skenario vignette l3
TRANSCRIPT
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 1/51
LAPORAN TUTORIAL
SKENARIO VIGNETTE
L3
Tutor: Dr. Sri Nita
Anggota
Listya Paramita : 04071001001
Nova Sari : 04071001017
Rilahi Zahrah H. : 04071001018
Ryantono Putra : 04071001024
Yarah Azzilzah : 04071001026
Elina Deviana : 04071001027
Lissaberti Amaliah : 04071001029
Diah Widiastuti : 04071001042
Nina Nayu Zainunah : 04071001045
Darma Jupriadi T. : 04071001070
Aria Indrabrata : 04071001078
Yulita Delfia Sari S. : 04071001102
Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya2008
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 2/51
Skenario Vignette
Seorang lelaki berusia 23 tahun dirujuk ke RSMH Palembang karena sering mual dan
muntah; di samping keluhan sering sakit kepala. Selain merasa amat lemah, lelaki ini
juga mengeluh kalau berat badannya mendadak bertambah. Riwayat penyakit terdahulu: pernah menjalani tonsilektomi dan adenoidektomi di usia
7 tahun; dan mengidap gastritis sejak 2 tahun belakangan.
Riwayat keluarga: tidak ada yang sakit seperti ini(orang tua masih hidup dan sehat
walafiat).
Riwayat sosial : jomblo(bujangan), bertempat tinggal di rumah kontrakan.
Riwayat pangan:
Ingatan pangan 24 jamJenis makanan Fosfat(mg)
Sarapan Nasi goreng
Telur goreng
Ikan bilis goreng
Teh celup
Camilan(snack) Roti cane
Kuah kare kentang
Makan siang Nasi putih
Kari ikan sardine
Pisang
Camilan (snack) Es krim
Makan malam Nasi putih
Mie kari
Camilan (snack) Full cream milk
Jumlah kandungan fosfat
Pemeriksaan fisik:
Umum: kulit berwarna agak putih, berat badan 58 kg, tinggi badan 158 cm, tekanan
darah 170/100 mmHg, frekuensi nadi 90 (reguler), frekuensi napas 18x/m, temperatur
37oC.
Khusus: funduskopi retinopati(+), peru bersih, jantung tidak bersuara gallop atau
murmur, ekstremitas terperiksa edema pedal dan pretibial.
Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan selebihnya.
Laboratoris :
Hasil uji laboratories Normal Pasien Interpretasi
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 3/51
Ureum (mg/l) 60
Kreatinin serum (mg/dl) 2,2
Penjernihan kreatin Cari dengan rumus(MDRD atau Cockcroft-Gault)
Natrium serum (mEq/l) 138
Kalium serum(mEq/l) 4,0
Albumin serum(g/l) 3,0Kalsium serum(mg/dl) 7,3
Fosfat serum (mg/dl) 3,4-5,5 6,2
pH urin 6,2
Protein urin ++
Hb(g/dl) 9,8
I. Klarifikasi Istilah
1. Tonsilektomi : eksisi tonsil (jaringan limfoid)
2. Adenoidektomi : eksisi jaringan adenoid
3. Gastritis : radang pada lambung
4. Edema pedal : penumpukan cairan pada ekstremitas bawah
5. Retinopati : setiap penyakit bukan radang pada retina
II. Identifikasi Masalah
1. Seorang lelaki (23 tahun) dirujuk ke RSMH karena mual, muntah, sakit kepala,
lemah, dan berat badan mendadak bertambah
2. Riwayat penyakit terdahulu: pernah menjalani tonsilektomi dan adenoidektomi di
usia 7 tahun; dan mengidap gastritis sejak 2 tahun belakangan.
Riwayat keluarga: tidak ada yang sakit seperti ini(orang tua masih hidup dan sehat
walafiat).
Riwayat sosial : jomblo(bujangan), bertempat tinggal di rumah kontrakan.
Riwayat pangan: banyak mengkonsumsi fosfat
3. Pemeriksaan fisik ditemukan kulit berwarna agak putih, tekanan darah 170/100
mmHg, funduskopi retinopati (+), edema pedal dan pretibial.
4. Pemeriksaan laboratorium (abnormal): ureum, kreatinin, albumin, fosfat, protein,
Hb.
III. Analisis Masalah
1. a. Apakah penyebab dari gejala-gejala yang dialami oleh lelaki tersebut?
b. Bagaimanakah mekanisme terjadinya gejala-gejala tersebut?
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 4/51
c. Bagaimanakah hubungan antar gejala?
d. Mengapa berat badan lelaki tersebut bertambah, padahal ia sering muntah?
2. a. Bagaimana anatomi tonsil dan adenoid?
b. Bagaimana hubungan tonsilektomi dan adenoidektomi dengan keluhannya?
c. Bagaimana hubungan gastritis dengan keluhannya?
d. Bagaimana hubungan riwayat sosial dengan keluhan yang dialaminya?
e. Bagaimana pengaruh riwayat pangan dengan berat badannya?
f. Berapakah asupan fosfat normal per hari disesuaikan dengan usia dan jenis
kelamin?
g. Berapakah kira-kira kandungan fosfat pada ingatan pangan 24 jam?
h. Bagaimana hubungan asupan fosfat dengan gejala-gejala yang dialaminya?
i. Bagaimanakah metabolisme fosfat dan efek kelebihan serta kekurangannya?
3. a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
b. Bagaimanakah mekanisme dari hasil pemeriksaan fisik abnormal yang
ditemukan?
c. Bagaimanakah hubungannya dengan gejala yang dialami?
d. Mengapa edema yang diderita lelaki tersebut hanya pada ekstremitas bawah?
4. a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium?
b. Bagaimanakah mekanismenya?
c. Bagaimana hubungan hasil pemeriksaan laboratorium dengan gejala?
d. Berapa kreatinine clearance nya?
5. a. Bagaimanakah cara penegakan diagnosisnya?
b. Apa sajakah Ddnya?
c. Apakah DK kasus ini?
d. Bagaimanakah patogenesisnya?
e. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini( farmakoterapi dan pengobatan gizi
medis)?
f. Bagaimanakah prognosisnya?
g. Bagaimanakah komplikasinya?
IV. Hipotesis
Lelaki (23 tahun) menderita penyakit ginjal kronis (CKD) karena asupan fosfat yang
berlebihan derajat 3 disertai dengan hiperfosfatemia dan hipertensi.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 5/51
V. Sintesis
A. Gejala yang Dialami
1. Sakit KepalaHal mendasar yang menyebabkan sakit kepala bukan berasal dari otak itu
sendiri (The brain in itself is not sensitive to pain, because it lacks pain-
sensitive nerve fibers), namun terlebih merupakan intepretasi dari rasa sakit
yang ditimbulkan dari area lokal lain di tubuh (local pain).
a. Penyebab sakit kepala
Beberapa penyebab local pain yang diintepretasikan ke otak sebagaiheadache :
Penyebab yang Umum:
1) Stres fisik dan mental
2) Tension
3) Eye strain
4) Gula darah rendah
5) Migraine
6) Dehidrasi
7) Sinusitis
8) Fluktuasi estrogen selama siklus menstruasi (pada wanita)
Penyebab yang Jarang:
1) Meningitis
2) Cerebral aneurysms
3) Tumor otak
4) Enchepalitis
5) Trauma capitis
b. Klasifikasi sakit kepala menurut International Headache Society (IHS):
1) Primer
a) Merupakan sakit kepala yang bersifat fungsional .
b) Tidak berhubungan dengan perubahan organik pada otak.
c) Terdiri dari migrain, cluster, dan tegang otot.
2) Sekunder
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 6/51
Akibat proses/masalah sistemik atau keadaan patologi,misalnya :
a) Masalah pembuluh darah.
b) Kelemahan dan penipisan dinding pembuluh darah, dan
tekanan darah yang tinggi.
c) Toksisitas
d) Perubahan hormonal, misalnya saat haid.
e) Radang sinus.
f) Peningkatan tekanan pada otak.
g) Peradangan selaput otak.
h) Trauma bagian kepala.
i) Penyakit-penyakit telinga tertentu.
j) Penyakit-penyakit mata tertentu, misalnya : tumor orbital dan
glaukoma (peningkatan tekanan dalam mata)
c. Jenis-jenisnya headache
Ada 5 jenis / tipe dari headache :
1) Vascular headache
Sakit kepala yang disebabkan oleh perubahan vascular yang
ditangkap oleh nociceptor pembuluh darah dan bersifat
neurologist.
2) Muscular/myogenic headache
Sakit kepala ini disebabkan oleh penekanan / kontraksi otot leher
dan wajah yang diradiasikan pada forehead .
3) Cervicogenic headache
Cervicogenic headache berasal dari kelainan (disorder ) pada leher,
termasuk structur anatomis yang dipersarafi oleh cervical roots C1–
C3. Sakit kepala muncul ketika menggerakan leher.
4) Traction headache & Inflammatory headache
Merupaka simtom yang muncul dari disorder yang lain contoh
stroke dan sinus infection. Sakit kepala yang disebabkan oleh
inflamasi sebagai proses imunologi (innate immunity) yang
disebabkan infeksi (sinusitis, meningitis, eye infection, otitis
media, dll)
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 7/51
Dari berbagai jenis headache diatas yang paling cocok untuk kasus
anak lelaki adalah jenis vascular headache, dimana subtype dari
vascular headache meliputi :
a) Cluster Headache
Cluster headache diklasifikasikan sebagai subtype dari vascular
headache dimana rasa sakit yang sangat extrim (hingga dapat
membuat pasien ingin bunuh diri) disebabkan oleh dilatasi
pembuluh darah (facial) yang menekan saraf trigeminal, walaupun
demikian etiologi sakit kepala ini belum jelas.
b) Migraine
Migraine pernah diteorikan sebagai manifestasi klinis dari masalah
yang terjadi pada pembuluh darah, namun teori ini telah
ditinggalkan. Teori terbaru untuk patogenesis migraine ini adalah
manifestasi klinis dari pada cortical spreading depression, aktivitas
neurologis ditekan pada hampir bahkan seluruh area korteks otak,
situasi ini menginisiasi pelepasan dari mediator peradangan yang
mengakibatkan iritasi dari cranial nerve roots, khususnya
trigeminal nerve.
c) Toxic headache
Tipe ini sering muncul akibat demam dari penyakit akut seperti
measles, mumps, pneumonia dan tonsillitis. Penyebab lain dari
jenis sakit kepala ini adalah keracunan bahan kimia.
d) High Blood Preasure Headache
Tipe ini muncul dari banyaknya insidensi sakit kepala akibat
hipertensi yang tidak dapat dijelaskan atau dikategorikan sebagai
tipe sakit kepala yang lain. Sakit kepala akibat hipertensi memiliki
patogenesis yang kompleks dan memiliki etiologi yang
mulifactorial serta idiophatic ditambah lagi sedang diperdebatkan
oleh para ahli, banyaknya penelitian yang telah dilakukan untuk
menemukan jawaban antara hubungan kedua variable ini malah
berakhir dengan hasil yang kontradiktif dengan hasil penelitian
yang lain. (Try to read any article about “hypertension &
headache” to catch the problem).
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 8/51
d. Mekanisme sakit Kepala
2. Mual, Muntah
a. Stadium mual dan muntah
Mual dan muntah merupakan suatu fenomena yang terjadi dalam 3
stadium:
Peningkatanpermeabilitas membran
Invasi ion Ca2+ terjadi vasospasme
Pembentukan neurokinin
oleh sel otak Vasodilatasiarteri ekstrakranial
Hipoksiaintrakranial
Hiperaktivitas saraf adrenergis
Meningkatkan serotonin &
noradrenalin vasokontriksi
kuat
headache
Sakit kepalahipertensiPerubahan
vascular
Stimulus
nyeri
tunica intima sel
vascular rupture
hipotalamus
prostaglandin
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 9/51
1) mual: perasaan yang tidak enak di belakang tenggorokan dan
epigastrium sering menyebabkan muntah. beberapa perubahan
aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual seperti
meningkatnya salivasi, menurunnya tonus lambung, dan peristaltik.
gejala dan tanda mual pucat, meningkatnya salivasi, hendak muntah,
hendak pingsan, berkeringat dan takikardia.
2) retching: usaha involunter untuk muntah, sering kali menyertai
mual dan terjadi sebelum muntah, terdiri dari gerakan spasmodik
melawan glotis dan gerakan inspirasi dinding dada dan difragma.
3) muntah: suatu reflex yang menyebabkan dorongan ekspulsi isi
lambung/ usus/ keduanya ke mulut.
b. Mekanisme
Rangsangan pusat muntah(posterema medula oblongata di dasar
ventrikel ke empat) dimana menerima masukan dati korteks cerebral,
organ vestibular, daerah pemacu kemoreseptor(CTZ), dan serabut aferan
termasuk GIlewat jalur saraf aferenrangsangan n.vagus dan
simpatis/rangsangan emetik dengan aktivasi CTZmuntah
leawat jalur saraf eferenmenerima sinyalgerakan ekspulsif otot
abdomen, GI, pernapasan muntah
c. Penyebab mual dan muntah:
1) obstruksi usus
2) penyakit metabolik
3) gangguan labirin dan vestibular
4) uremia/gagal ginjal
5) kondisi psikologis
6) migren
7) MI
Mekanisme mual, muntah dan lemah:
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 10/51
3. BB mendadak bertambah
Pada kasus ini terdapat symptom mual, muntah dan anorexia. Ketiga hal ini
dapat menyebabkan asupan makanan yang masuk juga berkurang, bisa saja
menyebabkan BB menurun. Namun pada kasus ini terjadi peningkatan BB
yang mendadak.
Menurut buku fisiologi by Lauralle Sherwood, peningkatan BB terjadi jika
selama periode tertentu, input tidak sama dengan output. Jadi bisa
diasumsikan bahwa peningkatan BB mendadak pada kasus ini berasal dari
penimbunan cairan dalam hal ini di ruang intertisial(edema).
vertigo
Gangguanhemodinamik padarumah siput di
telinga tengahyang mengaturkeseimbangan
tekanandarah naik.
mual dan
muntah
PengaruhGravitsasinyamenyebabkanterangsangnya
pusat mual dimedula oblongata
lemah
uremia
anorexia
sakitkepala
anemia
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 11/51
B. Riwayat Penyakit, Keluarga, Sosial, dan Pangan
1. Riwayat Penyakit
a. Anatomi tonsil dan adenoid
Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring. Bagian
terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur yang
lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar
limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, di bawah mukosa dinding
posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.
1) Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior
(otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil
berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai
10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu
mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring.
Dibatasi oleh:
a) Lateral– m. konstriktor faring superior
b) Anterior – m. palatoglosus
c) Posterior – m. palatofaringeus
d) Superior – palatum mole
e) Inferior – tonsil lingual
Secara mikroskopik tonsil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat,
folikel germinativum (merupakan sel limfoid) dan jaringan interfolikel
(terdiri dari jaringan linfoid).
i. Fosa Tonsil
Fosa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu
batas anterior adalah otot palatoglosus, batas lateral atau dinding
luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Pilar anterior
mempunyai bentuk seperti kipas pada rongga mulut, mulai dari
palatum mole dan berakhir di sisi lateral lidah. Pilar posterior adalah
otot vertikal yang ke atas mencapai palatum mole, tuba eustachius dan
dasar tengkorak dan ke arah bawah meluas hingga dinding lateral
esofagus, sehingga pada tonsilektomi harus hati-hati agar pilar
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 12/51
posterior tidak terluka. Pilar anterior dan pilar posterior bersatu di
bagian atas pada palatum mole, ke arah bawah terpisah dan masuk ke
jaringan di pangkal lidah dan dinding lateral faring.
ii. Kapsul Tonsil
Bagian permukaan lateral tonsil ditutupi oleh suatu membran jaringan
ikat, yang disebut kapsul. Walaupun para pakar anatomi menyangkal
adanya kapsul ini, tetapi para klinisi menyatakan bahwa kapsul adalah
jaringan ikat putih yang menutupi 4/5 bagian tonsil.
iii. Plika Triangularis
Diantara pangkal lidah dan bagian anterior kutub bawah tonsil terdapat
plika triangularis yang merupakan suatu struktur normal yang telah ada
sejak masa embrio. Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat
pengangkatan tonsil dengan jerat. Komplikasi yang sering terjadi
adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal lidah.
iv. Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang A. karotis eksterna,
yaitu
1) A. maksilaris eksterna (A. fasialis) dengan cabangnya A. tonsilaris
dan A. palatina asenden;
2) A. maksilaris interna dengan cabangnya A. palatina desenden;
3) A. lingualis dengan cabangnya A. lingualis dorsal;
4) A. faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior
diperdarahi oleh A. lingualis dorsal dan bagian posterior oleh A.
palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh
A. tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh A. faringeal
asenden dan A. palatina desenden. Vena-vena dari tonsil
membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring.
Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena
lidah dan pleksus faringeal.
v. Aliran getah bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah
bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 13/51
M. Sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan
akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh
getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak
ada.
vi. Persarafan
Tonsil bagian atas mendapat sensasi dari serabut saraf ke V melalui
ganglion sfenopalatina dan bagian bawah dari saraf glosofaringeus.
vii. Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-
0,2% dari keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi
limfosit B dan T pada tonsil adalah 50%:50%, sedangkan di darah 55-
75%:15-30%. Pada tonsil terdapat sistim imun kompleks yang terdiri
atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan APCs (antigen
presenting cells) yang berperan dalam proses transportasi antigen ke
sel limfosit sehingga terjadi sintesis imunoglobulin spesifik. Juga
terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa IgG.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi.
Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu
1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif;
2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T
dengan antigen spesifik.
Didalam menjalankan tugasnya sebagai pos terdepan di dalam mulut
maupun dari hidung, adakalanya tonsil menderita kekalahan. Daya
pembentukan zat-zat anti, limfositosis dan limfositolisis, maupun daya
menangkap dan menghancurkan menjadi berkurang. Keadaan ini
bermanifestasi sebagai tonsil yang mengalami peradangan kronik.
Mikroorganisme maupun benda-benda asing yang dapat ditangkap, tidak
mampu untuk dihancurkannya dan disimpan didalamnya. Keadaan ini
malahan menjadikan tonsil sebagai pangkalan di dalam tubuh bagi
mikroorganisme. Sewaktu-waktu mikroorganisme irii siap melancarkan
serangan-serangan terhadap tubuh kita, baik berupa mikroorganismenya
sendiri maupun toxin yang diprodusirnya, dan akan terjadi bakteremia
toxemia ataupun septichemia.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 14/51
2) Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen
tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk
dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi
daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa
faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding
belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan
pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa
Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi
pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran
maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.
Adenoid juga merupakan salah satu anggota dari lingkaran Waldeyer.
Kehadirannya di nasopharynx adalah hal yang fisiologik pada anak-anak
kecil. Menjelang pubertas (18 – 2 tahun) adenoid akan mengalami regressi
dan akhirnya akan menghilang sama sekali. Tetapi adenoid yang
memberikan gangguan kepada penderita haruslah dibuang. Pada tindakan
tonsilektomi, bila kedapatan juga suatu adenoid, sebaiknya dilakukan juga
adenoidektomi. Bila dibiarkan tertinggal, maka adenoid tersebut dapat
mengalami hipertrofi sebagai kompensasi terhadap hilangnya tonsil;
dengan demikian anak akan mengalami gangguan dan harus menjalani
operasi untuk kedua kalinya.
Keluh kesah yang dapat ditimbulkan oleh gangguan adenoid antara lain
ialah :
a) Tertutupnya ostium tubae.
b) Tubair catharre recidivans.
c) Tertutupnya lobang choana.
d) Rhinitis chronica.
e) Otitis media recidivans.
f) Sinusitis recidivans.
b. Tonsilektomi dan Adenoidektomi
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 15/51
Paling Sering Infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A pada Tonsil
Tonsilitis Tonsilektomi Dan Adenoidektomi Komplikasi sistemik
i. Radang ginjal akut (acute glomerulonephritis)
ii. Demam rematik
iii. Bakterial endokarditis lesi pada katup jantung.
Tonsilektomi dan Adenoidektomi Sistem imun ↓Mudah terinfeksi
Tonsilitis rekuren, khususnya karena Infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup
A Proses infeksi, inflamasi, autoantibodi di Ginjal Kerusakan Glomerulus
+ parenkim ginjal perlahan-lahan Bertahun-tahun CKD (Chronic Kidney
Disease)/ Penyakit Ginjal Kronis.
1) Definisi
Tonsiloadenoidektomi adalah pengangkatan tonsil palatina dan jaringan
limfoid di nasofaring yang dikenal sebagai adenoid atau tonsil faringeal.
Tonsiloadenoidektomi adalah operasi pengangkatan seluruh tonsil palatina dan
tonsil faringeal (adenoid).
2) KeteranganTonsila palatina (amandel) Terletak diantara arcus palatoglossus dan arcus
palatopharyngeus pada dinding lateral caudal cavum oris (sobota).
Fungsi tonsil ada pada sistem kekebalan tubuh.Tonsil ini akan membesar kalau
ada infeksi atau radang dan ada tahapan tahapan pembesarannya.
Tidak di anjurkan operasi jika tidak membesar. Di anjurkan operasi kalau
sudah menutup saluran makanan (membesar).
Tonsila palatina berperan 5% dalam sistem imunitas.
c. Kontraindikasi dari Tonsilektomi dan Adenoidektomi
1) Bila penderita kelihatan menderita sakit berat dan tindakan tonsilektomi
tidak meyakinkan akan membawa perbaikan dari penyakitnya.
2) Bila tonsilektomi dilakukan pada stadium akut dari suatu penyakit. Juga
pada stadium akut dari angina sebaiknya tidak dilakukan tonsilektomi.
Biasanya ditunggu 1 – 6 minggu setelah radang mereda.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 16/51
3) Pada waktu ada epidemi poliomylitis. Tonsil diperkirakan merupakan
benteng terdepan untuk menanggulangi poliomylitis. Adalah suatu
kenyataan bahwa poliomylitis type bulbar lebih banyak terjadi pada
penderita-penderita yang baru menjalani tonsilektomi atau adeno-
tonsilektomi bila dibandingkan dengan mereka yang tidak menjalaninya.
4) Bila penderita menderita hemophilia dan dyscrasia darah lainnya.
5) Bila penderita menderita hemorrhagic diathesis.
d. Bahaya-bahaya pada waktu menjalankan tonsilektomi atau adenoidektomi
1) Bahaya narcose
Sekarang telah menjadi kebiasaan untuk memberikan narcose umum pada
waktu melakukan tonsilektomi. Tindakan ini sangat menolong penderita
untuk mengurangi rasa sakit maupun ketakutannya. Operatornya sendiri
dapat bekerja lebih tenang. Meskipun demikian, kita harus sadar akan
bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tindakan narcose tersebut;
terutama kita harus berhati-hati pada penderita-penderita dengan penyakit
jantung, paru-paru danembryopati (mongoloidismus dll).
2) Penderita penderlta dengan reaksi vasomotorik.
Penderita-penderlta dengan kelainan vasomotorik sering di jumpai sebagai
penderita-penderita rhinitis vasomotorica, exsudative diathesis, bronchitis
chronica dsb. Tiap pacuan yang terjadi pada salah satu bagian dari selaput
lendir yang menderita kelainan ini, akan mempengaruhi juga selaput lendir
dari lain-lain bagian dari tractus repiratorius. Bila tonsil diambil, maka
jaringan limfoid lainnya akan mengalami hipertrofi sebagai kompensasi.
Hipertrofi ini akan memperberat kelainan yang diderita oleh selaput lendir
tsb.
3) Perdarahan.
Tiap kali selesai operasi, harus selalu dilakukan observasi akan
kemungkinan terjadinya perdarahan primer. Perdarahan sekunder biasanya
terjadi pada hari ke 4 -- 7 post operasi. Pada waktu itu terjadi perlepasan
dari kerak-kerak yang semula menutupi luka operasi. Oleh sebab itu
penderita selalu di nasehatkan untuk datang pada hari-hari tersebut untuk
di kontrol.
4) Komplikasi pada paru-paru
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 17/51
Komplikasi yang terjadi pada paru-paru mungkin disebabkan oleh karena
aspirasi, atau embolus yang septik. Aspirasi darah yang keluar dari luka
operasi dapat terjadi pada anestesi umum maupun pada anestesi lokal.
5) Memperberat penyakit sekunder
Kita menghadapi kenyataan bahaw bila tonsilektomi dilakukan pada suatu
stadium akut dari suatu penyakit (misalnya endocarditis, arthritis,
nephritis), maka tindakan ini akan memperberat jalannya penyakit
tersebut. Maka dari itu dianjurkan untuk melakukan tonsilektomi pada
minggu ke 4 -- 6 setelah penyakit sekunder tersebut reda.
6) Kenaikan suhu badan
Kenaikan suhu badan pada masa postoperasi yang mencapai 38° C. dan
berlangsung sampai beberapa hari diperkirakan sebagai akibat terjadinya
luka di mulut. Bila suhu badan naik sampai 38° -- 39° C, harus dicari
sebab-sebabnya; mungkin ini disebabkan oleh komplikasi di paru-paru
atau trombosis pembuluh darah (biasanya terjadi pada hari ke 4 -- 7 post
operasi).
7) Penyebaran mikroorganisme dan toxinnya.
e. Gastritis
Uremia Ginjal _ Sistem Digestiv
1. Mulut
Ulserasi di gusi, terutama gusi di sekitar caninum dan premolar keempat
yang tertutup tartar. Akibat Degradasi urea amonia oleh bakteri
adanya bau mulut yang berbau amonia. Merah coklat di bagian anterior
lidah.
2. Membrana mukosa pucat
Bila pasien juga mengalami anemia
3. Lambung
Akan terjadi ulseratif gastritis (uremic gastritis).
Pemeriksaan mikroskopis : tampak lesi ditandai noninflammatory
myoarteritis.
Vomit umum terjadi pada pasien uremia.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 18/51
Rangsangan pada pusat muntah di medulla oblongata dan juga
berhubungan dengan ulseratif gastritis Vomit.
4. intestinum dan kolon
Tampak adanya enterocolitis ( tidak selalu ) gejala diare. Konstipasimungkinjuga terjadi. Hal ini akibat dari kompensasi konservasi air akibat
dehidrasi yang dialami.
2. Riwayat Keluarga
Orang tua sehat tidak ada pengaruh Genetik pengaruh pola makan dan
kebiasaan.
3. Riwayat Sosial
Vignette, 23 tahun Single, rumah kontrakan Ekonomi cenderung ↓
(menunggu kiriman), apabila sudah bekerja, gaji cenderung masih kecil dan
cenderung pemalas makan asal kenyang Diet menjadi kurang baik dan
sembarangan.
4. Riwayat Pangana. Fosfat
Ginjal memegang peran yang cukup penting dalam metabolisme Kalsium (Ca)
dan Fosfor (P). Kedua unsur ini mempunyai hubungan yang sangat erat dan
keduanya ini sebagian besar terdapat sebagai garam Kalsium-fosfat di dalam
jaringan keras tubuh, seperti tulang dan gigi geligi serta memberikan sifat
keras kepada kedua jenis jaringan tersebut.
Dari 1200 gram Ca yang terdapat di dalam tubuh, sekitar 90 persen terdapat di
dalam jaringan keras (tulang dan gigi), sedangkan jaringan lunak hanya
mengandung sebanyak 10 persen. Dalam hal mineral fosfor 80 persen terdapat
di dalam jaringan keras sedangkan 20 persen lagi di dalam jaringan lunak,
terutama sebagai gugusan asam phosphate. Kadar P di dalam tubuh sekitar 8
persen Berat Badan. Kadar Ca dalam plasma darah adalah 10 mg/dl (9-11
mg/dl), 40 persen terikat pada protein, 60 persen sebagai Ca bebas.
Sedangkan unsur P terdapat dalam konsentrasi 4 mg/dl sebagian besar terdapat
di bagian sel darah. Fungsi Ca dan P adalah sebagai bahan baku pembentuk
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 19/51
tulang dan gigi. Selain itu Ca berfungsi untuk pembekuan darah, kontraksi otot
untuk merangsang saraf motorik. Dan P berfungsi untuk transport energi
dalam ikatan phosphate, absorbsi vitamin B1, transpor vitamin B6 dan
komponen DNA serta RNA.
Gagal ginjal dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar Ca dan P dalam
darah. Perkalian Ca X P (mg/dl) disebut sebagai Calcium-Posphorus Product
(CPP) secara teoritis dipatok pada angka 70. Di atas angka ini adalah suatu
kondisi yang berrisiko tinggi, yaitu bila CPP > 70 maka mudah terjadi
kalsifikasi termasuk di pembuluh darah. Kadar Ca dan P yang tidak terkontrol
baik akan berakibat hipokalsemia (Ca menurun) dan peningkatan aktivitas
kelenjar paratiroid (hiperparatiroid),, hiperfosfatemia (P meningkat), kemudian
dapat berlanjut pada gangguan pada tulang, pengapuran pembuluh darah, kulit
gatal yang berkepanjangan. Gangguan pada tulang menyebabkan tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini disebabkan tubuh mengambil Ca di
dalam tulang untuk mengatasi ketidakseimbangan tersebut.
Fungsi fosfat:
i. Mineralisasi tulang
ii. Metabolisme tualng
iii. Aktivasi dan deaktivasi enzim, transporter, dan ion channel
iv. Bagian dari DNA dan RNA
Fosfat sekitar 80-90% tersimpan dalam tulang, 10-14% dalam intraselular, 1%
ekstraselular.
Kadar fosfat dalam serum normalnya 2,5 – 4,5 mg/dl (0,81-1,45 mmol/L) pada
orang dewasa. Sedangkan pada anak-anak jumlahnya 30% lebih tinggi, pada
bayi 50% lebih tinggi. Hal ini karena pengaruh dari hormon pertumbuhan.
Homeostasis fosfat
Homeostasis fosfat biasanya berkaitan dengan homeostasis kalsium.
Keseimbangan fosfat dan kalsium plasma di atur oleh hormon paratiroid
dan 1,25 dihidrokolekalsiferol (vitamin D aktif). Organ yang mengatur
keseimbangan fosfat dan kalsium adalah ginjal.
1) Absorpsi fosfat di gastrointestinal
Fosfat merupakan molekul anionik yang dapat dengan mudah diabsorpsi
oleh usus. Sedangkan kalsium membutuhkan vitamin D aktif untuk
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 20/51
mempermudah absorpsinya di usus. Akan tetapi, vitamin D aktif juga
dapat mempercepat absorpsi fosfat di usus.
Antacid (Ca, Al, Mg) dapat menghambat absorpsi fosfat ddi usus, karena
antacid ini mengikat fosfat.
2) Ekskresi dan reabsorbsi ginjal
Ekskresi fosfat normalnya sebanding dengan absorpsinya di
gastrointestinal.
Fosfat hampir seluruhnya (kecuali yang dikeluarkan melalui feses dan
terikat dengan kalsium yang tidak diabsorpsi) yang ada dalam diet
diabsorpsi dari usus dan masuk ke darah, kemudian diekskresikan dalam
urin.
3) Pengaruh hormon paratiroid terhadap regulasi fosfat dan kalsium:
a) Meningkatkan reabsorpsi kalsium dan fosfat dari tulang. Hal ini terjadi
akibat aktivasi dari osteoklast.
b) Hormon paratiroid menstimulasi pelepasan fosfat dengan segera dan
cepat ke dalam urin karena hormon paratiroid mengurangi reabsorbsi
ion fosfat di tubulus proksimal.
Selain itu, PTH menyebabkan peningkatan reabsorbsi tubulus terhadap
kalsium pada waktu yang bersamaan dengan pengurangan reabsorbsi
fosfat.
c) Meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dengan pengaktifan vitamin
D3
b. Asupan fosfat normal per hari berdasarkan usia dan jenis kelamin
Asupan fosfat per hari normalnya kurang dari 1000 mg atau dalam rentang
800 – 1500 mg/hari.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 21/51
c. Kandungan fosfat dalam makanan yang dikonsumsi oleh laki-laki tersebut
dalam 24 jam terakhir
Ingatan pangan 24-jam
Jenis makanan Fosfat (mg)
Sarapan Nasi goreng, 200 gr
Telur goreng
Ikan bilis goreng, 2 sdm
Teh celup, ½ gelas
150
89
188
32
Camilan (snack) Roti cane
Kuah kare kentang
155
150
Makan siang Nasi putih, 200 gr
Kari ikan sardine
Pisang, 1 buah
43
362
17
Camilan (snack) Es krim, 2 cup 207
Makan malam Nasi putih, 200 gr
Mie kari, 40 gr
43
55
Camilan (snack) Full cream milk 207
Jumlah kandungan fosfat 1698
Kesimpulan:
Jumlah asupan fosfat yang dimakan oleh laki-laki tersebut melebihi jumlah
normal asupan fosfat per harinya.
d. Hubungan asupan fosfat dengan kondisi yang dialaminya
Penyakit ginjal kronis
GFR menurun
(42,8 ml/min/1,73 m2)
Ekskresi fosfat ↓
hiperfosfatemia
Azotemia
gg. pengaktifanvit D3
Asupaan
fosfat >> MualMuntah
Gastritis
lemahVit. D3 aktif
rendahCa2+ plasma ↓
PTH↑
Reabsorpsi Ca2+ dan
fosfat dari tulang ↑
Produksi kompleksCa-fosfat ↑
edema
proteinuria↑aldosteron
Retensi Na
Retensi air
Tek. Osmotik plasma ↓
Transudasi
cairan ke
interstitialECF↑
hipertensi
Sakit kepala
retinopati
mengendap
Konjungtiva
dan kornea
Band keratopathy
vaskular
Kalsifikasi &
arteriosklerosis
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 22/51
e. Hiperfosfatemia dan Hipofosfatemia
1) Hiperfosfatemia
Hiperfosfatemia (kadar fosfat yang tinggi dalam darah) adalah suatu
keadaan dimana konsentrasi fosfat dalam darah lebih dari 4,5 mgr/dL
darah.
Sumber makanan yang kaya akan fosfat :
- susu dan produk-produk olahan susu
- buncis
- coklat
- kacang-kacangan
- bayam, lombok cina, kangkung dan sayuran berdaun hijau lainnya.
Penyebabnya :
Ginjal yang normal sangat efisien dalam membuang kelebihan fosfat
sehingga hiperfosfatemia jarang terjadi, kecuali pada penderita kelainan
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 23/51
fungsi ginjal yang sangat berat. Pada penderita gagal ginjal,
hiperfostatemia merupakan suatu masalah karena dialisa sangat tidak
efektif dalam membuang kelebihan fosfat.
Gejala :
Jika pada penderita yang menjalani dialisa, konsentrasi fosfat darahnya
meningkat, maka konsentrasi kalsium darah akan menurun. Hal ini
merangsang kelenjar paratiroid untuk mengeluarkan hormon paratiroid,
yang akan meningkatka konsentrasi kalsium darah dengan cara mengambil
kalsium dari tulang. Jika keadaan ini terus berlanjut, bisa terjadi
kelemahan tulang yang progresif, mengakibatkan nyeri dan patah tulang
karena cedera yang ringan. Kalsium dan fosfat dapat membentuk kristal
pada dinding pembuluh darah dan jantung, menyebabkan arteriosklerosis
yang berat dan memicu terjadinya stroke, serangan jantung dan sirkulasi
darah yang buruk. Kristal tersebut juga dapat terbentuk di kulit dan
menyebabkan rasa gatal yang hebat.Diagnosis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya.
2) Hipofosfatemia
Definisi :
Hipofosfatemia didefinisikan sebagai konsentrasi fosfor dibawah normal
(kurang dari 2,5 mgr/dL darah). Hipofosfatemia dapat terjadi selama
pemberian kalori pada pasien dengan malnutrisi kalori-protein yang parah.
Hal ini paling mungkin untuk terjadi dengan masukan atau pemberian
sangat banyak karbohidrat sederhana. Hipofosfatemia jelas dapat terjadi
pada pasien malnutrisi yang mendapat nutrisi parenteral total (NPT) jika
kehilangan fosfor tidak diperbaiki secara adekuat.
Penyebab :
Hipofosfatemia menahun terjadi pada:
- Hiperparatiroidisme
- Hipotiroidisme (suatu kelenjar tiroid yang kurang aktif)
- Fungsi ginjal yang buruk
- Penggunaan diuretik dalam waktu lama.
Dosis racun dari teofilin bisa mengurangi jumlah fosfat dalam tubuh.
Mengkonsumsi sejumlah besar antacid alumunium hidroksida dalam
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 24/51
waktu yang lama, juga bisa mengurangi fosfat dalam tubuh, terutama pada
penderita yang mengalami dialisa ginjal.
Cadangan fosfat juga akan berkurang pada:
- Malnutrisi berat
- Ketoasidosis diabetikum
- Keracunan alkohol yang berat
- Luka bakar hebat
- Magnesium rendah
- Kalium rendah
- Respirasi alkalosis dapat menyebabkan penurunan fosfor karena
perpindahan fosfor interselular.
Gejala akan muncul hanya jika konsentrasi fosfat darah sangat rendah.
Pada awalnya penderita akan mengalami kelemahan otot. Selanjutnya
tulang menjadi rapuh, mengakibatkan nyeri tulang dan fraktur (patah
tulang). Pada konsentrasi yang amat sangat rendah (kurang dari 1.5
mgr/dL darah) dapat berakibat serius menyebabkan kelemahan otot yang
semakin memburuk, stupor (penurunan kesadaran), koma dan kematian.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah dan gejala-gejalanya
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kulit berwarna agak putih ( pucat )
Penimbunan pigmen urine (terutama urokrom) bersama anemia pada insufisiensi
ginjal lanjut akan menyebabkan kulit pasien menjadi putih seakan-akan berlilin
dan kekuning-kuningan.
Anemia
Anemia merupakan gejala obyektif yang sangat sering dijumpai pada
penyakit sistemik. kelaianan sistemik yang sering disertai anemia adalah :
a. penyakit kronik
b. gagal ginjal kronik
c. penyakit hati kronik
d. hipotiroidisme
Anemia akibat chronic kidney disease
Patogenesis anemia pada chronic kidney disease sangat kompleks dan
beraneka ragam. Teori-teori yang diajukan antara lain :
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 25/51
a.Menurunnya eritropoesis
1) Menurunnya produksi eritropoetin antara lain :
a) berkurangnya parenkhim ginjal
b) menurunnya afinitas Hb terhadap oksigen
c) merendahnya set poin dari eritropoetin tisssue
oxygenation hematokrit feed back mechanisme.
2) Adanya faktor-faktor diluar eritropoeitin :
a) hemolisis oleh efek toksik uremik terhadap membran
eritrosit dan membran eritrosit
b) defisiensi besi karena perdarahan kronik yang sering
terjadi pad penderita gagal ginjal kronik atau akibat hemodialisis
c) adanya defisiensi asam folat
Gambaran klinis
Pada gagal ginjal kronik dijumpai anemia normokromik normositer yang
bersifat hipoproliferatif denagn retikulositopenia.dapat dijumapi burr cell .
Anemia juga dapat bersifat hipokromik normositerjika da defisiensi besi.
Terdapat schistocyte jika ada anemia hemolitik mikroangiopati. Sumsum
tulang menunjukkan normoselluler tanpa kelainan maturasi.
Terapi
Terapi terpenting dalah memperbaiki penyakit ginjalnya. Perlu juga
memperhatikan kadar besi dan asam folat. Transfusi darah dengan sel darah
merah yang dimampatkan diberikan jika naemia berat atau simptomatik
yaitu jiak hemoglobin kurang dari 7 mg/dl atau hematokrit kurang dari 20 %.
2. Tekanan darah : 170/100
Hipertensi
Renin-Angiotensin-Aldosteron ( RAA ) sistem berperan penting dalam
memelihara hemodinamik dan homeostatis kardiovaskular. Sistem RAA
dianggap sebagai sesuatu homeostatik feedback loop dimana ginjal dapat
mengeluarkan renin sebagai respon terhadap rangsangan seperti tekanan
darah rendah, stress simpatetik, berkurangnya volume darah, dan bila
keadaan-keadaan ini normal kembali maka RAA sistem tidak teraktivasi.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 26/51
Penyakit ginjal dapat menyebabkan naiknya tekanan darah dan sebaliknya
hipertensi dalam jangka waktu lama dapat mengganggu ginjal. Di klinik
sukar untuk membedakan kedua keadaan inin terutama pada penyakit ginjal
menahun.. Apakah hipertensi yang menyebabkan penyakit ginjal menahun
ataukah penyakit ginjal yang menyebabkan naiknya tekanan darah dan untuk
mengetahui kedua keadaan ini diperlukan adanya catatan medik yang teratur
dalam jangka panjang.
Klasifikasi Hipertensi sesuai WHO / ISH
Klasifikasi Sistolik ( mmHg ) Diastolik ( mmHg )
Normotensi < 140 < 90
Hipetensi Ringan 140 -180 90 - 105Hipertensi Perbatasan 140 - 160 90 - 95
Hipertensi sedang dan berat > 180 > 105
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 < 90
Hipertensi sistolik perbatasan 140 - 160 < 90
Klasifikasi berdasarkan The Six Report of The Joint National Commite on
Prevention, Dtection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 1997
kategori Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
Rekomendasi
Normal < 130 <85 Periksa ulang dalam 2
tahun
Perbatasan 130 - 139 85 - 89 Periksa ulang dalam 1
tahun
Hipertensi tingkat
I
140 - 159 90 - 99 Konfirmasi dalam 1 atau 2
bulan, anjurkan modifikasi
gaya hidup
Hipertensi tingkatII
160 -179 100 - 109 Evaluasi atau rujuk dalam1 bulan
Hipertensi tingkat
III
≥ 180 ≥ 110 Evaluasi atau rujuk segera
dalam 1 minggu
berdasarkan kondisi klinis
Hipertensi pada gagal ginjal kronik dikarenakan hal-hal sebagai berikut :
1. Retensi natrium
2. Peningkatan sistem RAA akibat iskemi relatif karena kerusakan regional
3. Aktivitas saraf simpatis meningkat akibat kerusaka ginjal
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 27/51
4. Hiperparatirod sekunder
5. Pemberian eritropoetin
3. Funduskopi Retinopati ( + )
Retinopati Hipertensif
Retinopati hipertensi adalah suatu kondisi dengan karakteristik perubahan
vaskularisasi retina pada populasi yang menderita hipertensi. Pada keadaan
hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami beberapa seri perubahan
patofisiologis sebagai respon terhadap peningkatan tekanan darah. Terdapat
teori bahwa terjadi spasme arterioles dan kerusakan endothelial pada tahap
akut sementara pada tahap kronis terjadi hialinisasi pembuluh darah yang
menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah.
a. Pada tahap awal, pembuluh darah retina akan mengalami
vasokonstriksi secara generalisata yang merupakan akibat dari
peningkatan tonus arteriolus dari mekanisme autoregulasi yang
seharusnya berperan sebagai fungsi proteksi. Pada pemeriksaan
funduskopi akan kelihatan penyempitan arterioles retina secara
generalisata.
b. Peningkatan tekanan darah secara persisten akan menyebabkan
terjadinya penebalan intima pembuluh darah, hiperplasia dinding
tunika media dan degenerasi hyalin. Pada tahap ini akan terjadi
penyempitan arteriolar yang lebih berat dan perubahan pada
persilangan arteri-vena yang dikenal sebagai ”arteriovenous
nicking”. Terjadi juga perubahan pada refleks cahaya arteriolar
yaitu terjadi pelebaran dan aksentuasi dari refleks cahaya sentral
yang dikenal sebagai ”copper wiring”.
c. Setelah itu akan terjadi tahap pembentukan eksudat, yang akan
menimbulkan kerusakan pada sawar darah-retina, nekrosis otot
polos dan sel-sel endotel, eksudasi darah dan lipid, dan iskemik
retina. Perubahan-perubahan ini bermanifestasi pada retina sebagai
gambaran mikroaneurisma, hemoragik, hard exudate dan infark
pada lapisan serat saraf yang dikenal sebagai cotton-wool spot.
Edema diskus optikus dapat terlihat pada tahap ini, dan biasanya
meripakan indikasi telah terjadi peningkatan tekanan darah yang
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 28/51
sangatberat.
Klasifikasi Keith-Wagener-Barker (1939) :
Stadium I
Penyempitan ringan, sklerosis dan tortuosity arterioles retina; hipertensi
ringan, asimptomatis
Stadium II
Penyempitan definitif, konstriksi fokal, sklerosis, dan nicking arteriovenous;
ekanan darah semakin meninggi, timbul beberapa gejala dari hipertensi
Stadium III
Retinopati (cotton-wool spot, arteriosclerosis, hemoragik); tekanan darah terus
meningkat dan bertahan, muncul gejala sakit kepala, vertigo, kesemutan,
kerusakan ringan organ jantung, otak dan fungsi ginjal
Stadium IV
Edema neuroretinal termasuk papiledema, garis Siegrist, Elschig spot;
peningkatan tekanan darah secara persisten, gejala sakit kepala, asthenia,
penurunan berat badan, dyspnea, gangguan penglihatan, kerusakan organ
jantung, otak dan fungsi ginjal.
WHO membagikan stadium I dan II dari Keith dkk sebagai retinopati
hipertensi dan stadium III dan IV sebagai malignant hipertensi.
4. Edema
Edema terjadi pada kondisi di mana terjadi :
a. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler
b. Peningkatan permeabilitas kapiler
c. Peningkatan tekanan osmotik interstitial kapiler
d. Penurunana tekanan osmotik plasma
Jika aliran darah ke ginjal berkurang maka terjadi :
1) Peningkatan reabsorbsi garam dan air di tubulus proksimalis
Penurunana aliran darh ke ginjal dipersepsikan oleh ginjal sebagai
penrunan tekana darah sehingga terjadi kompensasi peningkatan sekresi
renin oleh aparatus jukstaglomerulus. Renin akan meningkatkan
pembentukkan angiotensin II yang akan menyebabkan kontriksi arteriol
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 29/51
eferen sehingga terjadi peningkatan fraksi filtrasi dan peningkatan tekanan
osmotik kapiler glomerulus. Peningkatan tekanan osmotik ini akan
menyebabkan peningkatan reabsorbsi air pada tubulus proksimalis.
2) Peningkatan reabsorbsi natirum dan air pada tubulus distalis
Angiotensin II akan merangsang kelenjar adrenal melepaskan aldosteron,
aldosteron ini akan menyebabkan retensi natrium pada tubulus kontortus
distalis.
3) Sekresi ADH
Penurunan aliran darah ginjal akan merangsang reseptor volume pada
pembuluh arteri besar dan hipotalamus aktivasi reseptor ini akan
merangsang pelepasan ADH yang kemudian mengakibatkan ginjal
menahan air.
Mekanisme Retensi natrium dan air
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 30/51
D. Pemeriksaan Laboratorium
Normal Pasien Interpretasi
Ureum (mg/l) 10-50 mg/dl 60 Uremia
Kreatinin serum
(mg/dl)
0,6-1,3 (pria)
0,5-0,9
(wanita)
2,2 Peningkatan kretinin
dalam darah
Penjernihan kreatinin Rumus Cockcroft-Gault Penyakit ginjal kronik
Derajat 3
Natrium serum (mEq/l) 135-145 138 Normal
Kalium serum (mEq/l) 3,5-5,0 4,0 Normal
Albumin serum (g/l) 3,8-5,1 3,0 Hipoalbuminemia
Kalsium serum (mg/dl) 8,8-10,3 7,3 Hipocalcemia
Fosfat serum (mg/dl) 2,5-4,5 6,2 Hiperfosfatemia
pH urine 5-7 6,2 Normal
Protein urine - ++ Proteinuria
Hb (g/dl) 14-18 (pria)
12-16 (wanita)
9,8 Anemia
a. Peningkatan ureum dalam darah (uremia) terjadi karena :
i. Faktor prerenal
a) shok
b) penurunan volume darah keginjal
Gangguan fungsi
ginjal
PenurunanLFG
proteinuria
Hipoalbuminemia
Penurunan aliran
darah ke ginjal
Defek intrisik ekskresi narium
dan air
Retensi natrium
dan air oleh ginjal
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 31/51
c) perdarahan
d) dehidrasi
e) peningkatan katabolisme protein pada hemolisis
f) luka baker, demam tinggi dan trauma
ii. Faktor renal
a. gagal ginjal akut
b. glomerulonefritis
c. hipertensi maligna
d. nekrosis kortek ginjal
e. obat-obat nefrotoksik
iii. Faktor postrenal
a. obstruksi ureter oleh batu, tumor, radang,
b. penyempitan atau penyumbatan uretra kerena prostat hipertrofi,
striktura, dll.
b. Peningkatan kreatinin dalam darah menunjukkan adanya penurunan fungsi ginjal
dan penyusutan masa otot rangka. Peningkatan kadar kreatinin darah terjadi
pada gagal ginjal akut dan kronis, shok yang lama, kanker, lupus eritematosus,
nefropati diabetic, gagal jantung kongestif, AMI (akut mikard infark), dan
konsumsi daging sapi tinggi. Obat yang dapat meningkatkan kadar kreatinin
adalah vitamin C, metildopa, litium karbonat, dan antibiotika golongan
sefalosporin, amfoterisin B, aminoglikosid, dan kanamisin.
c. Penjernihan kreatinin dengan rumus Cockcroft-Gault
Klirens kreatinin sering di ngunakan sebagai penentu GFR dan pengukur derajat
kerusakan ginjal.
Pada wanita x 0,85
(140-23) x 58
= 42,84
72 x 2,2
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 32/51
Klasifikasi atas dasar diagnosis
DERAJAT PENJELASAN LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dgn LFG normal
atau ↑
≥ 90
2 Kerusakan ginjal dgn LFG ↓ ringan 60 – 89
3 Kerusakan ginjal dgn LFG ↓ sedang 30 – 59
4 Kerusakan ginjal dgn LFG ↓ berat 15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
d. Natrium serum pasien normal. Natrium adalah cairan elektrolit
ekstraseluler.Penurunan Natrium terdapat pada penderita muntah, diare,
penghisapan lambung, cidera jaringan, diet rendah garam, luka bakar, gagal
ginjal, penggunaan obat diuretik Furosemid, Thiazid. Peningkatan natrium
pada penderita dehidrasi, gangguan jantung kronis, dll
e. Kalium adalah cairan elektrolit yang berada pada ruang vaskuler
f. Penurunan albumin mengakibatkan keluarnya cairan vaskular menuju ke
jaringan sehingga terjadi oedema. Penyakit atau keadaan yang mengakibatkan
hipoalbuinemia :
1) Berkurangnya sintesis albumin : malnutrisi, sindrom malabsorbsi, radang
menahun, penyakit hati manahun, kelainan genetik.
2) Peningkatan ekskresi : sindrom nefrotik, luka bakar yang luas, dan penyakit
usus.
3) Katabolisme meningkat : luka bakar luas, keganasan yang meluas faktor
berganda : sirosis hati, kehamilan dan CHF.
g. Proteinuria terjadi pada pasien yang bekerja keras, demam, dan penyakit ginjal.h. Penurunan Hb terdapat pada pasien : anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian
cairan intravena berlebihan, penyakit hodskin. Dapat juga disebabkan oleh
obat-obatan, misalnya : antibiotika, aspirin, antineoplastik, indometasin,
primaquin, rifampin, trimetadion, sulfonamida.
Mekanisme ↑ ureum, kreatinin, fosfat, hipoalbuminemia, proteinuria dan anemia
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 33/51
Peningkatan ureum dan kreatinin serum juga terajadi akibat kerusakan fungsi
glomerulus dalam memfiltrasi darah karena berbagai sebab tertentu. Adanya
proliferasi dan penebalan membrane basalis ginjal dan ↓ GFR akan
menyebabkan retensi ureum dan kreatinin di darah yang akan menyebabkan
terjadinya syndrome uremia.
