bab i konj.vernal

32
BAB I PENDAHULUAN Konjungtivitis (radang konjungtiva) adalah penyakit mata paling umum didunia. 1 Konjungtivitis adalah proses inflamasi yang meliputi permukaan mata dan dikarakteristikan oleh adanya dilatasi vaskular, infiltrasi sel dan eksudasi. Konjungtivitis dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu: akut dan kronis. 2 Penyebab umumnya eksogen, namun bisa juga endogen. Gejala penting pada konjungtivitis adalah sensasi benda asing yaitu sensasi tergores atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal dan fotofobia. Tanda-tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair, eksudasi, pesudoptosis, hipertrofi papilar, kemosis, folikel, pseudomembran dan membran, granuloma dan adenopati pre-aurikuler. 1 Konjungtivitis vernalis adalah penyakit bilateral yang biasanya mulai pada tahun-tahun prapubertas dan berlangsung selama 5-10 tahun. 1 Konjungtivitis vernalis adalah penyakit pada anak-anak, penyakit ini adalah 0,5% dari penyakit alergi pada mata. 3 Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim semi, musim panas, dan musim gugur daripada musim dingin. Paling banyak ditemukan di afrika sub-sahara dan timur tengah. 1 Konjungtivitis 1

Upload: cutfirza

Post on 11-Aug-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Konj.vernal

BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtivitis (radang konjungtiva) adalah penyakit mata paling umum

didunia.1 Konjungtivitis adalah proses inflamasi yang meliputi permukaan mata

dan dikarakteristikan oleh adanya dilatasi vaskular, infiltrasi sel dan eksudasi.

Konjungtivitis dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu: akut dan kronis.2 Penyebab

umumnya eksogen, namun bisa juga endogen. Gejala penting pada konjungtivitis

adalah sensasi benda asing yaitu sensasi tergores atau terbakar, sensasi penuh di

sekeliling mata, gatal dan fotofobia. Tanda-tanda penting konjungtivitis adalah

hiperemia, mata berair, eksudasi, pesudoptosis, hipertrofi papilar, kemosis,

folikel, pseudomembran dan membran, granuloma dan adenopati pre-aurikuler.1

Konjungtivitis vernalis adalah penyakit bilateral yang biasanya mulai pada

tahun-tahun prapubertas dan berlangsung selama 5-10 tahun.1 Konjungtivitis

vernalis adalah penyakit pada anak-anak, penyakit ini adalah 0,5% dari penyakit

alergi pada mata.3 Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan

perempuan. Penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim semi, musim

panas, dan musim gugur daripada musim dingin. Paling banyak ditemukan di

afrika sub-sahara dan timur tengah.1 Konjungtivitis vernalis mengenai pasien

muda antara 3-25 tahun. Biasanya pada laki-laki mulai pada usia <10 tahun.

Penyakit ini paling banyak pada laki-laki yaitu pada dekade ke 2 kehidupan.4

Konjungtivitis vernalis adalah akibat dari reaksi hipersensitivitas tipe 1

yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren.5 Konjungtivitis vernalis

menunjukan adanya aktivitas sel mast/ limfosit yang memediasi respon alergi.4

Alergen spesifiknya sulit dilacak, tetapi pasien konjungtivitis vernalis biasanya

menampilkan manifestasi alergi lainnya yang diketahui berhubungan dengan

sensitivitas terhadap tepung sari rumput-rumputan.1

Pasien umumnya mengeluh sangat gatal dengan kotoran mata berserat-

serat. Biasanya ada riwayat alergi pada keluarga dan pasien itu sendiri. Pada

konjungtiva palpebralis superior sering terdapat papila raksasa mirip batu kali

(cobblestone) yang berbentuk poligonal dengan atap rata dan mengandung berkas

1

Page 2: BAB I Konj.vernal

kapiler.1 Papil raksasa ini disertai dengan rasa gatal berat, sekret gelatin yang

berisi eosinofil atau granula eosinofil, pada kornea terdapat keratitis,

neovbaskularisasi dan tukak indolen.5 Konjungtiva tampak putih susu, dan

terdapat banyak papila halus di konjungtiva tarsalis inferior.1 Pada penyakit ini,

kulit periorbita biasanya normal.3 Ada 2 bentuk utama dari konjungtivitis vernalis

