askep anak dengan demam typoit

14
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK DENGAN THIPOID A. PENGERTIAN Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002) Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003) B. PENYEBAB Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001) Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi, S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997) 1

Upload: perawatnanggroe

Post on 05-Dec-2014

92 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP Anak Dengan Demam Typoit

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ANAK DENGAN THIPOID

A. PENGERTIAN

Demam tifoid adalah penyakit menular yang bersifat akut, yang

ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem retikuloendotelial yang

bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi Nodus peyer di distal

ileum. (Soegeng Soegijanto, 2002)

Tifus abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam,

sakit kepala, kelesuan, anoreksia, bradikardi relatif, kadang-kadang

pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

B. PENYEBAB

Salmonella typhi yang menyebabkan infeksi invasif yang ditandai oleh

demam, toksemia, nyeri perut, konstipasi/diare. Komplikasi yang dapat terjadi

antara lain: perforasi usus, perdarahan, toksemia dan kematian. (Ranuh,

Hariyono, dan dkk. 2001)

Etiologi demam tifoid dan demam paratipoid adalah S.typhi,

S.paratyphi A, S.paratyphi b dan S.paratyphi C. (Arjatmo Tjokronegoro, 1997)

C. PATOFISIOLOGIS

Transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

urin/feses dari penderita tifus akut dan para pembawa kuman/karier.

Empat F (Finger, Files, Fomites dan fluids) dapat menyebarkan kuman

ke makanan, susu, buah dan sayuran yang sering dimakan tanpa dicuci/dimasak

sehingga dapat terjadi penularan penyakit terutama terdapat dinegara-negara

yang sedang berkembang dengan kesulitan pengadaan pembuangan kotoran

(sanitasi) yang andal. (Samsuridjal D dan heru S, 2003)

Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi

antara 3-60 hari) bergantung jumlah dan strain kuman yang tertelan. Selama

masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis. (Soegeng

soegijanto, 2002)

1

Page 2: ASKEP Anak Dengan Demam Typoit

PATHWAYS

Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik

Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin

usus halus

Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam

Pendarahan dan Nyeri perabaan

perforasi Mual/tidak nafsu makan

Perubahan nutrisi

Resiko kurang volume cairan

(Suriadi & Rita Y, 2001)

D. GEJALA KLINIS

2

Page 3: ASKEP Anak Dengan Demam Typoit

Gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan lebih bervariasi

dibandingkan dengan orang dewasa. Walaupun gejala demam tifoid pada anak

lebih bervariasi, tetapi secara garis besar terdiri dari demam satu minggu/lebih,

terdapat gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. Dalam minggu

pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya

seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi, serta

suhu badan yang meningkat.

Pada minggu kedua maka gejala/tanda klinis menjadi makin jelas,

berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut

kembung, bisa disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat. Lidah

tifoid dan tampak kering, dilapisi selaput kecoklatan yang tebal, di bagian

ujung tepi tampak lebih kemerahan. (Ranuh, Hariyono, dan dkk. 2001)

Sejalan dengan perkembangan penyakit, suhu tubuh meningkat dengan

gambaran ‘anak tangga’. Menjelang akhir minggu pertama, pasien menjadi

bertambah toksik. (Vanda Joss & Stephen Rose, 1997)

Gambaran klinik tifus abdominalis

Keluhan:

- Nyeri kepala (frontal) 100%

- Kurang enak di perut 50%

- Nyeri tulang, persendian, dan otot 50%

- Berak-berak 50%

- Muntah 50%

Gejala:

- Demam 100%

- Nyeri tekan perut 75%

- Bronkitis 75%

- Toksik 60%

- Letargik 60%

- Lidah tifus (“kotor”) 40%

(Sjamsuhidayat,1998)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

3

Page 4: ASKEP Anak Dengan Demam Typoit

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit

normal. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi

sekunder.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah

sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan

khusus

3. Pemeriksaan Uji Widal

Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri

Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya

aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh

Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:

Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh

bakteri

Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela

bakteri

Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai

bakter.

