kejang demam

Upload: khairunnisa-icha

Post on 07-Jul-2015

907 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KEJANG DEMAM PENDAHULUAN Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38,5C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (di luar rongga kepala). Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak yang biasnya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Infeksi ekstrakranial yang paling banyak didapatkan yakni dari saluran pernapasan bagian atas, dan merupakan 70% dari seluruh penyebab kejang demam. Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Anak akan terlihat aneh untuk beberapa saat, kemudian kaku, kelojotan dan memutar matanya. Anak tidak responsif untuk beberapa waktu, napas akan terganggu, dan kulit akan tampak lebih gelap dari biasanya. Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit. Kejang demam jarang terjadi lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kejang karena sebab lain (kejang yang tidak disebabkan oleh demam) akan berlangsung lebih lama, dapat terjadi pada salah satu bagian tubuh saja dan dapat terjadi berulang. Insiden Kejang Demam Diperkirakan 3% anak-anak dibawah usia 6 tahun pernah menderita kejang demam. Anak laki-laki lebih sering pada anak perempuan dengan perbandingan 1,4 : 1,0. Menurut ras maka kulit putih lebih banyak daripada kulit berwarna. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung kepada umur, tinggi serta cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga memegang peranan. Lennox Buchthal (1971) berpendapat bahwa kepekaan terhadap bangkitan kejang demam diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang sempurna. Dan 41,2%

anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang sedangkan pada anak normal hanya 3%. Kejang demam akan berulang pada 50% anak yang menderita kejang demam pertamanya pada kurang dari usia 1 tahun pada 28% dari mereka dengan umur setelah 1 tahun. Kejang demam dapat disebabkan oleh infeksi system saraf, epilepsy yang dipicu oleh demam, atau kejang demam sederhana. Kejang demam tanpa komplikasi merupakan kejang menyeluruh yang berlangsung kurang dari 15 menit yang terjadi hanya sekali dalam masa 24 jam. Jika bersifat fokal, lama, atau multiple kejang tersebut dinamakan demam kompleks (Behrman, R, E, Kligman, R, M., 2003) Klasifikasi Kejang demam sederhana : Tidak ditemukan dasar kelainan di otak. Kejang demam komplek atau epilepsi yang diprovoksi oleh panas : Diduga mempunyai suatu dasar kelainan di otak ( panas sebagai pencetus timbulnya kejang) Patofisiologi Kejang Demam Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk

menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya: 1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler 2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya 3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan. Pada keadan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10% 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas mutan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut dengan neurotransmiter dan terjadilah kejang. Etiologi Kejang demam ; Infeksi cranial ; Ensefalitis, meningitis purulenta/serosa, abses serebri ; Epilepsi ; Hipertensi ensephalopati ; gangguan elektrolit ; gangguan metabolism ; Lesi struktur intracranial ; keracunan. Kriteria Diagnosis Kejang demam sederhana : Umur ketika kejang 6 bulan 5 tahun Kejang berlangsung singkat ( 1 tahun 75 mg. Diazepam pre-rektal (bila vena susah dicari) BB 10 kg : 5 mg BB 10 kg : 10 mg 4 6 jam kemudian berikan Luminal 8-10 mg/kgBB/24 jam terbagi dalam 2 dosis selama 2 hari pertama, dilanjutkan dengan Luminal 4-5 mg/kgBB/24 jam dalam 2 dosis. Antipiretik untuk mengobati demam, antibiotic bila ada infeksi. Diazepam

Prognosis Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian. Frekuensinya berkisar 25-30%, umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Resiko untuk mendapatkan epilepsi rendah.

