bab i smi.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap masyarakat disarankan untuk mengenyam pendidikan. Pendidikan sangat
penting bagi kehidupan masyarakat di suatu negara. Masyarakat yang mampu mengenyam
pendidikan sampai taraf tinggi akan dipermudah dalam menjalani kehidupannya. Dengan
pendidikan, masyarakat bisa mengembangkan potensi-potensi yang terpendam dalam diri
setap individu. Oleh karena itu, setiap manusia bisa menggali dan membuat lapangan
pekerjaan sendiri guna kemajuan bangsa dan negara. Negara yang memiliki masyarakat yang
berpendidikan sudah tentu akan menjadi negara yang maju dan makmur. Dengan pendidikan
yang bagus akan berdampak pula terhadap SDM yang dimiliki oleh setiap negara. Ini
menandakan bahwa kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan negara.
Setiap negara memiliki kualitas pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini bergantung
pada system pendidikan dan SDM yang dimiliki oleh negara tersebut. Negara yang memiliki
SDM yang bagus dan berpendidikan, akan memiliki kualitas pendidikan yang bagus pula.
Begitu pula sebaliknya, negara yang memiliki SDM yang kurang bagus dan tidak
berpendidikan, kualitas pendidikan negara tersebut juga rendah. Sebagai satu contoh, negara
Finlandia merupakan negara yang memiliki kualitas pendidikan di dunia. Menurut anonim
(http://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia-ranking.html) negara
Finlandia didukung oleh beberapa hal sehingga kualitas pendidikan di Finlandia sangat
bagus. Eberapa pendukung tersebut adalah sebagai berikut. (1). Setiap anak diwajibkan
mempelajari bahasa Inggris serta wajib membaca satu buku setiap minggu. (2). Sistem
pendidikannya yang gratis sejak TK hingga tingkat universitas. (3). Wajib belajar diterapkan
kepada setiap anak sejak umur 7 tahun hingga 14 tahun. (4). Selama masa pendidikan
berlangsung, guru mendampingi proses belajar setiap siswa, khususnya mendampingi para
siswa yang agak lamban atau lemah dalam hal belajar. Malah terhadap siswa yang lemah,
sekolah menyiapkan guru bantu untuk mendampingi siswa tersebut serta kepada mereka
diberikan les privat. (5) Setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai perkembangan belajar
dari setiap siswa. (6) Ada perhatian yang khusus terhadap siswa-siswa pada tahap sekolah
dasar, karena bagi mereka, menyelesaikan atau mengatasi masalah belajar bagi anak umur
sekitar 7 tahun adalah jauh lebih mudah daripada siswa yang telah berumur 14 tahun. (7).
1
Orang tua bebas memilih sekolah untuk anaknya, meskipun perbedaan mutu antar-sekolah
amat sangat kecil. (8) Semua fasilitas belajar-mengajar dibayar serta disiapkan oleh negara.
(9) Negara membayar biaya kurang lebih 200 ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan
studinya hingga tingkat universitas. (10) Baik miskin maupun kaya semua siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk belajar serta meraih cita-citanya karena semua ditanggung oleh
negara. (10) Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana demi peningkatan mutu
pendidikan itu sendiri. (11) Makan-minum di sekolah serta transportasi anak menuju ke
sekolah semuanya ditangani oleh pemerintah. (12) Biaya pendidikan datang dari pajak
daerah, provinsi, serta dari tingkat nasional. (13) Mengenai para prospek karier dan
kesejahteraan, setiap guru menerima gaji rata-rata 3400 Euro per bulan setara 42 juta rupiah.
Guru disiapkan bukan saja untuk menjadi seorang profesor atau pengajar, melainkan
disiapkan juga khususnya untuk menjadi seorang ahli pendidikan. Makanya, untuk menjadi
guru pada sekolah dasar atau TK saja, guru itu harus memiliki tingkat pendidikan universitas.
Demikianlah gambaran singkat tentang kualitas pendidikan di Finlandia yang menyebabkan
Finlandia sebagai negara yang memiliki kualitas pendidikan yang bagus.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui tingkat kualitas
pendidikan yang ada di Indonesia. Ada beberapa hal yang penulis ingin kemukakan dalam
makalah ini, diantaranya adalah tentang system pendiikan di Indonesia. Sistem pendidikan
sangat berpengaruh terhadap kualitas pendidikan setiap negara. Yang kedua adalah tentang
kualitas pendidikan di Indonesia. Yang ketiga adalah tentang factor-faktor yang
memengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia ?
2. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia ?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di
Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Indonesia
2. Untuk mengetahui kualitas pendidikan di Indonesia
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
pendidikan di Indonesia
2
1.4 Manfaat
1. Bagi Guru
Karya ilmiah ini akan memberikan sumbangan kepada guru tentang
kualitas pendidikan di Indonesia dengan demikian guru bisa
melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran. Guna
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
2. Bagi Pemerintah
Karya ilmiah ini bisa dijadikan patokan oleh pemerintah untuk melakukan
sesuatu yang berkaitan dengan mutu pendidikan dalam meningkatkan
kualitas mutu pendidikan di Indonesia.
3. Bagi Masyarakat
Karya Ilmiah ini akan dijadikan pedoman dan memberitahukan kepada
kalangan masyarakat agar tahu faktor – faktor penyebab bermutu atau
tidaknya kualitas pendidikan di Indonesia.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Pendidikan Di Indonesia
Menurut M.J. Langeveld (1999) pendidikan adalah memberi pertolongan secara sadar
dan segaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam pertumbuhannya menuju kearah
kedewasaan dalam arti dapat berdiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan-
tindakannya menurut pilihannya sendiri. Ki Hajar Dewantoro mengatakan bahwa pendidikan
berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
fikiran (intellect) dan dan tumbuh anak yang antara satu dan lainnya saling berhubungan agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang
kita didik selaras.
John Dewey mewakili aliran filsafat pendidikan modern merumuskan Education is all
one growing; it has no end beyond it self, pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan
dengan pertumbuhan, pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya. Dalam
proses pertumbuhan ini anak mengembangkan diri ketingkat yang makin sempurna atau life
long Education, dalam artian pendidikan berlangsung selama hidup. Pendidikan merupakan
gejala insani yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk mengatarkan anak manusia
kedunia peradaban. Juga merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan
otentik, supaya anak mengenali jati dirinya yang unik, mampu bertahan memiliki dan
melanjutkan atau mengembangkan warisan sosial generasi terdahulu, untuk kemudian
dibangun lewat akal budi dan pengalaman (Kartono, 1997:12).
Sementara Zamroni memberikan definisi pendidikan adalah suatu proses
menanamkan dan mengembangkan pada diri peserta didik pengetahuan tentang hidup, sikap
dalam hidup agar kelak ia dapat membedakan barang yang benar dan yang salah, yang baik
dan yang buruk, sehingga kehadirannya ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan
berfungsi secara optimal (Zamroni,2001:87)
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan usaha atau proses
yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat
melakukan peranya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal. Dengan demikian
pendidikan pada intinya menolong di tengah-tengah kehidupan manusia. Pendidikan akan
dapat dirasakan manfaatnya bagi manusia.
4
Jadi pada akhirnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekutan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa dan
negara. Dan pengertian ini juga dinyatakan dalam Undang-Undang sistem pendidikan
Nasional (Pasal 1 UU RI No. 20 th. 2003).
Sistem merupakan kumpulan dari beberapa bagian yang memiliki keterkaitan dan
saling bekerja sama serta membentuk satu kesatuan untuk mencapai suatu tujuan dari sistem
tersebut.
Jadi sistem pendidikan adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan.
Beberapa kekuatan sistem pendidikn di Indonesia antara lain:
a) Telah ditarget kan nya pembenahan dan pembentukan karaktersiswa
b) Telah ditargetkan untuk penyiapan generasi yang selalu update dengan perkembangan
zaman
c) Penyiapan insane yang cerdas dan kompetitif ,baik dalam kancah nasional, regional
atau bahkan internasional
d) Perencanaan pemerataan sistem untuk seluruh warga Negara
Dilain sisi, adapula beberapa kelemahan dari berbagai macam kekuatan system pendidikan
Indonesia,antara lain:
a. Target pemerataan yang tidak kondisional dengan lapangan, misalnya target
persamaan ujian yang dilaksanakan dikota besar dengan daerah yang tertinggal
b. Dengan semangat persiapan generasi yang update perkembangan zaman, .Padahal,
hal tersebut berefek negative pada diri siswa ,karena menimbulkan rasa bosan dll,
sehingga mendorong untuk bolos,mencontek saat ujian dan lain sebagainya.
c. Pelaksanaan target pendidikan karakter, belum dimulai pada pencontohan karakter
seorang guru kepada siswa
Sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Berdasarkan tabel
liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson, sistem pendidikan Indonesia
berada di posisi terbawah bersama Meksiko dan Brasil. Tempat pertama dan kedua ditempati
Finlandia dan Korea Selatan, sementara Inggris menempati posisi keenam.
5
Perbandingan ini diambil berdasarkan tes yang dilakukan setiap tiga atau empat tahun di
berbagai bidang, termasuk matematika, sains, dan kesusasteraan serta memberikan sebuah
gambaran yang semakin menurun dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, tujuan
utamanya adalah memberikan pandangan multidimensi dari pencapaian di dunia pendidikan.
dan menciptakan sebuah bank data yang akan diperbaharui dalam sebuah proyek Pearson
bernama Learning Curve.
Kelembagaan dalam Pendidikan
1) Kelembagaan Pendidikan
a. Jalur Pendidikan Sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui
kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan (pendidikan
dasar, pendidikn menengah, dan pendidikan tinggi) dan ini sifatnya formal yang di
atur berdasarkan ketentuan pemerintah yang mempunyai keseragaman pola dan
bersifat nasional.
b. Jalur pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang
diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak
berjenjang dan tidak berkesinambungan. Contohnya, kepramukaan dan berbagai jenis
kursus.
2) Jenjang Pendidikan
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar adalah pendidikan yang bisa memberikan bekal berupa
sikap, pengetahuan, untuk hidup bermasyarakat dan ketrampilan dasar. Dalam
undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB VI
Pasal 7 atat 1,2,3 Tahun 2003 tentang Pendidikan Dasar:
1) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jejang
pendidikan menengah.
2) Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrash Ibtidaiyah
(MI) atau bentuk lainnyayang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Madrasah Tsa-nawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar bagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut oleh peraturan pemerintah.
6
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar dan
diselenggarakan di SLTA (sekolah lanjutan tingkat atas) atau satuan pendidikan yang
sederajat. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan
Nasional BAB VI Pasal 18 ayat 1,2,3,4 tahun 2003 tentang Pendidikan Menehang, (1)
pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar; (2) pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejujuran; (3) pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA).
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan lanjutan dari pendidikan menengah, yang yang
diselanggarakan untuk peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan professional yang dapat menerapkan, mengembangkan,
dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk mencapai tujuan tersebut lembaga tinggi melaksanakan misi
“Tridarma” pendidikan tinggi, yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat dalam ruang lingkup tanah air Indonesia.
Pendidikan tinggi juga berfungsi sebagai jembatan antara pengembangan
bangsa dan kebudayaan nasional dengan perkembangan Internasional. Untuk itu
dengan tujuan kepentingan nasional, pendidikan tinggi secara terbuka dan selektif
mengikuti perkembangan kebudayaan yang terjadi di luar Indonesia untuk diambil
manfaatnya bagi pengembangan bangsa dan kebudayaan Indonesia.
UNDANG – UNDANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Setidaknya ada dua Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional yang pernah
dimiliki Indonesia yaitu Undang – Undang Sisem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama UUSPN.
Dan yang kedua Undang – Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang selanjutnya lebih dikenal dengan nama UU SISDIKNAS, sebelum adanya kedua
Undang – undang yang mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional, Indonesia hanya
memiliki Undang – Undang tentang pokok – pokok pengajaran dan pendidikan yaitu Undang
– Undang no. 4 tahun 1950.
7
Adanya perubahan UUSPN no.2 tahun 1989 menjadi UU SISDIKNAS no. 20
tahun 2003 dimaksudkan agar Sistem Pendidikan Nasional kita bisa menjadi jauh lebih baik
dibandingkan dengan Sistem pendidikan sebelumnya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
seorang pengamat hukum dan pendidikan, Frans Hendrawinata beliau mengatakan bahwa
dengan adanya Undang – Undang Sistem pendidikan Nasional yang baru, maka diharapkan
Undang – undang tersebut dapat menjadi pedoman bagi kita untuk memiliki suatu Sistem
Pendidikan Nasional yang mantap, yang dapat menjamin terpenuhi kebutuhan masyarakat
akan sumber daya manusia yang berkualitas. Apalagi mengingat semakin dekatnya era
keterbukaan pasar. Hal tersebut sesugguhnya harus menjadi kekhawatiran bagi kita semua
mengingat kualitas sumber daya manusia di Indonesia berada di bawah negara lain termasuk
negara – negara tetangga di ASEAN. Oleh sebab itulah diperlukan suatu platform berupa
system pendidikan nasional yang dapat menciptakan sumber daya manusia yang mampu
bersaing dengan dunia internasional khususnya dalam era keterbukaan pasar saat ini.
2.2 Kualitas Pendidikan di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.Ini dibuktikan
bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan ke -12 dari 12 negara di Asia. Indonesia memiliki daya saing
yang rendah. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat
sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan.
Baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan memang telah menjadi penopang
dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh
karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia di negara – negara lain.
Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan ,
baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian
dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah
efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal yang menjadi masalah pendidikan di
Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
1) Rendahnya sarana fisik
2) Rendahnya kualitas guru
8
3) Rendahnya kesehteraan guru
4) Rendahnya prestasi siswa
5) Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
6) Mahalnya biaya pendidikan
o Rendahnya sarana fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita
yang, gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian
teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.
o Rendahnya kualitas guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru
belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Bukan
itu saja, sebagaian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar.
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu – satunya faktor penentu keberhasilan
pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi,
sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya
o Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia idealnya seorang guru menerima gaji bulan sebesar 3
juta rupiah. Sekarang pendapatan rata – rata PNS per bulan sebesar 1,5 juta guru
bantu 460.000 dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata 10 ribu per jam. Dengan
pendapatan seperti itu , terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan
sampingan
.
o Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan
kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai
misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia
9
Internasional sangat rendah. Anak –anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai
30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal
berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat
terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
o Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan
pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber
daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi
pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmeraan tersebut
o Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku
pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain
kecuali tidak bersekolah. Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau
tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya
membayarnya? Pemerintah sebenarnya yagn berkewajiban untuk menjamin setiap
warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk
mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataanya Pemerintah justru ingin
berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan
bagi Pemerintah untuk cuci tangan.
o Pendidikan Indonesia Masih Tertinggal
Semakin tertinggalnya pendidikan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa
lain, harusnya membuat bangsa Indonesia lebih termotivasi untuk berbenah diri.
Banyaknya masalah pendidikan yang muncul ke permukaan merupakan gambaran
praktik pendidikan di Indonesia. Adapun ketimpangan-ketimpangan pendidikan
seperti :
1. Kurikulum
Kurikulum di Indonesia yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah
tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja. Menteri pendidikan juga
10
berusaha eksis dalam menguji cobakan formula pendidikan baru dengan mengubah
kurikulum. Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada prakteknya membuat kita
tidak tau apa maksudnya dan apa yang beda hanya bukunya saja. Pemerintah sendiri
seakan tutup mata, bahwa dalam praktiknya guru di Indonesia yang layak mengajar
hanya 60 % dan sisanya masih perlu pembenahan. Hal ini terjadi karena pemerintah
menginginkan hasil yang baik, tapi lupa dengan elemen-elemen dasar dalam
pendidikan. Contohnya banyak guru yang honorer yang masih susah payah
mencukupi kebutuhan sendiri. Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh
kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap kurikulum
baru. Elemen dasar inilah yang menetukan keberhasilan pendidikan yang kita tempuh.
Menurut slogan jawa, guru itu digugu dan ditiru tapi fakta yang ada, banyak
masyarakat yang memandang rendah terhadap profesi guru, padahal tanpa guru kita
tidak akan bisa menjadi seperti sekarang ini.
2. Biaya
Banyak masyarakat yang memiliki persepsi bahwa pendidikan itu mahal dan
lebih parahnya banyak pula pejabat pendidikan yang berbicara jika ingin pendidikan
yang berkualitas konsekuensinya harus menbayar mahal. Pendidikan sekarang ini
seperti diperjualbelikan bagi kalangan kapitalis pendidikan dan pemerintah sendiri
seolah membiarkan saja dan lepas tangan. Akhir-akhir ini pemerintah dalam sistem
pendidikan yang baru akan membagi pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu jalur
formal standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini berdasarkan perbedaan
kemampuan akademik dan finansial siswa. Jalur formal mandiri diperuntukkan bagi
siswa yang mapan secara akademik maupun finansial. Sedangkan jalur forman
standar diperuntukkan bagi siswa yang secar finasial bisa dikatakan kurang bahkan
tidak mampu.
3. Tujuan Pendidikan
Pendidikan itu dikatakan mencerdaskan, tapi kenyataannya pendidikan itu
menyesatkan. Hal itu bisa dilihat dari kualitas pendidikan yang hanya diukur dari
ijazah yang kita dapat. Padahal sekarang ini banyak ijazah yang dijual dengan
mudahnya dan banyak pula yang membelinya baik dari masyarakat ataupun pejabat-
pejabat. Dapat dikatakan juga kalau kita punya uang maka kita tidak usah sekolah tapi
sama dengan yang sekolah karena memiliki ijasah. Pendidikan itu harusnya
11
menciptakan siswa yang memiliki daya nalar yang tinggi, memiliki analisis tentang
apa yang terjadi sehingga apabila diterjunkan dalam suatu permasalahan dapat
mengambil suatu keputusan dan mencerdasakan peserta didik dengan kualitas
pendidikan yang bermutu.
Disahkannya RUU BHP menjadi Undang-Undang DPR RI sudah
mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Badan Hukum Pendidikan (BHP)
menjadi Undang-Undang selama tiga tahun itu pula, UU yang berisi 14 Bab dan 69
Pasal banyak mengalami perubahan namun, disahkannya UU BHP ini banyak menuai
protes dari kalangan mahasiswa yang khawatir akan terjadinya komersialisasi dan
liberalisasi terhadap dunia pendidikan.
4. Kontroversi diselenggarakannya UN
Perdebatan mengenai ujian nasional sebenarnya sudah terjadi saat kebijakan
tersebut mulai digulirkan pada tahun ajaran 2002-2003 UN atau pada awalnya
bernama Ujian Ahhir Nasional (UAN) menjadi pengganti kebijakan evaluasi belajar
tahap akhir nasional (EBTANAS) dari hasil kajian koalisi pendidikan (Koran Tempo,
4 Februari 2005), setidaknya ada 4 penyimpangan dengan digulirkannya UN.
Pertama, aspek pedagogis. Dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik
mencangkup 3 aspek yakni pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan
sikap (afektif). Tapi yang dinilai dalam UN hanya satu aspek kemampuan yaitu
kognitif sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan dalam penentu kelulusan. Kedua
aspek, aspek Yuridis. Beberapa pasal dalam UU sistem pendidikan nasional no 20
tahun 2003 telah dilanggar misalnya pasal 35 ayat 1 menyatakan bahwa standar
nasional pendidikan dan standar kompetensi lulusan harus ditingkatkan secara
berencana berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan secara sepihak oleh
pemerintah. Pasal 58 ayat 1 menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan
oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta
didik secara berkesinambungan.
5. Kerusakan Fasilitas Sekolah
Salah satu pakar pendidikan mengatakan sekitar 60% bangunan sekolah di
Indonesia rusak berat. Kerusakan bangunan sekolah berkaitan dengan usia bangunan
yang sudah tua. Untuk mengantisipasi hal tersebut, sejak tahun 2000-2005 telah
12
dilaksanakan proyek perbaikan infrastruktur sekolah oleh Bank Dunia, dengan
mengucurkan dana Bank Dunia pada komite sekolah .
2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah penyebab rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efesiensi dan standardisasi
pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya.
Dengan adanya hal-hal tersebut lembaga pendidikan dituntut untuk terus berusaha
meningkatkan kualitas pembelajaran dan proses penyelenggaraan pendidikan,
sehinggaperlu dicari strategi pencapaian kualitas pembelajaran di lembaga
pendidikan.Aspek Sistem Pengajaran (Kurikulum), daya serap kurikulum nasional dan
daya serap kurikulum lokal sebagian besar masih belum memenuhi standard pelayanan
minimal.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia yaitu :
a. Faktor Internal, Meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departement
Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan dan juga Sekolah yang berada di garis
depan. Dalam hal ini interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah
dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
b. Faktor Eksternal, Adalah masyarakat pada umunya. Dimana, masyarakat
merupakan ikon dan merupakan tujuan dari pendidikan, atau kata lain sebagai
objek pendidikan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki peran
yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, namun dilihat dari
kualitas pendidikan di Indonesia dewasa ini masih tergolong rendah karena masih
lemahnya efektifitas, efisieni, dan standardisai pengajaran serta dapat dilihat dari dua
factor kualitas pendidikan di Indonesia yaitu factor internal meliputi jajaran dunia
pendidikan baik itu Departement Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan dan juga
Sekolah yang berada di garis depan dan factor eksternal adalah masyarakat pada
umunya. Dimana, masyarakat merupakan ikon dan merupakan tujuan dari pendidikan,
atau kata lain sebagai objek pendidikan. Permasalahan khusus dalam factor eksternal
dunia pendidikan yaitu: rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya
kesehteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan
pendidikan, dan mahalnya biaya pendidikan.
3.2. Saran
Dilihat dari kondisi pendidikan di Indonesia yang masih tergolong rendah,
seharusnya pemerintah meningkatan kualitas pendidikan yang dilihat dari masalah
umum dan masalah khusus terkait dengan masalah pendidikan di Indonesia yang
meliputi rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesehteraan
guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, dan
mahalnya biaya pendidikan.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2201120-pengertian-sistem-pendidikan/
http://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com/2012/03/27/kualitas-pendidikan-di-indonesia/
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?
pil=20&jd=Paradigma+dan+Sistem+Pendidikan+di+Indonesia&dn=20100305134030
Pidarta, prof. Dr. Made.2004. manajemen pendidikan indonesia Jakarta : PT Rineka cipta.
Say.wordpress.com/2007/08/29/ masalah–pendidikan–di-Indonesia apbarat.
Saroni, 2010, Orang Miskin Harus Sekolah,Jogjakarta,AR-RUZZ MEDIA GROUP
Suardi, 2012, Pengantar Pendidikan, Jakarta, PT.Indeks
Uhbiyati, 2003, Ilmu Pendidikan , Jakarta, PT. RINEKA CIPTA
15
16