cbd neonatus gemeli kelompok
DESCRIPTION
neonatus preterm, gemeli, twin ti twin transfusion syndrome, hiperbilirubinemiaTRANSCRIPT
CBD
NEONATUS PRETERM, GEMELLI, BERAT BADAN LAHIR
SANGAT RENDAH DENGAN DISTRESS PERNAFASAN
SEDANG, NEONATUS INFEKSI, DAN
HIPERBILIRUBINEMIA
Pembimbing :
dr. Slamet Widi Saptadi, Sp. A
dr. Hartono, Sp. A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A, M.Si, Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, M.Si, Med
Disusun oleh :
Nitto Agustino (01.209.5963)
Noviana Puspitasari (01.209.5968)
Uyunun Masitoh Sari (01.210.6291)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : By. Ny. S (I)
Umur : 0 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bangsal : Perinatologi
No. RM : 301618
Lahir : 13 Maret 2015 Jam 23.00
Nama pasien : By. Ny. S (II)
Umur : 0 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Bangsal : Perinatologi
No. RM : 301619
Lahir : 13 Maret 2015 Jam 23.00
Nama ayah : Tn. M
Umur : 33 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SLTA
Nama ibu : Ny. S
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SLTA
1
II. DATA DASAR
Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang Perinatologi
dilakukan pada tanggal 15 Maret 2015 di ruang Perinatologi dan didukung
catatan medis.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk RS
- Ibu G2P1A0, usia 32 tahun, hamil 33 minggu, riwayat haid teratur, siklus 28
hari, lama haid ± 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya
dan sudah mendapat suntikan TT 2x. Selama hamil, ibu mengaku hanya
merasa mual namun tidak disertai muntah.Riwayat trauma sebelum
kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat penyakit darah
tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat minum jamu-jamuan
disangkal, riwayat perdarahan disangkal oleh ibu. Pola makan sebelum
dan selama hamil tidak terlalu banyak mengalami perubahan (sehari 3x
dan habis).
- Pada tanggal 13 Maret 2015 sekitar jam 15.00 WIB, pasien mulai
mengalami kencang kencang pada perutnya, pasien tidak pergi ke bidan
atau rumah sakit karena merasa bahwa usia kehamilannya belum cukup.
- Pukul 17.00 WIB pasien merasa perut nya semakin terasa kencang dan
disertai lendir darah pada jalan lahirnya.
- Pukul 21.00 WIB pasien merasa bahwa ada cairan jernih yang keluar dari
jalan lahirnya tanpa dirasakan adanya keinginan untuk pipis. Pasien
merasakan ingin mengejan. Tidak lama kemudian bayi pertama yang di
dalam kandungannya lahir secara spontan. Lahir bayi pertama dengan
jenis kelamin perempuan, berat badan 1380 gram, panjang badan 38 cm,
lingkar kepala 28 cm, lingkar dada 25 cm, caput suksaedenum (-), cephal
hematom (-). Keluarga pasien segera memanggil bidan di dekat rumahnya.
- Pukul 21.30 WIB bayi kedua lahir dengan dibantu oleh bidan. Bayi kedua
lahir dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 1200 gram, panjang
2
badan 38 cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar dada 24 cm, caput
suksaedenum (-), cephal hematom (-).
- Menurut keluarga pasien dan bidan yang menolong, bayi (I) lahir tidak
langsung menangis. Kira sekitar lima menit baru bayi menangis, bayi (II)
lahir dengan merintih lalu lima menit kemudian menangis.
Setelah masuk RS
- Ibu datang ke IGD RSUD Kota Semarang pada tanggal 13 Maret 2014
pukul 23.00 WIB dikarenakan plasenta belum dapat dilahirkan selama 30
menit. Kedua bayi dibawa ke rumah sakit bersama dengan ibunya.
- Apgar score tidak dapat dinilai pada kedua bayi tersebut
- Plasenta lahir secara manual, kotiledon tidak lengkap sehingga
dijadwalkan untuk dilakukan kuret, tidak ada infark dan hematoma.
- Saat masuk rumah sakit, bayi (I) kurang peka terhadap rangsang, warna
kemerahan, tonus otot agak lemah, nch +/+, HR : 160x/m, bayi (II) kurang
peka terhadap rangsang, warna kulit pucat, tonus otot agak lemah, nch +/+,
HR : 152x/m.
- Bayi (I) dan bayi (II) diberikan injeksi Vitamin K 1 x 1 mg serta diolesi
salep mata Chloramphenicol, kemudian dirawat dan diobservasi di ruang
Perinatologi.
Setelah (Bayi I) masuk perinatologi:
- Rawat Hari 0 (13/03/15) Bayi (I)
- Dilakukan pengecekan Darah Rutin dengan hasil Hb 24,5, Ht 68.6,
Trombosit 126.000 , Leukosit 14.6
- Dilakukan pengecekan GDS (pukul 04.00 = 85 mg/dL)
- Pasang CPAP (Flow 6, FiO2 60%, PEEP 6)
- Pasang OGT
- Inf. D10% 4.3 ml/jam
- Inj. Dopamin 3 meq : 0.23 cc/jam
3
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.65mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (-), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 93%
- Rawat Hari 1 (14/03/15) Bayi (I)
- CPAP (Flow 6, FiO2 50%, PEEP 6)
- Inf. D10% 4.3 ml/jam
- Inj Dopamin 3 meq : 0.23 cc/jam
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.65mg
- Inj. ampicillin + sulbaktam 2x100mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (-), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 93%
- Rawat Hari 2 (15/10/14) Bayi (I)
- CPAP (Flow 6, FiO2 40%, PEEP 6)
- Inf. D10% 4.3 ml/jam
- Inj Dopamin 3 meq : 0.23 cc/jam
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.6mg
- Inj. ampicillin + sulbaktam 2x100mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 93%
- Rawat Hari 3 (16/10/14) Bayi (I)
- CPAP (Flow 6, FiO2 40%, PEEP 6)
- Inf. D10% 4.3 ml/jam
- Inj Dopamin 3 meq : 0.23 cc/jam
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.65mg
- Inj. ampicillin + sulbaktam 2x100mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
4
- Saturasi Oksigen: 93%
- Rawat Hari 4 (17/10/14) Bayi (I)
- CPAP (Flow 6, FiO2 40%, PEEP 6)
- Bayi terlihat ikterik krammer 4
- Fototerapi 2x24 jam
- Inf. D10% 4.3 ml/jam
- Inj Dopamin 3 meq : 0.23 cc/jam
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.65mg
- Inj. ampicillin + sulbaktam 2x100mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 93%
- Rawat Hari 5 (18/10/14) Bayi (I)
- Aff CPAP
- Masih difototerapi (hari terakhir)
- Nasal Kanul 1 lpm
- Diet 3 cc/x
- Inf. D10% 4.3 ml/jam
- Inj Dopamin 3 meq : 0.23 cc/jam
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.65mg
- Inj. ampicillin + sulbaktam 2x100mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 93%
Bagan Tanda-Tanda Vital Bayi (I)
13/3/15 14/3/15 15/3/15 16/3/15 17/10/15
HR x/m 144 120 125 136 136
RR x/m 40 34 40 44 40
5
T ˚C 36.3 36.2 37.1 36.4 36.3
N (i/t) ckp ckp ckp ckp ckp
Setelah (Bayi II) masuk perinatologi:
- Rawat Hari 0 (13/03/15) Bayi (II)
- Dilakukan pengecekan Darah Rutin dengan hasil Hb 9.2, Ht 26.8,
Trombosit 97000, Leukosit 13.5
- Dilakukan pengecekan GDS (pukul 04.00 = 83 mg/dL)
- Pasang CPAP (Flow 6, FiO2 60%, PEEP 6)
- Pasang OGT
- Inf. D10% 4 ml/jam
- Inj. Dopamin 3 meq : 0.22 cc/jam
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.6mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (-), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 95%
- Rawat Hari 1 (14/03/15) Bayi (II)
- CPAP (Flow 6, FiO2 40%, PEEP 6)
- Program transfusi PRC 15cc/jam premedikasi dexamethason 1/3 amp
- Inf. NaCl 4 ml/jam
- Inj Dopamin 3 meq : 0.22 cc/jam
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.6mg
- Inj. ampicillin + sulbaktam 2x100mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 93%
- Rawat Hari 2 (15/10/14) Bayi (II)
6
- Dilakukan pengecekan Darah Rutin dengan hasil Hb 12.6, Ht 37.7,
Trombosit 299000 , Leukosit 14.7
- CPAP (Flow 6, FiO2 30%, PEEP 6)
- Inf. D10 4 ml/jam
- Inj Dopamin 3 meq : 0.22 cc/jam
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.6mg
- Inj. ampicillin + sulbaktam 2x90mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 93%
- Rawat Hari 3 (16/10/14) Bayi (II)
- Aff CPAP
- Inf. D10% 4.3 ml/jam
- Inj Dopamin 3 meq : 0.23 cc/jam
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.6mg
- Inj. ampicillin + sulbaktam 2x90mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 94%
- Rawat Hari 4 (17/10/14) Bayi (II)
- Inf. D10% 4 ml/jam
- Inj Dopamin 3 meq : 0.23 cc/jam
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.6mg
- Inj. ampicillin + sulbaktam 2x100mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 92%
- Rawat Hari 5 (18/10/14) Bayi (II)
- Inf. D10% 4 ml/jam
7
- Inj. Ca Glukonas 2x 0.6mg
- Inj. ampicillin + sulbaktam 2x100mg
- Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
- Saturasi Oksigen: 93%
Bagan Tanda-Tanda Vital Bayi (II)
13/10/15 14/10/15 15/10/15 16/3/15 17/3/15 18/3/15
HR
x/m
144 115 130 136 132 136
RR
x/m
40 38 38 36 38 36
T ˚C 36.3 36.8 36.8 36.5 36.4 36.4
N (i/t) ckp ckp ckp ckp ckp ckp
Riwayat Penyakit Ibu dan Ayah
Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipertensi, asma, penyakit
jantung, penyakit ginjal, alergi, anemia, penyakit kelainan darah sebelum
hamil disangkal.
