hemiparesis stroke

Upload: chrisna-miiko-tumanggor

Post on 11-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    1/20

    UJI DIAGNOSTIK PENENTUAN JENIS KELAMIN METODE

    PEMERIKSAAN DRUMSTICKNEUTROFIL DIBANDINGKAN

    DENGAN METODE PEMERIKSAAN AMELOGENIN DNA

    Tesis

    Untuk memenuhi sebagian persyaratan

    Mencapai derajat Sarjana S2

    Program Studi Ilmu Kedokteran Klinik

    Minat Utama Ilmu Kedokteran Forensik

    Diajukan Oleh :

    NILA NIRMALASARI

    10/309891/PKU/12097

    Kepada

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA2012

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    2/20

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    3/20

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    4/20

    iv

    KATA PENGANTAR

    Assalamu alaikum warahmatullaah wabarakatuh.

    Bismillaahirrahmaanirrohiim. Sungguh semua kebaikan terjadi hanya

    karena Kasih dan SayangNya. Alhamdulillaahirobbilaalamiin. Segala puja puji

    bahkan tidaklah cukup untuk mengungkapkan kesyukuran atas segala

    kebaikanMu Tuhan Semesta Alam. Tesis ini hanya sebagian kecil saja dari bentuk

    KeMahaBaikanMu, tapi bukanlah hal kecil, sungguh sangat luar biasa karena

    hamba yang sangat kecil ini termasuk yang terpilih mendapat bentuk KebaikanMu

    ini, terasa tidak pantas. Terima kasih Ya Allah.

    MetodeDrumstickdan Amelogenin DNA hanya bagian kecil dari metode

    identifikasi, metode identifikasi hanya bagian kecil dari ilmu forensik, ilmu

    forensik hanya bagian kecil dari ilmu kedokteran, dan ilmu kedokteran hanya

    bagian yang sangat sangat sangat kecil dari IlmuNya Allah SWT. Tapi bagian

    yang sangat sangat sangat kecil itu memberikan manfaat yang luar biasa bagi

    manusia khususnya, bagian yang sangat sangat sangat kecil itu juga masih belum

    sepenuhnya kita kuak. Untuk itu peneliti mencoba membantu menguak sebagian

    kecilnya, semoga bermanfaat nantinya.

    Tentunya penelitian ini tidak dapat terselesaikan seperti sekarang jika

    tanpa mereka yang berkenan menjadi Perpanjangan Tangan Allah SWT untuk

    membantu saya. Terima kasih saya haturkan dari hati. Semoga Allah SWT

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    5/20

    v

    Membalas dengan kebaikan yang lebih baik. Aamiin, aamiin, aamiin Ya Allah Ya

    Rabbal Aalamiin. Adapun mereka yang sangat berjasa itu antara lain :

    1. dr. Yudha Nurhantari, Sp.F, Ph.D selaku Pembimbing Materi dan KepalaBagian Forensik RSUP Dr.Sardjito, terimakasih atas bimbingannya.

    2. Dr. dr. Bambang Udji Djoko Rianto, Sp.THT, M.Kes selaku PembimbingMetodologi, terimakasih atas bimbingannya.

    3. Prof. dr. Mochamad Anwar, M.Med.Sc, Sp.OG(K) dan dr. Beta AhlamGizela, DFM, Sp.F selaku Tim Penguji, terimakasih atas masukannya.

    4. dr. IBG. Surya Putra Pidada, Sp.F selaku Ketua Program Studi MS-PPDSIlmu Kedokteran Forensik RSUP Dr.Sardjito, terimakasih atas

    dukungannya.

    5. dr. Hendro Widagdo, Sp.F selaku Kepala Instalasi Forensik RSUPDr.Sardjito, terimakasih atas masukannya.

    6. Seluruh staf pengajar Ilmu Kedokteran Forensik FK UGM, terimakasihatas ilmunya.

    7. Bu Ning dan Bu Dewi selaku ibu saya, terimakasih atas sandaran kasihsayang dan perhatiannya.

    8. Mbak Prisa dan Dik Idha selaku teman sejawat saya, terimakasih atasdukungan tenaga dan morilnya.

    9. Seluruh staf karyawan Instalasi dan Bagian Ilmu Kedokteran ForensikRSUP Dr.Sardjito/ FK UGM, terimakasih atas bantuannya.

    10.Seluruh staf karyawan Pasca Sarjana Ilmu Kedokteran Klinik FK UGM,terimakasih atas bantuannya.

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    6/20

    vi

    11.Seluruh analis laboratorium Biokimia FK UGM, terimakasih atasbantuannya

    12.Seluruh sukarelawan (adik-adik koas dan bapak-bapak staf IKF),terimakasih banyak atas kerelaannya.

    13.Mereka yang paling berjasa dalam hidup saya, mama (Hj.Siti Aisyah),abah (Drs.H.Bambang Iswandi), adik-adikku (Hj.Indah Budiarti,M.Pd dan

    H.Munawar Hanif), dan seluruh keluarga besar.

    14.Para ustadz/ah dan teman-teman pengajian. Terimakasih atas tipskehidupan dan jalinan ukhuwahnya.

    15.Semua pihak yang telah membantu, terimakasih dan maaf jika tidaktersebutkan.

    Semoga kehadiran karya sederhana ini dapat memberikan kemaslahatan,

    terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Kritik

    dan saran sangat peneliti harapkan. Terima kasih.

    Assalamu alaikum warahmatullaah wabarakatuh.

    Yogyakarta, Oktober 2012

    Nila Nirmalasari

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    7/20

    vii

    DAFTAR ISI

    HalamanHalaman Judul ............................................................................................... i

    Lembar Pengesahan ...................................................................................... ii

    Pernyataan ..................................................................................................... iii

    Kata Pengantar .............................................................................................. iv

    Daftar Isi ....................................................................................................... vii

    Daftar Gambar .............................................................................................. ix

    Daftar Tabel .................................................................................................. x

    Daftar Lampiran ............................................................................................ xi

    Intisari ........................................................................................................... xii

    Abstract ......................................................................................................... xiii

    Bab I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .............................................................B. Perumusan Masalah .....................................................C. Pertanyaan Penelitian ...................................................D. Tujuan Penelitian ........................................................E. Keaslian Penelitian .......................................................F. Manfaat Penelitian .......................................................

    16

    6

    7

    7

    8

    Bab II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Identifikasi Jenis Kelamin ............................................B. Identifikasi Jenis Kelamin Teknik Sitologi...................C. Sediaan Apusan Darah Tepi..........................................D. DrumstickNeutrofil untuk Menentukan Jenis

    Kelamin.E. Identifikasi Jenis Kelamin Teknik DNA

    (deoxyribonucleic acid) ................................................

    F. Gen Amelogenin untuk Menentukan Jenis Kelamin ...G. Kerangka Konsep .........................................................H. Hipotesis Penelitian ......................................................

    9

    10

    13

    15

    17

    28

    33

    34

    Bab III METODE PENELITIAN

    A. Desain Penelitian .........................................................B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................D. Besar Sampel Penelitian ...............................................E. Kriteria Subyek Penelitian ...........................................F. Identifikasi Variabel .....................................................G. Definisi Operasional ....................................................H. Cara Penelitian .............................................................I. Analisis Hasil Penelitian ..............................................J. Pengendalian Penyimpangan Protokol .........................

