hiperbilirubin pada neonatus
DESCRIPTION
hiperbilirubinemia neonatusTRANSCRIPT
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
1/43
HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS
(HYPERBILIRUBINEMIA IN NEONATE)
Risa Etika, Agus Harianto, Fatimah Indarso, Sylviati M. Damanik
Divisi Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK Unair/RSU Dr. Soetomo - Surabaya
Korespondensi:
Risa Etika, dr. SpA.
Divisi Neonatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. SoetomoSurabaya
Jl. Mayjen.Prof.Dr.Moestopo 6-8 Surabaya.
Telepon: 031-5501689, 031-3810380, 031-70583524, 081235 25920.
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
2/43
Fax.: +62 31 550 1748 (IDAI Cab. Jatim). E-mail :risa_etika@pediatrik.
ABSTRACT
Neonatal jaundice is the yellowish discoloration of the skin and/or sclerae of newborn infants caused by
tissue
deposition of bilirubin. Physiologic jaundice is mild uncojugated (indirect-reacting) bilirubinemia and
affects nearly
all newborns. The peak level in physiologic jaundice typically is 5 to 6 mg/dL (86 to 103 mol/L), occurs
at 48 to 120
hours of age. The peak may not be reached until seven days of age in Asian infants or infants who are
born at 35 to
37 weeks gestation. Higher level of unconjugated hyperbilirubinemia are pathologic and occur in variety
of
conditions. Unconjugated bilirubin that is not bound to albumin (free bilirubin) can enter the brain and
cause focal
necrosis of neurons and glia, either acutely (acute bilirubin encephalopathy) or chronically with
permanent sequelae
(kern icterus). Term infants are at risk for bilirubin toxity when Total Serum Bilirubin (TSB) concentration
exceed 25
to 30 mg/dL (428 to 513 mol/L). Phototherapy contist of exposing the infants skin to light. It is a safe
and efficient
method to reduce the toxicity of bilirubin and increase its elimination. Exchange transfusion is used to
remove
bilirubin from the circulation when intensive phototherapy fails. Pharmacologics agents including IVIG
(Intra
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
3/43
Venous Immuno Globulin), phenobarbital and mettaloporphyrins can be used to inhibit hemolysis,
increase
conjugation and excretion of bilirubin, or inhibit the formation of bilirubin.
Key word: Neonatal Jaundice, hyperbilirubinemia, acute bilirubin encephalopathy/kernicterus.
ABSTRAK
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada orang dewasa, ikterus akan
tampak apabila
serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 mol/L, sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin
sudah > 5
mg/dL (> 86 mol/L). Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya
(60% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi kurang bulan). Oleh karenanya harus selalu waspada,
khususnya
terhadap bilirubin indirek karena sifatnya yang toksik dan merusak jaringan (ensefalopati
bilirubin/kernikterus).
Serum bilirubin pada ikterus fisiologis berkisar 5-6 mg/dL (86-103 mol/L), timbul 48-120 jam setelah
bayi lahir,
dan pada bayi-bayi Asia atau bayi-bayi dengan usia kehamilan 35-37 minggu, level serum bilirubin tidak
meningkat
sampai bayi berusia 7 hari. Peningkatan level bilirubin indirek yang lebih tinggi lagi tergolong patologis
yang
dapat disebabkan oleh berbagai keadaan.
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
4/43
Bayi cukup bulan dengan bilirubin total 25-30 mg/dL (428-513 mol/L) mempunyai risiko tinggi
terserang toksisitas
bilirubin. Terapi sinar di mana kulit bayi terpapar sinar terbukti aman dan efektif menurunkan toksitas
bilirubin
dengan cara meningkatkan ekskresi bilirubin. Transfusi tukar ditujukan untuk menghilangkan bilirubin
dari
sirkulasi, apabila dengan terapi sinar gagal. Beberapa obat-obatan (IVIG = Intra Venous Immuno
Globulin,
phenobarbital, metalloporphyrins) dipakai untuk menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan
ekskresi
bilirubin serta menghambat pembentukan bilirubin.
Kata kunci: Ikterus Neonatorum, hiperbilirubinemia, ensefalopati bilirubin/ kernikterus
PENDAHULUAN
Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian besar
neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa
angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. Di
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
5/43
RSU Dr. Soetomo Surabaya ikterus patologis 9,8% (tahun 2002) dan 15,66% (tahun 2003).
RSAB Harapan Kita Jakarta melakukan transfusi tukar 14 kali/bulan (tahun 2002). Di Hospital
Bersalin Kualalumpur dengan tripple phototherapy tidak ada lagi kasus yang memerlukan
tindakan transfusi tukar (tahun 2004), demikian pula di Vrije Universitiet Medisch Centrum
Amsterdam dengan double phototherapy (tahun 2003).
Ikterus ini pada sebagian penderita dapat bersifat fisiologis dan pada sebagian lagi mungkin
bersifat patologis yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan
kematian. Oleh karena itu, setiap bayi dengan ikterus harus mendapatkan perhatian, terutama
apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin
meningkat > 5 mg/dL (> 86mol/L) dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus
yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk >1 mg/dL juga merupakan keadaan
yang menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologis. Dalam keadaan tersebut
penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat
dihindarkan. Walaupun pada tahun 1970-an kasus kernikterus sudah tidak ditemukan lagi di
Washington, namun pada tahun 1990-an ditemukan 31 kasus kernikterus (data Georgetown
University Medical Centre Washington D.C. tahun 2002). 1
Tujuan membahas topik ini adalah agar dapat menyikapi kasus-kasus ikterus secara
maksimal sehingga kasus kernikterus, gangguan otak yang sifat menetap serta terjadinya
kematian dapat dihindarkan.
DEFINISI
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
6/43
Ikterus (jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah,
sehingga kulit (terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. 1-4 Pada
orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 mol/L),
sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5 mg/dL ( >86mol/L).
Hiperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk ikterus neonatorum setelah
ada hasil laboratorium yang menunjukkan peningkatan kadar serum bilirubin.
Hiperbilirubinemia fisiologis yang memerlukan terapi sinar, tetap tergolong non
patologis sehingga disebut Excessive Physiological Jaundice.1-4 Digolongkan sebagai
hiperbilirubinemia patologis (Non Physiological Jaundice) apabila kadar serum bilirubin
terhadap usia neonatus > 95 0/00 menurut Normogram Bhutani. 5,6
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
7/43
Gambar 1. Normogram Bhutani (di kutip dari Rennie J.M and Roberton NRC. Neonatal Jaundice In : A
Manual of Neonatal Intensive Care 4th Ed, Arnold, 2002 : 414-432)
METABOLISME BILIRUBIN
Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh.
Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin darah dan sebagian lagi dari
hem bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan bilirubin tadi dimulai
dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah
yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX a (Gbr. 2). Zat ini sulit
larut dalam air tetapi larut dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit
diekskresi dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak. 1,4,6,7
Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar.
Dalam hepar terjadi mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel
hepar dan masuk ke dalam hepar. Segera setelah ada dalam sel hepar terjadi persenyawaan
ligandin (protein Y), protein Z dan glutation hepar lain yang membawanya ke retikulum
endoplasma hepar, tempat terjadinya konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzim
glukoronil transferase yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini
dapat larut dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresi melalui ginjal. Sebagian besar
bilirubin yang terkonjugasi ini diekskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran pencernaan
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
8/43
dan selanjutnya menjadi urubilinogen dan keluar dengan tinja sebagai sterkobilin. Dalam usus,
sebagian di absorpsi kembali oleh mukosa usus dan terbentuklah proses absorpsi entero hepatik.
1,4,6,7
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
9/43
Gambar 2. Metabolisme Bilirubin pada Neonatus. (Dikutip dari Rennie J.M and Roberton NRC. Neonatal
Jaundice In : A Manual of Neonatal Intensive Care 4th Ed, Arnold, 2002 : 414-432)
IKTERUS FISIOLOGIS vs IKTERUS PATOLOGIS
Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin indirek pada hari-hari
pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologis tertentu pada neonatus.
Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang
lebih pendek (80-90 hari) dan belum matangnya fungsi hepar.
Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 23 dan mencapai puncaknya pada hari
ke 57, kemudian akan menurun kembali pada hari ke 1014. Kadar bilirubinpun biasanya
tidak > 10 mg/dL (171 mol/L) pada bayi kurang bulan dan < 12 mg/dL (205 mol/L) pada
bayi cukup bulan. 5,6,7
Masalah timbul apabila produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau konjungasi hepar
menurun sehingga terjadi kumulasi di dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang berlebihan
dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh tertentu, misalnya kerusakan sel otak yang akan
mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari, bahkan terjadinya kematian 5,6,7. Karena itu bayi
ikterus sebaiknya baru dianggap fisiologis apabila telah dibuktikan bukan suatu keadaan
patologis. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada hiperbilirubinemia, pemeriksaan lengkap
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
10/43
harus dilakukan untuk mengetahui penyebabnya, sehingga pengobatanpun dapat dilaksanakan
dini. Tingginya kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologis tersebut tidak selalu
sama pada tiap bayi. Di RS Dr. Soetomo Surabaya, bayi dinyatakan menderita bilirubinemia
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
11/43
apabila kadar bilirubin total > 12 mg/dL (> 205 mol/L) pada bayi cukup bulan, sedangkan
pada bayi kurang bulan bila kadarnya > 10 mg/dL (>171 mol/L). 8
ETIOLOGI
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan:
A. Penyebab yang sering:
1. Hiperbilirubinemia fisiologis
2. Inkompatibilitas golongan darah ABO
3. Breast Milk Jaundice
4. Inkompatibilitas golongan darah rhesus
5. Infeksi
6. Hematoma sefal, hematoma subdural, excessive bruising
7. IDM (Infant of Diabetic Mother)
8. Polisitemia / hiperviskositas
9. Prematuritas / BBLR
10. Asfiksia (hipoksia, anoksia), dehidrasiasidosis, hipoglikemia
11. Lain-lain
B. Penyebab yang jarang:
1. Defisiensi G6PD (Glucose 6Phosphat Dehydrogenase)
2. Defisiensi piruvat kinase
3. Sferositosis kongenital
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
12/43
4. LuceyDriscoll syndrome (ikterus neonatorum familial)
5. Hipotiroidism
6. Hemoglobinopathy 2,3,4,6
DIAGNOSIS
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium terdapat beberapa faktor
risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat.
1. Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama (usia bayi < 24 jam)
2. Inkompatibilitas golongan darah (dengan Coombs test positip)
3. Usia kehamilan < 38 minggu
4. Penyakit-penyakit hemolitik (G6PD, end tidal CO ..)
5. Ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya
6. Hematoma sefal, bruising
7. ASI eksklusif (bila berat badan turun > 12 % BB lahir)
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
13/43
8. Ras Asia Timur, jenis kelamin laki-laki, usia ibu < 25 tahun
9. Ikterus sebelum bayi dipulangkan
10. Infant Diabetic Mother, makrosomia
11. Polisitemia
Anamnesis
1. Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, gawat janin, malnutrisi
intra uterin, infeksi intranatal)
2. Riwayat persalinan dengan tindakan / komplikasi
3. Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya
4. Riwayat inkompatibilitas darah
5. Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa. 4,5,7,9
Pemeriksaan Fisik
Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari
kemudian. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat
lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama
pada neonatus yang kulitnya gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita
sedang mendapatkan terapi sinar.
Tekan kulit secara ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
14/43
subkutan. Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan
penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan
kemungkinan penyebab ikterus tersebut. 5,9
Tabel 1. Perkiraan klinis derajat ikterus
Usia
Ikterus terlihat pada
Klasifikasi
Hari 1
Hari 2
Hari 3 dst.
Setiap ikterus yang terlihat
Lengan dan tungkai
Tangan dan kaki
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
15/43
Ikterus berat
(Dikutip dari Peter Cooper, A.Suryono, Indarso F, et al. Jaundice. In : Managing Newborn Problems : a
guide for doctor, nurses and midwives, WHO, 2003 : F-77-F-89)
Tabel 2. Klasifikasi Ikterus
Tanya dan Lihat
Tanda / Gejala
Klasifikasi
Mulai kapan ikterus ?
Daerah mana yang ikterus ?
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
16/43
Bayinya kurang bulan ?
Warna tinja ?
Ikterus segera setelah lahir
Ikterus pada 2 hari pertama
Ikterus pada usia > 14 hari
Ikterus lutut/ siku/ lebih
Bayi kurang bulan
Tinja pucat
Ikterus patologis
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
17/43
Ikterus usia 3-13 hari
Tanda patologis (-)
Ikterus fisiologis
(Dikutip dari Depkes RI. Klasifikasi Ikterus Fisiologis dan Ikterus Patologis. Dalam : Buku Bagan
MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda Sakit). Metode Tepat Guna untuk Paramedis, Bidan dan
Dokter. Depkes RI, 2001)
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
18/43
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan serumbilirubin (bilirubin total dan direk) harus dilakukan pada neonatus yang
mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang tergolong risiko
tinggi terserang hiperbilirubinemia berat (lihat point-point faktor risiko pada bab
DIAGNOSIS). Namun pada bayi yang mengalami ikterus berat, lakukan terapi sinar sesegera
mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar
serumbilirubin.4,5,9
Transcutaneous bilirubin (TcB) dapat digunakan untuk menentukan kadar serum bilirubin
total, tanpa harus mengambil sampel darah. Namun alat ini hanya valid untuk kadar bilirubin
total < 15 mg/dL (
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
19/43
terapi sinar ataukah tranfusi tukar.4,5,9
Algoritme ikterus neonatorum dapat dilihat dalam lampiran.
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ikterus neonatorum adalah untuk mengendalikan agar
kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menbimbulkan kern-ikterus/ensefalopati
bilirubin, serta mengobati penyebab langsung ikterus tadi. Pengendalian kadar bilirubin dapat
dilakukan dengan mengusahakan agar konjugasi bilirubin dapat lebih cepat berlangsung. Hal ini
dapat dilakukan dengan merangsang terbentuknya glukoronil transferase dengan pemberian
obat-obatan (luminal).
Pemberian substrat yang dapat menghambat metabolisme bilirubin (plasma atau albumin),
mengurangi sirkulasi enterohepatik (pemberian kolesteramin), terapi sinar atau transfusi tukar,
merupakan tindakan yang juga dapat mengendalikan kenaikan kadar bilirubin. Dikemukakan
pula bahwa obat-obatan (IVIG : Intra Venous Immuno Globulin dan Metalloporphyrins) dipakai
dengan maksud menghambat hemolisis, meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin. 4,5
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
20/43
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
21/43
Tabel 3. Penanganan ikterus berdasarkan kadar serum bilirubin
Usia
Terapi sinar
Transfusi tukar
Bayi sehat
Faktor Risiko*
Bayi sehat
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
22/43
Faktor Risiko*
mg/dL
mol/L
mg/dL
mol/L
mg/dL
mol/L
mg/dL
mol/L
Hari 1
Setiap ikterus yang terlihat
15
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
23/43
260
13
220
Hari 2
15
260
13
220
25
425
15
260
Hari 3
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
24/43
18
310
16
270
30
510
20
340
Hari 4
dst
20
340
17
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
25/43
290
30
510
20
340
(Dikutip dari American Academy of Pediatrics. Subcommittee on Hyperbilirubinemia. Management of
hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics 2004 ; 114 : 294)
Terapi Sinar
Pengaruh sinar terhadap ikterus telah diperkenalkan oleh Cremer sejak 1958. Banyak teori
yang dikemukakan mengenai pengaruh sinar tersebut. Teori terbaru mengemukakan bahwa
terapi sinar menyebabkan terjadinya isomerisasi bilirubin. Energi sinar mengubah senyawa yang
berbentuk 4Z, 15Z-bilirubin menjadi senyawa berbentuk 4Z, 15E-bilirubin yang merupakan
bentuk isomernya. Bentuk isomer ini mudah larut dalam plasma dan lebih mudah diekskresi
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
26/43
oleh hepar ke dalam saluran empedu. Peningkatan bilirubin isomer dalam empedu menyebabkan
bertambahnya pengeluaran cairan empedu ke dalam usus, sehingga peristaltik usus meningkat
dan bilirubin akan lebih cepat meninggalkan usus halus. 9,12,13
Di RSU Dr. Soetomo Surabaya terapi sinar dilakukan pada semua penderita dengan kadar
bilirubin indirek >12 mg/dL dan pada bayi-bayi dengan proses hemolisis yang ditandai dengan
adanya ikterus pada hari pertama kelahiran. Pada penderita yang direncanakan transfusi tukar,
terapi sinar dilakukan pula sebelum dan sesudah transfusi dikerjakan. 9,12,13
Peralatan yang digunakan dalam terapi sinar terdiri dari beberapa buah lampu neon yang
diletakkan secara pararel dan dipasang dalam kotak yang berfentilasi. Agar bayi mendapatkan
energi cahaya yang optimal (380-470 nm) lampu diletakkan pada jarak tertentu dan bagian
bawah kotak lampu dipasang pleksiglass biru yang berfungsi untuk menahan sinar ultraviolet
yang tidak bermanfaat untuk penyinaran. Gantilah lampu setiap 2000 jam atau setelah
penggunaan 3 bulan walau lampu masih menyala. Gunakan kain pada boks bayi atau inkubator
dan pasang tirai mengelilingi area sekeliling alat tersebut berada untuk memantulkan kembali
sinar sebanyak mungkin ke arah bayi. 9,12,13
Pada saat penyinaran diusahakan agar bagian tubuh yang terpapar dapat seluas-luasnya,
yaitu dengan membuka pakaian bayi. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 6-8 jam agar
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
27/43
bagian tubuh yang terkena cahaya dapat menyeluruh. Kedua mata ditutup namun gonad tidak
perlu ditutup lagi, selama penyinaran kadar bilirubin dan hemoglobin bayi di pantau secara
berkala dan terapi dihentikan apabila kadar bilirubin
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
28/43
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
29/43
Tabel 4. Kriteria Transfusi Tukar Berdasarkan Berat Bayi dan Komplikasi
Berat Bayi
(gram)
Tidak Komplikasi
(mg/dL)
Rasio
Bili/Alb
Ada Komplikasi
(mg/dL)
Rasio
Bili/Alb
< 1250
13
5.2
10
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
30/43
4
12501499
15
6
13
5.2
15001999
17
6.8
15
6
20002499
18
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
31/43
7.2
17
6.8
= 2500
20
8
18
7.2
Konversi mg/dL menjadi mmol/L dengan mengalikan 17.1
(Dikutip dari American Academy of Pediatrics. Subcommittee on Hyperbilirubinemia. Management of
hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics 2004 ; 114 : 294)
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
32/43
Yang dimaksud ada komplikasi apabila :
1. Nilai APGAR < 3 pada menit ke 5
2. PaO2 < 40 torr selama 1 jam
3. pH < 7,15 selama 1 jam
4. Suhu rektal = 35 O C
5. Serum Albumin < 2,5 g/dL
6. Gejala neurologis yang memburuk terbukti
7. Terbukti sepsis atau terbukti meningitis
8. Anemia hemolitik
9. Berat bayi =1000 g 12,15
Dalam melakukan transfusi tukar perlu pula diperhatikan macam darah yang akan diberikan
dan teknik serta penatalaksanaan pemberian. Apabila hiperbilirubinemia yang terjadi
disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO, darah yang dipakai adalah darah
golongan O rhesus positip. Pada keadaan lain yang tidak berkaitan dengan proses aloimunisasi,
sebaiknya digunakan darah yang bergolongan sama dengan bayi. Bila keadaan ini tidak
memungkinkan, dapat dipakai darah golongan O yang kompatibel dengan serum ibu. Apabila
hal inipun tidak ada, maka dapat dimintakan darah O dengan titer anti A atau anti B yang
rendah. Jumlah darah yang dipakai untuk transfusi tukar berkisar antara 140-180 cc/kgBB.12,13,14
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
33/43
Macam Transfusi Tukar:
1. Double Volume artinya dibutuhkan dua kali volume darah, diharapkan dapat mengganti
kurang lebih 90 % dari sirkulasi darah bayi dan 88 % mengganti Hb bayi.
2. Iso Volume artinya hanya dibutuhkan sebanyak volume darah bayi, dapat mengganti 65
% Hb bayi.
3. Partial Exchange artinya memberikan cairan koloid atau kristaloid pada kasus polisitemia
atau darah pada anemia. 10,15
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
34/43
Tabel 5. Volume Darah pada Transfusi Tukar
Kebutuhan
Rumus*
Double Volume
BB x volume darah x 2
Single Volume
BB x volume darah
Polisitemia
BB x volume darah x (Hct sekarangHct yang diinginkan)
Hct sekarang
Anemia
BB x volume darah x (Hb yang diinginkanHb sekarang)
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
35/43
(Hb donorHb sekarang)
BB x volume darah x (PCV yang diinginkanPCV sekarang)
(PCV donor)
* Volume darah bayi cukup bulan 85 cc / kg BB
* Volume darah bayi kurang bulan 100 cc /kg BB
(Dikutip dari American Academy of Pediatrics. Subcommittee on Hyperbilirubinemia. Management of
hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics 2004; 114 : 294)
Dalam melaksanakan transfusi tukar tempat dan peralatan yang diperlukan harus
dipersiapkan dengan teliti. Sebaiknya transfusi dilakukan di ruangan yang aseptik yang
dilengkapi peralatan yang dapat memantau tanda vital bayi disertai dengan alat yang dapat
mengatur suhu lingkungan. Perlu diperhatikan pula kemungkinan terjadinya komplikasi
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
36/43
transfusi tukar seperti asidosis, bradikardia, aritmia, ataupun henti jantung. 12,13,14
Untuk penatalaksanaan hiperbilirubinemia berat dimana fasilitas sarana dan tenaga tidak
memungkinkan dilakukan terapi sinar atau transfusi tukar, penderita dapat dirujuk ke pusat
rujukan neonatal setelah kondisi bayi stabil (transportable) dengan memperhatikan syarat-
syarat rujukan bayi baru lahir risiko tinggi. 15
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Dr. Lusyati Setyadewi, SpA. Staf Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta (Sedang studi di
Beatrix Hospital-Academische Ziekenhuis Groningen).
