askep anak gang. pencernaan

51
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Penyakit Diare dan Tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasnya daerah permukaan saluran cerna (traktus GL) dan fungsi digestifnya menunjukan betapa pentingnya makna pertukaran antara organisme manusia dengan lingkungan nya. Kelainan inflamasi dan malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi traktus gastrointestinal, di samping itu karena system dan sawar (barier) mukosa usus setelah bayi lahir masih berada dalam proses menuju maturitas, maka usus bayi sangat rentan terhadap ancaman infeksi. Diare menular akut dapat menyebabakan signifikan pada keseimbangan cairan serta elektrolit pada bayi dan anak-anak. ( Dona L.Wong, 2008 ) Diare akut masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di berbagai Negara yang sedang berkembang, setiap tahun di perkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diare masih merupakan penyebab penting kematian kepada anak-anak di Negara-negara berkembang. Kombinasi paparan lingkungan yang patogenik, diet yang tidak memadai,

Upload: antoakustiko

Post on 23-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

berisi tentang askep pada anak dengan masalah gangguan pencernaan

TRANSCRIPT

Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Akibat Penyakit Diare dan Tifoid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Luasnya daerah permukaan saluran cerna (traktus GL) dan fungsi digestifnya

menunjukan betapa pentingnya makna pertukaran antara organisme manusia dengan lingkungan

nya. Kelainan inflamasi dan malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi traktus

gastrointestinal, di samping itu karena system dan sawar (barier) mukosa usus setelah bayi lahir

masih berada dalam proses menuju maturitas, maka usus bayi sangat rentan terhadap ancaman

infeksi. Diare menular akut dapat menyebabakan signifikan pada keseimbangan cairan serta

elektrolit pada bayi dan anak-anak. ( Dona L.Wong, 2008 )

Diare akut masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-

anak di berbagai Negara yang sedang berkembang, setiap tahun di perkirakan lebih dari satu

milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diare masih

merupakan penyebab penting kematian kepada anak-anak di Negara-negara berkembang.

Kombinasi paparan lingkungan yang patogenik, diet yang tidak memadai, malnutrisi menunjang

timbulnya kesakitan dan kematian karena diare. (Dr.T.H. Rampengan, DSAK, 1993)

Sedangkan demam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemik

di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, dan Ocenia, termasuk Indonesia. Penyakit ini tergolong

penyakit menular yang dapat menyerang banyak orang melalui makanan dan minuman yang

terkontaminasi. Insiden demam tifoid diseluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16

juta pertahun, 600.000 diantaranya menyebabkan kematian. Di Indonesia prevalensi 91% kasus

demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun. Demam tifoid masih merupakan penyakit infeksi

tropik sistematik, bersifat endemis, dan masih merupakan problema kesehatan. Masyarkaat pada

negara-negara sedang berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia penderita demam

tifoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000 penduduk pertahun dan tersebar di mana-mana.

Demam typoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak besar,

umur 5-9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan perbandingan 2-3:1. Demam

tifoid merupakan penyakit infeksi sistematik yang disebabkan kuman batang gram negatif

salmonella typhi maupun salmonella para typhi A, B, C. Penyakit ini ditularkan melalui makanan

atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman tersebut, dikenal sebagai penularan tinja-mulut

(Fecaloral). Oleh karena itu penting kebiasaan untuk cara hidup bersih. (Ngastiyah, 2005)

Di Indonesia, demam tifoid masih merupakan penyakit endemis utama. Bila timbul

penyakit ini dapat menimbulkan kematian. Diagnosis awal amat penting untuk dapat ditegakkan

agar penyakit dapat diterapi dengan adekuat untuk mencegah timbulnya penyakit yang mungkin

terjadi. Masalah yang terjadi pada pasien demam tifoid diantaranya yaitu hipertermi dan dapat

terjadi penurunan kesadaran, nyeri pada ulu hati yang disebabkan karena proses inflamasi pada

usus, kekurangan volume cairan, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan dan dapat terjadi

resiko infeksi.

Fenomena inilah yang menarik kami untuk mengadakan penyusunan makalah dengan

judul "Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan Pada Anak Akibat Penyakit Diare dan

Demam Tifoid" dengan harapan karya ini dapat dipakai untuk mengetahui tentang diare demam

tifoid lebih lanjut.

1.2  Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari makalah ini kami bedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

Untuk tujuan umum dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memberikan pemahaman

mengenai gangguan system pencernaan pada anak dengan bahasan diare dan typoid, dan untuk

mengetahui bagaimana penerapan asuhan keperawatan terhadap anak dengan gangguan sistem

pencernaan diare dan demam Tifoid . Sedangkan tujuan khususnya yaitu:

1. Mengetahui mengenai pengertian, faktor-faktor penyebab, epidemiologi, etiologi, pathogenesis,

patofisiologi, gambaran klinis dan komplikasi yang terjadi pada penyakit diare dan typoid.

