definisi kejang demam.docx

21
LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM DI RUANG ANAK/ RUANG ISMAIL II RS. ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG OLEH: Nama Mahasiswa : Prima Sharah Sekarini NIM : 22020111130050 PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK

Upload: prima-sharah-sekarini

Post on 24-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hj

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANKEJANG DEMAMDI RUANG ANAK/ RUANG ISMAIL IIRS. ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

OLEH:Nama Mahasiswa: Prima Sharah SekariniNIM: 22020111130050

PRAKTIK KEPERAWATAN ANAKPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANJURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG, 2014

1. DEFINISI KEJANG DEMAMKejang demam adalah kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,9C - 40C). Kejam demam berlangsung kurang dari 15 menit, generalisata, dan terjadi pada anak-anak tanpa kecacatan neurologic. Jenis kejang ini member dampak 3% sampai 5% pada anak dan biasanya terjadi setelah usia 6 bulan dan sebelum usia 3 tahun. Kejang demam tidak lazim terjadi pada anak setelah usia 5 tahun (Muscary, 2005).Kejang demam dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang mendasari seperti sepsis atau meningitis bacteria sehingga setiap anak harus diperiksa secara cermat dan secara tepat diamati penyebab demam yang menyertainya. Kejang demam terjadi tergantung oleh umur dan jarang sebelum umur 9 bulan dan sesudah umur 5 tahun. Puncak umur mulainya adalah 14 18 bulan, dan insiden mendekati 3 4 % anak kecil (Behrman, 2000).Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >38 derajat celcius). Kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2 4% populasi anak berusia 6 bulan sampai dengan 5 tahun. Paling sering pada anak usia 17-23 bulan (Amin & Hardi, 2013). Kejang demam adalah kejang umum yamg memiliki pencetus dan terjadi pada penyakit demam akut pada anak yang sehat (Schwartz, 2004).Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Hal ini dapat terjadi pada 2-5% populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia kurang lebih 3 tahun (Nurul Itqiyah, 2008).Menurut Amin dan Hardi (2013) kejang demam diklasifikasikan menjadi dua yaitu:1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)Ciri kejang ini adalah: Kejang berlangsung singkat Serangan berhenti sendiri dalam waktu < 10 menit Tidak berulang dalam waktu 24 jam2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)Ciri kejang ini adalah: Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada anak usia dibawah 5 tahun.

2. ETIOLOGIMenurut Lumbantobing (2001), faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam:1) Demam itu sendiri2) Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak).3) Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.4) Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit5) Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau ensekalopati toksik sepintas.6) Gabungan semua faktor tersebut di atas.Menurut Amin dan Hardhi (2013) penyebab kejang demam dibedakan menjadi intracranial dan ekstrakranial. Intracranial meliputi: Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis Congenital: disgesenis, kelainan serebri

Ekstrakranial meliputi: Gangguan metabolic: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya. Toksik: intoksikasi, anastesi local, sindroma putus obat Congenital: gangguan metabolism asam basa atau ketergantungan dan kekurangan piridoksinBeberapa factor risiko berulangnya kejang yaitu: Riwayat kejang dalam keluarga Usia kurang dari 18 bulan Tingginya suhu badan sebelum kejang. Makin tinggi suhu sebelum kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang. Lamanya demam sebelum kejang. Semakin pendek jarak mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar risiki kejang demam berulang.

3. PATOFISIOLOGIPada anak mudah sekali untuk terinfeksi bakteri, virus dan parasit yang mengakibatkan reaksi inflamasi dan terjadinya proses demam sehingga menjadi hipotermi maka terjadi demam. Demam akan menimbulkan proses peradangan maka anak akan mengalami anoreksi maka akan muncuncul diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter dan terjadilah kejang yang dapat mengakibatkan resiko cedera. Kejang dengan frekuensi lebih dari 15 menit akan menyebabkan perubahan suplay darah ke otak sehinnga terjadi hipoksia kemudian permeabilitas kapiler meningkat akan mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

4. MANIFESTASI KLINISKebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan, berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberikan reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegic sementara (Todds hemiplegia) yang berlangsung beberapa jam atau beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegic yang menetap (Lumbantoning, 2001).Menurut Amin dan Hardhi (2013) manifestasi klinis kejang demam adalah sebagai berikut:1. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10 sampai 15 menit, bisa juga lebih.2. Takikardia: pada bayi frekuensi sering diatas 150 200 per menit.3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat menurunnya curah jantung.4. Gejala bendungan system vena:- Hepatomegali- Peningkatan tekanan vena jugularis.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.b. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.c. Magneti resonance imaging (MRI): menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CTd. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak

e. Uji laboratorium Pungsi lumbal: menganalisis cairan serebrovaskuler Hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematokrit Panel elektrolit Skrining toksik dari serum dan urin GDA Kadar kalsiumdarah Kadar natriumdarah Kadar magnesium darah

