bab i case
DESCRIPTION
caseTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Radang yang sering terjadi pada kelopak mata atau palpebra adalah radang pada kelopak
mata dan tepi kelopka mata .rang bertuka atau tidak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar
rambut , dan salah satu penyakitnya adalah blefaritis.
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata , yang mana istilah
blefaritis ini berasal dari bahasa Yunani yang atinya , blepharos adalah ‘kelopak mata’ dan
akhiran ‘itis’ yang artinya peradangan.sedangkan peradangan itu sendiri artinya adalah
istialah umum yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan
zat kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing lainnya,melindungi
kita dari cedera atau infeksi dengan melibatkan berbagai derajat yaitu pembengkakan ,
kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.
Proses peradangan pada blefaritis biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut, hal ini
ditandai dengan pembentukan minyak yang berlebihan didalam kelenjar didekat kelopak
mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri.
Penyakit blefaritis pada orang awam sering menganggapnya penyakit mata lelah ,
berpasir dan terasa silau bila terpapar oleh cahaya.
Dalam beberapa kasus, kebanyakan dari mereka yang menderita penyakit ini karna
tingkat kebersihan mereka sangat kurang , artinya mereka jarang membersihkan kelopak
mata mereka dan area disekitarnya. Jadi hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh
masyarakat Indonesia bahwasanya kebersihan dan rajin membersihkan kelopak mata
termasuk sering keramas dan mencuci muka bisa mencegah penyakit blefaritis. Tak hanya itu
kebersihan dijaga juga dapat menghindari penggunaan antibiotic, dan beberapa peneliti juga
menyatakan bahwa mencuci muka dan membersihkan kelopak mata sebelum tidur sangatlah
bermanfaat karna dapat melindungi dari proses infeksi yang tejadi saat kita tidur. Tapi
apabila blefaritis itu sudah ke tingkat kronis, maka akan sulit disembuhkan., hal yang
terpenting adalah blefaritis tidak menyebabkan kerusakan permanen pada organ penglihatan.
1
1.2 BATASAN MASALAH
Pembahasan case ini agar dapat mengetahui tentang definisi, klasifikasi, epidemiologi,
etiologi berdasarkan klasifikasinya, pathogenesis, diagnose (anamnesis, pemeriksaan fisik),
dan penatalaksanaan dari penyakit blefaritis
1.3 TUJUAN
a. Tujuan Umum
Penulis laporan kasus ini bertujuan untuk melengkapi syarat kepanitraan klinik
senior (KKS) Ilmu Penyakit Mata Di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Solok.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penyakit blefaritis
Definisi dan Klasifikasi
Etiologi
Patogenesis
Gejala klinis
Diagnosis
Penatalaksanaan
1.4 MANFAAT PENULIS
a. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan acuan dalam memahami dan mempelajari mengenai penyakit blefaritis
b. Bagi Masyarakat
Dapat menambah penegetahuan terhadap penyakit ini beserta pencegahan dan
pengobatan. Dengan demikian penderita dapat mengatahui bagaimana tindakan
selanjutnya apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah pada penyakit blefaritis ini
dan agar masyarakat mengetahui cara menjaga kebersihan.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI PALPEBRA
Kelopak mata atau pelpebra memiliki fungsi melindungi bola mata dari trauma , trauma
sinar dan menjaga mata dari kekeringan bola mata, serta sekresi kelenjar yang membentuk
tear film di depan kornea serta menyebarkan nya ke konjungtiva setelah diproduksi
Palpebra atau kelopak mata terdiri dari palpebra superior dan inferior yang mana
merupakan modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian
anterior. Mekanisme berkedip melindungi korena dan konjungtiva dari dehidras. Palpebra
superior berakhir pada alis mata, palpebra inferior menyatu dengan pipi
Palpebra terdiri atas beberapa bidang jaringan utama. Dari superficial kedalam terdapat
lapis kulit,kelenjar, lapis otot rangka (orbikulasris akuli), kelenjar, jaringan fibrosa, dan
lapis membrane mukosa (konjungtiva palpebra ).
