skenario 2 gastro

45
LAPORAN TUTORIAL BLOK GASTROINTESTINAL SKENARIO 2: GASTRIC FLU Disusun oleh: Kelompok 3 Alindina Izzani G0011013 Andreas Agung Kurniawan G0011021 Chendy Endriansa G0011059 Devi Ratna Sari KP G0011069 Fitri Febrianti R G0011095 Hanif Nugra Pujiyanto G0011103 Muhammad Faizal G0011143 Nia Anggarani G0011149 RR. Vita A Prastiti G0011185 Sarah Nadya Roosana G0011191 1

Upload: chendy-endriansa

Post on 03-Jan-2016

66 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Tutor Gastro

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario 2 Gastro

LAPORAN TUTORIAL

BLOK GASTROINTESTINAL

SKENARIO 2: GASTRIC FLU

Disusun oleh:

Kelompok 3

Alindina Izzani G0011013

Andreas Agung Kurniawan G0011021

Chendy Endriansa G0011059

Devi Ratna Sari KP G0011069

Fitri Febrianti R G0011095

Hanif Nugra Pujiyanto G0011103

Muhammad Faizal G0011143

Nia Anggarani G0011149

RR. Vita A Prastiti G0011185

Sarah Nadya Roosana G0011191

Tutor Pembimbing: Amandha Boy Timor, dr

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2013

1

Page 2: Skenario 2 Gastro

BAB I

PENDAHULUAN

Gastroenteritis adalah penyakit umum yang diderita manusia di segala

umur. Penyakit ini banyak menyebabkan kematian pada anak di negara

berkembang, sekitar 1,8 juta anak per tahun. Oleh karena mortalitasnya yang

tinggi maka sebagai dokter, penting untuk dapat mendiagnosis penyakit ini dan

memberikan tatalaksana dengan benar.

Pada skenario kedua tutorial Blok Gastrointstinal ini, akan dibahas lebih

mendalam tentang Gastroenteritis. Berikut adalah skenario tentang Gastric Flu

Gastric Flu

Gastric flu, stomach flu, and stomach virus, although unrelated to

influenza are marked by severe inflammation of the gastrointestinal tract

involving both the stomach and small intestine resulting in acute diarrhea

and vomiting. It can be transferred by cintact with contaminated food and

water. The inflammation is caused most often by an infection from certain

virus or less often by bacyeria, their toxins (E.g. SEB, parasites, or ian

adverse reaction to something in the diet or medication. Gastris flu

sometimes related with poor oral hygine

At least 50% of cases of gastroenteritis resulting from foodborene

illness are caused by norovirus. Another 20% of cases, and te majority of

severe cases inchildren, are due to rotavirus. Other significant viral

agents include adenovirus and astrovirus. Risk factors include

consumption of improperly prepared foods or contaminated water and

travel or residence in areas of poor sanitation. It is also ocmmon for river

swimmers to become infected during times of rain as a result of

contaminated run off water. All above agent say as self limited disease and

can find wih ELISA test to see e.g. lipopolisaccaride or with feces

examination to see the parasit i.e taenia solium

2

Page 3: Skenario 2 Gastro

The primary treatment of gastroenteritis in both children and

adults is rehydration, i.e replenishment of water and electrolytes lost in

the stool. This is preferably achieved by giving the person oral rehydration

theraphy (ORT) although intravenous delivery may required if a decreases

leve of consciouseness or ileus present. Complex-carbohydrate-based oral

rehydration therapy such as those made from wheat or ric may be superior

to simple sugar-based ORS. Sugary drinks such as soft drinks and fruit

juice are not recommended for gastroenteritis in children under 5 years of

age as they may make the diarrhea worse. Plain water may be used if

spesific ORS are unavailable or nort palatable. Intravenous fluids are

recommended if severe dehydration is present, there is a decrease level of

consciousness, or there is hemodynamic compromise (typicalli low blood

pressure or a fast heart rate)

.

3

Page 4: Skenario 2 Gastro

BAB II

STUDI PUSTAKA DAN DISKUSI

A. Jump 1: Mengklarifikasi Istilah dan Konsep

- Gastric Flu : Disebut juga gastroenteritis, yaitu peradangan pada

mukosa membran lambung dan usus halus ditandai dengan gejala diare,

muntah, demam ringan disertai hilangnya nafsu makan dan rasa tidak enak

di perut

- SEB : Staphylococcal enterotoxin B, yaitu eksotoksin dari

Staphylococcus aureus yang biasanya berhubungan dengan keracunan

makan.

- Norovirus : Virus dari famili calciviridae merupakan virus single-

stranded RNA, biasanya menginfeksi semua umur

- Rotavirus : Virus dari famili reoviridae merupakan double-stranded

RNA, biasanya menginfeksi anak dibawah 5 tahun dengan derajat diare

yang parah.

- Adenovirus : Virus dari famili adenoviridae merupakan double-

stranded DNA, biasanya menginfeksi anak dibawah 5 tahun

- Astrovirus : Virus dari famili astroviridae merupakan single-stranded

RNA, biasanya menginfeksi anak dibawah 5 tahun

- ELISA : Enzyme-linked immunosorbent assay, merupakan uji

serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi.

- ORT : Oral rehydration therapy, Terapi pemberian cairan secara

peroral pada rehidrasi. Cairan yang diberikan adalah cairan ORS

- ORS : Oral rehydration solution, cairan yang diberikan peroral

yang berisi NaCl dan NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering

disebut juga oralit. Cairan sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula

tidak lengkap)hanya mengandung garam dan gula (NaCl dan sukrosa),

atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara

- Hemodynamic compromise : Disebut juga hemodinamic instability dimana

tekanan sistole dibawah 80mmHg

4

Page 5: Skenario 2 Gastro

B. Jump 2: Menetapkan dan Mendefinisikan Masalah

1. Etiologi gastroenteritis

2. Epidemiologi gastroenteritis

3. Manifestasi klinis gastroenteritis

4. Patofisiologi : demam, muntah, dehidrasi, diare

5. Pemeriksaan penunjang gastroenteritis

6. Tata laksana gastroenteritis

7. Komplikasi gastroenteritis

8. Perbedaan diare karena virus, bakteri, dan parasit

9. Perbedaan cairan rehidrasi dan cairan terapi

10. Diagnois banding diare akut

C. Jump 3 & 7: Menganalisis Masalah

1. Apakah etiologi gastroenteritis?

a. Faktor infeksi

– Faktor internal : infeksi saluran pencernaan makananan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi

internal sebagai berikut:

a) Infeksi bakteri : vibrio cholera, salmonella, campylobacler,

tersinia, aeromonas, dsb.

b) Infeksi virus : enterovirus (virus ECHO, cakseaclere,

poliomyelitis), adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.

c) Infeksi parasit : cacing (asoanis, trichuris, Oxyuris, Strong Ylokles,

protzoa (Entamoeba histolytica, Giarella lemblia, tracomonas

homonis), jamur (candida albicans).

– Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan,

seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitist tonsilofasingitis,

bronkopneumonia,ensefalitis dsb. Keadaan ini terutama terdapat

pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun

b. Faktor makanan

– Kekurangan zat gizi, makanan basi

5

Page 6: Skenario 2 Gastro

– Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang,

Lemak) yang dapat menimbulkan alergi.

– Keracunan makanan

c. Faktor malabsorbsi

– malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleran laktosa, maltosa,

pada bayi dan anak

– malabsorbsi lemak dan protein

d. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak

yang lebih besar)

2. Epidemiologi gastroenteritis

Diare akut dengan dehidrasi masih merupakan penyebab kesakitan

di dunia dan pada beberapa negara berkembang sebagai penyebab utama

kematian. Diperkirakan 2 sampai 2,5 juta kematian yang berhubungan

dengan diare terjadi pada anak kurang dari 5 tahun , terkonsentrasi pada

daerah miskin di dunia. Perkiraan pada tahun 1990-an sekitar 1,4 juta

episode diare terjadi setiap tahun pada anak kurang dari 5 tahun di negara

berkembang.1 Pada populasi ini menunjukkan median 3,2 episodik diare

pada anak tiap tahun. (manoppo, 2010)

Pada daerah yang masih dijumpai malnutrisi berat, 6-8 episode

diare terjadi pada anak setiap tahun seperti yang dilaporkan. Penyebab

diare akut umumnya infeksi gastrointestinal, dengan infeksi virus

merupakan penyebab tersering. Pada daerah maju, rotavirus dijumpai pada

25-40% kasus.Patogenesis diare akut adalah multifaktorial dan dapat

disebabkan oleh patogen lain. Kenyataannya, lebih dari 20 virus, bakteri

dan parasit enteropatogen dapat menyebabkan diare.Penyebab lainnya

yang telah diketahui adalah obat-obatan, alegi makanan, gangguan

absorbsi dan pencernaan, defisiensi vitamin atau tertelan logam berat.

(Manoppo, 2010)

3. Manifestasi klinis gastroenteritis

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta

6

Page 7: Skenario 2 Gastro

gejalalainnya bila terjadi komplikasi ekstra intestinal termasuk manifestasi

neurologic.

Gejala gastrointestinal berupa diare, kram perut, dan muntah.

Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi tergantung pada penyebabnya.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung

sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan

elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga

meningkat bila ada panas.

Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis netabolik, dan

hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena

dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler, dan kematian

bila tidak diobati dengan tepat.

Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa

dehidrasi isotonic, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi

hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi

ringan, dehidrasi sedang, dan dehidrasi berat.

Mual dan muntah adalah symptom yang non spesifik akan tetapi

muntah mungkin disebabkan oleh karena organism yang menginfeksi

saluran cerna bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi

enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi

pada non-inflammatory diare. Biasanya penderita tidak panas atau hanya

subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery diare,

menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas terkena. Oleh karena pasien

immunocompromise memerlukan perhatian khusus, informasi tentang

adanya imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat penting.

Derajat dehidrasi

Simptom Minimal atau

tanpa dehidrasi,

Kehilangan BB <

3%

Dehidrasi Ringan

– Sedang,

Kehilangan BB 3-

9%

Dehidrasi Berat,

Kehilangan BB >

9%

7

Page 8: Skenario 2 Gastro

Kesadaran Baik Normal, lelah,

gelisah, irritable

Apatis, letargi,

tidak sadar

Denyut Jantung Normal Normal -

meningkat

Takikardi,

bradikardia pada

kasus berat

Kualitas nadi Normal Normal – melemah

Lemah, kecil, tidak

terabaPernafasan Normal Normal – cepat Dalam

Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong

Air mata Ada Berkurang Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik

Capillary refill Normal Memanjang Memanjang,

minimal

Ekstremitas Normal Dingin Dingin, mottled,

sianotik

Kencing Normal Berkurang Minimal

Derajat dehidrasi anak

Penilaian A(ringan) B (sedang) C (berat)

Lihat:

* Keadaan umum

*mata

*air mata

*mulut dan lidah

*rasa haus

Baik, sadar

Normal

Ada

Basah

Minum biasa

(tidak haus)

Gelisah, rewel

Cekung

Tidak ada

Kering

Haus, ingin

minum banyak

Lesu, lunglai atau

tidak

sadar

Sangat cekung dan

kering

Kering

Sangat kering

Malas minum atauPeriksa : turgor

kulit

Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan

Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan-

sedang

Dehidrasi berat

8

Page 9: Skenario 2 Gastro

Terapi Rencana Terapi A

Rencana Terapi

B

Rencana Terapi C

4. Patofisiologi : demam, muntah, dehidrasi, diare

Faktor infeksi virus, bakteri atau parasit di dalam saluran

pencernaan yang kemudian menetap pada daerah usus dan lambung yang

dapat merangsang produksi toksin/endotoksin di saluran pencernaan dan

dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada usus dan lambung

sehingga terjadi penurunan absorbsi karbohidrat yang mengakibatkan

hipoglikemi. Akibat dari peradangan usus dan lambung dapat

meningkatkan peningkatan sekresi asam lambung sehingga menimbulkan

gejala mual dan muntah yang mengakibatkan kekurangan volume cairan

dan risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehingga terjadi

hipoglikemi dan malnutrisi energi protein.

Akibat dari peradangan usus dan lambung dapat menimbulkan pula

peningkatan motilitas usus sehingga sekresi cairan dan elektrolit

meningkat yang dapat menimbulkan gangguan cairan dan elektrolit seperti

kalium dan natrium sehingga terjadi hipokalemi yang mengakibatkan

kejang dank ram abdomen sehingga menimbulkan rasa nyeri. Peradangan

pada usus dan lambung juga dapat mengakibatkan meningkatnya

permeabilitas usus yang dapat meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit

serta meningkatnya tekanan intralumen, maka usus tidak mempunyai

kesempatan untuk menyerap sehingga terjadi pengeluaran feses encer dan

frekuensi buang air besar yang berlebihan, konsistensi cair dan bersifat

asam sehingga dapat menimbulkan gangguan integritas kulit. Selain itu

peningkatan cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan peningkatan

tekanan intralume yang akan menimbulkan terjadinya dehidrasi dan

bahkan syok hipovolemik.

Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan

absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi

9

Page 10: Skenario 2 Gastro

pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi

rongga usus keluar melalui saluran cerna sehingga terjadi diare.

Faktor makanan dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu

diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yang

mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang

kemudian menyebabkan diare.

Faktor psikologis (cemas dan takut) dapat menstimulus saraf

parasimpatis kemudian mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltic

usus yang akhirnya dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan

yang dapat menyebabkan diare.

5. Pemeriksaan penunjang gastroenteritis

Menurut Mansyur (2000), pemeriksaan diagnostik pada klien

gastroenteritis adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis.

b. Biarkan kumanuntuk mencari kuman penyebab.

c. Tes resistensi terhadap berbagai antibiotik (pada diare persisten).

d. PH dan kadar gula jika diduga ada toleransi gula (sugar

Intolerance).

2. Pemeriksaan darah

a. Darah perifer lengkap.

b. Analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum

pada diare yang disertai kejang).

c. PH dan cadangan alkali untuk menentukan gangguan

keseimbangan asam basa.

d. Kadar uream dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.

3. Duodenal intubation

Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif

terutama pada diare kronik.

10

Page 11: Skenario 2 Gastro

6. Tata laksana gastroenteritis

a. Pemberian cairan.

Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat

dehidrasinya dan keadaan umum.

1) Cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan

diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan

Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan

dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I

dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air

tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah

untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk

mencegah dehidrasi lebih lanjut.

Jenis cairan yang diberikan adalah:

1. Menurut WHO

Manila: 4 g NaCl,

2 g NaHCO3,

20 g Glukosa, dan

1½ g Na citrat dalam 1 liter air

2. Rumus Namru

2: 7g NaCl,

2½ g NaHCO3 ,

3½ g K citrate, dan

20 g Glukosa dalam 1 liter air

3. Cairan 5 : 4 : 1 yang terdiri dari 5 g NaCl, 4 g NaHCO3, dan 1 g

KCL dalam 1 liter air.

4. Garam diare/elektrolit

Cairan ini diberikan per-oral diminum seperti biasa. Bila

penderita tidak bisa meminumnya secara biasa, dipasang “”Nasogastric

Tube (NGT)”

11

Page 12: Skenario 2 Gastro

Jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam pertama 1800 cc

yaitu 600 cc cairan perjam. Perhitungan pemberian cairan setelah 3

jam tersebut adalah 100 cc cairan per-oral setiap jam ditambah

sejumlah cairan per-oral sesuai dengan pengeluaran tinja setiap jam

sebelumnya.

Terapi tidak lagi diberikan bila pengeluaran tinja kurang dari

300 cc dalam 6 jam terakhir. Diit bubur saring diganti bubur kasar.

Bila penyebabnya adalah virio, maka setelah rehidrasi tercapai dapat

langsung makan seperti sebelum sakit. Bila dipakai penilaian dengan

berat jenis plasma, maka secara empirik berlaku rumus: Jumlah cairan

dibutuhkan = (BJ Plasma sekarang dikurangi BJ Plasma normal)

hasilnya dibagi 0,001 kemudian dikalikan Berat Badan lalu dikalikan

4 cc

Bila CVP dipakai sebagai tolok ukur, maka cairan dapat

langsung diberikan per-infus dan peningkatannya dapat diamati hingga

tercapai nilai CVP normal.

2) Cairan parenteral

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan

tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang

diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat

badannya.

Dehidrasi ringan.

1jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg

BB / oral

Dehidrasi sedang

1jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml /

kg BB / hari.

Dehidrasi berat.

o Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 –

10 kg:

12

Page 13: Skenario 2 Gastro

1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg

BB / menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg

BB / menit.

7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg

BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).

16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila

anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes

/ kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.

o Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 –

15 kg:

1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg

BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg

BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).

7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila

anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A

intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB /

menit.

o Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 –

25 kg:

1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg

BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ).

16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.

3) Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita

dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal

yang perlu diperhatikan:

1. Memberikan asi

2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,

vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

b. Obat-obatan.

Racecordil  adalah Anti diare yang ideal harus bekerja

cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai

13

Page 14: Skenario 2 Gastro

indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek

buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah

penting, tidak menyebabkan ketergantungan.

Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja

dengan cara emeperlambat motilitas saluran cerna

dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal

usus.

Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek

bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella

dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan

Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal

pada saluran pencernaan.

Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat

nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah

terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan

menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus.

Prinsip Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gastroenteritis akut karena infeksi pada orang

dewasa terdiri atas:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan

rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

a. Jenis cairan yang hendak digunakan.

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan

karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah

kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja.

Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang

sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada

setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan gastroenteritis akut

14

Page 15: Skenario 2 Gastro

awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah

dehidrasi dengan segala akibatnya.

b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.

Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak

diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari

badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan

cara/rumus:

Mengukur BJ Plasma

Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:

BJ Plasma – 1,025

———————- x BB x 4 ml

0,001

Metode Pierce

Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

* gastroenteritis ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB

* gastroenteritis sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB

* gastroenteritis ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB

Metode Daldiyono

Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:

No PEMERIKSAAN SKOR

1 Muntah 1

2 Vox 2

3 Apatis 1

4 Somnolent (Soporous) 2

5 Tekanan darah < 90 mmHg 1

6 Tekanan darah < 60 mmHg/tak

teratur

2

15

Page 16: Skenario 2 Gastro

7 Nadi = 120 x/menit 1

8 Nafas = 30 x/menit 1

9 Turgor kurang 1

10 Facies cholerica 2

11 Ekstremitas dingin 1

12 “Washer woman’s hand” 1

13 Cyanosis 2

14 Umur antara 50 – 60 tahun - 1

15 Umur > 60 tahun - 2

Pada keadaan syock atau pre-syock, cairan diberikan dengan

memakai rumus: Kebutuhan cairan: SKOR/15 x 10% x kgBB X

1LITER

Jumlah cairan ini diberikan dalam waktu 2 jam, kemudian

diikuti dengan pemberian sebanyak pengeluaran selama 2 jam

sebelumnya. Bila setelah 3 jam syock telah diatasi, berikan larutan

elektrolit per-oral. Bila masih dalam keadaan syock atau pre-syock,

maka skema diatas diulang.

Jika skor kurang dari 3, maka hanya diberikan secara per-oral

(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Sebaiknya infus

dipertahankan bila volume tinja lebih dari 600 ml/jam dan boleh

dihentikan bila dalam 6 jam tak ada berak dan muntah lagi.

Penderita harus ditempatkan pada "cholera cot"

Bila tak ada syock, langsung diberikan cairan peroral. Jika

kemudian timbul syock atau pre-syock, berikan infus sesuai

penilaian.

16

Page 17: Skenario 2 Gastro

c. Jalan masuk atau cara pemberian cairan

Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan

intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa,

3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per

oral pada gastroenteritis ringan sebagai upaya pertama dan juga

setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.

d. Jadual pemberian cairan

Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma

atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk

mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian

cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada

kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan

demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3.

7. Komplikasi gastroenteritis

Komplikasi gastroenteritis antara lain adalah:

1) Dehidrasi

2) Renjatan hipovolemik

3) Kejang

4) Bakterimia

5) Malnutrisi

6) Hipoglikemia

7) Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus

Dehidrasi menjadi komplikasi Gastroenteritis, bila tiak ditangani

segera dengan rehidrasi yang tepat, dapat menyebabkan pasien kekurangan

cairan sehingga tubuh akan melakukan kompensasi salah satunya berupa

hemodinamik compromise (nadi semakin cepat). Bila kita tidak segera

mengganti cairan tubuh yang hilang maka pasien bisa kehilangan

kesadaran dan juga menyebabkan kematian. ehilangan cairan dan elektrolit

merupakan komplikasi utama pada pasien dengan gastroenteritis akut.

Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga

syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat

17

Page 18: Skenario 2 Gastro

timbul Tubukar Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal

multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian

cairan tidak adekuat sehingga tidak tercapai rehidrasi yang optimal.

8. Perbedaan diare karena virus, bakteri, dan parasit

Gejala

klinik

Rotavirus Shigella Salmonell

a

ETEC EIEC Kolera

Masa

tunas

17-72 jam 24-48

jam

6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 47-72

jam

Panas + ++ ++ - ++ -

Mual

muntah

Sering Jarang Sering + - -

Nyeri

perut

Tenesmus Tenesmu

s kramp

Tenesmus

kolik

- Tenesmu

s kramp

Sering

kramp

Nyeri

kepala

- + + - - -

Lamanya

sakit

5-7 hari > 7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari

Sifat tinja

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10 /har

i

>

10x/hari

Sering sering Sering Terus

meneru

s

Konsistens

i

Cair Lembek

sering

Lembek Cair Lembek Cair

Darah - ± Kadang - + -

Bau Langu Busuk + - Amis

khas

Warna Kuning

hijau

Merah

hijau

Kehijauan Tak

berwarna

Merah-

hijau

Seperti

air

cucian

beras

Leukosit - + + - - -

18

Page 19: Skenario 2 Gastro

Lain-lain anoreksia Kejang

±

Sepsis + Meteorismu

s

Infeksi

sistemik

±

9. Perbedaan cairan rehidrasi dan cairan terapi

Tujuan dari pemberian cairan terapi adalah sebagai berikut.

a. mengganti kekurangan air dan elektrolit

b. mengatasi syok

c. memenuhi kebutuhan sehari-hari

d. mengganti kehilangan cairan yang sedan berlangsung

(perioperatif)

Cairan yang digunakan sebagai cairan terapi adalah sebagai berikut.

1) Cairan elektrolit/ kristaloid; dapat dibedakan menjadi cairan

pemelihaan, cairan pengganti, dan cairan untuk tujuan khusus

Tujuan pemberian cairan pemeliharaan adalah untuk mengganti

kehilangan air tubuh lewat urin, feses, paru, dan keringat. contohnya

adalah D5% NaCl 0,45 dan D5% NaCl 0,225

Tujuan pemberian cairan pengganti adalah untuk mengganti

kehilangan air tubuh yang disebabkan oleh proses patologi seperti

perdarahan dan dehidrasi. contohnya adalah RL D5%, NaCl 0,9%,

ringer laktat, dan ringer asetat

Kristaloid untuk tujuan khusus misalnya untuk koreksi Na, koreksi

K, dan koreksi asidoais metabolik. contohnya adalah Na2CO3 7,5%,

NaCl 3%, dan KCl.

2) Cairan non elektrolit; contohnya D5% dan D10%

3) Cairan koloid; contohnya dektran, hemacell, HES, albumin, plasma

darah

10. Diagnsois banding diare akut

1. Apendisitis Akut

Peradangan apendiks menyebabkan obstruksi pada 50% sampai

80% kasus, biasanya dalam bentuk fecalit, yang lebih jarang, batu

19

Page 20: Skenario 2 Gastro

empedu, tumor, atau gumpalan cacing (Oxyuriasis vermicularis).

Dengan berlanjutnya sekresi cairan musinosa, terjadi peningkatan

intralumen yang menyababkan kolapsnya vena drainase. Obstruksi dan

cedera iskhemik memudahkan proliferasi bakteri dengan peningkatan

edema dan eksudasi sehingga aliran darah semakin terganggu. Namun,

sebagian apendiks tidak memperlihatkan obstruksi lumen yang jelas,

dan pathogenesis peradangan tetap tidak diketahui. Laki-laki lebih

sering terkena daripada perempuan dengan rasio 1,5:1.

Gambaran Klinis

Kasus klasik ditandai dengan (1) rasa tidak nyaman ringan pada

daerah periumbilikus, diikuti oleh (2) anoreksia, mual dan muntah

yang segera disertai oleh (3) nyeri tekan kuadran kanan bawah, yang

dalam beberapa jam akan berubah menjadi (4) rasa pegal dalam atau

nyeri di kuadran kanan bawah. Demam dan leukositosis terjadi pada

awal perjalanan penyakit. Sejumlah besar kasus tidak menunjkkan

gambaran klasik, dan mungkin “silent” pada usia lanjut, atau tidak

memperlihatkan tanda local di kuadran kanan bawah, seperti pada

apendiks terletak retrosekum atau terdapat malrotasi kolon (Kumar,

2007).

2. Botulisme

Merupakan penyakit paralisis gawat yang disebabkan oleh

racun (toksin) yang menyerang saraf yang diproduksi bakteri

Clostridium Botulinum. Clostridium botulinum berkembang biak

melalui pembentukan spora dan produksi toksin. Toksin tersebut dapat

dihancurkan oleh suhu yang tinggi, karena itu botulisme sangat jarang

sekali dijumpai di lingkungan atau masyarakat yang mempunyai

kebiasaan memasak atau merebus sampai matang.

Ada 3 jenis utama botulisme yaitu (1) Foodborne Botulisme,

yang disebabkan oleh makanan yang mengandung toksin botulisme (2)

Wound Botulisme, yang disebabkan toksin dari luka yang terinfeksi

oleh Clostridum Botulinum, dan (3) Infant Botulisme, yang disebabkan

20

Page 21: Skenario 2 Gastro

karena spora dari bakteri botulinum, yang kemudian berkembang

dalam usus dan melepaskan toksin.