    35

    35

    35

    35

    36

    36

    36

    37

    43

    44

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    8/20

    viii

    Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Subyek dan Karakteristik Subjek Penelitian ...........................B. Hasil dan Pembahasan Pemeriksaan ....................................... 4545

    Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan .............................................................................B. Saran ....................................................................................... 5454

    Daftar Pustaka ............................................................................................... 55

    Lampiran ....................................................................................................... xiv

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    9/20

    ix

    DAFTAR GAMBAR

    HalamanGambar 1. Teknik Membuat Apusan Darah Tepi.......................................... 14

    Gambar 2. Jenis-jenis Leukosit...................................................................... 16

    Gambar 3. Neutrofil danDrumstickpadaApusanDarah.............................. 16

    Gambar 4. Kartu FTA ................................................................................... 20

    Gambar 5. Proses Ekstraksi DNA (deoxyribonucleic acid) .......................... 22

    Gambar 6. Mengukur Kemurnian DNA (deoxyribonucleic acid) ................ 23

    Gambar 7. Teknik PCR (Polimerase Chain Reaction) ................................. 25

    Gambar 8. Proses Gel Elektroforesis ............................................................ 26

    Gambar 9. Laser argon berkilau pada jendela kapilari.............................. 27

    Gambar 10. Standar Ukuran Internal-lane Pengukuran Nilai Produk PCR... 27

    Gambar 11. Lokus Hijau dari Profil,Ukuran Puncak Amelogenin................ 28

    Gambar 12. Kerangka Konsep ...................................................................... 33Gambar 13. Skema Cara Penelitian .............................................................. 38

    Gambar 14. Salah Satu Hasil PemeriksaanDrumstickNeutrofil .................. 46

    Gambar 15. Hasil Pemeriksaan Sampel Gen Amelogenin DNA ................. 46

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    10/20

    x

    DAFTAR TABEL

    HalamanTabel 1. Tabel 2x2 untuk Penelitian ....................................................... 43

    Tabel 2. Tabel Uji Diagnostik ................................................................ 43

    Tabel 3. Hasil Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan Metode

    PemeriksaanDrumstickNeutrofil dan Gen Amelogenin DNA

    47

    Tabel 4. Tabel Uji Diagnostik Penentuan Jenis Kelamin dengan

    MetodeDrumstickDibandingkan dengan Gen Amelogenin .... 48

    Tabel 5. Tabel Hasil Perhitungan Sensitivitas, Spesifitas, Nilai ramal

    positif, Nilai ramal negatif, Rasio kecenderungan positif dan

    Rasio kecenderungan negatif Metode Drumstick

    Dibandingkan dengan Gen Amelogenin .................................. 50

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    11/20

    xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    HalamanLampiran 1. Foto pemeriksaan drumstick neutrofil ............................... xvi

    Lampiran 2. Foto hasil pemeriksaan amelogenin DNA ......................... xvii

    Lampiran 3. Foto alat-alat PCR-DNA ................................................... xviii

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    12/20

    xii

    INTISARI

    Prosedur dan biaya pemeriksaan drumstick neutrofil sebagaimanadiketahui jauh lebih sederhana dan murah dibandingkan dengan gen amelogenin

    DNA. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat pemeriksaan drumsticks

    neutrofil dan gen amelogenin DNA dalam menentukan jenis kelamin terutama

    pada individu yang masih hidup. Akan tetapi, masih tidak ada yang memaparkan

    tingkat keakuratan pemeriksaan drumstickpada neutrofil dibandingkan dengan

    pemeriksaan gen amelogenin DNA teknik PCR dalam menentukan jenis kelamin

    seseorang.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui validitas penentuan jenis

    kelamin seseorang yang masih hidup dengan metode pemeriksaan drumstick

    neutrofil dibandingkan dengan metode pemeriksaan amelogenin DNA.

    Desain penelitian yang digunakan adalah uji diagnostik, dengan

    sensitivitas yang diharapkan 90%. Dua puluh enam sampel darah yang memenuhi

    kriteria diamati kecocokan dalam penentuan jenis kelaminnya, antara metodepemeriksaan drumstick neutrofil dengan metode pemeriksaan amelogenin DNA.

    Analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan tabel 2x2 untuk

    menentukan sensitifitas, spesifitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif

    (NDN), rasio kecenderungan positif (RKP) dan rasio kecenderungan negatif

    (RKN). Sensitivitas metode pemeriksaan drumstick neutrofil jika dibandingkan

    dengan metode gen amelogenin DNA yaitu 83,33%. Sedangkan spesifisitasnya

    yaitu 71,43%. Nilai ramal positifnya yaitu 71,43%. Nilai ramal negatifnya yaitu

    83,33%. Rasio kecenderungan positifnya yaitu 2,9167. Dan rasio kecenderungan

    negatifnya yaitu 0,233375.

    Kesimpulan : Sensitivitas metode pemeriksaan drumstick neutrofil jika

    dibandingkan dengan metode gen amelogenin DNA yaitu 83,33%, sedangkan

    spesifisitasnya yaitu 71,43%.

    Kata kunci : identifikasi jenis kelamin, drumsticks neutrofil, amelogenin.

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    13/20

    xiii

    ABSTRACT

    The procedural and cost need for drumstick neutrophyl test as we know ismore simple and cheap just than amelogenin DNA test. A few researches show

    the function of drumstick neutrophyl test and amelogenin DNA test forgender

    determination especially for live human. But still now there is no researches

    explain the validity of drumstick neutrophyl test than amelogenin gen by DNA-

    PCR to determine someones gender.This research isto find out the validity of live

    humans gender determination, between drumstick neutrophyl test method and

    amelogenin DNA test method.

    This research used diagnostic test, with expected sensitifity is 90%.

    Twenty six blood sample which appropriate with the criteria was analyzed by

    drumstick neutrophyl test method and amelogenin DNA test method for their

    gender determination.Statistical analysis was done by two twice two table to

    determine sensitivity, spesificity, positive predictive value, negative predictivevalue, positive likelihood ratio and negative likelihood ratio.The sensitifity of

    drumstick neutrophyl test method than amelogenin DNA test method is 83,33%,

    the spesifity is 71,43%, the positive predictive value is 71,43%, the negative

    predictive value is 83,33%, positive likelihood ratio is 2,9167, and the negative

    likelihood ratio is 0,233375.

    Conclusion : The sensitifity of drumstick neutrophyl test method than

    amelogenin DNA test method is 83,33% and the spesifity is 71,43%.

    Keywords : gender determination, drumstick neutrophyl, amelogenin

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    14/20

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangIdentifikasi dalam kedokteran forensik merupakan upaya membantu

    penyelidik untuk menentukan identitas seseorang. Identitas personal sering

    merupakan masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Penentuan identitas

    personal dalam kasus-kasus pidana atau perdata dengan tepat, amat penting dalam

    penyelidikan karena jika ada kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses

    peradilan. Identifikasi dapat dibedakan menjadi identifikasi orang hidup dan orang

    meninggal (Apuranto, 2010).

    Dari identifikasi banyak informasi yang diperoleh dan ini adalah hal yang

    penting di dalam ilmu kedokteran forensik, selain berguna untuk kemanusiaan

    juga berguna untuk kasus-kasus kematian dalam tindak pidana. Identifikasi orang

    hidup pada dasarnya meliputi : pemeriksaan fisik (umur, jenis kelamin, tinggi

    badan, deformitas, parut, tattoo, gigi, warna mata, kulit dan rambut, ukuran sepatu

    dan topi, disability /cacat), pemeriksaan sidik jari, penentuan golongan darah, ciri-

    ciri tubuh tertentu (perawakan, cara berjalan), fotografi, dan benda-benda milik

    pribadi (KTP, SIM, ijazah, cincin kawin, pakaian). Identifikasi orang mati/sisa-

    sisa manusia meliputi : secara umum (penentuan kerangka manusia atau bukan,

    penentuan jumlah korban, penentuan jenis kelamin, perkiraan tinggi badan,

    perkiraan umur, dan perkiraan ras) dan secara khusus (pemeriksaan sidik jari,

    pemeriksaan golongan darah, tanda-tanda pekerjaan/kebiasaan, gigi geligi, warna

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    15/20

    2

    kulit, mata, rambut, cacat, kelainan bawaan, tattoo, kelainan patologis/parut)

    (Apuranto, 2010; Tsokos, 2008; Dix, 2000; Prahlow, 2010).

    Salah satu cara penentuan jenis kelamin adalah melalui pemeriksaan

    histologis. Prinsip penentuan secara histologis/mikroskopis ini adalah berdasarkan

    pada kromosom. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari kulit, leukosit, sel-sel

    selaput lendir bagian dalam, sel-sel tulang rawan, dan korteks kelenjar

    suprarenalis (Apuranto, 2010).

    Studi cermat terhadap kromatin inti sel mamalia menunjukkan adanya

    massa heterokromatin yang seringkali ditemukan pada sel wanita namun tidak

    dalam sel pria. Gumpalan kromatin ini adalah kromatin seks dan merupakan satu

    dari pasangan kromosom X yang terlihat pada sel wanita pada selama interfase. Ia

    tetap tergelung rapat dan tampak selama interfase, selama kromosom x lainnya

    terurai dan tidak nampak. Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa kromosom x

    yang membentuk kromatin seks secara genetik bersifat tidak aktif. Pria memiliki

    satu kromosom x dan satu kromosom Y sebagai penentu kelamin, kromosom x

    tidak tergelung dan karenanya tidak tampak kromatin seks. Pada sel epitel

    manusia, kromatin seks nampak berupa granul kecil yang melekat pada selaput

    inti. Sel-sel pelapis permukaan dalam pipi seringkali dipakai untuk melihat

    adanya kromatin seks. Apusan darah juga dipakai untuk maksud itu, dan dalam

    hal ini kromatin seks tampak sebagai tongkat pemukul drum (drumstick-like) pada

    inti leukosit neutrofil (Junquiera, 1997).

    Studi kromatin seks banyak dipakai dalam kedokteran, karena

    memungkinkan penentuan seks genetik pada pasien yang memiliki organ seks

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    16/20

    3

    eksternal tetapi tidak memungkinkan diagnosis jenis kelamin (gender), seperti

    pada hermafrodit dan pseudohermafrodit. Ia amat penting untuk studi anomali lain

    yang berhubungan dengan kromosom seks misalnya, sindrom Klinefelter, dengan

    gejala kelainan testikular, azoospermia, dan gejala lain, disertai adanya kromosom

    XXY dalam sel (Junquiera, 1997).

    Studi kromosom hewan dan terutama manusia mengalami kemajuan pesat

    terutama setelah dikembangkannya cara-cara menginduksi sel agar membelah,

    kemudian menghentikan sel mitotik selama metafase dan kemudian menyebabkan

    robeknya sel. Mitosis dapat diinduksi oleh fitohemaglutinin dan dapat dihentikan

    waktu metafase oleh kolkisin. Pecahnya sel dapat dirangsang dengan mula-mula

    mencelupkannya ke dalam larutan hipotonik, sehingga terjadi pembengkakan,

    kemudian sel diratakan dan dipecah diantara kaca penutup dan kaca objek

    (Junquiera, 1997).

    Pada kromosom mungkin terlihat bagian-bagian padat yang tidak teratur

    sepanjang kromosom itu, bagian berwarna gelap atau heterokromatik ini adalah

    daerah dengan benang-benang kromosom tergulung rapat. Pada wanita normal,

    dengan jumlah kromosom lengkap termasuk kedua kromosom X, salah satu

    kromosom X sangat heterokromatik dan membentuk massa yang dapat terlihat

    dalam inti interfase. Masa kecil yang kelihatan ini adalah Badan Barr. Badan Barr

    atau kromatin seks itu bergaris tengah lebih kurang 1 mikro meter. Pada

    umumnya badan ini terletak pada bagian dalam selubung inti berwujud bangunan

    cembung datar (planokonveks) (pada inti sel epitel) (Leeson, 1990; Ross, 2011;

    Paulsen, 2000).

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    17/20

    4

    Pada sel yang lain (leukosit granular neutrofil) berbentuk tukul (drumstick)

    atau tonjolan langsing dari inti, atau sebagai badan kecil yang berhubungan

    dengan anak inti (satelit nukleolar, dalam sel saraf). Kadang-kadang badan barr

    terletak bebas di dalam karioplasma sebagai suatu massa yang terasing. Badan ini

    terutama jelas terlihat dalam inti sel epitel gepeng yang dikerok dari pipi bagian

    dalam, tetapi hanya terlihat pada 20-70% sel somatik wanita saja disebabkan

    faktor bidang pandang atau posisi inti pada sediaan hapus itu. Badan barr ini tidak

    telihat pada sel somatik seorang pria normal (Leeson, 1990; Ross, 2011; Paulsen,

    2000).

    Apabila kedua kromosom X di dalam sel wanita adalah aktif, maka akan

    dihasilkan aktivitas genetik identik berdosis ganda. Salah satu kromosom seks X

    itu terurai dan tidak tampak pada inti sel interfase wanita, sedangkan yang lain

    akan tetap tidak aktif serta bergelung rapat, yang terakhir ini terlihat sebagai

    badan barr heterokromatik. Jadi suatu badan barr menunjukkan bahwa suatu sel

    mengandung kromosom X kedua dan biasanya hal ini berarti bahwa sel tersebut

    berasal dari seorang wanita. Namun, ada kelainan genetik yang mengacaukan

    gambaran ini (Leeson, 1990; Ross, 2011; Paulsen, 2000).

    Pada sindrom turner sel somatik wanita hanya mengandung satu

    kromosom X, sehingga tidak tampak adanya badan Barr, sekalipun individu yang

    bersangkutan adalah wanita, pada sindrom klinefelter sel-sel mengandung satu

    kromosom Y dan dua (atau lebih) kromosom X, dan walaupun individu yang

    bersangkutan adalah pria, terdapat badan barr didalam sel somatiknya. Dalam

    beberapa hal, sel-sel dapat mengandung empat kromosom X ditambah satu

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    18/20

    5

    kromosom Y, dan dalam hal ini sel itu memperlihatkan tiga badan barr dalam inti.

    Dengan demikian adanya badan barr dalam inti sel somatik tidak lebih hanya

    menunjukkan bahwa inti itu mengandung dua kromosom X. Sesungguhnya jenis

    kelamin ditentukan oleh kromosom Y (Leeson, 1990; Ross, 2011; Paulsen, 2000).

    Pada studi-studi kasus akhir-akhir ini ditemukan pada beberapa individu

    terdapat keambiguan dalam menentukan jenis kelaminnya, hal ini dikarenakan

    morfologi dan perkembangan kelaminnya tidak seperti orang kebanyakan

    ditambah lagi dengan kasus-kasus transgender, beberapa kasus yang pernah

    mencuat di Indonesia antara lain kasus artis senior Dorce, kasus mantan artis cilik

    Reynaldi, kasus Alter, kasus Agus yang menjadi Dea, dan lainnya. Untuk itu

    penting sekali memastikan jenis kelamin dari orang tersebut, salah satunya dengan

    metode pemeriksaan drumstick neutrofil. Akan tetapi metode ini juga harus

    melalui penilaian keakuratan, untuk itu pada penelitian ini metode drumstickakan

    dibandingkan dengan hasil pemeriksaan gen amelogenin DNA (deoxyribonucleic

    acid) dengan teknik PCR (Polimerase Chain Reaction).

    Gen amelogenin dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin dengan

    metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Menggunakan primer spesifik untuk

    intron 1 dari gen, urutan gen intron dapat diperkuat. Gen kromosom X, AMELX

    memberikan kenaikan pada produk amplifikasi 106 bp (amplicon) dan AMELY

    112 bp amplicon. Oleh karena itu, AMELX memilik delesi 6 bp pada intron 1.

    Bagaimanapun, saat amplicon berkembang di gel agarose, sampel dari sumber

    laki-laki (XY) akan menunjukkan dua pita pada gel agarose (satu fragmen 106 bp

    dan satu 112 bp), sementara wanita (XX) dapat menunjukkan hanya satu pita

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    19/20

    6

    (Anwar dkk., 2006; Kashyap, 2006). Jadi, proses ini dapat membantu menentukan

    jenis kelamin dari sampel yang tidak diketahui.

    Bagaimanapun, mutasi dari fragmen yang diperoleh Y dari gen dapat

    menghasilkan kegagalan amplifikasi dari alel Y, menyebabkan kesalahan

    identifikasi dari sampel biologis laki-laki (Kashyap, 2006). Angka kesalahan tidak

    banyak. Pada salah satu studi biomedis, tes amelogenin memeriksa 1224 orang

    sukarelawan, ditemukan angka ketepatan 99,84% (1222/1224), hanya dua orang

    yang dilaporkan memiliki perbedaan jenis kelamin menggunakan amelogenin

    dibandingkan jenis kelamin sebenarnya (Frances, 2007). Pada beberapa kasus

    terdapat delesi amelogenin pada kromosom Y, sehingga diusulkan disebut

    deleted-amelogenin males (DAMs) karena saat dideteksi lebih lanjut dengan

    petanda Y spesifik (seperti SRY, STR dan 50f2) menunjukkan jenis kelamin laki-

    laki (Thangaraj, 2002).

    B. Perumusan MasalahProsedur dan biaya pemeriksaan drumstick neutrofil sebagaimana

    diketahui jauh lebih sederhana dan murah dibandingkan dengan gen amelogenin

    DNA (deoxyribonucleic acid). Beberapa penelitian menunjukkan manfaat

    pemeriksaan drumstick pada neutrofil dan gen amelogenin DNA dalam

    menentukan jenis kelamin terutama pada individu yang masih hidup. Akan tetapi,

    masih tidak ada yang memaparkan tingkat keakuratan pemeriksaan drumstick

    pada neutrofil dibandingkan dengan pemeriksaan gen amelogenin DNA teknik

    PCR dalam menentukan jenis kelamin seseorang.

  • 7/23/2019 hemiparesis stroke

    20/20

    7

    Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana

    keakuratan penentuan jenis kelamin dengan pemeriksaan drumstickneutrofil jika

    dibandingkan pemeriksaan amelogenin DNA teknik PCR, hal ini berguna dalam

    mencari alternatif pemeriksaan yang lebih murah dan mudah tetapi tetap akurat

    untuk menentukan jenis kelamin seseorang yang masih hidup. Peneliti mencoba

    mencari tahu kebermaknaan perbedaan penentuan jenis kelamin seseorang yang

    masih hidup dengan metode drumstick neutrofil dibandingkan dengan metode

    amelogenin DNA.

    C. Pertanyaan PenelitianApakah sahih (valid) penentuan jenis kelamin seseorang yang masih hidup

    menggunakan metode pemeriksaan drumstick neutrofil dibandingkan dengan

    metode pemeriksaan amelogenin DNA?

    D. Tujuan PenelitianUntuk mengetahui validitas penentuan jenis kelamin seseorang yang masih

    hidup dengan metode pemeriksaan drumstick neutrofil dibandingkan dengan

    metode pemeriksaan amelogenin DNA.

    E. Keaslian PenelitianBanyak penelitian di bidang forensik untuk menentukan jenis kelamin

    dengan metode drumstick neutrofil khususnya pada jenazah. Darah postmortem

    tidak begitu cocok untuk menentukan seks kromatin, karena leukosit mulai lisis

    dan perubahan degradatif sangat cepat setelah kematian. Dixon dan Torr (1956

    dan 1957) mengatakan mereka tidak pernah sukses melakukan teknik ini pada