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian tubuh karena tipis dan halus
terutama dibagian depan, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan serta dihubungkan oleh jaringan ikat yang halus juga dengan otot dibawahnya
sehingga kulit dengan mudah dapat digerakan dari dasarnya.akibatnya ketika terjadi
pembengkakan dan perdarahan oleh suatu sebab , mudah terjadi di area ini.
2. Musculus orbikularis akuli
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra yang dipersarafi oleh nervus 7
(facialis).karna otot ini merupaka protaktor utama kelopak mata. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra dan merupakan pompa lakrimalis, otot ini dibagi mejadi
pretarsal,preseptal dan orbital. Bagian pretarsal dan preseptal merupakan bagian dalam
gerakan palpebra involunter (berkedip tak sadar).sedangkan bagian otot ini yang orbita
merupakan bagian yang terlibat dalam penutupan kelopak mata yang dilakukan volunteer
(sadar/ dengan pemaksaan)
3
3. Kelenjar
Kelopak mata atau palpebra memiliki beberapa kelenjar sebasea ,kelenjar moll
atau keringat , kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan .kelenjar meibom pada tarsus dan
bermuara pada tepi palpebra.
4. Jaringan fibrosa (tarsus)
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa padat
yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak
mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak mata )
5. Konjungtiva palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi membrane mukosa, konjungtiva palpebra
melekat erat pada tarsus. Konjungtiva palpebra mengandung sel globet penghasil musin
dan kelenjar lakrimalis asesoris yang ditemukan di jaringan subkonjungtiva kelopak mata
superior dan inferior.
Gambar 1. Bagian Utama Palpebra
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu ( batas mukokutan ) menjadi tepian
anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan moll.
4
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat
yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan
bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea
yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke
sakus lakrimalis. .
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian
otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan
ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang
mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra
inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan
fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas
bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi
oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah arteri palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V (Trigeminus), sedang
kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Trogeminus).
Gambar 2. Anatomi Palpebra
5
2.2. BLEFARITIS
2.2.1 DEFINISI
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata baik itu letaknya di palpebra dan tepi
palpebra. Proses peradangan pada blefaritis biasanya melibatkan folikel dan kelenjar
rambut, hal ini ditandai dengan pembentukan minyak yang berlebihan didalam kelenjar
didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri.
Blefaritis juga dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya
berjalan kronis atau menahun ataupun akibat paparan debu,asap, bahan kimia iritatif
dan bahan kosmetik yang merupakan pemicu timbulnya alergi
Gambar 3. Blefaritis dan Mata normal
2.2.2. KLASIFIKASI DAN GEJALA
Berdasarkan letaknya terdapat 2 bentuk blefaritis, yaitu blefaritis anterior dan
blefaritis posterior.
2.2.2.1 BLEFARITIS ANTERIOR
Blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,tempat dimana bulu mata
tertanam, yang merupakan radang bilateral kronik yang umum di tepi palpebra yang
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe di
kepala dan alis mata (blefaritis sebore), walaupun jarang tapi juga dapat disebabkan
oleh alergi.
6
Blefaritis anterior juga dibagi atas 2 jenis , yaitu
2.2.2.1.1 BLEFARITIS STAPILOKOKUS
Radang pada palpebra yang disebabkan oleh infeksi staphylococcus aureus
atau staphylococcus epidermidis (stafilokok , koagulase negative), Biasanya
disertai ulseratif (tukak) dan komplikasi yang dapat muncul pada blefaritis
stapilokokus ini berupa :
1. Hordeolum dapat terjadi apabila peradangan palpebra ini sudah mengenai
bagian anatomis kelenjar meibom atau kelenjar zeis dan moll palpebra yang
menyebabkan infeksi kelenjar ,
2. Kalazion terjadi karna sama-sama lokasi peradangan pada kelenjar meibom
dimana etiologi dari penyakit ini belum diketahui (idiopatik)
Kolonisasi atau infeksi strain stafilokokus dalam jumlah memadai sering
disertai dengan penyakit kelenjar meibom yang dapat menjadi salah satu
penyebab gangguan fungsi kelenjar meibom karna lipase bakteri dapat
menyebabkan peradangan di kelenjar meibom dan konjungtiva, serta
menyebabkan terganggunya film air mata.