Riwayat ibu keputihan berbau busuk atau menderita penyakit menular
seksual selama kehamilan atau pada saat proses persalinan seperti
misalnya gonorea, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis, vaginalis
disangkal.
Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama
istrinya hamil disangkal.
Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat
pengobatan paru selama 6 bulan serta kencing bewarna merah selama
kehamilan disangkal.
Riwayat ibu menderita demam tinggi selama proses kehamilan disangkal
Riwayat ayah atau ibu merokok disangkal
Riwayat Pemeriksaan prenatal
8
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x.
Riwayat trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal,
riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat minum
jamu – jamuan disangkal oleh ibu.
Kesan : pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Dua Bayi jenis kelamin perempuan dari ibu G2P1A0 hamil 33 minggu, usia 39
tahun, lahir secara spontan ditolong oleh bidan di dekat rumah.
Saat lahir bayi (I) tidak langsung menangis,peka terhadap rangsang,
warna kemerahan, tonus otot sedang, pernapasan baik, HR > 100
x/menit. Berat badan lahir 1300 gram panjang badan 38 cm, lingkar
kepala 28 cm, lingkar dada 25 cm. APGAR tidak dapat dinilai.
Kesan Bayi (I): Neonatus Preterm, Gemelli I, BBLSR
Saat lahir bayi (II) merintih,peka terhadap rangsang, warna keputihan,
tonus otot sedang, pernapasan baik, HR > 100 x/menit. Berat badan
lahir 1200 gram panjang badan 46 cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar
dada 24 cm. APGAR tidak dapat dinilai.
Kesan Bayi (II): Neonatus preterm, Gemelli II, BBLSR
Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan (By. I)
- Berat badan lahir : 1300 gram
- Panjang badan : 38 cm
- Lingkar kepala : 28 cm
- Lingkar dada : 25 cm
Pertumbuhan (By. II)
- Berat badan lahir : 1200 gram
- Panjang badan : 38 cm
9
- Lingkar kepala : 26 cm
- Lingkar dada : 24 cm
Perkembangan
- Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : -
BCG : -
Polio : -
Kesan :Bayi I dan II belum mendapat imunisasi hepatitis B, BCG dan polio.
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu tidak menggunakan KB sebelum hamil.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah dan Ibu pasien baru menikah 8 tahun yang lalu. Keduanya bekerja
sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta. Biaya pengobatan ditanggung
Jamkesmas.
Kesan : sosial ekonomi kurang
Data Obsetri
Anak ke Tahun
Jenis, pembantu, tempat,
penyulit persalinan, usia
kehamilan
Jenis
kelamin,
BBL
Keadaan
anak
sekarang
1 2009
Partus spontan, hamil aterm, lahir di bidan, jenis kelamin
laki – laki, lahir dengan berat badan 3000 gram, keadaan
anak sekarang sehat
10
2 dan 3 2015 Hamil sekarang
Data Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan 1 1
Umur 23 tahun 24 tahun
Keadaan sehat Sehat Sehat
Data Perumahan
Kepemilikan rumah :Milik Orang Tua
Keadaan rumah :Dinding rumah terbuat dari tembok, 3 kamar tidur,
kamar mandi di dalam rumah.
Sumber air bersih :Sumber air minum PAM. Limbah buangan
dialirkan ke saluran atau selokan yang ada di
belakang rumah
Keadaan lingkungan :Jarak antar rumah berdekatan, cukup padat
Kesan : Jarak rumah berdekatan, cukup padat
Pemeriksaan Fisik (By. I)
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 15Maret 2015 di Perina Rumah Sakit
Umum Semarang. Bayi perempuan usia 0 hari, berat badan lahir 1300
gram, panjang badan 38 cm, lingkar kepala 28 cm, lingkar dada 25 cm.
Kesan umum :
Berat badan lahir sangat rendah, kurang aktif, tampak sesak, menangis
merintih, kejang (-)
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 160x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 52x/menit
11
Suhu : 36,2°C
Status Internus
Kepala
Mesocephale, ukuran lingkar kepala 28 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, tidak tegang dan tidak menonjol, caput succedaneum (-),
cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.
Mata
Pupil bulat, isokor, Ø 2mm/ 2mm, refleks cahaya (+/+) normal,
kornea jernih, sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), bentuk normal, sekret (-/-), septum
deviasi (-)
Telinga
Bentuk normal, discharge (-/-)
Mulut
Sianosis (-), stomatitis(-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Thorax
Paru
Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis, retraksi(+).
Palpasi : Stem fremitus tidak dilakukan, papilla mammae (+/+)
Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-),
hantaran (-/-), suara napas tambahan (-/-)
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung sulit dinilai
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-) gallop (-)
Abdomen
12
Inspeksi : Datar, tali pusat insersio di tengah, segar, tidak
tampak layu dan tidak kehijauan
Auskultasi : Bising usus (-)
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Tulang Belakang
Spina bifida (-), meningokel (-)
Genitalia
(+) Perempuan
Anorektal
Anus (+)
Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki belum sempurna
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- - /-
Akral sianosis - /- - /-
Ikterik - /- - /-
CRT < 2 detik < 2 detik
Kulit
sianotik (-), pucat (-), iketrik (-)
Refleks Primitif :
Refleks Hisap : ( - )
Refleks Rooting : ( - )
Refleks Moro : ( + )
Refleks Menggenggam : ( + )
Pemeriksaan Fisik (By. II)
13
Pemeriksaan fisik dilakukan 15Maret 2015 di Perina Rumah Sakit Umum
Semarang. Bayi perempuan usia 0 hari, berat badan lahir 1200 gram,
panjang badan 38 cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar dada 24 cm.
Kesan umum :
Berat badan lahir sangat rendah, kurang aktif, tampak sesak, menangis
merintih, kejang (-)
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 152x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 46x/menit
Suhu : 36,2°C
Status Internus
Kepala
Mesocephale, ukuran lingkar kepala 26 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, caput succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada
kelainan.
Mata
Pupil bulat, isokor, Ø 2mm/ 2mm, refleks cahaya (+/+) normal,
kornea jernih, sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), bentuk normal, sekret (-/-), septum
deviasi (-)
Telinga
Bentuk normal, membalik segera setelah dilipat, discharge (-/-)
Mulut
Sianosis (-), trismus (-), stomatitis(-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Thorax
Paru
14
Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra simetris dalam keadaan
statis maupun dinamis, retraksi(+)
Palpasi : Stem fremitus tidak dilakukan, aerola mammae teraba,
papilla mammae (+/+)
Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : suara napasvesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-),
hantaran (-/-), suara napas tambahan (-/-)
Jantung
Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung sulit dinilai
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-) gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tali pusat insersio di tengah, segar, tidak
tampak layu dan tidak kehijauan
Auskultasi : Bising usus (-)
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : Timpani
Tulang Belakang
Spina bifida (-), meningokel (-)
Genitalia
(+) perempuan
Anorektal
Anus (+)
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- - /-
15
Akral sianosis - /- - /-
Ikterik - /- - /-
CRT < 2 detik < 2 detik
Kulit
sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-)
Refleks Primitif :
Refleks Hisap : ( - )
Refleks Rooting : ( - )
Refleks Moro : ( + )
Refleks Menggenggam : ( + )
Pemeriksaan Penunjang (By. I)
Tgl Hb
(g/dl)
Ht (%) Leukosit
(mm3)
Trombosit
(mm3)
GDS Bil.
