hemiparesis stroke
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
1/20
UJI DIAGNOSTIK PENENTUAN JENIS KELAMIN METODE
PEMERIKSAAN DRUMSTICKNEUTROFIL DIBANDINGKAN
DENGAN METODE PEMERIKSAAN AMELOGENIN DNA
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S2
Program Studi Ilmu Kedokteran Klinik
Minat Utama Ilmu Kedokteran Forensik
Diajukan Oleh :
NILA NIRMALASARI
10/309891/PKU/12097
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA2012
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
2/20
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
3/20
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
4/20
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullaah wabarakatuh.
Bismillaahirrahmaanirrohiim. Sungguh semua kebaikan terjadi hanya
karena Kasih dan SayangNya. Alhamdulillaahirobbilaalamiin. Segala puja puji
bahkan tidaklah cukup untuk mengungkapkan kesyukuran atas segala
kebaikanMu Tuhan Semesta Alam. Tesis ini hanya sebagian kecil saja dari bentuk
KeMahaBaikanMu, tapi bukanlah hal kecil, sungguh sangat luar biasa karena
hamba yang sangat kecil ini termasuk yang terpilih mendapat bentuk KebaikanMu
ini, terasa tidak pantas. Terima kasih Ya Allah.
MetodeDrumstickdan Amelogenin DNA hanya bagian kecil dari metode
identifikasi, metode identifikasi hanya bagian kecil dari ilmu forensik, ilmu
forensik hanya bagian kecil dari ilmu kedokteran, dan ilmu kedokteran hanya
bagian yang sangat sangat sangat kecil dari IlmuNya Allah SWT. Tapi bagian
yang sangat sangat sangat kecil itu memberikan manfaat yang luar biasa bagi
manusia khususnya, bagian yang sangat sangat sangat kecil itu juga masih belum
sepenuhnya kita kuak. Untuk itu peneliti mencoba membantu menguak sebagian
kecilnya, semoga bermanfaat nantinya.
Tentunya penelitian ini tidak dapat terselesaikan seperti sekarang jika
tanpa mereka yang berkenan menjadi Perpanjangan Tangan Allah SWT untuk
membantu saya. Terima kasih saya haturkan dari hati. Semoga Allah SWT
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
5/20
v
Membalas dengan kebaikan yang lebih baik. Aamiin, aamiin, aamiin Ya Allah Ya
Rabbal Aalamiin. Adapun mereka yang sangat berjasa itu antara lain :
1. dr. Yudha Nurhantari, Sp.F, Ph.D selaku Pembimbing Materi dan KepalaBagian Forensik RSUP Dr.Sardjito, terimakasih atas bimbingannya.
2. Dr. dr. Bambang Udji Djoko Rianto, Sp.THT, M.Kes selaku PembimbingMetodologi, terimakasih atas bimbingannya.
3. Prof. dr. Mochamad Anwar, M.Med.Sc, Sp.OG(K) dan dr. Beta AhlamGizela, DFM, Sp.F selaku Tim Penguji, terimakasih atas masukannya.
4. dr. IBG. Surya Putra Pidada, Sp.F selaku Ketua Program Studi MS-PPDSIlmu Kedokteran Forensik RSUP Dr.Sardjito, terimakasih atas
dukungannya.
5. dr. Hendro Widagdo, Sp.F selaku Kepala Instalasi Forensik RSUPDr.Sardjito, terimakasih atas masukannya.
6. Seluruh staf pengajar Ilmu Kedokteran Forensik FK UGM, terimakasihatas ilmunya.
7. Bu Ning dan Bu Dewi selaku ibu saya, terimakasih atas sandaran kasihsayang dan perhatiannya.
8. Mbak Prisa dan Dik Idha selaku teman sejawat saya, terimakasih atasdukungan tenaga dan morilnya.
9. Seluruh staf karyawan Instalasi dan Bagian Ilmu Kedokteran ForensikRSUP Dr.Sardjito/ FK UGM, terimakasih atas bantuannya.
10.Seluruh staf karyawan Pasca Sarjana Ilmu Kedokteran Klinik FK UGM,terimakasih atas bantuannya.
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
6/20
vi
11.Seluruh analis laboratorium Biokimia FK UGM, terimakasih atasbantuannya
12.Seluruh sukarelawan (adik-adik koas dan bapak-bapak staf IKF),terimakasih banyak atas kerelaannya.