2. Mengetahui pengkajian pada pasien dengan gangguan sitem pencernaan diare dan demam tifoid,

mengetahui cara menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sitem

pencernaan diare dan demam tifoid, dapat mengetahui cara membuat rencana tindakan

keperawatan pada pasien dengan gangguan sitem pencernaan diare dan demam tifoid, dan dapat

mengetahui cara keperawatan dan mengevaluasi pasien dengan gangguan sistem pencernaan

diare dan demam tifoid.

1.3  Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dari makalah yang kami susun adalah sebagai berikut:

1.      Manfaat pengetahuan

Menambah keragaman ilmu pengetahuan bagi dunia keperawatan umumnya, khususnya adalah

keperawatan anak.

2.      Manfaat pendidikan

Memberikan referensi tentang tingkat perkembangan anak dalam dunia pendidikan keperawatan

anak.

3.      Manfaat praktis

a.       Bagi profesi

Sebagai salah satu sumber literature dalam pengembangan bidang profesi keperawatan

khususnya tentang penyakit diare dan emam tifoid pada anak.

b.      Bagi orang tua

Memberikan masukan kepada orang tua khususnya ibu dalam mengasuh anak saat terserang

penyakit diare dan demam typhoid.

c.       Bagi peneliti

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang proses keperawatan dan perkembangan anak.

1.4  Metodologi Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan

menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mencari sumber dari berbagai literature baik itu

buku maupun dari berbagai media elektronik.

1.5  Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dari penulisan makalah ini terdiri dari:

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.      Latar belakang

2.      Tujuan penulisan

3.      Manfaat penulisan

4.      Metodologi penulisan

5.      Sistematika penulisan

BAB II PEMBAHASAN

BAB III KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teoritis

Saluran cerna berperan dalam serangkaian proses : yakni proses ingesti makanan, proses

digesti makanan yang dibantu oleh getah pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar ludah, hati

dan pancreas. Hasil digesti berupa zat gizi akan diserap ( absorpsi ) ke dalam tubuh. Proses ini

berlangsung mulai dari mulut sampai ke rectum. Massa yang berupa bolus hasil campuran

makanan dan getah pencernaan di dorong / digerakan ke arah anus, sisa dari masa yang tidak

diserap akan dikeluarkan dari anus (defekasi) berupa tinja. (Dr.IKG, Suandi, SpA. 1998)

Gangguan pada saluran pencernaan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh kelainan

bawaan atau di dapat. Gangguan akibat kelainan yang di dapat disebabkan trauma atau adanya

infeksi baik pada saluran pencernaan atau di luar saluran cerna. Kelainan bawaan dapat terjadi

pada mulut, esophagus, pylorus, dan gangguan pasase di daerah duodenum, atresia rekti , dan

anus imperforate, penyakit hirschsprung, obstruksi biliaris, dan omfalokel. Sedangkan gangguan

akibat infeksi dapat disebabkan oleh jamur (Candida albicans); basil coli (Escherichia coli); virus

; basil : Salmonella, Shigella, Vibrio cholerae dan parasit. (Ngastiyah. 2005)

Berbagai gangguan saluran cerna yang sering terjadi pada anak diantaranya adalah diare

dan typhoid, penyakit tersebut dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna dan reaksi pertahanan

tubuh yang bersifat akut akan mengakibatkan berbagai gejala dan komplikas sehingga akan

menstimulasi terjadinya perubahan-perubahan pada saluran pencernaan itu sendiri.

Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi.

Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat

membawa bencana bila ditanggulangi terlambat. Makanan dan minuman yang terkontaminasi

seperti makanan basi dan beracun, merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit

diare, sehingga penyakit ini dianggap sangat rentan terhadap anak-anak yang sedang melalui

masa pertumbuhan dan perkembangan. Komplikasi kehilangan yang akan ditimbulkan akibat

diare diantaranya adalah : dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik ),

renjatan hipovolemik, hipokalemia ( dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan elektrokardiogram ), hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan

vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase, kejang, malnutrisi energy protein ( akibat muntah

dan diare, jika lama atau kronik ). (Dr.IKG, Suandi, SpA. 1998)

Sama halnya dengan typhoid, Demam Tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut,

yang di tandai dengan bakteremia, perubahan pada system retikuloendotelial yang bersipat difus,

pembentukan mikroabses dan ulseri Nodus Payer di distar ileum. Kriteria demam tifoid yaitu

penyakit infeksi akut yang di sebabkan salmonella typhi, di tandai adanya demam 7 hari atau

lebih, gejala saluran pencernaan dan gangguan pada system saraf pusat (sakit kepala, kejang dan

gangguan kesadaran). (Ngastiyah. 2005)