Gambar 4 . Blefaritis stapilokokus
7
2.2.2.1.2 BLEFARITIS SEBORREIK
Radang pada palpebra yang erat kaitannnya dengan dermatitis (radang kulit)
yang melibatkan kulit kepala dan alis mata. Pada penelitian , The American
dermatology mencatat bahwa penyebab kondisi ini belum terlalu jelas tapi tipe
blefaritis ini muncul pada orang dewasa dengan system kekebalan yang lemah,
jamur atau ragi jenis tertentu memakan minyak (lipid) dikulit yang menyebabkan
dermatitis. Pada blefaritis ini jarang disertai adanya tukak (non ulseratif) yang
umumnya berkaitan dengan keberadaan pityrosporum ovale (jamur) , tapi sejauh
ini belum terbukti sebagai penyebab blefaritis seboreik dan beberapa penelitian
menyatakan karna seborea (meningginya sekresi/pengeluaran kadar lemak kulit
secara berlebihan) pada seborea kulit kepala,alis dan telinga yang sering
menyertai blefaritis seborea,
Blefaritis seborea ini merupakan peradangan menahun yang sukar
penangannya, biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun) dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.biasanya blefaritis seboik ini disertai
dengan disfungsi kelenjar meibom.
Gambar 5 . Blefaritis seborreik
8
A. Gejala blefaritis secara umum
Iritasi (peradangan) pada tepi palpebra
Rasa terbakar di tepi palpebra
Gatal di tepi palpebra
Banyak granulasi (sisik) yang menggantung di tepi palpebra yang terkena,
Mata yang terkena bertepi merah
Perbedaan Gejala dari 2 jenis blfaritis anterior
BLEFARITIS STAFILOKOK BLEFARITIS STREPTOKOKUS
Granulasi(Sisik) nya kering, terdapat pula
krusta yang keras dan eritema terutama di
basis bulu mata
Granulasi (sisik) berminyak, skuama
terbentuk halus
Palpebra merah Tepi palpebra tidak begitu merah
Ada ulkus kecil disepanjang tepi
palpebrabasi , terjadi bila sudah kronik
dengan eksaserbasi akut
Tidak ditemukan ulkus di tepi palpebra
Bulu mata cenderung rontok (madarosis) Sekret yang keluar dari kelenjar meibom
Apabila sudah mengenai kornea, hal ini
disebabkan oleh adanya erosi epithelial dan
infiltrasi pada tepi kelopak, hipersensiti
vitas terhadap stapilokokus munkin
menyebabkan keratitis epiteliel.
Air mata berbusa pada kantus lateral,
kadang disertai hyperemia dan hipertropi
papil pada konjungtiva.
Gangguan penyerta seperti instabilitas film
air dan dry eye sering terjadi
2.2.2.2 BLEFARITIS SUPERIOR
Blefaritis yang merupakan peradangan palpebra akibat disfungsi nya kelenjar
meibom yang terjadi secara kronik dan bilateral. Dimana blefaritis anterior dan
posterior dapat terjadi secara bersamaan.
9
Blefaritis tipe ini sering bermanifestasi dalam beraneka macam gejala yang
mengenai palpebra, air mata , konjungtiva, dan kornea. Perubahan pada fungsi kelenjar
meibom menyangkut :
1. Peradangan muara meibom (meibominiatis)
2. Sumbata muara kelenjar oleh secret yang kental
3. Pelebaran kelenjar meibom dalam lempeng tarsus
4. Keluarnya secret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar dipencet.
Pada gejala juga sering menunjukan
1. Tepi palpebra tampak hiperemis dan telangiektasia (pelebaran pembuluh atau
kapile yang menetap),
2. Palpebra membulat dan menggulung ke dalam sebagian sebagai akibat parut
konjungtiva tarsal , membentuk hubungan yang abnormal antara film mata dan
prakornea serta muara kelenjar meibom.
3. Air mata berbusa atau berlemak
Gambar 6. Blefaritis anterior dan posterior
Berdasarkan penyebabnya terdapat 3 bentuk blefaritis, yaitu blefaritis bacterial,
jamur dan virus .