ILUSTRASI KASUS Seorang pasien berinisial G, berjenis kelamin perempuan umur 1,5 tahun dengan berat badan 10 kg masuk ke RSSN Bukittinggi pada tanggal 30 Juni 2011 dengan keluhan : Demam, sudah 2 hari Kejang 10 menit Batuk dan pilek Nafsu makan menurun

Riwayat penyakit sekarang Kejang 10 menit, demam, batuk, pilek, tidak ada mual & muntah, tidak mencret, suhu tubuh 39C, Riwayat penyakit dahulu Kejang demam 2 bulan yang lalu Pemeriksaan fisik Kondisi umum Berat badan Suhu tubuh Mencret (-) Pemeriksaan penunjang Leukosit Hb Trombosit Hematokrit Diagnosa Kejang demam simpleks Penatalaksanaan Terapi IVFD 8 gtt/i Sibital IM 75 mg Dumin supositoria 125 mg Paracetamol syr 3x1 cth (1 cth mengandung 120 mg PCT) Paracetamol syr 4x1 cth Cefadroxil 2x1 cth (1 cth mengandung 125 mg Cefadroksil) 13.500 11,2 266.000 35,7 5000-10.000 / mm W (12 14 g/dl) 200.000 400.000 / mcl W (37 47 vol %) : sedang : 10 kg : 39C Tingkat kesadaran : CM

Muntah (-), mual (-)

Puyer Luminal 2x50 mg (pada hari I dan II) Puyer Luminal 2x25 mg (pada hari III dan seterusnya) Puyer Interpec 3x5 mg

FOLLOW UP Hari ke-2 rawatan (1 Juli 2011) Pasien masih demam, suhu pagi 40C, siang 37,3C dan malam 36,8C, batuk, pilek, kejang (-), mual (-), muntah (-), mencret (-), nafsu makan menurun. Terapi yang diberikan adalah infuse IVFD RL 8gtt/I, Dumin supositoria 125 mg, Paracetamol syrup 4x 1 cth, Cefadroxil 2x1 cth, puyer Luminal 2x50 mg. Hari ke-3 rawatan (2 Juli 2011)

Tidak kejang dan demam lagi, suhu pagi 36C, siang 36,1C dan malam 37C masih batuk, pilek, mencret (-), mual (-), muntah (-), kondisi umum sedang. Terapi yang diberikan adalah infuse IVFD RL 8gtt/I, Paracetamol syrup 4x 1 cth, Cefadroxil 2x1 cth, puyer Luminal 2x25 mg. Hari ke-4 rawatan (3 Juli 2011) Tidak kejang dan demam lagi, suhu pagi 35,3C, siang 36,7C dan malam 37,2C masih batuk, pilek, mencret (-), mual (-), muntah (-), kondisi umum sedang. Terapi yang diberikan adalah infuse IVFD RL 8gtt/I, Paracetamol syrup 4x 1 cth, Cefadroxil 2x1 cth, puyer Luminal 2x25 mg. Hari ke-5 rawatan (4 Juli 2011) Tidak kejang dan demam lagi, masih batuk, suhu pagi 36,5C dan malam 36C, kondisi umum sedang. Terapi yang diberikan adalah infuse IVFD RL 8gtt/I, Paracetamol syrup 4x 1 cth, Cefadroxil 2x1 cth, puyer Luminal 2x25 mg, Puyer Interpec 3x5mg. Hari ke-6 rawatan (5 Juli 2011) Pasien mengalami demam pada pagi hari, suhu 37,6C, suhu tubuh sudah kembali normal pada siang dan malam hari, tidak kejang, batuk, pilek, kondisi umum sedang. Dilakukan tes darah pada pasien. Hasilnya Hb 10,4 g/dl , leukosit 6500/mm, trombosit 162.000, hematokrit 33,0%. Terapi yang diberikan Paracetamol syrup 4x 1 cth, Cefadroxil 2x1 cth, puyer Luminal 2x25 mg, Puyer Interpec 3x5 mg. Hari ke-7 rawatan (6 Juli 2011) Tidak kejang dan demam lagi, suhu tubuh 36C, mencret (-), tidak ada mual dan muntah. Pasien dibolehkan pulang.