yaitu bentuk palpebral dan limbal.1

Penyakit ini adalah penyakit yang sembuh sendiri, dan medikasi yang

dipakai adalah untuk meredakan gejala dan dapat memberikan perbaikan dalam

waktu singkat, namun dapat memberi kerugiain jika dipakai dalam jangka

panjang.1 Pemakaian steroid topikal atau sistemik yang mengurangi rasa gatal

akan menyembuhkan, tetapi pemakaian dalam jangka panjang dapat menyebabkan

glaukoma, katarak dan komplikasi yang lainnya. Kombinasi antihistamin

penstabil sel mast bermanfaat sebagai agen profilaktik dan terapeutik pada kasus

sedang hingga berat.1,5 Dapat diberikan kompres dingin, vasokonstriktor natrium

karbonat untuk membuat pasien merasa nyaman.5 Tidur atau berektivitas/ bekerja

diruang ber-AC juga membuat nyaman. Blefaritis dan konjungtivitis stafilokok

adalah komplikasi yang sering dan harus ditangani.1

2

Page 3: BAB I Konj.vernal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Konjungtiva.

Morfologi konjungtiva.

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang

membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan

dengan kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel

kornea di limbus.

sumber dari oftalmologi a

pocket textbook altas hal 84-119.

Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan

melekat erat ke tarsus. Ditepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke

posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera

menjadi konjungtiva bulbaris.Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum

3

Page 4: BAB I Konj.vernal

orbitale di forniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan ini memungkinkan

bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus-

duktus kelenjar lakrimal bermuara ke forniks temporal superior. Konjungtiva

bulbaris melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di bawahnya, kecuali

dilimbus (tempat kapsul tenon dan konjungtiva menyatu sepanjang 3 mm).

Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, lunak dan mudah bergerak yaitu

plica semilunaris, letaknya di kantus internus. Struktur epidermoid kecil semacam

daging (caruncula) menempel secara superfisial ke bagian dalam plica semilunaris

dan merupakan zona transisi yang mengandung elemen kulit maupun mukosa.

Histologi konjungtiva.

Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas 2 hingga 5 lapisan sel epitel silindris

bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di

atas caruncula dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata

terdiri atas sel-sel epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel epitel superfisial

mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus yang

terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan

air mata prakornea secara merat. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat

dibandingkan dengan sel-sel superfisial dan didekat limbus dapat mengandung

pigmen.

Stroma konjungtiva dibagi menjadi 1 lapisan adenoid (superfisial) dan 1

lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan

dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum

germinativum. Lapisan in tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3

bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada

lempeng tarsus. Lapisan ini tersusun longgar pada bola mata.

Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar krause dan wolfring) yang struktur

dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, letaknya di dalam stroma. Sebagian besar

kelenjar krause berada di forniks atas, sisanya ada di forniks bawah. Kelenjar

wolfring terletak di tepi atas tarsus atas.

4

Page 5: BAB I Konj.vernal

Perdarahan, limfatik dan persarafan.

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari a. ciliaris anterior dan a. Palpebralis.

Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dg vena konjutiva

lainnya membentuk jaring vaskular yang sangat banyak. Pembuluh limfe

konjungtiva tersusun di dalam lapisan superfisial dan profundus dan bergabung

dengan pembuluh limfe palpebra membentuk pleksus limfatikus yang kaya.

Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V, saraf ini

memeliki serabut nyeri yang relatif sedikit.

Imunitas humoral di konjungtiva sebagian besar adalah diperankan oleh Ig

A, sedangkan imuinitas selulernya didominasi oleh sel T CD4+. Serosal sel mast

berisi protease netral yang normalnya ada dikonjungtiva, dan mukosa sel mast dg

granua-granula yang berisi triptase. Triptase ini akan meningkat pada pasien atopi.

Degranulasi produk dari sel mast akan menyebabkan kemerahan pada

konjungtiva, kemosis, pengeluaran sekret dan gatal.

2.2. Konjungtivitis

Definisi dan etiologi.

Konjungtivitis adalah proses inflamasi yang meliputi permukaan mata dan

dikarakteristikan oleh adanya dilatasi vaskular, infiltrasi sel dan eksudasi.

Konjungtivitis dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu:

1. Konjungtivitis akut, onsetnya mendadak dan mulanya unilateraldengan

inflamasi pada mata dalam hitungan detik dalam 1 minggu. Keluhan

berlangsung selama <4 minggu.

2. Konjungtivitis kronik, berlangsung >3-4 minggu.

Konjungtivitis (radang konjungtiva) adalah penyakit mata paling umum

didunia. penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair

sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Penyebab

umumnya eksogen, namun bisa juga endogen.

Konjungtivitis adalah salah satu penyakit mata merah dengan penglihatan

normal dan kotor atau sekret. Sekret merupakan produk kelenjar, ada di

5

Page 6: BAB I Konj.vernal

konjungtiva bulbi yang dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret pada konjungtiva bulbi

dapat bersifat;

Air, disebabkan oleh infeksi virus atau alergi

Purulen, disebabkan oleh infeksi bakteri atau klamidia

Hiperpurulen, disebabakn oleh gonokok atau meningokok

Mukoid, disebabkan oleh alergi atau vernal

Serous, disebabkan oleh adenovirus.

Sitologi konjungtivitis.

Cedera epitel konjuntiva oleh agen perusak dapat diikuti oleh edema

epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau pembentukan granuloma.

Hal ini juga memungkinkan terjadi edema stroma konjungtiva (kemosis) dan

hipertrofi lapisan limfoid stroma (pembentukan folikel). Dapat ditemukan sel-sel

radang termasuk neutrofil,eosinofil, basofil, limfosit dan sel plasma yang

seringkali menunjukkan agen peruskanya. Sel-sel radang bermigrasi dari stroma

konjuntiva melalui epitel permukaan. Sel-sel ini bergabung dengan fibrin dan

mukus dari sel-sel untuk membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan

perlengketan tepian palpebra (terutama pagi hari).

Sel-sel radang terutama terlihat dalam eksudat atau kerokan yang diambil

dengan spatula platina steril dari permukaan konjungtiva yang telah dianestesi.

Bahan ini dipulas dengan pulasan gram (untuk mengidentifikasi organisme

bakteri) dan pulasan giemsa (untuk menetapkan jenis dan morfologi sel). Pada

konjungtivitis alergi, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi

konjungtiva, tapi jarang pada sediaan hapus konjungtiva, eosinofil atau granul

eosinofilik biasanya ditemukan pada keratokonjungtivitis/konjungtivitis vernalis.

Sejumlah besar protein yang eksresikan eosinofil (ex: protein kation

eosinofil) dapat ditemukan dalam air mata pasien konjungtivitis vernal, atopik dan

alergika. Sebaran eosinofilik dan eosinofil terdapat dalam konjungtivitis vernal.

Pada semua jenis konjungtiva terdapat sel-sel plasma dalam stroma konjungtiva,

namun tidak bermigrasi melalui epitel sehingga tidak tampak dalam hapusan

6

Page 7: BAB I Konj.vernal

eksudatatau kerokan permukaan konjungtiva, kecuali epitelnya telah nekrotik

seperti pada trakoma.

Gejala konjungtivitis.

Gejala penting pada konjungtivitis adalah sensasi benda asing yaitu

sensasi tergores atau terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal dan

fotofobia. Sensasi benda asing dan sensasi tergores atau terbakar sering

dihubungkan dengan edema dan hipertrofi papila yang biasanya menyertai

hiperemia konjungtiva. Jika ada rasa sakit, korneanya juga mungkin terkena.

Tanda konjungtivitis.

Tanda-tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, mata berair, eksudasi,

pesudoptosis, hipertrofi papilar, kemosis, folikel, pseudomembran dan membran,

granuloma dan adenopati pre-aurikuler.

Hiperemia.

Adalah tanda klinis konjungtivitis akut yang paling menyolok. Kemerahan

paling jelas di forniks dan makin berkurang ke arah limbus kornea karena dilatasi

pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Dilatasi perilimbus atau hiperemia

siliaris mengesankan adanya radang kornea atau struktur yang lebih dalam. Warna

merah terang mengesankan konjungtivitis bakteri, tampilan putih susu

mengesankan konjungtivitis alergika. Hiperemi tanpa infiltrasi sel mengesankan

iritasi oleh penyebab fisik seperti angin, matahari, asap dll. Bisa juga karena

penyakit yang berhubungan dg ketidakstabilan vaskular (ex: acne roseosa).

Mata berair (epifora).

Tanda ini seringkali khas pada konjungtivitis. Sekresi air mata yang

diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, sensai terbakar atau tergores atau

oleh rasa gatalnya. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh-pembuluh yang

hiperemik dan menambah jumlah air mata tersebut. Kurangnya sekresi air mata

yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sika.

Eksudasi.

Adalah ciri semua konjungtivitis akut. Eksudatnya berlapis-lapis dan amorf

pada konjungtivitis bakteri dan berserabut pada konjungtivitis alergika. Pada

7

Page 8: BAB I Konj.vernal

hampir semua jenis konjungtivitis, didapatkan banyak kotoran mata dipalpebra

saat bangun tidur, jika eksudatnya sangat banyak dan palpebranya saling lengket

mungkin disebabkan oleh konjungtivitis bakteri atau klamidia.

Pseudoptopsis.

Adalah terkulainya palpebra superior karena infiltrasi di otot Muller. Keadaan

ini dijumpai pada jenis konjungtivitis berat (ex: trakoma dan keratokonjungtivitis

epidemika).

Hipertrofi papilar.

Adalah reaksi konjutiva nonspesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat

pada tarsus atau limbus dibawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas

pembuluh yang membentuk substansi papila (bersama unsur eksudat) mencapai

membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang diatas papila mirip jeruji

payung. Eksudat radang mengumpul diantara serabut-serabut dan membentuk

tonjolan-tonjolan konjungtiva. Pada penyakit-penyakit nekrotik (ex:trakoma),

eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat. Jika papilanya

kacil, tampilan konjungtiva umunya licin, seperti beludru. Konjungtiva dengan

papila merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia (ex: konjungtiva tarsal

merah mirip beludru adalah khas pada trakoma akut). Pada infiltasi berat

konjungtiva, dihasilkan papil raksasa.

Pada keratokonjuntivitis vernal/konjungtivitis vernal, papil ini disebut “papila

cobblestone’ karena tampilannya yang rapat, papila raksasa beratap rata, poligonal

dan berwarna putih susu kemerahan. Jika letaknya di tarsal superior maka

mengesankan keratokonjungtivitis vernal dan keratokonjungtivitis papil raksasa.

Sedangkan di tarsal inferior mengesankan keratokonjungtivitis atopik.

Papila juga dapat timbul dilimbus, terutama pada daerah yang biasanya

terpajan saat mata terbuka (antara pukul 2 dan 4 dan antara pukul 8 dan 10), disini

tampak berupa tonjolan-tonjolan gelatinosa yang dapat meluas sampai ke kornea.

Papila limbus ini khas untuk keratokonjungtivitis vernal, tapi jarang pada

keratokonjungtivitis atopik.

8

Page 9: BAB I Konj.vernal

Kemosis.

Konjungtiva sangat mengarah pada konjungtivitis alergi, tapi dapat timbul

pada konjungtyivitis gonokok atau meningokok akut dan terutama pada

kojungtivitis adenoviral.

Folikel.

Tampak pada sebagian besar konjungtivitis virus, semua kasus konjungtivitis

klamidia, kecuali konjungtivitis inklusi neonatal, beberapa kasus konjungtivitis

parasitik dan pada beberapa kasus konjungtivitis toksik yang diniduksi oleh obat

topikal (ex; miotik, dipivefrin, idoxuridine). Folikel merupakan suatu hiperplasia

limfoid lokal di dalam lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya mempunyai

sebuah pusat germinal. Folikel dapat dikenali sebagai struktur bulat kelabu atau

putih yang avaskular. Pada pemeriksaan slitlamp, tampak pembuluh-pembuluh

kecil yang muncul pada batas folikel dan mengitarinya.

Pseudomembran dan membran.

Adalah hasil dari proses eksudatif dan hanya berbeda derajatnya.

Pseudomembran adalah suatu pengentalan (koagulum) diatas permukaan epitel,

jika diangkat maka epitelnya tetap utuh. Sedangkan membran adalah pengentalan

yang meliputi seluruh epitel yang jika diangkat, meninggalkan permukaan yang

kasar dan berdarah. Pseudomembran dan membran dapat menyertai konjungtivitis

epidemika, k. Virus herpes simpleks primer, k. Streptokok, difteria dll. Dapat pula

kibat luka bakar kimiawi, terutama alkali.

Granuloma.

Pada Konjungtiva selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion.

Penyebab endogen contohnya sifilis, sarkoid.

Fliktenula.

Merupakan reaksi hipersensitivitas lambat terhadap antigen mikroba (ex:

antigen mikrobial). Fliktenula awalnya berupa perivaskulitis dengan penumpukan

limfosit di pembuluh darah.

Limfadenopati preaurikuler.

Adalah tanda penting konjungtivitis.

9

Page 10: BAB I Konj.vernal

Diagnosis banding tipe konjungtivitis yang lazim.

Klinik dan sitologi Viral bakteri Klamidia Atopik (alergi)Gatal Minim Minim Minim HebatHyperemia Umum Umum Umum UmumAir mata Profuse Sedang Sedang SedangEksudasi Minim mengucur Mengucur MinimAdenopati periaurikuler Lazim Jarang Lazim hanya

konjungtivitis inklusiTak ada

Pewarnaan kerokan dan eksudat Monosit Bakteri, PMN

PMN, plasma sel, badan inklusi

Eosinofil

Sakit tenggorok, panas yg menyertai

Kadang kadang Tak pernah Tak pernah

Diagnosis banding konjungtivitis berdasarkan gambaran klinis.

Tanda Bakterial Viral Alergik Toksik Injeksi konjungtivitis

Mencolok Sedang Ringan-sedang Ringan-sedang

Hemoragi + + - -Kemosis ++ +/- ++ +/-Eksudat Purulen atau

mukopurulenJarang, air Berserabut

(lengket) putih-

pseudomembran +/- +/-Papil +/- - + -Folikel - + - + (medikasi)Nodus preaurikular + ++ - -Panus - - - -

Pada konjungtivitis, tajam penglihatan normal, silau (-), terasa sakit pedes

atau kelilipan, mata merah berupa injeksi konjungtiva, sekretnya

serous/mukos/purulen, lengket dikelopak mata terutama pagi hari, papil normal.

Sumber dari oftalmologi a pocket textbook altas hal 84-119.

10

Page 11: BAB I Konj.vernal

injeksi konjungtiva: warnanya merah terang, dilatasi pembuluh darahnya bergerak

dengan konjungtiva dan berkurang kearah limbus.

2.2.1. Konjungtivitis Alergika

Konjungtivitis alergika ada 2 macam yaitu reaksi hipersensitivitas humoral

segera dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat.

Reaksi hipersensitivitas humoral segera ada 4 macam yaitu:

1. Konjungtivitis hay fever.

Merupakan konjungtivitis nonspesifik ringan, umunya menyertai hay fever

(rinitis alergika). Biasanya terdapat riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput,

bulu hewan dll. Pasien mengeluh gatal, kemerahan, mata berair dan sering

mengatakan matanya seakan-akan “tenggelam dalam jaringan sekitarnya.

Terdapat injeksi ringan di konjungtiva palpebralis dan bulbaris, selama serangan

akut sering ditemukan kemosis berat yg menjadi sebab pasien mengatakan

matanya tenggelam dalam jaringan. Mungkin terdapat sedikit kotoran mata,

khususnya setelah pasien mengucek mata. Eosinofil sulit ditemukan pada kerokan

konjungtiva. Jika lergennya menetap, maka dapat timbul konjungtivitis papilar.

2. Konjungtitis vernalis.

Adalah penyakit alergi bilateral yang biasanya mulai pada tahun-tahun

prapubertas dan berlangsung selama 5-10 tahun. Disebut juga konjungtivitis

musiman.

3. Konjungtivitis atopik.

Seringkali diderita pada orang yang menderita dermatitis atopik. Tanda dan

gejalanya adalah sensai terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah dan

fotofobia. Tepi palpebranya eritematosa dan konjungtiva tampak putih seperti

susu. Terdapat papila-papila halus, tetapi papila raksasa kurang nyata

dibandingkan pada keratokonjungtivitis vernal dan lebih sering terdapat ditarsus

11

Page 12: BAB I Konj.vernal

inferior. Penyakit ini seperti konjungtivitis vernal, yaitu kurang aktif setelah

pasien berumur 50 tahun.

4. Konjungtivitis papilar raksasa.

Tanda dan gejalanya mirip dengan konjungtivitis vernalis. Penyakit ini dapat

dijumpai pada pasien pengguna lensa kontak atau mata buatan dari plastik.

Sedangkan konjungtivitis alergika reaksi hipersensitivitas tipe lambat yaitu:

1. Fliktenulosis.

Timbul sebagai lesi kecil (D 1-3 mm) yang keras, merah, meninggi dan

dikelilingi zona hiperemia. Di limbus sering berbentuk segitiga dengan apeks

mengarah ke kornea. Penyakit ini termasuk respon hipersensitivitas tipe lambat

terhadap protein mikroba, seperi tuberkel, stapylokokus, C. Albicans dll.

2. Konjungtivitis ringan sekunder akibat blefaritis kontak.

Disebabkan oleh atropine, neomycin, antibiotik spektrum luas dan obat topikal

lain.

2.2.2 Konjungtivitis vernal.

Definisi dan epidemiologi

Konjungtivitis vernal juga dikenal sebagai “catarrh musim semi” dan

konjungtivitis musim kemarau adalah penyakit bilateral yang biasanya mulai pada

tahun-tahun prapubertas dan berlangsung selama 5-10 tahun. Konjungtivitis

vernalis adalah penyakit pada anak-anak, penyakit ini adalah 0,5% dari penyakit

alergi pada mata. Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan

perempuan. Penyakit ini lebih jarang didaerah beriklim sedang daripada daerah

hangat dan hampir tidak ada di daerah dingin. Penyakit ini hampir selalu lebih

parah selama musim semi, musim panas, dan musim gugur daripada musim

dingin. Paling banyak ditemukan di afrika sub-sahara dan timur tengah.

Konjungtivitis vernalis mengenai pasien muda antara 3-25 tahun. Biasanya pada

12

Page 13: BAB I Konj.vernal

laki-laki mulai pada usia <10 tahun. Kondisi ini paling banyak mempengaruhi

laki-laki pada dekade ke 2 kehidupan.

Etiologi.

Konjungtivitis vernalis adalah akibat dari reaksi hipersensitivitas tipe 1

yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernalis

menunjukan adanya aktivitas sel mast/ limfosit yang memediasi respon alergi.

Alergen spesifiknya sulit dilacak, tetapi pasien konjungtivitis vernalis biasanya

menampilkan manifestasi alergi lainnya yang diketahui berhubungan dengan

sensitivitas terhadap tepung sari rumput-rumputan.

Gambaran klinis.

Pasien umumnya mengeluh sangat gatal dengan kotoran mata berserta-

serat. Biasanya ada riwayat alergi pada keluaraga dan pasien itu sendiri. Pada

konjungtiva palpebralis superior sering papila raksasa mirip batu kali

(cobblestone). Setiap papila raksasa berbentuk poligonal dengan atap rata dan

mengandung berkas kapiler. Papil raksasa ini disertai dengan rasa gatal berat,

sekret gelatin yang berisi eosinofil atau granula eosinofil, pada kornea terdapat

keratitis, neovbaskularisasi dan tukak indolen. Konjungtiva tampak putih susu,

dan terdapat banyak papila halus di konjungtiva tarsalis inferior. Pada penyakit

ini, kulit periorbita biasanya normal.

Klasifikasi.

Ada 2 bentuk utama dari konjungtivitis vernalis yaitu;

1. Bentuk palpebra

Terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang

besar (cooblestone) yang diliputi sekret mukoid. Konjungtiva tarsal inferior

hiperemi, edema terdapat papil halus dengan kelainan kornea lebih berat

dibandingkan bentuk limbal. Papil besar ini tampak sebagai tonjolan berbentuk

poligonal dengan permukaan yang rata dengan kapiler ditengahnya.

13

Page 14: BAB I Konj.vernal

Sumber dari

AAO pediatric oftalmology hal 209. Vernal Keratoconjunctivitis.

2. Bentuk limbal

Terdapat hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk

jaringan hiperplastik gelatin, dengan trantas dot (binti-bintik putih yang terlihat di

limbus beberapa pasien dengan fase aktif konjungtivitis vernalis) yang merupakan

degenerasi epitel kornea atau eosinofil dibagian epitel limbus korena,

terbentuknya pannus dengan sedikit eosinofil. Didalam bintik trantas ditemukan

banyak eosinofil dan granula eosinofilik bebas dan juga di sediaan hapus eksudat

konjungtiva yang terpulas giemsa.

Sebuah pseudogerontoxon (kabut serupa busur) sering terlihat pada korena

dekat papila limbus. Mikropannua sering tampak pada konjungtivitis vernal

palpebra dan limbus, tapi pannus besar jarang. Parut konjungtiva biasanya tidak

ada, kecuali sudah pernah kriopterapi, pengangkatan papila, iradiasi atau prosedur

yang lainnya. Mungkin terbentuk ulkus kornea superfisial (perisai) lonjong dan

terletak disuperior yang dapat berakibat parut ringan di kornea. Dan jika terdapat

lesi di kornea maka tak satupun lesi yang berespon baik terhadap terapi standar.

Konjungtivitis vernalis mungkin bisa juga disetrtai keratokonus.

Diagnosis Banding.

Konjungtivitis Atopik

Konjungtivitis Papilar raksasa

Konjungtivitis Hay Fever

14

Page 15: BAB I Konj.vernal

Terapi.

Penyakit ini adalah penyakit yang sembuh sendiri, dan medikasi yang

dipakai adalah untuk meredakan gejala dan dapat memberikan perbaikan dalam

waktu singkat, namun dapat memberi kerugiain jika dipakai dalam jangka

panjang. Pemakaian steroid topikal atau sistemik yang mengurangi rasa gatal akan

menyembuhkan, tetapi pemakaian dalam jangka panjang dapat menyebabkan

glaukoma, katarak dan komplikasi yang lainnya. Kombinasi antihistamin

penstabil sel mas bermanfaat sebagai agen profilaktik dan terapeutik pada kasus

sedang hingga berat. Dapat diberikan kompres dingin, vasokonstriktor natrium

karbonat untuk membuat pasien merasa nyaman. Tidur atau berektivitas/ bekerja

diruang ber-AC juga membuat nyaman. Kemungkinan besar, pemulihan terbaik

dicapai dengan pindah ketempat beriklim sejuk dan lembab, dengan ini keluhan

ada membaik jika tidak dapat sembuh total.

Gejala akut pada konjungtivitis vernalis yaitu sangat fotofobia hingga

tidak dapat berbuat apa-apa, keluhan ini sering diatasi degan oemberian steroid

topikal atau sistemik jangka pendek diikuti dengan vasokonstriktor, kompres

dingin dan pemakaian teratur tetes mata yang memblok histamin. Obat-obat

OAINS seperi ketorolac dan lodoxamide, cukup bermanfaat mengurangi gejala,

tapi bisa memperlambat ulkus ‘perisai”. Kelainan kornea dan konjungtiva dapat

diobati dengan natrium cromolyn topikal. Jika terdapat tukak maka diberi

antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder disertai dengan siklopegik. Blefaritis

dan konjungtivitis stafilokok adalah komplikasi yang sering dan harus ditangani.

Kekambuhan pasti terjadi, khususnya pada musim panas, tapi setelah sejumlah

kekambuhan, papillae akan menghilang sempurna tanpa meninggalkan jaringan

parut.

Pengobatan untuk konjungtivitis vernalis biasanya sedikit lebih efektif dari

pada konjungtivitis alergi. Tetes mata kombinasi penstabil sel mast dan

penghambat reseptor H1 digunakan untuk kasus yang ringan. Siklosporin topikal

sering efektif pada kasus yang lebih berat. Injeksi kortikostreoid supratarsal

digunakan untuk pasien dengan konjungtivitis vernal yang sulit.

15

Page 16: BAB I Konj.vernal

Tabel obat untuk penyakit alergi pada mata

Antihistamin.

Terapi topikal dimulai dengan pemberian antihistamin atau penstabil sel

mast. Stimulasi resptor H1 pada konjungtiva akan memediasi gejala seperti gatal,

dan aktivasi resptor H2 akan mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah.

Generasi ke 2 dari antagonis resptor H1 digunakan untuk pengobatan topikal

untuk konjungtivitis alergi. Contohnya yaitu levocabastine,azelastine dan

emedastine.

Generasi baru dari antagonis reseptor H1, azelastin topikal aktivasnya

akan mengurangi eosinofil dan aktivasi sel T limfosit dan menghambat mediator

yang lainnya. Selain itu juga sebagai penekan yang poten untuk gatal dan

hiperemi pada konjungtiva setelah konjungtiva terpapar dengan alergen dengan

onset efeknya 3 menit dan waktu paruhnya minimal 8-10 jam. Meskipun

antihistamin topikal tunggal dapat digunakan untuk mengobati konjungtivitis

alergi, namun kombinasi antihistamin dengan vasokonstriktor akan lebih efektif

dari pada penggunaan antihistamin secara tunggal. Vasokonstriktor yang biasanya

16

Page 17: BAB I Konj.vernal

digunakan untuk kombinasi dengan antihistamin topikal yaitu phenylephrine atau

naphazoline.

Agen penstabil sel mast.

Agen penstabil sel mast.paling banyak digunakan oleh dokter spesialis

mata untuk semua bentuk konjungtivitis alergi. Yang termasuk agen penstabil sel

mast yaitu sodium cromoglygate, lodoxamide, ketotifen, nedocromil sodium dan

olopatadine. Penstabil sel mast efektif pada bentuk penyakit alergi pada mata yang

ringan dan mempunya efek samping yang sedikit, baik lokal maupun sistemik.

Penggunan dalam jangka panjang bermanfaat untuk mengurangi triptase dan sel

inflamasi setelah terpapar alergen. Pengobatannya membutuhkan waktu beberapa

tahun. Sodium neodocromil mampu menghambat aliran ion klorida di sel mast

dan neuron, sehingga dapat mencegah respon seperti degranulasi sel mast. Selain

itu juga dapat menghambat produksi Ig E oleh sel B.

Sodium cromoglygate adalah inhibtibor sekresi sel mast yang pertama,

paling dulu dan paling banyak digunakan. Namun mekanisme kerjanya masih

belum diketahui dg pasti. Efikasi medikasinya tergantung dari konsentrasinya.

Yang terbaru yaitu lodoxamide kerjanya lebih cepat dan lebih poten

daripada sodium cromoglycate dalam mencegah pelepasan histamin dan juga

mengurangi triptase dan sel inflamasi setelah terpapar dengan alergen.

Dual-Acting Agents

Agen yang didalamnya terdapat efek antihistamin dan inhibitor pelepasan

mediator kimia. Oplotadin termasuk dual acting agent yang digunakan untuk

pengobatan konjungtivitis alergi.

Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs).

Prostaglandin PGE2 and PGI2 yang ada di kulit dan dikonjungtiva

ambangnya lebih rendah untuk menginduksi gatal. NSAIDs akan menginhibisi

produksi prostaglandin dan membantu meringankan gatal dan juga mengurangi

nyeri dan inflamasi pada mata yang berhubungan dengan reaksi alergi. NSAIDs

yang digunakan untuk pengobatan topikal alergi pada mata yaitu ketorolac,

diclofenac, fluribrofen dan indomethacin. Agen ini tidak speri kortikosteroid,

17

Page 18: BAB I Konj.vernal

tidak akan menutupi infeksi pada mata, tidak mempengaruhi penyembuhan luka

dan tidak meningkatkan IO dan tidak menyebabkan komplikasi lain seperti

katarak.

Steroid topikal.

Steroid topikal terapi paling efektif untuk konjungtivitis vernalis sedang

sampai berat, namun dalam penggunaannya seharusnya dibatasi dengan tepat

untuk kasus yang berat dan dimonitor dengan hati-hati sejak mereka

menggunakannya dalam jangka lama yang berhubungan dengan peningkatan

resiko untuk menyebabkan katarak dan glaukoma dan dapat berpotensi

mengakibatkan infeksi herpes pada mata. Dalam faktanya, streroid topikal

responsif untuk 2% insiden glaukoma pada pasien konjungtivitis vernalis.

Komplikasi.

Blefaritis dan konjungtivitis stafilokok adalah komplikasi yang sering dan

harus ditangani.

Prognosis.

Penyakit ini adalah penyakit yang sembuh sendiri. Kekambuhan pasti

terjadi, khususnya pada musim panas, tapi setelah sejumlah kekambuhan papillae

akan menghilang sempurna tanpa meninggalkan jaringan parut.

18

Page 19: BAB I Konj.vernal

BAB III

KESIMPULAN

Konjungtivitis vernal adalah penyakit alergi bilateral yang biasanya mulai

pada tahun-tahun prapubertas dan berlangsung selama 5-10 tahun. Disebut juga

konjungtivitis musiman. Penyakit ini hampir selalu lebih parah selama musim

semi, musim panas, dan musim gugur daripada musim dingin. Konjungtivitis

vernal merupakan akibat dari reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang mengenai kedua

mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal menunjukan adanya aktivitas sel

mast/ limfosit yang memediasi respon alergi.

Pasien umumnya mengeluh sangat gatal dengan kotoran mata berserta-

serat. Biasanya ada riwayat alergi pada keluaraga dan pasien itu sendiri. Pada

konjungtiva palpebralis superior sering papila raksasa mirip batu kali

(cobblestone). Konjungtiva tampak putih susu, dan terdapat banyak papila halus

di konjungtiva tarsalis inferior. Ada 2 bentuk utama dari konjungtivitis vernalis

yaitu bentuk palpebral dan bentuk limbal.

Penyakit ini adalah penyakit yang sembuh sendiri, dan medikasi yang

dipakai adalah untuk meredakan gejala dan dapat memberikan perbaikan dalam

waktu singkat, namun dapat memberi kerugiain jika dipakai dalam jangka

panjang. Pemakaian steroid topikal atau sistemik yang mengurangi rasa gatal akan

menyembuhkan, tetapi pemakaian dalam jangka panjang dapat menyebabkan

glaukoma, katarak dan komplikasi yang lainnya. Kombinasi antihistamin

penstabil sel mas bermanfaat sebagai agen profilaktik dan terapeutik pada kasus

sedang hingga berat

19

Page 20: BAB I Konj.vernal

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel G., Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi

Umum, edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000, 208-209.

2. G.K. Krieglsein. R.N.Weinreb. Essentials in ophtalmology. Pediatric

opthalmology, neuroopthalmology, genetic. Springer-Verlag Berlin

Heidelberg. 2006

3. American Academy Of Opthalmology. External disease and cornea Sec.9.

2011

4. American Academy Of Opthalmology. pediatric oftalmology dan

strabismus. Sec.6. 2011. hal 209.

5. Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,

2007. Hlm 182.

6. Kanski, Jack J. Clinical Ophtalmology, A Systemic Approach, second

edition. Oxford: Butterworth-Heinemann, 1993, 542-552.

7. G.K. Krieglsein. R.N.Weinreb. Essentials in ophtalmology. Cornea and

Exertnal disease. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2006

8. Kennet W. Wright et al. Handbook of pediatric eye and systemic disease.

9. Crick and Kaw. A textbook clinical opthalmology. Ed 3. London.

10. http://emedicine.medscape.com/article/1191467-differential

11. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001390.htm

12. http://emedicine.medscape.com/article/1191467treatment#

20