demam berdarah

25
DEMAM BERDARAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam berdarah merupakan penyakit yang digolongkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Demam berdarah merupakan penyakit disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Penyakit demam berdarah perlu mendapat perhatian yang khusus karena kenyataan di Indonesia bahwa penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Selain itu juga berpeluang untuk menyebabkan kematian. Indonesia pernah mengalami kasus terbesar (53%) DBD pada tahun 2005 di Asia Tenggara yaitu 95.270 kasus dan kematian 1.298 orang (CFR = 1,36 %) (WHO, 2006). Jumlah kasus tersebut meningkat menjadi 17% dan kematian 36% dibanding tahun 2004. Pada akhir tahun 2004 penyakit demam berdarah telah mencapai 26.015 kasus. Dengan jumlah kematian 389 orang, kasus tertinggi di DKI Jakarta yaitu 11.534 orang. Dan CFR tertinggi di NusaTenggara Timur yaitu 3,96%. Telah banyak berbagai upaya pencegahan dan penanganan yang telah dilakukan baik individu, kelompok masyarakat, maupun dari pelayanan kesehatan. Upaya tersebut adalah gerakan 3M dalam masyarakat, fogging, gerakan dasa wisma yang semuanya tergolong sebagai pencegahan primer. Selain itu juga tim kesehatan telah 1

Upload: ika-nur-fajriyani

Post on 20-Jun-2015

3.366 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: demam berdarah

DEMAM BERDARAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demam berdarah merupakan penyakit yang digolongkan sebagai kejadian luar biasa

(KLB). Demam berdarah merupakan penyakit disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan

melalui nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus.

Penyakit demam berdarah perlu mendapat perhatian yang khusus karena kenyataan di

Indonesia bahwa penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Selain itu juga berpeluang

untuk menyebabkan kematian. Indonesia pernah mengalami kasus terbesar (53%) DBD pada

tahun 2005 di Asia Tenggara yaitu 95.270 kasus dan kematian 1.298 orang (CFR = 1,36 %)

(WHO, 2006). Jumlah kasus tersebut meningkat menjadi 17% dan kematian 36% dibanding

tahun 2004. Pada akhir tahun 2004 penyakit demam berdarah telah mencapai 26.015 kasus.

Dengan jumlah kematian 389 orang, kasus tertinggi di DKI Jakarta yaitu 11.534 orang. Dan

CFR tertinggi di NusaTenggara Timur yaitu 3,96%.

Telah banyak berbagai upaya pencegahan dan penanganan yang telah dilakukan baik

individu, kelompok masyarakat, maupun dari pelayanan kesehatan. Upaya tersebut adalah

gerakan 3M dalam masyarakat, fogging, gerakan dasa wisma yang semuanya tergolong sebagai

pencegahan primer. Selain itu juga tim kesehatan telah melakukan pencegahan primer. Akan

tetapi kenyataannya kasus demam berdarah kembali terulang dan menimbulkan masalah yang

seakan tidak kunjung usai. Permasalahan ini muncul akibat kurangya pengetahuan masyarakat

terhaddap permasalahan demam berdarah. Sebagian masyarakat masih kurang paham mengenai

pertolongan terhadap penderita demam berdarah, terkadang mereka menganggap demam yang

terjadi pada anggota keluarganya. Sering kali penderita demam berdarah dating ke pelayanan

kesehatan dalam keadaan yang telah buruk, dengan kata lain keluarga terlambat membawa

pasien ke pusat pelayanan kesehatan.

Melihat kenyataan tersebut, penulis menyusun makalah dengan judul “ Demam

Berdarah” dengan harapan mampu menambah pengetahuan pada masyarakat mengenai penyakit

1

Page 2: demam berdarah

demam berdarah agar tumbuh kesadaran untuk mencegah demam berdarah atau jika memang

salah satu anggota keluarga ada gejala yang menunjukan bahwa ia terkena demam berdarah,

masyarakat memiliki kesadaran untuk segera membawa ke pusat pelayanan kesehatan. Sehingga

mampu mengurangi angkakematian yang ditimbulkan oleh demam berdarah. Selain itu juga

makalah ini diharapkan akan member pengetahuan kepada tenaga medis khususnya perawat

mengenai virus penyebab penyakit itu sendiri, gejala, pencegahan, dan asuhan keperawatan yang

harus diberikan terhadap penderita demam berdarah.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah dengan judul “Demam Berdarah” Adalah:

1. Apa penyebab demam berdarah?

2. Apa gejala penyakit demam berdarah?

3. Apa saja pemeriksaan laboratorium pada penyakit demam berdarah?

4. Bagai mana asuhan keperawatan terhadap penyakit demam berdarah?

5. Bagaimana pencegahan terhadap penyakit demam berdarah?

2

Page 3: demam berdarah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Virus Penyebab Demam Berdarah

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang penderitanya mengalami demam tinggi

akibat infeksi virus nyamuk Aedes aegypti (senang bersarang di dalam rumah) maupun Aedes

albopictus (nyamuk kebun). Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang

ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula

Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

1. Gambaran Virus dan Daur Hidup Virus

Demam berdarah (DB) termasuk ke dalam golongan penyakit berbasis lingkungan yang

dapat dipicu oleh perubahan cuaca yang ada di sekitar. Perubahan cuaca yang ekstrem, seperti

akibat dari pemanasan global dapat menyebabkan kepadatan vektor DB, seperti nyamuk Aedes

aegipty dan A. albopictus meningkat. Ketidak pedulian masyarakat pada lingkungan sekitar

makin memicu nyamuk tersebut berkembang biak pada air jernih, sejuk dan gelap. Pola cuaca

yang ada di Asia Tenggara juga sangat terkait dengan munculnya penyakit DB. Tingkat

penyebaran penyakit ini terjadi pada peralihan musim dengan curah hujan yang tinggi. Dengan

adanya kondisi tersebut menjadi semakin berat karena virus mudah bermutasi untuk tetap

bertahan hidup. Tipe virus baru muncul dari perubahan genetik secara evolutif akibat tekanan

terhadap habitat virus (vektornya).

Evolusi virus dengue kira - kira terjadi selama sekitar 200 tahun terakhir, termasuk juga

yang dipicu melalui induksi zat kimia. Varian - varian virus dengue menunjukkan pada gejala -

gejala yang berbeda jika menjangkit manusia. Kini diketahui terdapat 4 tipe virus dengue (1, 2, 3

dan 4) yag berkembang menjadi ratusan strain (tipe). Masing - masing strain menimbulkan reaksi

antigen dan antibodi yang sangat berbeda. Tidak ada manifestasi klinis yang khas pada setiap

tipe. Ada yang hanya menimbulkan gejala demam sehingga pasien sehingga menganggapnya

3

Page 4: demam berdarah

sebagai flue biasa. Ada juga yang berdampak perdarahan pada manusia yang dikenal sebagai

DBD. Infeksi virus yang menimbulkan manifestasi klinis yang berat di Indonesia adalah tipe 3.

Nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus tersebut, setelah sebelumnya menggigit penderita

demam berdarah. Secara lengkap siklus perjalanan virus berlangsung dalam tubuh manusia dan

nyamuk itu sendiri. Di dalam tubuh manusia berawal dari masuknya virus ke tubuh manusia

melalui liur nyamuk. Virus ini kemudian berkembang dalam tubuh, misalnya di kelenjar getah

bening dan hati. Selanjutnya virus menyebar melalui aliran darah untuk menginfeksi sel darah

putih dan jaringan getah bening lainnya. Dalam tubuh nyamuk itu sendiri, virus berkembang biak

dalam usus, indung telur, jaringan saraf dan lemak tubuh nyamuk. Selanjutnya virus berkembang

biak dalam kelenjar liur, dan jika nyamuk menggigit manusia maka siklus transmisi akan

berlanjut. Virus itu berasal dari nyamuk yang menelan darah penderita.

Penyakit DBD ditulaskan oleh vektor sejenis nyamuk yang disebut Aedes aegypti atau

Aedes albopictus (gambar 1) Nyamuk ini banyak terdapat di Indonesia, keluar dan mencari

makan pada siang hari dan berkembang biak pada tempat yang menampung air bersih.