13.Mereka yang paling berjasa dalam hidup saya, mama (Hj.Siti Aisyah),abah (Drs.H.Bambang Iswandi), adik-adikku (Hj.Indah Budiarti,M.Pd dan
H.Munawar Hanif), dan seluruh keluarga besar.
14.Para ustadz/ah dan teman-teman pengajian. Terimakasih atas tipskehidupan dan jalinan ukhuwahnya.
15.Semua pihak yang telah membantu, terimakasih dan maaf jika tidaktersebutkan.
Semoga kehadiran karya sederhana ini dapat memberikan kemaslahatan,
terutama untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan kesehatan. Kritik
dan saran sangat peneliti harapkan. Terima kasih.
Assalamu alaikum warahmatullaah wabarakatuh.
Yogyakarta, Oktober 2012
Nila Nirmalasari
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
7/20
vii
DAFTAR ISI
HalamanHalaman Judul ............................................................................................... i
Lembar Pengesahan ...................................................................................... ii
Pernyataan ..................................................................................................... iii
Kata Pengantar .............................................................................................. iv
Daftar Isi ....................................................................................................... vii
Daftar Gambar .............................................................................................. ix
Daftar Tabel .................................................................................................. x
Daftar Lampiran ............................................................................................ xi
Intisari ........................................................................................................... xii
Abstract ......................................................................................................... xiii
Bab I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................B. Perumusan Masalah .....................................................C. Pertanyaan Penelitian ...................................................D. Tujuan Penelitian ........................................................E. Keaslian Penelitian .......................................................F. Manfaat Penelitian .......................................................
16
6
7
7
8
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
A. Identifikasi Jenis Kelamin ............................................B. Identifikasi Jenis Kelamin Teknik Sitologi...................C. Sediaan Apusan Darah Tepi..........................................D. DrumstickNeutrofil untuk Menentukan Jenis
Kelamin.E. Identifikasi Jenis Kelamin Teknik DNA
(deoxyribonucleic acid) ................................................
F. Gen Amelogenin untuk Menentukan Jenis Kelamin ...G. Kerangka Konsep .........................................................H. Hipotesis Penelitian ......................................................
9
10
13
15
17
28
33
34
Bab III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .........................................................B. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................C. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................D. Besar Sampel Penelitian ...............................................E. Kriteria Subyek Penelitian ...........................................F. Identifikasi Variabel .....................................................G. Definisi Operasional ....................................................H. Cara Penelitian .............................................................I. Analisis Hasil Penelitian ..............................................J. Pengendalian Penyimpangan Protokol .........................
35
35
35
35
36
36
36
37
43
44
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
8/20
viii
Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Subyek dan Karakteristik Subjek Penelitian ...........................B. Hasil dan Pembahasan Pemeriksaan ....................................... 4545
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................B. Saran ....................................................................................... 5454
Daftar Pustaka ............................................................................................... 55
Lampiran ....................................................................................................... xiv
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
9/20
ix
DAFTAR GAMBAR
HalamanGambar 1. Teknik Membuat Apusan Darah Tepi.......................................... 14
Gambar 2. Jenis-jenis Leukosit...................................................................... 16
Gambar 3. Neutrofil danDrumstickpadaApusanDarah.............................. 16
Gambar 4. Kartu FTA ................................................................................... 20
Gambar 5. Proses Ekstraksi DNA (deoxyribonucleic acid) .......................... 22
Gambar 6. Mengukur Kemurnian DNA (deoxyribonucleic acid) ................ 23