Dianjurkan kepada orang tua pasien agar menyusui anaknya, dan selalu mengontrol suhu tubuh anaknya.

KERTAS KERJA FARMASI MASALAH YANG TERKAIT DENGAN OBAT

NO

JENIS PERMASALAHAN

ANALISA MASALAH

PERMASALAHAN YANG TERKAIT DENGAN OBAT 1. Adakah obat tanpa indikasi 1. Ada permasalahan medis? 2. Tidak ada 2. Adakah pengobatan yang permasalahan tidakdikenal? 3. Perlu informasi lebih 3. Adakah kondisi klinis yang lanjut tidak diterapi? dan apakah kondisi tersebut membutuhkan terapi obat ?

KOMENTAR/ REKOMENDASI Cefadroksil untuk mengobati infeksi Parasetamol sebagai antipiretik Interpec untuk mengatasi batuk Luminal berkhasiat sebagai sedatif. untuk menghindari kejang berulang. IVFD RL untuk mengganti cairan tubuh. 1. tidak ada pengobatan yang tidak dikenal 2. tidak ada kondisi klinis yang membutuhkan terapi obat tetapi tidak diterapi

1

Korelasi antara terapi obat-dengan penyakit

2

Pemilihan sesuai

obat

yang

1. Bagaimana pemilihan obat? Apakah sudah efektif dan merupakan obat terpilih pada kasus ini? 2. Apakah pemilihan obat tersebut relative aman? 3. Apakah terapi obat dapat ditoleransi oleh pasien? 1. Apakah dosis, frekwensi dan cara pemberian sudah mempertimbangkan efektifitas keamanan dan kenyamanan serta sesuai dengan kondisi pasien? 2. Apakah jadwal pemberian dosis bisa memasikmalkan efek terapi, kepatuhan meminimalkan efek samping,interaksi obat, dan regimen yang komplek? 3. Apakah lama terapi sesuai dengan indikasi ?

1. Ada permasalahan 2. Tidak ada permasalahan 3. Perlu informasi lebih lanjut

1. Ada permasalahan 2. Tidak ada permasalahan 3. Perlu informasi lebih lanjut

3

Regimen dosis

1. Pemilihan obat sudah efektif dan merupakan obat terpilih untuk kasus ini. 2. Pemilihan obat relatif aman bagi pasien. 3. Terapi obat dapat ditoleransi baik oleh pasien. 1. Dosis, frekuensi dan cara pemberian sudah aman. Paracetamol diminum hanya pada saat pasien demam Luminal sebaiknya diminum segera setelah makan untuk mengatasi rasa tidak enak pada perut akibat pemberian luminal. Interpec diminum sesudah makan.

4

Duplikasi terapi

Apakah ada duplikasi terapi

5

Alergi obat atau intoleran

1. Apakah pasien alergi atau intoleran terhadap salah satu

1. Ada permasalahan 2. Tidak ada Tidak ditemukan duplikasi permasalahan terapi 3. Perlu informasi lebih lanjut 1. Ada permasalahan Pasien tidak mempunyai 2. Tidak ada alergi terhadap salah satu

obat (atau bahan kimia yang berhubungan dengan pengobatanya)? 2. Apakah pasien telah tahu yang harus dilakukan jika terjadi alergi serius? Apakaah ada gejala / permasaalahan medis yang diinduksi obat?

permasalahan 3. Perlu informasi lebih lanjut

obat yang diberikan.

6

Efek merugikan obat

1. Ada permasalahan 2. Tidak ada Tidak ada permasalahan permasalahan medis yang diinduksi obat. 3. Perlu informasi lebih lanjut

7

Interaksi Kontraindikasi

dan

1. Apakah ada interaksi obat dengan obat? Apakah signifikan secara kilnik? 2. Apakah ada interaksi obat dengan makanan? Apakah bermakna secara klinis? 3. Apakah ada interaksi obat dengan data laboratorium? Apakah ber-makna secara klinis? 4. Apakah ada pemberian obat yang kontra indikasi dengan keaadaan pasien?

