lp asfiksia neonatus

Upload: alif-hastriananda

Post on 04-Apr-2018

261 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    1/22

    LAPORAN PENDAHULUAN

    ASFIKSIA NEONATUS

    OLEH

    SULISTIANI

    NIA207003

    DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    2007

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    2/22

    ASFIKSIA NEONATUS

    I. PENDAHULUAN

    A. PENGERTIAN

    Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal

    bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai

    dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis (Rusepno dkk,

    1985).

    Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat

    bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer,

    2000).

    Asfiksia neonatus merupakan salah satu penyebab kematian pada bayi

    baru lahir. Penilaian statistic dan pengalaman klinis atau patologi anatomis

    menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan

    morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Barendes (1966)

    yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi

    hipoksia berat pada bayi baru lahir akan memperlihatkan angka kematian yang

    tinggi (Rusepno, 1985).

    B. ETIOLOGI

    Penyebab asfiksia neonatus biasanya terjadi pada bayi yang dilahirkan dari

    ibu dengan komplikasi, misalnya diabetes militus, preeklampsia berat atau

    eklampsia, eritroblastosis fetalis, kelahiran kurang bulan (< 34 minggu),

    kelahiran lewat waktu, plasenta previa, solusio plasentae, korioamniotik,

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    3/22

    hidramnion dan oligohidramnion, gawat janin serta pemberian obat anestesi

    atau narkotik sebelum kelahiran.

    Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1989) adalah :

    1. Asfiksia dalam kehamilan

    a. Penyakit infeksi akut

    b. Penyakit infeksi kronik

    c. Keracunan oleh obat-obat bius

    d. Uraemia dan toksemia gravidarum

    e. Anemia berat

    f. Cacat bawaan

    g. Trauma

    2. Asfiksia dalam persalinan

    o Kekurangan O2.

    Partus lama (CPD, rigid serviks dan atonia/ insersi uteri)

    Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus

    mengganggu sirkulasi darah ke uri.

    Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.

    Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepaladan panggul.

    Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.

    Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.

    Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.

    o

    Paralisis pusat pernafasan

    Trauma dari luar seperti oleh tindakan forseps

    Trauma dari dalam : akibat obet bius.

    Penyebab asfiksia Stright (2004)

    1. Faktor ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hioertensi ynag diinduksi

    oleh kehamilan, obat-obatan iinfeksi.

    2. Faktor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    4/22

    3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta, insufisiensi

    plasenta.

    4. Faktor umbilikal, meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.

    Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan kongenital,

    kesulitan kelahiran.

    C. TANDA DAN GEJALA

    1. Distres pernafasan (apnu atau megap-megap)

    2. Detak jantung < 100 x/menit

    3. Refleks/respons bayi lemah

    4. Tonus otot menurun

    5. Warna kulit biru atau pucat

    Berdasarkan skor Apgar menit pertama, asfiksia neonatus dibagi menjadi :

    1. Asfiksia ringan : skor Apgar 4-6

    2. Asfiksia berat : skor Apgar 1-3

    D. ANATOMI FISIOLOGI

    Pernafasan (respirasi) merupakan pristiwa menghirup udara dari luar

    yang mengandung O2 (oksigen ) kedalam tubuh serta menghembuskan

    CO2(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Adapun

    guna pernafasan banyak sekali diantaranya : Mengambil O2 yang kemudian

    dibawa keseluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan

    CO2 sebagai sisa dari pembakaran karena tidak digunakan lagi oleh tubuh dan

    menghangatkan dan melembabkan udara. ( Syaifuddin. 2006 )

    Sistem respirasi terdiri dari :

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    5/22

    Saluran nafas bagian atas

    Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung

    dan dilembabkan

    Saluran nafas bagian bawah

    Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas

    kealveoli

    Saluran Nafas Bagian Atas

    Rongga hidung

    Hidung terdiri dari hidung luar dan cavum nasi di belakang

    hidung luar. Hidung luar terdiri dari tulang rawan dan os nasal di

    bagian atas, tertutup pada bagian luar dengan kulit dan bagian dalam

    dengan membran mukosa. Merupakan saluran udara yang pertama,

    yang terdiri dari 2 kavum nasi, dipisahkan oleh septum

    nasi.Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring

    udara, debu dan kotoran. Bagian luar terdiri dari kulit, lapisan tegah

    terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. Dasar dari rongga hidung

    dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung berhubungan

    dengan sinus para nasalis. Adapun fungsi dari nasal ini sebagai

    saluran udara pernafasan, penyaring udara pernafasan yang

    dilakukan bulu-bulu hidung, dapat menghangatkan udara oleh

    mukosa serta membunuh kuman yang masuk bersamaan dengan

    udara pernafasan oleh leucosit yang terdapat dalam selaput lendir

    ( mukosa) atau hidung.

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    6/22

    Faring

    Merupakan tempat persimpangan antara jalan nafas dan pencernaan.

    Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan

    mulut sebelah depan vertebra cervicalis. Keatas berhubungan dengan

    rongga hidung dengan perantaraan lubang (Koana) kedepan

    berhubungan dengan rongga mulut. Rongga faring terdiri atas 3

    bagian, yaitu :

    Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)

    Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan

    faring, terdapat pangkal lidah)

    Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran

    makanan)

    Bagian anterior menuju laring,

    Bagian posterior menuju esophagus

    Saluran Nafas Bagian Bawah

    Laring

    Laring merupakan lanjutan dari pharing yang terletak

    didepan esophagus. Bentuknya seperti kotak segi tiga dengan sebelah

    samping mendatar dan didepan menonjol. Laring ini dibentuk oleh

    tulang rawan yang dihubungkan oleh jaringan ikat, pada laring

    terdapat selaput pita suara.

    Trakhea

    Trachea merupakan lanjutan dari laring, dibentuk oleh cincin

    tulang rawan yang berbentuk huruf C. Diantara tulang rawan

    dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot polos yang panjangnya 11,2

    cm, lebarnya 2cm. Mulai dari bawah laring segitiga vetebra

    tirakalis lima dan akan bercabang menjadi bronchus kiri dan kanan.

    Trachea juga dilapisi oleh selaput lendir (mukosa) yang mempunyai

    epitel torak yang berbulu getar. Permukaan mukosa ini selalu basa

    oleh karena adanya kelenjar mukosa. Trachea berfungsi untuk

    menyaring debu-debu yang halus dari udara pernafasan.

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    7/22

    Bronchus

    Bronchus merupakan cabang trachea sehingga vetebra

    thorakalis lima yaitu terdiri dari bronchus kiri dan brochus kanan.

    Bronchus ini dibentuk oleh cincin tulang rawan yang ukurannya lebih

    kecil dari trachea yang dilapisi oleh selaput lendir. Perbedaan

    bronchus kiri dan bronchus kanan adalah : bronchus kiri lebih kecil,

    horizontal dan lebih panjang sedangkan brochus kanan lebih besar,

    vertikal dan lebih pendek.

    Bronchiolus

    Bronchiolus merupakan cabang dari bronchus yang mana

    struktur sama dengan brochus hanya saja ukuran dan letaknya

    berbeda. Bronchiolus suda memasuki lobus paru-paru sedangkan

    bronchus masih diluar paru-paru. Bronchiolus akan bercabang lagi

    menjadi Bronchiolus terminalis yang struktunya sama dengan

    Bronchiolus dan letaknya lebih dalam di jaringan paru-paru.

    Diujungnya baru terdapat rongga udara yaitu alveolus dan dinding

    dari alveolus merupakan jaringan paru-paru.

    Paru paru ( pulmo )

    Paru-paru ( pulmo ) terletak dalam rongga dada yang terdiri

    dari paru kiri dan kanan, diantara paru kiri dan kanan terdapat

    jantung, Pembuluh darah besar trachea bronchus dan esophagus.

    Disebelah depan, dibelakang dan lateral Paru-paru berkontak dengan

    dinding dada, sebelah bawah berkontak dengan diafragma dan

    sebelah medial adalah tempat masuk bronchus kiri, kanan dan

    tempat masuk pembuluh darah arteri dan vena pulmonalis. Bentuk

    dari paru ini seperti kubah ( segitiga ) yang puncaknya disebut apek

    pulmonum dan alasnya disebut basis pulmonal.

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    8/22

    Jaringan paru-paru ini bersifat elastis sehingga dapat

    mengembang dan mengempis pada waktu bernafas. Didalam paru-

    paru terdapat kantong-kantong udara ( alviolus ), alviolus ini

    mempunyai dinding yang tipis sekali dan pada dindingnya terdapat

    kapiler kapiler pembuluh darah yang halus sekali dimana terjadi

    difusi oksigen dan CO2. Jumlah alviolus ini 700 juta banyaknya

    dengan diameter 100 micron. Luasnya permukaan dari seluruh

    membran respirasi ini kalau direntang adalah 90 m2 atau 100 kali

    luas tubuh, akan tetapi hanya 70 m2 yang dipergunakan untuk

    pernafasan selebihnya tidak mengembang.( Sylvia A,1995 ).

    Setiap paru-paru dilapisi oleh membran serosa rangkap dua

    yaitu pleura. Selaput ini merupakan jaringan ikat yang terdiri dari

    dua lapisan yaitu pleura viseral yang langsung melengket pada

    dinding paru-paru, masuk kedalam fisura dan memisahkan lobus

    satu dengan yang lainnya, membran ini kemudian dilipat kembali

    sebelah tampuk paru-paru dan membentuk pleura parietalis dan

    melapisi bagian dalam diding dada. Pleura yang melapisi iga-iga

    adalah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragmatika dan

    bagian yang terletak di leher adalah peleura servicalis. Pleura ini

    diperkuat oleh membran oleh membran yang kuat yang disebut

    dengan membran supra renalis ( fasia gison ) dan diatas membran ini

    terletak arteri subklavia.

    Diantara kedua lapiasan pleura ini terdapat eksudat untuk

    melicinkan permukaannya dan menghindari gesekan antara paru-

    paru dan dan dinding dada sewaktu bernafas. Dalam keadaan normal

    kedua lapisan ini satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau

    rongga pleura itu itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam

    keadaan tidak normal udara atau cairan akan memisahkan kedua

    pleura dan ruangan diantaranya akan menjadi lebih jelas

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    9/22

    Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dengan

    karbon dioksida yang terjadi pada paru-paru. Adapu tujuan

    pernafasan adalah memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen

    dan mengelurkan sisa pembakaran berupa karbondioksida dari

    jaringan. Pernafasan menyangkut dua proses :

    Pernafasan luar ( eksternal ) adalah : Absorbsi O2 dari luar masuk

    kedalam paru-paru dan pembungan CO2 dari paru-paru keluar.

    Pernafasan dalam ( eksternal ) ialah : Proses transport O2 dari paru-

    paru ke jaringan dan transport CO2 dari jaringan ke paru-paru.

    Pernafasan melalui paru-paru ( ekternal ), oksigen diambil

    melalui mulut dan hidung pada saat pernafasan dimana oksingen

    masuk melalui trachea sampai ke alvioli berhubungan dengan darah

    dalam kapiler pulmonar. Alvioli memisahkan oksigen dari darah,

    Oksigen menembus membran diambil oleh sel darah merah dibawah

    ke jantung dan dari jantung dipompakan keseluruh tubuh.

    Sementara itu karbondioksida sebagai sisa metabolisme dalam tubuh

    akan dipisahkan dari pembuluh darah yang telah mengumpulkan

    karbondioksida itu dari seluruh tubuh kedalam saluran nafas.( Sylvia

    A,1995 ).

    E. PATOFISIOLOGI

    Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada

    masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan

    asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transient). Proses

    ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan

    agar terjadiprimary gaspingyang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan

    teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh buruk karena reaksi

    adaptasi bayi dapat mengatasinya.

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    10/22

    Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama

    kehamilan/persalinan, akan terjadi asfiksia yang berat. Keadaan ini akan

    mempengaruhi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.

    Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak bergantung

    pada berat dan lamanya asfiksia. Secara klinis asfiksia yang terjadi dimulai

    dengan suatu periode apnu (primary apnoea) disertai dengan penurunan

    frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas

    (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita

    asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada

    dalam periode apnu kedua (secondary apnoea). Pada tingkat ini di samping

    bradikardi ditemukan pula penurunan tekanan darah. Disamping terjadi

    perubahan klinis akan terjadi gangguan metabolisme dan perubahan

    keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama gangguan

    pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila

    gangguan berlanjut, dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme

    anaerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber glikogen

    tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Asam organik yang

    terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan timbulnya asidosis

    metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular

    yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :

    1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi

    fungsi jantung

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    11/22

    2. Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya

    sel jaringan

    3. Pengisian udara alveolus yang kurang adkuat akan menyebabkan

    tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah

    keparu dan system sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.

    Keadaan ini akan berakibat buruk terhadap sel otak dan otak akan

    mengalami kerusakan dan dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada

    kehidupan bayi.

    F. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL

    Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :

    1. Edema otak

    2. Perdarahan otak

    3. Anuria atau oliguria

    4. hiperbilirubinemia

    5. Enterokolitis nekrotikans

    6. Kejang

    7. Koma

    8. Pneumothorax oleh karena tindakan bag and mask

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    12/22

    G. PATHWAY KEPERAWATAN

    H. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG

    Pemeriksaan pada bayi dengan asfiksia adalah antara lain :

    Faktor ibu Faktor plasentaFaktor janin/

    neonatus

    ASFIKSIA NEONATUS

    Gangguan fungsi sel Gangguan metabolisme

    & perubahan asam basa

    Primary apnu

    Asidosis respiratorik

    Secondary apnu

    Kerusakan

    pertukaran gas

    Metabolisme

    anaerobik

    Glikogen tubuh

    pada jantung &

    hati berkurang

    Asidosis metabolic

    Bradikardi &

    penurunan

    tekanan darah

    Pola nafas tidak

    efektif

    Resiko cedera

    Gangguan

    kardiovaskular

    Kerusakan sel

    otak

    Ggn perfusiventilasi

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    13/22

    1. Pemeriksaan fisik

    2. Pemeriksaan Diagnostik

    a. Laboratorium darah

    b. Radiology

    c. Fungsi lumbal dll

    I. TERAPI DAN PENATALAKSANAAN

    1. Terapi

    a. Cairan infuse 10 ml/kgBB (NaCl 0,9%, Ringer laktat atau

    darah)

    b. Injeksi Adrenalin 1 : 10.000 dosis 0,1-0,3 ml/kgBB

    intravena/intratrakeal dan dapat diulang 3-5 menit.

    c. Jika hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan asidosis

    metabolic, berikan natrium bikarbonat 2 mEq/kgBB perlahan-lahan.

    Pemberian natrium bikarbonat setelah terjadi ventilasi yang efektif

    karena dapat meningkatkan CO2 darah dan akan menimbulkan

    asidosis respiratorik.

    d. Pada asfiksia berat akan terjadi syok kardiogenik. Pada

    keadaan ini diberikan dopamine atau debutamin per infuse 5-20

    ug/kgBB/menit yang sebelumnya telah diberikan volume ekspander.

    2. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan bayi asfiksia :

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    14/22

    a. Resusitasi diberikan secepat mungkin tanpa menunggu

    penghitunga Apgar skor.

    b. Langkah resusitasi mengikuti prinsip ABC :

    Pertahankan jalan nafas bebas

    Bangkitkan nafas spontan dengan stimulasi taktil

    atau tekanan positif menggunakan bag and maskatau melalui pipa

    endotrkeal

    Pertahankan sirkulasi jika perlu dengan kompresi

    dada dan obat-obatan.

    Pada asfiksia ringan berikan bantuan nafas dengan

    oksigen 100% melalui bag and mask selama 15-30 detik.

    Bila dalam 30 detik denyut nadi masih < 80x/menit,

    lakukan kompresi dada dengan dua jari pada 1/3 bawah sternum

    sebanyak 120 x/menit.

    Intubasi endotrakeal dilakukan oleh tenaga terlatih

    pada bayi yang tidak respons terhadap bantuan nafas dengan bag

    and maskatau pada bayi dengan asfiksia berat.

    Tindakan lain meliputi :

    a. Pengisapan cairan lambung untuk

    menghindari adanya regurgitasi dan aspirasi.

    b. Faktor aseptik dan antiseptik dilakukan

    untuk mencegah terjadinya infeksi.

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    15/22

    c. Oksigen Hiperbarik. Yaitu bayi diletakkan

    dalam ruangan tertutup yang berisi oksigen dengan tekanan oksigen

    yang tinggi. Cara ini dianggap memperlihatkan hasil yang sama

    dengan ventilasi tekanan positif.

    ASUHAN KEPERWATAN

    PADA BAYI DENGAN ASFIKSIA

    PENGKAJIAN

    1. Sirkulasi

    Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan

    darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).

    Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas

    maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.

    Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.

    Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.

    2. Eliminasi

    Dapat berkemih saat lahir.

    3. Makanan/ cairan

    Berat badan : 2500-4000 gram

    Panjang badan : 44-45 cm

    Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)

    4. Neurosensori

    Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.

    Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30

    menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).

    Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    16/22

    Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi

    menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotikyang memanjang)

    5. Pernafasan

    Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.

    Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.

    Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya

    silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.

    6. Keamanan Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan

    distribusi tergantung pada usia gestasi).

    Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat,

    warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang

    menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau

    perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat

    menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau

    tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata,

    antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama

    punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala

    mungkin ada (penempatan elektroda internal)

    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

    PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis,

    tingkat rendah menunjukkan asfiksia bermakna.

    Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.

    Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya

    kompleks antigen-antibodi pada membran sel darah merah, menunjukkan

    kondisi hemolitik.

    PRIORITAS KEPERAWATAN

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    17/22

    Meningkatkan upaya kardiovaskuler efektif.

    Memberikan lingkungan termonetral dan mempertahankan suhu tubuh.

    Mencegah cidera atau komplikasi.

