lp kejang new

23
LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP ANAK DENGAN FEBRILE CONVULSION KELOMPOK 2 Avelline Tripurnamasari kurnia Dewi Elisabeth Theresia Fernandes Filomena Asni Gara Lidya Sulistiowati Lora Sri Novita Br Ginting Maria Kristina Diaz Melani Simanjuntak Nerissa Arviana Christy Regina Situmorang Yohanes Vindy Yusuf Yohanes Vini Setiawan

Upload: andrianus-atu

Post on 08-Nov-2015

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

huj

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANASKEP ANAK DENGAN FEBRILE CONVULSION

KELOMPOK 2 Avelline Tripurnamasari kurnia Dewi Elisabeth Theresia Fernandes Filomena Asni Gara Lidya Sulistiowati Lora Sri Novita Br Ginting Maria Kristina Diaz Melani Simanjuntak Nerissa Arviana Christy Regina Situmorang Yohanes Vindy Yusuf Yohanes Vini Setiawan

BAB II LANDASAN TEORIKONSEP MEDIS2.1 Definisi Kejang Demam ialah kebangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. (IKA, hal 847, 2005) Kejang Demam merupakan penyakit transien anak-anak yang terjadi berkaitan dengan demam yang tinggi (>38,8C). Merupakan salah satu dari penyakit neurologis yang biasa terjadi pada anak-anak.Terjadi setelah usia 6 bulan sampai 3 tahun. (Wongs Essential of Pediatric Nursing, hal 1106, 2001) Kejang Demam merupakan serangan kejang yang sering dijumpai pada anak anak usia dibawah 5 tahun yang disebabkan oleh adanya awitan hipertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus karena peningkatan suhu secara ekstrim(biasanya lebih dari 1200F atau 390C). (Silvya A.Price, Patofisiologi, 1995). Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi saat temperatur tubuh tinggi 38,8 C/101,8 F, yang disertai dengan adanya infeksi ekstra cranium (infeksi pencernaan, saluran pernafasan, OMA). (D L, Wong 2005) Kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat adanya demam pada anak 6 bulan 5 tahun, tanpa adanya suatu keadaan infeksi pada CNS dan tidak adanya riwayat kejang demam sebelumnya (Depierou dan Teach, 2001). Menurut kelompok : kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat adanya infeksi ekstracranium, dimana tubuh anak tidak mampu berkompensasi terhadap peningkatan suhu tubuh yang signifikan, dan terjadi pada anak berumur 6 bulan 5 tahun

2.2 Etiologia. Faktor resiko (menurut El- Radhi, 1998; Millar, 2006) : Suhu tubuh yang tinggi Riwayat terjadinya kejang pertama Risiko tertinggi berulangnya kembali (jika onset terjadi dibawah 15 bulan, ambang suhu tubuh yang rendah, jarak terjadinya kejang dan demam yang pendek) Neonatal yang dirawat lebih dari 28 hari Keterbelakangan perkembangan Kehadiran pada daycare centre atau sekolah

b. faktor predisposisi genetik (gen-gen berisiko tinggi yaitu, kromosom 2q23-24, 5q14-15, 6q22-24, 28q13-21) tipe dari infeksi : adeno virus dan para influensa infeksi virus pernafasan atas (bronkopneumonia, bronkitis) influensa A roseola infantum otitis media acute faringitis/tonsilitis gastroenteritis/enteritis morbili varisela dengue (demam berdarah) vaksin DPT penyebab infeksi/imunisasi berhubungan dengan ketinggian dari kenaikan suhu tubuh dan penyebab lain yang tidak teridentifikasi

2.3 KlasifikasiUmumnya kejang demam dibagi menjadi 2 golongan. Dalam hal ini terdapat beberapa perbedaan kecil dalam penggolongan tersebut, menyangkut jenis kejang, tingginya demam, usia penderita, lamanya kejangberlangsung, gambaran rekam otak, dan lainnya. 2.3.1 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Menurut Prichard dan Mc GrealPrichard dan Mc Greal menbagi kejang demam atas dua golongan yaitu :1. Kejang demam sederhanaManifestasi klinis kejang deman sederhana :1. Kejangnya bersifat simetris, artinya akan terlihat lengan dan tungkai kiri yang kejang sama seperti yang kanan (tungkai dan lengan bergerak bersamaan dan satu arah)2. Usia penderita antara 6 bulan 4 tahun3. Suhu 1000F (37, 780C) atau lebih4. Lamanya kejang berlangsung kurang dari 30 menit5. Keadaan neurologi (fungsi saraf) normal dan setelah kejang juga tetap normal6. Frekuensi serangan kurang dari 4 kali per tahun7. EEG (electro encephalography rekam otak) yang dibuat setelah tidak demam adalah normal/tidak ada kelainan