1. Ada permasalahan 1. Absorpsi dari 2. Tidak ada parasetamol berkurang permasalahan atau incomplete jika 3. Perlu informasi digunakan bersaan lebih lanjut dengan makanan seperti sayuran, sehingga sebaiknya diberikan sebelum makan. 2. Paracetamol berinteraksi dengan luminal, dapat meningkatkan resiko hepatotoksik, sebaiknya luminal diberikan 1 jam sebelum atau sesudah parasetamol. 3. tidak ditemukan interaksi laboratorium dengan obat yang diberikan pada kasus. 4. tidak ada pemberian obat yang kontraindikasi dengan keadaan pasien.

Data Organ Vital Tgl 30/6 1/7 2/7 3/7 4/7 5/7 6/7 Suhu ( oC ) P s M 39 40 37,3 36,8 36 36,1 37 35,3 37,6 37,2 36,5 36 37,6 36 36 36

Data Pemeriksaan Darah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Pengamatan Hemoglobin (g/dl) Leukosit (/mm ) Trombosit (/mm ) Hematokrit (%) Salmonella thypii H Salmonella parathypii AH Salmonella parathypii BH Salmonella parathypii CH Salmonella thypii O Salmonella parathypii AO Salmonella parathypii BO Salmonella parathypii CO3 3

30/6 11,2 13.500 271.000 35,7 -

5/7 10,4 6500 162.000 33,0 +1/160 +1/80 +1/320 +1/80 + 1/80 +1/80 +1/80 +1/320

Nilai Normal 12-14 5000-10.000 200.000-400.000 37 47

Pemberian Obat Bersamaan

No 1 2 3 4 5 6 6 7 8 9

Nama obat, dosis IV FD RL 8gtt/i IM Sibital 75 mg Dumin supp 125 mg Paracetamol Syr 3x1 cth Paracetamol Syr 4x 1 cth Cefadroxil 2x1 cth Cefadroxil 2x 1 cth Luminal 2 x 50 mg Luminal 2 x 25 mg Interpec 3x1

30/6 i.v i.v rektal oral oral oral -

1/7 i.v stop rektal Stop oral stop oral oral -

Tanggal/ jam 2/7 3/7 4/7 i.v i.v i.v

5/7 stop

6/7

stop

oral

oral

oral

oral

oral

oral stop oral -

oral

oral

oral

oral

oral -

oral oral

oral oral

oral Oral

Lembar Rencana Asuhan Kefarmasian No Kebutuhan pelayanan kesehatan Tujuan Farmakoterapi Pilihan Parameter Nilai yang diinginka n

Farmakoterapi yang diamati

1

Mengobati kejang

Mengatasi serangan kejang

Luminal mg Luminal mg

2x50 Timbulnya kejang, 2x25 adanya nyeri

Kejang (-) Tidak ada

rasa rasa nyeri perut perut

2

Mengobati demam

Menurunkan suhu Paracetamol tubuh sampai 4x1 cth batas normal dan

pasien Suhu tubuh Suhu pasien tubuh normal

3

stabil Pengganti cairan Mengatasi tubuh kehilangan cairan tubuh, memenuhi kebutuhan kalori dan mengembalikan keseimbangan

