bab i case

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Radang yang sering terjadi pada kelopak mata atau palpebra adalah radang pada kelopak mata dan tepi kelopka mata .rang bertuka atau tidak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut , dan salah satu penyakitnya adalah blefaritis. Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata , yang mana istilah blefaritis ini berasal dari bahasa Yunani yang atinya , blepharos adalah ‘kelopak mata’ dan akhiran ‘itis’ yang artinya peradangan.sedangkan peradangan itu sendiri artinya adalah istialah umum yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing lainnya,melindungi kita dari cedera atau infeksi dengan melibatkan berbagai derajat yaitu pembengkakan , kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi. Proses peradangan pada blefaritis biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut, hal ini ditandai dengan pembentukan minyak yang berlebihan didalam kelenjar didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri. 1

Upload: putri-dwi-ramadhani

Post on 07-Jul-2016

242 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

case

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I case

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Radang yang sering terjadi pada kelopak mata atau palpebra adalah radang pada kelopak

mata dan tepi kelopka mata .rang bertuka atau tidak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar

rambut , dan salah satu penyakitnya adalah blefaritis.

Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata , yang mana istilah

blefaritis ini berasal dari bahasa Yunani yang atinya , blepharos adalah ‘kelopak mata’ dan

akhiran ‘itis’ yang artinya peradangan.sedangkan peradangan itu sendiri artinya adalah

istialah umum yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan

zat kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing lainnya,melindungi

kita dari cedera atau infeksi dengan melibatkan berbagai derajat yaitu pembengkakan ,

kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.

Proses peradangan pada blefaritis biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut, hal ini

ditandai dengan pembentukan minyak yang berlebihan didalam kelenjar didekat kelopak

mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri.

Penyakit blefaritis pada orang awam sering menganggapnya penyakit mata lelah ,

berpasir dan terasa silau bila terpapar oleh cahaya.

Dalam beberapa kasus, kebanyakan dari mereka yang menderita penyakit ini karna

tingkat kebersihan mereka sangat kurang , artinya mereka jarang membersihkan kelopak

mata mereka dan area disekitarnya. Jadi hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh

masyarakat Indonesia bahwasanya kebersihan dan rajin membersihkan kelopak mata

termasuk sering keramas dan mencuci muka bisa mencegah penyakit blefaritis. Tak hanya itu

kebersihan dijaga juga dapat menghindari penggunaan antibiotic, dan beberapa peneliti juga

menyatakan bahwa mencuci muka dan membersihkan kelopak mata sebelum tidur sangatlah

bermanfaat karna dapat melindungi dari proses infeksi yang tejadi saat kita tidur. Tapi

apabila blefaritis itu sudah ke tingkat kronis, maka akan sulit disembuhkan., hal yang

terpenting adalah blefaritis tidak menyebabkan kerusakan permanen pada organ penglihatan.

1

Page 2: BAB I case

1.2 BATASAN MASALAH

Pembahasan case ini agar dapat mengetahui tentang definisi, klasifikasi, epidemiologi,

etiologi berdasarkan klasifikasinya, pathogenesis, diagnose (anamnesis, pemeriksaan fisik),

dan penatalaksanaan dari penyakit blefaritis

1.3 TUJUAN

a. Tujuan Umum

Penulis laporan kasus ini bertujuan untuk melengkapi syarat kepanitraan klinik

senior (KKS) Ilmu Penyakit Mata Di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Solok.

b. Tujuan Khusus

Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penyakit blefaritis

Definisi dan Klasifikasi

Etiologi

Patogenesis

Gejala klinis

Diagnosis

Penatalaksanaan

1.4 MANFAAT PENULIS

a. Bagi Mahasiswa

Sebagai bahan acuan dalam memahami dan mempelajari mengenai penyakit blefaritis

b. Bagi Masyarakat

Dapat menambah penegetahuan terhadap penyakit ini beserta pencegahan dan

pengobatan. Dengan demikian penderita dapat mengatahui bagaimana tindakan

selanjutnya apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah pada penyakit blefaritis ini

dan agar masyarakat mengetahui cara menjaga kebersihan.