2. Prof. W. Fetter, PhD. Neonatologie Unit-Vrije Universitiet Medisch Centrum Amsterdam.
3. Dr. Ferdy P. Harahap, SpA. Staf Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta.
Untuk konstribusinya dalam penyusunan makalah ini. .
KEPUSTAKAAN
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
37/43
1. Jayashree Ramasethu (Division of Neonatology Georgetown University MC. Washington DC). Neonatal
Hyperbilirubinemia. Dalam: Neonatal Intensive Care Workshop, RSAB Harapan Kita Jakarta, 2002.
2. Camilia R.M, Cloherty J.P. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty J.P et al Manual of Neonatal
Care 5th
Ed., Lippincott Williams & Wilkins, 2004 : 185-221.
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
38/43
3. Gomella T.L. Hyperbilirubinemia Direct (Conjugated) & Indirect (Unconjugated). Dalam: Neonatology,
Management, Procedures, On call Problems, Diseases & Drugs 4th Ed, A Lange clinical manual/Mc Graw-
Hill,
1999 : 230-6.
4. Maisels MJ. Neonatal Hyperbilirubinemia. Dalam: Klaus MH and Fanaroff AA. Care of the High-Risk
Neonate
5th Ed, WB Saunders Co. 2001 : 324-62.
5. Madam A., Wong R.J and Stevenson D.K. Clinical features and management of unconjugated
hyperbilirubinemia in term and near term infants. https://store.utdol.com/app/index.asp.uptodate,
Sept 7, 2004.
6. Rennie J.M, Roberton NRC. Neonatal Jaundice Dalam: A Manual of Neonatal Intensive Care 4th Ed,Arnold,
2002 : 414-32.
7. Nelson textbook of Pediatric. Hyperbilirubinemia Dalam: Nelson textbook of Pediatric , 17th Ed,
Philadelphia
WB Saunders, Co, 2004.
8. Sylviati MD, Fatimah I, Agus H, Risa E. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF. Ilmu Kes. Anak FK
UNAIR-RSU Dr. Soetomo Surabaya, 2004 (Sedang dicetak)
9. Peter Cooper, A.Suryono, Indarso F, et al. Jaundice. In : Managing Newborn Problems : a guide for
doctor,
nurses and midwives, WHO, 2003 : F-77-F-89.
10. Depkes RI. Klasifikasi Ikterus Fisiologis dan Ikterus Patologis. Dalam : Buku Bagan MTBM (Manajemen
Terpadu Bayi Muda Sakit). Metode Tepat Guna untuk Paramedis, Bidan dan Dokter. Depkes RI, 2001.
11. Maisels M.J, Ostrea E.W, Touch S., et al. Evaluation of a new transcutaneous bilirubinometer.Pediatrics 2004 ;
113 : 1628.
12. American Academy of Pediatrics. Subcommittee on Hyperbilirubinemia. Management of
hyperbilirubinemia in
the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics 2004 ; 114 : 294.
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
39/43
13. Ebbesen F, Agati G and Pratesi R. Phototherapy with turquoise vs blue light. Arch Dis Child Fetal-
Neonatal
2003; 88 : 430-1.
14. Jayashree Ramasethu. Exchange Transfusions. In : Mac Donald MG, et. al. Atlas of Procedures in
Neonatology
3th Ed, Lippincott Williams & Wilkins, 2002 : 348-56.
15. Sylviati MD, Fatimah I, Agus H, Risa E. Manajemen Rujukan Bayi Baru Lahir Risiko Tinggi, Pertemuan
Koordinasi RS dan Depkes Kab. Dalam Rangka Pemantapan Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal
Tahun
2003, Surabaya, November 2003 : 1-6.
ANJURAN
1. A list of frequently asked questions and answers for parents is available in English & Spanish through
the AAP.
www.aap.org/familiy/jaundice fag.htm.
2. Sendut H and Zulkifli I. Jaundice In: A New Handbook for Parents. Asian Ed. 1999 : 12-17.
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
40/43
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
41/43
Text Box: Lampiran
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
42/43
14
-
5/26/2018 Hiperbilirubin Pada Neonatus
43/43