Gambar 1: Nyamuk Aedes aegypti

2. Patofisologi

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala

karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi

4

Page 5: demam berdarah

ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system

retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada

DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan

DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin,

histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan

intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi,

hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

3. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue (DBD)

Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji

tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

Derajat II :

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,

ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

Derajat III :

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt)

tekanan nadi sempit (120 mmHg), tekanan darah menurun, (120/80, 120/100, 120/110,

90/70, 80/70, 80/0, 0/0 ) Derajat IV Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur

( denyut jantung 140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak

biru.

5

Page 6: demam berdarah

B. Tanda dan Gejala Manifestasi klinis

Gambaran klinis amat bervariasi dari yang ringan, sedang seperti DD sampai ke DBD dengan

manifestasi demam akut, serta kecenderungan terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa

inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Pada DD terdapat peningkatan suhu secara

tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual, kadang muntah dan

batuk ringan.

6

Page 7: demam berdarah

Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan retroorbital. Nyeri di

bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Pada mata dapat ditemukan

pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan fotofobia. Otot-otot sekitar mata terasa pegal.

Eksatem dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada berlangsung

beberapa jam lalu akan muncul kembali pada hari ke-3-6 berupa bercak petekie di lengan dan

kaki lalu ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam berkurang dan cep-at

menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Pada sebagian pasien dapat ditemukan kurva

suhu yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak ditemukan kelaianan. Nadi

pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.

Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa penyembuhan. Dapat ditemukan lidah kotor

dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3

atau hari ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati

umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada

pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer

yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunan

tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun antara hari

ke-3 dan hari ke-7 penyakit.

Diagnosis

Kriteria klinis DD adalah :

1. Suhu badan yang tiba-tiba meninggi

2. Demam yang berlangsung hanya beberapa hari

3. Kurva demam yang menyerupai pelana kuda

4. Nyeri tekan terutama di oto-otot dan persendian

5. Adanya ruam-ruam pada kulit

6. Leucopenia

Kriteria klinis DBD menurut WHO 1986, adalah :

1. Demam akut, yang tetap- tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai

gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian, dan

kepala.

7

Page 8: demam berdarah

2. Manifestasi perdarahan, seperti uji turniket positif, petekie, purpura, ekimosis, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.

3. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.

4. Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan yang terjadi saat demam biasanya mempunyai prognosis

yang buruk.

5. Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi yaitu sedikitnya 20%.

Derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut :

1. Derajat I (ringan), terdapat demam selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain dengan

manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket positif.

2. Derajat II (sedang), ditemukan pula perdarahan kulit dan dan manifestasi perdarahan lain.

3. Derajat III, ditemukan tanda-tanda dini renjatan.

4. Derajat IV, terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tak terukur.

C. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang penting ialah hemokonsentrasi ( Nilai Hematokrit ) dan

trombositopeni ( jumlah trombosit menurun). Hemokonsentrasi sesuai dengan patokan WHO

baru dapat dinilai setelah penderita sembuh. Penderita DBD yang sepenuhnya memenuhi kriteria

klinis WHO yaitu trombosit <100.000/uL dan hemokonsentrasi hanya berjumlah 20%.

Bila patokan hemokonsentrasi dan trombositopeni menurut kriteria WHO dipakai secara

murni maka banyak penderita DBD yang tidak terjaring dan luput dari pengawasan. Dalam

kenyataan di klinik tidak mungkin mengukur kenaikan hemokonsentrasi pada saat penderita

pertama kali datang sehingga nilai hematokritlah yang dapat dipakai sebagai pegangan.

Penelitian pada penderita DBD berkesimpulan nilai hematokrit <40% dapat dipakai sebagai

petunjuk adanya hemokonsentrasi dan selanjutnya diperhatikan kenaikannya selama

pengawasan. Pemeriksaan demam berdarah secara umum dilakukan dengan pemeriksaan sebagai

berikut:

1. Radiologi

Pencitraan dengan foto paru dapat menunjukan adanya efusi pleura dan pengalaman

menunjukkan bahwa posisi lateral dekubitus kanan lebih baik dalam mendeteksi cairan

dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.

8

Page 9: demam berdarah

2. Ultrasonografis

Pencitraan USG pada anak lebih disukai dengan pertimbangan dan yang penting tidak

menggunakan sistim pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ dalam

perut. Adanya ascites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG sangat membantu dalam

penatalaksanaan DBD. Pemeriksaan USG dapat pula dipakai sebagai alat diagnostik bantu untuk

meramalkan kemungkinan penyakit yang lebih berat misalnya dengan melihat penebalan dinding

kandung empedu dan penebalan pankreas .

3. Serologik

Dasar pemeriksaan serologis adalah membandingkan titer antibody pada masa akut dan

masa konvalesen. Pemeriksaan dapat berupa Neutralizing test, complement fixation test atau

hemagglutination inhibition test. Bergantung pada kebutuhannya. Pemeriksaan serologis dapat

membantu menegakkan diagnosis klinis. Untuk pemeriksaan serologis ini dibutuhkan 2 contoh

darah pada masa konvalesen yang diambil 1-4 minggu setelah perjalanan penyakit. Dalam

praktek sukar sekali mendapatkan contoh darah kedua karena biasanya penderita setelah sembuh

tidak bersedia diambil darahnya. Maksud diambil contoh darah yang kedua ialah selain untuk

menjaga kemungkinan tidak didapatkan contoh darah ketiga juga untuk mempercepat hasil akan

sudah cukup nyata sehingga dapat diinterpretasi. Apabila hanya diperoleh satu contoh darah,

penafsiran akan sulit atau bahkan sering tidak mungkin dilakukan.

Diagnosis pasti DBD ditegakkan dengan pemeriksaan serologis (tes hemaglutinasi

inhibisi, fiksasi komplemen, tes netralisasi, Elisa IgM dan IgG, PCR) serta isolasi virus.

Tes baku yang dianjurkan WHO ialah tes hemaglutinasi inhibisi (HI). Untuk konfirmasi

dilakukan pemeriksaan hemaglutinasi inhibisi (HI) dari sampel darah akut saat masuk dirawat,

sampel darah saat keluar, rumah sakit dan penderita diminta untuk kontrol kembali setelah 1

minggu pulang sekalian diambil sampel darah ketiga. Dari pengalaman hanya sekitar 50%

penderita kembali untuk pengambilan darah ketiga, akan tetapi hal ini sangat berarti dalam

penilaian hasil serologik. Pemeriksaan ini selain tidak spesifik tetapi juga harganya relatif mahal.

Pada keadaan diagnosis klinis sudah jelas maka pemeriksaan ini sebenarnya tidak perlu

dilakukan. Pada kasus yang tidak jelas mungkin pemeriksaan ini sering membantu menunjang

menegakkan  diagnosis DBD. Hasil pemeriksaan dengue blot positif dapat terjadi pada  penyakit

DBD dan DD.

9

Page 10: demam berdarah

Pemeriksaan uji Hemagglutination inhibition antibody dapat dilakukan dengan 2 cara :

a. Dalam bentuk serum yaitu dengan mengambik 2-5 ml darah vena dengan menggunakan

semprit atau vacutainer. Selanjutnya serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam botol steril

yang tertutup rapat. Sebelum dikirim serum disimpan dalam lemari es dan pada waktu

dikirim ke laboratorium dimasukkan ke dalam termos berisi es.

b. Dengan menggunakan kertas saring “filter paper disc”. Kerta saring ini khusus, dengan

diameter 12,7 mm, mempunyai tebal dan daya hisap tertentu. Darah dari tusukan pada ujung

jari atau  darah vena dari semprit dikumpulkan pada kertas saring sampai jenuh bolak-balik,

artinya seluruh permukaan kertas saring harus tertutup darah. Diusahakan agar kertas saring

tidak diletakkan pada permukaan yang memudahkan kertas saring melekat, misalnya pada

kaca atau plastik. Kertas saring yang dikeringkan pada suhu kamar selama 2-3 jam dapat

dikirim dalam amplop dengan perantaraan pos ke laboratorium.

4. Widal

Widal adalah identifikasi antibodi tubuh terhadap penyakit tifus. Kejadian seperti inilah

yang menimbulkan kerancuan diagnosis DBD. Padahal pada penyakit demam tiphoid pada

minggu awal panas biasanya malah tidak terdeteksi peningkatan titer Widal tersebut. Bila hasil

pemeriksaan widal meningkat tinggi pada awal minggu pertama, tidak harus dicurigai sebagai

penyakit tifus. Sebaiknya pemeriksaan Widal dilakukan saat panas pada akhir minggu pertama

atau awal minggu ke 2.

5. Tes Tourniquet.

Test ini bersifat non invansiv untuk mendiagnosa dini DBD, penggunaannya dengan cara

mengobstruksi aliran vena, sehingga pada bagian distal lenan akan diperoleh gambaran petechie.

Meskipun cara ini mudah dan sarana yang ada dapat mudah diperoleh, namun cara ini

mengalami kelemahan diantaranya : dapat di lihat untuk panas setelah 3 hari dimana trombosit

telah berkurang, prosedur yang dijalani sangat tidak nyaman bagi pasien terlebih pada anak-anak.

10

Page 11: demam berdarah

Perbedaan hasil tes demam berdarah dibandingkan dengan demam yang lain:

Tanda dan gejala Tiphus

Abdominalis

Common cold Dbd

Panas tinggi >38 C yang menetap ++ +++ +++

Respon terhadap antiperetik*) + +++ +

Nyeri abdomen ++ ++ ++

Mual +++ ++ +++

Tes tourniquet *) - - -

       

Respon terhadap antipiretik      

D. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan “DHF”

dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik.Tahapan-

tahapannya meliputi :

a. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan

pasien.

b. Kaji riwayat keperawatan.

c. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu

makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan

lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah,

penurunan kesadaran).

2. Diagnosa keperawatan yang Muncul

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak

ada nafsu makan.

11

Page 12: demam berdarah

3. Intervensi

DiagnosaI:

Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.

Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

Kriteria hasil : Volume cairan tubuh kembali normal

Intervensi :

o Kaji KU dan kondisi pasien

o Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )

o Observasi tanda-tanda dehidrasi

o Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus

o Balance cairan (input dan out put cairan)

o Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak

o Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh

keringat.

DiagnosaII :Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Tujuan: Hipertermi dapat teratasi

Kriteria hasil :

o Suhu tubuh kembali normal

Intervensi :

o Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh

o Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak

o Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat

o Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat

seperti terbuat dari katun.

o Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 – 2000

cc per hari

o kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.

12

Page 13: demam berdarah

Diagnosa III:Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah tidak ada nafsu makan.

Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi Kriteria hasil :

o Intake nutrisi klien meningkat

Intervensi :

o Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi

o Timbang berat badan klien tiap hari

o Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi

sering

o Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual

o Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).

o Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.

o Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet

13

Page 14: demam berdarah

E. Pencegahan

Masyarakat sekarang ini banyak mengandalkan pembrantasan DBD dengan melalui cara

fogging atau penyemprotan. Padahal untuk melakukan fogging tersebut diperlukan beberapa

ketentuan, mulai dari PE dan kemudian pengajuan surat penyemprotan kepada Rumah Sakit

terdekat. Hal ini karena fogging tidak baik apabila diterapkan terlalu sering. Disamping itu, untuk

memberantas nyamuk dan juga jentik, terdapat beberapa cara sederhana dan hanya diperlukan

kepedulian, ketelitian dan keuletan setiap penghuni rumah akan keadaan lingkungan. Cara paling

efektif untuk mencegah penularan DBD adalah dengan menghindari gigitan nyamuk penular,

mengurangi populasi nyamuk penular, dan mengenali cara hidup nyamuknya., pencegahan bisa

dilakukan dengan sederhana yaitu bisa dengan menggunakan istilah 3M, meguras , mengubur,

menutup.

Untuk mencehan penyakit DBD setiap keluarga dianjurkan untuk melaksanakan "3M" di

rumah dan halaman masing-masing dengan melibatkan seluruh keluarga, dengan cara sebagai

berikut :

Menguras bak mandi sekurang-kurangnya 1 minggu sekali

Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

Mengganti air Vas bunga/tanaman air seminggu sekali

Mengganti air tempat minum burung

Menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air

Menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulit

dikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat, sehingga perlu penampungan air hujan

14

Page 15: demam berdarah

Memelihara ikan di tempat-tempat penampungan air Takaran abate : 1 sendok peres (+ 10 gram)

untuk 100 liter air Takaran altosid : 1/4 sendok peres (+ 2,5 gram) untuk 100 liter Tetapi akhir-

akhir ini pencegahan dan pemberantasan DBD tidak hanya dapat ditempuh melalui 3M, cara

terefektif adalah melalui PSJN (Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk). Seperti yang telah

diungkapkan oleh dr. Ina di awal artikel bahwa PSJN merupakan cara paling ‘mujarab’ untuk

menekan angka kasus DBD. Selain karena tempat jentiknya yang jelas, yakni di Tempat

Penampungan Air (TPA), juga karena jentik merupakan awal fase hidup nyamuk. Dan upaya

dalam menerapkan PSJN ini ditempuh dengan beberapa cara diantaranya adalah melalui

Pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan ratusan Kader Wamantik (Siswa Pemantau Jentik)

dan Bumantik (Ibu Pemantau Jentik), yang bertugas memantau 10 rumah di sekitarnya

menyangkut keberadaan jentik di rumah mereka. Tidak lupa juga memberikan penyuluhan

Ikanisasi

Abatesasi (temephos) Dilaksanakan di desa / kelurahan endemis terutama disekolah dan

di tempat-tempat umum. Semua tempat penampungan air dirumah dan bangunan yang

ditemukan jentik Aedes Aegypti. Ditaburi bubuk abate dengan dosisi satu sendok maka

(10 gr). Abate untuk 100 liter air.

Fogging, dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar

Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal dari menurunnya angka

DBD di suatu wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di wilayah mana pun, termasuk di wilayah

elit. ”Hindari gigitan nyamuk dengan turunkan populasi,” pesan dr. Ina. Melalui kesadaran akan

pentingnya kebersihan lingkungan, maka secara otomatis akan menghambat perkembangan

jentik, dengan adanya kepedulian maka aplikasi dari upaya-upaya memberantas DBD pun akan

terealisasi, dengan begitu tidak akan memberi kesempatan bagi si nyamuk untuk berkembang

15

Page 16: demam berdarah

Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena

nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di lokasi yang

banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.

16

Page 17: demam berdarah

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyebab DBD yaitu:

- Perubahan cuaca yang ekstrem

- Ketidak pedulian masyarakat pada lingkungan sekitar makin memicu nyamuk

tersebut berkembang biak pada air jernih, sejuk dan gelap

2. Pencegahan DBD:

- Fogging

- 3M

- Ikanisasi

- Abatesasi (temephos)

3. Pemeriksaaan DBD:

- Radiologi

- Ultrasonografi

- Serologik

B. Saran

Hendaknya masyarakat lebih peka terhadap keadaan lingkungan pada saat terjadi

perubahan cuaca atau pada saat lingkungan dalam keadaan tidak sehat. Selain itu untuk

mencegah terjadinya DBD masyarakat juga bisa melakukan dengan cara 3M di rumah

dan lingkungan sekitar. Dapat juga dilakukan penyuluhan seperti fogging, ikanisasi dan

abatesasi.

17

Page 18: demam berdarah

DAFTAR PUSTAKA

Hadinegoro, sri rejeki. 2002. Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI

Hadinegoro, Sri Rezeki H., dan Hindra Irawan Safari. 2001. Demam Berdarah Dengue. Jakarta:

FKUI

Haema. 2006. “Intravenous immunoglobin therapy in the treatment of the acute phase of chronic

idiopathic thrombocytopenic purpura in adultsIntravenous”. NHOeUllSe nIiMc

MSoUcNieOtGy LoOf HBUaLemINa ItNol oITgPy HAEMA (Áßìá) ÉSSN: 1108-2682

www.mednet.gr/eae/haema

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Jakarta: Salemba

Medika

Mansjoer, arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas

Kedokteran UI

Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan pada

Anak. Jakarta: Sagung Seto

Whimpeu,jim. 2009. “Pemeriksaan Serologi Demam Berdarah Dengue” jim’s blog

www.wordpress.com diakses pada 12 maret 2009

18