BAB II

2

Page 3: BAB I case

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI PALPEBRA

Kelopak mata atau pelpebra memiliki fungsi melindungi bola mata dari trauma , trauma

sinar dan menjaga mata dari kekeringan bola mata, serta sekresi kelenjar yang membentuk

tear film di depan kornea serta menyebarkan nya ke konjungtiva setelah diproduksi

Palpebra atau kelopak mata terdiri dari palpebra superior dan inferior yang mana

merupakan modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian

anterior. Mekanisme berkedip melindungi korena dan konjungtiva dari dehidras. Palpebra

superior berakhir pada alis mata, palpebra inferior menyatu dengan pipi

Palpebra terdiri atas beberapa bidang jaringan utama. Dari superficial kedalam terdapat

lapis kulit,kelenjar, lapis otot rangka (orbikulasris akuli), kelenjar, jaringan fibrosa, dan

lapis membrane mukosa (konjungtiva palpebra ).

1. Kulit

Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian tubuh karena tipis dan halus

terutama dibagian depan, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak

subkutan serta dihubungkan oleh jaringan ikat yang halus juga dengan otot dibawahnya

sehingga kulit dengan mudah dapat digerakan dari dasarnya.akibatnya ketika terjadi

pembengkakan dan perdarahan oleh suatu sebab , mudah terjadi di area ini.

2. Musculus orbikularis akuli

Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra yang dipersarafi oleh nervus 7

(facialis).karna otot ini merupaka protaktor utama kelopak mata. Serat ototnya

mengelilingi fissura palpebra dan merupakan pompa lakrimalis, otot ini dibagi mejadi

pretarsal,preseptal dan orbital. Bagian pretarsal dan preseptal merupakan bagian dalam

gerakan palpebra involunter (berkedip tak sadar).sedangkan bagian otot ini yang orbita

merupakan bagian yang terlibat dalam penutupan kelopak mata yang dilakukan volunteer

(sadar/ dengan pemaksaan)

3

Page 4: BAB I case

3. Kelenjar

Kelopak mata atau palpebra memiliki beberapa kelenjar sebasea ,kelenjar moll

atau keringat , kelenjar zeis pada pangkal rambut, dan .kelenjar meibom pada tarsus dan

bermuara pada tepi palpebra.

4. Jaringan fibrosa (tarsus)

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa padat

yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak

mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak mata )

5. Konjungtiva palpebra

Bagian posterior palpebra dilapisi membrane mukosa, konjungtiva palpebra

melekat erat pada tarsus. Konjungtiva palpebra mengandung sel globet penghasil musin

dan kelenjar lakrimalis asesoris yang ditemukan di jaringan subkonjungtiva kelopak mata

superior dan inferior.

Gambar 1. Bagian Utama Palpebra

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu ( batas mukokutan ) menjadi tepian

anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan moll.

4

Page 5: BAB I case

Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam

folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat

yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan

bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea

yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.

Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke

sakus lakrimalis. .

Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian

otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan

ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang

mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra

inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan

fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas

bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi

oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus

okulomotoris.

Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah arteri palpebra. Persarafan

sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V (Trigeminus), sedang

kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Trogeminus).

Gambar 2. Anatomi Palpebra

5

Page 6: BAB I case

2.2. BLEFARITIS

2.2.1 DEFINISI

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata baik itu letaknya di palpebra dan tepi

palpebra. Proses peradangan pada blefaritis biasanya melibatkan folikel dan kelenjar

rambut, hal ini ditandai dengan pembentukan minyak yang berlebihan didalam kelenjar

didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri.

Blefaritis juga dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya

berjalan kronis atau menahun ataupun akibat paparan debu,asap, bahan kimia iritatif

dan bahan kosmetik yang merupakan pemicu timbulnya alergi

Gambar 3. Blefaritis dan Mata normal

2.2.2. KLASIFIKASI DAN GEJALA

Berdasarkan letaknya terdapat 2 bentuk blefaritis, yaitu blefaritis anterior dan

blefaritis posterior.

2.2.2.1 BLEFARITIS ANTERIOR

Blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,tempat dimana bulu mata

tertanam, yang merupakan radang bilateral kronik yang umum di tepi palpebra yang

biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe di

kepala dan alis mata (blefaritis sebore), walaupun jarang tapi juga dapat disebabkan

oleh alergi.