2. Kejang demam tidak khasKejang demam yang tidak sesuai dengan ciri-ciri di atas, digolongkan sebagai kejang demam tidak khas.2.3.2 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Menurut LivingstonLivingston juga membagi kejang demam menjadi dua golongan, tetapi dengan ciri-ciri yang sedikit berbeda dibanding dengan penggolongan menurut Prichard dan Mc Greal.Klasifikasi kejang demam menurut Livingston adalah :1. Kejang demam sederhanaManifestasi klinis kejang demam sederhana :1. Kejang bersifat umum2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)3. Kejang timbul kira-kira 16 jam setelah munculnya demam4. Usia waktu kejang pertama muncul kurang dari 6 tahun (6 bulan-4 tahun)5. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam setahun6. EEG normal2. Epilepsi yang dicetuskan oleh demamKejang demam yang tidak sesuai dengan ciri tersebut di atas disebut sebagai epilepsi yang dicetuskan oleh demam. Manifestasinya adalah :1. Kejang berlangsung lama2. Kejang bersifat setempat atau lokal3. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam pertama4. Frekuensi serangan kejang lebih dari 4 kali per tahun5. Gambaran EEG, yang dibuat setelah anak tidak demam lagi adalah abnormal

2.3.3 Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Menurut FukuyamaFukuyama juga membagi kejang demam kedalam dua golongan yaitu:1. Kejang demam sederhanaManifestasi klinis kejang demam sederhana :1. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi2. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyebab apapun3. Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bln 6 thn4. Lamanya kejang berlangsung tidak lebih dari 20 menit5. Kejang tidak bersifat fokal6. Tidak didapatkan abnormalitas neurologis atau abnormalitas perkembangan baik sebelum atau pasca kejang7. Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

2. Kejang demam kompleksBila kejang demam tidak memenuhi kriteria tersebut diatas maka digolongkan sebagai kejang demam jenis kompleks2.4 PatofisologiKejang demam adalah kejang yang timbul pada suhu badan yang tinggi. Demam sendiri dapat disebabkan oleh berbagai hal terutama infeksi. Peranan infeksi pada sebagian besar kasus kejang demam adalah tidak spesifik dan timbulnya serangan terutama didasarkan atas reaksi demam yang terjadi. Peningkatan suhu tubuh atau demam dapat terjadi karena adanya respon dari tubuh sendiri terhadap infeksi bakteri maupun virus. Respon demam ini dikarenakan adanya pelepasan neurotransmiter yaitu IL-1 yang merangsang saat endogen pyrogen yaitu prostaglandin yang dikeluarkan menuju hipotalamus. Setelah sampai di hipotalamus terjadi perubahan termoregulasi karena adanya perubahan termoregulasi ini terjadi peningkatan suhu yang melebihi ambang batas normalnya. Hal ini menyebabkan perubahan difusi ion kalium dan natrium yang menyebabkan perubahan beda potensial membran sel neuron sehingga terjadi pelepasan muatan listrik ke seluruh sel. Karena adanya hal ini menyebabkan aktifitas syaraf terjadi secara mendadak dan tidak terkontrol saat inilah terjadinya kejang demam (KD). kejang sederhana atau kejang umum tidak menimbulkan komplikasi lanjutan tetapi kejang fokal dapat menimbulkan hipoksemia karena saat terjadi kejang fokal pola napas klien tidak teratur sehingga terjadi kompensasi yang menyebabkan pernapasan klien menjadi cepat. Saat kejang fokal terjadi ada peningkatan kontraksi otot yang menyebabkan peningkatan dari asam laktat yang akan menyebabkan klien merasa nyeri di bagian otot tubuhnya. karena hipoksemia dan peningkatan denyut jantung menyebabkan metabolisme otak dan kerusakan dari neuron otak, hal ini juga memicu semakin meningkatnya suhu tubuh atau demam klien. Peningkatan metabolisme menyebabkan terjadinya hipoglikemi, evaporasi, dan takikardi serta gangguan saraf otonom. Karena keadaan hipoglikemi, evaporasi, dan takikardi klien dapat mengalami hipotensi kemudian shok, jika tidak ditangani dengan baik maka klien dapat meninggal.2.5 Test Lab Diagnostika. Test Laboratorium : Darah lengkap (Hb, Ht, Leukosit, trombosit, LED, leukosit diff, ) Serum elektrolit (natrium, kalium, magnesium, ) Feses biakan Sputum biakan Urin lengkapb. Test Diagnostik Lumbal puncture (jika usia dibawah 12 bulan) EEGs CT-SCAN/ MRI