Racun botulisme diserap di dalam lambung, duodenum dan

bagian pertama jejunum. Setelah diedarkan oleh aliran darah sistemik,

maka racun tersebut melakukan blokade terhadap penghantaran serabut

saraf kolinergik tanpa mengganggu saraf adrenegik. Karena blokade

itu, pelepasan asetilkolin terhalang. Efek ini berbeda dengan efek

kurare yang menghalang-halangi efek asetil kolin terhadap serabut otot

lurik. Maka dari itu efek racun botulisme menyerupai khasiat atropin,

sehingga manifetasi klinisnya terdiri dari kelumpuhan flacid yang

menyeluruh dengan pupil yang lebar (tidak bereaksi terhadapt cahaya),

lidah kering, takikardi dan perut yang mengembung. Kemudian otot

penelan dan okular ikut terkena juga, sehingga kesukaran untuk

menelan dan diplopia menjadi keluhan penderita. Akhirnya otot

pernafasan dan penghantaran impuls jantung sangat terganggu, hingga

penderita meninggal karena apnoe dan cardiac arrest (Sidharta, 1999).

3. Kolera

Kolera adalah suatu penyakit akut yang menyerang saluran

pencernaan yang disebabkan oleh suatu enterotoksin yang dihasilkan

oleh Vibrio Cholera, ditandai dengan diare cair ringan sampai diare

cair berat dengan muntah yang dengan cepat menimbulkan syok

hipololemik, asidosis metabolik dan tidak jarang menimbulkan

kematian (Gomez, 1992).

Gambaran Klinis

Diare cair dan muntah timbul sesudah masa inkubasi 6 jam

sampai 72 jam (rata-rata 2-3 hari) kadang-kadang sampai 7 hari.

Kolera dimulai dengan awitan diare berair tanpa rasa nyeri (tenesmus)

dengan tiba-tiba yang mungkin cepat menjadi sangat banyak dan

sering langsung disertai muntah. Feses memiliki penampakan yang

khas yaitu cairan agak keruh dengan lendir, tidak ada darah dan berbau

agak amis. Kolera di juluki air cucian beras (rise water stool) karena

21

Page 22: Skenario 2 Gastro

kemiripannya dengan air yang telah digunakan untuk mencuci beras.

Nyeri abdominal di daerah umbilikal sering terjadi. Pada kasus-kasus

berat sering dijumpai muntah-muntah, biasanya timbul setelah awitan

diare kurang lebih 25 % penderita anak-anak mengalami peningkatan

suhu rektum (38-39° C), pada saat dirawat atau pada 24 jam pertama

perawatan gejala klinisnya sesuai dengan penurunan volume cairan,

pada kehilangan 3-5 % BB normal, mulai timbul rasa haus. Kehilangan

5-8 %, hipotensi postural, kelemahan, takikardia dan penurunan turgor

kulit, di atas 10% BB atau lebih merupakan diare masif, dimana

terdapat dehidrasi berat dankolaps peredaran darah, dengan tanda-

tanda tekanan darah menurun (hipotensi) dan nadi lemah dan sering

tak terukur,pernafasan cepat dan dalam, oliguria, mata cekung. Pada

bayi, ubun-ubun cekung, kulit terasa dingin dan lembab disertai turgor

yang buruk, kulit menjadi keriput, terjadi sianosis dan nyeri kejang

pada otot-otot anggota gerak, terutama pada bagian betis. Penderita

tampak gelisah, disertai letargi, somnolent dan koma. Pengeluaran

tinja dapat berlangsung hingga 7 hari. Manifestasi selanjutnya

tergantung pada pengobatan-pengobatan pengganti yang memadai atau

tidak (Keusch, 2000).

4. Chorn’s Disease

Penyakit ini dapat mengenai semua bagian saluran cerna, dari

mulut hingga anus. Kasus aktif CD sering disertai dengan penyakit

imunologik ekstraintestinal, seperti eritema nodusum, perikolangitis

hati dan kolangitis sklerotikans (penyakit peradangan saluran empedu),

kerentanan terhadap infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Oleh karena

itu, CD harus dipandang sebagai suatu penyakit peradangan sistemik

dengan predominasi keterlibatan saluran cerna. Penyakit ini timbul

pada semua usia, dari anak hingga usia lanjut, dengan insidensi puncak

pada decade kedua dan ketiga kehidupan. Perempuan lebih sedikit

terkena daripada laki-laki. Orang berkulit putih dua sampai lima kali

lebih sering terkena daripada orang yang bukan kulit putih.

22

Page 23: Skenario 2 Gastro

Gambaran Klinis

Gambaran CD sangat bervariasi dan sulit diperkirakan.

Manifestasi utama adalah serangan diare berulang, kram abdomen, dan

demam yang berlangsung beberapa hari sampai minggu. Manifestasi

ini muncul secara perlahan, namun pada beberapa kasus, terutama pada

usia muda, onset nyerinya mendadak sementara diarenya semakin

ringan. Melena ditemukan sekitar 50% kasus yang melibatkan kolon;

melena ini biasanya ringan tetapi kadang-kadang massif. Pada

sebagian besar pasien, setelah suatu serangan awal, manifestasi mereda

sendiri ata setelah pengobatan, tetapi hal ini biasanya diikuti oleh

kekambuhan, dan interval antara serangan berikutnya semakin singkat.

Bagi sebagian besar, perjalanan penyakit berfluktuasi antara beberapa

tahun sakit dan beberapa tahun sehat. Pada perjalanan kronis ini dapat

terjadi serangan malabsorbsi dan sebagian manifestasi ekstraintestinal

yang telah disinggung diatas (Kumar, 2007).

5. Karsinoma Kolorektum

Sebagian besar (98%) kanker di usus besar adalah

adenokarsinoma. Insidensi puncak pada umur 60 hingga 70 tahun. Bila

kanker kolorektum ditemukan pada pasien usia muda, perlu dicurigai

adanya colitis ulservativa atau salah satu dari sindrom poliposis. Lesi

prekursornya diperkirakan adalah adenoma. Laki-laki terkena sekitar

20% lebih sering daripada perempuan.

Gambaran Klinis

Kanker kolorektum tidak menimbulkan gejala selama bertahun-

tahun; gejala timbul perlahan dan sering telah ada sejak berbulan-

bulan, kadang-kadang bertahun-tahun, sebelum terdiagnosis. Kanker

kolon kanan dan sekum sering menyebabkan rasa lelah, lesu, dan

anemia defisiensi besi yang menyebabkan pasien berobat. Kanker di

sebelah kanan mungkin dapat menyebabkan perdarahan tersamar,

perubahan kebiasaan buang air besar, atau rasa kram di kuadran kiri

bawah. Walaupun pada perempuan anemia dapat timbul akibat

23

Page 24: Skenario 2 Gastro

kelainan ginekologik, pepatah klinis mengatakan bahwa anemia

defisiensi besi pada laki-laki berusia lanjut berarti kanker saluran

cerna, kecuali dibuktikan lain.

Semua tumor kolorektum menyebar secara langsung ke struktur

di dekatnya dan dengan bermetastasis melalui pembuluh getah bening

dan pembuluh darah. Tempat favorit metastasis, berdasarkan urutan

frekuensinya adalah kelenjar getah bening regional, hati, paru, dan

tulang, diikuti oleh membrane serosa rongga peritoneum (Kumar,

2007).

6. Kolitis Iskhemik

Kolitis iskemik adalah inflamasi kolon yang disebabkan oleh

inadekuat suplai darah ke kolon. Meskipun tidak umum, kolitis

iskemik banyak terjadi pada usia muda. Insiden pasti kolitis iskemik

sulit ditentukan karena pasien dengan iskemia ringan jarang mencari

pengobatan medis.

Kolitis iskemik dapat disebabkan karena aliran sistemik yang

kurang atau faktor lokal berupa vasokonstriksi pembuluh darah usus

dan trombus. Sehingga penyebab kolitis iskemik dibedakan atas

oklusif dan non oklusif. Pada banyak kasus, penyebab non spesifik

banyak ditemukan.

Kolon didarahi oleh A. Mesenterika superior dan A.

Mesenterika inferior. Terbentuk kolateral dari hubungan kedua arteri

ini. Namun fleksura splenikus dan kolon ascenden memiliki sedikit

kolateral dari kedua arteri ini sehingga iskemia lebih mudah terjadi

pada daerah ini. Sedangkan rektum mendapat suplai darah dari A.

Mesenterika inferior & A. Iliaka interna sehingga pada rektum jarang

terjadi iskemia.

Kolon menerima 10-35% dari total cardiac output. Jika aliran

darah ke kolon menurun lebih dari 50% maka akan terjadi iskemia.

Arteri pada kolon sensitif terhadap vasokonstriktor seperti kondisi stres

24

Page 25: Skenario 2 Gastro

dan obat-obat vasikonstriktor seperti ergotamin, kokain atau

vasopresin.

Kondisi patologis yang bisa ditemukan pada kolitis iskemik

berupa perdarahan dan edem mukosa dan submukosa, nekrosis dan

ulserasi. Pada kondisi yang berat dapat ditemukan gambaran ulserasi

kronik, abses kripta dan pseudopolip serta infark transmural.

Gambaran Klinis

Gejala klinis kolitis iskemik tergantung pada beratnya iskemia.

Gejala-gejala yang dapat ditemukan meliputi:

Nyeri perut (78%), paling umum ditemukan sebagai gejala awal

Perdarahan saluran cerna bawah (62%)

Diare (38%)

Demam lebih tinggi dari 38oC (34%)

Secara umum fase kolitis iskemik progresif dibagi 3, yaitu:

a) Fase hiperaktif, ditandainyeri perut dan BAB berdarah

b) Fase paralitik, terjadi jika iskemia berlanjut. Pada fase ini neri

perut meluas dan lebih nyeri jika disentuh, motilitas usus

berkurang, kembung, bunyi bising usus berkurang sampai tidak

ada.

c) Fase syok, akibat perforasi kolon.

(Rasyad, 2007).

7. Kolitis Ulserativa

Adalah suatu penyakit ulsero-inflamatorik yang mengenai

kolon, tetapi berbatas pada mukosa dan submukosa, kecuali pada kasus

yang sangat parah. UC berawal di rectum dan meluas

perkontinuatatum ke proksimal, kadang-kadang mengenai seluruh

kolon. Seperti CD, UC adalah suatu penyakit sistemik yang pada

sebagian pasien berkaitan dengan penyakit imunologik ekstraintestinal,

seperti eritema nodusum, perikolangitis hati dan kolangitis sklerotikans

(penyakit peradangan saluran empedu), dan lain-lain. Penyakit ini

25

Page 26: Skenario 2 Gastro

dapat muncul di semua usia, dengan insidensi puncak pada usia antara

20 hingga 25 tahun.

Gambaran Klinis

UC adalah penyakit kronis rekuren yang ditandai dengan

serangan diare mukoid berdarah yang mungkin menetap selama

beberapa hari, minggu, atau bulan kemudian mereda, hanya untuk

kambuh setelah interval asimtomatik beberapa bulan sampai tahun atau

bahkan beberapa decade. Onset biasanya perlahan berupa kram perut,

tenesmus, dan nyeri kolik abdomen bawah yang hilang setelah buang

air besar. Sebagian pasien mengalami demam dan penurunan berat

badan (Kumar, 2007).

D. Jump 4: Menginventarisasi Masalah secara Sistematis

Berikut adalah permasalahan yang sudah teranalisis pada pertemuan pertama

diskusi tutorial.

1. Etiologi gastroenteritis

Berikut adalah permasalahan yang belum teranalisis pada pertemuan pertama

diskusi tutorial.

1. Epidemiologi gastroenteritis

2. Manifestasi klinis gastroenteritis

3. Patofisiologi : demam, muntah, dehidrasi, diare

4. Pemeriksaan penunjang gastroenteritis

5. Tata laksana gastroenteritis

6. Komplikasi gastroenteritis

7. Perbedaan diare karena virus, bakteri, dan parasit

8. Perbedaan cairan rehidrasi dan cairan terapi

9. Diagnois banding diare akut

E. Jump 5: Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Berikut adalah tujuan pembelajaran di luar diskusi tutorial.

26

Page 27: Skenario 2 Gastro

1. Epidemiologi gastroenteritis

2. Manifestasi klinis gastroenteritis

3. Patofisiologi : demam, muntah, dehidrasi, diare

4. Pemeriksaan penunjang gastroenteritis

5. Tata laksana gastroenteritis

6. Komplikasi gastroenteritis

7. Perbedaan diare karena virus, bakteri, dan parasit

8. Perbedaan cairan rehidrasi dan cairan terapi

9. Diagnois banding diare akut

F. Jump 6: Mengumpulkan Informasi Baru

Kegiatan belajar mandiri di luar diskusi tutorial.

G. Jump 7: Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi Baru

yang Diperoleh

Bagian ini sudah disertakan sekaligus pada Subbab C.

27

Page 28: Skenario 2 Gastro

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

- Gatroenteritis adalah peradangan pada mukosa membran lambung dan

usus halus ditandai dengan gejala diare, muntah, demam ringan disertai

hilangnya nafsu makan dan rasa tidak enak di perut.

- Virus adalah penyebab tersering gastroenteritis, kemudian bakteri dan

parasit.

- Diare akut masih menjadi kesakitan dunia karena pada beberapa negara

berkembang sebagai penyebab utama kematian.

- Gejala gastroenteritis yang tersering adalah diare, kram perut dan muntah.

- Dehidrasi merupakan komplikasi dari gastroenteritis, apabila tidak segera

di tangani dapat menyebaabkan hemodinamic comproise

- Dehidrasi ringan dan sedang, diberikan peroral berupa cairan yang

berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa

B. Saran

- Pada diskusi tutorial berjalan dengan lancar walau pada hari pertama

mahasiswa belum menguasai penuh sehingga baru dapat dicapai pada hari

kedua

- Mahasiswa diharapkan supaya pada tutorial selanjutnya untuk mempelajari

terlebih dahulu secara mendasar kasus pada tutorial

- Diharapkan pada skenario berikutnya dikemas dalam bentuk kasus seperti

skenario sebelumnya, bukan seperti artikel

- Pada diskusi tutorial ini, tutor sudah aktif dalam memberi masukan kepada

mahasiswa. Sebaiknya tutor memberikan masukan pada akhir diskusi

supaya diskusi tutorial tidak berjalan lama dan tepat waktu

- Papan tulis diperbaiki karena bergelombang.

28

Page 29: Skenario 2 Gastro

29

Page 30: Skenario 2 Gastro

DAFTAR PUSTAKA

Gomez H.F, Cleary T.G.. 1992. Kolera. Dalam: Ilmu KesehatanAnak, Bagian 2.

Edisi 12. Jakarta : EGC.

Keusch G.T, Deresiewicz R.L. 2000. Kolera. Dalam: Harrison Prinsip-prinsip

Ilmu Penyakit Dalam, Volume 4. Edisi 5. Jakarta : EGC.

Kumar, V., Cotran R,. Robbins S,. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7.

Jakarta : EGC.

Manoppo JI (2010). Profil Diare Akut dengan Dehidrasi Berat di Ruang

Perawatan Intensif Anak. Sari Pediatri, Vol. 12: 157 -161

Mansyur A (2000), Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aeskulapius

Rasyad SB. 2007. Penyakit Vaskular Mesenterika. Dalam: Sudoyo AW,

Setiyohadi B, Alwi I dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I.

Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam

FKUI.

Sidharta P. 1999. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat.

30

Page 31: Skenario 2 Gastro

LAMPIRAN

31