bab i pendidikan

Upload: husensaefulinsan

Post on 06-Jul-2015

1.466 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab, (UUSPN, 2003:12). Dari rumusan tersebut dapat diketahui secara jelas bahwa pendidikan agama adalah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Pendidikan agama yang di dalamnya terdapat pendidikan agama Islam di semua jalur dan jenjang pendidikan menjadi penentu terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional di Indonesia. Karena salah satu fungsi pendidikan agama adalah untuk mewujudkan manusia yang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Usaha mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa tidak dapat dilakukan kecuali melalui pendidikan agama. Pendidikan agama wajib diberikan di semua jalur dan jenjang pendidikan. Salah satu jalur dan jenjang pendidikan tersebut adalah jenjang pendidikan dasar, dalam hal ini terdiri dari satuan pendidikan dasar dan sekolah menengah pertama. Dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Dasar yang sering disebut dengan kurikulum 1994, dinyatakan tentang tujuan pendidikan agama Islam adalah memberikan kemampuan dasar kepada siswa

1

tentang agama Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Ada empat kemampuan dasar bagi siswa lulusan sekolah dasar yaitu dengan dilandasi iman yang benar : 1. Siswa mampu beribadah dengan baik dan tertib. 2. Siswa mampu membaca Al-Quran dengan benar. 3. Siswa membiasakan berkepribadian muslim (berakhlak mulia). 4. Siswa memahami sirah Nabi Muhammad SAW secara singkat. Salah satu dari empat kemampuan dasar tersebut di atas adalah kemampuan dalam hal beribadah, yaitu siswa mampu beribadah dengan baik dan tertib. Untuk mengukur keberhasilan siswa maka ditetapkan beberapa indikator yang merupakan petunjuk tentang hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Di antara indikator-indikator kemampuan dasar dalam hal beribadah tersebut adalah siswa gairah beribadah. Indikator kegairahan beribadah dijabarkan ke dalam indikator-indikator kecil lagi, (Depdikbud RI, 1997:13). Di antara indikator kecil tentang kemampuan dasar dalam hal beribadah adalah diharapkan agar siswa setelah mempelajari tata cara, bacaan, wajib, syarat, dan rukun salat, mampu melaksanakan salat dengan benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari dalam keadaan bagaimanapun juga. Untuk itu selaku guru pendidikan agama Islam dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru di sekolah dalam kegiatan belajar-mengajar tidak hanya menyampaikan pengetahuan agama Islam kepada siswa tetapi lebih dari itu selaku guru pendidikan agama Islam disamping membimbing tentang teknis pelaksanaan ibadah salat juga harus

2

dapat memberikan motivasi kepada para siswa serta berupaya dengan segenap cara agar pengetahuan dan pengalaman yang telah diperolah siswa di sekolah senantiasa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan agama Islam di sekolah dasar lebih ditekankan kepada pengamalan dan pembiasaan kegiatan keagamaan yang didukung oleh pengetahuan dan pengertian sederhana tentang ajaran agama yang bersangkutan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengamalan ajaran agama dalam pendidikan agama Islam adalah merupakan sesuatu yang amat penting, karena siswa tidak hanya dituntut untuk hanya sekedar mengetahui, menghafal dan menguasai meteri pelajaran, tetapi siswa dituntut terbiasa untuk mengamalkan ajaran agama Islam termasuk dalam pengamalan ibadah salat. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW dinyatakan bahwa anak mulai diperintahkan sholat sejak berumur tujuh tahun dan orang tua disuruh memukulnya jika anak meninggalkan sholat ketika ia sudah berumur sepuluh tahun. Rasulullah SAW bersabda :

: ) Artinya : Telah bersabda Rasulullah SAW, suruhlah anak-anakmu mengerjakan sholat bila mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka bila meninggalkan sholat umur sepuluh tahun dan pisahkan mereka di tempat tidur. (HR

)

3

Ahmad, Abu Daud, dan Hakim yang menyatakan hadits ini shahih atas syarat Muslim), (Sayid Sabiq, tanpa tahun:205). Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa masalah ibadah sholat harus mendapat perhatian semua orang tua. Guru pendidikan agama Islam sebagai orang tua kedua di sekolah mempunyai tanggung jawab untuk membimbing para siswa dalam masalah ibadah salat terlebih masih ada sebagian orang tua yang hanya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah. Apabila hadits tersebut ditinjau dari sudut pendidikan menunjukkan bahwa proses mendidik dan melatih salat berlangsung selama tiga tahun yaitu sejak anak berumur tujuh tahun hingga anak berumur sepuluh tahun. Tanggung jawab mendidik salat adalah menjadi tanggung jawab orang tua, namun karena ada anggapan bahwa ketika anak sudah di masukkan ke lembaga sekolah, maka ada sebagian orang tua yang menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah dalam hal pendidikan anak-anaknya. Sehingga jika dianalisis bahwa kewajiban mendidik anak agar mampu mengamalkan ibadah salat dengan baik dan tertib menjadi tanggung jawab bersama antara pihak sekolah dan orang tua di rumah. Pembelajaran ibadah salat di sekolah dasar diberikan kepada para siswa mulai kelas dua dan selanjutnya diberikan di kelas tiga. Upaya pembelajaran ibadah salat yang dilakukan di sekolah disamping dilakukan pada jam intra kurikuler, juga dilakukan dengan kegiatan ekstra kurikuler dengan mengadakan kegiatan jamaah salat zuhur maupun kegiatan kegiatan ko-kurikuler. Upaya pembelajaran tersebut adalah dalam rangka memberikan pembiasaan kepada para siswa agar terbiasa untuk mengamalkan ibadah salat dalam kehidupan sehari-hari. Namun usaha dari guru agama di sekolah dan pembelajaran ibadah salat tidak banyak berarti bagi siswa jika di lingkungan rumah

4

tangga orang tua tidak berpartisipasi dengan memberikan keteladanan dan perhatian kepada anak-anaknya dalam hal pengamalan ibadah salat. Pembiasaan dan keteladanan adalah salah satu metode pembelajaran yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif bagi siswa sekolah dasar. Metode pembiasaan dapat digunakan baik pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Terlebih bila didukung dengan sikap keteladanan pendidik, (Armai Arief, 2002:114). Pengamalan ibadah siswa sekolah dasar masih sangat membutuhkan keteladanan dan pembiasaan dari para pendidik baik di sekolah oleh para guru maupun di rumah oleh kedua orang tuanya. Menurut data sekolah, siswa mayoritas berasal dari warga sekitar sekolah, sedang siswa yang beasal dari lingkungan sekolah tersebut walaupun sudah ada kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh kampung baru sebatas rutinitas. Adapun di sekolah sendiri belum ada kegiatan formal yang dilaksanakn secara sistematik, misalnya TPA, sekolah diniyah. Hal ini berpengaruh pada kemampuan bacaan/hafalan salat siswa. Dalam kenyataan sehari-hari masih sering dijumpai banyak orang tua yang menyerahkan sepenuhnya kepada guru di sekolah untuk mendidik anaknya. Sikap tersebut disebabkan karena kesibukan orang tua dalam memenuhi tuntutan kebutuhan ekonominya. Karena alasan kesibukan tersebut menyebabkan sebagian orang tua kurang perhatian terhadap pentingnya pendidikan agama bagi anak-anaknya termasuk dalam masalah pengamalan ibadah salat siswa. Kondisi tersebut sering berdampak kurang berhasilnya upaya yang dilakukan guru di sekolah dalam masalah penanaman dan pengamalan ibadah salat dengan ditandai masih ada sebagian siswa kelas V SD Ngebelgede I Ngaglik yang belum rajin/rutin mengerjakan ibadah salat.

5

Disamping kurangnya partisipasi orang tua, disebabkan pula oleh tingkat perkembangan anak yang baru dalam masa bermain. Kondisi tersebut dapat berakibat pula kepada para siswa sekolah dasar meninggalkan ibadah salat ataupun jika mengamalkan ibadah sholat waktunya sudah hampir habis. Dari uraian tersebut di atas, penulis memandang perlu diadakan penelitian secara deskriptif tentang pengamalan ibadah salat siswa kelas V SD Negeri Ngebelgede I Ngaglik.

b. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut di atas untuk memfokuskan pembahasan perlu kiranya dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pembelajaran ibadah sholat di SDN Ngebelgede I Ngaglik ? 2. Bagaimana upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pengamalan ibadah sholat siswa di SDN Ngebelgede I Ngaglik ? 3. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pengamalan ibadah sholat siswa, serta bagaimana cara mengatasinya ?

c. Tujuan Peneletian 1. Untuk mengetahui pembelajaran ibadah sholat para siswa SD Ngebelgede I Ngaglik. 2. Untuk mengetahui upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pengamalan ibadah sholat siswa di SDN Ngebelgede I Ngaglik . 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pengamalan ibadah sholat siswa di SDN Ngebelgede I Ngaglik.

6

D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan umpan balik kepada guru Pendidikan Agama Islam untuk dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran ibadah salat. 2. Memberikan masukan kepada kepala sekolah untuk dapat menentukan kebijakan sekolah dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. 3. Memberikan sumbangan kepada pengembangan khasanah ilmu pengetahuan untuk dapat menemukan inovasi tentang strategi pembelajaran ibadah.

e. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan bertujuan untuk memberikan gambaran isi secara keseluruhan yang terdiri dari lima bab yaitu : 1. Bab I Pendahuluan terdiri dari : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, dan sistematika pembahasan. 2. Bab II Kajian Teori terdiri dari : pembelajaran ibadah salat, pengamalan ibadah alat, partisipasi orang tua terhadap pengamalan ibadah salat siswa. 3. Bab III Metode Penelitian terdiri dari : jenis dan pendekatan penelitian, penentuan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan triangulasi data. 4. Bab IV Pembahasan hasil penelitian terdiri dari : pembelajaran ibadah salat siswa kelas V SD Ngebelgede I, gambaran umum SD Ngebelgede I, upaya guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan pengamalan ibadah salat sisiwa kelas V SD Ngebelgede I, faktor pendukung dan penghambat guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan pengamalan ibadah salat siswa SD Ngebelgede I.

7

5. Bab V Penutup terdiri dari : kesimpulan, saran-saran dari hasil penelitian yang merupakan jawaban dari masalah yang disajikan, dan kata penutup.

8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka Penelitian dan penulisan ilmiah khususnya tentang pengamalan ibadah salat tidak pernah habis karena pengamalan merupakan perilaku sehari-hari sebagai hasil dari proses pendidikan dan faktor yang mempengaruhinya, dimana pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Skripsi yang mengangkat tema tentang upaya peningkatan pengamalan ibadah salat menekankan aspek penanaman rasa keagamaan pada ranah aplikatif masih terhitung sedikit. Kalaupun ada penelitian terhadap pengamalan ibadah kebanyakan subyeknya adalah siswa MAN, MTS, dan SMA. Diantara hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : 1. Skripsi Siti Hidayah Usaha Guru Agama Dalam Meningkatkan Keagamaan Para Siswa MAN Sabdodadi Bantul Yogyakarta. 2. Skripsi yang ditulis oleh Burhan Arif dengan judul Upaya Yayasan Al Hikmah Dalam Meningkatkan Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam di SMA Al Hikmah Bendo, Serampang, Brebes, Jawa Tengah. Kedua skripsi tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bentuk kajiannya adalah ibadah secara umum. Adapun dalam skripsi ini akan membahas mengenai upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SD Ngebelgede I Ngaglik Sleman sebagai anak yang belum dewasa untuk menanamkan kebiasaan mengamalkan ibadah salat sehingga kelak bila sudah dewasa akan merasa ringan mengamalkan kewajiban salat.

9

Untuk memberikan gambaran tentang teori yang digunakan dalam penelitian skripsi ini dan sebagai rujukan dalam penulisan selanjutnya maka perlu dijelaskan teoriteori yang mendukung terhadap persoalan-persoalan pembahasan dalam skripsi ini.

B. Pembelajaran Ibadah Salat Guru memegang peranan yang sangat penting terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Karena di tangan gurulah proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Guru yang professional menurut Syafrudin Nurdin adalah guru yang mampu menyusun perencanaan pengajaran, melaksanakan proses belajar mengajar dan menilai hasil belajar dengan baik dan tepat, (Safrudin Nurdin, 2002:83). 1. Perencanaan Pengajaran Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar agama Islam. Pembelajaran adalah seperangkat kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi belajar. Kegiatan pengajaran tidak akan berhasil dengan tanpa direncanakan dengan baik pula. Dalam pengajaran pendidikan agama Islam mungkin saja terjadi tanpa proses pembelajaran. Pengaruh pembelajaran atas pengajaran lebih menguntungkan karena lebih mudah diamati. Pembelajaran agama Islam lebih membantu siswa dalam memaksimalkan kecerdasan yang dimilki siswa, (Mukhtar, 2003:13). Dari uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa kegiatan pengajaran tidak akan berhasil dengan baik tanpa direncanakan dengan baik pula. Oleh karena itu sangat diperlukan perencanaan pengajaran. Perencanaan pengajaran atau yang menurut Zuhairini disebut dengan istilah persiapan mengajar, adalah semua kegiatan yang

10

dilakukan guru dalam mempersiapkan diri sebelum melakukan pengajaran, (Zuhairini, 1983:129). Lebih lanjut dijelaskan mengenai fungsi dan tujuan persiapan pengajaran. Ada tiga fungsi persiapan pengajaran yaitu : a. Sebagai pedoman dalam menyelenggarakan pelajaran. b. Sebagai dasar untuk penelitian. c. Sebagai dasar untuk pengawasan pelaksanaan pelajaran. Tujuan persiapan pengajaran adalah : a. Menjabarkan kegiatan dan bahan yang akan disajikan dalam tahap pelaksanaan pelajaran. b. Memberikan arah tugas yang harus ditempuh guru dalam proses belajar mengajar. c. Mempermudah guru melaksanakan tugas. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ibadah sholat yang baik adalah apabila sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, guru membuat perencanaan pembelajaran terlebih dahulu. Perencanaan pembelajaran yang harus dibuat guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran menurut Zuhairini terdiri dari : a. Persiapan tahunan. b. Persiapan semester. c. Persiapan harian. d. Alat pelajaran. e. Daftar hadir dan daftar nilai.

11

2. Proses Belajar Mengajar Proses belajar mengajar atau menurut Mukhtar dinamakan kegiatan pembelajaran adalah merupakan tugas guru setelah membuat perencanaan pembelajaran. Proses pembelajaran atau kegiatan pembelajaran adalah proses mengimplementasikan suatu rencana pembelajaran, (Mukhtar, 2003:121). Ada empat komponen utama dalam proses pembelajaran, yaitu : tujuan, bahan, metode dan media, alat penilaian. a. Tujuan Tujuan dalam proses pembelajaran harus berisi tentang rumusan yang komprehensif agar siswa dapat menguasai sejumlah pengetahuan, ketrampilan dan sikap tertentu sesuai dengan isi proses belajar mengajar atau pembelajaran, (Nana Sudjana, 2003:30). Menurut taksonomi Bloom yang dikutip oleh Ramayulis bahwa rumusan tujuan dalam proses pembelajaran harus meliputi tiga ranah : (Ramayulis, 2003:26). 1). Kognitif meliputi perubahan yang bersifat pengetahuan. 2). Afektif meliputi perubahan yang bersifat mental/sikap. 3). Psikomotor meliputi perubahan dalam bentuk tindakan motorik. Ketiga ranah tersebut menurut pendidikan Islam baik proses maupun hasil harus inheren dengan keislaman. Tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam rumusan yang operasional yang menurut Ralph Tyler dan Gange yang dikutip oleh Ahmad Tafsir ada tiga alasan : 1). Rumusan yang operasional akan membimbing dalam merencanakan tindakan pembelajaran baik bagi guru maupun bagi siswa.

12

2). Rumusan yang operasional akan membantu guru dalam menyiapkan tindakan evaluasi akhir pembelajaran. 3). Rumusan yang operasional akan membantu siswa dalam mencapai hasil yang diharapkan, (Ahmad Tafsir, 2003:46).

b. Bahan Bahan pelajaran adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Melalui bahan pembelajaran ini peserta didik diantarkan pada tujuan pembelajaran, (Nana Sudjana, 1995:67). Bahan pembelajaran ibadah salat di SD adalah terdiri dari gerakan salat, bacaan salat, dan keserasian antara gerakan dan bacaan salat.

c. Metode dan Alat Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, (Nana Sudjana, 1995:76). Hubungan antara metode dan tujuan adalah sangat erat, karena metode berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sedang tujuan menjiwai dan menentukan corak metode, (B. Suryobroto, 1997:157). Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan metode yang tepat : 2) Harus sesuai dengan tujuan pengajaran 3) Harus sesuai dengan karakteristik siswa

13

4) Disesuaikan dengan situasi dan kondisi 5) Disesuaikan dengan kemampuan guru 6) Disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada Secara garis besar metode mengajar diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu metode mengajar yang bersifat konvensional dan metode mengajar yang tergolong inkonvensional. Metode mengajar yang konvensional sering disebut dengan metode mengajar tradisional. Sedangkan metode mengajar inkonvensional adalah metode mengajar yang belum sering digunakan secara umum seperti metode mengajar dengan modul, pengajaran berpogram, pengajaran unit. Metode yang tergolong tradisional atau konvensional tersebut diantaranya adalah : 1) Metode ceramah 2) Metode diskusi 3) Metode tanya jawab 4) Metode demonstrasi dan eksperimen 5) Metode resitasi 6) Metode kerja kelompok 7) Metode sosiodrama dan bermain peran 8) Metode karyawisata 9) Metode driil 10) Metode sistem beregu, (Basyarudin Usman, 2002:33). Sedangkan menurut Armai Arief masih ada lagi metode yang dapat digunakan untuk pembelajaran ibadah salat bagi siswa SD yaitu metode pembiasaan dan

14

keteladanan. Menurut beliau kedua metode ini merupakan bagian dari metode pembelajaran dalam pendidikan Islam, (Armai Arief, 2003:110). Dari metode-metode tersebut jika digunakan untuk pembelajaran ibadah salat yang relevan dalah metode demonstrasi, metode Tanya jawab, pembiasaan dan keteladanan. Metode demonstrasi dipergunakan untuk pembelajaran gerakan, bacaan dan keserasian antara gerakan dan bacaan. Metode tanya jawab digunakan untuk menanyakan bacaan atau gerakan mana yang belum jelas. Pembiasaan danm keteladanan digunakan untuk menanamkan sikap ketaatan menjalankan ibadah salat.

d. Evaluasi Evaluasi adalah proses penilaian dan pengukuran keberhasilan pembelajaran PAI kepada siswa. Pengukuran dan penilaian mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam pembelajaran PAI karena melalui evaluasi dapat diketahui akan keberhasilan suatu program pembelajaran juga untuk mengetahui apakah rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru PAI telah mencapai tujuan atau tidak. Teknik evaluasi pada umumnya dapat dibagi menjadi dua yaitu teknik tes dan teknik non tes, (Zuhairini, 1983:159). Teknik tes meliputi : tes lisan, tes tertulis, tes tindakan/perbuatan. Sedang teknik non tes meliputi : observasi, wawancara, studi kasus, check. Pembelajaran ibadah salat dikatakan baik jika dalam pembelajaran tersebut guru dalam melakukan pembelajaran ada kesesuaian antara tujuan, bahan, metode yang digunakan dan evaluasinya sesuai dengan tujuan dan pembelajaran ibadah.

15

C. Pengamalan Ibadah Salat 1. Pengertian pengamalan ibadah salat Zakiyah Darajat, memberikan pengertian pengamalan yang berkaitan dengan penghayatan adalah : Pengamalan jika ditinjau dari kejiwaan, maka pengamalan ibadah lanjutan dari yang wajar dari penghayatan. Apabila penghayatan sesuatu telah menjadi bagian dalam kepribadian, maka dengan sendirinya akan memantul dalam segi penampilan kepribadian yaitu dalam tutur kata, sikap, jiwa, tingkah laku atau dengan perkataan lain segala gerak-geriknya dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara akan tampil dengan jelas sesuatu yang dihayatinya, (Zakiyah Daradjat, 1979:15). Pengertian salat menurut Hasbi Ash-Shiddiqi yang membagi dalam beberapa pengertian. a. Pengertian secara lahir Ahli fiqih mengartikan salat sebagai berikut ; beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri denagn salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan. b. Pengertian secara hakikat Ahli hakikat menakrifkan salat dengan takrif yang melukiskan hakikat, yaitu berhadap hati (jiwa) kepada, yang mendatangkan takut kepada Allah serta menumbuhkan didalam jiwa rasa keagungan dan kebesaranNya.

16

c. Pengertian menggambarkan ruh salat Berhadap kepada Allah SWT dengan sepenuh hati dan khusyuk di hadapanNya dan ikhlas sepenuh hati dalam berdzikir, berdoa, dan memuji. Kemudian beliau menyimpulkan bahwa pengertian salat adalah berhadap hati (jiwa) kepada Allah SWT. Hadap dan mendatangkan takut menumbuhkan rasa kebesaran dan keagunganNya dengan penuh khusyuk dan ikhlas di dalam beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, (TM. Hasbi Ash-Shidiqqi, 1989:62-64). Menurut Departemen Agama Republik Indonesia : Salat secara bahasa berarti doa sedangkan menurut istilah syara salat adalah suatu ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, (Depag RI, 2000:81). Menurut Ainur Rahim Faqih, Salat mempunyai beberapa arti, seperti doa, rahmat, maupun mohon ampun sedang menurut istilah diartikan beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan, (Ainur Rahman Faqih, 1988:33). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas yang di maksud pengamalan ibadah salat bagi siswa SD adalah lebih menunjuk kepada sisi frekuensi pelaksanaan dan dari segi motivasi atau niat menunaikan ibadah salat yang terdiri dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam, sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

17

2. Kedudukan salat dalam Islam Salat dalam Islam mempunyai posisi penting dibanding dengan ibadah yang lain karena salat merupakan tiang agama. Disamping itu salat mempunyai beberapa kelebihan, yaitu : a. Salat merupakan pembatas antara Islam dan kafir, jadi orang yang melakukan salat berarti ia adalah orang Islam, dan yang mengingkari bahwa salat merupakan perintah yang wajib dikerjakan adalah kafir. Hal ini sesuai dengan hadits :

) Artinya :

.)

Sesungguhnya (Pembatas) antara seseorang dan kemusyrikan serta kekafiran adalah meninggalkan salat. (HR Muslim) (Salim Bahreisj, 1977:168) b. Salat merupakan tiang di semua bentuk ibadah kepada Allah SWT. Orang yang mengerjakan salat berarti ia telah mengerjakan hal yang paling asasi dalam beribadah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

) Artinya : Pokok segala urusan ini adalah Islam, maka barang siapa masuk Islam akan selamat, tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad. Yang terakhir ini tidak dapat dicapai kecuali adalah orang yang paling utama di antara mereka. (HR Ibnu Majah) (HM. Ali Hasan dan H. SyafiI, 1996:55)

)

18

c. Salat merupakan ibadah yang pertama kali diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT terhadap manusia di akhirat nanti sebelum ibadah lainnya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

) Artinya : Sesungguhnya sesuatu yang pertama kali diperhitungkan bagi setiap hamba yang muslim pada hari kiamat adalah salat fardu. Apabila ia melakukan salat dengan sempurna (maka sempurnalah seluruh amalnya) apabila ia memiliki pahala salat sunat maka kekurangan salat fardunya disempurnakan dengan pahala salat sunatnya, kemudian hal yang demikian itu diberlakukan untuk amalamal fardu lainnya. (HR At Turmudzi, An Nasaai, dan Ibnu Majah)( Salim Bahreisj, 1977:169) d. Salat merupakan tiang agama. Salat merupakan salah satu diantara kewajiban fundamental dalam Islam. Menurut Nurkholis Madjid, salat merupakan kapsul seluruh ajaran dan tujuan agama, yang di dalamnya termuat ekstrak atau saripati semua bahan ajaran dan tujuan keagamaan. Salat juga sebagai realisasi dari pengakuan iman (syahadattain), karena itu salat menjadi barometer utama keberagamaan setiap muslim. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAW :

)

19

) Artinya : Salat itu tiang agama. Barangsiapa mendirikan salat, dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan salat sesungguhnya ia telah merobohkan agama. (HR Bukhari) Sejalan dengan kedudukannya sebagai barometer keagamaan setiap muslim, perintah salat juga mempunyai sifat yang khas dibanding perintah untuk ibadahibadah wajib yang lain. Sifat khas yang dimaksud terlihat pada tuntutannya yang mutlak tanpa kecuali. Artinya ia diwajibkan kepada setiap muslim yang sudah dewasa dan berakal sehat serta dalam kondisi dan situasi apapun (kecuali hanya ada bagi wanita yang haid dan nifas). Begitu pentingnya ibadah salat dalam ajaran agama Islam maka upaya memberikan pendidikan kepada para siswa sekolah dasar harus mendapat perhatian secara serius. Upaya menanamkan kebiasaan melakukan ibadah salat bagi para siswa sekolah dasar dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dengan melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak yang harus dilibatkan oleh guru pendidikan agama Islam adalah seluruh personil yang ada di sekolah maupun orang tua di rumah, termasuk juga lembaga keagamaan yang ada di masyarakat.

.)

20

3. Hukum dan Waktu salat a. Hukum Salat Dalam Islam salat lima waktu hukumnya wajib ain, artinya wajib pada setiap pribadi muslim mukallaf (dewasa). Bagi yang mengerjakan mendapat pahala dan yang meninggalkannya berarti dosa. Bagi yang tidak melaksanakan salat karena mengingkari bahwa hal tersebut bukan kewajiban maka digolongkan kafir atau murtad. Walaupun anak-anak belum dibebani kewajiban untuk melaksanakan salat lima waktu, orang tua berkewajiban untuk mendidiknya sedini mungkin agar terbiasa, bahkan diperbolehkan memukulnya dengan alat yang wajar jika mereka enggan melaksanakan salat pada usia sepuluh tahun. Perintah ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW :

) Artinya : Perintahkan anakmu agar melaksanakn salat ketika umur sepuluh tahun, dan jika sudah sampai umur sepuluh tahun, maka hendaklah kamu pukul (diberi peringatan yang keras). (HR Abu Daud) (Sayid Sabiq, tanpa tahun:205). Dari uraian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa secara syari anak-anak belum wajib melakukan salat, namun orang tua termasuk guru pendidikan agama islam di sekolah mempunyai kewajiban mendidik dan melatih anak untuk dapat mengamalkan salat.

.)

21

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para pendidik baik di rumah maupun di sekolah adalah melalui metode pembiasaan. Hal ini penting karena, orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang mereka miliki. Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka, yang mereka pelajari dari para orang tua maupun guru mereka, (Jalluddin, 2002:70). b. Waktu-waktu salat Salat wajib sehari semalam lima kali mempunyai batasan waktu-waktu tersendiri yang telah diatur secara syara, juga kita tidak boleh mengatur waktu tersebut menurut kemauan sendiri. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT yang berbunyi

Artinya: Sesungguhnya salat itu adalah perilaku yang ditentukan waktunya atas orang-orang beriman. (QS. An-Nisa; 103) Adapun waktu salat yang wajib tersebut adalah: 1) Salat subuh waktunya yaitu mulai terbit fajar hingga terbit matahari. 2) Salat zuhur waktunya yaitu mulai condongnya matahari dari pertengahan langit dan berakhir bila bayang-bayang benda telah sama panjangnya. 3) Salat asar waktunya yaitu setelah habis waktu salat zuhur hingga terbenam matahari. 4) Salat maghrib waktunya yaitu sejak matahari terbenam hingga hilangnya cahaya senja merah (syara)

22

5) Salat isya waktunya yaitu dari hilangnya mega merah sampai sepertiga malam. Dengan ketentuan waktu sholat, menunjukkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi disiplin. Bagi yang terbiasa salat tepat waktu dengan sendirinya orang tersebut akan disiplin dalam berbagai hal. Begitu juga mereka yang suka mengulur adanya alasan syari (alasan yang dibenarkan menurut ajaran islam) menggambarkan bahwa ia kurang disiplin, hal ini kan berpengaruh pada etos kerja dan pola hidup mandiri, (Depag RI, tanpa tahun:86).

4.

Syarat syah salat Salat yang dilakukan akan syah dan diterima Allah SWT jika memenuhi

persyaratan sebagai berikut: a. Suci dari hadas besar dan kecil b. Menutup aurat c. Aurat pria adalah antara pusar sampai lutut kaki sedangkan aurat wanita adalah seluruh anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan. d. Suci badan, pakaian, dan tempat salat. e. Menghadap kiblat f. Mengetahui masuknya waktu salat

5. Rukun salat Rukun salat merupakan hal-hal yang wajib dilakukan ketika kita melaksanakan salat. Jika ditinggalkan dari salah satu rukun tersebut maka salat tidak syah. Dengan demikian berarti tidak diterima Allah SWT. Rukun salat ada tiga belas yaitu :

23

a. Berniat untuk melaksanakan salat, artinya setiap akan memulai salat agar berniat untuk melaksanakan salat. b. Berdiri tegak bagi yang kuasa atau mampu, adapun bagi yang tidak mampu berdiri diperbolehkan duduk, atau bila tak mampu duduk diperbolehkan berbaring. c. Takbiratul Ihram, artinya membaca Allahu Akbar. d. Membaca surat Al Fatihah pada setiap rakaat, misalnya jika seseorang melaksanakan tiga rakaat maka setiap rakaat harus membaca Al Fatihah. e. Rukuk, terutama bagi mereka yang shalatnya berdiri dan duduk. f. Itidal, artinya berdiri tegak setelah rukuk. g. Sujud, yaitu meletakkan kening di lantai atau sajadah. h. Duduk antara dua sujud (duduk iftirasy) i. Duduk tasyahud (tahiyyat) akhir. j. Membaca tasyahud akhir. k. Membaca salawat nabi pada tasyahud akhir. l. Mengucapkan salam sambil menoleh muka ke kanan lalu ke kiri. m. Tertib, yaitu melaksanakan setiap rukun secara urut sebagaimana mestinya.

6. Rahasia dan hikmah salat Setiap ibadah mengandung rahasia-rahasia yang dalam, hikmah, dan faedah yang besar bagi yang mengerjakannya dan bagi pergaulan masyarakat umum, (TM. Hasbi AshShidiqqi, 1989:379).

24

Menurut Hasbi ash-Shiddiqi ada tiga hikamah yang terkandung di dalam ibadah salat yaitu : a) Mengingatkan kita kepada Allah, menimbulkan rasa takut kepada-Nya, rasa khudu dan tanduk kepada-Nya dan menimbulkan di dalam jiwa, rasa kebesaran dan rasa ketinggian Allah SWT. b) Mendidik dan melatih kita menjadi orang yang dapat menghadapi segala kesulitan dengan hati yang mantap dan tenang. c) Menjadi penghalang untuk mengerjakan kemungkaran dan keburukan.

7. Arti penting salat dalam kehidupan anak. Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengamalan dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan didikan agama, maka pada masa dewasanya nanti, ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang di waktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya ibu bapaknya orang yang tahu agama, lingkungan social dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama, secara sengaja di rumah, sekolah, dan masyarakat. Maka orang-orang itu akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama. Perkembangan agama pada masa anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, di sekolah, dan di dalam masyarakat. Semakin banyak

25

pengalaman yang bersifat agama, akan semakin banyak unsur agama, maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidupakan sesuai dengan ajaran agama. Sekolah dasar, betul-betul merupakan dasar pembinaan pribadi anak. Apabila pembinaan pribadi anak terlaksana dengan baik, maka si anak akan memasuki masa remaja itu tanpa mengalami kesulitan. Jika si anak bernasib kurang baik, dimana pembinaan pribadi anak di rumah tidak terlaksana dengan baik dan di sekolah kurang membantu, maka ia akan menghadapi masa remaja yang sulit dan pembinaan pribadi sangat sukar. Pendidikan agama di sekolah dasar merupakan dasar bagi pembinaan sikap dan jiwa agama pada anak. Apabila guru agama di sekolah dasar mampu membina sikap positif terhadap agama dan berhasil dalam membentuk pibadi dan akhlak ana, maka untuk mengembangkan sikap itu pada masa remaja akan mudah. Jika yang terjadi adalah sebaliknya, guru agama gagal melakukan pembinaan sikap dan jiwa agama pada anak di sekolah dasar, maka anak-anak akan memasuki masa remaja dengan sikap yang tidak positif, yang mungkin sulit teratasi lagi. Seperti sekarang ini banyak terjadi kenakalan dan penyalahgunaan narkotika dan sebagainya.

8. Pengamalan ibadah salat bagi siswa SD Yang dimaksud pengamalan ibadah salat bagi siswa SD terutama kelas V SD Ngebelgede I yang penulis maksudkan, adalah baru dalam taraf frekuensi mengamalkan ibadah salat wajib lima waktu sehari semalam yang terdiri dari salat zuhur, asar, maghrib, isya, dan subuh dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga bagi siswa sekolah dasar sudah dikatakan sangat baik jika siswa tersebut telah secara rutin mengamalkan ibadah salat

26

sebanyak lima waktu. Jika baru mencapai rata-rata empat waktu dalam sehari semalam masuk kategori baik. Jika baru tiga waktu sehari semalam masuk kategori sedang. Jika baru dua waktu masuk kategori kurang baik sedangkan jika baru satu waktu ataupun tidak pernah melakukan salat berarti sangat kurang baik.

D. Partisipasi Orang Tua Terhadap Pengamalan Ibadah Salat Siswa Menurut Ahmad fauzi, faktor yang memepengaruhi tinggi rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam, yaitu : pertama faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan diri sendiri. Kedua faktor eksternal yaitu hal-hal yang dating atau ada di luar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan. 1. faktor internal a. Motivasi Motivasi adalah dorongan yang berasal dari dalam diri manusia atau disebut motif. Motif adalah suatu kekuatan yang terdapat dalam diri organisme tersebut bertindak atau berbuat, dorongan ini biasanya tertuju pada tujuan tertentu, (Bimo Walqito, 1997:105). b. Kesadaran beragama Kesadaran beragama penuh dengan asumsi, karena keimanan dan pengalaman ke-Tuhanan sangat sukar di ukur dan dinilai secara ilmiah. Kita hanya dapat mengamati kehidupan beragama melalui tingkah laku yang nampak sebagai pernyataan dari kehidupan dunia seseorang, (Abdul Aziz Ahyadi, 2000:37).

27

Kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ke-Tuhanan, keimanan, sikap, dan tingkah laku keagamaan dalam sistem mental dari kepribadian. 2. faktor eksternal faktor eksternal yang ikut mempengaruhi pengamalan ibadah salat siswa adalah faktor lingkungan dimana dia hidup. Lingkungan itu terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, masjid termasuk lingkungan bermain. a. Lingkungan keluarga Lingkungan keluargamerupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangatlah dominant. Dalam menanamkan kebiasaan mengamalkan ibadah salat, keluarga memegang peranan sangat penting karena justru di dalam keluarga anak lebih banyak menghabiskan waktunya dalam kesehariannya. Dalam hal ini orang tua haruslah memberikan perhatian terhadap pengamalan ibadah salat anak-anaknya. b. Lingkungan sekolah Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal yang mempunyai program yang sistematik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran, dan latihan kepada anak (siswa) agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya. Pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan substitusi dari keluarga dan guru-guru substitusi dari orang tua. Dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan fitrah beragama para siswa, maka sekolah, terutama dalam hal ini guru agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman, pembiasaan mengamalkan ibadah atau akhlak yang mulia dan sikap apresiatif terhadap ajaran agama.

28

Agar dapat melaksanakan tugas tersebut maka guru agama dituntut untuk memiliki karakteristik sebaga berikut : 1. Kepribadian yang mantap (akhlak mulia) 2. Menguasai disiplin ilmu di bidang studi Pendidikan Agama Islam 3. Memahami ilmu-ilmu lain yang relevan atau menunjang kemampuannya dalam mengelola proses belajar mengajar. c. Lingkungan masyarakat dan lingkungan bermain Yang dimaksud lingkungan masyarakat disini adalah situasi atau kondisi interaksi sosial dan sosiokultural yang secara potensial berpengaruh terhadap perkembangan fitrah beragama atau kesadaran beragama individu. Dalam masyarakat individu (terutama anak-anak) akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Apabila teman sepergaulan itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Maka anak akan cenderung berpengaruh baik. Namun apabila temannya menampilkan perilaku yang kurang baik dan cenderung melanggar nilai-nilai agama maka anak akan cenderung terpengaruh. Terlebih apabila anak atau siswa tersebut tidak mendapatkan bimbingan keagamaan di lingkungan keluarganya termasuk dalam hal mengamalkan ibadah salat. Lebih lanjut para ahli psikologi agama mengemukakan sesuai dengan pendekatan masing-masing yang mengatakan bahwa perkembangan jiwa keagamaan selain ditentukan oleh faktor ekstern juga ditentukan oleh faktor intern seseorang. Secara garis besarnya faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan

29

jiwa keagamaan antara lain faktor tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang, (Jalaluddin, 2002:225). Dalam pendidikan tentang pengamalan salat siswa di sekolah memerlukan kerjasama yang harmonis antara pihak guru di sekolah dengan lingkungan dimana siswa berada, apakah lingkungan masyarakat terlebih lingkungan keluarga. Keluarga memiliki pengaruh langsung terhadap pendidikan anak, baik positif maupun negatif. Di dalam keluargalah anak banyak menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan kedua orang tua tuanya dan di dalam keluargalah siswa membiasakan pengamalan ibadah salat. Dari faktor-faktor eksternal tersebut di atas faktor keluarga atau orang tua tentunya yang sangat besar pengaruhnya terhadap pengamalan ibadah salat siswa SD. Partisipasi orang tua dapat diwujudkan dengan memberikan keteladanan dan juga perhatian dalam pembiasaan pengamalan ibadah salat siswa. Keteladanan dan partisipasi orang tua senantiasa juga rajin menjalankan ibadah salat dan selalu mengingatkan anak-anaknya jika belum salat. Jika kedua orang tua di rumah memberikan keteladanan sekaligus senantiasa mengingatkan anak, maka partisipasi orang tua dikatakan baik. Jika kedua orang tua yang rajin melakukan salat tetapi tidak memberikan perhatian kepada anak termasuk kategori sedang. Jika kedua orang tua tidak menjalankan ibadah salat dan tidak memberikan perhatian maka masuk kategori kurang baik.

30

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan pendekatan penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitataif (Qualitative Research) yakni jenis penelitian yang menghasilkan penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi. Jadi penelitian ini merupakan penelitian kualitatif tentang pengamalan ibadah sholat siswa kelas V SDN Ngebelgede I Ngaglik. Dalam penelitian ini akan dikaji secara seksama tentang upaya guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan pengamalan ibadah salat siswa yang dilakukan dengan wawancara secara mendalam, observasi dan dokumentasi.

B. Teknik penentuan subjek dan objek Penentuan subjek adalah suatu cara yang digunakan dalam suatu penelitian untuk menentukan sumber data yaitu subjek yang mempunyai informasi data dalam penelitian. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah : a. Kepala sekolah b. Guru pendidikan agama islam c. Siswa kelas V Dari ketiga sumber data tersebut yang menjadi objek penelitian adalah upaya guru pendidikan agama islam dalam meningkatkan pengamalan ibadah salat siswa kelas V SD N Ngebelgede I.

31

Pada penelitian kualitatif, sampel yang dipergunakan adalah sample bertujuan (porpusive sampling) yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : a. Rancangan sampel yang muncul tidak ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. b. Pemilihan sampel secara berurutan. c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. d. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan, (Lexy J. Moleong, 2000:165-166). Berdasarkan keterangan di atas maka peneliti tidak menentukan jumlah yang diteliti. Subjek pertama yang akan dipilih adalah informasi kunci yaitu informan yang dipandang sangat mengetahui aspek-aspek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang dijadikan informan kunci adalah Guru Pendidikan Agama Islam yang mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan pengamalan ibadah sholat siswa. Yang dijadikan informan utama untuk mengumpulkan data tentang pengamalan ibadah sholat adalah siswa kelas V. Siswa ini pulalah yang dijadikan informan untuk mengungkap data tentang pembelajaran ibadah sholat, dengan mempertimbangkan halhal sebagai berikut : a. Pembelajaran sholat sudah dimulai sejak kelas I III b. Kelas V dianggap sudah mewakili keseluruhan objek yang diteliti

32

C. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, (Mohammad Nasir, 1998:125). Ada tiga teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Observasi Observasi bisa diartikan pengamatan dan penataan secara sistematis fenomena yang diselidiki, (Sutrisno Hadi, 1994:136). Peneliti mengamati secara seksama hal-hal yang dilakukan oleh guru pendidikan Agama Islam SD Ngebelgede I Ngaglik dalam melakukan kegiatan pembelajaran ibadah salat yang dilakukan di mushola sekolah. Peneliti juga mengamati tentang pelaksanaan ibadah sholat siswa baik dari segi gerakan, bacaan, maupun keserasian antara gerakan, bacaan, maupun keserasian antara gerakan dan bacaan salat. Observasi juga dilakukan untuk mengamati letak dan keadaan geografis dan fasilitas yang tersedia. b. Interview Interview adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis berdasarkan tujuan penelitian, (Sutrisno Hadi, 1994:136). Interview yang peneliti gunakan adalah bebas terpimpin yaitu dengan menyiapkan pokok-pokok atau garis besar pertanyaan agar interview tidak menyimpan dari tujuan yang ditetapkan. Peneliti mengadakan wawancara langsung secara mendalam terhadap kepala sekolah untuk menanyakan tentang keadaan peserta didik, keadaan pendidik, visi dan

33

misi sekolah, program pembelajaran ibadah sholat, dan pelaksanaan ibadah sholat di SD Ngebelgede I Ngaglik. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dari sejumlah data yang tersedia yang biasanya berupa tulisan, benda, laporan, dan catatan harian, (Kuntjaraningrat, 1976:63). Teknik dokumentasi yang dilakukan peneliti untuk memperoleh gambaran umum SD Ngebelgede I Ngaglik yaitu dengan mengumpulkan data tentang struktur organisasi , keadaan guru, siswa, dan karyawan, keadaan sarana prasarana, visi, misi, dan tujuan institusi SD Ngebelgede I, pelaksanaan ibadah sholat siswa kelas V yang berupa buku laporan kegiatan ibadah siswa.

D. Teknik analisis data Analisis data ialah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data, (Lexi J. Moleong, 1999:103). Dari pengertian tersebut dapat ditentukan langkah-langkah analisis data sebagai berikut : a. Menelaah data yang berhasil dikumpulkan, yaitu data dari pengamatan, wawancara dan dokumentasi. b. Mengadakan reduksi data yaitu mengambil data yang sekiranya dapat diolah lebih lanjut. c. Menyusun data dalam satuan satuan. d. Melakukan kategorisasi sambil mengadakan koding.

34

e. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data. f. Menafsirkan data dan kemudian mengambil kesimpulan secara induktif yaitu penarikan kesimpulan dengan cara berpikir berdasarkan fakta-fakta khusus kemudian diarahkan pada penarikan kesimpulan umum.

E. Triangulasi data Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan atau sebagai pembanding data itu, (Kuntjaraningrat, 1976:178). Triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepaercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan cara sebagai berikut : a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang . d. Membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berlaku. Pada penelitian ini hanya digunakan dua modus saja yaitu membandingkan data hasil pengamatan dan data hasil wawancara, serta membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kedua modus tersebut cukup simpel dan mudah dilaksanakan.

35

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SD N Ngebelgede I 1. Letak Geografis Letak geografis yang dimaksud dalam tulisan ini adalah lokasi atau tempat dimana penelitian ini dilakukan sekaligus sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. SDN Ngebelgede ini terletak di dusun Ngalangan desa Sardonoharjo kecamatan Ngaglik kabupaten Sleman Yogyakarta. Jarak antara jalan Kaliurang dengan SDN Ngebelgede I ini lebih kurang 200 meter. Hal ini berarti lokasi SDN Ngebelgede I merupakan suatu tempat strategis dan kondusif untuk penyelenggaraan sebuah kegiatan pendidikan dan pengajaran. Karena tempat tersebut tidak terlalu dekat dengan jalan raya, sehingga suasana sangat kondusif bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat batas-batas wilayah SDN Ngebelgede I sebagai berikut: a. Sebelah utara persawahan b. Sebelah timur berbatasan dengan jalan kampung dan rumah penduduk c. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan kampung d. Sebelah barat persawahan Dengan demikian lingkungan SDN Ngebelgede I sangat cocok untuk dijadikan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Dengan faktor pendukung adalah jauh dari kebisingan, tempat-tempat umum, bebas dari polusi udara yang

36

diakibatkan asap kendaraan karena berada di lingkungan yang banyak pepohonan dan persawahan.

2. Sejarah Berdiri dan Perkembangan SDN Ngebelgede I SDN Ngebelgede berdiri pada tahun 1955 menempati rumah penduduk di dusun Ngebelgede. Kemudian pada tahun 1957 pindah di dusun Drono. Satu tahun kemudian tepatnya tahun 1958 pindah di dusun Bulusan menempati rumah Hardjo Dijono (bapak Aman). Dengan adanya SDN Ngebelgede ternyata mendapatkan respon yang positif dari masyarakat sekitar, terbukti dengan antusias para penduduk sekitar untuk bisa memasukan putra-putrinya ke SDN Ngebelgede sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang berkembang sangat pesat. Kerana animo masyarakat yang begitu tinggi sehingga pada tahun 1964 SDN Ngebelgede dipecah menjadi dua dengan nama SDN Ngebelgede I dan SDN Ngebelgede II. Kemudian pada tahun 1967 pemerintah desa membuatkan gedung untuk SDN Ngebelgede I di atas tanah kas desa di dusun Ngalangan Sardonoharjo seluas 2000 m dengan biaya dari desa, sedang SDN Ngebelgede II menempati tanah kas desa di dusun Bendolole Sardonoharjo. Sejak awal berdiri sampai sekarang SDN Ngebelgede I telah mengalami pergantian kepala sekolah beberapa kali dengan urutan sebagai berikut : a. Mardi b. Slamet Wardoyo c. Sukar 1955-1969 1969-1975 1975-1977

37

d. Harsono e. Bugiman f. Suparjo g. Nasijati, BA h. Martono, A.Ma.Pd

1977-1998 1998-2000 2000-2003 2003-2007 2007 -sekarang

3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah a. Visi Unggul Dalam Prestasi Berdasarkan Iman dan Taqwa b. Misi 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah 3) Mendorong dan membantu setiap siswa mengenali potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara optimal 4) Menumbuhkan penghayatan agama yang dianut dan budaya bangsa yang menjadikan kearifan bertindak 5) Menerapkan manajemen partisipasif seluruh warga sekolah dan kelompok kepentingan yang terkait. c. Tujuan Sekolah 1) Menyelaraskan IPTEK dan IMTAQ 2) Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran

38

3) Mengembangkan bakat dan kreatifitas 4) Menanamkan nilai moral yang harmonis dan agamis 5) Menanamkan mental spiritual yang mandiri dan disiplin 6) Mencetak kader yang berprestasi dan berakhlak mulia

4. Struktur Organisasi SDN Ngebelgede I Tahun 2009/2010

Pemerintah setempat

Kepala Sekolah

Komite Sekolah

Masyarakat

Guru

Wali Murid

Siswa

Keterangan : : Garis Koordinasi : Garis Komando

39

Kepala sekolah membawakan guru kelas I sampai kelas IV dan guru bidang studi yaitu guru agama dan guru olahraga. Guru kelas dan guru bidang studi bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam melaksanakan pendidikan berdasarkan koordinasi dengan kepala desa dan komite sekolah.

5. Keadaan Guru, Siswa, dan Karyawan a. Keadaan guru Di dalam penyelenggaraan pendidikan, keadaan dan pengadaan guru perlu diperhatikan karena hal ini sangat mempengaruhi mekanisme kerjanya. Dan di antara salah satu faktor penentu keberhasilan dalam proses pendidikan adalah adanya peran pendidik atau tenaga edukatif. Berdasakan rekapitulasi guru-guru yang ada di kantor terdiri dari guru tetap dan guru tidak tetap. Guru tetap adalah guru yang memiliki tugas mengajar pada sekolah tersebut berdasarkan surat tugas dari pemerintah baik lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun dari Departemen Agama. Sedang guru tidak tetap disebut guru honorer yaitu guru yang mengajar atas permintaan dari sekolah dan di gaji berdasarkan jasa mengajar di sekolah tersebut. Adapun jumlah guru yang mengajar di SDN Ngebelgede I adalah 10 orang.

40

Tabel 4.1 Data Pendidikan Guru SDN Ngebelgede I Tahun 2009/2010 Pendidikan SI DII DIII SLTA Jumlah Guru tetap 2 6 8 Tabel 4.2 Keadaan Guru SDN Ngebelgede I Tahun 2009/2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Nama Pendidikan Martono, A.Ma Pd DII Slamet, A.Ma Pd DII Sukartining, A.Ma Pd DII Sri Hartiti, A.Ma Pd DII Kusni, S.Pd SI Masiyem, A.Ma Pd DII Jatiningsih, S.Pd SI Sutinah DII Akhsan Sony DII Maryati, S.Pd SI Suryati SLTA Jabatan Kepsek Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Kristen Katholik Islam Islam Islam Mengajar Bhs. Jawa PAI IV-VI Kelas III Kelas IV Kelas VI Kelas I Kelas V Orkes I-VI PAI Kelas I-III B.Inggris I-VI Tari Jumlah Guru bantu Guru tidak tetap 1 1 2

b. Keadaan siswa Jumlah siswa yang belajar di SDN Ngebelgede I sebanyak 161 siswa dengan perincian sebagaimana data tabel berikut:

41

Tabel 4.3 Data Siswa SDN Ngebelgede I Tahun 2009/2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kelas I II II IV V VI Jumlah Islam L P 13 13 18 9 16 12 13 12 15 9 12 16 87 71 Agama Katholik L P 1 1 1 1 Kristen L P 1 1 Jumlah

161

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun ajaran 2009/2010 jumlah siswa SDN Ngebelgede I sebanyak 161 siswa yang terdiri dari 88 siswa laki-laki dan 73 siswa perempuan. Siswa yang beragama islam berjumlah 158 sedang dua siswa beragama katholik, dan kristen satu anak. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang beragama islam 98% sedang yang beragama non muslim ada 2%. Tabel 4.4 Data Pekerjaan Orangtua Siswa Tahun 2009/2010 Jenis Pekerjaan PNS TNI/Polri Swasta Wiraswasta Tani Buruh Lain-lain I 1 8 13 1 1 II 5 5 9 8 III 19 1 8 Kelas IV 1 1 9 7 5 2 Ket V 2 11 5 5 VI 4 11 5 5 3 -

Latar belakang pekerjaan orangtua mempunyai hubungan yang erat terhadap pelaksanaan/pengamalan ibadah siswa. Karena orangtua yang kesehariannya 42

bekerja dari pagi sampai sore bahkan malam akan sulit mengontrol putra putrinya dalam melaksanakan ibadah salat. Sebaliknya orangtua yang lebih banyak bertemu dengan anaknya diharapkan pengamalan ibadahnya lebih tertib. c. Keadaan karyawan Karyawan yang membantu jalannya proses pendidikan di SDN Ngebelgede I ada satu orang sebagai penjaga sekolah yang sampai saat ini masih berstatus honorer. Penjaga sekolah bertugas menjaga keamanan sekolah, kebersihan sekolah, membuka pintu, dan jendela masing-masing kelas serta menutup dan menguncinya kembali setelah selesai pembelajaran. Di samping itu juga bertugas menyediakan minum bagi kepala sekolah, dan guru. Menjaga kebersihan sekolah dan kamar mandi / WC. Adapun kebersihan kelas merupakan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing kelas.

6. Sarana dan Prasarana Untuk memperlancar pencapaian tujuan sebuah lembaga sekolah maka sangat diperlukan sarana dan prasarana sekolah. Sarana sekolah adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan sekolah. Prasarana sekolah adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya proses penyelenggaraan sekolah. Sarana yang ada di SDN Ngebelgede I dapat dilihat dalam tabel berikut:

43

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Sekolah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Sarana Gedung Ruang kelas Kantor kepala sekolah Ruang guru Ruang UKS Ruang perpustakan Warung sekolah Musala Dapur Gudang Kamar mandi / WC Parkir guru / siswa Jumlah 2 6 1 1 1 1 1 1 1 1 6 1 Keadaan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kurang baik Baik Baik

Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa SDN Ngebelgede I dilihat dari sarana yang ada telah memiliki sarana yang lengkap walaupun masing ada yang kurang yaitu ruang laboratorium atau ruang pertemuan. Sarana yang dimiliki SDN Ngebelgede I terdiri dari gedung sebanyak dua buah, ruang kelas enam buah, kantor kepala sekolah sebanyak satu buah, ruang guru satu buah, ruang UKS satu buah, ruang perpustakaan satu buah, warung sekolah satu buah, dan gudang satu buah. Warung sekolah sebagai wahana melatih siswa untuk belajar jual beli juga telah dapat berfungsi dengan baik. Kemudian musala sekolah satu buah dengan ukuran 6x7 m yang dapat menunjang kegiatan siswa, dan penggunaannya dilakukan secara bergilir. Musala sebagai laboratorium ibadah dipergunakan untuk

pembelajaran ibadah salat bagi para siswa.

44

Sarana dan prasarana yang ada di SD Ngebelgede I telah dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang pelaksanaan peningkatan ibadah salat siswa. Diharapkan dapat diamalkan dirumah masing-masing.

B. Pembelajaran Ibadah Salat di SD N Ngebelgede I 1. Program Pembelajaran Ibadah Salat di SD N Ngebelgede I Salah satu dari tahapan mengajar yang harus di lakukan oleh guru professional adalah menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata lain disebut juga mendesain program pengajaran, (Syarifudin, tanpa tahun:82). Dalam implementasi kurikulum atau pelaksanaan pengajaran, mendesain program pengajaran,

melaksanakan proses belajar mengajar, dan menilai hasil belajar siswa merupakan rangkaian kegiatan yang saling berurutan dan tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Beratnya masalah sosial yang dihadapi masyarakat menimbulkan sejumlah kekhawatiran, tidak saja kekhawatiran yang muncul dari pihak guru selaku pendidik di sekolah, tetapi juga orang tua serta masyarakat dan lingkungan tempat siswa tersebut berada. Menanggapi sejumlah kekhawatiran ini ada yang mengatakan bahwa penyebab utamanya adalah sektor instrumental input pendidikan yang meliputi guru selaku pendidik, materi/bahan yang diberikan, bentuk dan faktor komunikasi pendidikan, serta faktor dan situais pendidikan. Faktor lainnya adalah environmental output yang meliputi keadaan rumah tangga, sosial lingkungan siswa hingga proses pendidikan di sekolah itu sendiri.

45

Pembelajaran pendidikan agama Islam adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu siswa dalam belajar agama Islam. Dalam pengajaran pendidikan agama islam mungkin saja terjadi tanpa proses pembelajaran. Pengaruh pembelajaran atas pengajaran sering menguntungkan dan biasanya mudah untuk diamati. Pembelajaran adalah seperangakat kejadian yang mempengaruhi siswa dalam situasi belajar, Mukhtar, 2003:13). Pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa didesain untuk dan memberikan pembelajaran yang terarah pada tujuan khusus yaitu suatu pembelajaran yang tidak dapat diperoleh siswa tanpa melalui pendidikan di sekolah. Outcomes siswa dari pembelajaran pendidikan agama islam yang direncanakan berisikan pengamalan pendidikan yang menunjukkan bahwa berbagai jenis kapabilitas memungkinkan siswa untuk diakui keberadaannya, (Mukhtar, 2003:33). Untuk memperlancar tugas guru di SD Negeri Ngebelgede I dalam melaksanakan tugas mengajar maka setiap guru wajib membuat administrasi pembelajaran. Administrasi pembelajaran tersebut dibuat dimaksudkan agar pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang optimal dan memuaskan. Disamping pembuatan administrasi pembelajaran tersebut adalah bagian dari tugas dan kewajiban guru. Adapun administrasi yang telah dibuat oleh para guru termasuk guru agama dalam melaksanakan program pembelajaran adalah program tahunan, program semester, dan program pembelajaran harian, presensi, daftar nilai, analisis hasil evaluasi, program perbaikan, dan pengayaan.

46

Program pembelajaran ibadah salat di SD Negeri ngebelgede I dapat dibagi menjadi tiga program yaitu program intrakurikuler, program ekstrakurikuler, dan program ko kurikuler. a. Program Intra Kurikuler Program intra kurikuler adalah program yang disusun berdasarkan kurikulum yang ada dari pemerintah yang terdapat dalam Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP). Program pembelajaran ibadah salat yang berupa kegiatan intra kurikuler diberikan sejak mulai kelas satu sampai dengan kelas tiga.

47

Tabel 4.6 Program Intra Kurikuler Ibadah Salat Siswa SDN Ngebelgede I Kelas Semester I Jml jam 12 18 I II 9 Materi pembelajaran Hafalan surat Al Fatihah Hafalan Al Quran surat pendek - QS Al Kausar - QS Al Nashr - QS Al Asr Tata cara berwudhu - Praktek wudhu - Batalnya wudhu Berwudhu -praktek wudhu - Sunnah wudhu -Rukun wudhu -Batalnya wudhu -Doa sesudah wudhu Bacaan salat - hafalan doa iftitah - hafalan bacaan salat Gerakan dan bacaan salat - gerakan salat - salat tipe 2,3,4 rakaat - keserasian antara gerakan dan bacaan salat i. Bacaan salat Keserasian bacaan dan gerakan salat Bimbingan salat fardu Praktek salat 5 waktu Keterangan Hafalan Al Quran (surat pendek) termasuk dalam sub pengajaran ibadah salat karena akan digunakan sebagai bacaan salat

Bimbingan wudhu merupakan sub bidang pengajaran salat

6

I 9 II

II

12

I III II

12 12

Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa untuk program intra kurikuler sub bidang studi ibadah salat telah dimulai diberikan sejak kelas satu walaupun masih

48

berupa hafalan surat-surat pendek yang nantinya diterapkan ketika melakukan salat. Kelas satu juga telah diajarkan tentang berwudhu yang terdiri dari urutan wudhu, sunatsunat wudhu, rukun wudhu dan yang membatalkan wudhu. Sedangkan kelas dua semester satu diajarkan tentang wudhu dan sudah mempraktekkan wudhu ditambah dengan hafalan surat pendek, hafalan doa iftitah sampai salam Di kelas dua semester dua materi yang diberikan berupa hafalan bacaan salat mulai dari niat sampai salam beserta gerakan-gerakannya. Di kelas dua inilah secara intensif pembelajaran ibadah salat diberikan oleh guru pendidikan agama islam pada siswa melalui bimbingan untuk menyerasikan antara gerakan dengan bacaan salat. Di kelas tiga program pembelajaran ibadah salat diberikan kepada siswa sudah sampai pada bimbingan salat fardu. Mulai kelas tiga pula langsung dipraktekkan salat berjamaah yang dipimpin oleh siswa yang sudah fasih bacaan salatnya. b. Program Ekstra Kurikuler Program ekstra kurikuler adalah program kegiatan yang direncanakan oleh sekolah yang dilaksanakan di luar jam intra kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini untuk menunjang kegiatan intra kurikuler. Program kegiatan ekstrakurikuler ibadah salat yang diprogramkan di SD Ngebelgede I berupa jamaah salat dhuhur, kegiatan pesantren kilat, kegiatan pesantren ramadhan. Kegiatan jamaah dhuhur dapat dilihat dalam tabel berikut.

49

Tabel 4.7 Jadwal Jamaah Dhuhur No 1. 2. 3. 4. Hari Senin Selasa Rabu Kamis Kelas III IV V VI Kegiatan Jamaah dhuhur Jamaah dhuhur Jamaah dhuhur Jamaah dhuhur

Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa untuk kegiatan ekstrakurikuler jamaah salat dhuhur di SD Negeri Ngebelgede I mulai dari kelas tiga sampai dengan kelas enam. Untuk hari senin kelas tiga, hari selasa kelas empat, hari rabu kelas lima, dan hari kamis kelas enam. Untuk kelas satu dan kelas dua belum dilibatkan dalam kegiatan ekstrakurikuler jamaah salat dhuhur. Dijelaskan oleh guru pendidikan agama Islam bahwa kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri Ngebelgede I yang berupa kegiatan jamaah salat dhuhur diadakan dalam rangka membimbing siswa agar terbiasa mengamalkan ibadah slaat. Dalam pelaksanaan jamaah salat dhuhur belum diikuti oleh para guru dan karyawan lain yang beragama islam yang ada di sekolah. Kondisi seperti ini merupakan kendala bagi guru agama islam untuk menciptakan lingkungan yang kondusif. c. Program Ko Kurikuler Program ko kurikuler adalah program kegiatan yang direncanakan oleh sekolah yang harus dikerjakan oleh para siswa di rumah. Program ko kurikuler ibadah salat dipantau dengan menggunakan buku laporan kegiatan ibadah siswa. Buku laporan kegiatan ibadah siswa ini sering disebut dengan istilah buku pantau kegiatan siswa. Buku kegiatan ibadah siswa berisi tentang laporan kegiatan ibadah salat siswa. Buku kegiatan dimaksudkan agar siswa senantiasa terbiasa mengamalkan ibadah salat

50

di rumah, dan kemudian dimintakan tanda tangan oleh orangtua. Hal ini bertujuan agar terjalin keterpaduan pelaksanaan pendidik agama islam antara sekolah, orangtua, dan masyarakat. Dari data tentang program pembelajaran tersebut diatas dapat diketahui bahwa program pembelajaran ibadah salat di SD Negeri Ngebelgede I telah diprogramkan dengan sangat baik. Yaitu terdiri dari kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, dan ko kurikuler. Program pembelajaran ibadah salat di SD Negeri Ngebelgede I sudah dilaksanakan secara terpadu untuk memberikan pembiasaan kepada para siswa agar terbiasa mengamalkan ibadah salat.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Ibadah Salat di SD N Ngebelgede I Tahap kedua yang harus dilakukan guru setelah menyusun program pembelajaran adalah melaksanakan program pembelajaran. Tujuan pembelajaran ibadah salat fardu agar siswa dapat memahami, menghayati serta mampu mengamalkan salat wajib ( dhuhur, asar, maghrib, isya, dan subuh) dengan baik dan benar. Dalam melaksanakan pembelajaran ibadah salat guru pendidikan agama islam membaginya dalam tiga materi yaitu materi gerakan salat, bacaan salat, dan keserasian antara gerakan dan bacaan salat. a. Pelaksanaan pembelajaran tentang gerakan salat Dalam pembelajaran gerakan salat dibagi menjadi tiga yaitu tipe dua rakaat, tiga rakaat, dan empat rakaat. Pembagian tipe rakaat salat ini adalah untuk memudahkan siswa dalam memahami dan mengamalkan gerakan salat. Pembelajaran gerakan salat ini dimulai dari rakaat yang paling sedikit menuju rakaat yang paling banyak.

51

1) Salat tipe dua rakaat Tujuan agar siswa dapat memahami, menghayati serta mampu melakukan salat fardu dua rakaat (subuh) dan semua salat yang termasuk tipe ini seperti salat tahiyatul masjid secara benar. a) Guru memulai pelajaran dengan berdoa bersama-sama, selanjutnya guru memberikan appersepsi pelajaran dengan cara menyampaikan kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan, yaitu tentang cara melakukan gerakan salat dua rakaat. b) Guru memberikan contoh gerakan salat dua rakaat, siswa memperlihatkan ketika guru sedang memberi contoh gerakan salat disertai tumakninah. Gerakannya sebagai berikut : - Rakaat pertama 1. Cara berdiri 2. Cara bertakbiratul ihram dan langsung bersedekap 3. Cara rukuk 4. Cara Itidal 5. Cara sujud 6. Cara duduk antara dua sujud 7. Cara sujud 8. Cara bangkit (berdiri) dari sujud untuk pindah ke rakaat kedua - Rakaat kedua 1. Cara berdiri langsung bersedekap 2. Cara rukuk

52

3. Cara Itidal 4. Cara sujud 5. Cara duduk antara dua sujud 6. Cara sujud 7. Cara duduk tasyahud akhir (tawaruk) dan langsung memberi isyarat dengan telunjuk 8. Salam (menoleh kekanan dan kekiri) c) Setelah guru selesai memberi contoh kepada siswa, kemudian dilanjutkan dengan peragaan gerakan-gerakan salat tersebut oleh siswa secara klasikal dengan petunjuk guru. d) Setelah para siswa memperagakan gerakan salat secara klasikal kemudian siswa secara berkelompok e) Kegiatan selanjutnya yaitu peragaan gerakan-gerakan salat dilakukan secara individual dengan petunjuk dari guru. 2) Salat tipe tiga rakaat Tujuan siswa dapat memahami, menghayati, dan melaksankan salat tiga rakaat (maghrib). Pembelajaran tipe tiga rakaat sama dengan cara mengerjakan salat tipe dua rakaat yaitu diajarkan secara utuh. Metode dan strategi sama dengan yang telah dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran salat tipe dua rakaat. Hanya ditekankan bahwa pada rakaat kedua adalah gerakan duduk awal depan melakukan duduk iftirsy. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran : a) Guru memulai pelajaran dengan berdoa bersama-sama, selanjutnya guru memberikan appersepsi pelajaran dengan cara menyampaikan kepada siswa

53

tentang materi yang akan diajarkan yaitu tentang cara melakukan gerakan salat tiga rakaat. b) Guru memberikan contoh gerakan salat tiga rakaat, siswa memperhatikan guru yang sedang memberi contoh gerakan salat disertai dengan tumakninah. Rakaat pertama 1. Cara berdiri 2. Cara bertakbiratul ihram dan langsung bersedekap 3. Cara rukuk 4. Cara Itidal 5. Cara sujud 6. Cara duduk antara dua sujud 7. Cara sujud 8. Cara bangkit (berdiri) dari sujud untuk pindah ke rakaat kedua Rakaat kedua 1. Cara berdiri langsung bersedekap 2. Cara rukuk 3. Cara Itidal 4. Cara sujud 5. Cara duduk diantara dua sujud 6. Cara sujud 7. Cara duduk iftirasy (tasyahud awal) Rakaat ketiga 1. Cara berdiri langsung bersedekap

54

2. Cara rukuk 3. Cara Itidal 4. Cara sujud 5. Cara duduk antara dua sujud 6. Cara sujud 7. Cara duduk tasyahud akhir (tawaruk) dan langsung memberi isyarat dengan telunjuk 8. Salam (menoleh ke kanan dan kiri) 3) Salat tipe empat rakaat Tujuan siswa dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan salat fardu empat rakaat (dhuhur, asar, isya). Adapun pelaksanaannya sama dengan tipe tiga rakaat tetapi pelaksanaan untuk gerakan rakaat ketiga tidak langsung duduk tetapi berdiri seperti gerakan rakaat pertama, baru setelah rakaar ke empat duduk akhir (tawaruk) kemudian salam. Kegiatan pembelajaran sebagai berikut : a) Guru memulai pelajaran dengan berdoa bersama-sama, selanjutnya guru memberikan appersepsi pelajarn dengan cara menyampaikan kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan, yaitu tentang cara melakukan gerakan salat empat rakaat. b) Guru memberikan contoh gerakan salat empat rakaat, siswa memperhatikan. c) Setelah guru selesai memberi contoh kepada siswa, kemudian dilanjutkan dengan peragaan gerakan-gerakan salat tersebut oleh siswa secara klasikal dengan petunjuk guru.

55

d) Setelah para siswa memperagakan gerakan salat secara klasikal kemudian siswa secara berkelompok e) Kegiatan selanjutnya yaitu peragaan gerakan-gerakan salat dilakukan secara individual dengan petunjuk dari guru. b. Pelaksanaan pembelajaran tentang bacaan salat Dalam pelaksanaan pembelajaran salat dibagi dua yaitu bacaan salat yang panjang yaitu iftitah dan bacaan tasyahud, dan bacaan salat yang pendek yaitu takbiratulihram, bacaan rukuk, itidal, sujud, dan duduk diantara dua sujud. Metode yang digunakan adalah metode latihan, hafalan, demonstrasi dengan cara membagi menjadi kelompok-kelompok. Mula-mula siswa secara klasikal lalu perkelompok menirukan bacaan yang dicontohkan oleh guru. Kemudian secara individu siswa melafalkan bacaan salat dan siswa yang lain memperhatikan, sedang guru membetulkan bila ada kesalahan. Guru pendidikan agama islam dalam mengajarkan bacaan salat dimulai dari bacaan yang panjang yaitu iftitah dan

tasyahud baru kemudian diteruskan dengan bacaan yang pendek. c. Pelaksanaan pembelajaran tentang keserasian antara gerakan bacaan salat Kesempurnaan salat sangat ditentukan oleh keserasian antara gerakan dan bacaan salat. Dalam pembelajaran keserasian antara gerakan dan bacaan salat, kegiatan tang dilakukan adalah : 1) Guru mencontohkan keserasian antara gerakan dan bacaan salat secara utuh. 2) Siswa memperhatikan contoh yang diberikan oleh guru 3) Siswa secara klasikal menirukan keserasian antara gerakan dan bacaan salat yang dicontohkan guru.

56

4) Siswa secara kelompok menirukan keserasian antara gerakan dan bacaan salat, dan guru memperbaiki apabila ada kesalahan. 5) Siswa secara perseorangan mempraktekkan keserasian antara gerakan dan bacaan salat. 6) Guru memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran ibadah salat di SDN Ngebelgede I, Guru Pendidikan Agama Islam menggunakan metode demonstrasi yaitu sebuah metode pembelajaran yang dilakukan oleh seorang dengan sengaja yang diperlihatkan di depan kelas tentang proses atau cara melakukan sesuatu, (Basyaridin, 2002:45). Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam menanamkan kebiasaan siswa dalam mengamalkan ibadah salat adalah dengan perangkat buku kegiatan siswa yang berisi tentang laporan pelaksanaan ibadah salat siswa di rumah yang harus ditandatangani oleh orang tua di rumah. Upaya dengan memberi tugas kepada siswa adalah merupakan pendekatan pembiasaan yaitu sebuah cara yang dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak dengan tuntunan ajaran agama Islam, (Armai Arief, 2002:110). Jika ditinjau dari sisi pendekatan pendidikan upaya tersebut sesungguhnya sangat efektif dalam rangka menanamkan kebiasaan siswa untuk mengamalkan ajaran agama terutama ibadah salat. Pola tersebut juga merupakan upaya membangun sinergi tentang tanggung jawab pendidikan antara sekolah, keluarga dan masyarakat. Dari data tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ibadah salat di SDN Ngebelgede I telah berjalan dengan baik karena guru dalam melaksanakan pembelajaran telah menggunakan metode yang tepat yaitu dengan metode

57

demonstrasi dan memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih secara berkelompok. Guru juga telah menggunakan pendekatan yang tepat dengan berupaya membangun sinergi atau keterpaduan dengan orang tua siswa agar siswa terbiasa mengemalkan ibadah salat di rumah.

C. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Siswa Anak didik adalah anak yang belum dewasa jasmani, rohani, maupun ilmu pengetahuannya secara sadar atau tidak akan mengalami suatu perkembangan kearah kedewasaan dengan menggantungkan diri pada orang lain atau seorang pendidik. Bertolak dari realitas pengamalan ibadah siswa, maka ada beberapa upaya yang dilakukan dalam peningkatan ibadah salat bagi siswa SD Kelas V sebagai berikut : 1. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi Penggunaan metode yang tepat akan ikut menentukan keberhasilan pembelajaran ibadah, terutama ibadah salat. Adapun metode yang digunakan adalah metode latihan, hafalan, demonstrasi, pemberian tugas, tanya jawab, dan ceramah. Metode ceramah digunakan untuk menyampaikan atau menjelaskan tentang kaifiyat salat, misal tentang syarat sahnya salat, rukun salat, sunat-sunat salat, dan sebagainya. Metode latihan dan hafalan untuk menghafalkan bacaan surat pendek dan hafalan bacaan salat. Metode tanya jawab digunakan untuk mengetahui sejauh mana materi dapat dikuasai oleh siswa, sedang siswa menanyakan hal-hal yang belum jelas dan belum diketahui.

58

Metode demonstrasi dilaksankan oleh guru untuk memperagakan cara berwudhu dan kaifiyat salat baik secara berjamaah maupun munfarid. Metode latihan dilaksanakan untuk melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan praktek ibadah atau yang terkait seperti wudhu, cara memakai mukena, sarung dan sebagainya. 2. Menggunakan media pembelajaran yang tepat Dalam suatu proses belajar dan unsur yang sangat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai. Salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Menurut Hamalik (1986 dalam Azhar Arsyad, 2003:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan kemajuan dan minat yang baru, motivasi, dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Dalam pembelajaran ibadah salat media yang digunakan adalah media flash card (kartu kecil yang berisi gambar, foto) yang menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Gambar tersebut menjadi petunjuk dan rangsangan bagi siswa untuk memberikan respon yang diinginkan, khususnya dalam latihan memperlancar bacaan-bacaan salat, gambar setiap gerakan dalam salat, sedang media audio berupa tape recorder tentang bacaan salat.

59

3. Melaksanakan praktek salat dhuhur berjamaah secara rutin Praktek salat dhuhur berjamaah dilaksanakan secara rutin dibawah bimbingan guru pendidikan agama Islam. Kegiatan dilaksanakan di musala sekolah. Musala sebagai laboratorium ibadah digunakan untuk pembelajaran ibadah salat bagi siswa diatur sebagai berikut : Tabel 4.8 Jadwal Praktek Salat No. 1. 2. 3. 4. Hari Senin Selasa Rabu Kamis Pelaksanaan 08.45 09.20 12.10 12.30 08.45 09.20 12.10 12.30 12.10 12.30 12.10 12.30 Kelas I III II IV V VI Keterangan Praktek salat fardu Jamaah salat dhuhur Praktek salat fardu Jamaah salat dhuhur Jamaah salat dhuhur Jamaah salat dhuhur

Untuk melatih keberanian siswa petugas adzan dilakukan oleh siswa secara bergantian, sedangkan imam adalah guru pendidikan agama islam atau guru yang beragama islam. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa praktek salat sudah dimulai dari kelas I. namun untuk kelas I dan III termasuk intrakurikuler, sedang untuk kelas IV-VI sudah termasuk ekstra kurikuler. Kegiatan jamaah salat dhuhur diadakan dalam rangka membimbing siswa agar terbiasa mengamalkan ibadah salat. Untuk melatih keberanian siswa petugas adzan dikumandangkan oleh siswa secara bergantian, sedangkan imam dilaksanakan oleh guru yang beragama Islam.

60

4. Membuat nyaman tempat dan sarana ibadah Sebagaimana telah diketahui bahwa kebersihan sebagian dari iman. Maka tempat sarana ibadah harus tersedia dan dijaga keindahan, kebersihan, dan kesuciannya agar siswa nyaman dan bergembira dalam melaksanakan praktek ibadah, maka sekolah telah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai antara lain: a. Tempat wudhu Berwudhu merupakan bagian dari syarat salat. Oleh karena itu tempat wudhu harus tersedia dan disesuaikan dengan jumlah siswa SD. Tempat wudhu dibuat menjadi dua tempat yaitu tempat wudhu siswa putra dan tempat wudhu siswa putri. b. Ruang praktek ibadah / musala Musala digunakan sebagai tempat salat berjamaah, praktek salat bagi kelas I - III dan kegiatan keagamaan yang lain seperti tadarus Al-Quran atau belajar iqra. Musala SD Ngebelgede I dapat menampung jamaah menjadi 5 saf. c. Alat kelengkapan salat Untuk memperlancar praktek salat maka sekolah menyediakan alat kelangkapan salat yang terdiri dari mukena, sajarah, dan sarung. Hal ini disediakan untuk sisiwa yang kebetulan lupa membawa peralatan salat dari rumah. Juga disediakan untuk guru atau karyawan yang akan melaksanakan salat di musala. d. Memperbanyak latihan salat lima waktu Untuk meningkatkan keterampilan salat lima waktu, baik dari segi bacaan atau gerakan, guru pendidikan agama Islam berupaya memperbanyak latihan salat

61

lima waktu. Untuk kelas I III diadakan waktu khusus, sedangkan untuk kelas IVVI latihan dilanjutkan praktek secara berjamaah. Dalam latihan tersebut materi gerakan diberikan mulai yang rakaatnya sedikit yaitu dua kemudian sampai rakaatnya yang empat. Begitu juga mengenai bacaan salat diberikan dimulai bacaan yang pendek kemudian bacaan yang panjang. Dalam menjelaskan adab berpakaian dalam salat, guru memberi contoh bagi siswa putra dalam hal memakai sarung dan peci yang benar. Sedangkan untuk siswa yang putri guru juga memberi petunjuk cara memakai mukena jangan sampai rambut terlihat. Dan juga cara meletakkan sajadah harus sesuai dengan arah kiblat. Dalam melaksanakan latihan salat guru pendidikan agama islam menempuh langkah : a) Siswa mengerjakan salat secara klasikal baik laki dan perempuan. Sekaligus penjelasan mengatur saf yang benar, yaitu laki-laki di depan sedang saf perempuan dibelakang. b) Siswa mengerjakan salat secara berkelompok c) Siswa mengerjakan salat secara individual Adapun materi bahan latihan ibadah salat adalah sebagai berikut : a) Salat lima waktu (1) Praktek gerakan terdiri dari: Gerakan salat tipe dua rakaat Gerakan salat tipe tiga rakaat

62

-

Gerakan salat tipe empat rakaat

(2) Praktek bacaan terdiri dari: Takbiratul ihram Doa iftitah Surat Al Fatihah Takbir intiqol Doa rukun, sujud, Itidal, duduk di antara dua sujud, tasyahud awal, dan tasyahud akhir serta salam. (3) Praktek keserasian terdiri dari: Keserasian gerakan dengan bacaan takbiratul ihram Keserasian gerakan dengan bacaan ruku Keserasian gerakan dengan bacaan Itidal, sujud, duduk antara dua sujud, tasyahud awal dan tasyahud akhir serta salam b) Salat Jumat Praktek sebagai muadzin Praktek sebagai imam dan khatib Praktek sebagai makmum

5. Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler Untuk meningkatkan hasil yang optimal guru pendidikan agama islam bekerja sama dengan guru-guru lain yang beragama islam. Bentuk kerjasama ini dalam hal yang peringatan hari-hari besar Islam, pengiriman kafilah dalam lomba keagamaan.

63

6. Pesantren kilat di bulan ramadhan Tujuan pesantren kilat adalah untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, memberikan pengamalan keagamaan berupa pembiasaan dalam mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pesatren kilat (sanlat) diwajibkan diikuti bagi anak kelas V, tetapi bagi kelas IV dan VI boleh mengikuti secara sukarela. Adapun pelaksanaannya adalah dua hari satu malam, dimulai hari jumat dan berakhir hari minggu pagi. Mengenai pembiayaan kegiatan ini ditanggung bersama antara wali murid dengan sekolah yang sudah di alokasi dalam RAPBS. Sebagai ketua penyelanggara program adalah kepala sekolah. Sedang guru pendidikan agama islam sebagai penanggung jawab program dalam pelaksanaan pesantren kilat. Pemberi materi selain guru pendidikan agama islam juga mengambil dari ustadz TPA. Adapun materi yang diberikan dalam pesantren kilat meliputi keimanan, akhlaq, Al Quran, dan ibadah. 7. Memberikan motivasi pada anak Dalam kegiatan pembelajaran materi ibadah salat, guru pendidikan agama islam selalu menekankan kepada siswa untuk memahami akan hikmah dan keutamaan mengerjakan ibadah salat lima waktu agar lebih bergairah melaksanakannya. Untuk memberikan dorongan kepada siswa, langkah yang ditempuh oleh guru pendidikan agama islam adalah sebagai berikut : a. Mendorong siswa tetap mengerjakan salat, karena ibadah ini yang akan ditanyakan pertama kali oleh Allah

64

b. Memberi penjelasan bahwa salat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar c. Mengadakan lomba keterampilan keagamaan terutama lomba salat, adzan, dan membaca Al-Quran serta memberikan penghargaan berupa hadiah pada upacara bendera atau acara peringatan hari besar islam. d. Kunjungan kepada siswa yang sakit dilakukan apabila seorang siswa tidak masuk selama tiga hari berturut-turut oleh guru pendidikan agama islam dan beberapa siswa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa empati anak terhadap teman yang sedang mengalami musibah. 8. Mengadakan evaluasi Berbeda dengan penilaian pada umumnya maka penilaian ibadah salat dibagi dalam penilaian proses belajar dan penilaian hasil belajar. a. Penilaian proses belajar terdiri dari: 1) Tes perbuatan Pada tes ini siswa diminta melaksanakan perintah atau tugas. Dalam penilaian ibadah salat dapat berupa praktek wudhu dan salat. 2) Observasi Dalam observasi ini guru pendidikan agama islam mengamati aktivitas siswa ketika melakukan salat berjamaah. Dalam pelaksanaannya guru pendidikan agama Islam memberikan penjelasan secara bersama-sama tentang kesalahan yang dilakukan siswa.

65

b. Penilaian terhadap hasil belajar terdiri dari: 1) Wawancara Wawancara atau percakapan dilakukan guru pendidikan agama islam melalui tanya jawab dengan siswa secara lisan yang dilakukan dengan berhadapan langsung untuk memperoleh keterangan secara langsung tentang ibadah salat dan pelaksanaan di rumah. 2) Laporan kegiatan ibadah Bentuk laporan ini berupa buku tentang kegiatan ibadah salat di rumah maupun di sekolah. Contoh format laporan sebagai berikut : Tabel 4.9 Laporan Pelaksaan Salat Fardhu No Tanggal Subuh J M Dhuhur J M Asar J M Maghrib J M Isya J M Paraf ortu/guru

Keterangan : J : secara berjamaah (bersama) M : secara munfarid (sendiri) Kriteria penilaian : Salat 1 kali dengan munfarid E, dengan berjamaah E plus 2 kali dengan munfarid D, dengan berjamaah D plus 3 kali dengan munfarid C, dengan berjamaah C plus

66

4 kali dengan munfarid B, dengan berjamaah B plus 5 kali dengan munfarid A, dengan berjamaah A plus Dengan adanya laporan kegiatan ibadah salat, maka pelaksanaannya akan dapat dipantau dan dengan mudah guru mengetahui mana yang rajin dan mana yang malas mengerjakan salat. Tabel 4.10 Pengamalan Ibadah Salat Siswa Kelas V SDN Ngebelgede I tahun 2009/2010 BANYAKNYA WAKTU SALAT YANG DIKERJAKAN SISWA Sblm Stlh Nilai Nilai dibina dibina 3 C 5 A+ 1 E 3 C 2 D 3 C 3 C 4 B+ 3 C 4 B 3 C 4 B+ 3 C 4 B+ 2 D 3 C 3 C 5 A+ 3 C 4 B 3 C 5 A+ 3 C 4 B+ 4 B 5 A+ 3 C 4 B+ 3 C 4 B 3 C 4 B 3 C 3 C+ 4 B 5 A+ 4 B 5 3 C 3 C+ 3 C 4 B 4 B 5 A 4 B 5 A+ 3 C 4 B 73 98

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

NAMA Ade Herlina Efendi Enggar Pasha Putri Sisworo Danang Sariati Rian Mukhlas Muhammad Dika Adi Syaiful Indah Rifka Fajar Rini Santosa Dhika Dinda Bima Muhammad Khevin Yogenta Zikrullah Jumlah

KETERANGAN Jamaah Munfarid Munfarid Jamaah Munfarid Jamaah Jamaah Munfarid Jamaah Munfarid Jamaah Jamaah Jamaah Jamaah Munfarid Munfarid Jamaah Jamaah Jamaah Jamaah Munfarid Munfarid Jamaah Munfarid

67

Berdasarkan data yang ada pada tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata pengamalan ibadah salat siswa kelas V SDN Ngebelgede I adalah 4.083. Angka rata-rata 4.083 tersebut menunjukkan bahwa para siswa kelas V SDN Ngebelgede I dalam pengamalan salat wajib sehari semalam baru sebanyak 4 waktu. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi siswa untuk mengamalkan ibadah salat sudah cukup baik. Berdasarkan hasil pengamatan ketika para siswa melakukan praktek salat dapat diketahui bahwa sebagian besar para siswa dalam melakukan salat belum menunjukkan kesadaran, walaupun dari segi tata cara salat sebagian siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan gerakan salat dangan baik dan benar. Demikian juga dalam hal melaksanakan keserasian antara gerakan dan bacaan salat, sejak takbiratul ikhram hingga salam. Dengan adanya laporan tersebut maka pelaksanaan salat bagi siswa kelas V yang berjumlah 24 tercatat meningkat bila dibandingkan sebelum ada pantauan kegiatan yaitu dari 15 siswa menjadi 20 siswa atau 20.83 %, sedang yang tidak aktif berkurang dari 9 menjadi 5 siswa atau 16.67 %.

D. Faktor pendukung dan penghambat serta cara pemecahannya Di dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran sudah diprogramkan sedemikian rupa, namun di dalam pelaksanaannya berbagai usaha sudah dilakukan tetapi tidak semua berjalan lancar. Hal ini berarti bahwa dalam pelaksanaan praktek ibadah salat terdapat faktor pendukung dan penghambat.

68

1. Faktor pendukung Faktor pendukung menurut guru pendidikan agama Islam adalah segala sesuatu yang mempermudah atau ikut membantu pelaksanaan ibadah salat antara lain : a. Adanya minat dan perhatian siswa terhadap pembelajaran pendidikan agama islam terutama materi atau praktek ibadah salat. b. Mayoritas siswa beragama islam c. Kepala sekolah memberi dukungan penuh terhadap pelaksanaan keagamaan. Seperti penyelanggaraan peringatan hari besar Islam (PHBI), pengiriman kafilah MTQ, dan pesantren kilat. 2. Faktor penghambat Faktor penghambat menurut guru pendidikan agama Islam adalah segala sesuatu yang mempersulit atau kurang membantu pelaksanaan ibadah salat antara lain : a. Tidak ada partisipasi aktif dari guru lain b. Sebagian orangtua kurang memberikan keteladanan bagi putra-putrinya c. Adanya beberapa siswa yang belum hafal/lancar bacaan salat dan Al-Quran. 3. Cara pemecahan yang dilakukan kepala sekolah dan guru pendidikan agama islam Hasil yang diharapkan dalam proses pembelajaran adalah siswa dapat menguasai materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru dan berhasil dengan baik serta dapat menggunakannya atau menerapkan, mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun pada kenyataannya kemampuan antara siswa yang satu dengan yang lain tidak sama, namun dalam masalah ini guru memberikan dorongan dan memotivasi siswa baik secara langsung maupun tidak langsung agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan dari proses pembelajaran.

69

Agar siswa dapat menguasai materi pelajaran harus diberi waktu yang cukup yaitu diberi perhatian, bimbingan, dan dorongan sesuai dengan jenis kesulitannya dan kemampuannya. Untuk memecahkan masalah yang muncul, maka upaya yang ditempuh guru pendidikan agama Islam sebagai berikut : a. Mengajak guru-guru mata pelajaran umum yang beragama islam untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan salat berjamaah. b. Mengajak kepada orang tua siswa untuk bekerja sama dengan sekolah dengan cara memberikan bimbingan dan keteladanan dalam melaksanakan salat di rumah masing-masing. c. Mengadakan kegiatan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA)

70

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di muka, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan pembelajaran ibadah salat di SDN Ngebelgede I dari segi program pembelajaran ibadah telah berjalan dengan baik yaitu yang terdiri dari kegiatan intra kulikuler, ko kulikuler dan ekstra kulikuler. Namun dari segi pelaksanaan pembelajaran terutama salat berjamaah dhuhur belum dapat dikatakan baik karena belum dapat melibatkan guru dan karyawan yang ada di sekolah. 2. Upaya-upaya yang dilakukan guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan pengamalan ibadah salat di SDN Ngebelgede I meliputi: a. Melalui pembelajaran di kelas antara lain, menggunakan metode yang bervariasi, menggunakan media pembelajaran yang menarik, dan mengadakan evaluasi secara rutin baik lisan atau perbuatan b. Melalui kegiatan ekstra kurikuler, baik yang dilakukan di lingkungan sekolah maupun tugas di rumah. c. Melalui kerjasama dengan guru-guru dan komite sekolah 3. Faktor-faktor yang mendukung upaya guru pendidikan agama islam Dalam meningkatkan pengamalan ibadah salat siswa meliputi, adanya minat dan perhatian siswa, mayoritas orangtua beragama Islam, adanya kegiatan keagamaan di

71

sekolah, dukungan kepala sekolah, dan keleluasaan dalam menggunakan tempat dan sarana ibadah. Sedang yang menjadi hambatan meliputi kurang partisipasi aktif dari guru lain, sebagian orangtua yang kurang memberikan keteladanan bagi putra putrinya dan adanya beberapa siswa yang belum hafal / lancar bacaan salat dan Al Quran.

B. Saran-saran Sebelum penulis mengakhiri skripsi ini, lebih dahulu penulis akan mengemukakan beberapa saran. Sebagai sumbangan pemikiran, dengan harapan semoga ada manfaatnya bagi semua pihak demi meningkatkan pengamalan ibadah salat siswa. 1. Kepala sekolah a. Kegiatan kegamaan hendaknya lebih di intensifkan terutama berkaitan dengan ibadah salat dhuhur berjamaah. b. Mengingat pentingnya pengamalan ibadah salat, maka pihak sekolah hendaknya lebih mengfungsikan komite sekolah u