2.2. Diare

2.2.1. Pengertian Diare

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3

kali pada anak, dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lender

dan darah atau lender saja. (Hidayat.A, Aziz Alimul .2008)

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi pencernaan,

penyerapan, dan sekresi. Diare di sebabkan oleh transfortasi air dan elektrolit yang abnormal

dalam usus. Di dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya,

dan 20% dari seluruh kematian yang hidup di Negara berkembang berhubungan dengan diare

serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan gangguan lambung dan usus (gastroenteritis),

usus halus (enteritis), kolon (colitis),atau kolon dan usus (entrokolitis). Diare biasanya

diklasifikasikan sebagai diare akut dan kronis. ( Dona L.Wong, 2008 )

Diare akut merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut

di definisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang

sering di sebab kab oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai infeksi

saluran nafas atas (ISPA), atau sluran kemih (ISK), terapi antibiotic,atau pemberian obat

pencahar (laksativ). Diare kronis di definisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi dan

kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis

terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorbsi, penyakit inflamasi usus,defisiensi

kekebalan, keracunan makanan,intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau akibat

dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai. ( Dona L.Wong, 2008 )

2.2.2. Faktor-faktor Penyebab Diare

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor diantaranya :

1.      Faktor infeksi

a. Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama

diare pada anak. Meliputi infeksi enternal sebagai berikut :

      Infeksi enternal : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,

dan sebagainya.

      Infeksi Virus : Enterovirus (Virus ECHO, coxsackie, Poliomyelitis), Adeno virus, Rotavirus,

Astrovirus, dan lain-lain .

      Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trihuris, okyuris, strongyloide) ; Protozoa (Entamoeba

histolytika, Giardian Lambli, Trichomonas hominis). Jamur (Candida Albicans).

b.                  Infeksi parenteral : ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti : otitis

media akut (OMA), tonsilitas / tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

c.       Faktor Malabsorbsi

      Malabsorbsi karbohidrat disakarida ( intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa ),

monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa ). Pada bayi dan anak yang

terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.

      Malabsorbsi lemak.

      Malabsorbsi protein.

d.      Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

e.       Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas ( jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar ). (Dr.T.H.

Rampengan, DSAK. 1993)

2.2.3. Epidemiologi

Diare ISPA dan penyakit-penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi merupakan tiga

penyebab utama kematian pada golongan umur balita. Berbagai factor memepengaruhi kejadian

diare diantaranya adalah factor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan social

ekonomi dan perilaku masyarakat. (Soegeng Soegijanto, 2002)

Faktor lingkungan yang di maksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan seperti

kebersihan putting susu, kebersihan botol susu dan dot susu, maupun kebersihan air untuk

mengolah susu dan,makanan. Factor gizi misalnya adalah tidak di berikannya makanan

tambahan maskipun anak telah berusia 4-6 bulan, factor pendidikan yang utama adalah

pengetahuan Ibu tentang masalah kesehatan. Factor kependudukan menunjukan bahwa insidens

diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan

factor perilaku orang tua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci

tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak.

Kesemua factor yang tersebut di atas terkait dengan factor ekonomi masing-masing keluarga.

(Soegeng Soegijanto, 2002)

2.2.4. Etiologi

Kebanyakan mikroorganisme pathogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur fekal

oral melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau di tularkan antar manusia dengan kontak

yang erat. Kurang nya air bersih, tinggalnya berdesakan, hygiene yang buruk, kurang gizi dan

sanitasi yang jelek merupakan factor resiko utama, khususnya untuk terjangkit infeksi bakteri

atau parasit yang patogen. Peningkatan insidensi dan beratnya penyakit diare pada bayi juga

berhubungan dengan perubahan yang spesifik menurut usia pada kerentanan terhadap

mikroorganisme patogen. Sistem kekebalan bayi belum pernah terpajan dengan banyak

mikroorganisme patogen sehingga tidak mempunyai antibody pelindung yang di dapat. ( Dona

L.Wong, 2008 )

Rotavirus merupakan agen yang paling penting yang menyebabkan penyakit diare

disertai dehidrasi pada anak-anak kecil di seluruh dunia. Infeksi rotavirus menyebabakan

sebagian perawatan di rumah sakit karena diare berat bagi anak-anak kecil dan merupakan

infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme patogen. Miroorgisme Giardia Lamblia

dan Cryptosporidium merupakan parasit yang paling banyak menimbulkan diare infeksius akut.

Pemakaian antibiotic juga berkaitan dengan diare. Antibiotik dapat mengubah flora usus yang

normal, dan penurunan jumlah bakteri kolon akan mengakibatkan absorpsi karbohidrat yang

berlebihan serta diare osmotic. ( Dona L.Wong, 2008 )

2.2.5. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :

1.      Gangguan osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehinggaterjadi pergeseran air dan elektrolit ke

dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga diare.

2.      Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin ) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena

terdapat peningkatan isi rongga usus.

3.      Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin ) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena

terdapat peningkatan isi rongga usus.

4.      Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan

bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya timbul diare pula. (Ngastiyah. 2005)

2.2.6. Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

1.      Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan

asam basa (asidosis metabolic, hipokalemia)

2.      Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurangt, pengeluaran bertambah).

3.      Hipoglikemia

4.      Gangguan sirkulasi darah. (Ngastiyah. 2005)

2.2.7. Gambaran Klinis

Mul-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan

berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir

darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau – hijauan karena bercampur dengan cairan

empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama

makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak

diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan

dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa

dan elektrolit. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai

nampak, yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung

( pada bayi , selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. (Ngastiyah. 2005)

2.2.8. Komplikasi kehilangan akibat diare

1.      Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik ).

2.      Renjatan hipovolemik.

3.      Hipokalemia ( dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan

elektrokardiogram ).

4.      Hipoglikemia.

5.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.

6.      Kejang,

7.      Malnutrisi energy protein ( akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik ). (Ngastiyah. 2005)

2.3. Tifoid

2.3.1. Pengertian

Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan

dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan

kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah Shalmonella typhosa, basil gram negative yang

bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. (Ngastiyah. 2005)

2.3.2. Faktor – faktor penyebab tifoid

Manusia merupakan satu-satu nya sumber penularan alami salmonella tyfhi, melalui

kontak langsung atau tidak langsung dengan seorang penderita demam typoid atau karier kronis.

Transmisi kuman terutama dengan cara menelan makan atau air yang tercemar tinja manusia.

Epidemi demam typoid yang berasal dari sumber air yang tercemar merupakan masalah yang

paling utama. Transmisi secara kongenital dapat terjadi secara transplasental dari seorang ibu

yang mengalami bakteriemia kepada bayi dalam kandungan, atau tertular pada saat di lahirkan

oleh seorang ibu yang merupakan karier typoid dengan rute fekal oral. Seorang yang telah

terinfeksi salmonella typhi dapat karier kronis dan mengekresikan mikro organis selama

beberapa tahun. (Dr.T.H. Rampengan, DSAK. 1993)

2.3.3. Epidemiologi

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis dan

subtropics terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar

hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran

demam tifoid di Negara sedang berkembang adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air

minum, dan standar hygiene industry pengolahan makanan yang masih rendah titik menurut

pang, selain karena meningktnya urbanisasi, demam tifoid masih terus menjadi masalah karena

beberapa factor lain yaitu, penyediaan air bersih yang kurang memadai, adanya strain yang

resisten terhadap antibiotic, masalah pada identifikasi dan penatalaksanaan karier, keterlambatan

mambuat diagnosis yang pasti, pathogenesis dan factor virulensi. Demam tifoid disebakan oleh

Salmonella Thypi yang dapat bertahan hidup lama di lingkungan kering dan beku, peka erhadap

proses klorinasi dan pateurisasi pada suhu 630 C. (Soegeng Soegijanto,2002)

2.3.4. Etiologi

Etiologi demam tifoid adalah salmonella typhi yang berhasil di isolasi pertama kali dari

seorang pasien demam typhoid oleh Geffkey di Jerman pada tahun 1884.mikroorganisme ini

merupakan bakteri gram negative yang motil, bersifat aerob dan tidak membentuk

spora.salmonella typhi dapat tumbuh dalam semua media, pada media yang selektif bakteri ini

memfermentasi glukosa dan manosa,tetapi tidak dapat mempermentasikan laktosa.

Bakteri ini mempunyai beberapa komponen antigen yaitu :

1.      Antigen dinding sel (O) yang merupakan lipop[olisakarida dan berifat sfesifik group.

2.      Antigen flagella (H) yang merupakan komponen protein berada dalam flagella dan bersifat

spesifik spesies.

3.      Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang melindungi seluruh

permukaan sel.

4.      Outer Membrane protein (OMP), Antigen OMP S. typhi merupakan bagian dari dinding terluar

yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan

lingkungan sekitarnya.OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan zat dan cairan

kedalam membrane sitoplasma.

Salmonella thypi hanya dapat hidup pada tubuh manusia. sumber penularan berasal dari

tinja dan urine karier, dari penderita pada fase akut dan penderita dalam fase penyembuhan.

(Soegeng Soegijanto, 2002)

2.3.5. Patogenesis

Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus, melalui pembuluh

limfe halus masuk ke dalam peredaran darah sampai di organ organ terutama hati dan limpa.

Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam dalam hati dan limpa sehingga organ-

organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke

dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid

usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa di atas plak penyeri. Tukak

tersebut dapat menyebabkan pendarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh

endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus.

(Ngastiyah. 2005)

2.3.6. Patofisiologi

Umumnya prognosis tifus abdominalis tidak begitu berbahaya, asal pasien cepat berobat.

Mortalitas pada pasien yang dirawat ialah 6%. Prognosis menjadi berbahaya jika terdapat

gambaran klinis yang berat seperti :

a.       Demam tinggi ( hiperpireksia ) atau febris kontinua.

b.      Kesadaran sangat menurun ( sopor, koma atau delirium )

c.       Terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi dan asidosis perforasi. (Ngastiyah. 2005)

2.3.7. Gambaran Klinis

Gambaran klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa.

Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan

jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala

prodromal, yaitu perassaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing tidak bersemangat dan

nafsu makan kurang.

Gambaran klinis yang biasa ditemukan ialah :

1.      Demam

Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu

tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,

biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu

kedua pasien terus berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsung turun

dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2.      Gangguan pada saluran pencernaan.

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak seda, bibir kering dan pecah-pecah

( ragaden ). Lidah tertutup selaput putih kotor ( coated tongue ), ujung dan tepinya kemerahan,

jarang disertai tremor. Pada abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung ( meteorismus ).

Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi

juga dapat diare atau normal.

3.      Gangguan Kesadaran

Umunya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai

somnolen., jarang terjadi sopor, koma atau gelisah ( kecuali penyakit berat dan terlambat

mendapatkan pengobatan ). (Ngastiyah. 2005)

2.3.8. Komplikasi

Pada usus halus, umumnya jarang terjadi tetapi bila terjadi sering fatal.

a.       Pendarahan usus

Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika pendarahan

banyak dapat terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda – tanda renjatan.

b.      Perforasi usus

Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga

peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diafragma pada

foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

c.       Peritonitis

Biasanya menyertai perforasi tetapi terdapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala

abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang ( defence musculair ).

Komplikasi di luar usus, terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis ( bakteremia ),

yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati, dll. Terjadi karena infeksi sekunde, yaitu

bronkopneumonia. (Ngastiyah. 2005)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1              Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Diare

A.    Pengkajian

            Anamnesa

Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview.

Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.

Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,

riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan

lingkungan dan tempat tinggal.

1.      Identitas

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS,

tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.

Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

hubungan dengan klien, dan alamat.

2.      Keluhan utama

Merupakan hal yang paling klien rasakan

Contoh : BAB lebih dari 3 x

3.      Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )

Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative,

provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time.

BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,

frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare

berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4.      Riwayat Penyakit Dahulu

Mengkaji apakah pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid

jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,

ISPA, ISK, OMA campak.

5.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami diare.

6.      Riwayat Imunisasi

Mengkaji imunisasi yang pernah di berikan kepada klien, seperti imunisasi Polio, BCG, DPT,

dll.

7.      Riwayat Psikososial

Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala

yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.

8.      Lingkungan dan tempat tinggal

Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area

lingkungan rumah, dll.

            Pemeriksaan Fisik

1.      Antopometri

Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar

kepala, lingkar abdomen membesar,

2.      Keadaan umum

Klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

3.      Kepala

Ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih.

4.      Mata

Cekung, kering, sangat cekung

5.      Sistem pencernaan

Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan

menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum

sedikit atau kelihatan bisa minum.

6.      Sistem Pernafasan

Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot

pernafasan)

7.      Sistem kardiovaskuler

Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .

8.      Sistem integumen

Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral

hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada

daerah perianal.

9.      Sistem perkemihan

Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari

sebelum sakit.

10.  Dampak hospitalisasi

Semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan

waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan

kemudian menerima.

            Pemeriksaan Penunjang

1.      Laboratorium :

  Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

  Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi

  AGD : asidosis metabolic

  Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

2.      Radiologi :

Mungkin ditemukan bronchopneumoni

B.     Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : -

DO :

       Ubun-ubun cekung

       Berat badan turun

       Bising usus meningkat

       Turgor kurang

       Frekuensi buang air besar

meningkat

       Muntah

(Gangguan Osmotik)

Makanan / zat yang tidak dapat diserap oleh

usus.

Tekanan osmotic dalam rongga usus

meningkat

Terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.

 

Isi rongga usus berlebihan 

Merangsang rongga usus yang berlebihan 

Diare

Gangguan

keseimbangan

cairan dan elektrolit

DS :

       Klien mengatakan mulut

Gangguan keseimbangan asam basa dan

elektrolit

Gangguan

pemenuhan

terasa pahit dan badan lemas

DO :

       Anoreksia

       Muntah

       Berat badan turun

Lambung / saluran pencernaan meradang

Nafsu makan berkurang / tidak ada

Intake nutrisi kurang

kebutuhan nutrisi

DS :

       Klien menyatakan nteri

pada bagian daerah anus

DO :

       Frekuensi buang air besar

meningkat

       Lecet di sekitar anus

Gangguan absorpsi usus

Frekuensi buang air besar meningkat

Anus dan sekitarnya basah dan lembab

Anus dan sekitarnya lecet

Potensial kerusakan

integritas jaringan

kulit sekitar anus.

DS :

       Klien menyatakan badannya

terasa panas

DO :

       Suhu lebih dari 380C

       Cengeng

Invasi kuman di usus

Multiplikasi dalam usus

 

Peradangan Pengeluaran

usus toksin

Tanda dan Merangsang

radang hypotalamus

Peningkatan Peningkatan

Suhu tubuh Suhu tubuh

Gangguan rasa

nyaman : panas

(hypertermi)

C.    Diagnosa Perawatan

1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output cairan yang

berlebihan melalui diare sekunder terhadap gangguan osmotic.

2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan tidak adequatnya intake nutrisi

sekunder terhadap muntah dan diare.

3.      Potensial kerusakan integritas jaringan kulit sekitar anus berhubungan dengan iritasi sekunder

terhadap frekuensi buang air besar yang meningkat

4.      Gangguan rasa nyaman panas (hypertermi) berhubungan dengan proses tidak adequatnya intake

nutrisi sekunder terhadap muntah dan diare.

D.    Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Perawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output cairan yang berlebihan melalui diare sekunder terhadap gangguan osmotic. Ditandai dengan :DS : -DO :

       Ubun-ubun cekung       Berat badan turun       Bising usus meningkat       Turgor kurang       Frekuensi buang air besar

meningkat       Muntah

Tupen :Kebutuhan cairan terpenuhi dalam jangka waktu 1x 24 jam.

Tupan :Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi dalam jangka waktu 3x24 jam. Dengan criteria hasil :- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-

-   Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

-  Pantau intake dan output

Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin.

Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.

Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan

37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

-   Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

-   Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

-   Timbang berat badan setiap hari

-       Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

-       Kolaborasi :1.      Pemeriksaan

laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

2.      Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

3.      Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

1 lt

Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

Koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).

Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

Anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.

2. Gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi

berhubungan dengan tidak

adequatnya intake nutrisi

sekunder terhadap muntah

dan diare. Ditandai

dengan :

Tupen :Kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam jangka waktu 2 hari

Tupan :Setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS

-  Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)

-  Ciptakan lingkungan

Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan sluran usus.

Situasi yang nyaman, rileks

DS :

       Klien mengatakan mulut

terasa pahit dan badan

lemas

DO :

       Anoreksia

       Muntah

       Berat badan turun

kebutuhan nutrisi terpenuhiDengan criteria hasil :– Nafsu makan meningkat

yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat

-  Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

-  Monitor  intake dan out put dalam 24 jam

-  Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

a.       terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b.      obat-obatan atau vitamin ( A)

akan merangsang nafsu makan.

Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

3. Potensial kerusakan

integritas jaringan kulit

sekitar anus berhubungan

dengan iritasi sekunder

terhadap frekuensi buang

air besar yang meningkat.

Ditandai dengan :

DS :

       Klien menyatakan nteri

pada bagian daerah anus

DO :

Kerusakan kulit tidak terjadi, dengan criteria hasil :– Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

-   Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

-     Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)

Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces

Melancarkan

       Frekuensi buang air besar

meningkat

       Lecet di sekitar anus

-   Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan iritasi .

4 Gangguan rasa nyaman

panas (hypertermi)

berhubungan dengan

proses tidak adequatnya

intake nutrisi sekunder

terhadap muntah dan

diare. Ditandai dengan :

DS :

       Klien menyatakan

badannya terasa panas

DO :

       Suhu lebih dari 380C

       Cengeng

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu tubuh, dengan criteria hasil :

- Suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

-       Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

-       Berikan kompres hangat

-       Kolaborasi pemberian antipirektik

Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

Merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

Merangsang pusat pengatur panas di otak.

3.2              Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Tifoid

A.    Pengkajian

            Anamnesa

Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau interview.

Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.

Anamnesa mencakup identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang,

riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan

lingkungan dan tempat tinggal.

1.      Identitas

Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS,

tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat.

Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

hubungan dengan klien, dan alamat.

2.      Keluhan utama

Pada pasien tifoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun,

panas dan demam.

3.      Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )

Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamnesa meliputi palliative,

provocative, quality, quantity, region, radiaton, severity scala dan time.

Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare,

perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor),

gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.

4.      Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit thypoid, apakah tidak pernah, apakah

menderita penyakit lainnya.

5.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.

