stroke
DESCRIPTION
Laporan Singkat StrokeTRANSCRIPT
www.serpihanilmuku.blogspot.com
CC VV AA
CC EE RR EE BB RR OO VV AA SS CC UU LL AA RR AA CC CC II DD EE NN TT NURSING ART
DEFINISI
Stroke atau penyakit serebrovaskuler mengacu kepada
setiap gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat
pembatasan atau terhaentinya aliran darah melalui sistem suplai
arteri otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk
menjelaskan infark serebrum. (Price, 1110:2012) istilah yang lebih
lama dan masih sering digunakan adalah cerebrovascular accident
(CVA), namun istilah ini sulit dipertahankan secara ilmiah karena
patologi yang mendasari biasanya sudah ada sejak lama dan /atau
mudah diidentifikasi. Karena ituj, proses bagaimana berbagai
gangguan patologik (misalnya, hipertensi) menyebabkan stroke
merupakan hal yang dapat diduga, reproducible, dan bahkan
dapat dimodifikasi. Dengan demikian, tibulnya stroke sama sekali
bukanlah suatu “kecelakaan”. Stroke atau cerebrovascular accident atau brain attack
merupakan kematian jaringan otak yang disebabkan oleh
kekurangan oksigen akibat pasokan darah yang terganggu pada
peredaran darah otak dalam satu pembuluh darah atau lebih. Infark merupaka daerah otak yang telah mati
karena kekurangan oksigen ini. (Kowalak, W13:334:2012) Cedera Vaskular Serebral (CVS), yang sering disebut stroke atau serangan otak adalah cedera
otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Pada CVS, hipoksia serebral yang menyebabkan
cedera dan kematian sel neuron terjadi. (Corwin, 250:2009)
Stroke is a disease that affects the arteries leading to and within the brain. It is the No. 4 cause of death and a leading cause of disability in the United States.
A stroke occurs when a blood vessel that carries oxygen and nutrients to the brain is either blocked by a clot or bursts (or ruptures). When that happens, part of the brain cannot get the blood (and oxygen) it needs, so it and brain cells
die. (American Stroke Asociation)
NA02090714
ETIOLOGI Stroke secara khas terjadi karena satu dari
tiga penyebab berikut ini :
Trombosis pada arteri serebri yang
memasok darah ke dalam otak atau
trombosis pembuluh darah intrakranial
yang menyumbat aliran darah.
Emboli akibat pembentukan trombus di
lura otak, seperti di dalam jantung, aorta,
atau arteri karotis kominis.
Perdarahan dari arteri atau vena
intrakranialis seperti yang terjadi karena
hipertensi, ruptur aneurisma, malformasi
arteriovenosa, trauma, gangguan
hemoragik atau emboli septik.
Faktor risiko yang sudah diketahui sebagai
predisposisi stroke meliputi :
Hipertensi
Riwayat stroke dalam keluarga
Riwayat serangan iskemia sepintas
(transient ischaemic attac, TIA)
Diabetes
Pennyakit jantung termasuk aritmia,
penyakit arteri koronaria, infark miokard
akut, kardiomiopati dilatasi dan penyakit
valvuler. Heperlipidemia familial
Kebiasaan merokok
Kebiasaan minum minuman keras Obesitas, gaya hidup sedentari
Penggunaan kontrasepsi oral (Pil KB)
Gaya hidup sedentari merupakan salah satu faktor pencetus
terjadinya stroke
www.serpihanilmuku.blogspot.com
MANIFESTASI KLINIS Gambaran klinis stroke cukup beragam
bergantung pada arteri yang terkena serta daerah
otak yang diperdarahi, intensitas kerusakan dan
luas sirkulasi kolateral yang berbentuk. Stroke
pada satu hemisfer otak akan menimbulkan tanda
dan gejala pada sisi tubuh yang berlawanan.
Stroke yang menyerang nervus kranialis akan
memengaruhi struktur pada sisi yang sama dengan
sisi infark.
Keluhan dan gejala umum stroke meliputi:
Kelemahan ekstrimitas unilateral
Kesulitan bicara
Patirasa pada salah satu sisi tubuh
Sakit kepala
Gangguan penglihatan (diplopia,
hemianopsia, ptosis)
Rasa pening atau dizziness
Kecemasan (ansietas)
Perubahan tingkat kesadaran
Stroke warning sign and symtom
American Stroke Asociation
Disamping itu, keluhan dan gejala stroke
biasa diklasifikasikan berdasarkan pembuluh
arteri yang terkena. Tanda dan gejala yang
menyertai lesi pada arteri serebri media meliputi:
Afasia
Disfasia
Defisit pada lapangan penglihatan
Hemiparesisi pada sisi lesi (lebih berat
pada wajah dan lengan dibandingkan pada
tungkai)
Gejala yang menyertai lesi pada arteri karotis
meliputi:
Kelemahan
Paralisis
Patirasa
Perubahan sensorik
Gangguan penglihatan pada sisi lesi
Perubahan tingkat kesadaran
Sakit kepala
Afasia
Ptosis
Gejala yang menyertai lesi pada arteri vertebrobasilaris meliputi:
Kelemahan pada sisi yang terkena
Patirasa di sekitar bibir dan mulut
Defisit pada lapangan penglihatan
Diplopia
Koordinasi yang buruk
Disfagia
Bicara yang pelo
Rasa pening
Nistagmus
Amnesia
Ataksia
Tanda dan gejala yang enyertai lesi pada
arteri serebri anterior meliputi:
Kebingungan
Kelemahan
Patirasa, khususnya pada tungkai di sisi lesi
Inkontinensia
Kehilangan koordinasi
Kerusakan fungis motorik dan sensorik
Perubahan keprobadian
Tanda dan gejala yang menyertai lesi pada
arteri serebri posterior meliputi:
Defisit lapangan penglihatan
Kerusakan sensorik
Disleksia
Perseverasi
Koma
Kebutaan kortikal
Keadaan tanpa paralisis (biasanya)
PATOFISIOLOGI Tanpa memperhatikan penyebab, kejadian
yang berada dibalik serangan stroke adalah
kekurangan oksigen dan nutrien. Pada keadaan
normal, jika pembuluh arteri tersumbat, maka
mekanisme autoregulasi akan membantu
mempertahankan peredaran darah serebral
sampai terbentuk sirkulasi kolateral untuk
mengalirakan darah ke daerah yang terkena. Jika
mekanisme kompensasi ini bekerja terlalu
berlebihan atau aliran darah serebral tetap
terganggu selama lebih dari beberapa menit,
maka kekurangan oksigen ini akan menimbulkan
Bibir perot adalah salah satu tanda yang mudah dikenali dari
penderita stroke
www.serpihanilmuku.blogspot.com
infark jaringan otak. Sel-sel otak akan berhenti
bekerja karena mereka tidak mempunyai
simpanan glukosa atau glikogen yang dapat
dipakai selama metabolisme anaerob
berlangsung.
Stroke trombus atau emboli menyebabkan
iskemia. Sebagian neuron yang diperdarahi oleh
pembuluh darah yang tersumbat akan mati
karena kekurangan oksigen dan nutrien. Keadaan
ini mengakibatkan infark serebri, di sini cedera
jaringan akan memicu respon inflamasi yang
selanjutnya akan meningkatkan tekanan
intrakranial. Cedera pada sel-sel disekitarnya
akan mengganggu metabolisme dan
menyebabkan perubahan pada transportasi ion,
asidosis lokal, serta pembentukan radikal bebas.
Kalsium, natrium, dan air akan menumpuk dalam
sel-sel yang cedera sementara neurotransmiter
eksitasi dilepaskan. Cedera dan pembengkakan
sel yang terus berlangsung akan menciptakan
lingkaran setan sehingga terjadi kerusakan lebih
lanjut.
Kalau stroke tersebut disebabkan oleh
hemoragik, kerusakan perfusi serebral akan
menimbulkan infark dan darah sendiri akan
menjadi massa yang menempati ruang sehingga
terjadi penekanan pada jaringan otak.
Mekanisme regulasi pada otak akan berupaya
menjaga keseimbangan dengan meningkatkan
tekanan darah agar tekanan perfusi serebral
dapat dipertahankan. Kenaikan tekanan
intrakranial akan memaksa cairanan
serebrospinal mengalir keluar dan dengan
demikian memulihakan keseimbangan tersebut.
Jika perdarahan kecil, mekanisme kompensasi ini
mungkin memadai untuk mempertahankan hidup
pasien dengan terjadi defisit neurologi minimal
saja. Akan tetapi, bila perdarahan hebat maka
tekanan intrakranial akan meningkat dengan
cepat dan perfusi darah akan berhenti. Meskipun
tekanan intrakranial kembali normal, namun
banyak sel otak yang telah mati.
Pada awalnya, pembuluh darah serebral
yang ruptur dapat berkonstriksi untuk membatasi
kehilanan darah. Vasospasme ini lebih lanjut
akan mengganggu aliran darah, sehingga terjadi
iskemia dan kerusakan sel yang lebih berat. Jika
di dalam pembuluh darah terbentuk bekuan,
penurunan aliran darah juga mengingkatkan
keadaan iskemia. Bila darah mengalir ke dalam
rongga subaraknoid maka terjadi iritasi
meningen. Sel-sel darah yang merembes kelura
melalui dinding pembuluh darah dan masuk ke
dalam jaringan sekitar juga dapat terurai serta
menyumbat vili araknoidalis sehingga terjadi hidrosefalus.
KOMPLIKASI Komplikasi bervariasi menurut intensitas
dan tipe stroke, tetapi dapat meliputi:
Tekanan darah yang tidak stabil hal ini akibat
kehilangan kontrol vasomotor
Edema serebral
Ketidakseimbangan cairan
Kerusakan sensorik
Infeksi, sperti pneumonia
Perubahan tingkat kesadaran
Aspirasi
Kontraktur
Emboli paru
Kematian
DIAGNOSIS Pada pemeriksaan CT scan, ditemukan
dengan segera stroke iskemik dalam 72 jam
pertama sejak awitan serangan dan bukti
terjadinya stroke hemoragik (jika luas lesi
melebihi 1 cm)
Pemeriksaan MRI membantu menemukan
daerah-daerah iskemia atau infark dan
pembengkakan otak.
Angiografi serebral mengungkapkan
disrupsi dan pergeseran sirkulasi serebral
karena oklusi seperti stenosis atau
pembentukan trombus atau perdarahan yang
akut.
Angiografi subtraksi digital memperlihatkan
bukti oklusi, lesi, atau kelainan vaskuler
pada pembuluh darah serebral
Pemeriksaan scan dupleks karotis
mengidentifikasi derajat stenosis
Scan otak memperlihatkan daerah-daerah
iskemia tetapi mungkin hasil ini belum dapat
disimpulkan sapai dua minggu sesudah
serangan stroke.
Ekokardiogram transesofageal
mengungkapkan gangguan jantung, seperti
trombus atrium, atrial septal defek sebagai
penyebab stroke trombotik.
EEG membantu mengenaili daerah-daerah
yang rusak pada otak
Kematian adalah komplikasi terburuk penderita stroke
(Idiiiihh.. gambarnya koq
serem yah ^_^)
www.serpihanilmuku.blogspot.com
www.serpihanilmuku.blogspot.com
Mengejan dapat meningkatkan tekanan intrakranial yang memperparah keadaan penderita stroke
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan stroke berupa terapi
suportif untuk mengurangi dan mencegah
kerusakan serbral lebih lanjut. Tidakan
penanganan meliputi:
Penatalaksanaan intrakranial melalui
pemantauan hiperventilasi (untuk
menurunkan tekanan parsial karbon
dioksida arterial PaCO2), pemberian
diuretik osmotik (manitol untuk mengurangi
edema serebri), dan kortikosteroid
(deksametason untuk mengurangi inflamasi
serta edema serebri.
Pemberian preparat pelunak feses agar
pasien tidak mengejan pada saat defekasi
yang akan meningkatakan tekanan
intrakranial.
Pemberian antikonvulsan untuk mengatasi
atau mencegah serangan kejang
Pembedahan pada infark serebelum yang
luas untuk mengangkat jaringan infark dan
mengurangi tekanan (dekompresi) pada
jaringan otak yang masih hidup.
Perbaikan aneurisma untuk mencegah
perdarahan selanjutnya.
Angioplasti transluminal perkutaneus atau
pemasangan stent untuk membuka
pembuluh darah yang tersumbat.
Pada stroke iskemik:
Terapi trombolitik dalam tiga jam pertama
sesudah awitan gejala. Terapi ini bertujuan
melarutkan bekuan, menghilangkan oklusi
dan memulihkan aliran darah sehingga
kerusakan otak dapat dikurangi.
Terapi antikoagulan (heparin, warfarin)
untuk mempertahankan patensi pembuluh
darah dan mencegah pembentukan bekuan
darah lebih lanjut pada kasus-kasus
stenosis karotis derajat tinggi atau pada
penyakit kardiovaskuler yang baru
terdiagnosis
Pada TIA:
Pemberian preparat antiplatelet (aspirin,
tiklopidin, aggrenox) untuk mengurangi
agregasi trombosit dan pembentukan
beuan selanjutnya.
Endarterektomi karotis untuk membuka
arteri karotis yang mengalami oklusi
parsial.
Pada stroke hemoragik:
Pemberian obat analgetik, seperti
asetaminofen untuk mengurangi keluhan
sakit kepala yang menyertai stroke
hemoragik.
DAFTAR BACA
Corwin, Elizabeth. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:
EGC Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC Kowalak, Jennifer P., Welsh, William., Mayer, Brenna. 2012.
Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik (Vol 2). Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 2012. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
William&Wilkins. 2012. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT. Indeks
William&Wilkins. 2012. Nursing: Menafsirkan Tanda-Tanda dan Gejala Penyakit. Jakarta: PT. Indeks
www.strokeassociation.org