IVFD

RL

8 Keadaan umum pasien

Keadaan fisik baik dan segar

tetes/menit

4

Mengobati infeksi

elektrolit Mengatasi infeksi Cefadroxil yang pasien dialami 2x1 cth

Kadar leukosit, adanya

normal

5

Mengobati batuk

demam Mengatasi batuk Interpec 3x5 mg Adanya batuk pasien

Tidak ada batuk

DISKUSI

Seorang pasien berinisial G, berjenis kelamin perempuan, umur 1,5 tahun dengan berat badan 10 kg mauk ke RSSN bukittinggi pada tanggal 30 juni 2011 dengan keluhan kejang selama 10 menit, demam sudah 2 hari, tidak mual & muntah,tidak mencret, dan nafsu makan menurun. Dari anamnesa pemeriksaan fisik diketahui suhu tubuh pasien 39C. Pasien didiagnosa kejang demam simpleks. Diagnosa ini ditegakkan karena pasien mengalami kejang hanya 10 menit, setelah kejang pasien tetap sadar, kejang tidak berulang dalam 24 jam dan kejang yang dialami bersifat umum. Ada 2 tahap penatalaksanan kejang demam yaitu mengatasi kejang dan mengobati demam pasien. Apabila kejang berlangsung lama dan tidak ditangani, hal ini dapat berakibat fatal terhadap perkembangan otak pasien. Terapi awal untuk mengatasi kejang, pasien diberikan injeksi Sibital ( fenobarbital 75 mg). Fenobarbital merupakan antikonvulsan yang digunakan dalam penanganan kejang parsial. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian Luminal. Dosis Luminal yang diberikan yaitu 2x50 mg pada 2 hari pertama dan 2x25 mg pada hari ketiga dan selanjutnya. Terpai Luminal disisni menggunakan prinsip loading dose untuk mencapai efek terapi yang lebih cepat dan optimal. Luminal merupakan terapi yang diberikan untuk pasien kejang dan pemberian luminal tidak boleh dihentikan secara mendadak untuk menghindari terjadinya serangan kejang berulang yang berat dan malah menyebabkan kerusakan otak pasien. Perhitungan dosis luminal : Dosis lazim untuk anak-anak : untuk 2 hari pertama 8-10 mg/kgBB/har dibagi dalam 2 dosis untuk hari berikutnya 4-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis perhitungan dosis pada pasien ini: untuk 2 hari pertama : 8-10 mg/kgBB x 10 kg = 80 100 mg/hari dibagi 2 dosis dosis yang diberikan : 2x50 mg = 100 mg/hari Untuk hari selanjutnya : 4-5 mg/kgBB x 10 kg = 40 50 mg/hari dibagi 2 dosis Dosis yang diberikan : 2x25 mg = 50 mg/hari Maka dosis Luminal yang diberikan pada pasien sudah tepat karena berada dalam rentang dosis lazim.

Terapi mengatasi kejang dengan pemberian injeksi Sibital dan luminal memperlihatkan hasil yang positif. Hal ini terlihat dari tidak adanya kejang yang dialami pasien pada hari kedua perawatan (setelah pemberian Sibital. Pada pasien kejang, metabolisme sel otak meningkat sedangkan oksigen dan glukosa menurun. Karena pada saat kejang fungsi otot pernafasan sangat terganggu dan mengakibatkan penurunan oksigen di dalam tubuh. Oleh karena itu pasien diberikan terapi cairan IVFD RL 8 gtt/menit. Hal ini dimaksudkan untuk menambah asupan oksigen dan energy pasien. Terapi ini berhasil, hal ini terlihat dari perkembangan keadaan fisik pasien yang sudah segar kembali pada hari ke 4 perawatan. Perhitungan dosis IVFD RL : Dosis untuk anak dengan berat badan < 15 kg : < 50 mL Pasien mendapatkan terapi IVFD RL 8 tetes/menit 8 tetes x 60 menit = 480 tetes/jam = 480 tetes/ 12 cc/jam = 40 cc/jam Maka dosis yang diberikan pada pasien ini sudah tepat. Untuk penatalaksanaan demam, pasien diberikan paracetamol.

Paracetamol merupakan antipiretik yang diberikan sebagai penurun suhu tubuh pasien. Parasetamol bekerja langsung pada pusat pengaturan panas di hipotalamus dan menghambat sintesa prostaglandin di sistem saraf pusat, sehingga dapat menurunkan suhu badan pasien yang diatas normal. Terapi dengan paracetamol menunjukkan hasil positif karena pasien sudah tidak demam lagi pada hari ke-4 rawatan. Perhitungan dosis Paracetamol : Dosis lazim untuk parasetamol 10-15 mg/kg BB/ 1 kali pakai. 10-15 mg/kgBB/1 kali pakai = 10-15 mg/kg x 10kg = 100 150 mg/1 dosis = 400 - 600 mg/hari Dosis yang diberikan = 4x1 cth (120mg/5ml) = 600 mg /hari Dosis yang diberikan tepat karena berada dalam rentang dosis lazim.

Demam pada pasien diduga akibat adanya infeksi bakteri. Hal ini terlihat dari hasil pemeriksaan darah menunjukkan kadar leukosit tinggi (13.500/mm). Oleh karena itu pasien diberikan cefadroxil sebagai antibiotic untuk mengobati infeksi bakteri. Cefadroksil merupakan antibiotic golongan sefalosporin yang berspektrum luas. Tepat diberikan sebagi terapi empiris untuk infeksi yang belum diketahui penyebab spesifiknya. Cefadroksil bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri. Pasien tidak demam lagi pada hari ke-4 rawatan dan hasil pemeriksaan darah pada tanggal 5 Juli 2011 menunjukkan nilai eukosit normal yang menandakan tidak ada lagi infeksi. Hal ini menunjukkan terapi dengan antibiotic berhasil. Selain demam pasien juga mengalami batuk. Batuk yang dialami pasien ini juga disertai tingginya produksi sputum (batuk berdahak). Untuk mengobati batuk, pasien diberikan puyer Interpec 5 mg (ambroxol) 3 kali sehari yang berfungsi sebagai mukolitik. Mukolitik merupakan obat yang dipakai untuk megencerkan mucus yang kental, sehingga mudah diekspektorasi. Ambroxol tetap diberikan sampai pasien pulang. Perhitungan dosis ambroxol : Dosis lazim ambroxol : 1,2-1,6 mg/kgBB/hari Dosis untuk pasien ini = 1,2-1,6 mg/kg x 10 kg = 12-16 mg/hari Dosis yang diberikan = 3x5 mg = 15 mg/hari Dosis yang diberikan tepat karena berada dalam rentang dosis lazim. Berdasarkan hasil terapi yang menunjukkan respon terapi yang baik, pasien telah mendapatkan terapi yang tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat regimen. KESIMPULAN 1. Pasien didiagnosa kejang demam simpleks. 2. Ada 2 tahap penatalaksanan kejang demam yaitu mengatasi kejang dan mengobati demam pasien. 3. Terapi yang diberikan pada pasien sudah tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat regimen serta telah menunjukkan hasil terapi yang baik.

EDUKASI PASIEN 1. Luminal Diminum 2 x 1 bungkus serbuk. Luminal sebaiknya diminum segera setelah makan untuk mengatasi rasa tidak enak pada perut akibat pemberian luminal. 1. Paracetamol Diminum 4 x 1 sendok teh setelah makan Diberikan hanya bila pasien panas (demam) 1. Interpec Diminum 3 x 1 bungkus serbuk. Diminum sesudah makan.

Tinjauan Farmakologi Obat Infus RL Komposisi Per 1000 mL Na 130 meq/L, Cl 109 meq/L, K 4 meq/L, Ca 2,7 meq/L, Laktat 28 meq/L, (NaCl 6 g, KCl 0,3 g, CaCl2 0,2 g, Na laktat 3,1 g, Water for injection 1000 mL). osmolaritas : 273 mOsm/L. Indikasi Terapi untuk mengatasi deplesi volume berat saat tidak dapat diberikan rehidrasi oral. Dosis Tergantung individual Kontra indikasi

Hipernatremia Interaksi obat Preparat K & Ca Luminal Indikasi Sebagai antikonvulsi, fenobarbital digunakan dalam penanganan seizure tonikklonik (grand mal) dan seizure parsial. Fenobarbital dapat digunakan dalam pengobatan awal, baik untuk bayi maupun anak-anak. Dosis Dosis: oral : 60-180 mg (malam). Anak 5-8 mg/kg/hari. Injeksi i.m./i.v. 50-200 mg, ulang setelah 6 jam bila perlu, maksimal 600 mg/hari. Encerkan dalam air 1:10 untuk i.v. Status epileptikus (tersedia di ICU): i.v. kecepatan tak lebih dari 100mg/menit, sampai bangkitan teratasi atau sampai maksimal 15mg/kg/hari tercapai. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap barbiturat atau komponen sediaan, gangguan hati yang jelas, dispnea, obstruksi saluran nafas, porfiria, hamil. Efek samping Mengantuk, kelelahan, depresi mental, ataksia dan alergi kulit, paradoxical excitement restlessness, bingung pada orang dewasa dan hiperkinesia pada anak; anemia megaloblastik (dapat diterapi dengan asam folat). Parasetamol Indikasi Nyeri dan demam. Sakit kepala, sakit gigi, artritis, dan nyeri reumatik. Dosis Tablet: dewasa 1 tablet, anak 6-12 tahun - 1 tablet. Semua dosis diberikan 3-4 kali sehari. Tetes: anak < 1 tahun 0,6 ml, 1-2 tahun 0,6-1,2 ml. Semua dosis diberikan 3-4 kali sehari. Sirup anak ,1 tahun 2,5 ml, 1-2 tahun 5 ml, 2-6 tahun 5-10 ml, 6-9 tahun 10-15 ml, 9-12 tahun 15-20 ml. Semua dosis diberikan 3-4 kali sehari.

Pemberian Setelah makan Perhatian Gagal ginjal dan hati Efek samping Reaksi hematologi, kulit, dan reaksi alergi lain Interaksi obat alkohol, antikoagulan oral, kloramfenikol, aspirin, fenobarbital,penginduksi enzim hati, obat hepatotoksik Cefadroxil Indikasi Pengobatan suspek infeksi bakteri, termasuk yang disebabkan oleh Group A beta-hemolitic Streptococcus. Dosis Anak : 30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis maksimal 2g/hari. Dewasa : 1-2 g/hari dibagi dalam 2 dosis. Profilaksis endokarditis : Anak : 50 mg/kg BB 1 jam sebelum tindakan. Dewasa : 2 gram 1 jam sebelum tindakan Efek samping Abdominal pain, agranulositosis, anafilaksis, angioderma, athralgia, kolestasis, dispepsia, erythema multiforme, demam, mual, neutropenia, pruritus, kolitis pseudomembran, rash, serum sickness, sindrom StevenJohnson, trombositopenia, eticaria, vaginitis, muntah. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap sefadroksil, komponen lain dalam sediaan dan sefalosporin lain. Interpec Komposisi Ambroksol HCl Indikasi

Terapi pada penyakit saluran pernafasan akut dan kronik yang disertai dengan sekresi bronkus yang abnormal, terutama pada bronkitis kronik eksaserbasi, asthmatic bronchitis dan bronchial asthma. Dosis Dosis lazim untuk anak : 1,2-1,6 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis dewasa : 60-120 mg per hari dalam 2-3 dosis terbagi Efek samping Gangguan ringan pada saluran pencernaan, reaksi alergi.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. MIMS Petunjuk Konsultasi. PT. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta Behrman, R.E & Kliegman, R.M., 2003. Nelson Esensi Pediatri. Jakarta: EGC. Anonim. 2009. Pelayanan Informasi Obat. Departemen Kesehatan RI: Jakarta. Dipiro, et al. 2006. Pharmacotherapy Handbook. (Ed. 6th). The McGrawHill Companies: USA. Mansjoer, A. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. (Ed.3). Media Aesculapius: Jakarta. Sukandar, E, Y, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta.