tukak kecil atau agak

dalam, bila lesi invasif dalam dan jaringan kanker banyak yang nekrosis dan

lepas, bentuk luar serviks uteri terdestruksi, terbentuk rongga.

Pasien kanker uteri, bila lesi terdapat di dalam kanalis servikalis, bentuk luar

serviks pada stadium awal normal, bia kanalis servikalis disentuh maka akan

timbul perdarahan. Bila penyakit progresi lebih jauh, serviks dapat membesar

merata, bertambah kasar, konsistensi keras. Pada stadium lanjut tumor serviks

uteri dapat terlepas membentuk tukak hingga rongga.

Jalur Metastasis

Karena epitel servis tidak mempunyai saluran limfatik dan vaskular, membran

basalis merupakan barier histologi, dapat menahan invasi sel kanker, maka

karsinoma in situ tidak bermetastasis. Bila karsinoma in situ menjadi karsinoma

invasif, kanker dapat menyebar,jalur metastasis terutama melalui :

1. Ekstensi langsung

Menjalar ke vagina , lesi eksofitik kanker sering merambat ke bawah, pertama

menginvasi forniks vagina, kemudian ke segmen tengah, bawah vagina, lesi

intra-kanalis servikalis membuat kanal berdilatasi, bertambah kasar, konsistensi

keras dan merambat ke atas mengenai kavum peritonial. Ekstensi ke paametrium

mengenai ligamen kardinal bilateral dan ligamen sakral, seluruh kavum pelvis

menjadi lesi kanker yang keras, menjadi frozen pelvis. Invasi kanker ke

parametrium juga dapat menekan satu atau kedua sisi ureter. Bila ke buli-buli,

rektum, dapat timbul hematuria, tenesmus, dll.

8

Page 9: Laporan Kel 6

2. Metastasis Limfogen

Karsinoma serviks menginfiltrasi jaringan intestinal dapat menginvasi pembulh

limfatik membentuk trombus tumor, mengikuti aliran limfe mencapai kelenjar

limfe regional, menyebar dalam pembuluh limfatik.

3. Metastasis hematogen

Timbul pada stadium lanjut atau pasien dengan diferensiasi buruk, dapat

menyebar ke paru, hati, ginjal, tulang,otak, kulit dan bagian lain.

d. Pemeriksaan Penunjang (3)

Metode membantu menentukan diagnosis yang sering digunakan adalah :

1. Pulasan kerokan serviks

2. Sitologi pulasan tipis (TCT = thinprep cytologic test)

3. Deteksi DNA HPV

4. Pemeriksaan kolposkopi

5. Biopsi serviks uteri dan kerokan kanalis servikalis

6. Konisasi serviks uteri

7. Pemeriksaan penunjang khusus : Pemeriksaan sistoskopi

e. Stadium (3)

1. Stadium 0: karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel.

2. Stadium I: kanker terbatas pada serviks uteri

- Ia: kanker servik uteri pre klinis, diagnosis hanya di bawah

mikroskop.

Ia1: di bawah mikroskop tampak invasi ringan interstisial,

kedalaman invasi < 3 mm, lebar ≤ 5 mm.

Ia2: kanker mikroskopik yang dapat diukur, kedalaman invasi 3-5

mm, lebar ≤ 7 mm.

- Ib: lingkup tumor lebih besar dari Ia2.

Ib1: lesi kanker berukuran < 4 cm.

Ib2: lesi kanker berukuran > 4 cm.

3. Stadium II: lesi kanker melebihi serviks uteri, tapi belum mengenai 1/3 bawah

vagina, invasi parametrium belum mencapai dinding pelvis.

- IIa: kanker mengenai 2/3 atas vagina, tidak ada invasi jelas

parametrium.

- IIb: kanker jelas menginvasi parametrium, tapi belum mencapai dinding

pelvis.

9

Page 10: Laporan Kel 6

4. Stadium III: kanker menginvasi 1/3 bawah vagina atau menginvasi parametrium

sampai ke dinding pelvis.

- IIIa: kanker mengenai 1/3 bawah vagina

- IIIb: kanker menginvasi parametrium sampai ke dinding pelvis atau

timbul hidronefrosis atau insufisiensi ginjal akibat kanker.

5. Stadium IV: pentyebaran kanker mel;ewati pelvis minor atau kanker

menginvasi mukosa buli-buli atau mukosa rektum.

- IVa: invasi kanker meluas ke organ di dekatnya.

- IVb: kanker menginvasi melebihi pelvis minor, ada metastasis jauh.

f. Terapi

Metode terapi kanker serviks uteri terdapat operasi, radioterapi, kemoterapi,

imunoterapi dan lainnya. Saat ini, operasi dan radioterapi menjadi metode terapi

utama. Pemilihan metode terapi berdasarkan pembagium stadium klinis, derajat

diferensiasi patologi, ukuran tumor. Pada stadium dini, terapi ataupun operasi sudah

memberikan hasil hasil cukup baik, sedangkan dengan progresi penyakit umumnya

diperlukan terapi gabungan. (3)

g. Prognosis

Dari tumor saluran reproduks, serviks uteri memiliki prognosis yang relatif baik,

khususnya karsinoma insitu dan karsinoma invasif stadium dini. Faktor yang

mempengaruhi prognosis banyak, seperti stadium klnis, tipe patologi, metastasis

kelenjar limfe, manipulasi operasi, dll. (3)

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

Pada kasus dalam skenario dijelaskan tentang seorang penderita perempuan yang

mengikuti pemeriksaan pap-test (pemeriksaan sitologi untuk mendeteksi kanker serviks

secara dini) yang diadakan Tim Puskesmas dalam rangka Peringatan Hari Kesehatan

Nasional. Paritas ibu tersebut P5AO (paritas 5 kali, belum pernah mengalami abortus),

menikah usia 17 tahun mengeluh perdarahan pasca koitus (contact bleeding). Keluhan

perdarahan melalui jalan lahir yang terjadi di luar siklus menstruasi (metrorrhagia) dimulai

sejak 4 bulan yang lalu, keputihan berbau sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan fisik,

10

Page 11: Laporan Kel 6

tidak didapatkan kelainan sistemik berarti. Selanjutnya dokter yang memeriksa merujuk ke

RS bagian Onkologi Obsgyn.

Dari skenario, kemungkinan ibu tersebut menderita kanker serviks. Hal ini diperkuat dari

gejala-gejala yang dikeluhkan ibu tersebut dan ibu tersebut juga memiliki faktor risiko

kanker serviks. Faktor risiko kanker serviks yang ada pada ibu tersebut yakni paritas yang

tinggi (5 kali) dan menikah muda (17 tahun).

Paritas yang tinggi ini menyebabkan jalan lahir melebar sehingga mikroorganisme ataupun

virus dapat dengan mudah masuk. Jika ada lesi, virus tersebut dapat bersarang di lesi

tersebut dan mengakibatkan infeksi. Dalam hal ini jika ibu tersebut terinfeksi HPV maka

ibu tersebut berisiko tinggi untuk mengalami kanker serviks.

Menikah pada usia muda juga merupakan faktor risiko terjadinya kanker serviks. Hal ini

disebabkan karena di bawah usia 17 tahun, Squamus Columner Junction (SCJ) belum

terbentuk sempurna dan epitel kelenjar serviks tidak cukup kuat melindungi serviks. Jika

ibu tersebut melakukan koitus dan mengalami orgasme menyebabkan epitel kelenjar

serviks mudah mengalami lesi, dan lesi tersebut menjadi tempat hidup HPV yang dapat

menimbulkan kanker serviks.

Selain dari faktor risiko ibu tersebut, dilihat dari gejala yang dikeluhkan juga mengarah

kepada diagnosis kanker serviks. Gejalanya berupa perdarahan melalui jalan lahir di luar

siklus menstruasi dan keputihan berbau. Perdarahan yang terjadi dikarenakan kerapuhan

dari jaringan serviks. Saat coitus, umumnya akan terjadi gesekan pada dinding serviks.

Karena jaringan yang kaya pembuluh darah tersebut sangat rapuh, maka perdarahan mudah

terjadi. Keputihan yang dialami ibu tersebut lama kelamaan akan berbau busuk oleh kaena

adanya proses infeksi dan nekrosis (kematian) jaringan akibat kanker serviks tersebut.

Untuk lebih menegakkan diagnosis kanker serviks pada ibu tersebut, dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang, seperti pap-smear (pap-test), kolposkopi (pemeriksaan permukaan

serviks untuk menentukan sebab-sebab abnornmalitas dari sel-sel serviks dengan cara

memasukkan cairan ke dalan vagina dan memberi warna saluran pada serviks),

servikskografi (pengambilan gambar serviks setelah serviks diberi asam asetat), IVA

(Inspeksi Visual Asam Asetat dengan cara mengoleskan asam asetat pada permukan

serviks dan pada permukaan serviks yang abnormal akan timbul bercak putih), serta biopsi

tusuk/ kerucut. Pap-test dilakukan dalam keadaanm berbaring telentang, kemudian

spekulum dimasukkan ke dalam vagina. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan

dinding vagina supaya tetap terbuka sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan

leher rahim terlihat dengan jelas. Sel-sel rahim kemudian diambil dengan cara mengusap

11

Page 12: Laporan Kel 6

leher rahim dengan spatula. Kemudian usapan tersebut dioleskan pada object glass, lalu

dikirim ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan yang lebih jelas.

Melihat dari gejala-gejala yang dikeluhkan ibu tersebut, dapat disimpulkan bahwa ibu

tersebut kemungkinan menderita kanker serviks stadium Ib. Sehingga penanganan pada ibu

tersebut dapat dengan histerektomi radikal modifikasi atau histerektomi radikal ditambah

pembersihan kelenjar limfe, cavum pelvis bilateral.

Karena kanker serviks merupakan kanker yang sering ditemukan pada wanita, maka perlu

tindakan pencegahan. Prinsip tindakan pencegahan ini adalah mencegah infeksi HPV dan

melakukan pap-smear secara teratur 2 tahun sekali. Tindakan pencegahan yang dapat

dilakukan antara lain dengan tidak melakukan hubungan seksual di bawah 18 tahun, tidak

melakukan hubungan seksual dengan penderita HPV, tidak berganti-ganti pasangan, tidak

merokok, tidak membersihkan vagina dengan antiseptik tanpa resep dokter. Penggunaan

vaksin gardasil yang dibuat dari VLPs capsid L1 dari HPV juga dapat mengurangi risiko

terkena kanker serviks.

 

 

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

 

Simpulan yang dapat ditarik dari kasus ini yaitu:

1. Diagnosis sementara bagi ibu tersebut adalah kanker serviks stadium Ib dengan

harapan hidup 5 tahun sebesar 85%.

2. Penatalaksanaan bagi ibu tersebut dilakukan dengan histerektomi radikal modifikasi

atau histerektomi radikal ditambah pembersihan kelenjar limfe, cavum pelvis bilateral.

 

Saran yang dapat diberikan adalah agar segera dilakukan pemeriksaan penunjang pada ibu

tersebut untuk menegakkan diagnosis sehingga dapat segera ditangani sedini mungkin.

 

 

 

 

 

 

 

12

Page 13: Laporan Kel 6

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

(1) Kumar, Vinay, dkk; alih bahasa Hartanto, Huriawati. 2007. Buku Ajar Patologi

Robbins Ed.7 Vol. 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

(2) Price, Sylvia A. And Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Jilid 2. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC

(3) Wan, Desen. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

(4) Kumar, Vinay, dkk; alih bahasa Hartanto, Huriawati. 2007. Buku Ajar Patologi

Robbins Ed.7 Vol. 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

(5) Sjamsuhidajat, R., dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

(6) Dorland, W.A. Newman, alih bahasa, Hartanto, Huriawati. 2006. Kamus Kedokteran

Dorland Edisi 29. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

(7) Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta :

Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

(8) Bagian PA FK UNS. 2008. Petunjuk Praktikum Patologi Anatomi Blok VII

Neoplasma. Surakarta: Bagian PA FK UNS

(9) Sudoyo, Aru W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.

Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

(10) http://medicalword.blogspot.com/2008/12/karsinoma-serviks-karsinoma-serviks.html

13