Gambar 7. Teknik PCR (Polimerase Chain Reaction) ................................. 25
Gambar 8. Proses Gel Elektroforesis ............................................................ 26
Gambar 9. Laser argon berkilau pada jendela kapilari.............................. 27
Gambar 10. Standar Ukuran Internal-lane Pengukuran Nilai Produk PCR... 27
Gambar 11. Lokus Hijau dari Profil,Ukuran Puncak Amelogenin................ 28
Gambar 12. Kerangka Konsep ...................................................................... 33Gambar 13. Skema Cara Penelitian .............................................................. 38
Gambar 14. Salah Satu Hasil PemeriksaanDrumstickNeutrofil .................. 46
Gambar 15. Hasil Pemeriksaan Sampel Gen Amelogenin DNA ................. 46
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
10/20
x
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1. Tabel 2x2 untuk Penelitian ....................................................... 43
Tabel 2. Tabel Uji Diagnostik ................................................................ 43
Tabel 3. Hasil Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan Metode
PemeriksaanDrumstickNeutrofil dan Gen Amelogenin DNA
47
Tabel 4. Tabel Uji Diagnostik Penentuan Jenis Kelamin dengan
MetodeDrumstickDibandingkan dengan Gen Amelogenin .... 48
Tabel 5. Tabel Hasil Perhitungan Sensitivitas, Spesifitas, Nilai ramal
positif, Nilai ramal negatif, Rasio kecenderungan positif dan
Rasio kecenderungan negatif Metode Drumstick
Dibandingkan dengan Gen Amelogenin .................................. 50
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
11/20
xi
DAFTAR LAMPIRAN
HalamanLampiran 1. Foto pemeriksaan drumstick neutrofil ............................... xvi
Lampiran 2. Foto hasil pemeriksaan amelogenin DNA ......................... xvii
Lampiran 3. Foto alat-alat PCR-DNA ................................................... xviii
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
12/20
xii
INTISARI
Prosedur dan biaya pemeriksaan drumstick neutrofil sebagaimanadiketahui jauh lebih sederhana dan murah dibandingkan dengan gen amelogenin
DNA. Beberapa penelitian menunjukkan manfaat pemeriksaan drumsticks
neutrofil dan gen amelogenin DNA dalam menentukan jenis kelamin terutama
pada individu yang masih hidup. Akan tetapi, masih tidak ada yang memaparkan
tingkat keakuratan pemeriksaan drumstickpada neutrofil dibandingkan dengan
pemeriksaan gen amelogenin DNA teknik PCR dalam menentukan jenis kelamin
seseorang.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui validitas penentuan jenis
kelamin seseorang yang masih hidup dengan metode pemeriksaan drumstick
neutrofil dibandingkan dengan metode pemeriksaan amelogenin DNA.
Desain penelitian yang digunakan adalah uji diagnostik, dengan
sensitivitas yang diharapkan 90%. Dua puluh enam sampel darah yang memenuhi
kriteria diamati kecocokan dalam penentuan jenis kelaminnya, antara metodepemeriksaan drumstick neutrofil dengan metode pemeriksaan amelogenin DNA.
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan tabel 2x2 untuk
menentukan sensitifitas, spesifitas, nilai duga positif (NDP), nilai duga negatif
(NDN), rasio kecenderungan positif (RKP) dan rasio kecenderungan negatif
(RKN). Sensitivitas metode pemeriksaan drumstick neutrofil jika dibandingkan
dengan metode gen amelogenin DNA yaitu 83,33%. Sedangkan spesifisitasnya
yaitu 71,43%. Nilai ramal positifnya yaitu 71,43%. Nilai ramal negatifnya yaitu
83,33%. Rasio kecenderungan positifnya yaitu 2,9167. Dan rasio kecenderungan
negatifnya yaitu 0,233375.
Kesimpulan : Sensitivitas metode pemeriksaan drumstick neutrofil jika
dibandingkan dengan metode gen amelogenin DNA yaitu 83,33%, sedangkan
spesifisitasnya yaitu 71,43%.
Kata kunci : identifikasi jenis kelamin, drumsticks neutrofil, amelogenin.
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
13/20
xiii
ABSTRACT
The procedural and cost need for drumstick neutrophyl test as we know ismore simple and cheap just than amelogenin DNA test. A few researches show
the function of drumstick neutrophyl test and amelogenin DNA test forgender
determination especially for live human. But still now there is no researches
explain the validity of drumstick neutrophyl test than amelogenin gen by DNA-
PCR to determine someones gender.This research isto find out the validity of live
humans gender determination, between drumstick neutrophyl test method and
amelogenin DNA test method.
This research used diagnostic test, with expected sensitifity is 90%.
Twenty six blood sample which appropriate with the criteria was analyzed by
drumstick neutrophyl test method and amelogenin DNA test method for their
gender determination.Statistical analysis was done by two twice two table to
determine sensitivity, spesificity, positive predictive value, negative predictivevalue, positive likelihood ratio and negative likelihood ratio.The sensitifity of
drumstick neutrophyl test method than amelogenin DNA test method is 83,33%,
the spesifity is 71,43%, the positive predictive value is 71,43%, the negative
predictive value is 83,33%, positive likelihood ratio is 2,9167, and the negative
likelihood ratio is 0,233375.
Conclusion : The sensitifity of drumstick neutrophyl test method than
amelogenin DNA test method is 83,33% and the spesifity is 71,43%.
Keywords : gender determination, drumstick neutrophyl, amelogenin
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
14/20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangIdentifikasi dalam kedokteran forensik merupakan upaya membantu
penyelidik untuk menentukan identitas seseorang. Identitas personal sering
merupakan masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Penentuan identitas
personal dalam kasus-kasus pidana atau perdata dengan tepat, amat penting dalam
penyelidikan karena jika ada kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses
peradilan. Identifikasi dapat dibedakan menjadi identifikasi orang hidup dan orang
meninggal (Apuranto, 2010).
Dari identifikasi banyak informasi yang diperoleh dan ini adalah hal yang
penting di dalam ilmu kedokteran forensik, selain berguna untuk kemanusiaan
juga berguna untuk kasus-kasus kematian dalam tindak pidana. Identifikasi orang
hidup pada dasarnya meliputi : pemeriksaan fisik (umur, jenis kelamin, tinggi
badan, deformitas, parut, tattoo, gigi, warna mata, kulit dan rambut, ukuran sepatu
dan topi, disability /cacat), pemeriksaan sidik jari, penentuan golongan darah, ciri-
ciri tubuh tertentu (perawakan, cara berjalan), fotografi, dan benda-benda milik
pribadi (KTP, SIM, ijazah, cincin kawin, pakaian). Identifikasi orang mati/sisa-
sisa manusia meliputi : secara umum (penentuan kerangka manusia atau bukan,
penentuan jumlah korban, penentuan jenis kelamin, perkiraan tinggi badan,
perkiraan umur, dan perkiraan ras) dan secara khusus (pemeriksaan sidik jari,
pemeriksaan golongan darah, tanda-tanda pekerjaan/kebiasaan, gigi geligi, warna
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
15/20
2
kulit, mata, rambut, cacat, kelainan bawaan, tattoo, kelainan patologis/parut)
(Apuranto, 2010; Tsokos, 2008; Dix, 2000; Prahlow, 2010).
Salah satu cara penentuan jenis kelamin adalah melalui pemeriksaan
histologis. Prinsip penentuan secara histologis/mikroskopis ini adalah berdasarkan
pada kromosom. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari kulit, leukosit, sel-sel
selaput lendir bagian dalam, sel-sel tulang rawan, dan korteks kelenjar
suprarenalis (Apuranto, 2010).
Studi cermat terhadap kromatin inti sel mamalia menunjukkan adanya
massa heterokromatin yang seringkali ditemukan pada sel wanita namun tidak
dalam sel pria. Gumpalan kromatin ini adalah kromatin seks dan merupakan satu
dari pasangan kromosom X yang terlihat pada sel wanita pada selama interfase. Ia
tetap tergelung rapat dan tampak selama interfase, selama kromosom x lainnya
terurai dan tidak nampak. Bukti-bukti yang menunjukkan bahwa kromosom x
yang membentuk kromatin seks secara genetik bersifat tidak aktif. Pria memiliki
satu kromosom x dan satu kromosom Y sebagai penentu kelamin, kromosom x
tidak tergelung dan karenanya tidak tampak kromatin seks. Pada sel epitel
manusia, kromatin seks nampak berupa granul kecil yang melekat pada selaput
inti. Sel-sel pelapis permukaan dalam pipi seringkali dipakai untuk melihat
adanya kromatin seks. Apusan darah juga dipakai untuk maksud itu, dan dalam
hal ini kromatin seks tampak sebagai tongkat pemukul drum (drumstick-like) pada
inti leukosit neutrofil (Junquiera, 1997).
Studi kromatin seks banyak dipakai dalam kedokteran, karena
memungkinkan penentuan seks genetik pada pasien yang memiliki organ seks
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
16/20
3
eksternal tetapi tidak memungkinkan diagnosis jenis kelamin (gender), seperti
pada hermafrodit dan pseudohermafrodit. Ia amat penting untuk studi anomali lain
yang berhubungan dengan kromosom seks misalnya, sindrom Klinefelter, dengan
gejala kelainan testikular, azoospermia, dan gejala lain, disertai adanya kromosom
XXY dalam sel (Junquiera, 1997).