Total
Bi
l.Direk
14/03/15 24.5 68.8 14.6 166.000 85
15/03/15 25 67.9 11 214.000
16/03/15
17/03/15
18/03/15 8.86 0.27
Pemeriksaan Penunjang (By. II)
Tgl Hb
(g/dl)
Ht (%) Leukosit
(mm3)
Trombosit
(mm3)
GDS
14/03/15 9.2 26.8 14.0 219.000 120
15/03/15 12.6 37.7 14.7 299.000 31
16
Pemeriksaan Khusus :
BALLARD SCORE
17
Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik Poin
Sikap tubuh 3 Kulit 2
Jendela siku-siku 3 Lanugo 2
Rekoil lengan 2 Lipatan telapak kaki 1
Sudut popliteal 2 Payudara 2
Tanda Selempang 1 Bentuk telinga 2
Tumit ke kuping 1 Genitalia (perempuan) 2
Total 12 Total 11
(By. I)
New Ballard Score = maturitas neuromuskular + maturitas fisik
= 12 + 11
= 23
Kesan : kelahiran preterm 32-34 minggu
Maturitas neuromuskuler Poin Maturitas fisik Poin
Sikap tubuh 3 Kulit 2
Jendela siku-siku 3 Lanugo 2
Rekoil lengan 2 Lipatan telapak kaki 1
Sudut popliteal 1 Payudara 2
Tanda Selempang 2 Bentuk telinga 2
Tumit ke kuping 1 Genitalia (laki-laki) 2
Total 12 Total 11
(By. II)
New Ballard Score = maturitas neuromuskular + maturitas fisik
= 12 + 11
= 23
Kesan :kelahiran preterm 32-34 minggu
18
Downes Score
Pemeriksaan
Skor
0 1 2
Frekuensi napas <60 x/menit 60-80 x/menit >80 x/menit
Retraksi Tidak ada Ringan Berat
Sianosis Tidak ada Sianosis hilang
dengan oksigen
Sianosis menetap
walaupun diberi oksigen
Air entry Udara masuk Penurunan ringan
udara masuk
Tidak ada udara masuk
Merintih Tidak merintih Dapat didengar
dengan stetoskop
Dapat didengar tanpa
stetoskop
KURVA LUBCHENCO (By. I)
BBL : 2200 gr
19
z
U
BBL : 1300gram
Usia Kehamilan : 33 minggu
Hasil : Neonatus Kurang Bulan – Berat Badan Lahir Sangat Rendah –
Kecil Masa Kehamilan
KURVA LUBCHENCO (By. II)
BBL : 1200 gr
20
Usia Kehamilan : 33 minggu
Hasil : Neonatus Kurang Bulan –Berat Badan Lahir Sangat Rendah –
Kecil Masa Kehamilan
APGAR SCORE (By. I)
Klinis 1 mnt 5 mnt 10 mnt
Appearance
Pulse
Grimace
Activity
Respiratory Effort
Apgar tidak dapat dinilai
APGAR SCORE (By. II)
Klinis 1 mnt 5 mnt 10 mnt
Appearance
Pulse
Grimace
Activity
Respiratory Effort
Apgar tidak dapat dinilai
GUPTE SCORE (By. I)
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil : 3
21
GUPTE SCORE (By. II)
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil : 3
Bell’s Squash (By I)
1. Partus tindakan (SC, forceps, vacuum, sungsang)
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Kesan : observasi neonatal infeksi
Hasil : 3
Bell’s Squash (By II)
1. Partus tindakan (SC, forceps, vacuum, sungsang)
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
22
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Kesan : observasi neonatal infeksi
Hasil: 3
III. RESUME
Telah lahir dua bayi perempuankembar dari ibu G2P1A0 hamil 33 minggu usia
32 tahun, lahir secara spontan. Bayi pertama lahir sendiri dirumah dan yang
kedua ditolong oleh bidan di sekitar rumah pasien. Saat lahir bayi (I)
menangis setelah lima menit dan bayi (II) langsung merintih saat lahir,Saat
bayi (I) dan bayi (II) sudah tiba dirumah sakit didapatkan, bayi (I) dapat
menangis keras, kurang peka terhadap rangsang, warna kemerahan, tonus otot
sedang, nch +, retraksi +, HR :160 x/menit. Berat badan lahir 1300 gram
panjang badan 38 cm, lingkar kepala 28 cm, lingkar dada 25 cm. APGAR
score sulit untuk dinilai. Bayi (II) merintih, kurang peka terhadap rangsang,
warna kulit pucat, tonus otot sedang, pernapasan baik, HR : 152 x/menit. Berat
badan lahir 1200 gram panjang badan 38 cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar
dada 24 cm. APGAR score sulit untuk dinilai.
Kesan umum :
Bayi berat lahir sangat rendah, kurang masa kehamilan, ditemukan tanda-
tanda neonatus preterm pada kedua bayi, tampak kurang aktif, ikterik (-).
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 1 5 Maret 2015 didapatkan (By. I) :
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
23
Nadi : 160x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 40 x/menit
Suhu : 36,3 °C
Status Internus
Kepala : ubun-ubun besar datar dan tidak menonjol, caput
suksaidenum (-), cephal hematom (-)
Mata : pupil bulat, isokor, reflek cahaya (+/+)
Hidung : napas cuping hidung (+/+)
Telinga : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Thorax : pergerakan dada simetris, retraksi(+)
Paru : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : tali pusat insersio di tengah, tampak segar
Tulang belakang : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
Anorektal : dalam batas normal
Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki belum sempurna
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- - /-
Akral sianosis - /- - /-
Ikterik - /- - /-
Capillary refill < 2 detik < 2 detik
Kulit : Lanugo sedikit dan tidak rata, sianotik (-), pucat (-),
ikterik (+) kramer II, sklerema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin :
24
Hb : 24,5 (14/03/2015)
Ht : 68.6
Bilirubin Total : 8.86mg/dL (18/03/15)
Bilirubin Direk : 0.29mg/dL (18/03/15)
Pemeriksaan Khusus
Ballard score : kelahiran preterm 32 – 34 minggu
Kurva Lubchenco : Neonatus Kurang Bulan - Kecil Masa Kehamilan
APGAR score : Sulit untuk dinilai
Gupte score : 3
Bells’ Squash : 3
Kesan : Neonatus Preterm, Gemelli (I), lahirsecara partus spontan, Bayi
Berat Lahir Rendah, Kecil Masa Kehamilan, Hiperbilirubinemia.
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 1 5 Maret 2015 didapatkan (By. II) :
Tanda vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 152x/menit, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 40 x/menit
Suhu : 36,3 °C
Status Internus
Kepala : ubun-ubun besar datar dan tidak menonjol, caput
suksaidenum (-), cephal hematom (-)
Mata : pupil bulat, isokor, reflek cahaya (+/+)
Hidung : napas cuping hidung (+/+)
Telinga : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Thorax : pergerakan dada simetris, retraksi(+)
Paru : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Jantung : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
25
Abdomen : tali pusat insersio di tengah, tampak segar
Tulang belakang : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
Anorektal : dalam batas normal
Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki belum sempurna
Superior Inferior
Deformitas - /- - /-
Akral dingin - /- - /-
Akral sianosis - /- - /-
Ikterik - /- - /-
Capillary refill < 2 detik < 2 detik
Tonus normotonus normotonus
Kulit : Lanugo sedikit dan tidak rata, sianotik (-), pucat (-),
ikterik (-), sklerema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 9,2 mg/dL (14/3/2015)
Pemeriksaan Khusus
Ballard score : kelahiran Preterm 32-34 minggu
Kurva Lubchenco : Neonatus Kurang Bulan - Kecil Masa Kehamilan
APGAR score : Sulit untuk dinilai
Gupte score : 3
Bells’ Squash : 3
Kesan : Neonatus Preterm, Gemelli (II), lahirsecara partus spontan, Bayi
Berat Lahir Sangat Rendah, Kecil Masa Kehamilan
IV. DIAGNOSIS BANDING
26
Neonatus preterm
- KMK (Kecil Masa Kehamilan)
- SMK (Sesuai Masa Kehamilan)
Neonatus Gemeli
Berat lahir
- BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
- BBLSR (Bayi Berat Lahir Sangat Rendah)
- BBLSAR (Bayi Berat Lahir Sangat Amat Rendah)
Distress Pernapasan
- Ringan
- Sedang
- Berat
Neonatus Infeksi
Hiperbilirubinemia
V. DIAGNOSIS KERJA
By.I
1. Neonatus Preterm
2. Gemelli (I)
3. BBLSR
4. Kecil Masa Kehamilan
5. Hiperbilirubinemia
6. Distres pernafasan sedang
By.II
1. Neonatus Preterm
2. Gemelli (II)
3. BBLSR
4. Kecil Masa Kehamilan
5. Distress pernafasan sedang
27
VI. TERAPI
A. Terapi Awal (By. I & By. II)
- Injeksi Vit K 1 x 1 mg
- Salep mata chloramphenicol
- O2 Nasal kanul 2 liter/menit
B. Terapi di Perinatologi
Bayi I
Pasang CPAP PEEP 6 FiO2 60% Flow 6 ltr
Infus umbilical D10% 4.3 ml/jam(mikro)
Injeksi ampi - sulbaktam 2 x 255 mg iv
Injeksi Ca Glukonas 2 x 0.65 a.a aqua pelan
Drip dopamine: 0.23 cc/jam
Fototerapi 2x24 jam
Bayi II
Pasang CPAP PEEP 6 FiO2 60% Flow 6 ltr
Infus umbilical D10% 4 ml/jam (mikro)
Transfusi PRC 15cc/jam premedikasi dexamethason 1/3 amp lalu ganti
infus dengan NaCl 4ml/jam.
Injeksi ampi - sulbaktam 2 x 100 mg iv
Injeksi Ca Glukonas 2 x 0.6 a.a aqua pelan
Drip dopamine: 0.22 cc/jam
VII. PROGNOSIS
(By. I)
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
(By. II)
28
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
VIII. USUL
Diberikan Imunisasi Hepatitis B dan Polio sebelum kedua bayi pulang.
IX. NASEHAT DI RUMAH
Jaga kehangatan kedua bayi
Perawatan tali pusat
Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali
Memberi panduan posisi memberi ASI untuk bayi kembar
Ibu harus selalu membersihkan puting susu sebelum maupun sesudah
menyusui. Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dalam
keadaan bersih dan harus selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan.
Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke pusat pelayanan
kesehatan terdekat untuk memantau tumbuh kembang bayi serta
pemberian imunisasi dasar.
Ibu harus menemui dokter secepat mungkin jika bayinya :
Mempunyai masalah bernafas
Merintih
Tampak berwarna kebiruan (sianotik)
29
Suhu tubuh ≥38°C
Muntah atau buang air besar berlebihan (>3x/hari)
Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusui
Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun
beraknya
Kejang
Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat
rentan terhadap infeksi pernapasan.
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
USIA GESTASI DAN BERAT BADAN LAHIR
PENDAHULUAN
Hubungan berat badan lahir dengan usia gestasi merupakan salah satu
indikator kesehatan bayi baru lahir yang mencerminkan pertumbuhan intrauterin
yang dapat mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya.
Berawal dari fakta klinis bahwa bayi dengan masalah berat badan lahir dan atau
usia gestasi memiliki masalah klinis yang serupa,yaitu gangguan perkembangan
fisik , gangguan perkembangan mental dan kelainan kongenital maka American
Academy of Pediatrics, Comitee on Fetus and Newborn menyarankan agar semua
bayi baru lahir diklasifikasikan menurut berat badan lahir berdasarkan usia
gestasi.
Tidak semua bayi baru lahir yang memiliki berat badan lahir kurang dari
2500 gram lahir kurang bulan dan tidak semua bayi dengan berat badan lahir lebih
dari 2500 gram adalah aterm. Hal ini ddokumentasikan oleh penelitian Guenwald
(1960) yang menunjukan bahwa sepertiga bayi baru lahir dengan berat badan
rendah sebenarnya adalah aterm. Oleh sebab itu diperlukan tinjauan lebih lanjut
mengenai berat badan lahir dan usia gestasi.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Berat Badan Lahir
Berat bayi yang ditimbang dalam waktu 24 jam setelah lahir di fasilitas
kesehatan (Rumah Sakit , Puskesmas dan Polindes) yang dilakukan oleh petugas
kesehatan (Dokter , Bidan dan Perawat)
Klasifikasi :
1. Bayi Badan Lahir Rendah
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram
31
2. Bayi Badan Lahir Cukup / Normal
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2500 – 4000 gram
3. Bayi Badan Lahir Lebih
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram
Usia Gestasi
Masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung
dari hari pertama haid terakhir
Klasifikasi :
1. Bayi Kurang Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)
2. Bayi Cukup Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 – 42 minggu (259 – 293
hari)
3. Bayi Lebih Bulan
Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 293 hari)
Dari hubungan antara usia gestasi dengan berat badan lahir, bayi dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan
Bayi dilahirkan dengan berat lahir < 10 persentil menurut grafik
Lubchenco
2. Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan
Bayi dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut grafik
Lubchenco
Dengan perngertian seperti yang telah diterangkan diatas bayi BBLR dapat di bagi
menjadi 2 golongan yaitu:
1. Prematuritas murni
Masa Gestasinya < 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk masa gestasi itu atau biasanya disebut Bayi Kurang Bulang –
Sesuai Masa Kehamilan (BKB-SMS)
32
2. Dismaturitas
Bayi lahir pada masa gestasi itu, dan mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
PATOFISIOLOGI BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Terdapat banyak penyebab bayi berat lahir rendah tetapi yang paling
utama adalah gangguan pertubuhan intrauterine (Intrauterine Growth
Retardation). Gangguan pertumbuhan tiap bayi berbeda, ditentukan oleh onset
terjadinya. Pada IUGR di awal kehamilan disebut juga gangguan pertumbuhan
simetris sedangkan pada akhir kehamilan disebut juga gangguan pertumbuhan
asimetris, dimana organ-organ besar seperti otak , jantung dan tulang rangka
hanya sedikit terpengaruh secara klinis.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam IUGR :
1. Plasenta
Pada pertumbuhan intrauterine normal, pertambahan berat plasenta
sejalan dengan pertambahan berat janin, sehingga berat lahir memiliki
hubungan berarti dengan berat plasenta. Aliran darah ke uterus, juga
transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit
vascular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta dapat terjadi akibat
gangguan pertumbuhan janin.25 – 30% kasus gangguan pertumbuhan
janin dianggap sebagai hasil penurunan aliran darah uteroplasenta pada
kehamilan dengan komplikasi penyakit vascular ibu.
Keadaan klinis yang melibatkan aliran darah plasenta yang buruk
meliputi kehamilan ganda , penyalahgunaan obat , penyakit vaskular ,
penyakit ginjal , penyakit infeksi (TORCH) , insersi plasenta umbilicus
yang abnormal dan tumor vaskular.
2. Malnutrisi
Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi
pertumbuhan janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat
selama kehamilan. Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan
bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan dengan berat
33
normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki
efek terhadap pertumbuhan janin.
3. Infeksi
Infeksi tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin.
Bayi yang menderita infeksi rubella congenital dan sitomegalovirus
umumnya menimbulkan gangguan pertumbuhan janin.
4. Faktor Genetik
Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan
kontribusi genetic ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki
kecenderungan untuk berulangkali melahirkan memiliki kemungkinan
tinggi untuk melahirkan bayi berat lahir kurang.
MASALAH BAYI BERAT LAHIR RENDAH DAN BAYI KURANG
BULAN
1. Ketidakstabilan Suhu
- Peningkatan hilangnya panas
- Kurangnya lemak subkutan
- Rasio luas permukaan terhadap berat badan
- Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadahi
dan ketidakmampuan untuk menggigil
2. Kesulitan Pernafasan
- Defisiensi surfaktan yang mengarah ke PMH (Penyakit Membran
Hyalin)
- Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflex batuk ,
menghisap dan menelan
- Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi lemah
- Pernafasan yang periodic dan apnea
3. Kelainan Gastrointestinal dan Nutrisi
- Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu
- Motilitas usus yang menurun
34
- Pengosongan lambung tertunda
- Pencernaan dan absorbs vitamin yang larut dalam lemak berkurang
- Defisiensi enzim lactase
- Menurunnya cadangan kalsium , fosfor , protein dan zat besi dalam
tubuh
- Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis Nekrotikans)
4. Imaturitas Hati
- Konjugasi dan ekskresi billirubin yang terganggu
- Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
5. Imaturitas Ginjal
- Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar
- Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolic
- Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau
hipernatremia , hiperkalemia atau glikosuria ginjal
6. Imaturitas Imunologis
- Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester
ke tiga
- Fagositosis terganggu
- Penurunan faktor komplemen
7. Kelainan Neurologis
- Refleks isap dan telan imatur
- Penurunan motilitas usus
- Apnea dan bradikardia berulang
- Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
- Pengaturan perfusi serebral yang buruk
- Hypoxic Ischemic Enchepalopathy (HIE)
- Retinopati prematuritas
- Kejang
- Hipotonia
8. Kelainan Kardiovaskular
35
- Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui
pada bayi BKB
- Hipotensi atau hipertensi
9. Kelainan Hematologis
- Anemia
- Hiperbilirubinemia
- Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
- Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
10. Kelainan Metabolisme
- Hipokalsemia
- Hipoglikemia atau hiperglikemia.
PENILAIAN USIA GESTASI
1. Penilaian Usia Gestasi Antenatal
Cara yang paling sederhana adalah dengan menentukan Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan kejadian-kejadian penting misalnya
gerakan janin , munculnya denyut jantung janin dan tinggi fundus. Cara ini
biasanya tidak jelas dan kejadian-kejadian selama kehamilan biasanya
tidak spesifik atau tidak tercatat bila pasien tidak menjani perawatan
antenatal (ANC).
Selain itu pengukuran tinggi fundus uteri dan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) juga dapat memperikirakan umur kehamilan.
2. Penilaian Usia Gestasti Postnatal
Tiga teknik pasca persalinan yang paling sering digunakan adalah :
1. Penilaian ciri fisik luar
Farr et al dan Usher et al mengidentifikasi ciri-ciri fisik luar bayi
baru lahir yang progresif dengan pola teratur selama kehamilan.
Parameter ini berupa berbagai macam cirri fisik dan meliputi elemen-
elemen seperti perubahan lipa telapak kaki dan perubahan bentuk serta
kekakuan daun telinga.
36
Tanda
Luar
0 1 2 3 4
Edema
Edema
tangan dan
kaki ;
Pitting
edema
pada tibia
Pitting
edema pada
tibia
Tidak ada
edema
Tekstur
Kulit
Sangat
tipis
Tipis dan
halus
Halus ;
ketebalan
sedang ,
ruam dan
pengelupasan
superfisial
Sedikit
menebal ;
pecah-
pecah dan
ruam
superficial
Tebal dan
seperti
perkamen
; pecah –
pecah dan
ruam
dalam
Warna
Kulit
Merah tua
Merah
muda
menyeluruh
Merah muda
pucat pada
tubuh
bervariasi
Pucat ;
hanya
merah
muda pada
telinga ,
bibir ,
telapak
tangan atau
kaki
Sejumlah Beberapa
37
Opasitas
Kulit
besar vena
dan venula
terlihat
jelas,
terutama
abdomen
Vena-vena
dan
cabangnya
terlihat
Beberapa
vena besar
nampak jelas
pada
abdomen
vena besar
tampak
tidak jelas
pada
abdomen
Tidak
tampak
pembuluh
–
pembuluh
darah
Lanugo Tidak ada
lanugo
Banyak
sekali
panjang dan
tebal di
seluruh
punggung
Penipisan
rambut
terutama
bagian
bawah
punggung
Sedikit
lanugo dan
daerah
tanpa
rambut
Paling
tidak
separuh
punggung
tanpa
lanugo
Lipatan
Telapak
Kaki
Tidak ada
lipatan
kulit
Garis-garis
merah tipis
pada
setengah
bagian
anterior
kaki
Garis-garis
merah jelas
pada lebih
dari setengah
bagian
anterior
identasi pada
kurang dari
sepertiga
bagian
anterior
Identasi
lebih dari
sepertiga
bagian
anterior
Identasi
nyata dan
dalam
lebih dari
sepertiga
bagian
anterior
Bentuk
Putting
Puting
susu
hamper
tidak
nampak ;
tidak ada
areola
Puting susu
tampak
jelas ;
areola halus
(diameter <
0,75 cm)
Areola
berbintik ,
pinggiran tdk
terangkat ,
diameter <
0,75 cm
Areola
berbintik ,
pinggiran
terangkat ,
diameter >
0,75 cm
38
Ukuran
Payudara
Jaringan
payudara
tidak
teraba
Jaringan
payudara
pada satu
atau kedua
sisi,
diameter <
0,5 cm
Jaringan
payudara
pada satu
atau kedua
sisi
berukuran
0,5 – 1 cm
Jaringan
payudara
pada satu
atau kedua
sisi
berukuran
> 1 cm
Bentuk
Telinga
Pinna
datar dan
tidak
berbentuk
, putaran
pinggir
sedikit
atau tidak
ada
Bagian
pinna
memutar
Putaran
sebagian
pinna bagian
atas
Putaran
penuh
seluruh
bagian atas
pinna
Kekakuan
Telinga
Pinna
lunak ,
dapat
dilipat
dengan
mudah
(tidak ada
recoil)
Pinna lunak
, dapat
dilipat ,
dengan
mudah ,
recoil
lambat
Pada pinggir
pinna
terdapat
kartilago tapi
di beberapa
tempat
lunak ,
segera terjadi
recoil
Pinna keras
,
berkartilag
o hingga ke
pinggir ,
recoil cepat
Dalam
skrotum
tidak
Paling tidak
ada satu
testis yang
terletak
Paling tidak
ada satu
testis yang
39
Genitalia
Pria
terdapat
testis
tinggi di
dalam
skrotum
berada di
bawah
Genitalia
Wanita
Labia
mayora
terpisah
jauh , labio
minora
menutup
keluar
Labio
mayora
hampir
menutupi
labia
minora
Labio
mayora
menutupi
labio minora
secara penuh
1. Evaluasi neurologis
Tidak seperti penilaian umur kehamilan berdasarkan criteria fisik
yang dapat dilakukan segera setelah lahir, pemerksaan neurologis
harus dilakukan saat bayi berada dalam keadaan tenang dan
beristirahat. Dilema penilaian neurologis adalah ketidakpraktisan
penilaian dan dalam beberapa keadaan seperti asfiksia , depresi atau
infeksi dapat menyebabkan defisit neurologis, sehingga dapat terjadi
bias penilaian. Hal menyebabkan beberapa peniliti lebih mempercayai
criteria fisik daripada criteria neurologis dalam menilai usia gestasi. 1,4
2. Sistem nilai yang menggabungkan ciri fisik luar dan evaluasi
neurologis
Dubowitz dan rekan menemukan sistem penilaian yang
menggabungkan temua neurologis (Amiel Tison) dengan ciri-ciri fisik
yang digambarkan farr. 1,4
40
PENILAIAN PERTUMBUHAN INTRAUTERIN
Menurut Kurva Lubchenco
Nilai standard yang digunakan disusun untuk berat , panjang dan lingkar kepala
lahir terhadap umur kehamilan.
41
42
NEONATUS GEMELI
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalenderInternasional.
Patofisiologi
Kehamilan kembar dibagi menjadi dua. Monozigot, kembar yang berasal
dari satu telur dan dizigot kembar yang berasal dari dua telur. Dari seluruh jumlah
kelahiran kembar, sepertiganya adalah monozigot. Kembar dizigot berarti dua
telur matang dalam waktu bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua
sel telur itu mengalami pembuahan dalam waktu bersamaan. Sedangkan kembar
monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa
pembelahan inilah yang akan berpengaruh pada kondisi bayi kelak.
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4 –
8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi
diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim
punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap
dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah
satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak. Akibatnya,
perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga, selaput
ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih membelah
dengan baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu
selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar.
Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi
berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja
yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan
sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor
43
yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi,
kurang gizi dan masalah lingkungan.
Jenis Kehamilan Gemelli
Kehamilan kembar dibagi menjadi 3 macam :
a. Gemelli dizigotik = kembar dua telur , heterolog, biovuler dan
praternal :
Kedua telur berasal dari :
- 1 ovarium dan dari dua folikel de graf
- 1 ovarium dan dari satu folikel de graf
- dari ovarium kanan dan kiri
Plasenta dan selaput janin kembar dizigotik. (A): 2 plasenta, 2 korion, 2 amnion. (B): 2 plasenta (menjadi satu), 2 korion, 2 amnion.
b. Gemelli monozigotik = kembar satu telur, homolog, uniovuler, identik dapat
terjadi karena :
- Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula
- Hambatan pada tingkat segmentasi
- Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum primitif
44
Gambar 2.
Jenis kembar monozigotik berhubungan dengan waktu terjadinya faktor penghambat (Corner): Hambatan dalam tingkat segmentasi (2 –4 hari). (B). Hambatan dalam tingkat blastula (4 – 7 hari). (C) Hambatan setelah amnion dibentuk tetapi sebelum primitive streak.
45
Gambar 3 :Plasenta dan selaput janin kembar monozigotik. (A): 2 plasenta, 2 korion (melekat menjadi satu), 2 amnion. (B): 2 plasenta (menjadi satu), 2 korion (melekat menjadi satu), 2 amnion. (C): 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion (melekat menjadi satu) (D): 1 plasenta, 1 korion amnion.
TWIN TO TWIN TRANSFUSION SYNDROME (TTTS)
Definisi
Twin to twin transfusion syndrome (TTTS) adalah suatu keadaan dimana
terjadi transfusi darah intrauterin dari janin ke janin yang lain pada kehamilan
kembar. TTTS merupakan komplikasi dari kehamilan kembar monochorionik
dimana dari gambaran sonografi terlihat ditemukan polihidramnion pada satu
kantong dan oligohidramnion pada kantong yang lainnya pada suatu kehamilan
ganda monochorionik-diamniotik. TTTS merupakan akibat dari ketidak-
seimbangan yang kronis dari transfusi antar janin kembar yang terjadi melalui
anastomosis pembuluh plasenta pada kehamilan kembar monochorion. Janin
46
donor akan menjadi anemis, oligiri, dan mengalami pertumbuhan yang terhambat,
sedangkan janin penerima (resipien) menjadi polisitemia, poliuria, hipervolemia,
dan potensial menjadi hidropik.
Klasifikasi
Twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS) berdasarkan berat ringannya
penyakit dibagi atas:
1. TTTS tipe berat, biasanya terjadi pada awal trimester ke II, luniir kehamilan
16-18 minggu. Perbedaan ukuran besar janin lebih dari 1,5 minggu kehamilan.
Ukuran tali pusat juga berbeda. Konsentrasi Hb biasanya sama pada kedua
janin. Polihidramnion terjadi pada kembar resipien karena adanya volume
overload dan peningkatan jumlah urin janin. Oligohidramnion terjadi pada
kembar donor oleh karena hipovolemia dan penurunan jumlah urin janin.
Oligohidranmion yang berat bisa menyebabkan terjadinya fenomena stuck-
twin dimana janin terfiksir pada dinding uterus.
2. TTTS tipe sedang, terjadi pada akhir trimester II, umur kehamilan 24-30
minggu. Walaupun terdapat perbedaan ukuran besar janin lebihi dari 1,5
minggu kehamilan, polihidramnion dan oligohidramnion tidak terjadi. Kembar
donor menjadi anemia, hipovolemia, dan pertumbuhan terhambat. Sedangkan
kembar resipien mengalami plethoric, hipervolemia, dan makrosoinia. Kedua
janin bisa berkembang nienjadi hidrops.
3. TTTS tipe ringan, terjadi secara perlahan pada trimester III. Polihidramnion
dan oligohidramnion biasanya tidak terjadi. Konsentrasi Hb berbeda lebih dari
5 gr%. Ukuran besar janin berbeda lebih dari 20%.
Twin-to-twin transfusion syndrome juga dapat diklasifikasi menjadi akut
dan kronik. Patofisiologi yang mendasar penyakit ini, gambaran klinis, morbiditas
dan mortalitas janin pada kedua tipe ini sangat berbeda. Angka kematian perinatal
yang tinggi pada twin-to-twin transfusion syndrome terutama disebabkan tipe
kronik.
1. Tipe akut. Jika terjadi transfusi darah secara akut atau tiba-tiba dari satu janin
ke janin yang lain, biasanya pada trimester III atau selama persalinan dari
47
kehamilan monokorionik yang tidak berkomplikasi, menyebabkan keadaan
hipovolemia pada kembar donor dan hipervolemia pada kembar resipien,
dengan berat badan lahiryang sama. Transfusi dari kembar pertama ke kembar
kedua saat kelahiran kembar pertama. Namun demikian, bila tali pusat kembar
pertama terlambat dijepit, darah dari kembar yang belum dilahirkan dapat
tertransfusi ke kembar pertama. Diagnosis biasanya dibuat pada saat post
natal.
2. Tipe kronik. Biasanya terjadi pada kehamilan dini (umur kehamilan 12-26
minggu). Kasus tipe ini merupakan yang paling bermasalah karena bayinya
masih immatur dan tidak dapat dilahirkan, sehingga dalam pertumbuhannya
di uterus, bisa mengalami kelainan akibat dari twin-to-twin transfusion
syndrome seperti hydrops. Tanpa terapi, sebagian besar bayi tidak dapat
bertahan hidup atau bila survival, akan timbul kecacatan.. Walaupun arah
transfusi darah menuju kembar resipien. tetapi trombus dapat secara bebas
berpindah arah melalui anastomosis pembuluh darah sehingga dapat
menyebabkan infark atau kematian pada kedua janin 9.
Patogenesis
Ada beberapa factor yang mempengaruhi patofisiologi terjadinya TTTS
yakni:
1. Tipe dan jumlah dari anstomosis yang ada juga dipengaruhi letak yang sangat
bergantung pada ukuran zona plasenta dan insersi tali pusat (sentral, eksentrik,
marginal, velamentosa)
48
Gambar . Transfusi pada Twin to Twins Sindrom
2. Tekanan yang abnormal pada insersi dari umbilical cord
3. Insufisiensi aliran uteroplasenta
Teori yang banyak difahami adalaha bahwa transfusi darah dari donor kepada
penerima kembar terjadi melalui anastomosis vaskular plasenta. Dimana koneksi
vaskuler antar janin kembar terdiri dari 2 tipe, yaitu: Pertama tipe superficial dan
kedua tipe profunda. Masing-masing tipe mempunyai karakteristik aliran, pola
resistensi tersendiri yang mempengaruhi pertumbuhan janin kembar
monokorionik. Koneksi tipe superficial seperti arterioarteriosa (a↔a); venovenosa
(v↔v). Gambaran ini terlihat jelas pertemuannya di atas lempeng korion, dimana
hubungan ini jarang menimbulkan antenatal TTS. Justru hubungan ini akan
melindungi supaya tidak berkembang menjadi TTS. Koneksi arterioarteriosa lebih
sering dibanding koneksi venavenosa. Dalam Shandra Rajene, 1999 Koneksi
arterioarteriosa dan venavenosa memberikan pembagian darah yang seimbang
pada kedua janin dan tidak ada anastomosis arteriovenosa. Koneksi tipe profunda
atau sirkulasi ketiga bersifat arteriovenosa (a-v) dimana salah satu janin bersifat
sebagai donor dan janin yang lain sebagai resipien. Anastomosis ini tidak tampak
pada lempeng korionik dikarenakan adanya perbedaan tekanan (gradien) yang
terjadi pada sirkulasi tersebut. Anastomosis ini jarang terjadi, kebanyakan jika
49
terjadi anastomosis arteriovenosa diikuti dengan anastomosis arterioarteriosa yang
melindungi terjadinya sirkulasi ketiga. Karena sirkulasi menghasilkan
keseimbangan dinamis dimana disamping terjadinya penurunan tekanan donor
juga terjadi peningkatan resipien.
Diagnosis TTTS
Diagnosis postnatal TTTS dapat ditegakkan dengan:
1. Adanya perbedaan berat badan kedua janin yang > 500 g, atau perbedaan>20
% pada janin pretemi (untuk TTTS yang kronis).
2. Terdapat perbedaan kadar Hemoglobin dan Hematokrit dari kedua janin, janin
donor dapat mencapai 8 g% atau kurang, dan janin resipien bisa mencapai
27%.
3. Perbedaan ukuran pada organ-organ jantung, ginjal, hepar dan thymus.
PenatalaksanaanBeberapa jenis teknik terapi telah dilakukan dalam usaha memperbaiki
hasil luaran kehamilan kasus twin-to-twin transfusion syndrome. Pendekatan ini
meliputi terapi amniosentesis, septostomi, ablasi laser terhadap anastomosis
pembuluh darah, selektif feticide, dan terapi ibu dengan memakai digoksin.
50
HIPERBILIRUBINEMIA
PENDAHULUAN
Hiperblirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling
sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi
terlihat lebih kuning akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna ikterus
pada sklera dan kulit. Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi
secara optimal, sehingga proses glukoronidasi bilirubin tidak terjadi secara
maksimal. Keadaan ini akan menyebabkan dominasi bilirubin tidak
terkonjugasi di dalam darah. Pada kebanyakan bayi lahir fenomena ini
merupakan proses fisiologis tetapi pada beberapa bayi terjadi peningkatan
bilirubin secara berlebihan sehingga bilirubin berpotensi menjadi toksik dan
dapat menyebabkan kematian dan bila bayi tersebut dapat bertahan hidup pada
jangka panjang akan menyebabkan sequele neurologis. Dengan demikian bayi
yang mengalami kuning harus dibedakan apakah ikterus yang terjadi
menrupakan keadaan fisiologis atau patologis serta dimonitor apakah
mempunyai kecenderngan untuk berkembang menjadi hiperbilirubinemia
yang berat.
51
DEFINISI
Ikterus neonatorum
Kadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewrnaan ikterus pada kulit
dan sklera akibat akumulasi bilirubin yang tiak terkonjugasi yang berlebih.
Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar
yang ditentukan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90
Ikterus fisiologis
Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak terkonjugasi
pada minggu pertama > 2 mg/dl. Pada bayi ckup ulan yan mendapat susu
formula kadar bilirubinakan mencapai puncaknya sekitar 6-8 mg/dl pada hari
ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2 – 3 hari diikuti
penurunan lambat sebesar 1 mg/dl selama 1 sampai 2 minggu.
Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak dapat
mencapai 7 – 14 mgdl dan penurunan terjadi dalam 2 – 4 minggu, bahkan ada
yang mencapai 6 minggu. Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu
52
formula juga memiliki puncak yang lebih tinggi mencapai 10 – 12 mg/dl
bahkan hingga 15mg/dl. Kadar fisiologis bilirubin neonatus berkisar antara 1,4
– 1,9 mg/dl
Ikterus non fisiologis
Ciri-ciri ikterus non-fisiologis :
1. Ikterus < 24 jam
2. Setiap peningkatan kadar bilirubin yang memerlukan fototerapi
3. Peningkatan bilirubin serum total > 0,5 mg/dl / jam
4. Adanya tandatanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi
(muntah , letargis , malas menetek , penurunan berat badan yang
cepat , apnea , takpnea atau suhu yang tidak stabil)
5. Ikterus berahan 8 hari pada bayi cukup bulan dan 14 hari pada bayi
kurang bulan
Bilirubin ensefalopati dan kern ikterus
Bilirubin ensefalopati adalah kondisi klinis yang timbul akibat toksis
bilirubin pada sistem saraf pusat yaitu ganglia basal dan berbagai nuklei
batang otak. Keadaan ini tampak pada minggu pertama sesudah bayi lahir dan
dipakai istilah akut bilirubin ensefalopati. Sedangkan istilah kern ikterus
adalah perubahan neurpatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin
pada beberapa daerah di otak terutama ganglia basalis , pons dan serebelum.
Kern ikterus digunakan untuk keadaan klinis yang kronik dengan ekuele yang
permanen karena toksik bilirubin.
Manifestasi bilirubin ensfalopati :
Fase Awal : letargis , hipotonik , refleks hisap buruk
Fase Intermediate : moderate stupor , iritabilitas dan hipertoni
Fase Selanjutnya : high pitch crying , drowsiness dan hipotoni /
hipertoni (rerocollis dan opistotonus)
Manifestasi kern ikterus :
Kejang
Athetoid cerebral palsy
Gangguan pendengaran
53
Displasia dental-enamel
Paralisis upward gaze.
FISIOLOGI BILIRUBIN
Pembentukan bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jungga ikterus yang merupakan
bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi
oksidasi-reduksi. Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang
dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase. Biliverdin
kemudian akan direduksi menjadi blirubin oleh enzim biliverdin reduktase.
Biliverdin bersifat larut dalam air dan secara cepat diubah menjadi
bilirubin melalui reaksi bilirubin redukstase. Berbedadengan biliverdin,
bilirubin I bersifat lipofilik, sehingga diperlukan mekanisme transport dan
eliminasi bilirubin.
Transportasi bilirubin
Setelah proses pembentukan bilirubin, selanjutnya akan dilepas ke
sirkulasi melalui ikatan dengan albumin. Bayi baru lahir mempunyai kapasitas
ikatan plasma yang rendah terhadap bilirubin karena konsentrasi albumin yang
rendah dan kapasitas ikat yang kurang, sehingga dapat terjadi
peningkatan kadar bilirubin I bebas yang banyak dalam darah. Bilirubin yang
terikat pada albumin akan ditransportasi ke sel hepar untuk selanjutnya
mengalami konjugasi.
Asupan bilirubin
Saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit,
albumin terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin ditransfer
melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin. Penelitian menunjukan
bahwa ikterus fisiologis pada bayi baru lahir juga berhubungan dengan
defisiensi ligandin, tetapi hal itu tidak lebih penting daripada defisiensi
konjugasi dan hambatan transfer bilirubin darah ke empedu pada hari ke 3 – 4.
Konjugasi bilirubin
54
Bilirubin tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi
yang larut dalam ait di dalam retikulum endoplasma dengan bantuan enzim
uridine diphosphate glocoronosyl transferase (UDPGT). Katalisa oleh enzim
ini akan merubah formasi bilirubin monoglukoronida menjadi bilirubin
diglukoronida. Bilirubin yang telah dikonjugasi kemudan ditransfer ke
kanalikulus empedu, sedangkan yang belum dikonjugasi akan dikembalikan
ke sirkulasi melalui sirkulasi enterohepatik.
Penelitian menunjukan bayi baru lahir terdapat defisiensi kadar enzim
UDPGT, tetapi menigkat melebihi kadar blirubin yang masuk ke dalam hati
sehingga akan terjadi penurunan kadar bilirubin pada hari ke-4 kehidupan.
Eksresi biliruin
Setelah mengalamu konjugasi dan sekresi ke kanalikulis empedu, bilirubin
memasukin saluran cerna dan diekskresikan melalui feses. Setelah berada di
usus halus bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung diresorbsi, kecuali jika
konversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta
glukorindase ang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran
cerna dan kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik.
55
PATOFISIOLOGI HIPERBILIRUBINEMIA
Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis merupakan masalah yang terjadi pada bayi cukup
ataupun kurang bulan selama minggu pertama kehidupan/ Peningkatan
ketersediaan bilirubin merupakan hasil dari produksi bilirubin dan early
bilirubin yang lebih besar serta penurunan usia sel darah merah. Resirkulasi
aktif bilirubin di enterohepatik meningkatkan kadar serum bilirubin tidak
terkonjugasi disebabkan oleh penurunan bakteri flora normal, aktifitas beta
glukoronidase dan penurunan motilitas usus halus
Pada bayi yang diberi munum lebih awal atau diberi minum lebih sering
dan bayi dengan aspirasi mekonium atau pengeluaran mekonium lebih awal
cenderung mempunyai insiden yang rendah untuk terjadinya ikterus fisiologis.
Pada bayi yang diberi susu formula cenderung mengeluarkan bilirubin lebih
banyak pada mekonium pada 3 hari pertama dibandingkan dengan yang
diberikan ASI. Pada bayi yang mendapat ASI terdapat 2 bentuk neonatal
jaundice yaitu early onset dan late onset. Bentuk early onset diyakini
berhubungan dengan pemberian minum yang kurang, sedangkan late onset
dipengaruhi oleh kandungan ASI yang mempengaruhi proses konjugasi dan
ekskresi (kadar 2 alpha-20 beta-pregnanediol yang mempengaruhi aktifitas
UDPGT)
Faktor yang mempengaruhi ikterik fisiologis
Dasar Penyebab
Peningkatan bilirubin yang tersedia
Peningkatan produksi
bilirubin
1. Peningkatan sel darah merah
2. Penurunan umur sel darah
merah
3. Peningkatan early bilirubin
Peningkatan resirkulasi
enterohepatik
1. Peningkatan aktifitas beta
glukoronidase
2. Tidak adanya flora normal
56
pada GIT
3. Pengeluaran konium yang
terlambat
Penurunan biliruin clearance
Penurunan clearance plasma Defisiensi protein karier
(albumin)
Penurunan metabolisme
hepatik
Defisiensi aktifitas UDPGT
Ikterik non-fisiologis
Dasar Penyebab
1. Peningkatan produksi
bilirubin
Inkompabilitas darah
fetomaternal
2. Peningkatan penghancuran
hemoglobin
Defisiensi enzim kongenital
(G6PD , galaktosemia)
Perdarahan tertutup
(sefalhematom , memar)
Sepsis
3. Peningkatan jumlah
hemoglobin
Polisitemia vera (twin-to-twin
transfusion)
Keterlambatan klem tali pusat
4. Peningkatan sirkulasi
enterohepatik
Keterlambatan pasase
mekoneum
Ileus mekoneum
Meconium plug syndrome
Puasa atau keterlambatan
minum
Atresia ata stenosis intestinal
5. Perubahan clearance bilirubin
hati
Imaturitas
6. Perubahan produksi atau Gangguan metabolik /
57
aktivitas UDPGT endokrin (Criglar-Najjar
disease)
7. Perubahan fungsi dan perfusi
hati (kemampuan konjugasi)
Asfiksia
Hipoksia
Hpotermi
Hipoglikemi
Sepsis
Obat dan hormon
(novobiastin , pregnenadiol)
8. Obstruksi hepar
(hiperbilirubin direk)
Anomali kongenital (atersia
biliaris , fibrosis kistis)
Statis biliaris (hepatitis ,
sepsis)
Bilirubin load berlebih
DIAGNOSIS
Berbagai faktor risiko dapat meningkatkan kejadian hiperbilirubinemia
yang berat. Perlu penilaian pad abayi baru lahir terhadap berbagai risiko,
58
terutama untuk bayi bayi yang pulang lebih awal. Selain itu juga perlu
dilakukan penanganan medis bayi dan disosialisasikan pada dokter yang
menangani bayi tersebut selanjutnya.
Tampilan ikterus dapat ditentukan dengan memeriksa bayi dalam ruangan
dengan pencahayaan baik dan menekan kulit dengan tekanan ringan untuk
melihat warna kulit dan jaringan subkutan. Derajat ikterik kemudian
ditentukan dengan menggunakan penilaian ikterik oleh Kramer.
Derajat ikterik menurut kramer
Penatalaksanaan
1. Fototerapi
Fototerapi dilakukan dengan memaparkan neonatus pada cahaya
dengan intensitas tinggi sehingga diharapkan dapat menurunkan kadar
bilirubin1. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara
memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika
cahaya yang diabsorpsi jaringan mengubah biliruubin tak terkonjugasi
menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari
jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah
fotobilirubin berikatan dengan albumin dan dikirim ke hati. Fotobilirubin
kemudian bergerak ke empedu dan diekskresikan ke dalam duodenum
untuk dibuang bersama fesces tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil
59
fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat
dikeluarkan melalui urine.
Indikasi dilaukan fototerapi:
Bilirubin indirek > 12 mg%
Bila terdapat ikterus pada hari I yang disertai hemolisis
2. Transfusi tukar
Transfusi pengganti digunakan untuk:
o Mengganti eritrosit yang hemolisis
o Membuang antibody yg sebabkan hemolisis
o Menurunkan kadar bilirubin1
Indikasi dilakukan transfuse tukar:
o Kadar bilirubin total > 20 mg%
o Bilirubin tali pusat > 4 mg% dengan Hb < 10
o Kenaikan bilirubin 1 mg%/jam
o Kadar bilirubin meningkat > 5 mg/dL/12 jam walau sudah
mendapat fototerapi
o Anemia berat dengan tanda dekomp kordis
o Premature atau dismatur
o Sepsis
60
3. Terapi obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim
yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya.
Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena sebabkan letargi.
Imunoglobulin intravena telah digunakan pada bayi-bayi dengan
Rh yang bera dan inkompabilitas ABO untuk menekan hemolisis
isoimun dan menurunkan tindakan transfusi ganti.
Pencegahan hiperbilirubinemia dengan menggunakan
metallopotoporphyrin juga telah di teliti, zat ini adalah analog
sintesis heme. Protoporphyrin telah terbukti efekti sebagai inhibitor
kompetitif terhadap heme oksigenase, yang deiperk\luakn untuk
katabolisme heme menjadi biliverdin.
Pemberian inhibitor B-Glukoronidase pada bayi sehat cukup[ bulan
uang mendapat kan ASI seperti asam L-aspartik dan kasein
hidrolisat dalam jumlah kecil da[at meningkatkan pengeluaran
bilirubin feses dan ikterus menjadi berkurang dibandingkan dengan
bayi kontrol.
Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya
lewat urin sehingga menurunkan siklus enterohepatika.
NEONATAL INFEKSI
DEFINISI
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection
(diperoleh dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection
(infeksi yg diperoleh dari lingkungan luar).
PATOFISIOLOGI
Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
1. Infeksi antenatal
61
Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin. Yang dapat masuk melalui cara
ini antara lain:
a. Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.
b. Spirochaeta: treponema palidum
c. Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes
2. Infeksi intranatal
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dengan
lahirnya bayi lebih dari 12 jam) memilik peranan penting terhadap timbulnya
plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walau ketuban masih utuh,
misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi
janin terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia
congenital selain itu infeksi dapat sebabkan septisemia.infeksi intranatal dapat
juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya
blenorea dan “oral trush”.
3. Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi
silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini
penting karena mortalitas pascanatal ini sangat tinggi.
DIAGNOSIS
Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat
ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan
yang teliti, dan dengan pemeriksaan fisik serta laboratorium.
Diagnosis dini dapat ditegakkan bila kita cukup waspada terhadap kelainan
tingkah laku neonatus. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam
pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit maupun kelainan congenital
62
tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya selalu diingat
bahwa kelainan tersebut disebabkan infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi bayi baru lahir sangat penting, terutama
pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan
angka kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi yang perlu
mendapat perhatian yaitu
Bayi malas minum
Bayi tertidur
Tampak gelisah
Pernafasan cepat
Berat badan turun drastis
Terjadi muntah dan diare
Panas badan dengan pola bervariasi
Aktivitas bayi menurun
Pada pemeriksaan dapat ditemui: bayi berwarna kuning, pembesaran hepar,
purpura, dan kejang-kejang
Terjadi edema
Sklerema
Ada 2 skoring yang digunakan untuk menemukan diagnosis neonatal infeksi yaitu
“Bell Squash Score” dan “Gupte Score”:
Bell Squash Score:
1. Partus tindakan
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
63
Hasil: < 4 Observasi NI; > 4 NI
Gupte Score:
Prematuritas 3
Cairan amnion berbau busuk 2
Ibu demam 2
Asfiksia 2
Partus lama 1
Vagina tidak bersih 2
KPD 1
Hasil: 3-5 screening NI; > 5 NI
KLASIFIKASI
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.
Infeksi berat (major infection): sepsis neonatal, meningitis,
pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus
neonatorum.
Infeksi ringan (minor infection): infeksi pada kulit, oftalmia
neonatorum, infeksi umbilicus, moniliasis.
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan
sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan
gejala-gejala sistemik.
Faktor resiko:
o Persalinan lama
o Persalinan dengan tindakan
o Infeksi / febris pada ibu
o Air ketuban bau, keruh
o KPD > 12 jam
o Prematuritas & BBLR
64
o Fetal distress
Tanda & gejala:
o Refleks hisap lemah
o Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah
o Hipotermia atau hipertermia
o Merintih
o Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus
Prinsip pengobatan:
o Penggunaan antibiotika
o Pemeriksaan laboratorium urin
o Biakan darah dan uji resistensi
2. Meningitis pada Neonatus
Tanda dan gejala:
o Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis
o Kejang
o UUB menonjol
o Kaku kuduk
Pengobatan:
o Gunakan antibiotic yang mampu menembus sawar darah otak
diberikan minimal 3 minggu
o Pungsi lumbal
3. Sindrom Aspirasi Mekonium
SAM terjadi di intrauterin akibat inhalasi mekonium dan sering sebabkan
kematian terutama pada bayi BBLR karena refleks menelan dan batuk
yang belum sempurna
Gejala:
o Pada waktu lahir ditemukan meconium staining
o Letargia
65
o Malas minum
o Apneu neonatal
o Dicurigai bila ketuban keruh atau bau
o Rhonki (+)
Pengobatan:
o Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium
staining dan lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan
nafas
o Bila setelah suction rhonki tetap ada, pasang ET
o Bila setelah suction rhonki hilang, lakukan resusitasi
o Terapi antibiotika
o Cek darah rutin, BGA, GDS, foto baby gram
4. Tetanus Neonatorum
Etiologi:
o Perwatan tali pusat yang tidak steril
o Pembantu persalinan yang tidak steril
Gejala:
o Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang
otot rahang dan faring
o Mulut mencucu seperti ikan (trismus)
o Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan
epistotonus
o Tangan mengepal (boxer hand)
o Kejang
o Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru
Tindakan:
o Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS
o Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia
o Pasang IV line dan OGT
66
o Pemberian ATS 3000-6000 unit IM
o Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10
hari
o Rawat tali pusat
o Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin
terjadinya rangsangan
5. Oftalmia neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae saat bayi melewati jalan lahir
Dibagi menjadi 3 stadium:
o Stadium infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme,
bisa terdapat pseudomembran.
o Stadium supuratif
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret
bercampur darah, yang khas sekret akan muncrat dengan mendadak
saat palpebra dibuka.
o Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak
begitu hebat lagi.
Penatalaksanaan:
o Bayi harus diisolasi
o Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap 15 menit
disusul dengan pemberian salep mata penisilin, salep mata
diberikan setiap jam selama 3 hari
o Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM.
PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
67
Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol
Gunakan teknik aseptic
Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau desinfeksi
instrument dan peralatan
Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin
Pisahkan bayi infeksius untuk mencegah infeksi nosokomial.
68
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku 3. FKUI, Jakarta.
2. Stell BJ. The-High Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 19 th edition.
Dalam Kliegman RM, editor. Philadelphia, USA: Saunders 2011.
3. IDAI. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2010
4. S a i f u d d i n , A B , A d r i a n z , G . M a s a l a h B a y i B a r u L a h i r .
D a l a m : B u k u A c u a n Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta :yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2000;376-8.
5. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-
4. London:Arnold, 2002; 62-88.
6. Aurora S, Snyder EY. Perinatal asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR,
eds. Manualof neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams &
Wilkins, 2004; 536-54.
7. Handoko, I.S. 2003. Hiperbilirubinemia. Klinikku.
8. Prawirohartono EP, Sunarto (ed), Ikterus dalam Pedoman Tata
Laksana Medik Anak RSUP.Dr. Sardjito, Edisi 2, Cetakan 2, Medika
FK UGM, Yogyakarta 2000, hal 37-43.
9. Ann L, Ted R. Neonatal Sepsis.2011.Avalaible
at http://emedicine.medscape.com/article/964312 accessed at Oktober
10th, 2011
10. Aminullah A. Masalah Terkini Sepsis Neonatorum. Dalam : Update in
Neonatal Infection. Pendidikan Berkelanjutan IKA XL VIII.Jakarta
2005:1-13
69