6. PATHWAY

Infeksi bakteri Virus dan parasit

Reaksi inflamasi

Proses demam

Hipertermi

Proses peradangan

Keringat meningkatDemam

Gangguan pemenuhan cairanMengubah keseimbangan membran sel neuron

Anoreksi

Kekurangan volume cairanKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Melepaskan muatan listrik yang besar

Sel neuron otak rusakResiko cederaKejang

Lebih dari 15 menitKurang dari 15 menit

Permeabilitas kapiler meningkat

Perubahan suplay darah ke otakTidak menimbulkan gejala sisa

hipoksia

7. PENATALAKSANAANAda beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :a. Memberantas kejang secepat mungkinBila penderita datang dalam keadaan status convulsion, obat pilihan utama adalah diazepam secara intravena. Apabila diazepam tidak tersedia dapat diberikan fenobarbital secara intramuskulus.b. Pengobatan PenunjangSemua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas agar oksigen terjamin, penghisapan lendir secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen. Tanda tanda vital diobservasi secara ketat, cairan intravena diberikan dengan monitoring.c. Pengobatan di rumahSetelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumah. Pengobatan ini dibagi atas 2 golongan yaitu :

1) Profilaksis intermittenUntuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari diberikan obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus diberikan pada anak bila menderita demam lagi2) Profilaksis jangka panjangGunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.d. Mencari dan mengobati penyebabPenyebab dari kejang demam baik sederhana maupun epilepsy yang diprovokasi oleh demam, biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. 8. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian adalah pendekatan untuk mengumpulkan data serta menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan klien (Gaffar, 1997). Dalam upaya pengumpulan data sebagai langkah awal dari proses keperawatan penulis melakukan pengkajian, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian adalah pengumpulan data dan merumuskan prioritas masalah. Sedangkan tujuan dari pengkajian keperawatan adalah mengumpulkan datadata, mengelompokkan dan menganalisa data sehingga ditemukan diagnosa keperawatan (Gaffar, 1997).Tahapan pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat dan lengkap sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang ditentukan dalam standar praktek keperawatan dari American Nursing Association.Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis (terapis) atau profesi kesehatan lainnya.Berdasarkan sumber data, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari klien, yaitu data tersebut diperoleh dari klien yang sadar maupun klien tidak sadar sehingga tidak dapat berkomunikasi misalnya data tentang kebersihan diri atau data tentang kesadaran. Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari klien, seperti dari perawat, dokter, catatan perawat, serta dari pemeriksaan seperti pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lainnya, dari keluarga atau dari kerabat dekat.Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data dengan observasi, konsultasi, validasi data, anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi adalah pengumpulan data melalui hasil pengamatan (melihat, meraba atau mendengarkan) tentang kondisi klien dalam kerangka asuhan keperawatan. Konsultasi adalah seorang spesialis diminta untuk mengidentifikasikan caracara untuk pengobatan dan penanganan penyakit klien.Anamnesa atau wawancara adalah cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.Inspeksi adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien, seperti inspeksi kesimetrisan pergerakan dinding dada, penggunaan otot bantu pernafasan, inspeksi adanya lesi pada kulit dan sebagainya.Perkusi adalah pemeriksaan fisik dengan cara mengetukkan jari tengah kejari tengah yang lainnya untuk normal atau tidaknya suatu organ tubuh.Palpasi adalah jenis pemeriksaan fisik dengan cara meraba klien seperti lokasi pada rongga abdomen untuk mengetahui lokasi nyeri atau untuk mengetahui adanya massa.Auskultasi adalah cara pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, misalnya auskultasi dinding abdomen untuk mengetahui bising usus, mendengarkan suara paru paru, bunyi jantung.Adapun pengkajian untuk mengumpulkan datadata yang akurat terhadap Kejang Demam yaitu dimulai dengan anamnesa kepada klien dan keluarga kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Hal hal yang perlu dikaji antara lain :a. Identitas pasien dan keluarga 1. Nama Pasien (initial), umur, jenis kelamin,agama, suku bangsa dan alamat2. Nama Ayah (initial), umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan bangsa3. Nama Ibu (initial), umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan bangsa.b. Kesehatan fisik1) Pola nutrisiTidak ada nafsu makan (anoreksia), mual dan bahkan dapat disertai muntah. Perlu dikaji pola nutrisi sebelum sakit, porsi makan sehari hari, jam makan, pemberian makan oleh siapa, frekuensi makan, nafsu makan, serta alergi terhadap makanan.2) Pola eliminasi3) Pola tidurYang perlu dikaji meliputi jam tidur, waktu tidur dan lamanya tidur serta kebiasaan sebelum tidur4) Pola hygiene tubuhMengkaji mengenai kebiasaan mandi, cuci rambut, potong kuku dan rambut5) Pola aktifitasAnak tampak lemah, gelisah atau cengeng.c. Riwayat kesehatan yang lalu1) Riwayat prenatalDikaji mengenai kehamilan ke berapa, tempat pemeriksaan kehamilan, keluhan ibu saat hamil, kelainan kehamilan dan obat obatan yang diminum saat hamil.2) Riwayat kelahiranKelahiran spontan atau dengan bantuan bantuan, aterm atau premature. Perlu juga ditanyakan berat badan lahir, panjang badan, ditolong oleh siapa dan melahirkan di mana.3) Riwayat yang berhubungan dengan hospitalisasiPernahkah dirawat di rumah sakit, berapa kali, sakit apa, pernahkah menderita penyakit yang gawat. Riwayat kesehatan dalam keluarga perlu dikaji kemungkinan ada keluarga yang pernah menderita kejang.4) Tumbuh kembangMengkaji mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan tingkat usia, baik perkembangan emosi dan sosial.5) ImunisasiYang perlu dikaji adalah jenis imunisasi dan umur pemberiannya. Apakah imunisasi lengkap, jika belum apa alasannya.d. Riwayat penyakit sekarang1) Awal serangan : Sejak timbul demam, apakah kejang timbul setelah 24 jam pertama setelah demam2) Keluhan utama : Timbul kejang (tonik, klonik, tonik klonik), suhu badan meningkat3) Pengobatan : Pada saat kejang segera diberi obat anti konvulsan dan apabila pasien berada di rumah, tiindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi kejang.4) Riwayat sosial ekonomi keluargaPendapatan keluarga setiap bulan, hubungan sosial antara anggota keluarga dan masyarakat sekitarnya.5) Riwayat psikologisReaksi pasien terhadap penyakit, kecemasan pasien dan orang tua sehubungan dengan penyakit dan hospitalisasi.e. Pemeriksaan fisik1) Pengukuran pertumbuhan : Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala2) Pengukuran fisiologis : Suhu biasanya di atas 38 C, nadi cepat, pernafasan (mungkin dyspnea nafas pendek, nafas cepat, sianosis)3) Keadaan umum : Pasien tampak lemah, malaise4) Kulit : Turgor kulit dan kebersihan kulit5) Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala dan warna rambut serta kebersihannya6) Mata : Konjungtiva, sklera pucat / tidak, pupil dan palpebra7) Telinga : Kotor / tidak, mungkin ditemukan adanya Otitis Media Akut / Kronis8) Hidung umumnya tidak ada kelainan9) Mulut dan tenggorokan : Bisa dijumpai adanya tonsillitis10) Dada : Simetris / tidak, pergerakan dada11) Paru paru : Bronchitis kemungkinan ditemukan12) Jantung : Umumnya normal13) Abdomen : Mual mual dan muntah14) Genetalia dan anus : Ada kelainan / tidak15) Ekstremitas : Ada kelainan / tidak.Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data tersebut dikelompokkan. Pengelompokan data dapat dibagi atas data dasar dan data khusus. Data dasar terdiri dari data fisiologis, data psikologis, data sosial dan spiritual. Sedangkan data khusus adalah data yang bersifat khusus, misalnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rontgen dan sebagainya.