6.      Riwayat Imunisasi

Mengkaji imunisasi yang pernah di berikan kepada klien, seperti imunisasi Polio, BCG, DPT,

dll.

7.      Riwayat Psikososial

Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala

yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.

8.      Lingkungan dan tempat tinggal

Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai kebersihan lingkungan tempat tinggal, area

lingkungan rumah, dll.

            Pemeriksaan Fisik

1.      Keadaan umum

Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak

enak, anorexia.

2.      Kepala

Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia,

mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah,

fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

3.      Dada dan abdomen

Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri

tekan.

4.      Sistem respirasi

Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.

5.      Sistem kardiovaskuler

Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan

tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.

6.      Sistem integument

Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.

7.      Sistem eliminasi

Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa

mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.

8.      Sistem muskuloskolesal

Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.

9.      Sistem endokrin

Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.

10.  Sistem persyarafan

Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit

thypoid.

      Pemeriksaan Penunjang

1.      Pemeriksaan yang mendukung diagnosis :

  Darah tepi; terdapat gambaran leukopenia ringan atau normal, limfositosis relatif (jarang), dan

eosinofilia, mungkin terdapat anemia ringan.

2.      Pemeriksaan konfirmasi diagnosis :

  Biakan empedu dari bahan darah atau sumsum tulang

  Serologis widal bila perlu diulang pada saat penyembuhan.

3.      Pemeriksaan penunjang komplikasi :

  Perdarahan usus ringan/tersembunyi : uji benzidin tinja.

  Perforasi usus/peritonitis : foto polos perut tiga posisi.

  Kolesistitis : USG hati dan kandung empe

  Meningitis/ensefalitis : punksi lumbal

  Bronkhopneumonia : thoraks foto.

  Hepatitis : uji faal hati dan SGOT/SGP

B.     Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS :

       Klien mengeluh badannya

panas

DO :

       Suhu tubuh > 380 C

       Leukosit < 5000 / mm3

       Frekuensi nadi > 100x / menit

       Muka merah

       Bibir pecah-pecah

       Banyak keringat

Makanan yang terkontaminasi Salmonela

Typosa atau Salmonela Paratyphi A,B,C

Masuk usus halus lalu terjadi proses infeksi

Masuk ke dalam aliran darah

Bakteri melepas Endotoksin  

Merangsang sintesa dalam pelepasan zat pytrogen oleh leukosit pada jaringan yang

merangsang 

Infeksi disampaikan Hypotalamus bagian termoregulator melalui ductus toracicus.

Gangguan

keseimbangan suhu

DS :

       Klien mengatakan mulut

terasa pahit dan badan lemas

DO :

       Porsi makan tidak habis dari

yang disediakan

       Klien tampak lemah

       Klien muntah

       Berat badan menurun

Proses infeksi di usus halus

Fungsi usus halus dalam mengabsorbsi

makanan terganggu

Sari-sari makanan yang diabsorbsi menurun

Nutrisi kurang terpenuhi

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan nutrisi

DS :

       Klien mengatakan lemah

untuk melakukan aktivitas

DO :

       Porsi makan tidak habis

       Klien tampak lemah

Intake nutrisi lemah

Metabolisme glukosa terganggu

Pembentukan ATP dan ADP terganggu 

Gangguan aktivitas

sehari-hari

Klien bedrest, aktivitas di

bantu

Energi berkurang dan terjadi kelemahan otot  

Aktivitas terganggu

DS : -

DO :

       Suhu tubuh . 380 C

       Pengeluaran sekresi keringat

banyak

       Minum air kurang

       Bibir kering dan pecah-pecah

Peningkatan suhu tubuh 

Dilatasi pembuluh darah 

Evaporasi berlebih

Dehidrasi

Potensial terjadi

dehidrasi

C.    Diagnosa Perawatan

1.      Gangguan keseimbangan suhu tubuh ( hyperthermia ) berhubungan dengan adanya infeksi dalam

tubuh

2.      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan absorbsi

makanan terganggu

3.      Gangguan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan kondisi pasien lemah.

4.      Potensial terjadi dehidrasi berhubungan dengan pemasukan cairan yang kurang

D.    Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Perawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan keseimbangan

suhu tubuh (hyperthermia)

berhubungan dengan adanya

infeksi dalam tubuh. Ditandai

dengan :

DS :

       Klien mengeluh badannya

Suhu tubuh normal dalam waktu 3x24 jam dengan criteria :

-      Suhu : 36 – 37 0 C

-      Klien tidak mengeluh adanya panas badan

-   Observasi TTV tiap 4 jam sekali

-   Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang

Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

Klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan

panas

DO :

       Suhu tubuh > 380 C

       Leukosit < 5000 / mm3

       Frekuensi nadi > 100x /

menit

       Muka merah

       Bibir pecah-pecah

       Banyak keringat

peningkatan suhu tubuh

-   Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat

-   Batasi pengunjung

-   Anjurkan pasien untuk banyak minum, minum 2,5 liter / ± 24 jam

-   Memberikan kompres dingin

-   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik dan antipiretik.

membantu mengurangi kecemasan yang timbul

Menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mengurangi penguapan

Agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan tidak terasa panas

Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak

Untuk membantu menurunkan suhu tubuh

Antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk menurangi panas.

2. Gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan berhubungan

Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat, dengan criteria :

-  Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat makanan/nutrisi

Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasi

dengan absorbsi makanan

terganggu. Ditandai dengan :

DS :

       Klien mengatakan mulut

terasa pahit dan badan lemas

DO :

       Porsi makan tidak habis dari

yang disediakan

       Klien tampak lemah

       Klien muntah

       Berat badan menurun

-  Nafsu makan meningkat

-  Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan

-  Timbang berat badan klien setiap 2 hari

-  Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang, maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat.

-  Beri makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering.

-  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan nutrisi parenteral

untuk makan meningkat.

Untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan

Untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.

Untuk menghindari mual dan muntah

Antasida mengurangi rasa mual dan muntah.Nutrisi parenteral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang

3. Gangguan aktivitas sehari-

hari sehubungan dengan

kondisi pasien lemah.

Aktivitas sehari-hari terpenuhi dalam waktu 3x 24 jam, dengan criteria :

-  Klien mampu

-   Beri motivasi pada pasien dan kelurga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (missal.

Agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi

Ditandai dengan :

DS :

       Klien mengatakan lemah

untuk melakukan aktivitas

DO :

       Porsi makan tidak habis

       Klien tampak lemah

       Klien bedrest, aktivitas di

bantu

melakukan aktivitas tanpa dibantu

Miring kanan, miring kiri)

-   Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan, minum)

-   Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya.

-   Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang

pasien yang bedrest

Untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi

Mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.

Menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus

4 Potensial terjadi dehidrasi

berhubungan dengan

pemasukan cairan yang

kurang, ditandai dengan :

DS : -

DO :

       Suhu tubuh . 380 C

       Pengeluaran sekresi keringat

banyak

       Minum air kurang

       Bibir kering dan pecah-

pecah

Kekurangan cairan tidak terjadi dalam kurun waktu 3x24 jam , dengan criteria :

-  Turgor kembali normal

-  Kelopak mata tidak cekung

-  Klien tampak segar

-       Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga

-       Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan

-       Anjurkan pasien untuk banyak minum 2,5 liter / ± 24 jam.

-       Observasi kelancaran tetesan infuse.

Mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.

Untuk mengetahui keseimbangan cairan

Untuk pemenuhan kebutuhan cairan

Untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan mencegah adanya edema.

-       Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).

Untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral).

BAB IV

PENUTUP

1.1.            Kesimpulan

Makna pertukaran antara organisme manusia dengan lingkungan nya. Kelainan

inflamasi dan malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi traktus gastrointestinal, di

samping itu karena system dan sawar (barier) mukosa usus setelah bayi lahir masih berada dalam

proses menuju maturitas, maka usus bayi sangat rentan terhadap ancaman infeksi.

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3

kali pada anak, dengan konsistensi encer, dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur lender

dan darah atau lender saja.

Sedangkan demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan

gangguan kesadaran.

Kedua penyakit ini dapat menyebar dengan mudah melalui kontak langsung maupun

tidak langsung. Tranmisi kuman dapat melalui cara menelan makanan atau minuman yang sudah

tercemar sehingga transmisi atau penyebaran kuman ini sangat rentan terjadi pada anak-anak,

maka tak heran ketika data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare

di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur balita.

Anka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Sedangkan pada

kasus deman tifoid prevalensi terdapat 91% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun.

Hal ini terjadi hampir 85 % dikarenakan kurang pedulinya masyarakat terhadap

lingkungan yang bersih dan gaya hidup sehat, diantaranya paparan lingkungan yang patogenik,

diet yang tidak memadai, dan malnutrisi yang menunjang penyebab timbulnya suatu penyakit.

1.2              Saran

Diharapkan makalah ini bisa memerikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon

perawat, sebagai bekal terutama ketika melakukan praktik atau bekerja pada ruang perawatan

anak, sehinga kami menyarankan agar teman-teman perawat membaca dan memahami isi

makalah ini sehinga menjadi bekalkan bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.

DAFTAR PUSTAKA

Wong, Dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. ECG. Jakarta

Donna, Medical Surgical Nursing, WB Saunders, 1991

Brunner / Suddarth, Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company, Philadelphia, 1984

Donna L.Wong, dkk.2002.Buku Ajar Leperawatan Pediatrik.Ed.6.Jakarta;EGC