2.2.2.3 BLEFARITIS BAKTERIAL.
Infeksi bakteri pada kelopak mata dari tingkat ringan sampai berat, biasanya pada
tingkat ringan hanya diberikan antibiotic local dan kompres basah dengan asam borat
10
dan blefaritis tipe ini sebagian besar dapat disebabkan oleh bakteri streptococcus yang
dalam bentuk ;
a. Folikulitis (radang pada daerah tumbuhnya folikel rambut)
b. Impetigo (radang pada lapisan kulit epidermis yang disebabkan oleh
streptololus dan stapilokokus)
2.2.2.3.1 BLEFARITIS SUPERFISIAL
Blefaritis yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, hal ini telah dijelaskan
pada blefaritis anterior tipe blefaritis staphylococcus.
2.2.2.3.2 BLEFARITIS SEBOREA
Blefaritis yang disebabkan karna radang pada palpebra yang erat kaitannnya
dengan dermatitis (radang kulit) yang melibatkan kulit kepala dan alis mata.hal ini
telah dijelaskan pada blefaritis anterior tipe blefaritis seborreik.
2.2.2.3.3 BLEFARITIS SKUAMOSA
Peradangan kelopak mata yang disebabkan oleh kelainan metabolic ataupun
jamur. Blefaritis yang disertai dengan adanya skuama atau krusta pada pangkal bulu
mata yang bila di kupas tidak mengakibatkan luka kulit.. merupakan peradangan
tepi kelopak mata yang terutama mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering
terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis tipe ini berjalan bersama
dermatitis seboreik.
Gejala yang dapat ditimbulkan diantaranya adalah :
a. Pasien merasa panas dan gatal pada palpebra
b. Terdapat granulasi halus yang dapat dikupas tanpa adanya perdarahan.
c. Terdapat penebalan margo palpebra
d. Terdapat madarosis.
Gambar 7. Blefaritis skuamosa11
2.2.2.3.4 BLEFARITIS ULSERATIF
Blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus dimana ditandai dengan
gejala :
a. Keropeng berwarna kekuning kuningan yang bila diangkat akan tampak
ulkus kecil yang dapat mengeluarkan darah disekitar bulu mata
b. Skuama yang terbentuk sifatnya kering tetracycl.yang bila diangkat akan
luka disertai perdarahan
c. Penyakit ini bersifat infeksius
d. Ulkus yang terbentuk akan merusak folikel rambut sehingga menyebabkan
madarosis yang menjadi penyulit penyakit ini, sebab ulkus berjalan lebih
dalam merusak folikel rambut , bulu mata mengarah ke dalam/ abnormal
tumbuhnya (trikiasis) , lanjut ke keratitis superficial., hordeolum dan
kalazion artinya sudah mengenai kelenjar meibom.
Gambar 8 . Blefaritis Ulseratif
2.2.2.3.5 BLEFARITIS ANGULARIS
Infeksi pada tepi palpebra tepatnya pada kantus ekternus dan interus sehingga
dapat mengakibatkan pada fungsi pungtum lakrimalis . infeksi blefaritis ini
disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus
Gejala yang sering muncul adalah :
a. Kemerahan pada salah satu tepi kelopak mata
b. Bersisik (granulasi)
c. Maserasi (palpebra kenyal dan lunak)12
d. Kulit pecah di kantus lateral dan medial
2.2.2.4 BLEFARITIS VIRUS
Belafaritis simplek yang merupakan radang tepi kelopak mata ringan dengan
terbentuknya krusta kuning basah sehingga kedua kelopak mata lengket, vesikel kecil
dikelilingi eritema yang dapat disetai dengan keadaan yang sama pada bibir sebagai
tanda herpes simplek kelopak.
Gambar 10. Blefaritis virus herpes simplek
2.2.3. PATOFISIOLOGI
Terjadi kolonisasi bakteri pada mata karna adanya pembentukan minyak yang
berlebihan didalam kelenjar dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai
oleh bakteri dalam keadaan normal ditemukan di kulit.hal ini mengakibatkan invasi
mikrobakteri secara langsung pada jaringan disekitar kelopak mata sehingga system imun
rusak karna produksi toksin bakteri, sisa buangan sekresi dan enzim. Kolonisasi kelopak
mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi meibom.13
Pada blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar bulu mata yang
sebagian besar disebabkan oleh infekssi sthapilokokus atau seboroik.. yang pertama
dianggap hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. aureus
yang juga bertanggung jawab atas mata merah dan infiltrasi kornea perifer yang dapat
ditemukan pada mata pasien.
Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik yang melibatkan
kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telingan dan sternum. Karna berhubungan erat
antara kelopak dan permukaan ocular.,blefaritis dapat menyebabkan perubahan
inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea.
Pada blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibom dan
perubahan sekresi kelenjar meibom. Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan
asam lemak bebas. Hal ini meningkakan titik leleh dari melibum yang menghambat
ekspresi dari kelenjar sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan
memungkinkan pertumbuhan S.aureus
Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak sebagai surfaktan
mengakibatka meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas
Patofisiologi posterior melibatkan perubahan structural da disfungsi sekresi dari
kelenjar meibom yang mengeluarka meibum. Lapisan lipid eksternal dari tear film yang
bertanggung jawab untuk mengurangi pengupan tear film. Dan mencegah kontaminasi.
2.2.5. DIAGNOSIS
Diagnosis blefaritis ditegakkan berdasarkan anamnesis dari gejala-gejala dan
manifestasi klinis yang ditemukan pada pemeriksaan oftalmologis. Gejala blefaritis
timbul sebagai akibat adanya penurunan fungsi normal penglihatan dan penurunan
stabilitas air mata
Blefaritis juga dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif ,
pegujian dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan depan
bola mata diantara nya :
1. Riwayat pasien yang dapat ditemukan melalui gejala yang dialami pasien dan ada
hubungan dengan kontribusi terhadap masalah mata
14
No Blefaritis anterior Blefaritis posterior
1. Sensasi seperti terbakar, berpasir da
fotofobia rigan dengan episode
remisi dan eksaserbasi yang
merupakan khas
2 Gejala biasanya memburuk dipagi
hari bahkan pada pasien yang dry eye
(mata kerig) dan meningkat
sepanjang hari
3 Gejala yang ditimbulkan berdasarkan
etiloginya
2. Pemeriksaan mata luar,termasuk struktur kelopak mata , tekstur kulit dan
penampilan bulu mata
3. Evaluasi penampang mata yang terkena.
15
Gambar 11. Algoritma untuk mendiagnosis pasien dengan kelopak mata merah
2.2.5 PENATALAKSANAAN
2.2.5.1 TERAPI NON FARMAKOLOGI
1. Pasien diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan menempelkan
pada kelopak secara berulang dengan air hangat dihanduk, kain kasa direndam
atau dapat juga digunakan garam fisiologis hangat.pasien harus diinstruksikan
untuk menghindari penggunaan panas yang berlebihan. Aplikasi panas dilakukan
untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk memicu evakuasi
dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting dan ini juga bermanfaat
untuk melunakan krusta yang melekat pada bulu mata
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang
menempel seperti ketombe dan sisik juga untuk membersihkan lubang
16
kelenjar.yang dapat dilakukan dengan handuk hangat atau menggunakan cutton
bad yang mengandung cairan yang juga membantu melepaskan / membersihkan
krusta yang menutupi tepi kelopak mata 1- 2x sehari
3. Pada awal pengobatan dapat dilakukan 4x sehari selama 5 menit setiap kalinya
selanjutnya dapat dilakukan pengompresan sekali sehari dalam beberapa menit.
4. Jika terdapat dermatitis seboreik maka harus diobati terlebih dahulu
5. Jika terdapat kutu pada alis mata atau di kelopak mata , dapat dihilangkan
dengan mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata
6. Jika kelopak mata tersumbat , maka perlu dilakukan pemijatan pada kelopak
mata untuk mengeluarkan sisa yang mengumpul.
7. Jika pasien menggunakan kontak lensa, sarankan pasien untuk menghentikan
pemakaian selama proses pengobatan
7.2.5.2 TERAPI FARMAKOLOGI
Pengobatan dapat diberikan berupa antibiotic yang berfungsi untuk
membasmi bakteri penyebabnya diantarnya:
1. Salep antibiotic yaitu erythromicyn atau sulfacetamide
2. Dapat juga diberikan antibiotic per oral yaitu tetracycline
No BLEFARITIS PENATALAKSANAAN
1 Posterior 1. Tetrasiklin sistemik pada anak usia < 12
tahun dan ibu hamil serta ibu menyusui yang
digunakan karna antibiotic ini dapat memblok
produski lipase stapilokokus yang jauh
dibawah konsentrasi penghambat minimum
bakteri
2. Anterior 1. Antibiotic topical
Dapat digunakan asam fusidat, bacutracin atau
clorampenikol yang digunakan untuk folikulitis
akut yang diaplikasikan pada sisi kelopak mata
yang meradang
2. Antibiotic sistemik
17
1. Seborreik 1. Bersihkan kelopak dengan kapas lidi hangat ,
nitras argental 1%
2. Gunakan salep sulfonamid untuk aksi
keratolitiknya
3. Kompres hangat selama 5-10 menit, tekan
kelenjar meibom dan bersihkan dengan
shampoo bayi.
4. Berikan antibiotic sistemik yaitu tetrasiklin
2x250 mg atau erythromycin 3x 250
2 Staphylococcus 1. Angkat krusta terlebih dahulu dengan kapas
basah sebelum diberikan antibiotik
2. Pemberian salep antibiotic seperti sulfonamid
dan sulfisoksazol
Virus dengan
simtomatik
1. Berikan antibiotic bila terdapat infeksi
sekunder
Jamur 1. Pada infeksi superficial (permukaan tertentu
/topical kulit) dapat berikan griseofulvin 0,5
sampai 1 mg sehari dengan dosis tunggal.
Kemudian diteruskan 1 – 2 minggu setelah
gejal menurun
2. Pada infeksi sistemik (yang melalui aliran
darah) dapat diberikan sulfonamid, penisilin
atau antibiotic spectrum luas.
Bacterial 1. Infeksi ringan dapat diberikan antibiotic local
dan kompres basah hangat dengan asam borat
2. Pada infeksi berat dapat diberikan antibiotic
sistemik
18
2.2.10 Diagnosa Banding
Diagnosis banding hordeolum diantaranya adalah:
1) Kalazion
Merupakan peradangan kronik, fokal, dan steril dari kelenjar Meibom yang
tersumbat. Gejalanya terdapat peradangan ringan, terdapat benjolan yang tidak
hiperemis dan tidak nyeri.6
Gambar 4. Kalazion
2) Dakriosistitis
Merupakan infeksi akut atau kronik pada saccus lakrimalis. Pasien mengalami
gejala nyeri, bengkak, dan kemerahan pada kantus medialis. Dapat disertai demam,
diplopia, konjungtivitis, serta leukositosis.8
Gambar 5. Dakriosistitis
19
3) Selulitis preseptal
Selulitis preseptal adalah infeksi pada kelopak mata dan jaringan lunak periorbital
yang ditandai dengan eritema kelopak mata akut dan edema. Dapat disertai dengan
konjungtivitis dan penurunan visus. Infeksi bakteri ini biasanya terjadi akibat
penyebaran lokal dari sinusitis atau dakriosistitis, dari infeksi okular eksternal, atau
trauma pada kelopak mata.
Gambar 6. Selulitis Preseptal
2.2.11 Komplikasi
Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat
longgar palpebra didepan septum orbita dan abses palpebra
2.2.12 Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa
mengalami penyembuhan dengan sendirinya atau sembuh spontan dalam waktu 1-
2minggu. Namun pada banyak kasus, hordeolum dapat terjadi berulang. Oleh karena itu,
kebersihan daerah mata harus tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang
sakit serta terapi yang sesuai.
20
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Rabu, 11 November 2015 pukul
10.00 WIB di Poliklinik Mata RSUD Solok.
3.1 Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : Tn. Yano
Usia : 28 Tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Simpang Rumbio
Rawat jalan di poliklinik : Rabu, 11 November 2015
Keluhan Utama
Bengkak pada kelopak mata bagian bawah di sebelah kanan.
Riwayat Penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Solok dengan mengeluhkan kelopak mata
kanannya bengkak sejak 10 hari sebelum dating ke poliklinik mata. Sebelumnya pasien
merasakan adanya bengkak kecil pada kelopak matanya tersebut dan pasien tidak terlalu
memperhatikannya sehingga tidak diobati, pasien mengaku bengkak kecil tersebut akibat
sengatan serangga. Kemudian bengkak semakin membesar dan menimbulkan nyeri
disekitar pembengkakan dan akan terasa lebih nyeri apabila ditekan, dan apabila pasien
terkena debu atau sehabis pasien keluar dari rumah maka rasa nyeri akan bertambah lagi.
Pasien juga merasakan seperti ada yang mengganjal pada kelopak mata bagian bawah,
pasien merasakan matanya berair dan pedih sejak 3 hari yang lalu, rasa pedih dan berair
21
semakin terasa apabila terkena angin. Dan rasa bengkak juga dirasakan pada kelopak
mata sebelah kirinya.Namun penglihatan tidak terganggu
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti ini. Pasien tidak memiliki
riwayat memakai kacamata. Tidak terdapat riwayat trauma pada mata. Riwayat alergi
disangkal. Riwayat penyakit sistemik lain seperti DM, hipertensi, dan keganasan juga
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit serupa. Tidak ada yang
sedang sakit mata di sekitar tempat tinggal pasien. Riwayat alergi, DM, hipertensi, dan
keganasan pada keluarga disangkal.
3.2 Pemeriksaan Oftalmologi
OD OS
6/6
(-)
Visus
PH
6/6
(-)
(+) Reflek Fundus (+)
Madarosis (-) trikhiasis (-)
krusta/skuama(+)distikhiasis (-)
Silia/ Supersilia Madarosis (-) trikhiasis (-)
krusta/skuama (-)distikhiasis (-)
Ptosis (-) pseudo ptosis (-)
Hiperemis (+) edem (+)
hordeolum (+) , nyeri tekan (+)
kalazion (-) abses (-) tumor (-)
xanthelasman (-) nevus (-)
Palpebra Superior Ptosis (-) pseudo ptosis (-)
Hiperemis (-) edem (+)
hordeolum (+) nyeri tekan (+)
tekan kalazion (-) abses (-)
tumor (-) xanthelasma(-)
22
blefaritis (-) ektropion (-)
entropion (-) trikiasis (-)
nevus (-) blefaritis (-)
ektropion (-) entropion (-)
trikiasis (-)
Hiperemis (+) edema (+)
hordeolum (+) nyeri tekan (+)
kalazion (-) abses(-) tumor (-)
ptosis (-) lagoftalmos (-) blefaritis
(-) ektropion (-) entropion (-)
nevus(-) meibomits (-)
Hiperlakrimalis (+) obstruksi (-)
epifora (-) dakriosistitis (-)
dakristenosis(-)
Folikel (-) papil (-) lithiasis (-)
hiperemis (-) sikatrik (-)
membrane (-) pseudomembran (-)
Injeksi konjungtiva (-) injeksi
siliar (-) pterigium (-)
pinguekula(-)
Palpebra Inferior
Aparat Lakrimalis
Konjungtiva Tarsalis
Konjuntiva Bulbi
Hiperemis (-) edema (-)
hordeolum (-) kalazion (-)
abses(-) tumor (-) ptosis (-)
lagoftalmos (-) blefaritis (-)
ektropion (-) entropion (-)
nevus(-) meibomits (-)
Hiperlakrimalis (+)
obstruksi (-) epifora (-)
dakriosistitis (-) dakristenosis (-)
Folikel (-) papil (-) lithiasis (-)
hiperemis (-) sikatrik (-)
membrane (-)pseudomembran (-)
Injeksi konjungtiva (-) injeksi
siliar (-) pterigium (-)
pinguekula(-)
Warna putih Sklera Warna putih
Infiltrat (-) sikatrik (-) ulkus (-) Kornea Infiltrat (-) sikatrik (-) ulkus (-)
23
edema (-) neovaskularisasi (-)
injeksi silier (-) arkus kornea (-)
edema (-) neovaskularisasi (-)
injeksi silier (-) arkus kornea (-)
hifema (-), hipopion (-), flare (-)
pigmen (-)
COA hifema (-), hipopion (-), flare (-)
pigmen (-)
Warna cokelat, rugae (-) atropi iris
(-) coloboma (-) sinekia (-)
Iris Warna cokelat, rugae (-) atropi
iris (-) coloboma (-) sinekia (-)
Tepi reguler, bentuk bulat Pupil Tepi reguler, bentuk bulat
Bening Lensa Bening
Media bening, warna kemerahan,
batas tegas
Funduskopi Media bening, warna
kemerahan,batas tegas
Gambar 7. Kelopak mata kiri pasien
24
Gambar 8. Kelopak mata kanan pasien
Diagnosa Kerja : Hordeolum Internum Palpebra Superior Inferior OD dan Palpebra Superior OS
Terapi :
a) Terapi Non Farmakologis
Edukasi pada pasien :
- Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih
- Hindari paparan debu dan kotoran terutama saat mengendarai motor.
- Hindari kebiasaan menggosok mata dengan tangan.
- Bila benjolan timbul kembali, kompres dengan air hangat 4-6 kali sehari selama 15
menit tiap kalinya untuk mencegah kekambuhan.
b) Terapi Farmakologis
- Antibiotik topikal: salep mata Gentamicin 4x1 ODS
- Antibiotik oral: Amoxicillin tablet 3x1
- Analgetika: Asam mefenamat tablet 3x1
25
KESIMPULAN
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Solok dengan mengeluhkan kelopak
matanya kanannya bengkak sejak 10 hari sebelum datang ke poliklinik mata. Sebelumnya
pasien merasakan adanya bengkak kecil pada kelopak matanya tersebut dan pasien tidak
terlalu memperhatikannya sehingga tidak diobati, pasien mengaku bengkak kecil tersebut
akibat sengatan serangga. Kemudian bengkak semakin membesar dan menimbulkan nyeri
disekitar pembengkakan dan akan terasa lebih nyeri apabila ditekan, dan apabila pasien
terkena debu atau sehabis pasien keluar dari rumah maka rasa nyeri akan bertambah lagi.
Pasien juga merasakan seperti ada yang mengganjal pada kelopak mata bagian bawah,
pasien merasakan matanya berair dan pedih sejak 3 hari yang lalu, rasa pedih dan berair
semakin terasa apabila terkena angin. Dan rasa bengkak juga dirasakan pada kelopak
mata sebelah kirinya. Namun penglihatan tidak terganggu.
Penegakan diagnosis terhadap pasien ini sudah sesuai dengan literatur yang ada. Pada
penetalaksanaan yang diberikan terhadap pasien juga telah sesuai dengan literatur untuk
penyakit hordeolum eksterna.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Lids and Lacrimal Apparatus. In: General
Ophthalmology. 18th ed. 2013. p.67-8.
2. Ilyas Sidarta, Yulianti Sri Rahayu. Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI ; 2013.
3. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2003:
Hal15 -16
4. Lindsley K, Nichols JJ, Dickersin K. Interventions for acute internal hordeolum.
Cochrane Database of Systematic Reviews 2013.
5. American Academy of Ophthalmology. Infectious diseases of the external eye: clinical
aspects. In:External Disease and Cornea. 8. San Francisco, CA: LEO; 2006-2007
6. Destafeno JJ, Kodsi SR, Primack JD. Recurrent Staphylococcus aureus chalazia in
hyperimmunoglobulinemia E (Job's) syndrome. Am J Ophthalmol. Dec
2004;138(6):1057-8.
7. Maria, B. 2007. Hordeolum. Online :
http://www.empowher.com/media/reference/hordeolum. diakses tanggal 19 mei 2011.
8. Babar TF, Zaman M, Khan MN, Khan MD. Risk factors of preseptal and orbital
cellulitis. J Coll Physicians Surg Pak. Jan 2009;19(1):39-42
9. Pinar-Sueiro S, Sota M, Lerchundi TX, Gibelalde A, Berasategui B, Vilar B, et al.
Dacryocystitis: Systematic Approach to Diagnosis and Therapy. Curr Infect Dis Rep. Jan
29 2012
27