Studi kromosom hewan dan terutama manusia mengalami kemajuan pesat
terutama setelah dikembangkannya cara-cara menginduksi sel agar membelah,
kemudian menghentikan sel mitotik selama metafase dan kemudian menyebabkan
robeknya sel. Mitosis dapat diinduksi oleh fitohemaglutinin dan dapat dihentikan
waktu metafase oleh kolkisin. Pecahnya sel dapat dirangsang dengan mula-mula
mencelupkannya ke dalam larutan hipotonik, sehingga terjadi pembengkakan,
kemudian sel diratakan dan dipecah diantara kaca penutup dan kaca objek
(Junquiera, 1997).
Pada kromosom mungkin terlihat bagian-bagian padat yang tidak teratur
sepanjang kromosom itu, bagian berwarna gelap atau heterokromatik ini adalah
daerah dengan benang-benang kromosom tergulung rapat. Pada wanita normal,
dengan jumlah kromosom lengkap termasuk kedua kromosom X, salah satu
kromosom X sangat heterokromatik dan membentuk massa yang dapat terlihat
dalam inti interfase. Masa kecil yang kelihatan ini adalah Badan Barr. Badan Barr
atau kromatin seks itu bergaris tengah lebih kurang 1 mikro meter. Pada
umumnya badan ini terletak pada bagian dalam selubung inti berwujud bangunan
cembung datar (planokonveks) (pada inti sel epitel) (Leeson, 1990; Ross, 2011;
Paulsen, 2000).
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
17/20
4
Pada sel yang lain (leukosit granular neutrofil) berbentuk tukul (drumstick)
atau tonjolan langsing dari inti, atau sebagai badan kecil yang berhubungan
dengan anak inti (satelit nukleolar, dalam sel saraf). Kadang-kadang badan barr
terletak bebas di dalam karioplasma sebagai suatu massa yang terasing. Badan ini
terutama jelas terlihat dalam inti sel epitel gepeng yang dikerok dari pipi bagian
dalam, tetapi hanya terlihat pada 20-70% sel somatik wanita saja disebabkan
faktor bidang pandang atau posisi inti pada sediaan hapus itu. Badan barr ini tidak
telihat pada sel somatik seorang pria normal (Leeson, 1990; Ross, 2011; Paulsen,
2000).
Apabila kedua kromosom X di dalam sel wanita adalah aktif, maka akan
dihasilkan aktivitas genetik identik berdosis ganda. Salah satu kromosom seks X
itu terurai dan tidak tampak pada inti sel interfase wanita, sedangkan yang lain
akan tetap tidak aktif serta bergelung rapat, yang terakhir ini terlihat sebagai
badan barr heterokromatik. Jadi suatu badan barr menunjukkan bahwa suatu sel
mengandung kromosom X kedua dan biasanya hal ini berarti bahwa sel tersebut
berasal dari seorang wanita. Namun, ada kelainan genetik yang mengacaukan
gambaran ini (Leeson, 1990; Ross, 2011; Paulsen, 2000).
Pada sindrom turner sel somatik wanita hanya mengandung satu
kromosom X, sehingga tidak tampak adanya badan Barr, sekalipun individu yang
bersangkutan adalah wanita, pada sindrom klinefelter sel-sel mengandung satu
kromosom Y dan dua (atau lebih) kromosom X, dan walaupun individu yang
bersangkutan adalah pria, terdapat badan barr didalam sel somatiknya. Dalam
beberapa hal, sel-sel dapat mengandung empat kromosom X ditambah satu
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
18/20
5
kromosom Y, dan dalam hal ini sel itu memperlihatkan tiga badan barr dalam inti.
Dengan demikian adanya badan barr dalam inti sel somatik tidak lebih hanya
menunjukkan bahwa inti itu mengandung dua kromosom X. Sesungguhnya jenis
kelamin ditentukan oleh kromosom Y (Leeson, 1990; Ross, 2011; Paulsen, 2000).
Pada studi-studi kasus akhir-akhir ini ditemukan pada beberapa individu
terdapat keambiguan dalam menentukan jenis kelaminnya, hal ini dikarenakan
morfologi dan perkembangan kelaminnya tidak seperti orang kebanyakan
ditambah lagi dengan kasus-kasus transgender, beberapa kasus yang pernah
mencuat di Indonesia antara lain kasus artis senior Dorce, kasus mantan artis cilik
Reynaldi, kasus Alter, kasus Agus yang menjadi Dea, dan lainnya. Untuk itu
penting sekali memastikan jenis kelamin dari orang tersebut, salah satunya dengan
metode pemeriksaan drumstick neutrofil. Akan tetapi metode ini juga harus
melalui penilaian keakuratan, untuk itu pada penelitian ini metode drumstickakan
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan gen amelogenin DNA (deoxyribonucleic
acid) dengan teknik PCR (Polimerase Chain Reaction).
Gen amelogenin dapat digunakan untuk menentukan jenis kelamin dengan
metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Menggunakan primer spesifik untuk
intron 1 dari gen, urutan gen intron dapat diperkuat. Gen kromosom X, AMELX
memberikan kenaikan pada produk amplifikasi 106 bp (amplicon) dan AMELY
112 bp amplicon. Oleh karena itu, AMELX memilik delesi 6 bp pada intron 1.
Bagaimanapun, saat amplicon berkembang di gel agarose, sampel dari sumber
laki-laki (XY) akan menunjukkan dua pita pada gel agarose (satu fragmen 106 bp
dan satu 112 bp), sementara wanita (XX) dapat menunjukkan hanya satu pita
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
19/20
6
(Anwar dkk., 2006; Kashyap, 2006). Jadi, proses ini dapat membantu menentukan
jenis kelamin dari sampel yang tidak diketahui.
Bagaimanapun, mutasi dari fragmen yang diperoleh Y dari gen dapat
menghasilkan kegagalan amplifikasi dari alel Y, menyebabkan kesalahan
identifikasi dari sampel biologis laki-laki (Kashyap, 2006). Angka kesalahan tidak
banyak. Pada salah satu studi biomedis, tes amelogenin memeriksa 1224 orang
sukarelawan, ditemukan angka ketepatan 99,84% (1222/1224), hanya dua orang
yang dilaporkan memiliki perbedaan jenis kelamin menggunakan amelogenin
dibandingkan jenis kelamin sebenarnya (Frances, 2007). Pada beberapa kasus
terdapat delesi amelogenin pada kromosom Y, sehingga diusulkan disebut
deleted-amelogenin males (DAMs) karena saat dideteksi lebih lanjut dengan
petanda Y spesifik (seperti SRY, STR dan 50f2) menunjukkan jenis kelamin laki-
laki (Thangaraj, 2002).
B. Perumusan MasalahProsedur dan biaya pemeriksaan drumstick neutrofil sebagaimana
diketahui jauh lebih sederhana dan murah dibandingkan dengan gen amelogenin
DNA (deoxyribonucleic acid). Beberapa penelitian menunjukkan manfaat
pemeriksaan drumstick pada neutrofil dan gen amelogenin DNA dalam
menentukan jenis kelamin terutama pada individu yang masih hidup. Akan tetapi,
masih tidak ada yang memaparkan tingkat keakuratan pemeriksaan drumstick
pada neutrofil dibandingkan dengan pemeriksaan gen amelogenin DNA teknik
PCR dalam menentukan jenis kelamin seseorang.
-
7/23/2019 hemiparesis stroke
20/20
7
Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana
keakuratan penentuan jenis kelamin dengan pemeriksaan drumstickneutrofil jika
dibandingkan pemeriksaan amelogenin DNA teknik PCR, hal ini berguna dalam
mencari alternatif pemeriksaan yang lebih murah dan mudah tetapi tetap akurat
untuk menentukan jenis kelamin seseorang yang masih hidup. Peneliti mencoba
mencari tahu kebermaknaan perbedaan penentuan jenis kelamin seseorang yang
masih hidup dengan metode drumstick neutrofil dibandingkan dengan metode
amelogenin DNA.
C. Pertanyaan PenelitianApakah sahih (valid) penentuan jenis kelamin seseorang yang masih hidup
menggunakan metode pemeriksaan drumstick neutrofil dibandingkan dengan
metode pemeriksaan amelogenin DNA?
D. Tujuan PenelitianUntuk mengetahui validitas penentuan jenis kelamin seseorang yang masih
hidup dengan metode pemeriksaan drumstick neutrofil dibandingkan dengan
metode pemeriksaan amelogenin DNA.
E. Keaslian PenelitianBanyak penelitian di bidang forensik untuk menentukan jenis kelamin
dengan metode drumstick neutrofil khususnya pada jenazah. Darah postmortem
tidak begitu cocok untuk menentukan seks kromatin, karena leukosit mulai lisis
dan perubahan degradatif sangat cepat setelah kematian. Dixon dan Torr (1956
dan 1957) mengatakan mereka tidak pernah sukses melakukan teknik ini pada