2.6 PenatalaksanaanTujuan pelaksanaan pada anak dengan kejang demam adalah untuk menangani demamnya : panas dapat dikontrol, pengobatan antipiretik, dan kontrol lingkungan, ventilasi, suhu ruangan, pakaian tipis.a. Farmakologi DiazepamBila pasien datang dalam keadaan status konvulsion, obat pilihan utama adalah Diazepam secara IV. Keampuhan Diazepam yang diberikan secara IV keberhasilannya sekitar 80%-90%. Efek terapeutiknya sangat cepat, yaitu kira-kira 30 detik sampai 5 menit dan efek toksik yang serius hampir tidak dijumpai jika diberikan secara perlahan dan dosis tidak melabihi 50 mg per suntikan. Dosis sesuai dengan berat badan ; 20kg 0,5mg/kgBB. Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3mg/kgBB/kali dengan maksimum 5mg pada anak berumur 20kg = 1500 ml + (20 ml/kgBB sisa (BB-20kg))c. Insensible Water Loss (IWL)Rumus : ( 30 usia (tahun)) ml/kgBB/hariAtau standart.....Usia IWL

< 1 bulan40 ml/kgBB/hari

< 5 tahun30 ml/kgBB/hari

>5tahun20 ml/kgBB/hari

Kenaikan suhu 1CIWL+200 ml

2.10 Tumbuh Kembanga. Fase-fase perkembangan:TahapPerkembanganPsikoanalitik (Freud)Perkembangan psikoanalitik (Erickson)Perkembangan Kognitif (Piaget)Perkembangan moral (Kohlberg)Perkembangan hubungan dengan orang terpenting (Sullivan)

I. Infancy (lahir-1 tahun)Oral sensoriTrust vs mistrust (percaya vs tidak percaya)Sensori motorik (0-18 bulan)Peran ibu

b. Tahap perkembangan anakUsia 0- 1,5 tahun : Perkembangan kognitif dan sensorimotor. Diawali dengan refleks-refleks primitif kemudian pergerakan melalui pola tertentu ; arah perkembangan (2 arah), berurutan, bervariasi pada setiap bayi. Motorik kasar: Gerakan kepala dan leher : 1-2 bulan Tengkurap : 4 bulan Duduk : 6 bulan Merangkak : 7,5 bulan Menarik tubuh ke posisi berdiri : 8 bulan Merambat : 9 bulan Berjalan 12 bulan Berlari 14 bulanMotorik halus: koordinasi visual dan gerakan tangan. Penglihatan : Fiksasi penglihatan Gerakan mata mengikuti benda melalui garis tengah Motorik halus: 3 bulan; telapak tangan terbuka 4 bulan: menyatukan dua tangan 5 bulan ; memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lainnya 6 bulan: meraih unilateral 12 bulan: melepas benda dengan sengaja atau melempar Bahasa: Reseptif (pemahaman): Lahir: bereaksi terhadap suara nyaring (bel) 5 minggu : senyum sosial atau menyapa 4 bulan: orientasi terhadap suara 8 bulan: mengerti perintah tidak boleh 11 bulan: mengerti perintah ditambah mimik 14 bulan: mengerti perintah tanpa mimik 17 bulan: menunjuk lima bagian tubuh yang disebutkan Ekspresif : 6-8 minggu: Ooo-Ooo 4 bulan: A-guu,A-guu, mengoceh 6 bulan : mengoceh 10 bulan: dada bila melihat ayah. 11 bulan : mama dan kata lain selain mama. 2 tahun: dua kata atau kalimat, 50 kata KONSEP KEPERAWATANA. Asuhan Keperawatan1. Pengkajian Riwayat pemeliharaan kesehatan: Riwayat penyakit infeksi yang pernah diderita Riwayat ibu pada saat kehamilan : prenatal : riwayat imunisasi TT, nutrisi selama kehamilan, riwayat penyakit infeksi selama kehamilan perinatal : penolong persalinan (tenaga kesehatan/dukun), tindakan yang dilakukan selama persalinan aseptik atau tidak (pemotongan tali pusat dan alat-alat yang digunakan) neonatal : nutrisi, menyusui (teknik, kebersihan dan kecukupan ASI/ASI yang adekuat) Riwayat imunisasi Pola Nutrisi metabolik Hipertermi sudah berapa lama? Suhunya >38C (rektal)? Suhu meningkat disertai kejang? Kecukupan gizi anak/ ASI? Pola aktivitas latihan Fungsi pernafasan Aktivitas anak Kelemahan Durasi kejang dan berapa kali/ frekuensi kejang? Kapan terjadi kejang (dalam kondisi apa?) Pola eliminasi Inkontinensia urin Koping Menangis Cepat marah/ iritable Harga diri rendah Kecemasan orang tua Persepsi Kognitif Lelah Keluhan ketidak nyamanan/ nyeri setelah kejang2. Diagnosa Keperawatana. Bersihan jalan nafas : pengumpulan air liur di rongga orofaring b.d ketidak mampuan mengontrol air liur ; kejang ; hilangnya kesadaran dan aktivitas motorik.b. Hipertermi b.d efek langsung endotoksin dalam sirkulasi darah yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh >38C (rektal). c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat : peningkatan metabolisme akibat infeksid. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d metabolisme tubuh yang meningkat yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ; peningkatan hasil leukosit yang menunjukkan adanya proses peradangan.e. Resiko tinggi kerusakan sel otak b.d penurunan suplai oksigen ke jaringan otak ; kejang.f. Resiko tinggi cidera b.d kejang dan lingkungan yang tidak kondusif (benda-benda disekitarnya).g. Inkotinensia urin b.d penurunan kesadaran ; kelemahan otot spinchter.h. Kecemasan orang tua dan anak b.d kejang yang berulang.i. Kurang pengetahuan b.d proses kejang dan penanganannya