    Meningkatkan kedekatan orang tua-bayi.

    MASALAH KEPERAWATAN (DIAGNOSA KEPERAWATAN) DAN

    MASALAH KOLABORASI

    1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

    ventilasi.

    2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi/hiperventilasi.

    3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi lender.

    PERENCANAAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA HASIL,

    INTERVENSI DAN RASIONALISASI)

    1. DP I

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan kerusakan pertukaran gas dapat

    teratasi

    NOC :

    a. Status Respiratorius : Pertukaran Gas

    b. Status Respiratorius : Ventilasi

    Kriteria hasil :

    a. Tidak sesak nafas

    b. Fungsi paru dalam batas normal

    c. PaO2, PaCO2, pH arteri dan saturasi O2 dalam batas normal

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    18/22

    NIC :

    a. Manajemen asam-basa :

    1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi

    sputum.

    R : Perubahan pola nafas menunjukkan status respiratorius yang tidak

    normal.

    2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri.

    R : Penurunan saturasi O2 menunjukkan adanya hipoksia.

    3) Pantau hasil analisa gas darah

    R : Untuk mengetahui adanya asidosis respiratorikm atau asidosis

    metabolik.

    4) Observasi terhadap sianosis.

    R : Cianosis menandakan pasien mengalami kekuranga oksigen yang

    akan dapat mengakibatkan terjadinya hipoksemia.

    b. Manajemen jalan nafas :

    1) Pertahankan kepatanan jalan nafas dengan melakukan

    pengisapan lendir

    R : Pengisapan lendir dilakukan untuk membebaskan jalan nafas

    (airway).

    2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan

    kebutuhan

    3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan

    ventilasi

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    19/22

    4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan

    pemakaian alat bantu nafas

    5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu

    6) Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan

    2. DP II

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas menjadi efektif.

    NOC :

    a. Status respirasi : Ventilasi

    b. Status tanda vital : suhu, nadi, respirasi dan tekanan darah.

    Kriteria hasil :

    a. Pasien menunjukkan pola nafas yang efektif

    b. Ekspansi dada simetris

    c. Tidak ada bunyi nafas tambahan

    d. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal

    NIC :

    a. Manajemen jalan nafas :

    1) Pertahankan kepatanan jalan nafas dengan melakukan

    pengisapan lendir

    R : Pengisapan lendir dilakukan untuk membebaskan jalan nafas

    (airway).

    2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan

    kebutuhan

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    20/22

    3) Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan

    ventilasi

    4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan

    pemakaian alat bantu nafas

    5) Siapkan pasien untuk ventilasi mekanik bila perlu

    6) Berikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan

    b. Pemantauan jalan nafas :

    1) Pantau tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, respirasi

    dan suhu tubuh.

    3. DP III

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam bersihan

    jalan nafas menjadi efektif.

    NOC :

    a. Status respirasi : Pasien tidak sesak nafas

    - Batuk berkurang

    - Pasien dapat melakukan batuk efektif

    - Produksi sputum berkurang

    Intervensi :

    1. Atur posisi tidur setengah duduk atau duduk dan lakukan perkusi dan

    vibrasi pada pagi hari dan malam hari sesuai instruksi

    R : Posisi duduk akan memindahkan organ-organ abdomen menjauh

    dari paru-paru sehingga memungkinkan ekspansi lebih luas.

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    21/22

    2. Motivasi pasien untuk menghindari iritan, seperti asap rokok, suhu yang

    ekstrim, dan asap.

    R : Merokok, suhu ekstrim, dan asap menyebabkan vasokonstriksi

    yang meningkatkan beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen.

    3. Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernafasan

    diafragmatik dan batuk efektif.

    R : Pernafasan diafragma menurunkan frekuensi pernafsan dan

    meningkatkan ventilasi alveolar.

    4. Auskultasi paru sebelum dan sesudah pasien batuk.

    R : Tindakan ini untuk membantu mengevaluasi keefektifan upaya

    batuk pasien

  • 7/29/2019 LP Asfiksia Neonatus

    22/22

    DAFTAR PUSTAKA

    Carpenito (2001). Buku saku diagnosa keperwatan. Edisi 8. Jakarta : EGC

    Hassan. R dkk (1985). Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Bagian Ilmu Kesehatan

    Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta :

    Infomedika.

    Mansjoer, A. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi ketiga. Jilid II. Jakarta :

    Media Aesculapius

    Santosa, B. (2005). Panduan diagnosa keperawatan nanda, definisi & klasifikasi.

    Jakarta: Prima Medika

    Wilkinson (2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan

    criteria hasil NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC