bab i

16
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Menurut WHO (2010), batasan tekanan darah yang masih di anggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah >160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension (garis batas hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin (Udjianti , 2010). Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu- satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. (FKUI, Kapita Selekta, hal 518) 1

Upload: muhammad-hafiz

Post on 21-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

BAB 1

TRANSCRIPT

11

BAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangHipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Menurut WHO (2010), batasan tekanan darah yang masih di anggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah >160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension (garis batas hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin (Udjianti , 2010).Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sulit tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. (FKUI, Kapita Selekta, hal 518)Berdasarkan Data Global Status Report on Noncommunicable Disesases 2010 dari WHO menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi sebanyak 46%. Sementara kawasan Amerika menempati posisi buncit dengan 35%. Di kawasan Asia Tenggara, 36% orang dewasa menderita hipertensi.

Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi peningkatan. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan 2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat lagi menjadi 37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut data Kementrian Kesehatan RI tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat menjadi 34,1% tahun 2010. Data Dinas Kesehatan kota Semarang tahun 2009 menyebutkan prevalensi hipertensi sebesar 12,85 % dengan jumlah kasus sebanyak 2063 (Apriany, 2012)Menurut data dari dinas kesehatan kota Singkawang tahun 2013 menunjukan jumlah penderita hipertensi baru yang di temukan dan ditangani berjumlah 2597 orang dan penderita hipertensi lama yang di tangani berjumlah 5055 orang. Dengan total keseluruhan berjumlah 7652 orang. Di kalbar, belum ada angka yang pasti mengenai jumlah kasus penyakit hipertensi. Namun, pada tahun 2007 mencatat penyakit hipertensi esensial primer 7903 kasus baru. Jumlah itu menempati urutan pertama. Peringkat ke 3 ditempati jantung iskemik sebanyak 3496 kasus (Darmadi, 2008). Apa pun penyebabnya, tekanan darah tinggi mempunyai dampak yang besar di masyarakat. Tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko mayor untuk serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. AHA (American Heart Association) melaporkan, 69% dari penderita serangan jantung, 77% dari penderita stroke dan 74% dari penderita gagal jantung mengidap hipertensi (Judarwanto, 2009).

Dari data puskesmas sekota Singkawang di dapatkan jumlah pasien hipertensi disetiap puskesmas. Jumlah pasien hipertensi dipuskesmas kecamatan Singkawang utara berjumlah 1081 orang, jumlah pasien hipertensi dipuskesmas kecamatan Singkawang selatan berjumlah 1354 orang, jumlah pasien hipertensi di kecamatan Singkawang tengah berjumlah 4740 orang, jumlah pasien hipertensi di kecamatan Singkawang barat berjumlah 1098 orang, dan jumlah pasien hipertensi di puskesmas kecamatan Singkawang timur berjumlah 1602 orang. Pada puskesmas kecamatan Singkawang selatan khususnya di puskesmas lirang, didapatkan jumlah pasien hipertensi pada usia 45-64 tahun dari bulan januari sampai dengan September berjumlah 239 orang. Penderita hipertensi perlu mendapatkan perawatan yang serius dan harus ditangani dengan cepat karena dapat menimbulkan komplikasi. Salah satu komplikasinya adalah adanya serangan stroke. Hal ini disebabkan karena rangsangan abnormal saraf oleh hormone pada nodus SA menyebabkan peningkatan kecepatan pada denyut jantung sehingga terjadi penigkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah membuat tekanan intra arteri juga meningkat sehingga dinding endotel berkontraksi menyebabkan arterosklerosis, terbentuklah trombus, mengakibatkan suplai oksigen kejaringan berkurang terjadi iskemia jantung dan infark miokard. Terjadinya infark miokard ini menghalangi peredaran darah ke otak sehingga suplai oksigen ke otak berkurang dan dapat mengakibatkan stroke. (Smeltzer & Bare, 2002)

Pendekatan ekonomi merupakan pendekatan yang semakin banyak digunakan untuk mengatasi rendahnya pemahaman resiko jangka panjang hipertensi secara nasional. Salah satu pendekatan ekonomi adalah menghitung dampak ekonomi dari suatu penyakit hipertensi. Perhitungan sederhana dengan menghitung biaya langsung yaitu biaya yang dibutuhkan untuk berobat selama satu tahun ataupun selama seumur hidup dan biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung meliputi biaya hari produktif yang hilang ketika menjalani pengobatan, terjadinya penyakit berat yang meningkatan hari kerja yang hilang, hari produktif yang hilang akibat kematian dini, maupun biaya tidak langsung lainya. Dalam presentasi ini disajikan beberapa contoh hasil perhitungan kerugian ekonomi akibat penyakit hipertensi. Perhitungan ini sangat bermanfaat untuk menentukan efisiensi program pencegahan hipertensi secara nasional. (InaSH 2008).Faktor perilaku yang banyak terkait dengan kejadian hypertensi dapat disebutkan antara lain stres pekerjaan, kebiasaan merokok, dan kebiasaan berolah raga. Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stress berhubungan dengan pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi karena tuntutan kerja yang terlalu banyak (bekerja terlalu keras dan sering kerja lembur) dan jenis pekerjaan yang harus memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya atau pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi manusia. Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan hipertensi berat. Sumber stres dalam pekerjaan (Stressor) meliputi beban kerja, fasilitas kerja yang tidak memadai, peran dalam pekerjaan yang tidak jelas, tanggung jawab yang tidak jelas, masalah dalam hubungan dengan orang lain, tuntutan kerja dan tuntutan keluarga. Beban kerja meliputi pembatasan jam kerja dan meminimalkan kerja shift malam. Jam kerja yang diharuskan adalah 6-8 jam setiap harinya. Sisanya (16-18 jam setiap harinya) digunakan untuk keluarga dan masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Dalam satu minggu seseorang bekerja dengan baik selama 40-50 jam, lebih dari itu terlihat kecenderungan yang negatif seperti kelelahan kerja, penyakit dan kecelakaan kerja (Sumamur, 2007). Gambaran kebiasaan pasien di puskesmas lirang antara lain merokok, minum minuman beralkohol dan kurang olahraga serta bersantai yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Rokok mempunyai beberapa pengaruh langsung yang membahayakan jantung. Apabila pembuluh darah yang ada pada jantung dalam keadaan tegang karena tekanan darah tinggi, maka rokok dapat memperburuk keadaan tersebut. Merokok dapat merusak pembuluh darah, menyebabkan arteri menyempit, dan lapisan menjadi tebal dan kasar. Akibatnya keadaan paru-paru dan jantung mereka yang merokok tidak dapat bekerja secara efisien.Sejumlah cara untuk mencegah resiko stroke pada penderita hipertensi diantaranya dengan mengatur pola makan yang sehat meliputi diet rendah lemak, diet rendah garam dan diet tinggi serat. Menghentikan merokok, menghindari minum alkohol maupun penyalah gunaan obat. Dan melakukan olah raga yang teratur yaitu dengan melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang) secara teratur minimal 3 kali seminggu untuk dewasa, memperbaiki kebiasaan makan dan menurunkan berat badan. Bisa juga dengan menghindari stres dan beristirahat yang cukup (Misbach, 2009).Pengetahuan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam menentukan baik, buruk dan dapat menentukan suatu kepercayaan sehingga konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap dan perilaku seseorang dalam suatu hal. Pengetahuan inilah yang mempengaruhi perilaku pasien hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke. (Anwar, 2008) Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang (over behavior). Perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan (Mubarak, 2007). Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan penderita hipertensi dengan terkontrolnya tekanan darah. Peningkatan pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit akan mengarah pada kemajuan berpikir tentang perilaku kesehatan yang lebih baik sehingga berpengaruh dalam terkontrolnya tekanan darah. Menurut WHO, perilaku seseorang adalah penyebab utama menimbulkan masalah kesehatan, tetapi juga merupakan kunci utama pemecahan (Mustaida, 2009).Tingkat pengetahuan keluarga maupun pasien dalam tindakan pencegahan komplikasi hipertensi di harapkan dapat mengkontrol tekanan darah yaitu dengan mengurangi konsumsi garam, membatasi lemak, olahraga teratur, tidak merokok, dan tidak minum alkohol, menghindari kegemukan atau obesitas (Margatan, 2008). Beberapa kondisi yang menyebabkan timbulnya tekanan darah seperti keturunan, konsumsi garam berlebih, kegemukan (obesitas), kebiasaan merokok, minum alkohol, dan sembelit. Orang sering tidak menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi. Namun yang lebih membahayakan adalah banyak orang yang tidak tahu akan bahayanya tekanan darah tinggi itu. Pembuluh darah mendapat pukulan yang paling berat jika tekanan darah terus menerus tinggi. Dinding pembuluh darah akan menebal, pelapis dalam pembuluh darah yang biasanya licin guna memperlancar aliran atau sirkulasi darah menjadi kasar, sehingga garis tengah saluran yang harus dilalui aliran darah itu akan menyempit dan aliran darah menjadi tidak lancer atau tersumbat, dan lebih mudah membeku. Bekuan darah tersebut akan menghentikan arus darah yang mengalir, apabila hal ini terjadi pada cabang arteri koroner yang penting, maka akibatnya adalah serangan jantung (infark) yang fatal. Apabila penyumbatan itu terjadi di otak, maka akibatnya ialah stroke (Margatan, 2008).Hipertensi merupakan faktor utama stroke yang paling kuat dan modifiable, baik stroke iskemik maupun hemoragik, baik laki-laki maupun perempuan, pada semua usia. Meningkatkan resiko stroke 2-4 kali lipat tidak tergantung pada faktor resiko lainnya. Resiko stroke meningkat secara proporsional dengan meningginya tekanan darah, baik sistol maupun diastole. Untuk setiap kenaikan tekanan diastolik sebasar 7,5 mmHg maka resiko stroke meningkat 2 kali lipat. Apabila hipertensi dapat dikendalikan dengan baik maka resiko stroke turun sebanyak 28-38%. Menurut petunjuk dari The Seventh Report of the Joint National of High Blood Pressure pada orang dengan usia diatas 50 tahun, tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg adalah lebih penting dari pada tekanan darah diastolik sebagai faktor resiko penyakit kardiovaskuler (Misbach, 2007). Stroke itu sendiri memiliki pengertian penyakit gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan otak saraf atau defisif neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas atau lumpuh sesaat, atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian. Stroke bisa berupa iskemik maupun perdarahan haemoragik (Junaidi, I, 2009).Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku penderita hipertensi dalam pencegahan stroke di Puskesmas Lirang, Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang.

B. Rumusan MasalahDari uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian Apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku penderita hipertensi dalam pencegahan stroke di Puskesmas Lirang, Kecamatan Singkawang selatan, Kota Singkawang tahun 2015.

C. Tujuan Penelitian1. Tujuan Umum Mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku penderita hipertensi dalam pencegahan stroke di Puskesmas Lirang, Kecamatan Singkawang selatan, Kota Singkawang tahun 2015.2. Tujuan Khusus a) Mengetahui pengetahuan penderita hipertensi dalam pencegahan stroke di Puskesmas Lirang, Kecamatan Singkawang selatan, Kota Singkawang tahun 2015.b) Mengetahui perilaku penderita hipertensi dalam pencegahan stroke di Puskesmas Lirang, Kecamatan Singkawang selatan, Kota Singkawang tahun 2015.c) Mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku penderita hipertensi dalam pencegahan stroke di Puskesmas Lirang, Kecamatan Singkawang selatan, Kota Singkawang tahun 2015.

D. Manfaat penelitian1. Manfaat Teoritis a) Bagi IPTEK Dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut sebagai dasar untuk lebih memantapkan dan memberi informasi adanya hubungan pengetahuan dengan perilaku penderita hipertensi dalam pencegahan stroke di puskesmas Lirang kecamatan singkawang selatan kota singkawang tahun 2015.b) Bagi Institusi Bagi dunia pendidikan keperawatan khususnya prodi D IV Keperawatan Poltekkes kemenkes Pontianak untuk mengembangkan ilmu dan teori keperawatan. c) Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku penderita hipertensi dalam pencegahan stroke, sekaligus sebagai bahan masukan atau sumber data penelitian selanjutnya dan mendorong pihak yang berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis a) Bagi responden dan keluarga Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan penderita hipertensi dalam pencegahan stroke, serta mengetahui bahwa kepatuhan diit, aktifitas fisik, gaya hidup akan mempengaruhi terjadinya komplikasi hipertensi.b) Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan karya tulis ini dapat digunakan untuk peneliti selanjutnya sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.

E. Keaslian PenelitianPenelitian yang telah dilakukan terkait dengan perilaku penderita hipertensi dalam pencegahan stroke adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Nova Salinding, Yusran Haskas, Akuilina Semana (16-09-2008) STIKES Nani Hasanudin, yan berjudul Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan stroke pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Laki pada Kabupaten Tana Toraja. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan metode cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hipertensi yang rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada Kabupaten Tana Toraja yang berjumlah 833 orang menggunakan teknik Accidental sampling, didapatkan 89 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan stroke pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Lakipadada Kabupaten Tana Toraja. 2.Penelitian yang dilakukan oleh Tri Andarwati (07-01-2010) Universitas Muhammadiyah Semarang, yang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke pada penderita hipertensi di Desa Manggarmas Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke pada penderita hipertensi dilakukan dengan metode survey pendekatan cross sectional di Desa Manggarmas Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan.Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada item tema yaitu tentang Pengetahuan, perilaku, hipertensi, dalam pencegahan stroke. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya secara spesifik terletak pada item subyek penelitian, lokasi, desain yang digunakan.1