6

Page 7: BAB I case

Blefaritis anterior juga dibagi atas 2 jenis , yaitu

2.2.2.1.1 BLEFARITIS STAPILOKOKUS

Radang pada palpebra yang disebabkan oleh infeksi staphylococcus aureus

atau staphylococcus epidermidis (stafilokok , koagulase negative), Biasanya

disertai ulseratif (tukak) dan komplikasi yang dapat muncul pada blefaritis

stapilokokus ini berupa :

1. Hordeolum dapat terjadi apabila peradangan palpebra ini sudah mengenai

bagian anatomis kelenjar meibom atau kelenjar zeis dan moll palpebra yang

menyebabkan infeksi kelenjar ,

2. Kalazion terjadi karna sama-sama lokasi peradangan pada kelenjar meibom

dimana etiologi dari penyakit ini belum diketahui (idiopatik)

Kolonisasi atau infeksi strain stafilokokus dalam jumlah memadai sering

disertai dengan penyakit kelenjar meibom yang dapat menjadi salah satu

penyebab gangguan fungsi kelenjar meibom karna lipase bakteri dapat

menyebabkan peradangan di kelenjar meibom dan konjungtiva, serta

menyebabkan terganggunya film air mata.

Gambar 4 . Blefaritis stapilokokus

7

Page 8: BAB I case

2.2.2.1.2 BLEFARITIS SEBORREIK

Radang pada palpebra yang erat kaitannnya dengan dermatitis (radang kulit)

yang melibatkan kulit kepala dan alis mata. Pada penelitian , The American

dermatology mencatat bahwa penyebab kondisi ini belum terlalu jelas tapi tipe

blefaritis ini muncul pada orang dewasa dengan system kekebalan yang lemah,

jamur atau ragi jenis tertentu memakan minyak (lipid) dikulit yang menyebabkan

dermatitis. Pada blefaritis ini jarang disertai adanya tukak (non ulseratif) yang

umumnya berkaitan dengan keberadaan pityrosporum ovale (jamur) , tapi sejauh

ini belum terbukti sebagai penyebab blefaritis seboreik dan beberapa penelitian

menyatakan karna seborea (meningginya sekresi/pengeluaran kadar lemak kulit

secara berlebihan) pada seborea kulit kepala,alis dan telinga yang sering

menyertai blefaritis seborea,

Blefaritis seborea ini merupakan peradangan menahun yang sukar

penangannya, biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun) dengan

keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.biasanya blefaritis seboik ini disertai

dengan disfungsi kelenjar meibom.

Gambar 5 . Blefaritis seborreik

8

Page 9: BAB I case

A. Gejala blefaritis secara umum

Iritasi (peradangan) pada tepi palpebra

Rasa terbakar di tepi palpebra

Gatal di tepi palpebra

Banyak granulasi (sisik) yang menggantung di tepi palpebra yang terkena,

Mata yang terkena bertepi merah

Perbedaan Gejala dari 2 jenis blfaritis anterior

BLEFARITIS STAFILOKOK BLEFARITIS STREPTOKOKUS

Granulasi(Sisik) nya kering, terdapat pula

krusta yang keras dan eritema terutama di

basis bulu mata

Granulasi (sisik) berminyak, skuama

terbentuk halus

Palpebra merah Tepi palpebra tidak begitu merah

Ada ulkus kecil disepanjang tepi

palpebrabasi , terjadi bila sudah kronik

dengan eksaserbasi akut

Tidak ditemukan ulkus di tepi palpebra

Bulu mata cenderung rontok (madarosis) Sekret yang keluar dari kelenjar meibom

Apabila sudah mengenai kornea, hal ini

disebabkan oleh adanya erosi epithelial dan

infiltrasi pada tepi kelopak, hipersensiti

vitas terhadap stapilokokus munkin

menyebabkan keratitis epiteliel.

Air mata berbusa pada kantus lateral,

kadang disertai hyperemia dan hipertropi

papil pada konjungtiva.

Gangguan penyerta seperti instabilitas film

air dan dry eye sering terjadi

2.2.2.2 BLEFARITIS SUPERIOR

Blefaritis yang merupakan peradangan palpebra akibat disfungsi nya kelenjar

meibom yang terjadi secara kronik dan bilateral. Dimana blefaritis anterior dan

posterior dapat terjadi secara bersamaan.

9

Page 10: BAB I case

Blefaritis tipe ini sering bermanifestasi dalam beraneka macam gejala yang

mengenai palpebra, air mata , konjungtiva, dan kornea. Perubahan pada fungsi kelenjar

meibom menyangkut :

1. Peradangan muara meibom (meibominiatis)

2. Sumbata muara kelenjar oleh secret yang kental

3. Pelebaran kelenjar meibom dalam lempeng tarsus

4. Keluarnya secret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar dipencet.

Pada gejala juga sering menunjukan

1. Tepi palpebra tampak hiperemis dan telangiektasia (pelebaran pembuluh atau

kapile yang menetap),

2. Palpebra membulat dan menggulung ke dalam sebagian sebagai akibat parut

konjungtiva tarsal , membentuk hubungan yang abnormal antara film mata dan

prakornea serta muara kelenjar meibom.