1) Syndrome uremia akan menyebabkan :
a) Lidah kering dan berselaput
b) Rasa logam di lidah
c) Urea di saliva di pecah oleh flora normal mulut menjadi amonia
sehingga bau nafas seperti bau urin
Keselurahan proses tersebut akan mengubah cita rasa sehingga pasien
merasa tidak nafsu makan, mual dan bahkan muntah. Akibatnya terjadi
CKD
↓ GFR
↓ ekskresi
fosfat
↓ sekresi
eritropoeitin
↓
pembentukan
RBC
anemia
hiperfosfate
mia
↓ kadar Ca
serum
↓ sekresi
calcitriol
Menghambat
absorbsi Ca
hipocalcemia
Kerusakan glomerulus dan parenkim ginjal secara
perlahan-lahan
Kerusakan fungsi pada
system filtrasi glomerulus
proteinuria
hipoalbuminemia
↓ tek.osmotik
plasma
edema
BB seolah-olahmeningkat drastis
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 34/51
penurunan asupan makanan dan kalori yang membuat pasien merasa
lemah
2) Hipertensi yang dialami dapat menyebabkan gejala sakit kepala
E. DD dan Penegakan Diagnosis
1. Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada kasus Vignette ini yaitu gagal ginjal akut.
Keterangan Penyakit Ginjal Kronik Gagal Ginjal Akut
Jenis Irreversible Reversible
Waktu Berkembal selama
berbulan-bulan sampai
menahun
Berkembang dalam
hitungan hari sampai
minggu
2. Penegakan diagnosis
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan laboratorium
F. Diagnosis Kerja
Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronis,merupakan permasalahan bidang nefrologi dengan angka
kejadiannya masih cukup tinggi, etiologi luas dan komplek, sering tanpa keluhan
maupun gejala klinis kecuali sudah terjun ke stadium terminal (gagal ginjal
terminal).
Pasien penyakit ginjal kronis dievaluasi selain untuk menetapkan diagnosa jenis
penyakit ginjal, juga untuk mengetahui adanya penyakit penyerta, derajat penyakit
dengan menilai fungsi ginjal, komplikasi yang terkait dengan derajat fungsi ginjal.
1. Definisi
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 35/51
Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau
lebih, berdasarkan kelainan patologik atau petanda kerusakan ginjal seperti
kelainan pada urinalisis, dengan penurunan laju filtrasi glom[erulus ataupun tidak.
Penyakit ginjal kronik ditandai dengan penurunan semua faal ginjal secara
bertahap, diikuti penimbunan sisa metabolisme protein dan gangguan
keseimbangan cairan dan elrektrolit.
2. Kriteria
a. Kerusakan ginjal selama 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal
dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan :
1) Kelainan patologik
2) Petanda kerusakan ginjal seperti kelainan pada komposisi darah atau urine
atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan
b. Laju filtrasi glomerulus < 60 mL/min/1,73 m² selama > 3 bulan, dengan atau
tanpa kerusakan ginjal.
3. Klasifikasi
Pada individu dengan PGK, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi
glomerulus (LFG), yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai LFG yang
lebih rendah berdasarkan ada atau tidak adanya penyakit ginjal.
Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu :
a. Derajat (stage) yaitu berdasarkan LFG dengan rumus Kockroft – Gault.
LFG (ml/mnt/1,73m2) = (140- umur) x BB
72 x kreat plsm mg/dl note : Pada
wanita x 0,85
Klasifikasi atas dasar diagnosis
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 36/51
DERAJAT PENJELASAN LFG (ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dgn LFG normal
atau ↑
≥ 90
2 Kerusakan ginjal dgn LFG ↓ ringan 60 – 89
3 Kerusakan ginjal dgn LFG ↓
sedang
30 – 59
4 Kerusakan ginjal dgn LFG ↓ berat 15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
b. Berdasarkan diagnosa kausa/etiologi
PENYAKIT TYPE MAYOR (CONTOH)
Penyakit ginjal
diabetes
- Diabetes tipe 1 dan 2
Penyakit ginjal
non diabetes
- Penyakit glomerular (penyakit otoimun, infeksi sistemik, obat,
neoplasia), Penyakit vascular (penyakit pembuluh darah besar,
hipertensi, mikroangiopati), Penyakit tubulointerstitial (pielonefritis
kronik, batu, obstruksi, keracunan obat), Penyakit kistik (ginjal
polikstik)
Penyakit pada
transplantasi
- Rejeksi kronik, Keracunan obat (siklosporin/takrolimus), Penyakit
recurrent (glomerular), Transplant glomerulopathy
Hubungan antara penurunan LFG (LFG) dan gambaran klinis sebagai berikut :
1) Penurunan cadangan faal ginjal (LFG = 40-75%)
Pada tahap ini biasanya tanpa keluhan, karena faal ekskresi dan regulasi
masih dapat dipertahankan normal. Masalah ini sesuai dengan konsep intac
nephron hypothesis.
Kelompok pasien ini sering ditemukan kebetulan pada pemeriksaan
laboratorium rutin.
2) Insufisiensi renal (LFG = 20-50%)
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 37/51
Pasien PGK pada tahap ini masih dapat melakukan aktivitas normal
walaupun sudah memperlihatkan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan
retensi azotemia. Pada pemeriksaan hanya ditemukan hipertensi
(glomerulopati), anemia (penurunan HCT) dan hiperurikemia. Pasien pada
tahap ini mudah terjun ke sindrom acute on chronik renal failure artinya
gambaran klinis penyakit ginjal akut (GGA) paada seorang pasien penyakit
ginjal kronis (GGK). Sindrom ini sering berhubungan dengan faktor-faktor
yang memperburuk faal ginjal (LFG).
Sindrom acute on chronik renal failure :
a) Oliguria
b) Tanda-tanda overhydration (bendungan paru, bendungan hepar,
kardiomegali)
c) Edema perifer (ekstrimitas & otak)
d) Asidosis, hiperkalemia
e) Anemia
f) Hipertensi berat
3) Gagal ginjal (LFG = 5-25%)
Gambaran klinis dan laboratorium makin nyata : anemia, hipertensi,
overhydration atau dehidrasi, kelainan laboratorium seperti penurunan HCT,
hiperurikemia, kenaikan ureum & kreatinin serum, hiperfosfatemia,
hiponatremia dilusi atau normonatremia, kalium serum biasanya masih
normal.
4) Sindrom azotemia
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 38/51
Sindrom azotemia (istilah lama uremia) dengan gambaran klinis sangat
komplek dan melibatkan banyak organ (multi organ).
Secara garis besar sindrom azotemia terdiri dari:
a) Neuropsikiatri
b) Okuler : red-eye syndrome, band keratopathy, retinopathy
hypertensive
c) Saluran cerna atas: haus, stomatitis
d) Endokrin : hipertrofi paratiroid, hiperparatiroidisme sekunder
e) Paru : uremic lung, respirasi Kussmaul
f) Kardiovaskuler : hipertensi, kardiomiopati, perikarditis, gagal jantung
kongestif
g) Saluran cerna bawah: hiccup, mual, muntah
h) Ginjal : mengisut ( contracted ), polikistik
i) Urogenital : poliuria, nokturia, proteinuria, hematuria
j) Otot : miopati
k) Kulit : kering, efek garukan
l) Ekstremitas : sembabm)Neuropati perifer : footdrop, numbness
4. Etiologi
Umumnya penyakit ginjal kronis disebabkan penyakit ginjal instrinsik difus dan
menahun. Tetapi hampir semua nefropati bilateral dan progresif akan berakhir
dengan gaagal ginjal kronik.
Umumnya penyakit diluar ginjal, misal nefropati obstruktif dapat menyebabkan
kelainan ginjal intrinsik dan berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Glomerulonefritis, hipertensi esensial dan pielonefritis merupakan penyebab paling
sering dari gagal ginjal kronik, kira-kira 60%. Penyakit ginjal kronik yang
berhubungan dengan penyakit ginjal polikistik dan nefropati obstruktif hanya 15-
20%.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 39/51
Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkhim gagal progresif dan difus,
sering kali berakhir dengan penyakit ginjal kronik. Glomerulonefritis mungkin
berhubungan dengan penyakit penyakit sistemi (glomerulonefritis sekunder)
seperti SLE, poliartritis nodosa, granulomatosus Wagener. Glomerulonefritis yang
berhubungan dengan diabetes mellitus (glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai
dan dapat berakhir dengan penyakit ginjal kronik. Glomerulonefritis yang
berhubungan dengan amiloidosis sering dijumpai pada pasien dengan penyakit
menahun seperti tuberculosis, lepra, osteomielitis, arthritis rheumatoid dan
mieloma.
Penyakit ginjal hipertensif (arteriolar nephrosclerosis) merupakan salah satu
penyebab penyakit ginjal kronik. Insiden hipertensi esensial berat yang berakhir
dengan gagal ginjal kronik <10 %.
Pola etiologi PGK :
a. Glomerulonefritis
1) Primer
2) Sekunder
b. Penyakit ginjal herediter
c. Hipertensi esensial
d. Uropati obstruktif
e. Infeksi saluran kemih dan ginjal (pielonefritis)
f. Nefritis interstisial
Terdapat 3 patogenesis yang terjadi pada GGK diantaranya adalah:
a. Toksik Azotemia (metabolit toksik)
Toksik Azotemia adalah substansi normal, pada penurunan LFG menyebabkan
retensi zat tersebut (Ureum, Metilguanidin, GSA).
Retensi zat-zat tersebut menyebabkan beberapa keluhan diantaranya : haus,
poliuria, mual, anoreksia, stomatitis, kolitis, ulserasi mukosa duodenum dan
gaster, perdarahan, perdarahan, kejang-kejang otot, parese saraf motorik,hipertrigliseridemia.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 40/51
b. Trade off (Intak nephron)
c. Kelainan Metabolisme
1) Metabolisme Karbohidrat
Terjadi PseudoDM, menurut beberapa penelitian gangguan metabolisme ini
terjadi akibat antagonis insulin perifer, kelainan insulin basal, dan sekresi
yang terlambat dari insulin terhadap beban glukosa.
2) Metabolisme Lemak
Hiprertrigliserida yang diduga akibat dari kenaikan sintesis Triglyserida-rich
lipoprotein dalam hepar.
3) Metabolisme Protein
Pada orang normal pembatasan jumlah protein dalam waktu lama akan
menyebabkan keseimbangan negatif dari nitrogen. Sebaliknya pada pasien
GGK pembatasan jumlah protein tidak akan menyebabkan keseimbangan
negatif dari nitrogen.
4) Metabolisme Asam urat
Hiperurikemia pada GGK tidak mempunyai hubungan dengan derajat
penurunan faal ginjal, namun digunakan sebagai indikator penentuan
diagnosis dini dari GGK.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 41/51
5) Metabolisme Elektrolit
a. Metabolisme Na
Peningkatan ekskresi Na yang, yang diduga akibat natriuretic factor yang
menghambat reabsorbsi ion Na pada tubulus ginjal. Normalnya Na
diekskresikan sebesar 20-40 mEq/hari, tidak jarang mencapai 100-
200mEq per hari pada keadaan salt-wasting .
Mekanisme salt-wasting, mempuyai hubungan dengan beberapa faktor
diantaranya;
1) Beban urea
2) Redistribusi aliran darah intrarenal
3) Hormon/faktor natriuresis
4) Muntah-muntah
Bila kehilangan Na disertai penurunan volume cairan
ekstraselular(VCES), akan diikuti penurunan filtrasi glomerulus,sehingga
faal ginjal akan lebih buruk lagi.keadaan ini terjadi pada acute on chronicrenal failure. bila kehilangan Na ini tidak disertai dengan kehilangan air,
VCES normal,menyebabkan hiponatremia. Pembatasan garam pada
pasien GGK, dapat membahayakan.Pada sebagian pasien GGK, terutama
yang berhubungan dengan glomerulopati sering ekskresi Na
menurun,terjadi retensi Na dan air dinamakan sembab.Jadi memahami
metabolisme Na pada GGK sangat penting terutama untuk pemberian
garam Na dalam menu.
b. Metabolisme Air
Gangguan kemampuan konsentrasi pada Gagal ginjal kronik tidak selalu
berhubungan dengan penyakit dari collecting duct atau loop of Henle,
lebih sering akibat beban urea dari nefron-nefron yang masih utuh.
Pada beberapa pasien gagal ginjal kronik dengan jumlah nefron makin
berkurang, fleksibilitas untuk ekskresi air juga akan berkurang sehingga
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 42/51
dengan mudah terjadi keracunan air (water overload ). Keadaan water
overload baik renal maupun ekstra renal dapat menyebabkan
hiponatremia.
Defisit air diretai natrium(dehidrasi) lebih sering menyebabkan penurunan
faal ginjal yang terbalikan pada pasien-pasien gagal ginjal sehingga terjadi
oliguria, keadaan demikian dinamakan acute on chronic on failure.
Penurunan kemampuan untuk konsentrasi air sering kencing pada malam
hari (nokturia). Bila nokturia in tidak diimbangi dengan pemberian air
dapat menyebabkan dehidrasi pada malam hari. Keadaan dehidrasi ini
akan memperburuk LFG. Keluhan mual dan muntah makin berat pada
pagi hari seperti muntah sedang hamil muda (morning sickness).
c. Metabolisme Kalsium
Pada pasien GGK sering ditemukan hipocalsemia, disebabkan penurunan
absorbsi Ca melalui usus dan gangguan mobilisasi Ca serta
hiperfosfatemia.
d. Keseimbangan asam-basa
Pada GGK terjadi gangguan ekskresi ion H+ sehingga dapat menyebabkan
asidosis sistemik dengan penurunan pH plasma dan darah.
Patogenesis asidosis metabolik pada gagal ginjal kronik:
1) Penurunan ekskresi ammonia karena kehilangan sejumlah nefron.
2) Penurunan ekskresi titrable acid terutama fosfat, karena asupan dan
absorbsi melalui usus berkurang.
3) Kehilangan sejumlah bikarbonat melalui urine (bicarbonate wasting ).
e. Fosfat
Hiperfosfatemia yang terjadi pada GGK memegang peranan penting pada
hipokalsemia dan hiperparatiroidisme, dan akhirnya dapat menyebabkan penyebaran klasifikasi pada organ-organ lain (metastatic calcification).
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 43/51
f. Magnesium
Kenaikan serum Magnesium sangat jarang menimbulkan keluhan akan
gejala, kecuali magnesium yang mengandung laksantif dan antasida akan
menekan SSP.
5. Terapi Pasien
Banyak faktor yang perlu dikendalikan untuk mencegah / memperlambat
progresifitas penurunan faal ginjal (LFG). diantara penyakit dasar ginjal
glomerulopati tergantung dari kelainan histopatologi ginjal, protein hewani,
hiperkolesterolemia, hipertensi sistemik, gangguan elektrolit (hipokalsemia dan
hipokalemia) merupakan faktor-faktor yang memperburuk faal ginjal.
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum
terjadinya penurunana LFG, sehingga pemburukan fungsi ginjal tidak terjadi.
Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasonografi, biopsi dan
pemeriksaan histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepatterhadap terapi spesifik. Sebaliknya, bila LFG sudah menurun samapai 20-30%
dari normal, terapi terhadap penyakit dasar sudah tidak banyak bermanfaat.
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid condition)
Penting sekali untuk mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada
pasien Penyakit Ginjal Kronik. Hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid
(superimposed factors) yang dapat memperburuk keadaan pasien. Faktor-faktor
komorbid ini antara lain, gangguan keseimbanagn cairan, hipertensi yang tidak
terkontrol, infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, obat-obat
nefrotoksik, bahan radiokontras, atau peningkatan aktivitas penyakit dasarnya.
c. Memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal
Pembatasan Asupan Protein. Pembatasan asupan protein mulai dilakukan
pada LFG ≤ 60 ml/mnt, sedangkan di atas nilai tersebut, pembatasan asupan
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 44/51
protein tidak selalu dianjurkan. Protein diberikan 0,6-0,8/kg.bb/hari, yang 0,35-
0,50 gr diantaranya merupakan protein nilai biologi tinggi. Jumlah kalori yang
diberikan sebesar 30-35 kkal/kgBB/hari. Dibutuhkan pemantauan yang teratur
terhadap status nutrisi pasien. Bila terjadi malnutrisi, jumlah asupan kalori dan
protein dapat ditingkatkan. Berbeda dengan lemak dan karbohidrat, kelebihan
protein tidak disimpan dalam tubuh tetapi dipecah menjadi urea dan substansi
nitrogen lain, yang terutama diekskresikan melalui ginjal. Selain itu, makanan
tinggi protein yang mengandung ion hydrogen, fosfst, sulfat, dan ion unorganik
lain juga diekskresikan melalui ginjal. Oleh karena itu, pemberian diet tinggi
protein pada pasien Penyakit Ginjal Kronik akan mengakibatkan penimbunan
substansi nitrogen dan ion anorganik lain, dan mengakibatkan gangguan klinis
dan metabolik yang disebur uremia. Dengan demikian, pembatasan asupan
protein akan mengakibatkan berkurangnya sindrom uremic. Masalah penting
lain adalah, asupan protein berlebih ( protein overloaded ) akan mengakibatkan
perubahan hemodinamik ginjal berupa peningkatan aliran darah dan tekanan
intraglomerulus (intaglomerulus hyperfiltration), yang akan meningkatkan
progresifitas pemburukan fungsi ginjal. Pembatasan asupan protein juga
berkaitan dengan pembatasan asupan fosfat, karena protein dan fosfat selalu
berasal dari sumber yang sama. Pembatasan fosfat perlu untuk mencegah
terjadinya hiperfosfatemia.
PEMBATASAN ASUPAN PROTEIN & FOSFAT PD PGK
LFG
ml/mnt
Asupan protein g/kg/hari Fosfat
g/kg/hr
> 60 - Tidak dianjurkan Tdk dibatasi
25 – 60
- 0,6-0,8 kg/hr termasuk ≥ 0,35 gr/kg/hr nilai
biologi tinggi
≤ 10 g
5 – 25
- 0,6-0,8 kg/hr termasuk ≥ 0,35 gr/kg/hr nilai
biologi tinggi atau tambahan 0,3 g asam amino
esensial atau asam keto
≤ 10 g
< 60
(sindrom
- 0,8/kg/hr (+1 gr protein / g proteinuria atau
0,3 g/kg tambahan asam amino esensial atau
asam keto
≤ 9 g
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 45/51
nefrotik)
Konsumsi Protein hewani tergantung LFG:
1) GGK ringan (LFG > 70ml/min/1,73 m2)
a) Tanpa penurunan progresif LFG
Jumlah protein hewani yang dianjurkan antara 1,0-1,2 gr/kgBB/hari
b) Disertai penurunan progresif LFG
Jumlah protein yang dianjurkan antara 0,55-0,60 gr/kgBB/hari dan lebih
dari 0,35gr/kgBB/hari terdiri dari protein hewani dengan nilai biologis
tinggi.
2) GGK moderat (LFG 25-70ml/min/1,73 m2)
Jumlah protein yang dianjurkan 0,55-0,60gr/kgBB/hari, lebih dari
0,35gr/kgBB/hari protein nilai biologis tinggi atau 0,28 gr protein/kgBB/hari
dengan 10-20gr/hari asam amio esensial atau asam keto.
3) GGK tingkat lanjut (LFG 5-25ml/min/1,73 m2)
Jumlah protein yang dianjurkan antara 0,55-0,60gr/kgBB/hari,lebih
0,35gr/kgBB/hari protein nilai biologis tinggi atau 0,28gr protein/kgBB/hari
dengan 10gr/hari asam amino esensial per keto.
Tujuan diet penyakit ginjal kronik adalah untuk :
a) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan
sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
b) Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).
c) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
d) Mencegah atau mengurangi progesivitas gagal ginjal, dengan memperlambat
turunnya laju filtrasi glomerulus.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 46/51
Penatalaksanaan Diet:
1. Protein : Protein dianjurkan sesuai dengan tingkatan penurunan fungsi ginjal.
Pada saat ini anjuran asupan protein 0.8gr/kg BB/hari, kurang atau sama dengan
10% dari total energi. Apabila terjadi penurunan fungsi ginjal sudah sangat buruk
GFR/CCT/TKK 10-15 mL/menit maka asupan protein dianjurkan lebih rendah
yaitu 0.6 gr/kg BB.
Jika pasien sudah menjalani terapi pengganti hemodialisis protein dianjurkan 1.2
g/kgBB/hari, sedangkan jika pasien menjalani CAPD (Continuous Ambulatory
Peritoneal Dialysis) protein 20% dari total dianjurkan 1.3 - 1.5 g/kg BB/hari atau
sama dengan kalori.
Pada pasien ini, diberikan batasan asupan protein sebesar 40 g.
2. Energi : secara tepat dapat dihitung kebutuhan energi untuk pasien yaitu 35
Kcal/kgBB/hari. Asupan energi yang adekuat bertujuan agar protein tidak dipecah
menjadi sumber energi. Karena protein dibatasi pada diet, energi lebih banyak
diambil dari sumber karbohidrat dan lemak.
3. Karbohidrat : Sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah 60% dari total kalori,
penggunaan karbohidrat tetap diutamakan. Bahan makanan tinggi kalori rendah
protein dari karbohidrat sederhana seperti gula dapat dianjurkan dikonsumsi
bersamaan dengan makanan, atau dimasukan dalam makanan olahan.
4. Lemak : Anjuran lemak adalah 30% dari total kalori. Asupan lemak jenuh
dianjurkan kurang dari 10%. Asupan kolesterol dianjurkan kurang dari
300mg/hari.
5. Garam (natrium) : Anjuran asupan garam (Na) untuk pasien berkisar antara
1000- 3000 mg Na sehari, tergantung pada tekanan darah, ada tidaknya edema
atau asites, serta pengeluaran urin sehari. Pada pasien yang sudah menjalani terapi
pengganti hemodialisis kebutuhan natrium adalah 1000 mg + 2000 mg apabila
urine sehari 1000ml.
Pada kasus ini, diberikan batasan asupan natrium sebesar 1000 mg.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 47/51
6. Kalium : Kadar kalium darah harus dipertahankan dalam batas normal. Pada
beberapa pasien, kadar kalium darah meningkat disebabkan karena asupan kalium
dari makanan yang berlebih atau karena obat-obatan yang diberikan. Anjuran
asupan kalium tidak selalu dibatasi, kecuali bila terjadi hiperkalemia yaitu kalium
darah > 5.5 mEq, jumlah urine yang sedikit atau GFR/CCT/TKK kurang atau
sama dengan 10mL/menit. Pada kondisi ini anjuran asupan kalium berkisar 40-70
mEq/hari (1600-2800 mg/hari) atau 40mg/kgBB/hari, hindari makanan tinggi
kalium. Pada pasien dengan terapi pengganti hemodialisis kebutuhan kalium dapat
dihitung berdasarkan pengeluaran urine sehari, yaitu kebutuhan dasar 2000 mg +
1000 mg apabila urine sehari 1000ml.
Pada kasus ini, diberikan asupan kalium sebesar 40 mEq
7. Fosfor : Pada pasien, apabila terjadi hiperfosfatemia (kadar fosfat darah
>6mg/dL) biasanya diterapi dengan diet rendah fosfat. Apabila asupan fosfor
berkisar 8-12 mg/kgBB/hari. Dengan semakin jeleknya fungsi ginjal, untuk
mengontrol fosfat tidak mungkin hanya dengan diet. Obat pengikat fosfat
diperlukan untuk mengikat fosfat dari makanan dalam saluran cerna yang
bertujuan mencapai serum fosfat darah berkisar 4-6mg/dL. Asupan protein
berhubungan dengan asupan fosfat. Perlu diketahui, agar obat pengikat fosfat
(phosphate binder)bekerja optmal, maka harus diminum bersamaan dengan
makan. Phosphate binder dapat diberikan sebanyak 4 x 500 mg(tablet) 3 x sehari.
8. Kalsium : Hipokalsemia (kadar Kalsium darah <8,5 mg/dL) kadang terjadi pada
pasien, penyebabnya adalah asupan kalsium yang tidak adekuat, penyerapan di
usus yang tidak baik serta hiperfosfatemia. Oleh karena itu biasanya pemberian
suplemen kalsium diberikan dokter dalam bentuk tablet. Asupan kalsium yang
dianjurkan adalah 1200 mg/hari. Suplemen kalsium yang biasa diberikan salah
satunya adalah kalsium karbonat, karena selain untuk suplemen juga sebagai
fosfat binder (pengikat fosfat). Kadar kalsium darah yang diharapkan berkisar 8.5-
11 mg/dL.
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 48/51
Penatalaksanaan konservatif gagal ginjal progressif :
Terapi konservatif diadakan dini untuk mengendalikan gejala, meminimalkan
komplikasi, mencegah akibat jangka panjang, dan memperlambat insufisiensi
ginjal. Kadar fungsi ginjal harus ditegaskan dalam interval yang periodik, dan
setiap komponen yang reversibel yang mungkin timbul harus dikoreksi.
Modifikasi diet merupakan aspek terapi konservatif yang penting. Restriksi dini
natrium dapat penting. Sewaktu insufisiensi ginjal berlanjut, makanan yang
tinggi kadar kalium dan fosfatnya sebaiknya dibatasi. Reduksi kandungan
protein diet memperbaik anoreksia, nausea, dan vomitus dan jika dimulai dini
(LFG >40 sampai 50 mL/menit) dapat menahan perburukan penyakit ginjal.
Orang dewasa sebaiknya mendapatkan tidak kurang dari 0,6 gram
protein/kgBB/hari untuk mencegah keseimbangan nitrogen negatif. Diet protein
sebanyak 0,28-0,60 gr protein/kgBB/hari harus ditambahkan dalam terapi asam
ketoamino esensial, menimbulkan penggunaan urea sebagai sumber nitrogen
non-esensial.
Perbaikan ketidakseimbangan elektrolit, misalnya penggunaan natrium
bikarbonat atau kalsium karbonat untuk memperbaiki asidosis metabolik dan
bikarbonat, kombinasi dekstrosa insulin, resin pertukaran natrium-kalium untuk
terapi hiperkalemia dapat diperlukan pada uremia yang lebih lanjut.
Hipermagnesemia, hiperamilasemia, hipertrigliseridemia, dan intoleransi
karbohidrat yang ringan umumnya tidak memerlukan atau tidak membutuhkan
terapi. Untuk menghindari kalsifikasi visceral dan vaskuler, produk kalsium-
fosfor sebaiknya <60. Pembatasan natrium, kalium, fosfat, dan protein dalam
makanan sering terbukti tidak dapat diterima oleh pasien. Konsekuensinya, jika
komplikasi uremia memburuk meski dengan penatalaksanaan konservatif,
dialisis dan/ atau transplantasi ginjal merupakan pilihan yang masih ada untuk
menyokong memperpanjang hidup.
Terapi Farmakologis untuk mengurangi hipertensi intraglomerulus. Pemakaian
obat antihipertensi, disamping bermanfaat untuk memperkecil resiko
kardiovaskular juga sangat penting untuk memperlambat pemburukankerusakan nefron dengan mengurangi hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 49/51
glomerulus. Beberapa studi membuktikan bahwa, pengendalian tekanan darah
mempunyai peran yang sama pentingnya dengan pembatasan asupan protein,
dalam memperkecil hipertensi intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Di
samping itu, sasaran terapi farmakologis sangat terkait dengan derajat
proteinuria. Saat ini diketahui secara luas bahwa, proteinuria merupakan factor
terjadinya pemburukan fungsi ginjal, dengan kata lain derajat proteinuria
berkaitan dengan proses perburukan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik.
Beberapa obat hipertensi, terutama penghambat enzim converting angiotensin
( Angiotensin Converting Enzyme/ACE inhibitor ) , melalui beberbagai studi
terbukti dapat memperlambat proses pemburukan fungsi ginjal. Hal ini terjadi
lewat mekanisme kerjanya sebagai antihipertensi dan antiproteinuria. Untuk
mencapai tekanan darah yang optimal pasien PGK sering harus diberikan
kombinasi 2 obat anti hipertensi.
Pengobatan pada pasien penyakit ginjal kronis dengan hipertensi
1. Pembatasan cairan dan natrium
2. Obat-obat antihipertensi
a.Diuretika sangat berperan pada mekanisme pengurangan volume
intravaskuler dan penurunan curah jantung.
b. Menurut WHO-ISH Guidelines 1999, ADA Recommendation
2002, direkomendasikan sebagai berikut : penggunaan ACE Inhibitor
maupun ARBs menunjukkan manfaat dalam menurunkan proteinuria
maupun progresifitas penurunan fungsi ginjal. Bahwa hambatan aktifitas
system RAA dengan ACE Inhibitor dan angiotensin II receptors blocker
dapat menurunkan proteinuria pada pasien dengan penyakit ginjal kronis
baik akibat diabetes maupun tidak.
Penatalaksanaan anemia pada pasien penyakit ginjal kronik
Penatalaksanaan terutama ditujukan untuk penyebab utamanya .Transfusi darah
hanya diberikan bila sangat perlu dan apabila transfuse tersebut dapat
memperbaiki keadaan klinis secara nyata. Tetapi yang terbaik apabila
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 50/51
hemoglobin <8gr/dl adalah dengan pemberian eritropoietin, tetapi pemakaian
obat ini masih terbatas karena mahal.
Terapi Penggantian Ginjal
Masa kini hanya ada 2 pilihan untuk Gagal Ginjal Terminal
Dialisis :
a. Hemodialisis (HD)
b. Continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)
Tranplantasi
Hemodialisis
Indikasi untuk inisiasi terapi dialisis :
1. Inisiasi terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala
toksik azotemia, dan nutrisi.tetapi terapi dialisis terlalu cepat pada pasien
GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG).2. Keputusan untuk inisiasi terapi dialisis berdasarkan parameter
laboratorium bila LFG antara 5 dan 8 ml/menit/1,73 m2.
Pemeriksaan LFG (radionuklida) paling tepat untuk mencerminkan faal ginjal
yang sebenarnya, sesuai dengan klirens inulin. Pemeriksaan ini terbatas di RS
rujukan. Untuk kepentingan klinis, estimasi klirens kreatinin dapat digunakan
formula Cockcroft dan Gault.
6. Komplikasi
7. Prognosis
5/11/2018 Skenario Vignette L3 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/skenario-vignette-l3 51/51
Daftar Pustaka
Kumar, Vinay, dkk.2007. Buku Ajar Patologi Robbins.Jakarta:EGC.
Price, Sylvia Anderson.2005. Patofisiologi.Jakarta:EGC
Tim Penyusun. 2001. Kapita Selekta Kedokteran ( edisi ke-3). Jakarta :Media
Aesculapius FKUI
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. 2006. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Guyton dan Hall. 2006. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Kamus Kedokteran Dorland
http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/NutritionLateCKD/index.htmhttp://www.aafp.org/afp/20051101/1723.html
http://www.nephrologypharmacy.com/downloads/KidneyDisease.pdf
http://www.kidney.org/atoz/pdf/hbpandckd.pdf
http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/Data/SR17/wtrank/sr17a305.pdf
http://www.chronicdisease.org/files/public/DietandNutritionSurveillance_ChronicDis
ease_WhitePaper_Final.pdf
http://www.ihs.gov/medicalprograms/kidney/pro_clinicaltools/BoneDiseaseandCKD.