3. Rencana Tindakana. Bersihan jalan nafas : pengumpulan air liur di rongga orofaring b.d ketidak mampuan mengontrol air liur ; kejang ; hilangnya kesadaran dan aktivitas motorik.HYD : tidak terjadi aspirasi selama kejang yang ditanda dengan anak dapat bernafas dengan baik.1. Observasi TTV terutama pernafasan.2. Kaji pola nafas pasien.3. Kaji jumlah dan warna air liur.4. Kaji terjadinya kejang.5. Segera miringkan kepala anak saat kejang6. Setelah kejang observasi pernafasan dan bersihkan air liur atau sekret yang mengumpul di rongga mulut.

b. Hipertermi b.d efek langsung endotoksin dalam sirkulasi darah yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh >38C (rektal).HYD : suhu tubuh anak 36-37C , suhu kulit tidak teraba panas dan tidak ada keluhan demam dalam waktu 3 hari.1. Observasi TTV anak tiap 4 jam.2. Catat adanya peningkatan suhu.3. Anjurkan pada orang tua agar anak menggunakan pakaian yang tipis saat demam.4. Anjurkan pada orang tua agar anak diberi banyak minum.5. Catat intake dan output cairan anak.6. Kolaborasi pemberian obat-obatan antipiretik

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat :peningkatan metabolisme akibat infeksiHYD : Perubahan nutrisi dapat teratasi yang ditandai dengan : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (elastisitas kulit berkurang, mukosa mulut dan kulit kering) BB klien naik secara bertahap (1 kg dalam 1 minggu) Klien dapat menghabiskan 1 porsi makananIntervensi :1. Kaji BB klien setiap hariR : Untuk memantau keefektifan terapi yang diberikan2. Pantau tanda-tanda malnutrisiR : Untuk melihat perubahan nutrisi klien apakah membaik atau semakin buruk3. Beri klien makanan dalam porsi kecil tapi seringR : Membantu klien untuk meningkatkan nutrisinya dan mencegah terjadinya mual dan muntah pada klien4. Hindari memberi klien makanan yang manis dan buah-buahanR : Makanan manis dan buah-buahan akan meningkatkan frekuensi BAB klien5. Berikan klien makanan kesukaan klienR : Membantu meningkatkan nafsu makan klien6. Kolaborasi pemberian makanan parenteral (infus)R : Makanan parenteral membantu memenuhi nutrisi klien yang tidak dapat terpenuhi secara oral

d. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh b.d metabolisme tubuh yang meningkat yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh ; peningkatan hasil leukosit yang menunjukkan adanya proses peradangan.HYD : Tidak adanya tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan mukosa bibir yang lembab, turgor kulit baik, akral hangat, mata tidak cekung dan ubun-ubun tidak cekung.1. Observasi TTV tiap 4 jam.2. Catat intake dan output cairan anak.3. Perhatikan pemberian cairan infus, periksa tetesan tiap 4 jam.4. Anjurkan agar anak menghabiskan 1 gelas air atau 1 botol susu dalam waktu 2 jam.5. Kolaborasi pemasangan infus dan pemeriksaan lab darah dan elektrolit

e. Resiko tinggi kerusakan sel otak b.d penurunan suplai oksigen ke jaringan otak ; kejang.HYD : tidak ada tanda-tanda cidera otak seperti perdarahan atau kemunduran mental anak.1. Observasi TTV2. Lakukan pemeriksaan fisik, observasi fungsi saraf I-XII dan dokumentasikan.3. Beri penganan kejang sesegera mungkin.4. Kolaborasi pemberian obat-obatan anti konvulsan.f. Resiko tinggi cidera b.d kejang dan lingkungan yang tidak kondusif (benda-benda disekitarnya).HYD : Tidak terjadi cidera seperti : lidah tergigit, tidak ada luka atau cidera lainnya di tubuh anak.1. Segera pasang gagang sendok atau spatel yang dibungkus kain bersih ke mulut anak.2. Pasang hack tempat tidur untuk mencegah anak jatuh.3. Auskultasi respirasi dan denyut jantung.4. Catat durasi, intensitas dan tipe kejang.5. Kolaborasi pemberian antikonvulsan.

g. Inkotinensia urin b.d penurunan kesadaran ; kelemahan otot spinchter.HYD : Anak dapat merasakan jika ingin berkemih.1. Observasi kemampuan berkemih anak.2. Anjurkan penggunaan pampers jika perlu.3. Ajarkan kegel excercise pada anak yang usia lebih besar.

h. Kecemasan orang tua dan anak b.d kejang yang berulang.HYD : Orang tua dan anak tidak menunjukkan kecemasan yang berlebihan.1. Dampingi anak dan orang tua selama tindakan.2. Beri penjelasan pada setiap tindakan yang akan dilakukan.3. Jaga lingkungan agar tetap tenang dan nyaman.

i. Kurang pengetahuan b.d proses kejang dan penanganannya.HYD : Orang tua dapat mengerti dan dapat memberikan penanganan pertama pada anak jika anak kambuh.1. Kaji pengetahuan orang tua mengenai kejang demam.2. Beri penjelasan kepada anak dan orang tua mengenai perjalanan penyakit kejang demam.3. Beri penjelasan dalam setiap tindakan yang dilakukan.4. Beri penjelasan mengenai penanganan kejang 5. Anjurkan orang tua agar tetap menjalankan pengobatan dan mengkonsultasikan anaknya ke dokter.

4. Dischage planning Beri penyuluhan pada ibu untuk menyediakan obat-obat penurun panas yang sesuai dengan resep dokter. Beri penyuluhan kepada orangtua agar segera memberikan obat antipiretik jika diketahui anak mulai demam. Jika demam tidak turun dalam 24jam, segera bawa ke dokter atau puskesmas terdekat. Beri penyuluhan kepada orang tua tentang cara pengukuran suhu tubuh yang benar dan tepat. Beri penyuluhan kepada orangtua,jika anak kejang segera baringkan di tempat yang datar, kepala dimiringkan, buka bajunya dan pasangkan gagang sendok yang telah dibungkus kain bersih ke dalam mulutnya agar anak tidak menggigit lidahnya. Beri penyuluhan kepada orang tua agar mengompres tubuh anak jika kejang disertai peningkatan suhu dengan air biasa atau alkohol berkadar rendah untuk mempercepat penurunan suhu tubuh dan berikan banyak minum. Beri penyuluhan kepada orangtua anak agar membawa anak kerumah sakit apa bila terjadi kejang berulang atau kejang terlalu lama, karena hanya rumah sakit yang dapat memberikan pertolongan pada pasien dengan status konvulsivus. Beri penyuluhan kepada orang tua cara pemberian obat persediaan Diazepam rektal yaitu dengan ujung rektiol yang akan di masukkan kedalam anus di oleskan minyak syur atau vaselin kemudian dimasukkan kedalam anus sambil dipenset sampai habis (tetapi pelan-pelan memencetnya). Setelah kosong, tetep di pencet sambil dikeluarkan dari anus (jika tidak maka isinya akan tersedot kembali). Beri penyuluhan kepada orang tua jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberi tahu petugas kesehatan/ dokter bahwa anak menderita kejang demam. Beri penyuluhan kepada orang tua agar tidak menghentikan terapi sendiri tanpa petunjuk dokter.

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. 2009. Medical Surgical Nursing 8th edition. Singapore: ElsevierHockenberry. 2007. Maternal Child Nursing. Edisi 3. St. Louis, Missouri. MosbyLumbantobing, S.M. 2007. Kejang Demam (Febrile Convolsions). Jakarta : Balai Penerbit FKUI Nelson, Waldo E. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGCRudolph, Abraham. 2007. Buku Ajar Pediati. Jakarta. EGCWongs, Whale.1999. Nursing Care of Infants and Children 6th edition.