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan

untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar

kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)

F. TERAPI

1. Kloramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat

diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas panas

2. Tiamfenikol. Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.

3. Kortimoksazol. Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg

sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)

4. Ampisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2

minggu

4

Page 5: ASKEP Anak Dengan Demam Typoit

5. Sefalosporin Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc,

diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari

6. Golongan Fluorokuinolon

Norfloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

Siprofloksasin : dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

Ofloksasin : dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

Pefloksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

Fleroksasin : dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari

7. Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti:

Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti

sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman

Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001)

G. KOMPLIKASI

Perdarahan usus, peritonitis, meningitis, kolesistitis, ensefalopati,

bronkopneumonia, hepatitis. (Arif mansjoer & Suprohaitan 2000)

Perforasi usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10%

penderita demam tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2

penyakit dan umumnya didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan

darah serta kenaikan denyut jantung.Pneumonia sering ditemukan selama

stadium ke-2 penyakit, tetapi seringkali sebagai akibat superinfeksi oleh

organisme lain selain Salmonella. Pielonefritis, endokarditis, meningitis,

osteomielitis dan arthritis septik jarang terjadi pada hospes normal. Arthritis

septik dan osteomielitis lebih sering terjadi pada penderita hemoglobinopati.

(Behrman Richard, 1992)

5

Page 6: ASKEP Anak Dengan Demam Typoit

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM TIPOID

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat keperawatan

2. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada

malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis,

penurunan kesadaran

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

tidak ada nafsu makan, mual, dan kembung

3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan kurangnya

intake cairan, dan peningkatan suhu tubuh

C. PERENCANAAN

1. Mempertahankan suhu dalam batas normal

Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang hipertermia

Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan

Berri minum yang cukup

Berikan kompres air biasa

Lakukan tepid sponge (seka)

Pakaian (baju) yang tipis dan menyerap keringat

Pemberian obat antipireksia

Pemberian cairan parenteral (IV) yang adekuat

2. Meningkatkan kebutuhan nutrisi dan cairan

Menilai status nutrisi anak

Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,

rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan

anak meningkat.

6

Page 7: ASKEP Anak Dengan Demam Typoit

Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake nutrisi

Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan

dengan teknik porsi kecil tetapi sering

Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan

dengan skala yang sama

Mempertahankan kebersihan mulut anak

Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk

penyembuhan penyakit

Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika

pemberian makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi

anak

3. Mencegah kurangnya volume cairan

Mengobservasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap

4 jam

Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak

elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, memberan

mukosa kering, bibir pecah-pecah

Mengobservasi dan mencatat berat badan pada waktu yang sama

dan dengan skala yang sama

Memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (Insensible Water

Loss/IWL) dengan memberikan kompres dingin atau dengan tepid

sponge

Memberikan antibiotik sesuai program

(Suriadi & Rita Y, 2001)

7

Page 8: ASKEP Anak Dengan Demam Typoit

I. DISCHARGE PLANNING

1. Penderita harus dapat diyakinkan cuci tangan dengan sabun setelah

defekasi

2. Mereka yang diketahui sebagai karier dihindari untuk mengelola makanan

3. Lalat perlu dicegah menghinggapi makanan dan minuman.

4. Penderita memerlukan istirahat

5. Diit lunak yang tidak merangsang dan rendah serat

(Samsuridjal D dan Heru S, 2003)

6. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak

7. Jelaskan terapi yang diberikan: dosis, dan efek samping

8. Menjelaskan gejala-gejala kekambuhan penyakit dan hal yang harus

dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut

9. Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan.

(Suriadi & Rita Y, 2001)

8

Page 9: ASKEP Anak Dengan Demam Typoit

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta

Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.

2. Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI. Jakarta. 1997.

3. Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih bahasa: Moelia Radja

Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC. Jakarta. 1992.

4. Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih

bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta. 1997.

5. Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku Imunisasi Di Indonesia, edisi

pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 2001.

6. Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI. Jakarta.

2003.

7. Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta. 1998.

8. Soegeng Soegijanto. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan

Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta. 2002.

9. Suriadi & Rita Yuliani. Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan

Keperawatan pada Anak. Edisi I. CV Sagung Seto. Jakarta. 2001.

10. Widiastuti Samekto. Belajar Bertolak dari Masalah Demam Typhoid.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2001.

11. http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/jawamadura/2005/02/03brk

9