3. Air mata berbusa atau berlemak

Gambar 6. Blefaritis anterior dan posterior

Berdasarkan penyebabnya terdapat 3 bentuk blefaritis, yaitu blefaritis bacterial,

jamur dan virus .

2.2.2.3 BLEFARITIS BAKTERIAL.

Infeksi bakteri pada kelopak mata dari tingkat ringan sampai berat, biasanya pada

tingkat ringan hanya diberikan antibiotic local dan kompres basah dengan asam borat

10

Page 11: BAB I case

dan blefaritis tipe ini sebagian besar dapat disebabkan oleh bakteri streptococcus yang

dalam bentuk ;

a. Folikulitis (radang pada daerah tumbuhnya folikel rambut)

b. Impetigo (radang pada lapisan kulit epidermis yang disebabkan oleh

streptololus dan stapilokokus)

2.2.2.3.1 BLEFARITIS SUPERFISIAL

Blefaritis yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, hal ini telah dijelaskan

pada blefaritis anterior tipe blefaritis staphylococcus.

2.2.2.3.2 BLEFARITIS SEBOREA

Blefaritis yang disebabkan karna radang pada palpebra yang erat kaitannnya

dengan dermatitis (radang kulit) yang melibatkan kulit kepala dan alis mata.hal ini

telah dijelaskan pada blefaritis anterior tipe blefaritis seborreik.

2.2.2.3.3 BLEFARITIS SKUAMOSA

Peradangan kelopak mata yang disebabkan oleh kelainan metabolic ataupun

jamur. Blefaritis yang disertai dengan adanya skuama atau krusta pada pangkal bulu

mata yang bila di kupas tidak mengakibatkan luka kulit.. merupakan peradangan

tepi kelopak mata yang terutama mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering

terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis tipe ini berjalan bersama

dermatitis seboreik.

Gejala yang dapat ditimbulkan diantaranya adalah :

a. Pasien merasa panas dan gatal pada palpebra

b. Terdapat granulasi halus yang dapat dikupas tanpa adanya perdarahan.

c. Terdapat penebalan margo palpebra

d. Terdapat madarosis.

Gambar 7. Blefaritis skuamosa11

Page 12: BAB I case

2.2.2.3.4 BLEFARITIS ULSERATIF

Blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus dimana ditandai dengan

gejala :

a. Keropeng berwarna kekuning kuningan yang bila diangkat akan tampak

ulkus kecil yang dapat mengeluarkan darah disekitar bulu mata

b. Skuama yang terbentuk sifatnya kering tetracycl.yang bila diangkat akan

luka disertai perdarahan

c. Penyakit ini bersifat infeksius

d. Ulkus yang terbentuk akan merusak folikel rambut sehingga menyebabkan

madarosis yang menjadi penyulit penyakit ini, sebab ulkus berjalan lebih

dalam merusak folikel rambut , bulu mata mengarah ke dalam/ abnormal

tumbuhnya (trikiasis) , lanjut ke keratitis superficial., hordeolum dan

kalazion artinya sudah mengenai kelenjar meibom.

Gambar 8 . Blefaritis Ulseratif

2.2.2.3.5 BLEFARITIS ANGULARIS

Infeksi pada tepi palpebra tepatnya pada kantus ekternus dan interus sehingga

dapat mengakibatkan pada fungsi pungtum lakrimalis . infeksi blefaritis ini

disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus

Gejala yang sering muncul adalah :

a. Kemerahan pada salah satu tepi kelopak mata

b. Bersisik (granulasi)

c. Maserasi (palpebra kenyal dan lunak)12

Page 13: BAB I case

d. Kulit pecah di kantus lateral dan medial

2.2.2.4 BLEFARITIS VIRUS

Belafaritis simplek yang merupakan radang tepi kelopak mata ringan dengan

terbentuknya krusta kuning basah sehingga kedua kelopak mata lengket, vesikel kecil

dikelilingi eritema yang dapat disetai dengan keadaan yang sama pada bibir sebagai

tanda herpes simplek kelopak.

Gambar 10. Blefaritis virus herpes simplek

2.2.3. PATOFISIOLOGI

Terjadi kolonisasi bakteri pada mata karna adanya pembentukan minyak yang

berlebihan didalam kelenjar dekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai

oleh bakteri dalam keadaan normal ditemukan di kulit.hal ini mengakibatkan invasi

mikrobakteri secara langsung pada jaringan disekitar kelopak mata sehingga system imun

rusak karna produksi toksin bakteri, sisa buangan sekresi dan enzim. Kolonisasi kelopak

mata dapat diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi meibom.13

Page 14: BAB I case

Pada blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar bulu mata yang

sebagian besar disebabkan oleh infekssi sthapilokokus atau seboroik.. yang pertama

dianggap hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. aureus

yang juga bertanggung jawab atas mata merah dan infiltrasi kornea perifer yang dapat

ditemukan pada mata pasien.

Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik yang melibatkan

kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telingan dan sternum. Karna berhubungan erat

antara kelopak dan permukaan ocular.,blefaritis dapat menyebabkan perubahan

inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea.

Pada blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibom dan

perubahan sekresi kelenjar meibom. Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan

asam lemak bebas. Hal ini meningkakan titik leleh dari melibum yang menghambat

ekspresi dari kelenjar sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata dan

memungkinkan pertumbuhan S.aureus

Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak sebagai surfaktan

mengakibatka meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas

Patofisiologi posterior melibatkan perubahan structural da disfungsi sekresi dari

kelenjar meibom yang mengeluarka meibum. Lapisan lipid eksternal dari tear film yang

bertanggung jawab untuk mengurangi pengupan tear film. Dan mencegah kontaminasi.

2.2.5. DIAGNOSIS

Diagnosis blefaritis ditegakkan berdasarkan anamnesis dari gejala-gejala dan

manifestasi klinis yang ditemukan pada pemeriksaan oftalmologis. Gejala blefaritis

timbul sebagai akibat adanya penurunan fungsi normal penglihatan dan penurunan

stabilitas air mata

Blefaritis juga dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif ,

pegujian dengan penekanan khusus pada evaluasi kelopak mata dan permukaan depan

bola mata diantara nya :

1. Riwayat pasien yang dapat ditemukan melalui gejala yang dialami pasien dan ada

hubungan dengan kontribusi terhadap masalah mata

14

Page 15: BAB I case

No Blefaritis anterior Blefaritis posterior

1. Sensasi seperti terbakar, berpasir da

fotofobia rigan dengan episode

remisi dan eksaserbasi yang

merupakan khas

2 Gejala biasanya memburuk dipagi

hari bahkan pada pasien yang dry eye

(mata kerig) dan meningkat

sepanjang hari

3 Gejala yang ditimbulkan berdasarkan

etiloginya

2. Pemeriksaan mata luar,termasuk struktur kelopak mata , tekstur kulit dan

penampilan bulu mata

3. Evaluasi penampang mata yang terkena.

15

Page 16: BAB I case

Gambar 11. Algoritma untuk mendiagnosis pasien dengan kelopak mata merah

2.2.5 PENATALAKSANAAN

2.2.5.1 TERAPI NON FARMAKOLOGI

1. Pasien diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan menempelkan

pada kelopak secara berulang dengan air hangat dihanduk, kain kasa direndam

atau dapat juga digunakan garam fisiologis hangat.pasien harus diinstruksikan

untuk menghindari penggunaan panas yang berlebihan. Aplikasi panas dilakukan

untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk memicu evakuasi

dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting dan ini juga bermanfaat

untuk melunakan krusta yang melekat pada bulu mata

2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang

menempel seperti ketombe dan sisik juga untuk membersihkan lubang

16

Page 17: BAB I case

kelenjar.yang dapat dilakukan dengan handuk hangat atau menggunakan cutton

bad yang mengandung cairan yang juga membantu melepaskan / membersihkan

krusta yang menutupi tepi kelopak mata 1- 2x sehari

3. Pada awal pengobatan dapat dilakukan 4x sehari selama 5 menit setiap kalinya

selanjutnya dapat dilakukan pengompresan sekali sehari dalam beberapa menit.

4. Jika terdapat dermatitis seboreik maka harus diobati terlebih dahulu

5. Jika terdapat kutu pada alis mata atau di kelopak mata , dapat dihilangkan

dengan mengoleskan jeli petroleum pada dasar bulu mata

6. Jika kelopak mata tersumbat , maka perlu dilakukan pemijatan pada kelopak

mata untuk mengeluarkan sisa yang mengumpul.

7. Jika pasien menggunakan kontak lensa, sarankan pasien untuk menghentikan

pemakaian selama proses pengobatan

7.2.5.2 TERAPI FARMAKOLOGI

Pengobatan dapat diberikan berupa antibiotic yang berfungsi untuk

membasmi bakteri penyebabnya diantarnya:

1. Salep antibiotic yaitu erythromicyn atau sulfacetamide

2. Dapat juga diberikan antibiotic per oral yaitu tetracycline

No BLEFARITIS PENATALAKSANAAN

1 Posterior 1. Tetrasiklin sistemik pada anak usia < 12

tahun dan ibu hamil serta ibu menyusui yang

digunakan karna antibiotic ini dapat memblok

produski lipase stapilokokus yang jauh

dibawah konsentrasi penghambat minimum

bakteri

2. Anterior 1. Antibiotic topical

Dapat digunakan asam fusidat, bacutracin atau

clorampenikol yang digunakan untuk folikulitis

akut yang diaplikasikan pada sisi kelopak mata

yang meradang

2. Antibiotic sistemik

17

Page 18: BAB I case

1. Seborreik 1. Bersihkan kelopak dengan kapas lidi hangat ,

nitras argental 1%

2. Gunakan salep sulfonamid untuk aksi

keratolitiknya

3. Kompres hangat selama 5-10 menit, tekan

kelenjar meibom dan bersihkan dengan

shampoo bayi.

4. Berikan antibiotic sistemik yaitu tetrasiklin

2x250 mg atau erythromycin 3x 250

2 Staphylococcus 1. Angkat krusta terlebih dahulu dengan kapas

basah sebelum diberikan antibiotik

2. Pemberian salep antibiotic seperti sulfonamid

dan sulfisoksazol

Virus dengan

simtomatik

1. Berikan antibiotic bila terdapat infeksi

sekunder

Jamur 1. Pada infeksi superficial (permukaan tertentu

/topical kulit) dapat berikan griseofulvin 0,5

sampai 1 mg sehari dengan dosis tunggal.

Kemudian diteruskan 1 – 2 minggu setelah

gejal menurun

2. Pada infeksi sistemik (yang melalui aliran

darah) dapat diberikan sulfonamid, penisilin

atau antibiotic spectrum luas.

Bacterial 1. Infeksi ringan dapat diberikan antibiotic local

dan kompres basah hangat dengan asam borat

2. Pada infeksi berat dapat diberikan antibiotic

sistemik

18

Page 19: BAB I case

2.2.10 Diagnosa Banding

Diagnosis banding hordeolum diantaranya adalah:

1) Kalazion

Merupakan peradangan kronik, fokal, dan steril dari kelenjar Meibom yang

tersumbat. Gejalanya terdapat peradangan ringan, terdapat benjolan yang tidak

hiperemis dan tidak nyeri.6

Gambar 4. Kalazion

2) Dakriosistitis

Merupakan infeksi akut atau kronik pada saccus lakrimalis. Pasien mengalami

gejala nyeri, bengkak, dan kemerahan pada kantus medialis. Dapat disertai demam,

diplopia, konjungtivitis, serta leukositosis.8

Gambar 5. Dakriosistitis

19

Page 20: BAB I case

3) Selulitis preseptal

Selulitis preseptal adalah infeksi pada kelopak mata dan jaringan lunak periorbital

yang ditandai dengan eritema kelopak mata akut dan edema. Dapat disertai dengan

konjungtivitis dan penurunan visus. Infeksi bakteri ini biasanya terjadi akibat

penyebaran lokal dari sinusitis atau dakriosistitis, dari infeksi okular eksternal, atau

trauma pada kelopak mata.

Gambar 6. Selulitis Preseptal

2.2.11 Komplikasi

Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat

longgar palpebra didepan septum orbita dan abses palpebra

2.2.12 Prognosis

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa

mengalami penyembuhan dengan sendirinya atau sembuh spontan dalam waktu 1-

2minggu. Namun pada banyak kasus, hordeolum dapat terjadi berulang. Oleh karena itu,

kebersihan daerah mata harus tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang

sakit serta terapi yang sesuai.

20

Page 21: BAB I case

BAB III

LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Rabu, 11 November 2015 pukul

10.00 WIB di Poliklinik Mata RSUD Solok.

3.1 Anamnesis

Identitas Pasien

Nama : Tn. Yano

Usia : 28 Tahun

Agama : Islam

Suku : Minang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Simpang Rumbio

Rawat jalan di poliklinik : Rabu, 11 November 2015

Keluhan Utama

Bengkak pada kelopak mata bagian bawah di sebelah kanan.

Riwayat Penyakit sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Solok dengan mengeluhkan kelopak mata

kanannya bengkak sejak 10 hari sebelum dating ke poliklinik mata. Sebelumnya pasien

merasakan adanya bengkak kecil pada kelopak matanya tersebut dan pasien tidak terlalu

memperhatikannya sehingga tidak diobati, pasien mengaku bengkak kecil tersebut akibat

sengatan serangga. Kemudian bengkak semakin membesar dan menimbulkan nyeri

disekitar pembengkakan dan akan terasa lebih nyeri apabila ditekan, dan apabila pasien

terkena debu atau sehabis pasien keluar dari rumah maka rasa nyeri akan bertambah lagi.

Pasien juga merasakan seperti ada yang mengganjal pada kelopak mata bagian bawah,

pasien merasakan matanya berair dan pedih sejak 3 hari yang lalu, rasa pedih dan berair

21

Page 22: BAB I case

semakin terasa apabila terkena angin. Dan rasa bengkak juga dirasakan pada kelopak

mata sebelah kirinya.Namun penglihatan tidak terganggu

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama seperti ini. Pasien tidak memiliki

riwayat memakai kacamata. Tidak terdapat riwayat trauma pada mata. Riwayat alergi

disangkal. Riwayat penyakit sistemik lain seperti DM, hipertensi, dan keganasan juga

disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit serupa. Tidak ada yang

sedang sakit mata di sekitar tempat tinggal pasien. Riwayat alergi, DM, hipertensi, dan

keganasan pada keluarga disangkal.

3.2 Pemeriksaan Oftalmologi

OD OS

6/6

(-)

Visus

PH

6/6

(-)

(+) Reflek Fundus (+)

Madarosis (-) trikhiasis (-)

krusta/skuama(+)distikhiasis (-)

Silia/ Supersilia Madarosis (-) trikhiasis (-)

krusta/skuama (-)distikhiasis (-)

Ptosis (-) pseudo ptosis (-)

Hiperemis (+) edem (+)

hordeolum (+) , nyeri tekan (+)

kalazion (-) abses (-) tumor (-)

xanthelasman (-) nevus (-)

Palpebra Superior Ptosis (-) pseudo ptosis (-)

Hiperemis (-) edem (+)

hordeolum (+) nyeri tekan (+)

tekan kalazion (-) abses (-)

tumor (-) xanthelasma(-)

22

Page 23: BAB I case

blefaritis (-) ektropion (-)

entropion (-) trikiasis (-)

nevus (-) blefaritis (-)

ektropion (-) entropion (-)

trikiasis (-)

Hiperemis (+) edema (+)

hordeolum (+) nyeri tekan (+)

kalazion (-) abses(-) tumor (-)

ptosis (-) lagoftalmos (-) blefaritis

(-) ektropion (-) entropion (-)

nevus(-) meibomits (-)

Hiperlakrimalis (+) obstruksi (-)

epifora (-) dakriosistitis (-)

dakristenosis(-)

Folikel (-) papil (-) lithiasis (-)

hiperemis (-) sikatrik (-)

membrane (-) pseudomembran (-)

Injeksi konjungtiva (-) injeksi

siliar (-) pterigium (-)

pinguekula(-)

Palpebra Inferior

Aparat Lakrimalis

Konjungtiva Tarsalis

Konjuntiva Bulbi

Hiperemis (-) edema (-)

hordeolum (-) kalazion (-)

abses(-) tumor (-) ptosis (-)

lagoftalmos (-) blefaritis (-)

ektropion (-) entropion (-)

nevus(-) meibomits (-)

Hiperlakrimalis (+)

obstruksi (-) epifora (-)

dakriosistitis (-) dakristenosis (-)

Folikel (-) papil (-) lithiasis (-)

hiperemis (-) sikatrik (-)

membrane (-)pseudomembran (-)

Injeksi konjungtiva (-) injeksi

siliar (-) pterigium (-)

pinguekula(-)

Warna putih Sklera Warna putih

Infiltrat (-) sikatrik (-) ulkus (-) Kornea Infiltrat (-) sikatrik (-) ulkus (-)

23

Page 24: BAB I case

edema (-) neovaskularisasi (-)

injeksi silier (-) arkus kornea (-)

edema (-) neovaskularisasi (-)

injeksi silier (-) arkus kornea (-)

hifema (-), hipopion (-), flare (-)

pigmen (-)

COA hifema (-), hipopion (-), flare (-)

pigmen (-)

Warna cokelat, rugae (-) atropi iris

(-) coloboma (-) sinekia (-)

Iris Warna cokelat, rugae (-) atropi

iris (-) coloboma (-) sinekia (-)

Tepi reguler, bentuk bulat Pupil Tepi reguler, bentuk bulat

Bening Lensa Bening

Media bening, warna kemerahan,

batas tegas

Funduskopi Media bening, warna

kemerahan,batas tegas

Gambar 7. Kelopak mata kiri pasien

24

Page 25: BAB I case

Gambar 8. Kelopak mata kanan pasien

Diagnosa Kerja : Hordeolum Internum Palpebra Superior Inferior OD dan Palpebra Superior OS

Terapi :

a) Terapi Non Farmakologis

Edukasi pada pasien :

- Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih

- Hindari paparan debu dan kotoran terutama saat mengendarai motor.

- Hindari kebiasaan menggosok mata dengan tangan.

- Bila benjolan timbul kembali, kompres dengan air hangat 4-6 kali sehari selama 15

menit tiap kalinya untuk mencegah kekambuhan.

b) Terapi Farmakologis

- Antibiotik topikal: salep mata Gentamicin 4x1 ODS

- Antibiotik oral: Amoxicillin tablet 3x1

- Analgetika: Asam mefenamat tablet 3x1

25

Page 26: BAB I case

KESIMPULAN

Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Solok dengan mengeluhkan kelopak

matanya kanannya bengkak sejak 10 hari sebelum datang ke poliklinik mata. Sebelumnya

pasien merasakan adanya bengkak kecil pada kelopak matanya tersebut dan pasien tidak

terlalu memperhatikannya sehingga tidak diobati, pasien mengaku bengkak kecil tersebut

akibat sengatan serangga. Kemudian bengkak semakin membesar dan menimbulkan nyeri

disekitar pembengkakan dan akan terasa lebih nyeri apabila ditekan, dan apabila pasien

terkena debu atau sehabis pasien keluar dari rumah maka rasa nyeri akan bertambah lagi.

Pasien juga merasakan seperti ada yang mengganjal pada kelopak mata bagian bawah,

pasien merasakan matanya berair dan pedih sejak 3 hari yang lalu, rasa pedih dan berair

semakin terasa apabila terkena angin. Dan rasa bengkak juga dirasakan pada kelopak

mata sebelah kirinya. Namun penglihatan tidak terganggu.

Penegakan diagnosis terhadap pasien ini sudah sesuai dengan literatur yang ada. Pada

penetalaksanaan yang diberikan terhadap pasien juga telah sesuai dengan literatur untuk

penyakit hordeolum eksterna.

26

Page 27: BAB I case

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Lids and Lacrimal Apparatus. In: General

Ophthalmology. 18th ed. 2013. p.67-8.

2. Ilyas Sidarta, Yulianti Sri Rahayu. Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta : Badan Penerbit

FKUI ; 2013.

3. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2003:

Hal15 -16

4. Lindsley K, Nichols JJ, Dickersin K. Interventions for acute internal hordeolum.

Cochrane Database of Systematic Reviews 2013.

5. American Academy of Ophthalmology. Infectious diseases of the external eye: clinical

aspects. In:External Disease and Cornea. 8. San Francisco, CA: LEO; 2006-2007

6. Destafeno JJ, Kodsi SR, Primack JD. Recurrent Staphylococcus aureus chalazia in

hyperimmunoglobulinemia E (Job's) syndrome. Am J Ophthalmol. Dec

2004;138(6):1057-8.

7. Maria, B. 2007. Hordeolum. Online :

http://www.empowher.com/media/reference/hordeolum. diakses tanggal 19 mei 2011.

8. Babar TF, Zaman M, Khan MN, Khan MD. Risk factors of preseptal and orbital

cellulitis. J Coll Physicians Surg Pak. Jan 2009;19(1):39-42

9. Pinar-Sueiro S, Sota M, Lerchundi TX, Gibelalde A, Berasategui B, Vilar B, et al.

Dacryocystitis: Systematic Approach to Diagnosis and Therapy. Curr Infect Dis Rep. Jan

29 2012

27