bab i bbl.normal

95
BAB I KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR NORMAL A. Definisi Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003). Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan 2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010). Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan (prawiroharjo, S, 2002). Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram. B. Anatomi Fisiologi 1. Anatomi http://durarida.blogspot.com/2012/06/askeb-bayi-baru-lahir-normal.html 2. Fisiologi Neonatus. Fisiologi neonatus ialah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus, yaitu satu organisme yang sedang tumbuh, yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan ekstra uteri,

Upload: rasyid

Post on 13-Jul-2015

7.885 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB I

KONSEP DASAR

BAYI BARU LAHIR NORMAL

A. Definisi

Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4

minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).

Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan

berat badan 2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010).

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir

akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan

atau gangguan (prawiroharjo, S, 2002).

Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan

yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga

mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.

B. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi

http://durarida.blogspot.com/2012/06/askeb-bayi-baru-lahir-normal.html

2. Fisiologi Neonatus.

Fisiologi neonatus ialah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital

neonatus, yaitu satu organisme yang sedang tumbuh, yang baru mengalami

proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan ekstra uteri,

tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi yaitu maturasi, adaptasi

dan toleransi.

a. Respirasi Neonatus.

Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran

gas harus melalui paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus

dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama

karena ada kelanjutan metabolisme anaerob. Rangsangan untuk

gerakan pernafasan pertama ialah tekanan mekanis dari toraks sewaktu

melalui jalan lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2merangsang

kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah

muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan. Refleks

deflasi, hering breus, selama ekspirasi, setelah inspirasi dengan

tekanan positif, terlihat suatu inspiratory gasp. Respirasi pada masa

demalus terutama diafragmatik dan abdominal dengan biasanya masih

tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan, setelah

paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang

dewasa, tetapi oleh karena bronchiolus relatif kecil, mudah terajadi air

tropping.

b. Jantung Dan Sirkulasi.

Pada masa fetus darah plasenta melalui vena umbilikalis

sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung kemudian

ke bilik kiri jangtung, dari bilik darah dipompa melalui aorta ke

seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan

sebagian melalui duktus arteriosus aorta. Setelah bayi lahir paru akan

berkembang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara

fungsional, hal ini terjadi pada jam-jam pertama, setelah kelahiran.

Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh sejumlah darah yang

melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun,

untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.

c. Traktus Digestivus.

Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan panjang

dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus

mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari

mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium

biasanya dalam 10 jam pertama. Dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah

berbentuk dan berwarna biasa. Enzim traktus digestivus biasanya

sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase

telah ditemukan pada fetus 7 – 8 bulan.

d. Hati dan Metabolisme.

Segera setelah lahir hati menunjukan perubahan biokimia dan

morfologis, yaitu kenalkan kadar protein dan penurunan kadar lemak

dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang walaupun

memakan waktu agak lama. Luas permukaan neonatus terlahir lebih

besar daripada orang dewasa, sehingg metabolisme basal per kg BB

lebih besar, pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran

karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak,

setelah mendapatkan susu lebih kurang pada hari keenam, energi 60 %

didapatkan dari lemak dan 40 % dari karbohidrat.

e. Produksi Panas.

Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan

suhu, yaitu: aktifitas otot, shivering, non shivering thermogenesis

(NST). Pada neonatus cara untuk meninggikan suhu terutama dengan

NST, yaitu dengan pembakaran „ Brown Fat „ yang memberikan lebih

banyak energi per gram dari pada lemak biasa.

f. Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal.

Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar

natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa

ruangan ekstraselular luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena

jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa, ada

ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerolus dan volume

tubulus proksimal „ Renal Blood Flow „ pada neonatus relatif kurang

bila dibandingkan dengan orang dewasa.

g. Kelenjar Endokrin.

Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada

waktu bayi baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi.

Misalnya dapat dilihat pembesaran kelenjaran air susu pada bayi laki-

laki ataupun perempuan. Kadang-kadang dapat dilihat „ With Drawal

„ misalnya pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid pada

bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna terbentuk sewaktu

lahir dan sudah mulai berfungsi sejak beberapa hari sebelum lahir.

h. Susunan Saraf Pusat.

Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikol.

Setelah lahir jumlah cairan otak berkurang sedangkan lemak dan

protein bertambah.

i. Imunoglobulin.

Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang

dan lamina proprianeum dan apendiks plasenta merupakan sawar

sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis. Pada bayi

baru lahir hanya terdapat globulin gamma G, yaitu imunologi dari ibu

yang dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil, tetapi bila

ada infeksi yang dapat melalui plasenta seperti illeus,taksoplasma,

herpes simpleks dan penyakit virus lainnya, reaksi imunologi dapat

terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A,

gamma G, gamma M, imunologi dalam kolostrum berguna sebagai

proteksi lokal dalam traktus digestivus, misalnya terhadap beberapa

strain E. Colli.( Ivan. 2012 dalam http://ivan-

vla.blogspot.com/2012/02/askep-bbl-normal_08.html).

Reflex-refleks fisiologis :

1. Mata

a. Berkedip atau reflek corneal

Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau

pada pandel atau obyek kearah kornea, harus menetapkan

sepanjang hidup, jika tidak ada maka menunjukkan adanya

kerusakan pada saraf cranial.

b. Pupil

Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus

sepanjang hidup.

c. Glabela

Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata)

menyebabkan mata menutup dengan rapat.

2. Mulut dan tenggorokan

a. Menghisap

Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral

sebagai respon terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada

selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada

saat tidur.

b. Muntah

Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau

masuknya selang harus menyebabkan bayi mengalami reflek

muntah, reflek ini harus menetap sepanjang hidup.

c. Rooting

Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan

menyebabkan bayi membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan

mulai menghisap, harus hilang pada usia kira – kira 3 -4 bulan

d. Menguap

Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan

jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup

e. Ekstrusi

Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan

mendorongnya keluar harus menghilang pada usia 4 bulan

f. Batuk

Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini

harus terus ada sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama

lahir

3. Ekstrimitas

a. Menggenggam

b. Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki

menyebabkan fleksi tangan dan jari

c. Babinski

d. Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan

menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan

haluks dorso fleksi

e. Masa tubuh

1) Reflek moro

Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang

menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba

serta mengisap jari dengan jari telunjuk dan ibu jari membentuk

“C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki dapat

fleksi dengan lemah.

2) Startle

Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan

dengan fleksi siku tangan tetap tergenggam

3) Tonik leher

Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan

dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan

yang berlawanan dan kaki fleksi.

4) Neck – righting

Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu

dan batang tubuh membalik kearah tersebut dan diikuti dengan

pelvis

5) Inkurvasi batang tubuh (gallant)

Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang

menyebabkan panggul bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.

(Sennysusilo. 2012 dalam http://sennysusilo.blogspot.com)

C. Patofisiologi & Patoflow

1. Patofisiologi

2. Patoflow

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Tes Diagnostik

a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat

sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila

ada sepsis).

b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan

dengan anemia atau hemolisis berlebihan).

c. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih

menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau

hemoragi prenatal/perinatal).

d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar

8mg/dl 1-2 hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.

e. Golongan darah RH.

(Marllyn. E, Doenges, 2001).

2. Terapi

a. Non Farmakologi

1) Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit

kelima setelah dilahirkan)

2) Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila

3) Penimbangan BB setiap hari

4) Jadwal menyusui

5) Higiene dan perawatan tali pusat

b. Farmakologi

1) Suction dan oksigen

2) Vitamin K

3) Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%,

perak nitral atau neosporin).

4) Vaksinasi hepatitis B

5) Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat

yang biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru

lahir adalah muskulus vastus lateralis.

(Bobak, M Irene, 2005)

E. Penatalaksanaan

Manajemen BBL normal

1. Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi

pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan

a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan

jalan membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering

dan hangat, memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau

puting susu ibu, tidak memandikan sebelum berumur 6 jam.

b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama

2. Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi

3. Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg

sekali pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali

pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).

4. Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau

klorampenikol.

5. Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering

tidak lembab.

6. Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.

(Rizki. 2012 dalam http:// asuhan-keperawatan-bayi-normal)

F. Konsep Pertumbuhan

1. Pengertian

Pertumbuhan adalah Bertambahnya jumlah sel diseluruh bagian tubuh

yang secara kuantitatif dapat diukur (Hidayat,2005).

Pertumbuhan adalah perubahan dalam ukuran atau nilai yang memberikan

ukuran tertentu dalam kedewasaan.(Nelson,2000).

Pertumbuhan adalah adalah suatu yang berhubungan dengan masalah

perubahan dalam besar,jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ

maupun individu.(Markum,2002)

2. Iii

3.

G. Konsep Perkembangan

1. Pengertian

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi

tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan,

dan diramalkan sebagai hasil dari proses dirensiasi sel, jaringan tubuh,

organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (Nursalam, 2001).

Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang

dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan, dan belajar (Whelly and

Wong, 1999)

2. Ojoj

3.

H. Konsep Hospitalisasi

1. Pengertian

Hospitalisasi merupakan pengalaman penuh strees baik bagi anak

maupun keluarganya. Stressor utama yang dialami dapat berupa

perpisahan dengan keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh, dan rasa

nyeri. Reaksi anak dapat dipengaruhi oleh perkembangan usia anak,

pengalaman terhadap sakit dan perpisahan, diagnosis penyakit, system

dukungan, koping terhadap strees, sedangkan stressor keluarga dapat

berupa rasa takut, cemas, bersalah, tidak percaya bila anak sakit dan

frustasi (Nursalam, dkk, 2001).

2. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi Berdasarkan Tahap Perkembangan

Reaksi anak terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit dipengaruhi oleh

perkembangan dan usia, pengalaman sebelumnyatehadapsakit dan dirawat

dirumah sakit, support system yang tersedia serta keterampilan koping

dalam menangani strees.

a. Reaksi anak berdasarkan tahap perkembangan

1) Bayi (0-1 tahun)

Bila bayi berpisah dengan orangtua, maka pembentukan rasa

percaya dan pembinaan kasih sanyangnya dapat terganggu. Pada

bayi usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal

bagaimana reaksi bayi bila dirawat. Pada bayi usia 8 bulan atau

lebih telah mengenal ibunya sebagai orang yang berbeda dengan

dirinya.

2) Todler (1-3 tahun)

Todler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

yang memadai dan pengertian tehadap realitas terhadap, hubungan

anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan

menmbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi diri anak

dan lingkungan yang dikenal serta akan mengakibatkan perasaan

tidak aman dan rasa cemas.

3) Usia Sekolah (6-12 tahun)

Anak usia sekolah yang dirawat dirumah sakit akan mrasa khwatir

tehadap perpisahan terhadap sekolah dan teman sebayanya, takut

akan kehilangan keterampilan, merasa kesepian dan sendiri.

4) Usia Remaja

Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat dirumah

sakit adalah akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya atau

kelompok, anak tidak merasa takut berpisah dengan orangtua tetapi

takut kehilangan status dan hubungan dengan teman sekelompok.

b. Respon prilaku anak akibat perpisahan dibagi 3 tahap yaitu :

1) Tahap protes (protest)

Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit

dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif

agar orang tahu bahwa iya tidak ingin ditinggalkan orangtuanya

serta menolak perhatian orang lain

2) Tahap putus asa (despair)

Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang tidak

aktif, kurang minat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik

diri, sedih dan apatis.

3) Tahap menolak/ denial (Detachment)

Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan

menerima hubungan dangkal dengan orang lain serta menyukai

lingkungan.

3. Reaksi Keluarga Terhadap Anak dengan Hospitalisasi

Reaksi keluara terhadap anak dipengaruhi oleh banyak factor keseriusan

penyakit, pengalaman sakit, serta support system yang ada, reaksi dapat

muncul pada orang maupun saudaranya.

a) Reaksi orang tua

Orang tua akan mengalami strees jika anaknya sakit dan harus dibawa

kerumah sakit kecemasan akan meningkat jika mereka kurang

informasi tentang prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya

terhadap masa depan anak.

b) Reaksi sibling

Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit

adalah marah, cemburu, benci dan bersalah orang tua sering kali

mencurahkan perhatiannya lebeh besar terhadap anak yang sakit, hal

ini akan menimbulkan rasa cemburu pada anak yang sehat dan anak

merasa sakit.

4. Peran perawat dalam mengurangi stress akibat hospitalisasi

Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk

meminimalkan efek negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi

keperawatan adalah meminimalkanstessor perpisahan, kehilangan kontrol

dan perlukaan tubuh atau rasa nyeri pada anak serta memberi support

kepada keluarga seperti membantu perkembangan hubungan dalam

keluarga dan memberikan informasi.

5. Bermain untuk mengurangi stress akibat hospitalisasi

Bermain penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial. Oleh

karena itu sangat penting adanya ruang bermain bagi anak untuk

memberikan rasa aman dan menyenangkan. Dalam pelaksanaan aktifitas

bermain di rumah sakit dan permainan yang sesuai dengan usia atau

tingkatan tubuh kembang anak. Sehingga tujuan bermain yaitu untuk

mempertahankan peroses tubuh kembang dapat dicapai secara optimal

I. Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak

semi koma saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur

dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.

b. Pernapasan dan Peredaran Darah

Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai

status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan

peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun

secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan

pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi

denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam

pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit

(tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).

Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna

ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan

darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42,

tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama

kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15

mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak

biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.

c. Suhu Tubuh

Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-37

0C.

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.

d. Kulit

Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat

dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan

selangkangan. Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih

kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks

kaseosa.

e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas

Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan

jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung

rambut sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.

f. Tali Pusat

Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan

tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di

sekitarnya.

g. Refleks

Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :

1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang

mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.

2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan

dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar

graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.

3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang

datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.

4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh

kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.

5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam

mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.

h. Berat Badan

Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.

Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan

lahir. Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.

i. Mekonium

Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap

hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24

jam pertama.

j. Antropometri

Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan

atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar

kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento

occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas

normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.

k. Seksualitas

Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda

vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas

berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum

tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.

J. Diagnosa Keperawatan

1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan refleks hisap tidak adekuat.

2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan

lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.

3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya

air (IWL), keterbatasan masukan cairan.

5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang

terpaparnya informasi.

K. Rencana Keperawatan

1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan refleks hisap tidak adekuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil:

a) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.

b) Intake dan output makanan seimbang.

c) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.

Rencana tindakan:

a) Timbang BB setiap hari.

b) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.

c) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10

menit.

d) Lakukan pemberian makanan tambahan.

e) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian

makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa meningkat).

2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan

lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.

Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.

Kriteria:

a) Suhu tubuh normal 36-370 C.

b) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan

pucat.

Rencana tindakan:

a) Pertahankan suhu lingkungan.

b) Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.

c) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga

air bayi tidak kedinginan.

d) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor,

pucat, kulit dingin).

3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.

Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil:

a) Bebas dari tanda-tanda infeksi.

b) TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit

c) Tali pusat mengering

Rencana tindakan :

a) Pertahankan teknik septic dan aseptic.

b) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali

perhari.

c) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.

d) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.

e) Ukur TTV setiap 4 jam.

f) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya

air (IWL), keterbatasan masukan cairan.

Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil:

a) Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan

output kurang dari 1-3ml/kg/jam.

b) Membran mukosa normal.

c) Ubun-ubun tidak cekung.

d) Temperature dalam batas normal.

Rencana tindakan :

a) Pertahankan intake sesuai jadwal

b) Berikan minum sesuai jadwal

c) Monitor intake dan output

d) Berikan infuse sesuai program

e) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit,

mata

f) Monitor temperatur setiap 2 jam

5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang

terpaparnya informasi.

Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan

bayi

Kriteria hasil:

a) Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi.

b) Orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.

Rencana tindakan:

a) Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan

perawatan dan pengobatan.

b) Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama.

c) Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada.

d) Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir.

e) Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi.

f) Jelaskan komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin

b. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan

kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus

dimiliki perawat pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi

keperawatan. Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang

dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan-tindakan

keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan

yaitu:

c. a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat

memberikan intervensi dengan respon segera.

d. b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan

analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang

direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga

sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tettentu

yang membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau

tercapai sebagian.

e. 1) Tujuan Tercapai

f. Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan

perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah

ditetapkan

g. 2) Tujuan tercapai sebagian

h. Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai

secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah

atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih

merasa mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.

i. 3) Tujuan tidak tercapai

j. Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya

perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.

k. Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara teori

adalah :

l. a. Resiko tinggi perubahan nutrisi tidak terjadi.

m. b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh tidak terjadi.

n. c. Resiko tinggi infeksi tidak terjadi.

o. d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tidak terjadi.

p. e. Kurangnya pengetahuan orang tua teratasi.

BAB II

TINJAUAN KASUS

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Duraida. 2012. Askeb Bayi Baru Lahir

.http://durarida.blogspot.com/2012/06/askeb-bayi-baru-lahir-normal.html di akses

sabtu, 26 Januari 2012 Pukul 22.56 WIB

DAFTAR PUSTAKA

_________, 1985, Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,

Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby

IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby

Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta

Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan

Dokter Anak Indonesia.

Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,

Philadelphia USA

Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta

Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta

Noer. S., Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I.,

Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit FKUI,

Jakarta.

LAMPIRAN

Rabu, 08 Februari 2012 , http://ivan-vla.blogspot.com/2012/02/askep-bbl-normal_08.html

ASKEP BBL NORMAL

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR NORMAL

1. Fisiologi Neonatus. Fisiologi neonatus ialah ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus,

yaitu satu organisme yang sedang tumbuh, yang baru mengalami proses kelahiran

dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan ekstra uteri, tiga faktor yang

mempengaruhi perubahan fungsi yaitu maturasi, adaptasi dan toleransi.

1) Respirasi Neonatus.

Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas harus melalui

paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya

dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan metabolisme anaerob.

Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah tekanan mekanis dari toraks

sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2merangsang

kemoreseptor terletak disinus karotikus, rangsangan dingin di daerah muka dapat

merangsang permulaan gerakan pernafasan. Refleks deflasi, hering breus, selama

ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu inspiratory gasp.

Respirasi pada masa demalus terutama diafragmatik dan abdominal dengan

biasanya masih tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan, setelah

paru berfungsi, pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang dewasa, tetapi

oleh karena bronchiolus relatif kecil, mudah terajadi air tropping.

2) Jantung Dan Sirkulasi.

Pada masa fetus darah plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati,

sebagian langsung ke serambi kiri jantung kemudian ke bilik kiri jangtung, dari

bilik darah dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah

dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus aorta. Setelah

bayi lahir paru akan berkembang mengakibatkan menutupnya foramen ovale

secara fungsional, hal ini terjadi pada jam-jam pertama, setelah kelahiran.

Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh sejumlah darah yang melalui

transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian

naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.

3) Traktus Digestivus.

Traktus digestivus pada neonatus relatif lebih berat dan panjang dibandingkan

orang dewasa. Pada neonatus traktus digestivus mengandung zat yang berwarna

hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium.

Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama. Dan dalam 4 hari

biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa. Enzim traktus digestivus

biasanya sudah terdapat pada neonatus kecuali amilase pankreas, aktifitas lipase

telah ditemukan pada fetus 7 – 8 bulan.

4) Hati Dan Metabolisme.

Segera setelah lahir hati menunjukan perubahan biokimia dan morfologis, yaitu

kenalkan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik

juga mulai berkurang walaupun memakan waktu agak lama. Luas permukaan

neonatus terlahir lebih besar daripada orang dewasa, sehingg metabolisme basal

per kg BB lebih besar, pada jam pertama energi didapatkan dari pembakaran

karbohidrat. Pada hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak, setelah

mendapatkan susu lebih kurang pada hari keenam, energi 60 % didapatkan dari

lemak dan 40 % dari karbohidrat.

5) Produksi Panas.

Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan suhu, yaitu: aktifitas

otot, shivering, non shivering thermogenesis (NST). Pada neonatus cara untuk

meninggikan suhu terutama dengan NST, yaitu dengan pembakaran „ Brown Fat „

yang memberikan lebih banyak energi per gram dari pada lemak biasa.

6) Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal.

Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif

lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraselular

luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak

orang dewasa, ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerolus dan

volume tubulus proksimal „ Renal Blood Flow „ pada neonatus relatif kurang bila

dibandingkan dengan orang dewasa.

7) Kelenjar Endokrin.

Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru

lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi. Misalnya dapat dilihat

pembesaran kelenjaran air susu pada bayi laki-laki ataupun perempuan. Kadang-

kadang dapat dilihat „ With Drawal „ misalnya pengeluaran darah dari vagina

yang menyerupai haid pada bayi perempuan, kelenjar tyroid sudah sempurna

terbentuk sewaktu lahir dan sudah mulai berfungsi sejak beberapa hari sebelum

lahir.

8) Susunan Saraf Pusat.

Sewaktu lahir fungsi motorik terutama ialah subkortikol. Setelah lahir jumlah

cairan otak berkurang sedangkan lemak dan protein bertambah.

9) Imunoglobulin.

Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang dan lamina

proprianeum dan apendiks plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari

antigen dan stress imunologis. Pada bayi baru lahir hanya terdapat globulin

gamma G, yaitu imunologi dari ibu yang dapat melalui plasenta karena berat

molekulnya kecil, tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta seperti

illeus,taksoplasma, herpes simpleks dan penyakit virus lainnya, reaksi imunologi

dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan anti body gamma A, gamma G,

gamma M, imunologi dalam kolostrum berguna sebagai proteksi lokal dalam

traktus digestivus, misalnya terhadap beberapa strain E. Colli.

2. Pemeriksaan Fisik Neonatus. Tujuan pemeriksaan fisik neonatus segera setelah lahir ialah untuk

menemukan kelainan yang segera memerlukan pertolongan dan sehingga dasar

untuk pemeriksaan selanjutnya. Sebelum memeriksa neonatus sebaiknya

pemeriksaan mengetahui riwayat kehamilan dan persalinan.

1) Keadaan Umum.

a) Keaktifan.

Bila bayi diam, mungkin bayi sedang tidur nyeyak atau mungkin pula ada defresi

susunan saraf pusat karena obat atau karena sesuatu penyakit. Bila bayi bergerak

aktif dipertahankan apakah pergerakan itu simetris atau tidak. Keadaan yang

asimetris dapat dilihat misalnya pada keadaan patah tulang, kerusakan

saraf,leukosia dsb.

b) Keadaan Gizi

Dapat dinilai dari berat badan, panjang badan, dan kerut pada kulit, ketegangan

kulit hati-hati terhadap edema, karena dapat disangka gizi baik.

c) Rupa.

Kelainan kongenital tertentu sering sudah dapat dilihat pada rupa neonatus. Misal

sindrom down, kretinisme, agenesis ginjal bilateral dsb.

d) Posisi.

Sering bergantung pada letak presentase janin intravena. Posisi yang biasa ialah

dalam keadaan fleksi tungkai dan lengan.

e) Kulit.

Normal warna kulit ialah kemerah-merahan, dilapis oleh verniks caseosa yang

melindungi kulit bayi dan terdiri dari campuran air dan mineral dan mengandung

sebum lainnya. Sel peridermal dan debis lain. Warna kulit menggambarkan

beberapa keadaan misalnya warna pucat terdapat anemia, renjatan, warna kuning

terdapat pada inkompatibilitas antara darah ibu dan bayi, sepsis. Warna biru

ditemukan pada aspiksia livida. Kelainan jantung kongenital dengan pirau dari

kanan dan kiri.

2) Kepala Dan Leher.

Tulang kepala sering menunjukan “moulage” yaitu tulang parietal biasanya

berhimpitan dengan tulang oksipitas dan frontal, sehingga mengukur lingkaran

kepala sebaiknya ditunggu setelah “moulage” itu hilang, lingkaran kepala besar

ialah melalui glabela dan oksipitalis biasanya antara 33 – 38 cm. Perhatikan juga

kaput suksdanium,perdarahan, subaponeurotik, hematoma cepal.

BAYI BARU LAHIR NORMAL

1. Pengertian.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada umur 36 minggu sampai 42

minggu dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram.

2. Spesifikasi Bayi Baru Lahir Normal. 1) Initial ukuran dan vital sign.

Panjang : Ukuran bokong 31 – 55, kepala sampai tumit 48 – 53 cm.

Berat : 2500 – 4000gram.

Suhu : Ketiak = 36,5 – 37 „C.

Rektum = 35,5 – 37,5 „C.

Denyut Jantung : 110 – 160 x/m.

Respirasi : 40 – 60 x/m.

2) Kulit.

Kelihatan lembut, halus, hampir transparan, elastis, bermukan merah, vernik

caseosa dan lanuno sedikit.

3) Kepala.

Kepala fleksi ke dada, tengkorak bertingkat, lembut, fontanella mayor 3 – 6 cm,

fontanella minor 1 – 2 cm.

4) Leher.

Pendek dan lurus, bayi yang tiarap dapat menahan leher, dengan memutar kepala

dengan satu sisi lainnya, bayi yang dalam posisi duduk memperlihatkan

kemampuan sementara waktu untuk menegakkan kepala. Lingkar

kepala OB = 35 cm, OS = 34 cm, OK = 32 cm.

5) Mata.

Pupil berbentuk bulat, respon terhadap cahaya langsung bereaksi.

6) Telinga.

Respon terhadap suara nyaring dengan terkejut, membran timpani terlihat suram.

7) Hidung, tenggorokan, dan mulut.

Bayi bernafas dengan hidung, dapat bersin dan menangis dengan kuat, lidah

terletak digaris tengah mulut, palatum lengkap, refleks isap baik.

8) Dada dan paru.

Lingkar dada 30,5 – 33 cm, diameter anterior posterior dan lateral adalah sama,

ujung xipoie anterior menonjol pada puncak dari sudut iga, pernafasan

perut 40 – 60 x/m. sebentar lambat dangkal atau dalam dan cepat dengan

periode apneu 6 – 15 detik, suara nafas jelas, nyaring, bronchovesikuler dan

hipersonan, terkadang payudara mengeluarkan sekret.

9) Punggung dan ekstrimitas.

Tangan dan kaki mempunyai ukuran, bentuk dan letak yang simetris, tubuh fleksi

dan kedua tangan menggenggam, tulang belakang lurus saat berbaring dan

menapak pada posisi berbaring telungkup “seperti huruf C” punggung stabil dan

tidak terjadi dislokasi, tonus otot baik terutama ketahanan terhadap posisi fleksi

yang berlawanan dan rentang penuh sendi utama.

10) Jantung.

Mengikuti kecendrungan pernafasan, denyut jantung 110 – 160 x/m, bunyi

jantung jelas dan teratur, frekuensi tidak teratur, PMI mungkin terlihat dari

interkosta ke 4 kiri dan garis midklavikula, S1 lebih nyaring, S2 pada puncak dan

S2 lebih nyaring dari S1 di daerah pulmonal.

11) Perut.

Lunak dengan bentuk silinder, menonjol, pada permukaan perut terlihat

permukaan vena, ujung umbilikal kering dan agak gelap, liver teraba kenyal,

ujung tajam / halus, 1 – 2 cm dibawah kosta iga kanan, ujung lien sepanjang

pinggir dari sudut kuadran kiri atas, ginjal bisa dipalpasi dalam dengan menekan

sekitar 1 – 2 cm diatas umbilikal.

12) Genetalia wanita dan pria.

Labia mayora menutup labia minora, klitoris sudah agak tetutup. Pada pria glans

plenis ditutupi oleh kulit dimana terdapat saluran uretra, tertis sudah dalam

skrotum, urin terlihat jernih.

13) Rektum.

Anus ada, mekonium ada, refleks anus jelas.

3. Perawatan Bayi Baru Lahir. 1) Pencegahan hipotermia.

♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.

♦ Pantau suhu bayi.

2) Pemenuhan nutrisi.

♦ Rawat gabung dan ASI ekslusif yang adekuat.

3) Pencegahan aspirasi.

♦ Tehnik menyusui yang baik.

♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan.

♦ Ebservasi vital sign dan keadaan umum.

4) Pencegahan infeksi.

♦ Perawatan yang steril.

♦ Personal hygent.

ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI BARU LAHIR

1. Biodata.

1) Identitas bayi.

2) Identitas orang tua.

2. Riwayat Kesehatan. 1) Riwayat penyakit sekarang.

Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.

2) Riwayat perinatal.

Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.

3) Riwayat persalinan.

Cara persalinan, trauma persalinan.

3. Pemeriksaan Fisik. 1) Keadaan umum.

♦ Kesadaran.

♦ Vital sign.

♦ Antropometri.

2) Kepala.

Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom, tanda forcep.

3) Mata.

Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe.

4) Sistem gastrointestinal.

Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk disusui, muntah /

distensi abdomen, stomatitis, BAB.

5) Sistem pernafasan.

Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak, bunyi nafas

6) Tali pusat.

Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan jumlah pembuluh

darah ( 2 arteri, 1 vena ).

7) Sistem genitourinaria.

Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK,

8) Ekstrimitas.

Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur normal /

abnormal.

9) Sistem muskuluskletal.

Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris.

10) Kulit

Pustula, abrasi, ruam ptekie.

4. Pemeriksaan Fisik. 1) Apgar Score.

2) Frekuensi kardiovaskuler.

Apakah takikardi, bradikardi / normal.

3) Sistem neurologis.

Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif.

4) Refleks mengisap = kuat / lemah.

Refleks menjejak = baik / buruk.

Koordinasi refleks menghisap dan menelan.

5. Pemeriksaan Laboratorium. 1) Sampel darah tali pusat.

2) Jenis ketonuria.

3) Hematokrit.

6. Diagnosa Keperawatan. 1) Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.

2) Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan

bayi.

3) Resiko terhadap aspirasi.

7. Tujuan Dan Kriteria. 1) Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria:

♦ Suhu 36,5 „C – 37,2 „C.

♦ Tubuh kemerahan, tidak pucat.

2) Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:

♦ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat.

♦ Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial

3) Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria:

♦ Pernafasan normal.

♦ Sianosis (-).

8. Intervensi Keperawatan. 1) Diagnosa I.

♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.

♦ Pantau suhu bayi tiap hari.

♦ Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat.

2) Diagnosa II.

♦ Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik.

♦ Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis.

♦ Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering.

♦ Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan.

♦ Jaga personal hygent bayi.

♦ Minimalkan perawatan tinggal di RS.

♦ Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan, infeksi.

3) Diagnosa III.

♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara

perlahan.

♦ Ajarkan tehnik menyusui yang benar.

♦ Observasi vital sign dan keadaan umum.

9. Daftar Pustaka. Pusdiknakes.1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks Keluarga.DepKesRI;

Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI NORMAL APLIKASI NANDA, NOC, NIC Diposkan oleh Rizki Kurniadi,

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-bayi-

normal-aplikasi.html

A. Pendahuluan

Bayi baru lahir (BBL) dengan kondisi normal merupakan dambaan setiap

pasangan orang tua. Sebagian besar BBL (< 80%) akan lahir dengan kondisi

normal. Hal ini sebagian besar merupakan kelanjutan keberhasilan hasil

konsepsi dan indikator pelayanan kesehatan maternal-neonatal yang baik dan

berkualitas. Namun ada kalanya bayi yang lahir dalam keadaan normal dalam

perjalanan hidupnya kemudian menjadi bermasalah. Untuk itu diperlukan

kecermatan dan perhatian dalam perawatan BBL, meskipun terlahir normal.

Nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesarea (SC) banyak

tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC. Menurut

statistik di negara-negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang

baik, kematian perinatal pasca SC berkisar 4-7%.

B. Kriteria Bayi Normal

a. Masa gestasi cukup bulan: 37-40 minggu

b. Berat lahir 2500-4000 gram

c. Lahir tidak dalam keadaan asfiksia: (lahir menangis keras, nafas spontan dan

teratur, skor Apgar >7.

d. Tidak terdapat kelainan kongenital berat

C. Langkah Promotif/Preventif

a. Mempersiapkan kehamilan ibu dengan baik dengan memperhatikan status

nutrisi, kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil

b. Melaksanakan perawatan antenatal yang teratur

c. Melakukan perawatan perinatal esensial

d. Mencegah persalinan prematur

e. Melakukan resusitasi dengan baik dan benar.

D. Langkah Diagnosis

1. Anamnesis

a. Riwayat perawatan antenatal yang teratur

b. Riwayat HPMT 9 hari pertama haid terakhir)

c. Riwayat kehamilan ibu baik; tidak ada DM, preeklamsia / eklamsia, hipertensi,

perdarahan antepartum

d. Riwayat persalinan normal

e. Riwayat bayi lahir langsung menagis

2. Pemeriksaan fisik :

a. Berat lahir 2500-4000 gram

b. Tidak dijumpai tanda-tanda prematuritas

c. Bayi bugar, menangis keras, tonus otot baik, kulit kemerahan dan denyut jantung

>100 kali/menit

d. Tidak dijumpai kelainan kongenital

3. Pemeriksaan penunjang

Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan penunjang, kecuali dalam keadaan ragu

dan atau untuk menghitung masa gestasi, maka dapat dilakukan pemeriksaan

skor ballard atau dubowitz

E. Penatalaksanaan

Manajemen BBL normal

1 Perawatan esensial pasca persalinan yang bersih dan aman, serta inisiasi

pernafasan spontan (resusitasi), dilanjutkan dengan

a. Stabilisasi suhu atau jaga agar suhu badan bayi tetap hangat dengan jalan

membungkus badan dengan kain, selimut, atau pakaian kering dan hangat,

memakai tutup kepala, segera meletakkan pada dada atau puting susu ibu, tidak

memandikan sebelum berumur 6 jam.

b. Pemeriksaan asi dini dan eksklusif, dimulai pada 30 menit pertama

2 Pencegahan terhadap infeksi dan pemberian imunisasi

3 Pemberian vitamin K, secara intramuskuler atau oral, dosis injeksi 1 mg sekali

pemberian, atau oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat

lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).

4 Perawatan mata dengan pemberian tetes mata antibiotika tetrasiklin atau

klorampenikol.

5 Perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan dan agar tetap kering tidak

lembab.

6 Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama.

F. Pemantauan

Terapi

1. Bayi normal biasanya tidak memerlukan terapi lebih lanjut

Pemantauan lain:

2. Meskipun bayi normal, tetap harus dipantau selama minimal 6 jam

untuk melihat kemungkinan timbulnya bahaya,

terutama hipotermi dan hipoglikemia sertagangguan nafas.

Pemantauan tumbuh kembang:

3. Perlu kunjungan tindak lanjut pada bidan atau dokter

4. Pemeriksaan imunisasi BCG pada usia 1 bulan

5. Periksa teratur di klinik tumbuh kembang, pos yandu, puskesmas,

bidan atau dokter praktek untuk memantau tumbuh kembangnya.

G. Asuhan keperawatan bayi baru lahir normal

Pengkajian

1. Pengkajian fisik

a. Pengukuran umum :

Lingkar kepala 33-35 cm,

Lingkar dada 30,5-33 cm,

Lingkat kepala 2-3 cm > dari linkar dada,

Panjang kepala ke tumit 48-53 cm,

BBL 2700-4000 gram

b. Tanda vital :

Suhu 36,50C-370C (aksila),

Frekwensi jantung 120-140 x/m (apical),

Pernafasan 30-60x/m

Tekanan darah

c. Kulit :

Saat lahir: merah terang, menggembung, halus

Hari kedua-ketiga: merah muda, mengelupas, kering

Vernik kaseosa

Lanugo

Edema sekitar mata, wajah, kaki, punggung tangan, telapak, dan skrotum atau

labia.

d. Kepala

Fontanel anterior: bentuk berlian, 2,5-4,0 cm

Fontanel posterior:bentuk segitiga 0,5-1 cm

Fontanel harus datar, lunak danpadat

Bagian terlebar dari fontanel diukur dari tulang ke tulang, bukan dari sututa ke

sutura.

e. Mata :

Kelopak biasanya edema, mata tertutup

Warna agak abu-abu, biru gelap, coklat

Tida ada air mata

Ada refleks merah, reflek pupil (repon cahaya), refleks berkedip (respon cahaya

atau sentuhan)

Fiksasi rudimenter pada obyek dan kemampuan mengikuti ke garis tengah.

f. Telinga :

Posisi puncak pinna berada pada garis horizontal bersama bagian luar kantus

mata

Reflek moro atau refleks terkejut ditimbulkan oleh bunyi keras dan tiab-tiba

Pina lentur adanya kartilago.

g. Hidung :

patensi nasal, rabas nasal-mukus putih encer, bersin

h. Mulut dan tenggorok :

Utuh, palatum arkus-tinggi, uvula di garis tengah, frenulum lidah, frenulum bibir

atas

Reflek menghisap kuat dan terkoordinasi, reflek rooting

Refleks gag, refleks ekstrusi

Salivasi minimal atau tidak ada, menangis keras.

i. Leher :

Pendek, gemuk, biasanya dikelilingi oleh lipatan kulir, reflek leher tonik, refleks

neck-righting, refleks otolith righting

j. Dada :

Diameter anterior posteriordan lateral sama

Retraksi sternal sedikit terlihat selama inspirasi

Terlihat prosesusxifoideus pembesaran dada.

k. Paru-paru :

Pernafasan utamanya adalah pernafasan abdominal

Reflek batuk tidak ada saat lahir, ada setelah 1-2 hari.

Bunyi nafas bronchial sama secara bilateral

l. Jantung :

Apeks: ruang intercostal ke4-5, sebelah lateral batas kiri sternum

Nada S2 sedikit lebih tajam dan lebih tinggi daripada S1

m. Abdomen :

Bentuk silindris

Hepar: dapat diraba 2-3 cm dibawah marjin kostal kanan

Limpa: puncak dapat diraba pada akhir minggu pertama

Ginjal: dapat diraba 1-2 cm diatas umbilicaus

Pusat umbilicus: putih kebiruan pada saat lahir dengan 2 arteri dan 1 vena

Nadi femoral bilateral sama

n. Genetalia wanita :

Labia dan klitoris biasanya edema

Labia minora lebih besar dari labia mayora

Meatus uretral di belakang klitoris

Verniks kaseosa di antara labia

Berkemih dalam 24 jam

o. Genetalia pria :

p. Punggung dan rektum :

Spina utuh, tidak ada lubang masa, atau kurva menonjol

Refleks melengkung, batang tubuh

Wink anal

Lubang anal paten

Lintasa mekonium dalam 36 jam

q. Ekstrimitas :

10 jari kaki dan tangan

rentang gerak penuh

punggung kuku merah muda, dengan sianosis sementara segera setelah lahir

fleksi ekstremitas atas dan bawah

telapak biasanya datar

ekstrimitas simetris

tonus otot sama secara bilateral, terutama tahanan pada fleksi berlawanan

nadi brakialis bilateral sama.

r. Sistem neuromuskuler:

Ekstrimitas biasanya mempertahankan derajat fleksi

Ekstensi ekstrimitas diikuti dengan posisi fleksi sebelumnya.

Kelambatan kepala saat duduk, tetapi mampu menahan kepala agar tetap tegak

walaupun sementara

Mampu memutar kepala dari satu sisi kesisi lain ketika tengkuran

Mampu menahan kepala dalam garis horizontal dengan punggung bila tengkurap.

2. Pengkajian usia gestasi

3. Observasi status tidur dan aktivitas

Tidur regular: 4-5 jam/hari, 10-20 menit/siklus mata tertutup, pernafasan regular,

Tak ada gerakan kecuali sentakan tubuh yang tiba-tiba.

Tidur ireguler: 12-15 jam/hari, 20-45 menit/siklus tidur, mata tertutup, pernafasan

tidak teratur, sedikit kedutan pada otot.

Mengantuk: bervariasi, mata mungkin terbuka, pernafasan ireguler, gerakan tubuh

aktif.

Inaktivitas sadar: 2-3 jam/hari. Berespon terhadap lingkungan dengan gerakan

aktif dan mencari obyek pada rentang dekat.

Terbangun dan menangis: 1-4 jam/hari. Mungkin dengan merengek dan sedikit

gerakan tubuh, berlanjut pada menangis keras dan marah serta gerakan

ekstrimitas yang tidak terkoordinasi.

4. Observasi perilaku kedekatan orang tua

Bila bayi dibawa ke orang tua, apakah mereka meraih anak dan memanggil

namanya?

Apakah orang tua membicarakan tentang anaknya dalam hal identifikasi/

Kapan orang tua menggendong bayi, kontak tubuh seperti apa yang terjadi?

Ketika bayi bangun, stimulasi apa yang dilakukan?

Seberapa nyaman keleihatan orang tua dalam merawat bayi?

Tipe afeksi apa yang ditunjuukan pada bayi baru lahir, seperti tersenyum,

membelai, mencium atau menimang?

Bila bayi rewel, tehnik kenyamanan apa yang dilakukan orang tua?

Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. mucus berlebihan, posisi tidak tepat

2. Risiko infeksi b.d. kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan, penyakit

ibu.

3. Hipotermi b.d berada di lingkungan yang dingin/sejuk, pakaian yang tidak

memadai, evaporasi kulit di lingkungan yang dingin.

4. Risiko trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik

5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b.d. imaturitas,

kurang pengetahuan orang tua.

6. Perubahan oroses keluarga b.d krisis maturasi, kelahiran cukup bulan,

perubahan dalam unit keluarga

7. PK Hipoglikemi

Diagnosa keperawatan yang sering muncul

1. bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan nafas

banyaknya mukus.

2. resiko infeksi

3. resiko ketidakseimbangan suhu tubuh dengan faktor resiko paparan

dingin/sejuk: perubahan suhu infra uteri ke extra uteri.

Rencana Keperawatan

No Dianogsa

Keperawatan Tujuan Intervensi

1. Bersihan jalan nafas tak

efektif b.d obstruksi

jalan nafas : banyaknya

mucus.

Batasan karakteristik :

- Dyspuea

- Cyanosis

- Kelainan suara nafas

(kracles)

- Mata melebar

- Produksi sputan

- Gelisah

- Perubahan frekwensi

dan irama nafas

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama … X

24 jam, klien diharapkan

mampu menunjukan jalan

nafas yang paten dengan

indicator :

Status Respirasi : Patensi

Jalan Nafas (0410) :

- Pasien tampak tenang

(tidak cemas)

- RR: 30-60X/menit

- Irama nafas teratur

- Pengeluaran sputum pada

jalan nafas

- Tidak ada suara nafas

tambahan

- Warna kulit kemerahan

Manajemen Jalan Nafas (3140) :

1. Buka jalan nafas

2. Posisikan klien untuk memak-simalkan

ventilasi

3. Identifikasi klien perlunya pema-sangan alat

jalan nafas buatan

4. Keluarkan sekret dengan suction

5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan

6. Monitor respirasi dan ststus O2

Suction Jalan Nafas (3160) :

1. Auskultasi suara nafas sebelum dan

sesudah suctioning

2. Informasikan pada keluarga tentang

suctioning

3. Berikan O2 dengan menggunakan nasal

untuk memfasilitasi suction nasotracheal

4. Gunakan alat yang steril setiap melakukan

tindakan

5. Berikan waktu istirahat pada klien setelah

kateter dikeluarkan dari naso trakeal

6. Hentikan suction dan berikan O2 jika

klien menunjukan bradikadi,

peningkatan saturasi O2, dll.

2. Resiko infeksi

Batasan karakteristik:

- Prosedur invasif

- Malnutrisi

- Ketidakadekuatan imun

buatan

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama…X

24 jam, pasien diharapkan

terhindar dari tanda dan

gejala infeksi dengan

indicator :

Status Imun (0702) :

- RR : 30-60X/menit

- Irama napas teratur

- Suhu 36-37˚ C

- Integritas kulit baik

- Integritas nukosa baik

- Leukosit dalam batas

normal

Mengontrol Infeksi (6540) :

1. Bersihkan box / incubator setelah dipakai

bayi lain

2. Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-

penyakit menular

3. Batasi pengunjung

4. Instruksikan pada pengunjung untuk cuci

tangan sebelum dan sesudah berkunjung

5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci

tangan

6. Cuci tangan sebelum dan sesudah mela-

kukan tindakan keperawatan

7. Pakai sarung tangan dan baju sebagai

pelindung

8. Pertahankan lingkungan aseptik selama

pemasangan alat

9. Ganti letak IV perifer dan line kontrol dan

dressing sesuai ketentuan

10. Tingkatkan intake nutrisi

11. Beri antibiotik bila perlu.

Mencegah Infeksi (6550)

1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik

dan lokal

2. Batasi pengunjung

3. Skrining pengunjung terhadap penyakit

menular

4. Pertahankan teknik aseptik pada bayi

beresiko

5. Bila perlu pertahankan teknik isolasi

6. Beri perawatan kulit pada area eritema

7. Inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan, panas, dan drainase

8. Dorong masukan nutrisi yang cukup

9. Berikan antibiotik sesuai program

3. Resiko

ketidakseimbangan

suhu tubuh b.d faktor

resiko paparan dingin /

sejuk : perubahan suhu

intrauteri ke extrauteri.

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama…X 24

jam diharapkan klien

terhindar dari ketidak-

seimbangan suhu tubuh

dengan indicator :

Termoregulasi Neonatus

(0801) :

- Suhu axila 36-37˚ C

- RR : 30-60 X/menit

- HR 120-140 X/menit

- Warna kulit merah muda

- Tidak ada distress respirasi

- Hidrasi adekuat

- Tidak menggigil

- Bayi tidak gelisah

- Bayi tidak letargi

Mengatur temperature (3900) :

1. Monitor temperatur klien sampai stabil

2. Monitor nadi, pernafasan

3. Monitor warna kult

4. Monitor tanda dan gejala hipotermi /

hipertermi

5. Perhatikan keadekuatan intake cairan

6. Pertahankan panas suhu tubuh bayi (missal

: segera ganti pakaian jika basah)

7. Bungkus bayi dengan segera setelah lahir

untuk mencegah kehilangan panas

8. Jelaskan kepada keluarga tanda dan gejala

hipotermi / hipertermi

9. Letakkan bayi setelah lahir di bawah lampu

sorot / sumber panas

10. Jelaskan kepada keluarga cara untuk

mencegah kehilangan panas / mencegah

panas bayi berlebih

11. Tempatkan bayi di atas kasur dan berikan

selimut.

DAFTAR PUSTAKA

_________, 1985, Buku Kuliah 1, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,

Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.

IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2, 2000, Mosby

IOWA Outcomes Project, Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi 2, 2000, Mosby

Nelson, 1992, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2, EGC, Jakarta

Pusponegoro.H.D., dkk, 2004, Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak, Edisi I, Ikatan

Dokter Anak Indonesia.

Ralph & Rosenberg, 2003, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-2006,

Philadelphia USA

Wong, 2003, Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta

Carpenito, rencana Asuhan dan dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, 1995, EGC, Jakarta

Noer. S., Waspadji.S., Rachman.M., Lesmana.L.A, Widodo.D., Isbagio.I., Alwi.I.,

Husodo.U.B.,1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Balai Penerbit FKUI,

Jakarta.

askep bayi lahir normal, http://sennysusilo.blogspot.com/2012/04/askep-bayi-lahir-normal.html

BAB I

KONSEP MEDIS

Bayi Baru Lahir (BBL) Normal

A. Pengertian

Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu

jam pertama kelahiran.

Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai

usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.

Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram

sampai 4000 gram.

Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir

antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada

kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.

B. Adaptasi Fisiologis

Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:

1. Sistem pernapasan

Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui plasenta.

Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat

dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya

tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan

oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus

karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya

surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen

tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli.

Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus biasanya

pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi setelah beberapa saat

kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit.

2. Jantung dan Sirkulasi Darah

Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta

masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar masuk ke

vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari sel-sel tubuh yang

miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa pembakaran dan sebagian akan

dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis, demikian seterusnya.

Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan

demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan darah

mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi,

foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale terjadi karena pemotongan

tali pusat.

3. Saluran Pencernaan

Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah dapat

menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air ketuban

terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum air ketuban dapat

dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna hitam kehijauan).

Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya dikeluarkan dalam 24 jam

pertama.

4. Hepar

Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam metabolisme

hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar, setelah bayi lahir

simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga sudah disimpan dalam

hepar.

Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan imatur

(belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan hepar untuk

meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah. Enzim hepar belum

aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT (Uridin Disfosfat Glukoronide

Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6 Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi

dalam sintesis bilirubin sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala

ikterus fisiologis.

5. Metabolisme

Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada hari

kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang diperlukan

neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme

lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 ml.

6. Produksi Panas

Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian suhu

terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan pembakaran

“Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak energi daripada

lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui konveksi aliran panas

mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling yang lebih dingin. Radiasi

yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih

dingin tanpa kontak secara langsung. Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi

uap seperti yang terjadi jika air keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan

konduksi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang

lebih dingin dengan kontak secara langsung.

7. Kelenjar Endoktrin

Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi baru

lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan pengeluaran

darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar tiroid sudah

terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak beberapa bulan

sebelum lahir.

8. Keseimbangan Air dan Ginjal

Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif

lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler

luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron matur belum sebanyak

orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan

volume tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada neonatus

relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.

9. Susunan Saraf

Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat

bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan menelan pada

janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan gerakan menghisap

baru terjadi pada kehamilan enam bulan.

Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi lebih

sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat hidup diluar

kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif terhadap cahaya.

10. Imunologi

Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2 bulan

dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan. Khususnya pada

traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri dapat alat pencernaan,

imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig

A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak

dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat

kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.

11. Sistem Integumen

Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur kulit

ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan

erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan epidermis dan bertindak

sebagai tutup pelindung dan warna kulit bayi berwarna merah muda.

12. Sistem Hematopoiesis.

Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai

normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%, SDM 5 –

7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm

3. Darah bayi baru lahir mengandung

sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu

kelima dan 5% pada minggu ke 20.

13. Sistem Skelet

Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara

keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh.

Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil terhadap

ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat. Ukuran dan

bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.

Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit

disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru lahir tidak

terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys simetris, terdapat kuku

jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan sudah terlihat pada bayi cukup

bulan.

C. Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir

1. Berat badan 2500 – 4000 gram

2. Panjang badan 48 – 52 cm

3. Lingkar dada 30 – 38 cm

4. Lingkar kepala 33 – 35 cm

5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit

6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit

7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9. Kuku agak panjang dan lemas

10. Genitalia;

Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan

D. Penilaian Pada Bbl Dapt Ditentukan Dengan Apgar Score

TANDA 0 1 2

1. Appearance/

warna kulit

2. Pulse/ bunyi

jantung

3. Grimace/ Reflek

4. Activity/

aktivitas

5. Respiratory/

pernapasan

Seluruh tubuh

biru atau putih

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Badan merah,

tangan dan kaki

biru

< 100

Perubahan mimic

Ekstremitas

sedikit flexi

Lambat, tidak

teratur

Seluruh tubuh

kemerahan

> 100

Bersin, batuk,

menangis kuat

Gerakan aktif,

ekstremitas flexi

Menangis keras

atau kuat

E. Reflek – Reflek Fisiologis

1. Mata

a. Berkedip atau reflek corneal

Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba – tiba atau pada pandel

atau obyek kearah kornea, harus menetapkan sepanjang hidup, jika tidak ada maka

menunjukkan adanya kerusakan pada saraf cranial.

b. Pupil

Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya, reflek ini harus sepanjang

hidup.

c. Glabela

Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara 2 alis mata) menyebabkan mata

menutup dengan rapat.

2. Mulut dan tenggorokan

a. Menghisap

Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumoral sebagai respon

terhadap rangsangan, reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa

rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur.

b. Muntah

Stimulasi terhadap faring posterior oleh makanan, hisapan atau masuknya selang

harus menyebabkan bayi mengalami reflek muntah, reflek ini harus menetap

sepanjang hidup.

c. Rooting

Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi

membalikkan kepala kearah sisi tersebut dan mulai menghisap, harus hilang pada

usia kira – kira 3 -4 bulan

d. Menguap

Respon spontan terhadap panurunan oksigen dengan maningkatkan jumlah udara

inspirasi, harus menetap sepanjang hidup

e.Ekstrusi

Bila lidah disentuh atau ditekan bayi merespon dengan mendorongnya keluar

harus menghilang pada usia 4 bulan

f.Batuk

Iritasi membrane mukosa laring menyebabkan batuk, reflek ini harus terus ada

sepanjang hidup, biasanya ada setelah hari pertama lahir

3. Ekstrimitas

a. Menggenggam

Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar kaki menyebabkan

fleksi tangan dan jari

b. Babinski

Tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit dan menyilang bantalan

kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan haluks dorso fleksi

c. Masa tubuh

(1). Reflek moro

Kejutan atau perubahan tiba – tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi

dan abduksi ekstrimitas yang tiba –tiba serta mengisap jari dengan jari telunjuk

dan ibu jari membentuk “C” diikuti dengan fleksi dan abduksi ekstrimitas, kaki

dapat fleksi dengan lemah.

(2). Startle

Suara keras yang tiba – tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku

tangan tetap tergenggam

(3). Tonik leher

Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah sisi, lengan dan kakinya akan

berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi.

(3). Neck – righting

Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke salah satu sisi, bahu dan batang tubuh

membalik kearah tersebut dan diikuti dengan pelvis

(4) Inkurvasi batang tubuh (gallant)

Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul

bergerak kea rah sisi yang terstimulasi.

F. Penanganan Segera Bayi Baru Lahir

Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk

bayi baru lahir ialah :

1. Pencegahan Infeksi

Ø Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi

Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan

Ø Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting,

penghisap lendir DeLee dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau

steril.

Ø Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi,

sudah dalam keadaan bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur,

termometer, stetoskop.

2. Melakukan penilaian

Ø Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

Ø Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas

Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera

lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

3. Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme kehilangan panas

a. Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri

karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.

b. Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan

permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya

lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan

di atas benda – benda tersebut

c. Konveksi

Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin,

co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara

melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.

d. Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda

yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda –

benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan

secara langsung)

Mencegah kehilangan panas

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :

a. Keringkan bayi dengan seksama

Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan

taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau

kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)

c. Selimuti bagian kepala bayi

Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan

dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah

kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1)

jam pertama kelahiran

e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum

melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut

bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat

berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya

dimandikan sedikitnya enam (^) jam setelah lahir.

Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :

(1). Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika

bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)

(2). Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara

36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C, selimuti kembali

tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di

tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti keduanya.

Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling

sedikit) satu (1) jam.

(3). Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan

(4). Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan

angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan

siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti

tubuh bayi setelah dimandikan.

(5). Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat

(6). Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering

(7). Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti

tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik

(8). Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik

(9). Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya

f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

g. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya,

untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan

ASI

4. Membebaskan Jalan Nafas nafas

Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera

setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera

membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :

Ø Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

Ø Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih

lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke

belakang.

Ø Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan

yang dibungkus kassa steril.

Ø Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan

kain kering dan kasar.

Ø Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril,

tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat

Ø Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

Ø Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)

Ø Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus

diperhatikan.

5. Merawat tali pusat

Ø Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan

klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.

Ø Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan

klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.

Ø Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi

Ø Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih

dan kering.

Ø Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang

disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau

steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat

tertentu.

Ø Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali

pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat

pada sisi yang berlawanan.

Ø Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%

Ø Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian

kepala bayi tertutup dengan baik..(Dep. Kes. RI, 2002)

6. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan

membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru

lahir harus di bungkus hangat. Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan

akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi

harus dicatat (Prawiroharjo, 2002).

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan

dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi

yang mengalami kehilangan panas (hipotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit

atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti mungkin

akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat.

Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya

hipotermia.

Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan :

Ø Keringkan bayi secara seksama

Ø Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat

Ø Tutup bagian kepala bayi

Ø Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya

Ø Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian

Ø Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)

7. Pencegahan infeksi

Ø Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi

baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg / hari

selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri vitamin K parenteral dengan dosis

0,5 – 1 mg IM.

Ø Memberikan obat tetes atau salep mata

Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual)

perlu diberikan obat mata pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat

mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan salep mata biasanya

diberikan 5 jam setelah bayi lahir.

Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah

bayi selesai dengan perawatan tali pusat

Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung

diteteskan pada mata bayi segera setelah lahir

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakan

pencegahan infeksi berikut ini :

Ø Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan

bayi.

Ø Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.

Ø Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat

telah didinfeksi tingkat tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap,

pakai yang bersih dan baru.

Ø Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan

untuk bayi telah dalam keadaan bersih.

Ø Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-

benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih

(dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan). (Dep.kes.RI, 2002)

8. Identifikasi bayi

Ø Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca

persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi

baru lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.

Ø Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan

pasien, di kamar bersalin dan di ruang rawat bayi

Ø Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah

melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas

Ø Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal

lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu

Ø Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal

lahir, nomor identifikasi. (Saifudin,, 2002)

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Biodata.

a. Identitas bayi.

b. Identitas orang tua.

2. Riwayat Kesehatan.

a. Riwayat penyakit sekarang.

Cara lahir, apgar score, cara lahir, kesadaran.

b. Riwayat perinatal.

Lama kehamilan, penyakit yang menyertai kehamilan.

c. Riwayat persalinan.

Cara persalinan, trauma persalinan.

3. Pemeriksaan Fisik.

a) Keadaan umum.

♦ Kesadaran.

♦ Vital sign.

♦ Antropometri.

b) Kepala.

Apakah ada trauma persalinan, adanya caput, chepal hematom,

tanda forcep.

c) Mata.

Apakah ada katarak, neonatal, btenorhoe.

d) Sistem gastrointestinal.

Apakah palatum keras dan lunak, apakah bayi menolak untuk

disusui, muntah / distensi abdomen, stomatitis, BAB.

e) Sistem pernafasan.

Apakah ada kesulitan bernafas, takipneu, bradipneu, teratur / tidak,

bunyi nafas

f) Tali pusat.

Periksa apakah ada pendarahan, tanda infeksi, keadaan dan

jumlah pembuluh darah ( 2 arteri, 1 vena ).

g) Sistem genitourinaria.

Apakah hipospadia, epispadia, testis, BAK,

h) Ekstrimitas.

Cacat bawaan, kelainan bentuk, jumlah, bengkak, posisi / postur normal

/ abnormal.

i) Sistem muskuluskletal.

Tonus otot, kekuatan otot, kaku ?, lemah ?, asimetris.

j) Kulit

Pustula, abrasi, ruam ptekie.

4. Pemeriksaan Fisik.

Apgar Score.

Frekuensi kardiovaskuler.

Apakah takikardi, bradikardi / normal.

Sistem neurologis.

Refleks moro = tidak ada, asimetris / hiperaktif.

Refleks mengisap = kuat / lemah.

Refleks menjejak = baik / buruk.

Koordinasi refleks menghisap dan menelan.

5. Pemeriksaan Laboratorium.

Sampel darah tali pusat.

Jenis ketonuria.

Hematokrit.

6. Diagnosa Keperawatan.

Resiko hipotermi b.d transisi lingkungan ekstra uterus.

Resiko infeksi b.d sistem imun yang belum sempurna, peningkatan kerentanan bayi.

Resiko terhadap aspirasi.

7. Tujuan Dan Kriteria.

1) Hipotermi tidak terjadi dengan kriteria:

♦ Suhu 36,5 „C – 37,2 „C.

♦ Tubuh kemerahan, tidak pucat.

2) Infeksi tidak terjadi dengan kriteria:

♦ Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata, kulit dan tali pusat.

♦ Bayi bebas dari proses infeksi nosokomial

3) Aspirasi tidak terjadi dengan kriteria:

♦ Pernafasan normal.

♦ Sianosis (-).

8. Intervensi Keperawatan.

1) Diagnosa I.

♦ Kurangi / hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi.

♦ Pantau suhu bayi tiap hari.

♦ Ajarkan keluarga tanda-tanda hipotermi, dingin, pucat.

2) Diagnosa II.

♦ Lakukan semua tindakan perawatan dengan steril anti septik.

♦ Observasi mata setiap hari, bersihkan dengan air steril / garam fisiologis.

♦ Pertahankan kulit terutama lipatan-lipatan selalu bersih dan kering.

♦ Observasi talu pusat dan identifikasi peradangan.

♦ Jaga personal hygent bayi.

♦ Minimalkan perawatan tinggal di RS.

♦ Ajarkan keluarga mengenal penyebab, resiko, tanda dan cara pencegahan,

infeksi.

3) Diagnosa III.

♦ Bersihkan sekresi dari mulut dan tenggorokan dengan tissue penghisap secara

perlahan.

♦ Ajarkan tehnik menyusui yang benar.

♦ Observasi vital sign dan keadaan umum.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta; EGC

DepKes RI, 1992 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga

JHPIEGO.2003. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III

kebidanan. Buku 5 asuhan bayi baru lahir,

Pusdiknakes.Jakarta Pusdiknakes. 1995. Asuhan Keperawatan Anak Dalam Konteks

Keluarga. DepKes RI; Jakarta.

Saifudin Abdul Bahri. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal

neonatal.YBP_SP.Jakarta

amis, 14 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR

NORMAL

Pengertian

Neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu

lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, D,L, 2003).

Bayi baru lahir adalah bayi yang pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat

badan 2.500-4.000 gram (Vivian, N. L. D, 2010).

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut

selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir akan

menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau

gangguan (prawiroharjo, S, 2002).

Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan yang

diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga

mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.

B. Adaptasi Fisiologis

Baru lahir terjadi perubahan fungsi organ yang meliputi:

1. Sistem pernapasan

5

Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah akibat adanya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan tekanan oksigen dan peningkatan karbondioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli adanya surfaktan adalah menarik nafas, mengeluarkan dengan menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam. Fungsi surfaktan untuk mempertahankan ketegangan alveoli.

Masa alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku. Pernapasan pada neonatus

biasanya pernapasan diafragma dan abdominal. Sedangkan respirasi

setelah beberapa saat kelahiran yaitu 30 – 60 x / menit.

2. Jantung dan Sirkulasi Darah

Di dalam rahim darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi berasal dari plasenta

masuk ke dalam tubuh janin melalui vena umbilikalis, sebagian besar

masuk ke vena kava inferior melalui duktus dan vena sasaranti, darah dari

sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa

pembakaran dan sebagian akan dialirkan ke plasenta melalui umbilikalis,

demikian seterusnya.

Ketika janin dilahirkan segera, bayi menghirup dan menangis kuat, dengan

demikian paru-paru akan berkembang, tekanan paru-paru mengecil dan

darah mengalir ke paru-paru, dengan demikian duktus botali tidak

berfungsi lagi, foramen ovale akan tertutup. Penutupan foramen ovale

terjadi karena pemotongan tali pusat.

3. Saluran Pencernaan

Pada kehamilan 4 bulan, pencernaan telah cukup terbentuk dan janin telah

dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak. Absorpsi air

ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan, janin minum

air ketuban dapat dibuktikan dengan adanya mekonium (zat yang berwarna

hitam kehijauan). Mekonium merupakan tinja pertama yang biasanya

dikeluarkan dalam 24 jam pertama.

4. Hepar

Hepar janin pada kehamilan 4 bulan mempunyai peranan dalam

metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai disimpan di dalam hepar,

setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat terpakai, vitamin A dan D juga

sudah disimpan dalam hepar.

Fungsi hepar janin dalam kandungan segera setelah lahir dalam keadaan

imatur (belum matang). Hal ini dibuktikan dengan ketidakseimbangan

hepar untuk meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah.

Enzim hepar belum aktif benar pada neonatus, misalnya enzim UDPGT

(Uridin Disfosfat Glukoronide Transferase) dan enzim GGFD (Glukosa 6

Fosfat Dehidrogerase) yang berfungsi dalam sintesis bilirubin sering

kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.

5. Metabolisme

Pada jam-jam pertama energi didapat dari pembakaran karbohidrat dan pada

hari kedua energi berasal dari pembakaran lemak. Energi tambahan yang

diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil

metabolisme lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100

ml.

6. Produksi Panas

Pada neonatus apabila mengalami hipotermi, bayi mengadakan penyesuaian

suhu terutama dengan NST (Non Sheviring Thermogenesis) yaitu dengan

pembakaran “Brown Fat” (lemak coklat) yang memberikan lebih banyak

energi daripada lemak biasa. Cara penghilangan tubuh dapat melalui

konveksi aliran panas mengalir dari permukaan tubuh ke udara sekeliling

yang lebih dingin. Radiasi yaitu kehilangan panas dari permukaan tubuh

ke permukaan benda yang lebih dingin tanpa kontak secara langsung.

Evaporasi yaitu perubahan cairan menjadi uap seperti yang terjadi jika air

keluar dari paru-paru dan kulit sebagai uap dan konduksi yaitu kehilangan

panas dari permukaan tubuh ke permukaan benda yang lebih dingin

dengan kontak secara langsung.

7. Kelenjar Endoktrin

Selama dalam uterus fetus mendapatkan hormon dari ibu, pada waktu bayi

baru lahir kadang-kadang hormon tersebut masih berfungsi misalkan

pengeluaran darah dari vagina yang menyerupai haid perempuan. Kelenjar

tiroid sudah terbentuk sempurna sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak

beberapa bulan sebelum lahir.

8. Keseimbangan Air dan Ginjal

Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif

lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan

ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron

matur belum sebanyak orang dewasa dan ada ketidakseimbangan antara

luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, renal blood

flow (aliran darah ginjal) pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan

dengan orang dewasa.

9. Susunan Saraf

Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup maka dapat dilihat

bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan spontan. Gerakan

menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan empat bulan. Sedangkan

gerakan menghisap baru terjadi pada kehamilan enam bulan.

Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot menjadi

lebih sempurna. Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32 minggu dapat

hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan maka janin amat sensitif

terhadap cahaya.

10. Imunologi

Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada kehamilan 2

bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi dilahirkan.

Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai dengan bakteri

dapat alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk banyak dalam bulan

kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E diproduksi secara lebih

bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-

kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat kekebalan pasif dari kolostrum

dan ASI.

11. Sistem Integumen

Kulit bayi baru lahir sangat sensitif dan mudah mengelupas, semua struktur

kulit ada pada saat lahir tetapi tidak matur. Epidermis dan dermis tidak

terikat dengan erat dan sangat tipis, vernik keseosa juga bersatu dengan

epidermis dan bertindak sebagai tutup pelindung dan warna kulit bayi

berwarna merah muda.

12. Sistem Hematopoiesis.

Saat bayi lahir nilai rata-rata Hb, Ht, SDM dan Leukosit lebih tinggi dari nilai

normal orang dewasa. Hb bayi baru lahir 14,5 – 22,5 gr/dl, Ht 44 – 72%,

SDM 5 – 7,5 juta/mm3 dan Leukosit sekitar 18000/mm

3. Darah bayi baru

lahir mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun

sampai 55% pada minggu kelima dan 5% pada minggu ke 20.

13. Sistem Skelet

Arah pertumbuhan sefalokaudal terbukti pada pertumbuhan tubuh secara

keseluruhan. Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang

tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungkai. Wajah relatif kecil

terhadap ukuran tengkorak yang jika dibandingkan lebih besar dan berat.

Ukuran dan bentuk kranium dapat mengalami distorsi akibat molase.

Pada bayi baru lahir lutut saling berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit

disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung. Saat baru

lahir tidak terlihat lengkungan pada telapak kaki. Ekstremitas harys

simetris, terdapat kuku jari tangan dan kaki, garis-garis telapak tangan dan

sudah terlihat pada bayi cukup bulan.

C. Penatalaksanaan Medis

1. Tes Diagnostik

a. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000-

24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).

b. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan

anemia atau hemolisis berlebihan).

c. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan

polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi

prenatal/perinatal).

d. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-2

hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.

e. Golongan darah RH.

(Marllyn. E, Doenges, 2001).

2. Terapi

a. Non Farmakologi

1) Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima setelah

dilahirkan)

2) Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila

3) Penimbangan BB setiap hari

4) Jadwal menyusui

5) Higiene dan perawatan tali pusat

b. Farmakologi

1) Suction dan oksigen

2) Vitamin K

3) Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak nitral

atau neosporin).

4) Vaksinasi hepatitis B

Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat yang biasa

dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir adalah

muskulus vastus lateralis.

(Bobak, M Irene, 2005)

D. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma saat

tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata

cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.

b. Pernapasan dan Peredaran Darah

Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status kesehatan

bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah dapat

digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat

dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas

dan seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar

antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat

berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit

(menangis).

Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna

ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan

darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42,

tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama

kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15

mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak

biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.

c. Suhu Tubuh

Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-37

0C. Pengukuran suhu

tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.

d. Kulit

Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan sedikit

pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan.

Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih kekuningan

terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.

e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas

Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah atau

tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai

ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.

f. Tali Pusat

Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali pusat

harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.

g. Refleks

Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :

1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan akan

terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.

2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang akan

memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak

kaki dirangsang akan memberi reaksi.

3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang atau

diangkat akan bergerak seperti berjalan.

4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke

sisi yang disentuh itu mencari puting susu.

5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut bayi

akan membuat gerakan menghisap.

h. Berat Badan

Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun harus

waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat

badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.

i. Mekonium

Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam

kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam

pertama.

j. Antropometri

Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan

panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala

fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento

occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar lengan atas

normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.

k. Seksualitas

Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina/himen

dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah

sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup

dengan rugae, fimosis biasa terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.

b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi

dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.

c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya

air (IWL), keterbatasan masukan cairan.

e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang

terpaparnya informasi.

3. Perencanaan Keperawatan

a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil:

1) Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.

2) Intake dan output makanan seimbang.

3) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.

Rencana tindakan:

1) Timbang BB setiap hari.

2) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.

3) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10

menit.

4) Lakukan pemberian makanan tambahan.

5) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian

makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa

meningkat).

b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi

dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.

Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.

Kriteria:

1) Suhu tubuh normal 36-370 C.

2) Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan

pucat.

Rencana tindakan:

1) Pertahankan suhu lingkungan.

2) Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.

3) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk

menjaga air bayi tidak kedinginan.

4) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan(

tremor, pucat, kulit dingin).

c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.

Tujuan : infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil:

1) Bebas dari tanda-tanda infeksi.

2) TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit

3) Tali pusat mengering

Rencana tindakan :

1) Pertahankan teknik septic dan aseptic.

2) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali

perhari.

3) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.

4) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas

kulit.

5) Ukur TTV setiap 4 jam.

6) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya

air (IWL), keterbatasan masukan cairan.

Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi

Kriteria hasil:

1) Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan

output kurang dari 1-3ml/kg/jam.

2) Membran mukosa normal.

3) Ubun-ubun tidak cekung.

4) Temperature dalam batas normal.

Rencana tindakan :

1) Pertahankan intake sesuai jadwal

2) Berikan minum sesuai jadwal

3) Monitor intake dan output

4) Berikan infuse sesuai program

5) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor

kulit, mata

6) Monitor temperatur setiap 2 jam

e. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang

terpaparnya informasi.

Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan

perkembangan bayi

Kriteria hasil:

1) Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi.

2) Oaring tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.

Rencana tindakan:

1) Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan

perawatan dan pengobatan.

2) Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama.

3) Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada.

4) Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir.

5) Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi.

6) Jelaskan komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin

4. Pelaksanaan Keperawatan

Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat melaksanakan berbagai strategi

keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana

tindakan keperawatan (Hidayat 2004). Dalam tahap ini perawat harus mengetahui

berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien. Teknik

komunikasi kemampuan dalam prosedur klien. Dalam pelaksanaan rencana

tindakan terdapat dua jenis tindakan yaitu tindakan jenis mandiri dan kolaborasi.

Sebagai profesi perawat mempunyai kewenangan dalam tanggung jawab dalam

menentukan komponan pada tahap asuhan keperawatan.

Komponen pada tahap implementasi adalah :

a. Tindakan keperawatan mandiri

Tindakan keperawatan mandiri dilakukan tanpa pesanan dokter.

Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktek

American Nurses Associatioin (1973) dan kebijakan institusi

perawatan kesehatan.

b. Tindakan keperawatan kolaboratif

Tindakan keperawatan kolaborasi diimpelementasikan bila perawat

bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam

membuat keputusan bersama yang bertujuan untuk mengatasi masalah

klien.

c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap tindakan

keperawatan

Dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian/identitas yang

otentik dengan mempertahankan catatan-catatan yang tertulis.

Dokumentasi merupakan wahana untuk komunikasi dan suatu

profesional ke profesional lainnya tentang kasus klien. Dokumen klien

merupakan bukti tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi yang

diimplementasikan oleh perawat dan perubahan-perubahan pada

kondisi klien. Frekuensi dokumentasi tergantung pada kondisi klien

dan terapi yang diberikan idealnya therapi dilakukan setiap shift.

Rekam medis klien merupakan dokumentasi yang legal, rekam medis

tersebut diterima di pengadilan. Pada tuntutan mal praktik, catatan

perawatan memberikan bukti tindakan perawat. Perawat harus

melindungi catatan tersebut dari pembaca yang tidak berhak seperti

pengunjung. Tanda tangan perawat di akhiri catatan perawat

merupakan akuntabilitas terhadap isi catatan. Mengubah dokumen

legal tersebut merupakan suatu kejahatan adalah tidak bisa di teruma

untuk menghapus tulisan pada catatan menggunakan tipe x,

penghapusan tinta atau lainnya.

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil

yang dibuat pada tahap perencanaan. Kemampuan yang harus dimiliki perawat

pada tahap ini adalah memahami respon terhadap intervensi keperawatan.

Kemampuan mengembalikan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta

kemampuan dalam menghubungkan tindakan-tindakan keperawatan pada kriteria

hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri 2 kegiatan yaitu:

a. Evaluasi formasi menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat

memberikan intervensi dengan respon segera.

b. Evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan

analisis status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang

direncanakan pada tahap perencanaan. Disamping itu, evaluasi juga

sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tettentu yang

membuktikan apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai

sebagian.

1) Tujuan Tercapai

Tujuan dikatakan teracapai bila klien telah menunjukkan

perubahan kemajuan yang sesuai dengan keiteria yang telah

ditetapkan

2) Tujuan tercapai sebagian

Tujuan ini dikatakan tercapai sebagian apabila tujuan tidak tercapai

secara keseluruhan sehingga masih perlu dicari berbagai masalah

atau penyebabnya, seperti klien dapat makan sendiri tetapi masih

merasa mual, setelah makan bahkan kadang-kadang muntah.

3) Tujuan tidak tercapai

Dikatakan tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya

perubahan kearah kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan.

Evaluasi sumatif masing-masing diagnosa keperawatan secara teori adalah :

a. Resiko tinggi perubahan nutrisi tidak terjadi.

b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh tidak terjadi.

c. Resiko tinggi infeksi tidak terjadi.

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tidak terjadi.

e. Kurangnya pengetahuan orang tua teratasi. Diposkan oleh ann.v3 di 07.47 http://aniksafitri.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatan-bayi-baru-lahir.html

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan

2.1.1 Pengertian

a. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah Bertambahnya jumlah sel diseluruh bagian tubuh yang secara

kuantitatif dapat diukur (Hidayat,2005)

Pertumbuhan adalah bertambah besar dalam aspek fisis akibat multiflikasi sel dan

bertambahnya jumlah zat interseluler (Staf Pengajar Kesehatan anak FKUI,1985 )

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang biasa diukur dengan

ukuran berat (gram,pound,kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan

keseimbangan metabolic ( retensi kalsium dan nitrogen tubuh).(Soetjiningsih,1995)

Pertumbuhan adalah perubahan dalam ukuran atau nilai yang memberikan ukuran

tertentu dalam kedewasaan.(Nelson,2000)

Pertumbuhan adalah adalah suatu yang berhubungan dengan masalah perubahan

dalam besar,jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu.(Markum,2002)

Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah sel diseluruh bagian tubuh

yang secara kuantitatif dapat diukur (Whelly and Wong, 1999)

b. Perkembangan

Perkembangan adalah meningkatnya kompleksitas tubuh, baik struktur

maupun fungsinya (Short, 1994)

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan

sebagai hasil dari proses dirensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya

yang terorganisasi (Nursalam, 2001)

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 1998)

Perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat

dicapai melalui tumbuh, kematangan, dan belajar (Whelly and Wong, 1999)

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan menurut soetjiningsih 1998.

a. Genetik

1) Perbedaan ras,etnis, atau bangsa

Tinggi badan orang eropa akan berbeda dengan orang Indonesia atau bangsa

lainnya, dengan demikian postur tubuh tiap bangsa berlainan.

2) Keluarga

Ada keluarga yang cendrung mempunyai tubuh gemuk atau perawakan pendek.

3) Umur

Masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang mengalami

pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya.

4) Jenis Kelamin

Wanita akan mengalami masa prapubertas lebih dahulu dibandingkan dengan laki-

laki.

5) Kelainan kromosom

Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindroma Dwon.

b. Pengaruh hormone

Pengaruh hormone sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur 4

bulan. Pada saat itu, terjadi petumbuhan yang cepat. Hormone yang berpengaruh

terutama adalah hormone pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh

kelenjar pituitari. Selain itu, kelenjar tyroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin

yang beruna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya

potensi bawaan. Lingkunan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya

potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan

ini merupakan lingkungan “bio-fisiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap

hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :

1) Faktor lingkungan yang mempengruhi anak pada waktu masih didalam

kandungan (Faktor pranatl).

2) Faktor lingkungan yang mempengruhi tumbuh kembang anak setelah lahir

(Faktor postnatal).

2.1.3 Tahap Pertumbuhan Anak

Menurut soetjiningsih (1998), ada beberapa tahap pertumbuhan anak yaitu :

a. Berat Badan

Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali, pada

hari ke 10 berat badan menjadi 2 kali berat badan pada waktu lahir. Pada bayi

umur 5 bulan menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur 1 tahun.

Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan kalau anak

mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara 700-100 gram/bulan pada

triwulam 1, 500-600 gram/bulan pada triwulan II, 350-450 gram/bulan pada

triwulan III, dan 250-350 gram/bulan pada triwulan ke IV. Berat badan dalam

rumus

1) Lahir = 3,2 kg

2-12 bulan = umur (bulan)+9

2

2) 1-6 tahun = umur (tahun) x 2+8

3) 6-12 tahun = umur (tahun) x 7-5

b. Tinggi badan

Tinggi badan rata-rata waktu lahir 50-80 cm secara garis besar tinggi badan

anak dapat diperkirakan

1) 1 tahun 1,5 x TB lahir

2) 4 tahun 2 x TB lahir

3) 6 tahun 2,5 x TB setahun

4) 13 tahun 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)

c. Kepala

Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm dan besarnya lingkar kepala

ini lebih besar dari lingkar dada pada anak umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata

34 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. jadi pertambahan

lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm. 50% dari penambahan lingkar

kepala dari lahir sampai dewasa terjadi pada 6 bulan pertama kedepan.

d. Gigi

Gigi pertama tumbuh pada umur 5-9 bulan, pada umur 1 tahun sebagian

besar anak mempunyai 6-8 gigi susu, selama tahun kedua gigi tumbuh lagi 8 gigi,

sehingga jumlah seluruhnya sekitar 14-16 gigi, dan pada umur 2 ½ tahun sudah

terdapat 20 gigi susu.

e. Jaringan lemak

Selain otot-otot jaringan tempat juga menentukan ukuran dan bentuk tubuh

seseorang. Pertumbuhan jumlah sel lemak meningkat pada trimester III kehamilan

sampai pertengahan masa bayi pertumbuhan lemak melambat sampai anak

berumur 6 tahun, anak kelihatan kurus/langsing, jaringan lemak akan bertambah

lagi pada anak perempuan umur 8 tahun dengan anak laki-laki umur 10 tahun

sampai menjelang awal pubertas.

f. Organ-organ tubuh

Pertumbuhan organ-organ tubuh mengikuti potongan sendiri secara umum

terdapat 4 pola pertumbuhan organ.

1) Pola umum (general pattern) yang meliputi tulang panjang, otot sklet, system

pencernaan,pernapasan, perdarahan, dan volume darah.

2) Pola Neural (Brain dan bend pattern)

Perkembangan otot bersama-sama tulang tengkorak yang melindunginya, mata

dan telinga berlangsung lebih dini.

3) Pola limpoid (Limpoid pattern)

Agak berbeda dengan bagian tubuh lainnya. Pertumbuhan mencapai maksimum

sebelum adolesensi kemudian menurun hingga mencapai ukuran dewasa.

4) Pola genital (reproductive pattern)

Pada anak laki-laki, pada tinggi badan dimulai dari kira-kira setahun setelah

pembesaran testis dan mencapai puncak pada tahun berikutnya. Bila pertumbuhan

penis mencapai maksimum dan rambut pubis pada stadium 3-4 pada anak

perempuan tanda pubertas pertama pada umumnya adalah pertumbuhan payudara

stadium 2 atau disebut “breast bed” yaitu terdiri dari penonjolan putting disertai

pembesaran areola mamae sekitar umur berupa masing-masing individu

mengalaminya rata-rata pada umur 10,5-15,5 takut.

2.1.4 Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan

a Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai

maturitas atau dewasa, yang dipengruhi oleh factor bawaan dan lingkungan.

b Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa perlambatan,

serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ

c Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya

berbeda antar anak satu dengan lainnya.

d Perkembang erat hubungannya dengan maturasi system susunan saraf.

e Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.

f Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

g Refleks primitive seperti reflex memegang dan berjalan akan menghilang

sebelum gerekan volunier tercapai.

2.1.5 Perkembangan psikososial.

Menurut Sigmun Freud dalam Suryanah 1996 yaitu

a. Pengertian

Perkembangan psikososial adalah suatu proses pertambahan pematangan

fungsi struktur tubuh serta kejiwaanyang menimbulkan dorongan untuk mencari

stimulus dan kesenangan secara umum termasuk didalamnya dorongan untuk

menjadi dewasa.

b. Pembagian tahap perkembangan psikososial

1) Fase oral (lahir -1 tahun)

a) Fokus primer dari ekstensi bayi adalah pada mulutnya.

b) Bayi memperoleh kesenangan, kepuasan, kenikmatan dan kebahagiaan ada pada

mulut, misalnya menghisap, menelan, memainkan bibir, makan kenyang, tidur

mengunyah serta bersuara.

c) Menggit, mengeluarkan air liur, marah dan menangis bila tidak terpenuhi

d) Bayi sangat terganggu dan tidak berdaya.

e) Dasar perkembangan mental yang sehat sangat bergantung dari hubungan ibu dan

bayi.

Pada pase ini terjadi oral, artinya suatu pengalaman buruk tentang masalah

makan dan menyepih yang akan menyebabkan bayi terfiksasi sehingga kelak

diperilakunya hanya terarah untuk mencari kepuasan yang tidak diperoleh pada

fase oral

2) Usia bermain (anal) (1-3 tahun)

a) Kepuasan ada pada ekitar anus.

b) Daerah anal aktifitas yang meliputi pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan

libido yang penting selama tahun kedua kehidupan.

c) Anak mulai menunjukan keakuaannya.

d) Sikapnya sangat nursistik (cinta terhadap dirinya sendiri)

e) Mulai belajar kenal dengan tubuhnya sendiri dan mendapatkan pengalaman

autoerotiknya (merasa lega atau nikmat dari dirinya)

f) Senang dapat melakukan BAB + BAK sendiri dan melakukannya dengan

mempermainkannya untuk mengontrol pengeluaran.

3) Fase Falic/Oedipal (3-5 tahun)

a) Kepuasan bila memegang alat genetal

b) Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin beda

c) Usia 3 tahun anak mulai melakukan ransangan autoerotic (meraba-raba dan

merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya).

d) Dekat dengan orang tua yang lawan jenis

(1) Oedifus kompleks (anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya oleh karena perasaan

cinta/tertarik dan menjauhi ayahnya.

(2) Elektra kompleks (anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya karena rasa

cinta).

(3) Egosentris

(4) Bersaing dengan orang tua sejenisnya

(5) Mempertahankan keinginan

e) Fase laten (6-12)

(1) Fase tenang

(2) Priode integrasi, dimana anak harus berhadapan dengan berbagai tuntunan social

(pertumbuhan intelektual dan social) hubungan kelompok

(3) Anak tertarik dengan teman segroup (kelompok sebayi).

(4) Dorongan libido mereda sementara.

(5) Erotik zora berkurang.

f) Fase genetal (lebih dari 12 tahun)

(1) Pemusatan seksual pada genetal

(2) Bertanggung jawab pada dirinya sendiri

(3) Anak harus menghadapi berbagai perkembangan yang kompleks

(4) Anak diharapkan bisa beriaksi sebagai orang dewasa, sedangkan sebenarnya ia

masih dalam masa transisi

(5) Kebutuhan seksual dibangkitkan kembali yang mengarah pada perasaan cinta

yang matang terhadap lawan jenis

g) Struktur Keperibadian

ID : sejak lahir, menurut prinsip kesenangan atau pokoknya senang

Ego : umur 1 tahun sejak kenal ibu, hasil kompromi ID dan super ego, penampilan

keluar

Euper ego : umur 5,5 tahun, menganut aturan atau laranga

2.1.6 Perkembangan Mental

Perubahan pada bayi baru lahir sampai berdiri sendiri pada masa dewasa

terjadi dalam beberapa tingkat yaitu :

a. Bayi yang masih menyusui sampai usia 1 tahun

b. Umur 1- 4 tahun

Disini sifat ketergantungan pada orang dewasa sudah berkurang, sudah bisa

menguyarakan keinginannya dengan bahasa.Tinggal bisa dimengerti sama orang

lain sehingga kebutuhannya mudah terpenuhi. Anak akan mengalami pertentangan

dengan orang tua terutama ibunya karena anak mengetahui kepentingannya

sendiri, dan tidak mengenal kepentingan orang lain.

c. Umur 5-7 tahun ini adalah masa anak di TK

Disini anak mendapatkan pendidikan lebih banyak lagi sehingga dunia

luarnya lebih luas lagi, ia akan selalu bertanya karena ingin tahu kemampuan

melihat, menerima. Pengertian masih terbatas. Cara berfikir mulai meningkat pada

hal yang tampak nyata dan yang dialami sendiri. Pada masa ini keterampilan

mempunyai peran yang penting karena sebagian dari permainan dan aktifitas di

taman kanak-kanak memerlukan keterampilan.

d. Umur 7-11 tahun Sudah mului berfikir, harus bisa berdiri sendiri, sudah mulai

memperhatikan corak kelakuan lainnya yaitu ayah harus bekerja dan berhubungan

dengan dunia luar dilingkungan keluarga, hal ini berarti bahwa laki-laki harus

dapat berdiri sendiri dan hanya kadang-kadang saja bergantung pada orang lain.

e. Pubertas dan Remaja (11-19 tahun)

Disini terjadi proses pematangan seksusl. Istilah pubertas berasal dari kata

“pubercere” yang artinya menjadi matang, sedangkan adolescence yang berasal

dari kata “adolescare” yang berarti menjadi dewas

2.2. Hospitalisasi

2.2.1 Pengertian

Hospitalisasi merupakan pengalaman penuh strees baik bagi anak maupun

keluarganya. Stressor utama yang dialami dapat berupa perpisahan dengan

keluarga, kehilangan kendali, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Reaksi anak dapat

dipengaruhi oleh perkembangan usia anak, pengalaman terhadap sakit dan

perpisahan, diagnosis penyakit, system dukungan, koping terhadap strees,

sedangkan stressor keluarga dapat berupa rasa takut, cemas, bersalah, tidak

percaya bila anak sakit dan frustasi (Nursalam, dkk, 2001).

2.2.2 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi Berdasarkan Tahap Perkembangan

Reaksi anak terhadap sakit dan dirawat dirumah sakit dipengaruhi oleh

perkembangan dan usia, pengalaman sebelumnyatehadapsakit dan dirawat

dirumah sakit, support system yang tersedia serta keterampilan koping dalam

menangani strees.

a. Reaksi anak berdasarkan tahap perkembangan

1) Bayi (0-1 tahun)

Bila bayi berpisah dengan orangtua, maka pembentukan rasa percaya dan

pembinaan kasih sanyangnya dapat terganggu. Pada bayi usia 6 bulan sulit untuk

memahami secara maksimal bagaimana reaksi bayi bila dirawat. Pada bayi usia 8

bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai orang yang berbeda dengan

dirinya.

2) Todler (1-3 tahun)

Todler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang

memadai dan pengertian tehadap realitas terhadap, hubungan anak dengan ibu

sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan menmbulkan rasa kehilangan

orang yang terdekat bagi diri anak dan lingkungan yang dikenal serta akan

mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.

3) Usia Sekolah (6-12 tahun)

Anak usia sekolah yang dirawat dirumah sakit akan mrasa khwatir tehadap

perpisahan terhadap sekolah dan teman sebayanya, takut akan kehilangan

keterampilan, merasa kesepian dan sendiri.

4) Usia Remaja

Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat dirumah sakit adalah

akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya atau kelompok, anak tidak merasa

takut berpisah dengan orangtua tetapi takut kehilangan status dan hubungan

dengan teman sekelompok.

b. Respon prilaku anak akibat perpisahan dibagi 3 tahap yaitu :

1) Tahap protes (protest)

Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan

memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang tahu bahwa

iya tidak ingin ditinggalkan orangtuanya serta menolak perhatian orang lain

2) Tahap putus asa (despair)

Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang tidak aktif, kurang

minat untuk bermain, tidak ada nafsu makan, menarik diri, sedih dan apatis.

3) Tahap menolak/ denial (Detachment)

Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan menerima

hubungan dangkal dengan orang lain serta menyukai lingkungan.

2.2.3 Reaksi Keluarga Terhadap Anak dengan Hospitalisasi

Reaksi keluara terhadap anak dipengaruhi oleh banyak factor keseriusan

penyakit, pengalaman sakit, serta support system yang ada, reaksi dapat muncul

pada orang maupun saudaranya.

a. Reaksi orang tua

Orang tua akan mengalami strees jika anaknya sakit dan harus dibawa

kerumah sakit kecemasan akan meningkat jika mereka kurang informasi tentang

prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya terhadap masa depan anak.

b. Reaksi sibling

Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit adalah

marah, cemburu, benci dan bersalah orang tua sering kali mencurahkan

perhatiannya lebeh besar terhadap anak yang sakit, hal ini akan menimbulkan rasa

cemburu pada anak yang sehat dan anak merasa sakit.

2.2.4. Peran perawat dalam mengurangi stress akibat hospitalisasi

Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk meminimalkan

efek negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi keperawatan adalah

meminimalkanstessor perpisahan, kehilangan kontrol dan perlukaan tubuh atau rasa

nyeri pada anak serta memberi support kepada keluarga seperti membantu

perkembangan hubungan dalam keluarga dan memberikan informasi.

2.2.5. Bermain untuk mengurangi stress akibat hospitalisasi

Bermain penting untuk kesehatan mental, emosional dan sosial. Oleh karena itu

sangat penting adanya ruang bermain bagi anak untuk memberikan rasa aman dan

menyenangkan. Dalam pelaksanaan aktifitas bermain di rumah sakit dan permainan

yang sesuai dengan usia atau tingkatan tubuh kembang anak. Sehingga tujuan bermain

yaitu untuk mempertahankan peroses tubuh kembang dapat dicapai secara optimal

2.3. Konsep Dasar Penyakit Asfiksia Neonatorum

2.3.1 Pengertian

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak

dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (

Subianto,2009).

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara

spontan dan teratur setelah lahir ( idaanggrek.2005).

Asfiksia adalah perubahan patologis yang disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam

udara pernapasan, yang mengakibatkan hipoksia dan hiperkapnia (Dorland, 2002).

Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas

brnapas secara spontan dan teratur setelah lahir (Wikenjosastro, Hanifa,2002 ).

Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan

pertukaran udara pernapasan dalam paru-paru yang mengakibatkan hipoksia dan

hiperkapnia (Mansjoer A,2000).

2.3.2 Anatomi Fisiologi

a.

Anatomi

Gambar 2.1. Anatomi Sistem Pernafasan

Dikutip dari : Putz Pabst, 2000, Atlas Anatomi Manusia Sobotta

Keterangan Gambar :

1. Hidung

2. Naso laring

3. Palatum

4. Orofaring

5. Lidah

8. Trakea

9. Paru - paru

10. Bronkus

11. Pleura

12. Ruang Jantung

6. Tulang Hyoid

7. Laring

13. Diafragma

b. Fisiologi

1) Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama,mempunyai dua lubang(kavum nasi)

,dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi ). Didalamnya terdapat bulu-bulu yang

berguna untuk menyaring udara, debu dan kotor-kotoran yang masuk ke dalam lubang

hidung.

a) Bagian luar terdiri dari kulit

b) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang-tulang rawan

c) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang

hidung ( konka nasalis), yang berjumlah 3 :

(1) Konka nasalis imferior ( karang hidung bawah )

(2) Konka nasalis media ( karang hidung bagian bawah )

(3) Konka nasalis superior ( karang hidung bagian atas )

Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior

(lekukan bagian atas), meatus medialis ( lekukan bagian tengah), dan meatus imperior (

lekukan bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernapasan,

sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut

koana.

Fungsi Hidung

a). sebagai saluran udara pernapasan

b). sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung

c). dapat menghangatkan udara pernapasn oleh mukosa

d). membunuh kuman-kuman yang masuk

Rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, dilapisi oleh selaput lendir yang sangat

kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput

lender semua sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung.Daerah

pernapasan dilapisi epitelium selinder dan sel epitel berambut antaramengandung sel

lender.

2). Faring = Tekak

Adalah pipa berotot yang berjalan dan dasar tengkorak sampai persambungan

dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang

hidung (naso-farinx), dibelakang mulut (oro-farinx), dan dibelakang larinx (farinx-

laringeal). Farinx merupakan tempat persimpangan anatra jalan pernapasan dengan

jalan makanan.Terdapat di bawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan mulut

sebelah depan ruas tulang ruas tulang leher

Hubungan farinx dengan organ-organ lain : ke atas berhubungan dengan rongga

hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan

dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmis Fausium.Ke bawah terdapat

2 buah tonsil kiri dan kanan dan tekak. Disebelah belakang terdapat epiglottis (empang

tenggorok) yang berpungsi menutup laringpada waktu menelan makanan.(Pearce,1971)

3). Laring (pangkal tenggorok)

Gambar 2.2 laring

Dikutip dari : Teguh subianto.blogspot.com

Merupakan saluran udara yang bertindak sebagai pembentukan suara terletak dibagian

depan faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam terkea

dibawahnya.Pangkal tenggorok ini ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut

efiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan

makanan menutup laring.

Laring terdiri dari lima tulang rawan antara lain ;

a)Kartilago tiroid (1 buah) depan jakum (adam’s aple),sangat jelas terlihat pada pria

b) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker

c)Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin

d) Kartilago efiglotis(1 buah)

Laring dilapisi oleh selaput lender, kecuali pita suara dan bagian efihglotisyang dilapisi

oleh sel epithelium berlapis.Pita suara suara ini berjumlah 2 buah ; dibagian atas

adalah pita suara palsu dan tidak mengelurkan suara yang disebut dengan

ventrikularis.Dibagian bawah adalah pita suara sejati yang membentuk suara yang

disebut vokalis, terdapat 2 buah otot.oleh 2 buah otot ini maka pita suara dapat

bergetar dengan demikian pita suara (rima glotidis) dapat melebar dan mengecil,

sehingga disini terbentuklah suara.Terbentuknya suara merupakan hasil dari kerja sama

antara rongga mulut , laring, lidah, dan mulut.

4) Batang tenggorok ( Trakea )

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin yang

terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti kuku kuda ( huruf c ). Sebelah

dalam diliputi aleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya

bergeerak kearah luar. Panjang trakea9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat

yang dilapisi oleh otot polos. Trakea berjalan dari larynx samapi kira-kira ketinggian

vertebra torakalis kelima ditempat ini bercabang menjadi dua bronchus (bronchi) sel-

sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sana

dengan udara pernapasan,yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan

disebut karina

5). Bronkus

Terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis

ke-IV dan ke-V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilpisi dengan jenis sel

yang sama. Bronkus berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tumpuk paru-paru.

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari

arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas,

cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat bawah arteri disebut bronkus lobus

bawah. Bronkus kiri lebih panjang dari yang kanan dan berjalan di bawah arteri

pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan

bawah

7). Paru-paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-

gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Banyaknya gelembung

paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah paru-paru kiri dan kanan. Pertukaran

O2 dan CO2 terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan

externa; oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana

O2 masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler

pulmoner, alveoli memisahkan O2 dari darah, O2 menembus membran diambil oleh sel

darah merah dibawa ke jantung, dari jantung dipompakan ke arah tubuh.

2.3.3 Etiologi

Etiologi asfiksia neonatorum Menurut hanifa wiknjosastro (2002) yaitu :

Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir

selalu mengakibatkan anoksia dan hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia

bayi.faktor-faktor yang mendadak ini terdiri atas

a. Faktor-faktor dari pihak janin seperti :

1) Ganguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat

2) Defresi pernapasan karena obat-obat anastesi analgetik yang diberikan kepada ibu,

pendarahan intra kranial, dan kelainan bawaan ( hernia diafragmatika, atresia saluran

pernapasan , hipoplasia paru-paru dll.

b. Faktor-faktor dari pihak ibu

1) Gangguan HIS

2) Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya pada plasenta previa

3) Hipertensi pada eklanpsia

4) Gangguan mendadak pada plasenta

c. Faktor Neonatus

1) Trauma persalinan, perdarahan rongga tengkorak.

2) Kelainan bawaan, hernia diafragmatik atresia atau stenosis jalan nafas

2.3.4 Pathofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa

hamil dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkanAsfiksia ringan yang

bersifat sementara. Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor

pusat pernafasan akan terjadi usaha bernafas pertama (primary gasping) yang

kemudian akan berlanjut pernafasan teratur. Sifat Asfiksia yang ringan ini tidak

berpengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya.

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau transportasi O2 selama kelahiran

atau persalinan, maka terjadilah Asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan

mempengaruhi fungsi sel tubuh, kerusakan dan gangguan ini dapat membaik atau tidak,

tergantung pada berat dan dalamnya Asfiksia. Asfiksiayang terjadi dimulai dengan

suatu periode apnea (berhenti bernafas), disertai dengan penurunan frekuensi jantung.

Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas yang kemudian diikuti oleh

pernafasan teratur. Pada penderitaAsfiksia berat usaha bernafas ini tidak tampak dan

bayi selanjutnya ada dalam periode apnea.

Pada tingkat ini di samping perlahannya frekuensi jantung ditemukan pula

penurunan tekanan darah. Disamping itu ada perubahan klinis yang akan terjadi berupa

gangguan metabolisme dan perubahan pertukaran gas oksigen (O2) mungkin hanya

menimbulkan asidosis resfiratorik meningginya tekanan oksigen (O2) dalam darah dan

bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobic

yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya asidosis metabolic, selanjutnya terjadi

perubahan kardiovaskuler. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat

buruk terhadap sel otak. Kerusakan yang terjadi dapat menimbulkan kematian atau

kehidupan dengan gejala sisa (squele).

Mengenal dengan tepat perubahan-perubahan di atas sangat penting, karena

hal itu merupakan manifestasi daripada tingkat Asfiksia. Tindakan yang dilakukan hanya

akan dapat berhasil dengan baik bila perubahan yang terjadi dikoreksi secara adekuat.

Dalam praktek, menentukan tingkat Asfiksiabayi dengan tepat membutuhkan

pengalaman dan observasi klinik yang cukup. Menentukan beberapa kriteria klinik untuk

menilai keadaan bayi baru lahir (nadasuster, 2003).

2.3.5 Penilaian Apgar Score

Penilaian secara apgar ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan

mortalitas bayi baru lahir. Patokan klinik yang dinilai adalah: (a) menghitung frekuensi

jantung, (b) melihat usaha bernafas, (c) melihat tonus otot, (d) menilai refleks

terhadap rangsangan, (e) memperhatikan warna kulit. Untuk lebih jelasnya mengenai

penilaian secara apgar terdapat pada tabel di bawah ini (Sofyan, 2001).

Tabel. 2.1. Daftar penilaian keadaan bayi secara penilaian apgar

Tanda 0 1 2 Jumlah

Nilai

Frekuensi

jantung Tidak ada < 100 x/mnt > 100 x/mnt

Usaha

bernafas Tidak ada

Lambat, tidak

teratur Menangis kuat

Tonus otot Lumpuh Extremitas

fleksi sedikit Gerakan aktif

Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis

Warna Biru pucat

Tubuh

kemerahan,

extremitas biru

Tubuh

kemerahan

Sofyan (2001).

Nilai apgar ini biasanya dimulai satu menit setelah bayi lahir lengkap dan bayi telah

diberi lingkungan yang baik serta pengisapan lendir telah dilakukan dengan sempurna.

Nilai apgar semenit pertama ini baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara

resusitasi. Mulai apgar berikutnya dimulai lima menit setelah bayi lahir dan ini

berkorelasi erat dengan kematian dan kesakitan neonatus. Dalam menghadapi bayi

dalam Asfiksia berat, dianjurkan untuk menilai secara tepat, yaitu: (1) menghitung

frekuensi jantung dengan cara meraba hipisternum atau arteri tali pusat dan

menentukan apakah jumlah lebih atau kurang dari 100 x/mnt, (2) menilai tonus otot

baik/buruk, (3) melihat warna kulit.

Atas dasar penilaian klinis di atas, Asfiksia pada bayi baru lahir dapat dibagi dalam:

a. Nilai apgar 7 – 10 disebut Asfiksia ringan

Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.

b. Nilai apgar 4 – 6 disebut Asfiksia sedang

Biasanya didapatkan frekuensi jantung > 100 x/menit, tonus otot kurang baik atau baik,

biru, refleksi masih ada.

c. Nilai apgar 0 – 3 disebut Asfiksia berat

Didapatkan frekuensi jantung < 100 x/menit, tonus otot buruk, biru dan kadang-kadang

pucat, refleks tidak ada. Pada Asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus

menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung

menghilang post partum. Pemeriksaan fisik sama pada Asfiksia berat.

2.3.6 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala menurut Nadasuster (2003) :

a. Hipoksia

b. RR > 60x /menit atau < 30 x/menit

c. Nafas megap-megap/gasping sampai terjadi henti nafas

d. Bradikardia

e. Tonus otot berkurang

f. Warna kulit sianotik/pucat

2.3.7. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan Keperawatan menurut Setiadi Sofyan (2001)

a. Tindakan Umum

1. Bersihkan jalan nafas

a)Kepala bayi diletakkan lebih rendaha gar lendir lebih mudah mengalir.

b) Bersihkan lendir dan cairan ketuban dari rongga mulut dan farings.

c) Bila perlu gunakan laringoskop untuk membantu pengisapan lendir dan saluran nafas

lebih dalam.

2. Rangsangan refleks pernafasan

a) Melakukan bila setelah 20 detik bayi tidak memberi usaha bernafas.

b) Jangan memukul di daerah punggung atau bokong.

c) Bila gagal, anggap bayi tersebut menderita Asfiksia ringan-sedang

3. Pertahankan suhu tubuh

a) Tubuh bayi dibaringkan.

b) Pemanasan menggunakan lampu pijar lebih dari pada penggunaan selimut yang

menutupi bayi.

b. Tindakan Keperawatan

Tindakan Keperawatan menurut Nada, Suster (2003):

Dapat dilakukan pengisapan (cairan lambung untuk mencegah regurgitasi).

1) Teknik terapi sinar

Persiapan unit terapi sinar:

a) Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu sehingga suhu di

bawah lampu antara 38°C sampai 30°C.

b) Ganti tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip (flickering)

(1) Catat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan tabung tersebut.

(2) Ganti tabung setelah 2000 jam penggunana atau setelah 3 bulan, walaupun tabung

masih bisa berfungsi.

(3) Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di sekitar

daerah unit terapi sinar ditempatkan untuk memantulkan cahaya sebanyak mungkin

kepada bayi.

2.3.7 Komplikasi

Komplikasi menurut Nadasuster (2003)

a. Hipoksia

b. Hipotermi

c. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

d. Prematuritas

e. Gangguan perdarahan otak

2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kasus AsfiksiaNeonatorum

Proses keperawatan adalah salah satu alat bagi perawat untuk memecahkan suatu

masalah yang terjadi pada pasien ( Aziz Alimul,2002 ).

Asuhan keperawataan adalah faktor penting dalam survivat pasien dalam aspek-

aspek pemeliharaan rehabilitatif dan prevventif perawat kesehatan ( Dongoes,2000 )

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses

yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001)

Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dan merpakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengepaluasidan mengidentifikasi status kesehatan klien.(lyer et all.1996).

Dalam mengkaji harusmemperhatikan data dasar.

Langkah-langkah dalam pengkajian meliputi:

a. Identitas bayi dan orang tua (Donna L.Wong, 2003)

Umur (mulai 0 – 28 hari), jenis kelamin Perempuan,

b. Riwayat kesehatan bayi dan orang tua (Donna L. Wong, 2003)

Keluhan utama: Hipoksia, RR > 60 x/mnt, nafas megap-megap/gasping sampai terjadi

henti nafas, bradikardi, tonus otot berkurang, warna kulit sianotik/pucat.

c. Riwayat kesehatan ibu dan bayi (Nadasuster, 2003)

1) Riwayat prenatal: DM, penggunaan obat-obatan dan anastesi, hipertensi.

2) Riwayat intranatal: Trauma persalinan, perdarahan rongga tengkorak, kelainan

bawaan, hernia diafragmatik atresia atau stenosis jalan nafas.

d. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik (Nadasuster, 2003)

Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksana Head to toe adalah, meliputi

pengkajian keadaan umum dan status generalis.

1) Keadaan umum

Pada asfiksia neonatorum , keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan

membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus

dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang

badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan

kondisi neonatus yang baik.

2) Tanda-tanda Vital

Neonatus asfiksia neonatorum kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar,

tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh <

36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal

tubuh antara 36,5 C – 37,5 C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi

normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan

belum teratur (Patricia , 1996).

3) Kulit

Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm

terdapat lanogo dan verniks.

4) Kepala

Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar

cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.

5) Hidung

Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.

6) Mulut

Bibir berwarna pucat sianosis ataupun merah, ada lendir atau tidak.

7) Thorax

Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi,

frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.

8) Umbilikus

Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi

pada tali pusat.

9) Ekstremitas

Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya

kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan.

10) Refleks

Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro

dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah

tulang (Wahidiyat, 1991)

e. Pemeriksaan penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang mengarah pada pada diagnosa Asfiksia

Neonatorum antara lain :

1) Analisa gas darah

pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.

PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi Asfiksia Neonatorum cenderung naik

sering terjadi hiperapnea.

PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi Asfiksia Neonatorum cenderung turun

karena terjadi hipoksia progresif.

HCO3 (normal 24-28 mEq/L)

2) Elektrolit darah

Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi

preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.

Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)

Distrosfiks pada bayi preterm dengan Asfiksi Neonatorum cenderung turun karena

sering terjadi hipoglikemi.

3) Gula darah

4) Baby gram (Rontgen dada)

Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

5) USG (kepala)

2.4.2 Diangosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau

komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau

potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (NANDA,

1990).

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia

(status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana

perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara

pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah (Carpenito, 2000).

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada

kasus AsfiksiaNeonatorum diantaranya adalah :

a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai oksigen.

Batasan karakteristik

1) Mayor (harus terdapat)

Dispnea saat melakukan latihan

2) Minor (mungkin terdapat terdapat)

a) Konfusi/agitasi

b) Kecendrungan untuk mengambil 3 titik (duduk, 1 tangan pada setiap lutut, condong ke

depan)

c) Bernapas dengan bibir dengan bibir dimoyongkan dengan fase ekspirasi yang lama

d) Letargi dan keletihan

e) Peningkatan tahanan vascular pulmonal

f) Penurunan motilitas lambung, pengosongan lambung lama

g) Penurunan isi oksigen, penurunan saturasi oksigen, peningkatan PCO2, seperti yang di

perlihatkan oleh hasil analisa gas darah

h) sianosis

b.Risiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi.

Batasan karakteristik

1) Mayor (80%-100%)

a)Penurunan suhu tubuh dibawah 35,5’C per rectal

b) Kulit dingin

c)Pucat (sedang)

d) Menggigil (ringan)

2) Minor (50%-79%)

a)Kekacauan mental, mengantuk,kegelisahan

b) Penurunan nadi dan pernapasan

c)Kakeksia, malnutrisi

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan

pathogen.

d. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan.

e. Inefektif pola nafas berhubungan dengan hipoksia.

Batasan karakteristik

1) Mayor (Harus terdapat satu atau lebih)

a) Perubahan dalam frekuensi atau pola pernapasan (dari nilai dasar)

b) Perubahan pada nadi (frekuensi, irama, dan kualitas)

2) Minor (mungkin terdapat)

a) Ortopnea

b) Takipnea, hiperpnea,Hiperventilasi

c) Pernapasan disritmik

d) Pernapasan sukar/berhati-hati

2.4.3 Rencana Keperawatan

Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan

yang meliputi tujuan perawatan, menetapkan pemecahan masalah , dan menentukan

tujuan perencanaan untuk mengatasi masalah .(Hidayat, A.2001)

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi

atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan,

rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam

menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi sebagaimana disebutkan sebelumnya

rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan pada

klien (Nursalam, 2001).

Rencana keperawatan memuat tujuan sebagai berikut :

a. Konsolidasi dan organisasi imformasi sebagai sumber dokumentasi .

b. Sebagai alat komunikasi antara perawat dengan klien

c. Sebagai alat komunikasi antara anggota tim kesehatan.

d. Langkah dari proses keperawatan (pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,dan

evaluasi)yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Menurut Nursalam, 2001, pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan ” SMART ”

S = Spesifik ( harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda ).

M = Measurable ( keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang prilaku klien: dapat

dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau ).

A = Achievable ( harus dapat diukur ).

R = Rasional ( harus dapat dicapai ).

T = Time ( tujuan keperawatan )

Tabel 2.2. Rencana Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan Tujuan dan

Kriteria Hasil Intervensi Rasional

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Gangguan

pertukaran gas

berhubungan

dengan

obstruksi jalan

nafas

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan,

diharapkan: 1.Mempertahan-kan

jalan nafas paten

dengan frekuensi

pernafasan dan

jantung dalam

batas normal

secara umum tidak

ada sianosis. 2.Bebas tanda

distress

pernafasan.

1. Ukur skor apgar

pada menit I dan ke

V setelah kelahiran.

2. Tinjau ulang status

janin intra partum

termasuk denyut

jantung janin.

3. Kaji durasi

persalinan dan tipe

kelahiran.

4. Kaji waktu dimana

obat-obatan

diberikan pada ibu

5. Kaji frekuensi dan

upaya pernafasan

awal bayi. 6. Kaji adanya

pernafasan cuping

hidung dan retraksi

dinding dada. 7. Lakukan suction

sesuai kebutuhan.

1. Membantu menentukan

kebutuhan terhadap

impelemntasi segera

(misal: pengisapan

lendir, pemberian O2) 2. Kejadian pada intra

partum dapat membuat

distress janin dan

hipoksia menetap

sampai pada periode

segera pasca

melahirkan,

mengakibatkan upaya

pernafasan tertekan atau

tidak efektif. 3. Kelahiran dengan risiko

caesaria mempunyai

mukus yang berlebihan

karena ketidak

adekuatan defresi

torakal. 4. Obat-obatan dapat

menekan upaya

pernafasan bayi dan

mengurangi oksigen ke

jaringan. 5. Untuk memantau

perkembangan bayi.

6. Untuk memantau

kerusakan pertukaran

gas pada bayi.

7. Menjamin keber-sihan

jalan nafas yang

penting untuk Neonatus

yang baru bernafas

melalui hidung

(1) (2) (3) (4) (5)

8. Posisikan bayi

miring dengan

gulungan handuk

untuk menyokong

punggung. 9. Auskultasi jalan

8. Memudahkan drainage

mucus.

9. Bunyi nafas harus sama

2

Risiko tinggi

terhadap

perubahan suhu

tubuh

berhubungan

dengan infeksi.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan,

diharapkan: Mempertahankan

suhu dalam batas

normal bebas dari

tanda-tandadingin

atau hipotermia.

nafas dan catat

kesamaan dan

kejelasannya. 10. Kaji bayi terhadap

adanya lokasi dan

derajat sianosis dan

hubungan dengan

aktivitas. 11. Kaji hubungan antara

suhu bayi dan suhu

udara di sekitar.

12. Berikan suplemen O2

sesuai indikasi

kondisi BBL 13. Kaji kadar Hb dan Ht

1. Pertahankan suhu

lingkungan dalam

batas normal.

2. Pantau temperatur

axila bayi

3. Tunda mandi

pertama sampai suhu

tubuh stabil dan

mencapai 36,5°C

(91,7°F)

seperti biparietal.

10. Sianosis periver

(Akrosianosis) dihubungk

an dengan ketidakstabilan

vasomotor.

11. Konsumsi O2 minimal

bila perbedaan antara

suhu kulit dan suhu udara

di sekitar < 1,5°C (2,7°F) 12. Penurunan O2 yang tidak

dapat dihentikan

meningkatkan hipoksia. 13. Hb yang tidak normal

kemungkinan hipoksia

berat.

1. Kegagalan untuk

mempertahankan suhu

lingkungan di atas batas

normal, dapat

mengakibatkan

peningkatan konsumsi O2

2. Stabilitas suhu mungkin

tidak terjadi sampai 8-12

jam setelah lahir. 3. Membantu mencegah

kehilangan panas lanjut

karena evaporasi.

(1) (2) (3) (4) (5)

4. Perhatikan

tanda- tanda

distress

5. pertahankan

termonetral

lingkungan

melalui

4. 4. Hipotermi (suhu badan

rendah) yang Meningkatkan

laju penggunaan oksigen +

glukosa sering disertai

dengan hipoglikemia dengan

dan stess pernafasan 5. Mencegah ketidakseimbangan

panas atau kehilangan panas

3

Risiko tinggi

terhadap

infeksi

berhubungan

dengan

peningkatan

paparan

lingkungan

pathogen.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan,

diharapkan: 1. Bebas dari

tanda-tanda

infeksi. 2. Menunjukkan

pemulihan tepat

waktu pada

puntung tali

pusat dan sisi

sirkumsisi bebas

dari drainase

eritema.

penggunaan

pengontrol

automatic/ alat

pemanas

1. Tinjau ulang

faktor-faktor

risiko pada ibu

yang cenderung

terkena infeksi

yang mungkin

didapatkan saat

kelahiran.

2. Tentukan usa

gestasi BBL.

3. Lakukan teknik

pencucian

tangan yang

tepat sebelum

memegang bayi

pada orang tua

dan kelaurga. 4. Batasi kontak

bayi dengan

tempat. 5. Pelihara

peralatan

individual dan

bahan-bahan

persediaan

untuk

1. Demam maternal selama

seminggu sebelum kelahiran,

ketuban pecah yang lama

(<24 jam) cairan amniotic

berbau busuk membuat bayi

cenderung terkena infeksi.

2. Pemindahan imunoglobin

antibody E dan G (IgE dan

IgG) melalui BBL dan

infeksi.

3. Mencuci tangan yang benar

adalah faktor tunggal yang

paling penting dalam

melindungi BBL dari infeksi.

4. Membantu mencegah

penyebaran infeksi ke bayi

baru lahir. 5. Mencegah kontaminasi silang

(1) (2) (3) (4) (5)

4

Perubahan

ikatan proses

keluarga

berhubungan

dengan

kurang

pengetahuan.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan,

diharapkan: 1. Memulai proses

keadekuatan

dengan cara yang

bermakna untuk

anggota

keluarga. 2. Dengan tepat

setiap bayi 1. Informasikan

kepada orang

tua tentang

kebutuh-an-

kebutuhan bayi

yang baru lahir

segera dan

perawatan yang

diberikan. 2. Tempatkan bayi

dalam lengan

ibu/ ayah segera

1. Menghilangkan ansietas

orang tua dan membantu

orang tua untuk memahami

rasional intervensi pada

periode awal BBL.

2. Jam pertama kehidupan bayi

adalah masa yang paling

khusus bermakna untuk

interaksi keluarga (orang tua)

5

Inefektif

pola nafas

berhubungan

dengan

hipoksia.

mengidentifikasi

bayi untuk

meyakinkan

hubungan

keluarga yang

benar.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan,

diharapkan: Mempertahankan

pola pernafasan

setelah kondisi

neonatus

memungkinkan.

3. Anjurkan orang

tua untuk

mengelus dan

bicara pada

BBL, anjurkan

ibu untuk

menyusui bayi

bila diinginkan. 4. Diskusikan

kemampuan

bayi untuk

berinteraksi. 5. Berikan

informasi yang

tepat dalam

kejadian

komplikasi yang

tidak

diperkirakan.

1. Kaji frekuensi

pernafasan dan

pola nafas

3. Memberikan kesempatan

pada orang tua dan BBL

melakukan pengenalan dan

proses pendekatan.

4. Membantu me-mudahkan

interaksi orang tua bayi. 5. Mempertahankan orang tua

tetapi mendapat informasi

tentang perubahan status bayi

dan tindakan aktual.

1. Membantu membedakan

periode perputaran

pernafasan normal serangan

apnu sejati

(1) (2) (3) (4) (5)

periodik

(periode apnae

berakhir 5-10

detik diikuti

dengan periode

pendek ventilasi

cepat) dengan

membran

mukosa merah

muda dan

frekuensi

jantung dalam

batas nomal.

2. Tinjau ulang riwayat

ibu terhadap obat-

obatan yang dapat

memperberat defresi

pernafasan pada

bayi. 3. Posisikan bayi pada

posisi terlentang

dengan gulungan

pokok di bawah

bahu menghasilkan 4. Pertahankan suhu

tubuh optimal.

5. Berikan rangsangan

2. Magnesium sulfat

(MgSO4) dan narkotik

menekan pusat

pernafasan dan aktivitas

sistem saraf pusat (SSP)

3. Posisi ini dapat

memudahkan

pernafasan dan

menurunnya episode

apnea.

4. Hanya sedikit

peningkatan atau

penurunan suhu dapat

menimbulkan apnea.

faktil yang segera,

misal: gosokkan

punggung bayi. 6. Tempatkan bayi

pada matras

bergelombang.

7. Pantau pemeriksaan

lab (GDA, glukosa

serum, elektrolit,

kultur dan kadar

obat) 8. Berikan oksigen

sesuai dengan

indikasi.

5. Merangsang SSP untuk

meningkatkan gerak

tubuh dan sebaliknya

pernafasan spontan. 6. Gerakan menimbulkan

rangsangan yang dapat

menurunkan kejadian

apnea.

7. Hipoksia, asidosis

metabolik,

hipoglikemia,

hipokalsemia, sepsis

dapat memperberat

serangan apnea 8. Perbaikan kadar oksigen

dan CO2 dapat

meningkatkan fungsi

pernafasan.

Sumber : ( Carpenito, 2000 )

2.4.4 Tindakan Keperawatan

Yang dimaksud dengan tindakan keperawatan adalah suatu tahap dimana rencana

keperawatan yang telah disusun diberikan kepada bayi sesuai dengan kebutuhan dan

masalah yang dihadapi bayi (Dongoes, Marillyn, 2001).

Ada tiga tahap dalam tindakan keperawatan yaitu: persiapan, perencanaan, dan

dokumentasi (Nursalam, 2001).

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, pada tahap implementasi,

seorang perawat harus benar-benar memahami dan memiliki pengetahuan serta skill

keperawatan mengenai tindakan yang dilakukan terhadap kasus yang sedang ditangani.

Sehingga semua intervensi yang telah dirumuskan bisa dilakukan dengan baik dan bisa

menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi klien.

Setelah implementasi dilakukan oleh perawat, perawat harus mengawasi dan

mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan sehingga nanti bisa dipertanggung

jawabkan.

2.4.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan

criteria dan standar yang telah ditetetapkan ntk melihat

keberhasilannya.(suprajitno,2004).

Tahap evaluasi merupakan tahapan akhir pada proses keperawatan. Evaluasi adalah

perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria yang dibuat pada tahap intervensi

(Dongoes, Marillyn, 2001). Bayi akan kembali ke dalam sistem atau proses keperawatan

jika masalah keperawatan belum selesai atau akan keluar dari proses keperawatan jika

masalah keperawatan bayi telah berakhir.

Tahapan evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen, yaitu kriteria hasil,

keefektifan tahap-tahap proses keperawatan dan perbaikan rencana asuhan

keperawatan. Kerangka pembuatan kriteria hasil dibuat dalam bentuk SOAP (Subyektif,

Obyektif, Assessment, Planning).

Adapun penjelasan lebih lanjut sebagai berikut :

a. S (subyektif), yaitu keluhan-keluhan klien (apa saja yang dikatakan klien, keluarga

klien dan orang terdekat klien).

b. O (obyektif), yaitu segala sesuatu yang dapat dilihat, dicium, diraba, dan diukur oleh

perawat.

c. A (analisis), yaitu suatu kesimpulan yang dirumuskan oleh perawat tentang kondisi

klien.

d. P (planning), yaitu rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah klien

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alen. C.V. (1998). Memahami Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. EGC.

Jakarta

Arif. M. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. FKUI. Jakarta

Brunner and Suddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC. Jakarta

Carpenito. J.L. (2001). Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Doengoes. M.E. (2001). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan. EGC.

Jakarta

Dorland. (2002). Kamus Saku Kedokteran. Edisi 25. EGC. Jakarta

Hidayat. A.A.A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Salemba Media. Jakarta

Markum. A.H. (2002). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI. Jakarta

Nelson. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta

Nursalam. dkk. (2001). Asuhan Keperawatan Pada Bayi dan Anak (untuk perawat

dan bidan). Salemba Medika: Jakarta

Pearce. E.C. (1979). Iktisar Penyakit Anak. Binarupa Aksara. Jakarta

Rusepno. H. dkk. (1985). Ilmu kesehatan anak. FKUI. Jakarta

Setiadi. S.F.A. (2001). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta

Soetjiningsih (1998). Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Suprajitno. (2004). Askep Keluarga. EGC. Jakarta

Syaifudin. (1997). Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Edisi 2. EGC. Jakarta

Wiknjosastro. H. (2006). Ilmu Kebidanan. Edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta

(2009). Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Praya Lombok Tengah