B. Analisa DataDiagnosa yang muncul1. Hipertemia (00007) Ds :Ibu klien mengatakan anaknya panas Do :1. Suhu tubuh klien lebih dari 36,50C1. Kulit terasa hangat1. Kulit terlihat kemerahan1. Nadi klien lebih normal {anak,-anak (>120x/menit), pra sekolah (>140x/menit), dibawah 3tahun (>150x/menit), bayi (>160x/menit)}1. Nafas klien lebih normal { anak-anak (>30x/menit), pra sekolah (>34x/menit), dibawah 3 tahun (40x/menit), bayi (60x/menit)}1. Apakah adanya kejang1. Kekurangan volume cairan (00027)Ds 1. Ibu klien mengatakan anaknya susah minum1. Ibu klien mengatakan anaknya buang air kecil terusDo 1. Bibir klien terlihat pecah-pecah1. Mukosa klien kering dan pucat1. Penurunan turgor kulit1. Kulit klien terlihat lembab1. Peningkatan konsentrasi urin1. Klien terlihat lemas1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh (00002)Ds 1. Ibu klien mengatakan anaknya susah makan1. Klien mengatakan anaknya mengalami muntahDo1. Klien tampak lemas dan tak memiliki stamina 1. Berat badan klien mengalami penurunan1. Klien terlihat tidak memiliki nafsu makan1. Membran mukosa klien pucat1. Adanya sariawan1. Klien tampak menghindari makanan1. Resiko cedera (00086)Ds3. Ibu klien mengatakan anaknya kejangDo 0. TTV klien : HR: 170x/menit; RR: 60x/menit; S: 38,5 oCb. Klien mengalami penurunan kesadaran saat setelah kejang

Daftar Pustaka

Amin & Hardhi. 2013. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.Behrman, dkk. 2000. Nelson Textbook Of Pediatrics. Jakarta: EGC.Gaffar, La Ode Jumadi. 1997. Pengantar Keperawatan Profesional. EGC.Lumbantobing,SM. 2001. Penatalaksanaan Muthakhir Kejang Pada Anak. Jakarta : FKUI.Muscari, Marry E.2005. Panduan belajar: keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC.Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC